Anda di halaman 1dari 25

GAGAL JANTUNG

Patofisiologi Kardio Endokrin


Kelompok 5

Angesti Larasati - 198114055


Antonius Iswara Adi - 198114056
C. Andika Wisan D. - 198114057
Epidemiologi
Gagal Jantung
Epidemiologi
● Prevalensi gagal jantung pada seluruh populasi berkisar antara 2 sampai 30% dan
yang asimtomatik sebesar 4% dari seluruh populasi. Angka ini cenderung mengikuti
pola eksponensial seiring usia, sehingga pada orang tua (70-80 tahun) menjadi
10-20%.
● Di Amerika Serikat, gagal jantung adalah salah satu masalah kesehatan epidemik.
Sekitar 6,5 juta warga AS memiliki riwayat gagal jantung dengan 1 juta kasus baru
terdiagnosis setiap tahunnya. Di Inggris, prevalensi gagal jantung pada usia 60-70
tahun sebesar 5% dan mencapai 20% pada usia 80 tahun, situasi yang sama terjadi
di Italia dan Portugal.
● Di Indonesia, data Departemen Kesehatan tahun 2008 menunjukan pasien yang
dirawat dengan diagnosis gagal jantung mencapai 14.449.
Penyebab & Faktor
Risiko
Gagal Jantung
Penyebab
1. Disfungsi ventrikel kiri
Gagal jantung akibat disfungsi ventrikel kiri ini dikategorikan
berdasarkan Left Ventricular Ejection Fraction (LVEF) menjadi HFrEF
(Heart Failure with Reduced Ejection Fraction (LVEF dibawah 40%) dan
HFpEF (Heart Failure with Preserved Ejection Fraction.
2. Fungsi sistolik (kontraktil) yang berkurang
a. Kerusakan atau disfungsi iskemik
i. Myocardial infarction
ii. Persistent or intermittent myocardial ischemia
iii. Hypoperfusion (syok)
Penyebab
d. Nonischemic dilated cardiomyopathy
b. Tekanan berlebih yang kronis
i. Kelainan genetik
i. Hipertensi
ii. Kerusakan yang diinduksi obat
ii. Penyakit valvular obstruktif
atau racun
c. Volume berlebihan yang kronis
iii. Nekrosis yang dimediasi secara
i. Penyakit valvular regurgitant
imunologi
ii. Intracardiac left-to-right shunting
iv. Agen infeksius
iii. Extracardiac shunting
v. Kelainan metabolisme
vi. Proses infiltratif
vii. Kondisi yang belum diketahui
Penyebab
2. Fungsi diastolik yang berkurang (pengisian terbatas dan meningkatnya
kekakuan)
a. Pathologic myocardial hypertrophy
i. Primer (kardiomiopati hipertropik)
ii. Sekunder (hipertensi)
b. Penuaan
c. Fibrosis iskemik
d. Kardiomiopati restriktif
i. Kelainan infiltratif (amyloidosis, sarcoidosis)
ii. Storage diseases (hemochromatosis, abnormalitas genetika)
e. Kelainan Endomiokardial
Penyebab

3. Kelainan mekanis
a. Intracardiac
i. Penyakit valvular obstruktif
ii. Penyakit valvular regurgitant
iii. Intracardiac shunts
iv. Abnormalitas congenital lainnya
b. Extracardiac
i. Obstructive (coarctation, supravalvular aortic stenosis)
ii. Left-to-right shunting (Patent ductus arteriosus)
Penyebab

4. Kelainan dari ritme dan detak jantung


a. Bradyarrhythmia (disfungsi nodus sinus, abnormalitas konduksi)
b. Tachyarrhythmia (ineffective rhythms, chronic tachycardia)
5. Pulmonary Heart Disease
a. Cor Pulmonale
b. Pulmonary Vascular Disorders
Penyebab

