Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer dan diartikan sebagai
cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang
yang berperang dalam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum
melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang
dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitasnya. Setelah semuanya diketahui, baru
kemudian ia akan menyusun tindakan yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan
yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu yang tepat untuk
melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu
memperhitungkan berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar.
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan, bahwa strategi digunakan untuk
memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan,
strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a
particular education goal. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Menurut Sanjaya Wina (2007) istilah strategi, sebagaimana banyak istilah lainnya,
dipakai dalam banyak konteks dengan makna yang tidak selalu sama. Di dalam konteks
belajar-mengajar, strategi berarti pola umum perbuatan guru-peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Sifat umum pola tersebut berarti bahwa macam dan
urutan perbuatan yang dimaksud tampak dipergunakan dan/atau dipercayakan guru-peserta
didik di dalam bermacam-macam peristiwa belajar. Dengan demikian maka konsep strategi
dalam hal ini menunjuk pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-peserta didik di
dalam peristiwa belajar-mengajar. Implisit di balik karakteristik abstrak itu adalah rasional
yang membedakan strategi yang satu dari strategi yang lain secara fundamental. istilah lain
yang juga dipergunakan untuk maksud ini adalah model-model mengajar. Sedangkan rentetan
perbuatan guru-peserta didik dalam suatu peristiwa belajar-mengajar aktual tertentu,
dinamakan prosedur instruksional.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional,
seorang guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi
pembelajaran sesuai dengan tujuan-tujuan belajar, baik dalam arti efek instruksional maupun
efek pengiring, yang ingin dicapai berdasarkan rumusan tujuan pendidikan yang utuh, di
samping penguasaan teknis di dalam mendesain sistem lingkungan belajar-mengajar dan
mengimplementasikan secara efektif apa yang telah direncanakan di dalam desain
instruksional.
Ceramah, diskusi, bermain peran, LCD, video-tape, karya wisata, penggunaan nara sumber,
dan lain-lainnya merupakan metode, teknik dan alat yang menjadi bagian dari perangkat alat
dan cara di dalam pelaksanaan sesuatu strategi pembelajaran. Juga harus dicatat bahwa dalam
peristiwa pembelajaran, seringkali harus dipergunakan lebih dari satu strategi, karena tujuan-
tujuan yang akan dicapai juga biasanya kait-mengait satu dengan yang lain dalam rangka
usaha pencapaian tujuan yang lebih umum.
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran
adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar.” Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk
mengajar.
Model pembelajaran mempunvai empat ciri khusus yang membedakan dengan strategi,
metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1. rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai);
3. tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil; dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000 ).
Menurut Fathurrahman Pupuh (2007) metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian
yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-
cara menyajikan bahan pelajara pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru
dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih motode. Pemilihan metode terkait
langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Oleh
karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk dipahami guru adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan
belajar-mengajar sama pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam keseluruhan
komponen pendidikan.
Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar akan semakin efektif kegiatan
pembelajaran. Tentunya ada juga faktor-faktor lain yang harus diperhatikan, seperti: faktor
guru, anak, situasi (lingkungan belajar), media, dan lain-lain.
Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat istilah lain yang kadang-
kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik mengajar. Teknik dan taktik mengajar
merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan orang
dalam rangka mengimplementasikan suatu metode, yaitu cara yang harus dilakukan agar
metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian, sebelum seseorang
melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi. Misalnya,
berceramah pada siang hari dengan jumlah peserta didik yang banyak tentu saja akan berbeda
jika dilakukan pada pagi hari dengan jumlah peserta didik yang sedikit.
Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan
demikian, taktik sifatnya lebih individual. Misalnya ada dua orang yang sama-sama
menggunkan metode ceramah dalam situasi yang sama maka bisa dipastian mereka akan
melakukannya secara berbeda .
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh
guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan
strategi itu dapat diterapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan
metode pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode,
dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru
yang satu dengan yang lain.
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru.
Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi
tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan
kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan
sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar
kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi
pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
Kelebihan dari strategi ini antara lain: (1) mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta
didik, (2) menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah, (3) mendorong kreativitas dan
pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang
lain, (4) pemahaman yang lebih baik, (5) mengekspresikan pemahaman. Sedangkan
kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit
diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat
materi dengan cepat.
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi
dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan,
pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara
alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain: (1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru
untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, (2) mengorganisasikan
pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif
memungkinkan untuk menjangkau kelompokkelompok
dan metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada
kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan
berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi
perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis
Kelebihan dari startegi ini antara lain: (1) meningkatkan partisipasi peserta didik, (2)
meningkatkan sifat kritis peserta didik, (3) meningkatkan analisis peserta didik, dapat
menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain. Sedangkan kekurangan dari strategi ini
adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal,
dan memerlukan waktu yang panjang.
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar
mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok
kecil.
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan
bertanggunggjawab. Sedangkan kekurangannya adalah peserta MI belum dewasa, sehingga
sulit menggunakan pembelajaran mandiri.
Karakteristik dan cara penggunaan macam-macam strategi di atas, akan dibahas tuntas pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya. Strategi yang akan dibahas telah dimodivikasi sesuai yang
banyak diperlukan dalam pembelajaran di Mi, yaitu: pada paket 5, dibahas tentang strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), paket 6, strategi pembelajaran tak langsung
(indirect instruction) yang diberi judul dengan startegi pembelajaran inkuiri , paket 7, strategi
pembelajaran berbasis masalah (SPBM), paket 8, strategi pembelajaran kooperatf
(Cooperative Learning), paket 8, strategi pembelajaran aktif, dan paket 9, strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berfikir
Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang
terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru
tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu
memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen
lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru
adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang
diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh
suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa
pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Peserta didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan
potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini
dapat dimodifikasi oleh guru.
Tujuan
Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media
dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan
merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan
pembelajran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran
Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa
materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi
(1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi
pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar
proses pembelajaran.