6. Kondisi output tinggi


a. Kelainan metabolisme
i. Thyrotoxicosis
ii. Kelainan nutrisi (beriberi)
b. Persyaratan aliran darah berlebih
i. Anemia kronik
ii. Systemic arteriovenous shunting (Goldman, 2012).
Faktor risiko
1. Usia
Individu dengan umur diatas 65 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami gagal
jantung karena penuaan dapat melemahkan dan membuat jantung kaku
2. Riwayat Penyakit Keluarga & Genetika
Mutasi genetik tertentu juga dapat memicu peningkatan resiko. Mutasi ini akan
melemahkan otot jantung dan/atau membuatnya lebih tidak fleksibel.
3. Gaya Hidup
Merokok, penggunaan kokain atau narkoba lainnya, konsumsi alkohol berlebih,
4. Kondisi Medis lain
Kelainan atau penyakit pada pembuluh darah, jantung, paru-paru, atau infeksi
seperti HIV atau SARS-CoV-2 dapat meningkatkan resiko terjadinya gagal jantung.
Faktor risiko
5. Etnisitas
Ras African Americans lebih memiliki kemungkinan terkena gagal jantung dibanding
ras lain.
6. Jenis Kelamin
Wanita kerap mengalami HFpEF akibat jantung tidak mendapat cukup darah
sedangkan laki-laki kerap mengalami HFrEF dimana ejection fractionnya mengalami
pengurangan.
Patofisiologi
Gagal Jantung
Patofisiologi
● Patofisiologi gagal jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti struktural, neurohumoral, seluler, dan
mekanisme aktivasi molekuler untuk mempertahankan fungsi fisiologis (maladaptasi, hipertrofi miosit,
kematian/apoptosis/regenerasi miosit, dan remodeling).
● Kemampuan jantung untuk memompa darah berkurang
● Kerja ventrikel kiri dan stroke volume di bawah kontrol preload ( vena return dan volume akhir diastolik
ventrikel), kontraktilitas myocardial atau otot jantung, dan afterload (impendensi selama ejeksi dari aorta dan
tekanan dinding)
● Gagal jantung menimbulkan penurunan respons baroreseptor karotis yang pada gilirannya meningkatkan
aktivitas saraf simpatik, menyebabkan peningkatan kontraktilitas jantung, denyut jantung, vasokontriksi, dan
peningkatan afterload.
● Mekanisme kompensasi tersebut menyebabkan remodeling negatif pada jantung seperti peradangan, apoptosis,
hipertrofi, fibrosis, dan memburuknya fungsi ventrikel kiri (Schwinger, 2021).
Grafil Frank-Starling
Gejala & Tanda
Gagal Jantung
GEJALA & TANDA

● Manifestasi utama dari HFrEF dan HFpEF adalah dispnea dan kelelahan, yang
membawa pada intoleransi pada olahraga, atau kelebihan cairan, yang bisa
menyebabkan edema perifer dan kongesti paru.
● Kongesti sistemik berhubungan dengan beberapa tanda dan gejala. Distensi vena
jugularis (DVJ) adalah tanda yang paling sederhana dari kelebihan cairan.
● Edema perifer merupakan temuan utama pada gagal jantung.
● Pasien dengan HFrEF dapat menunjukkan tanda dan gejala berupa kadar CO
rendah saja atau sebagai tambahan dari kelebihan volume.
Prognosis
Gagal Jantung
Prognosis
Gagal jantung merupakan kondisi medis yang serius yang sering diasosiasikan
dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Tingkat mortalitas pada tahun pertama
dan kelima setelah mengalami gagal jantung adalah 22% dan 43%. Tingkat
mortalitas tertinggi terdapat pada pasien dengan kelas NYHA (New York Heart
Association Functional Classification) tingkat lanjut. Untuk daftar tingkatan
penyakit gagal jantung ini akan dilampirkan dibawah. Selain hal ini gagal jantung
yang berhubungan dengan Myocardial Infarction memiliki tingkat mortalitas
sebesar 30-40%. Gagal jantung yang berhubungan dengan disfungsi sistolik
memiliki tingkat mortalitas 50% selama 5 tahun. Pasien yang mengalami gagal
jantung dalam kategori apapun memerlukan check up rutin dari tahun ke tahun