Metode
Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.
Alat
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki
fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan
lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal
dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa,
lingkungan, museum, dan lain-lain.
Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan
balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut
merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan formatif.
Strategi pembelajaran digunakan dalam rangka membelajarkan peserta didik. Untuk itu
dalam pembelajaran seorang guru harus memperhatikan siapa yang dihadapi. Peserta didik
pada tingkat sekolah yang sama cenderung memiliki umur yang sama, sehingga
perkembangan intelektual pada umumnya adalah sama. Dipandang dari kesamaan ini, maka
seorang guru dapat menggunakan metode atau teknik yang sama dalam membelajarkan
peserta didik. Namun demikian di samping persamaan tersebut, peserta masih mempunyai
perbedaan-perbedaan walaupun pada umur yang relatif sama.
Perbedaan peserta didik tersebut dari segi fisiologisnya adalah pendengaran, penglihatan,
kondisi fisik, juga perbedaan dari segi psikologisnya. Perbedaan segi psikologis tersebut
antara lain adalah IQ, bakat, motivasi, minat/perhatian, kematangan, kesiapan, dan masih
banyak lagi. Kondisi-kondisi tersebut sangat mempengaruhi peserta didik dalam belajar.
Untuk itu, dalam menentukan strategi pembelajaran harus diperhatikan hal-hal di atas.
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menghadapi heterogenitas peserta dalam kelas
yang sama adalah seorang guru disarankan untuk menggunakan multimetode dan multimedia.
Hal ini disebabkan masing-masing metode dan media mempunyai kelebihan dan kekurangan,
dan dimungkinkan masing-masing peserta didik akan mempunyai kecenderungan tertarik
pada metode dan media tertentu.
Seorang pendidik untuk dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai terlebih dahulu
harus mengetahui perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional,
maupun secara behavior peserta didik. Misalnya, apakah tingkat prestasi yang dicapai peserta
didik itu merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan?. Untuk kepastiannya
seharusnya guru mengetahui tentang karakteristik perilaku peserta didik saat mereka mau
masuk sekolah dan saat kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis
karakteristik perilaku peserta didik yang dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Itulah yang dimaksudkan dengan entering behavior peserta didik.
Secara tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan
yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang memiliki atau
mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi
syarat, mengadakan pretes sebelum mereka mulai mengikuti program belajar
mengajar.
Mengetahui pola belajar peserta didik adalah modal bagai seorang guru untuk menentukan
strategi pembelajaran. Robert M. Gagne (1979) membedakan pola-pola belajar peserta didik
ke dalam delapan tipe, yang tiap tipe merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi
hierarkinya. Delapan tipe belajar dimaksud adalah: 1) signal , (belajar isyarat), 2) stimulus-
response learning (belajar stimupons), 3) chaining (rantai atau rangkaian), 4) verbal
association,(asosiasi verbal), 5) discrimination learning (belajar diskriminasi), 6) concept
learning (belajar konsep), 7) rule learning (belajar aturan), problem solving (memecahkan
masalah).
Kedelapan tipe belajar sebagaimana disebutkan di atas akan dijelaskan satu per satu secara
singkat dan jelas sebagai berikut.
Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi, tidak ada persyaratan, namun
merupakan hierarki yang harus dilalui untuk menuju jenjang belajar yang paling tinggi.
Signal learning dapat diartikan sebagai penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat
involuntary ( tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya). Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi
emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini
adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak dan perangsang-perangsang tertentu
secara berulang kali. Signal learning. Ini mirip dengan conditioning menurut Pavlov yang
timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respon yang timbul bersifat umum dan
emosional selain timbulnya dengan tidak sengaja dan tidak dapat dikuasai. Contoh: Aba-aba
“Siap!” merupakan suatu signal atau isyarat mengambil sikap tertentu. Melihat wajah ibu
menimbulkan rasa senang. Wajah ibu di sini merupakan isyarat yang menimbulkan perasaan
senang itu. Melihat ular yang besar menimbulkan rasa takut. Melihat ular merupakan isyarat
yang menimbulkan perasaan tertentu.
Bila tipe di atas digolongkan dalam jenis classical condition, maka belajar 2 ini termasuk ke
dalam instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error (mencoba-coba). Proses
belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang
diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor inforcement. Waktu antara
stimulus pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-R
berikutnya, semakin kuat reinforcement.
Contoh: Anjing dapat diajar “memberi’ salam”.dengan mengangkat kaki depannya bila kita
katakan “Kasih tangan! ” atau “Salam “. Ucapan `kasih tangan’ merupakan stimulus yang
menimbulkan respons `memberi’ salam’ oleh anjing itu.
Contoh: Dalam bahasa kita banyak contoh chaining seperti ibu-bapak, kampung-halaman,
selamat tinggal, dan sebagainya. Juga dalam perbuatan kita banyak terdapat chaining ini,
misalnya pulang kantor, ganti baju, makan malam, dan sebagainya. Chaining terjadi bila
terbentuk hubungan antara beberapa S-R, sebab yang terjadi segera setelah yang satu lagi.
Jadi berdasarkan hubungan conntiguity).
Baik chaining maupun verbal association, yang kedua tipe belajar ini, menghubungkan
satuan ikatan S-R yang satu dengan lain. Bentuk verbal association yang paling sederhana
adalah bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan si anak dapat mengatakan “bujur
sangkar”, atau mengatakan “itu bola saya”, bila melihat bolanya. Sebelumnya, ia harus dapat
membedakan bentuk geometris agar dapat mengenal `bujur sangkar’ sebagai salah satu
bentuk geometris, atau mengenal ‘bola’, `saya’, dan ‘itu’. Hubungan itu terbentuk, bila unsur-
nya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti satu lagi (conntiguity).
Discrimination learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik mengadakan seleksi
dan pengujian di antara perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian
memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi utama berlangsung proses
belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai pola aturan melakukan chaining dan
association serta pengalaman (pola S-R)
Contoh:. Guru mengenal peserta didik serta nama masing-masing karena mampu
mengadakan diskriminasi di antara anak itu. Diskriminasi didasarkan atas chain. Anak
misalnya harus mengenal mobil tertentu berserta namanya. Untuk mengenal model lain
diadakannya chain baru dengan kemungkinan yang satu akan mengganggu yang satunya
lagi. Makin banyak yang dirangkaikan, makin besar kesulitan yang dihadapi, karena
kemungkinan gangguan atau interference itu, dan kemungkinan suatu chain dilupakan.
Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari
sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep.
Kondisi utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif
fundamental sebelumnya.
Belajar konsep dapat dilakukan karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi
internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Manusia dapat melakukannya
tanpa batas berkat bahasa dan kemampuannya mengabstraksi. Dengan menguasai konsep, ia
dapat menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk,
besar, jumlah, dan sebagainya. la dapat menggolongkan manusia menurut hubungan
keluarga, seperti bapak, ibu, paman, saudara, dan sebagainya; menurut bangsa, pekerjaan, dan
sebagainya. Dalam hal ini, kelakuan manusia tidak dikuasai oleh stimulus dalam bentuk fisik,
melainkan dalam bentuk yang abstrak. Misalnya kita dapat menyuruh peserta didik dengan
perintah: “Ambilkan botol yang di tengah! ” Untuk mempelajari suatu konsep, peserta didik
harus mengalami berbagai situasi dengan stimulus tertentu. Untuk itu, ia harus dapat
mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang termasuk dan tidak termasuk konsep
itu. Proses belajar konsep memakan waktu dan berlangsung secara berangsur-angsur.
Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini peserta
didik belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah
logika formal (induktif, dedukatif, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas)
sehingga peserta didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya
dipandang sebagai “rule “: prinsip, daliI, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya.
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik
belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang
menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan berbagai
kaidah yang telah dikuasainya. Belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut:
Individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan
sehingga merasakan adanya semacam kesulitan. Langkah-langkah yang memecahkan
masalah, adalah sebagai berikut:
Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang lain
dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian mengidentifikasi berbagai
alternatif kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pertanyaan dan
jawaban sementara yang memerlukan pembuktian (hipotesis).
Setiap alternatif pemecahan ditimbang dari segi untung ruginya. Selanjutnya dilakukan
pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling mungkin (feasible) dan
menguntungkan.
Instrumental input menunjukkan kualifikasi serta kelengkapan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Yang termasuk dalam instrumental
input antara lain guru, kurikulum, bahan/sumber, metode, dan media.
Strategi pembelajaran yang dterapkan oleh guru akan selalu bergantung pada sasaran atau
tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkrit,
yakni Tujuan Instruksional Khusus dan Tujuan Instruksional Umum, tujuan kurikuler, tujuan
nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.
Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan pelajaran akan
mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran-antara serta sasaran-kegiatan. Sasaran itu
harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan tersebut harus
memiliki kualifikasi: a) pengembangan bakat secara, optimal, b) hubungan antarmanusia, c)
efisiensi ekonomi, dan d) tanggung jawab warga selaku warga negara.
Pandangan hidup para guru maupun peserta didik akan turut mewarnai berkenaan dengan
gambaran karakteristik sasaran manusia idaman. Konsekuensinya akan mempengaruhi juga
kebijakan tentang perencanaan, pengorganisasian, serta penilaian terhadap kegiatan belajar
mengajar.
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diiorganisasi.
Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan
pendidikan. Pengawasan itu turut menentukan lingkungan dalam membantu kegiatan belajar.
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para
peserta didik belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujua yang
diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah
job description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar
yang dilakukan oleh kelompok-kelompok peserta didik. Sehubungan dengan hal ini, job
description guru dalam implementasi proses belajar- mengajar sebagai berikut.
Pengertian strategi pembelajaran efektif adalah prinsip memilih hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk
mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-
sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Killen (1998): No teaching strategy is better
than others in all circumstances, so you have to be able to use a variety of teaching
strategies, and make rational decisions about when each of the teaching strategies is likely to
most effective.
Apa yang dikemukakan Killen itu jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang
dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum
penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut.
Segala aktivitas guru dan peserta didik, mestinya diupayakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh
karena keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran.
Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat;
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.
Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun kita
mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai
adalah perubahan perilaku setiap peserta didik.
Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek
afektif, dan psikomotorik.
Prinsip khusus dalam pengelolaan pembelajaran sebagai berikut.
Interaktif
Prinsip interaktif mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan
pengetahuan dari guru ke peserta didik; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses
mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didiik untuk belajar. Dengan demikian,
proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan peserta didik, antara peserta
didik dan peserta didik, maupun antara peserta didik dengan lingkungannya. Melalui proses
interaksi, memungkinkan kemampuan peserta didik akan berkembang, baik mental maupun
intelektualnya.
Inspiratif
Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan peserta didik untuk
mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam
pembelajaran bukan harga mati, yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang
merangsang peserta didik untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti
membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan peserta didik. Biarkan peserta didik
berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada dasarnya
bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap peserta didik.
Menyenangkan
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik.
Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa
takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran
merupakan proses yang menyenangkan (joyfull learning). Proses pembelajaran yang
menyenangkan bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik,
yaitu yang memenuhi unsur kesehatan, misalnya dengan pengaturan cahaya, ventilasi, dan se-
bagainya; serta memenuhi unsur keindahan, misalnya cat tembok yang segar dan bersih,
bebas dari debu, lukisan dan karya-karya peserta didik yang tertata, vas bunga, dan lain
sebagainya. Kedua, melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni
dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan
serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Menantang
Proses pembelajaran adalah proses yang menantang peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut
dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik melalui
kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi. Apa pun yang diberikan
dan dilakukan guru harus dapat merangsang peserta didik untuk berpikir (learning how to
learn) dan melakukan (learning how to do). Apabila guru akan memberikan informasi,
hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah jadi yang siap dikonsumsi peserta didik,
akan tetapi informasi yang mampu membangkitkan peserta didik untuk mau
“mengunyahnya”, untuk memikirkannya sebelum ia mengambil kesimpulan. Untuk itu,
dalam hal-hal tertentu, sebaiknya guru memberikan informasi yang “meragukan”, kemudian
karena keraguan itulah peserta terangsang untuk membuktikannya.