(Malik, 2021).
NYHA
Klasifikasi NYHA terkait gagal jantung :
●Kelas 1 : gagal jantung tidak menyebabkan terbatasnya aktivitas fisik; aktivitas fisik
biasa tidak memicu gejala.
●Kelas 2 : gagal jantung menyebabkan sedikit limitasi dilakukannya aktivitas fisik;
Pasien merasa nyaman saat beristirahat namun, aktivitas fisik biasa dapat memicu
gejala.
●Kelas 3 : gagal jantung menyebabkan limitasi signifikan pada kemampuan pasien
melakukan aktivitas fisik; pasien merasa nyaman saat beristirahat namun, sedikit
saja aktivitas mampu memicu gejala gagal jantung.
●Kelas 4 : gagal jantung menyebabkan pasien tidak bisa beraktivitas fisik tanpa
merasakan gejala bahkan saat beristirahat (Inamdar, 2016).
ACC/AHA

Tingkatan gagal jantung menurut The American College of Cardiology/American


Heart Association (ACC/AHA) dibagi menjadi 4 tingkatan:
●Kelas A: Gagal jantung risiko tinggi, tetapi tidak ada penyakit jantung struktural
atau gejala gagal jantung;
●Kelas B: Penyakit jantung struktural, tetapi tidak ada gejala gagal jantung;
●Kelas C: Penyakit jantung struktural dan terdapat gejala gagal jantung;
●Kelas D: Gagal jantung refrakter yang membutuhkan intervensi khusus
(Inamdar, 2016)
Komplikasi
Gagal Jantung
Dukungan SIrkuLasi mekanik
Alat yang digunakan adalah HeartWare Ventricular Assist Device
(HVAD) dan Heartmate (HM) II. Alat ini menggunakan pompa jantung
sentrifugal. Alat ini dibuat dengan baik sehingga meminimalisir operasi
invasif dan mengurangi komplikasi operasi.
HVAD menunjukkan hasil klinis serta keamanan yang baik pada data
follow up 254 pasien. Pasien yang ditransplantasi dengan HVAD memiliki
durasi dukungan sirkulasi mekanik selama rerata 363 ± 280 hari dan dengan
tingkat kesuksesan sebesar 87% pada 6 bulan, 85% pada 1 tahun, dan 73%
pada 3 tahun. (Choi, 2019).
Transplantasi Jantung

Transplantasi jantung telah menjadi pengobatan standar untuk pasien tertentu


dengan gagal jantung tingkat akhir. Peningkatan pada penggunaan imunosupresan,
menemukan donor sesuai, teknik operasi, dan perawatan pasca transplantasi dapat
memiliki efek signifikan dalam pengurangan terjadinya acute allograft rejection, yang
dahulu pada masanya sangat membatasi waktu hidup resipien transplantasi jantung.
Meskipun teknik transplantasi semakin baik tetap saja ada limitasi pada tingkat bertahan
hidup pasien transplantasi jantung yang meliputi penolakan organ, infeksi, coronary
allograft vasculopathy, dan malignancy. Menemukan keseimbangan dalam terapi
imunosupresif dan pengawasan ketat untuk komplikasi dapat semakin meningkatkan
kemungkinan bertahan hidup pasien transplantasi jantung. Berikut adalah daftar
komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien transplantasi jantung. (Choi, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Choi, H. M., Park, M. S., dan Youn, J. C., 2019. Update on Heart Failure Management and Future
Directions. The Korean Journal of Internal Medicine, 34(1), 11-43
Dipiro et al., 2020. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 11th Edition, Mcgraw Hill, New
York.
Goldman, L., dan Schafer, A. I., 2021. Goldman’s Cecil Medicine 24th Edition. Elsevier, Amsterdam
Imaligy, E. U., 2014. Gagal jantung pada geriatri. Cermin Dunia Kedokteran, 41(1), 19-24.
Inamdar, A. A., dan Inamdar, A. C., 2016. Heart Failure: Diagnosis, Management and Utilization.
Journal of Clinical Medicine, 5(7), 62
Malik, A., Brito, D., dan Chhabra, L., 2021. Congestive Heart Failure. Statpearls, Bethesda.
National Heart, Lung, and Blood Institute, 2021. Heart Failure. United States Department of Health
and Human Services, Washington, D. C.
Schwinger R. (2021). Pathophysiology of heart failure. Cardiovascular diagnosis and therapy, 11(1),
263–276. https://doi.org/10.21037/cdt-20-302

Anda mungkin juga menyukai