Motivasi
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Tanpa adanya
motivasi, tidak mungkin mereka memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu,
membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses
pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik
untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri
peserta didik manakala mereka merasa membutuhkan (need). Peserta didik yang merasa
butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab, itu
dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya
pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan peserta didik, dengan demikian peserta didik
akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong
oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.
Rangkuman
Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian strategi pembelajaran
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan.
Model pembelajaran adalah: “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.”
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses
yang sifatnya masih sangat umum
Metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran metode didefinisikan sebagai
cara-cara menyajikan bahan pelajara pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan
Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik
adalah cara yang dilakukan orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode
yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan
efisien. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode
tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual.
Komponen strategi pembelajaran adalah; guru, siswa, tujuan, bahan pelajaran,
kegiatan pembelajaran, metode, alat, sumber pembelajaran dan evaluasi
Komponen-komponen strategi pembelajaran akan mempengaruhi jalannya
pembelajaran, untuk itu, semua komponen strategi pembelajaran merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap strategi pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu peserta didik, sebagai raw input, instrumental input atau sasaran, enviromental
input ( lingkungan).
Strategi pembelajaran efektif: berorentasi pada tujuan. aktivitas, individualitas,
integritas, motivasi, menantang. menyenangkan, inspiratif, interaktif
Strategi pembelajaran mandiri
Posted on November 8, 2012 by firmanwibi
“tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, dan tak cinta maka tak laku”
Pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak siswa melakukan tindakan mandiri
yang melibatkan terkadang satu orang, biasanya satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang
untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan sehari-hari secara sedemikian
rupa untuk mencapai tujuan yang bermakna.
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk membangun
inisiatif individu, kemandirian, peningkatan diri. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman
atau sebagai bagian dari kelompok kecil.
1. Model SAVI
Dave Meier menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam
proses belajar yang dikenal dengan model SAVI, yaitu :
Somatis è belajar dengan bergerak dan berbuat
2. Model MASTER
Rose dan Nicholl memperkenalkan satu model belajar yang dikenalkan dengan M-A-S-T-E-R, yaitu :
Mind è mendapatkan keadaan pikiran yang benar
Trigger è memicu memori
Sesuai dengan konsep belajar mandiri, bahwa seorang siswa diharapkan dapat :
1. Menyadari bahwa hubungan antara pengajar dengan dirinya tetap ada, namun hubungan
tersebut diwakili oleh bahan ajar atau media belajar.
2. Mengetahui konsep belajar mandiri
3. Mengetahui kapan ia harus minta tolong, kapan ia membutuhkan bantuan atau dukungan.
4. Mengetahui kepada siapa dan dari mana ia dapat atau harus memperoleh
bantuan/dukungan.
Bagian terpenting dari konsep belajar mandiri adalah bahwa setiap siswa harus mampu
mengidentifikasi sumber-sumber informasi, karena identifikasi sumber informasi ini sangat
dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan belajar seorang siswa pada saat siswa tersebut
membutuhkan bantuan atau dukungan.
5. Penerapan/implementasi
1. Mengambil Tindakan
Siswa yang menghimpun, menyentuh, dan mengumpulkan pengetahuan memiliki otak yang berbeda
dibandingkan dengan siswa yang hanya menonton, mendengar dan menyerap informasi.
2. Mengajukan pertanyaan
Untuk menjadi mandiri, harus bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan menarik dan tajam yang
dapat menyempurnakan keyakinan dan menjelaskan kejadian.
3. Membuat Pilihan
Siswa memilih untuk berpartisipasi dalam rencana kerja yang paling sesuai dengan minat pribadi dan
bakat mereka. Serta gaya belajar yang paling tepat bagi mereka sambil mencari keterkaitan antara
tugas sekolah dengan kehidupan keseharian mereka.
Kesadaran-diri ini meliputi pengetahuan tentang keterbatasan dan kekuatan kita, mengetahui
bagaimana pandangan orang lain kepada kita serta pengendalian emosi.
5. Kerja Sama
Dengan bekerja sama, membantu siswa untuk menemukan bahwa ternyata cara pandang mereka
hanyalah satu diantara cara pandang yang lain dan bahwa cara mereka melakukan sesuatu hanyalah
satu kemungkinan dari berbagai kemungkinan lain. Melalui kerja sama, dan bukannya persaingan
atau kompetisi, siswa menyerap kebijaksanaan orang lain.
• mencapai tujuan akhir dan pendidikan yaitu mahasiswa dapat menjadi guru bagi dirinya sendiri.
Kelemahannya adalah :
• bila diterapkan kepada peserta didik yang belum dewasa, ia belum bisa belajar secara
mandiri (masih memerlukan bimbingan).
• Apa yang didapat dalam pembelajaran mandiri masih belum tentu benar, maka perlu
melakukan pertanyaan atau diskusi.
Kesimpulan
Pembelajaran mandiri memberikan siswa kesempatan yang luar biasa untuk mempertajam
kesadaran mereka akan lingkungan mereka.
Pola ini memungkinkan siswa bertindak berdasakan inisiatif mereka sendiri untuk membentuk
lingkungan
Kelebihan dari pembelajaran ini adalah membentuk peserta didik yang mandiri dan
bertanggunggjawab. Sedangkan kekurangannya adalah peserta MI belum dewasa, sehingga
sulit menggunakan pembelajaran mandiri.
http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/konsep-dasar-strategi-pembelajaran-3/
PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tinjauan tentang pembelajaran kooperatif meliputi: pengertian pembelajaran kooperatif,
tujuan pembelajaran kooperatif, teori-teori yang terkait dengan pembelajaran kooperatif,
karakteristik pembelajaran kooperatif, langkah-langkah pembelajaran kooperatif, dan jenis-
jenis pembelajaran kooperatif.
Model kooperatif yang digunakan oleh para guru memiliki ciri-ciri sebagai berikut
(Ibrahim et al., 2000):
Pembelajaran kooperatif dapat berjalan secara efektif, maka perlu ditanamkan pada diri siswa
unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut (Ibrahim et al., 2000):
Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama
dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa
menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan
utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar siswa dapat
belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya
dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al.(2000), yaitu:
Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang
model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan
dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
cooperative learning dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun
kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui
struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan
bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab
saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial (Isjoni, 2010).
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi
siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan
bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar.
Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi kerja kelompok, atau
evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-
usaha kelompok maupun individu. Enam tahap pembelajaran koperatif dapat dirangkum pada
tabel berikut:
3 Fase III Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
Mengorganisasikan siswa kelompok belajar dan membantu setiap
ke dalam kelompok belajar kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
4 Fase IV Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan
Membimbing kelompok tugas mereka.
bekerja dan belajar
5 Fase V Guru mengevaluasi hasil belajar yang
telah dipelajari atau masing-masing
Evaluasi kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
6 Fase VI Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
Memberikan penghargaan belajar individu dan kelompok.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok.
Anggota yang mengetahui menjelaskan kepada lainnya sampai mengerti.
4) Guru memberi pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat siswa menjawab pertanyaan
tidak boleh saling membantu.
6) Penutup.
2) Guru beserta siswa memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan yang dapat
dikembangkan dari topik-topik tersebut.
3) Guru dan siswa saling sepakat dengan topic dan permasalah
4) Guru dan siswa menetukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan
masalah.
5) Siswa dalam kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka
rumuskan.
9) Penutup
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya dan mengutarakan pemikiran
masing-masing.
4) Guru memimpin diskusi kecil. Tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan
menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
1. Jigsaw
2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian bab atau sub bab yang
sama bertemu dengan kelompok baru (Kelompok Ahli) untuk mendiskusikan sub bab
mereka.
4) Setelah selesai diskusi sebagian tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar atau melaporkan hasil diskusinya kepada teman satu tim mereka tentang
sub bab yang harus dibahas.
7) Penutup.
Pengajar, desain pembelajaran, dan peserta didik adalah 3 (tiga) hal yang selalu disebut saat
kita ingin berbicara tentang proses pembelajaran. Mengapa demikian ? karena sesungguhnya
3 (tiga) hal tersebutlah yang menjadi motor dalam pergerakan sebuah roda pembelajaran.
Pengajar disini dapat diartikan secara luas, apalagi dalam era internetisasi saat ini. Salah satu
dampak yang ditimbulkannya pada dunia pendidikan adalah munculnya metode-metode
pembelajaran secara elektronik (elearning atau online learning). Hal tersebut akhirnya
berimbas pada cara guru dalam menyampaikan atau membahasakan materi di kelas, dari yang
sebelumnya bertutur atau lisan menjadi tulisan. Namun demikian, peran guru atau pengajar di
kelas tidak dapat tergantikan karena tidak semua peserta didik mampu belajar dan memahami
materi secara mandiri. Untuk mengatasinya adalah dengan cara memblend antara metode
klasikal dan elektronik (adanya hybrid instruction).
Menurut Gagne, Briggs, & Wager (dalam Prawiradilaga, 2007) desain pembelajaran
membantu proses belajar seseorang, dimana proses belajar itu sendiri memiliki tahapan
segera dan jangka panjang. Mereka percaya proses belajar terjadi karena adanya kondisi-
kondisi belajar, internal maupun eksternal. Tapi menurut Kemp, Morrison, & Ross (dalam
Prawiradilaga, 2007) esensi disain pembelajaran mengacu pada keempat komponen inti, yaitu
siswa, tujuan pembelajaran, metode, dan penilaian.
Peserta didik adalah semua individu yang menjadi audiens dalam suatu lingkup
pembelajaran. Biasanya penyebutan peserta didik ini mengikuti skup/ruang lingkup dimana
pembelajaran dilaksanakan, diantaranya : siswa untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah, mahasiswa untuk jenjang pendidikan tinggi, dan peserta pelatihan untuk diklat.
Peserta didik adalah masukan mentah (raw input) dalam sebuah proses pembelajaran yang
harus dithreat agar output dan outcomesnya sesuai dengan yang dicanangkan institusi
(khususnya) dan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya. Agar keluarannya dapat
beradaptasi dengan kemajuan zaman, maka sudah sepatutnya materi dan cara
pembelajarannyapun disesuaikan dengan dunia nyata juga. Hal tersebut biasa dikenal dengan
model pembelajaran inovatif.
Penilaianpun juga sudah melakukan terobosan atau inovasi. Terbukti, saat ini paper and pen
bukanlah satu-satunya cara untuk menilai keberhasilan belajar peserta didik. Asesmen
portofolio, autentik, dan lain-lain adalah sedikit dari banyak inovasi cara menilai keberhasilan
peserta didik yang lebih menitikberatkan pada proses.
Model pembelajaran inovatif lahir dari adanya keresahan terhadap cara belajar klasikal.
Dimana peserta didik tidak dapat terlibat aktif dalam hal intelektual maupun fisik. Karena itu,
dirancanglah sebuah model pembelajaran yang bisa mengaktifkan seluruh indera dan
intelektualitas peserta didiknya.
Yang termasuk ke dalam model pembelajaran inovatif adalah pembelajaran berbasis quantum
teaching, pembelajaran berbasis multiple intelegencies, elearning, active learning, integrated
learning, cooperative learning, pembelajaran berbasis sumber, konteksual learning, dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Selanjutnya yang akan dibahas disini adalah hanya model pembelajaran inovatif berbasis
elektronik (elearning) dan contextual learning.
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatan dari ‘electronica’
dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya.
Dengan kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didukung oleh
jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.(Tafiardi,
2005). Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa istilah
“e” dalam e-learning adalah segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha
pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, satelit, tape audio/video, tv interaktif,
dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh
disampaikan pada waktu yang sama (synchronously) ataupun pada waktu yang berbeda
(asynchronously).
Secara lebih singkat William Horton mengemukakan bahwa (dalam Sembel, 2004) e-
learning merupakan kegiatan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari internet).
Tidak jauh berbeda dengan itu Brown, 2000 dan Feasey, 2001 (dalam Siahaan, 2002) secara
sederhana mengatakan bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan
fasilitas yang didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.
Selain itu, ada yang menjabarkan pengertian e-learning lebih luas lagi. Sebenarnya materi e-
learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun
internet. Interaksi dengan menggunakan internetpun bisa dijalankan secara on-line dan real-
time ataupun secara off-line atau archieved. Distribusi secara off-line menggunakan media
CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar
dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya
pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada
(Lukmana, 2006).
1) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau
guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal
yang bersifat protokoler.
4) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal
yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
1) kegiatan pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.
2) tersedianya dukungan layanan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar,
misalnya CD-ROM atau bahan cetak
3) tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu peserta belajar apabila
mengalami kesulitan
5) adanya sikap positif pendidik dan tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer
dan internet
6) adanya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap
peserta belajar
7) adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar
8) adanya mekanisme umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara
Berbeda dengan yang telah diungkapkan di atas, dalam Sembel, 2004, lebih menyoroti dari
tenaga-tenaga ahli yang perlu ada untuk “menghidupkan” sebuah e-learning adalah :
1) Subject Matter Expert (SME), merupakan nara sumber dari pembelajaran yang
disampaikan.
2) Instructional Designer (ID), bertugas untuk secara sistematis mendesain materi dari
SME menjadi materi e-learning dengan memasukkan metode pengajaran agar materi menjadi
lebih interaktif, lebih mudah, dan lebih menarik untuk dipelajari.
3) Graphic Designer (GD), bertugas untuk mengubah materi teks menjadi bentuk grafis
dengan gambar, warna, dan layout yang enak dipandang, efektif, dan menarik untuk
dipelajari.
4) Learning Management System (LMS), bertugas mengelola sistem di website yang
mengatur lalu lintas interaksi antara instruktur dengan siswa, antarsiswa dengan siswa
lainnya, serta hal lain yang berhubungan dengan pembelajaran, seperti tugas, nilai, dan
peringkat ketercapaian belajar siswa.
Ahli-ahli pendidikan dan ahli internet menyarankan beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum seseorang memilih internet untuk kegiatan pembelajaran (Hartanto dan Purbo dalam
Tafiardi, 2002) antara lain:
1) Analisis Kebutuhan (Need Analysis). Dalam tahapan awal, satu hal yang perlu
dipertimbangkan adalah apakah memang memerlukan e-learning. Pertanyaan ini tidak dapat
dijawab dengan perkiraan atau dijawab berdasarkan atas saran orang lain. Setiap lembaga
menentukan teknologi pembelajaran sendiri yang berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu
diadakan analisis kebutuhan atau need analysis yang mencakup studi kelayakan baik secara
teknis, ekonomis, maupun sosial.
2) Rancangan Instruksional yang berisi tentang isi pelajaran, topik, satuan kredit, bahan
ajar/kurikulum.
3) Evaluasi yaitu sebelum program dimulai, ada baiknya dicobakan dengan mengambil
beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
Dikatakan berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih,
apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak
ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik.
Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki
tambahan pengetahuan atau wawasan.
Sebagai enrichment, apabila peserta didik dapat dengan cepat menguasai/memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka diberikan kesempatan untuk mengakses
materi e-learning yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar
semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang
disajikan guru di kelas.
Sebagai remedial, apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka di kelas. Tujuannya agar peserta didik
semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 (dua) sudut, yaitu dari sudut peserta
didik dan guru :
2) guru
Menurut Soekartawi (dalam Siahaan) beberapa manfaat yang diperoleh guru adalah bahwa
guru dapat : (1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan yang menjadi tanggung
jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi, (2) mengembangkan
diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang
dimiliki realtif lebih banyak, (3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru juga
dapat mengetahui kapan peserta didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama
sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang, (4) mengecek apakah
peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan
(5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di literatur,
memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan
terbuka dan jarak jauh (Soekartawi dalam Tafiardi, 2002 : 94-95), antara lain dapat
disebutkan sbb:
a) Tersedianya fasilitas e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah
melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan
tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur
dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh
bahan ajar dipelajari.
c) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
d) Bila siswamemerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya,
ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
e) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti
dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
yang lebih luas.
f) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
g) Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau
sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal,
di luar negeri, dsb-nya.
E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena memiliki
kelebihan/keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005)
2) Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.
3) Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka.
4) Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru,
seperti : cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga
memberikan standar kualitas yang lebih konsisten.
5) Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan
aplikasi dari pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan
pelatihan yang menggunakan cara tradisional
6) Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran
tersebut dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.
2) Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak
yang tidak mahal.
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak
terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:
1) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan
mengajar.
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis
3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.
4) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional,
kini juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan internet.
5) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
6) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah
tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).
7) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan
kurangnya penguasaan bahasa komputer.
h. Kendala-Kendala
1) Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan
tetapi memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.
2) Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan
untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.
4) Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang
learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman
dalam membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.
1. 2. Model Pembelajaran Berbasis Konteks (Contextual and Teaching Learning
(CTL))
Fenomena pembelajaran yang berkembang di lapangan adalah masih banyak pengajar yang
mengajar hanya sekedar menyelesaikan materi tanpa memikirkan apakah yang diberikannya
itu bermakna ataupun ada keterkaitan dengan dunia nyata. Yang mengakibatkan fenomena
ini terjadi, salah satunya adalah karena banyaknya materi yang harus diselesaikan tetapi
waktu yang tersedia kurang. Akibatnya, materi yang tersampaikan tidak ada yang
terinternalisasi dalam diri peserta didik, kalau boleh dikatakan secara ekstrim adalah lewat
begitu saja tanpa meninggalkan bekas apapun di kepala.
Beranjak dari fenomena itulah pembelajaran berbasis konteks atau CTL muncul. Intinya CTL
adalah pembelajaran yang menggabungkan isi/materi dengan pengalaman harian individu,
kehidupan di dalam masyarakat dan alam pekerjaan. Diharapkan dengan pembelajaran secara
konteks, peserta didik dapat memahami materi secara konkrit. Dikatakan konkrit karena
tangan dan “kepala” mereka ikut terlibat secara aktif dalam mempelajari dan memahami
materi yang disampaikan. Hal ini biasa disebut dengan hands on and minds on activity.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya.
Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas
guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan
kontekstual. Suatu pembelajaran dikatakan CTL, jika didalamnya terdapat komponen-
komponen sebagai berikut (dikdasmen) :
1. Konstruktivisme, dalam hal ini peserta didik dikondisikan agar mampu membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
yang telah mereka miliki. Jadi pembelajaran harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2. Inquiry, disini peserta didik belajar mencari (melalui pengamatan) dan menemukan
sendiri hal-hal yang harus diketahui dari sebuah topik yang disodorkan kehadapan
mereka. Disini peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya), dengan bertanya pengajar mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa terhadap topik/materi. Bagi siswa, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4. Learning community (masyarakat belajar), disini peserta didik berkumpul dengan
peergroupnya untuk saling berbagi ide, curah pendapat, dan tukar pengalaman.
Masyarakat belajar sangat membantu sekali untuk mengokohkan pemahaman mereka
terhadap pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya.
5. Modeling (pemodelan), tujuan adanya pemodelan adalah agar peserta didik
mempunyai gambaran nyata tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Yang
memberikan pemodelan ini biasanya adalah pengajarnya.
6. Reflection (refleksi), pada tahap ini peserta didik diminta untuk mencatat setiap
kejadian yang telah mereka lalui, memikirkannya, dan merefleksikannya. Semua hal
itu digunakan peserta didik untuk mengevaluasi pembelajaran yang telah mereka
laksanakan.
7. Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya), yaitu penilaian yang dilakukan
tidak terbatas secara kognitif (melalui paper and pen test) saja, tapi lebih holistic,
yaitu penilaian proses dan produknya. Apakah sudah relevan dan kontekstual ?
Segala hal yang telah dijabarkan di atas bila disintesiskan akan menghasilkan karakteristik
CTL, sebagai berikut :
1. kerjasama
2. saling menunjang
3. menyenangkan, tidak membosankan
4. belajar dengan bergairah
5. pembelajaran terintegrasi
6. menggunakan berbagai sumber
7. siswa aktif
8. sharing dengan teman
9. siswa kritis guru kreatif
10. dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan lain-lain
11. laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
praktikum, karangan siswa dan lain-lain
Dari 2 (dua) model pembelajaran yang telah dijabarkan di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa untuk membelajarkan peserta didik dengan sesungguhnya belajar
sangatlah sulit. Dibutuhkan pemikiran kritis, kreatif, dan mendalam untuk mewujudkannya.
Tidak lazim dan sayang rasanya bila model pembelajaran yang diberikan sangat inovatif, tapi
cara penilaiannya masih biasa-biasa saja. Karena tes tradisional cenderung hanya mengukur
kemampuan kogitif peserta didik saja dan terkadang hasil tes tersebut tidak murni (bila
peserta didik menyontek). Padahal, dalam pembelajaran inovatif peserta didik dituntut untuk
lebih berproses secara aktif dalam pembelajaran.
Evaluasi dikatakan penting karena mempunyai tujuan utama sebagai berikut (Gronlund,
2003) :
1. Feedback untuk peserta didik, dengan adanya evaluasi yang dilakukan secara berkala
peserta didik menjadi tahu kelebihan dan keterbatasannya dalam memahami materi.
Sebisa mungkin, feedback yang diberikan kepada peserta didik harus serinci mungkin,
agar mereka dapat menilai apakah hasil yang mereka dapat memang karena
kemampuan/pemahamannya atau hanya sekedar suatu kebetulan.
2. Feedback untuk guru, fungsi evaluasi terpenting bagi pengajar adalah untuk menilai
seberapa efektifkah pembelajaran yang telah ia laksanakan ? Apakah peserta didik
mampu menyerapnya ?
3. Informasi untuk orang tua, hasil dari tes yang telah dilaksanakan peserta didik
menghasilkan skor yang dapat menggambarkan kemampuan mereka terhadap materi.
Kumpulan-kumpulan angka tersebut dapat menginformasikan orang tua
bagaimanakah kemampuan anaknya di sekolah.
4. Informasi untuk seleksi, biasanya skor yang didapat dari setiap evaluasi adalah untuk
membuat keputusan/seleksi apakah peserta didik tersebut perlu remedial materi
sampai dengan keputusan apakah peserta didik perlu tinggal kelas atau tidak ?
5. Informasi untuk akuntabilitas. Biasanya nilai/skor yang didapat siswa dapat
digunakan pula untuk mengevaluasi guru, performansi sekolah oleh pihak-pihak
terkait.
6. Evaluasi sebagai insentif, maksudnya evaluasi dapat berfungsi sebagai hadiah atas
segala usaha yang telah dilakukan oleh peserta didik.
Telah disampaikan sebelumnya bahwa model pembelajaran yang inovatif harus dinilai secara
inovatif pula. Penilaian tersebut biasa dikenal dengan asesmen. Alasan mengapa pengajar
menggunakan asesmen, karena asesmen dapat :
Adalah asesmen hasil belajar yang menuntut peserta didiknya dapat menunjukkan hasil
belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang
hanya diperoleh di kelas, tetapi tidak dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, dalam hal
ini peserta didik bukan memilih atau menjawab jawaban dari sederet kemungkinan jawaban
yang sudah tersedia. Asesmen autentik sering disamakan dengan asesmen kinerja dan
sebaliknya.
Asesmen kinerja setidak-tidaknya harus memiliki 3 (tiga) cirri utama, yaitu (Zainul, 2005) :
1. Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu
kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki
dasar penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata.
2. Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas), masing-masing
kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan
evaluasi kualitas kinerja peserta didik.
3. Adanya judgement penilaian, asesmen kinerja membutuhkan penilaian yang bersifat
manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real).
Asesmen autentik/kinerja memiliki dua bentuk utama yaitu tugas (task) dan skala penilaian
(rubric). Tugas-tugas kinerja harus memperlihatkan kemampuan siswa menangani hal-hal
yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu dalam
bentuk yang paling nyata. Sedangkan, rubric merupakan panduan untuk member skor yang
jelas dan disepakati oleh peserta didik dan pengajar. Dengan bentuk asesmen autentik/kinerja
ini diharapkan peserta didik dan pengajar ada upaya memperbaiki proses pembelajaran.
Asesmen portofolio adalah asesmen yang terdiri dari kumpulan hasil karya peserta didik (bisa
berasal dari asesmen autentik) yang disusun secara sistematik, sehingga menunjukkan dan
membuktikan upaya, hasil, proses, dan kemajuan (progress) belajar yang dilakukan peserta
didik dalam jangka waktu tertentu.
Portofolio bisa bertindak hanya sebagai koleksi/kumpulan hasil karya peserta didik, tetapi
bisa juga bertindak sebagai asesmen. Hal yang harus diperhatikan, jika kita ingin
menggunakan portofolio sebagai instrument asesmen adalah :
Pada dasarnya asesmen portofolio memiliki 3 (tiga) prinsip, yaitu koleksi, seleksi, dan
refleksi. Dalam implementasinya ketiga prinsip tersebut memiliki keterkaitan yang tidak
dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
1. Tahap persiapan
1) Mengidentifikasi atau menetapkan tujuan pembelajaran yang akan diases dengan
asesmen portofolio
2) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa akan dilaksanakan asesmen portofolio untuk
mengases tujuan tertentu atau keseluruhan tujuan pembelajaran
3) Menjelaskan bagian mana dan seberapa banyak kinerja dan hasil karya yang secara
minimal harus tercantum atau disertakan dalam portofolio, dalam bentuk apa, dan bagaimana
kinerja atau hasil kerja itu akan diases
1. Tahap pelaksanaan
2) Guru melakukan pertemuan secara rutin dengan peserta didik guna mendiskusikan
proses pembelajaran yang akan menghasilkan karya peserta didik, sehingga setiap langkah
peserta didik dapat memperbaiki kelemahan yang mungkin terjadi
4) Memamerkan keseluruhan hasil karya yang disimpan dalam portofolio bersama-sama
dengan karya keseluruhan peserta didik yang menjadi peserta mata pelajaran tersebut
1. Tahap penilaian
1) Menegakkan kriteria penilaian yang akan dilakukan bersama-sama atau partisipasi
peserta didik
2) Kriteria yang disepakati diterapkan secara konsisten, baik oleh pengajar atau peserta
didik
3) Arti terpenting dari tahap penilaian ini adalah self-assessment yang dilakukan oleh
peserta didik, sehingga peserta didik menghayati dengan baik kekuatan dan kelemahannya
4) Hasil penilaian dijadikan tujuan baru bagi proses pembelajaran berikutnya.
1. C. Kesimpulan
Model pembelajaran dan evaluasi saling terkait satu sama lain. Model pembelajaran yang
dilaksanakan akan semakin baik, bila dalam pengimplementasiannya selalu memperhatikan
hasil evaluasi yang telah dilakukan. Jadi bisa dikatakan, evaluasi hadir salah satunya untuk
menilai keberhasilan model pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Model pembelajaran yang baik adalah yang dapat mengakomodir dan mengaktifkan peserta
didik (yang heterogen), baik dari segi fisik maupun intelektualitasnya. Begitu juga dengan
cara penilaiannya, diharapkan menggunakan instrumen yang tidak hanya mengukur potensi
kognitifnya saja.
Zainul, Asmawi & Agus Mulyana. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta : Universitas Terbuka,
2005.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Ø Kegitan Awal
1. Ketua kelas memimpin doa secara bersama-sama
2. Guru mengecek atau mengabsen kehadiran siswa
3. Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan di pelajari pada pertemuan kali ini
4. Guru memberikan rifresing atau penyegaran serta agar siswa berkonsentrasi dalam
menerima pelajaran dengan memberikan sedikit permainan yaitu dengen cara ketika guru
bilang ”berdiri” maka siswa duduk dan sebaliknya Guru berkat ” duduk ” maka siswa berdiri
dan seterusnya.
5. Guru memberikan pertanyaan tentang keanekaragaman hayati untuk mengetahui seberapa
besar penetahuan siswa tentang keaneragaman hayati.
Ø Kegiatan Inti
1. Guru membagi siswa menjadi 5 Kelompok, tiap kelompok diberikan satu wilayah di
Indonesia yaitu: Kelompok 1 Pulau Sumatra, Kelompok 2 Pulau Jawa, Kelompok 3 Pulau
Kalimantan, Kelompok 4 Papua dan Kelopok 5 Pulau Nusa Tenggara.
2. Masing-masing kelompok diberi tugas untuk mempelajari tentang Keanekaragamn Hayati
berdasarkan Penyebaranya (Biografinya) baik pada Persebaran Hewan maupun Persebaran
Tumbuhan, berdasarkan Ekosistem Perairan Baik pada Ekosistem air tawar maupun
ekosistem air laut serta usaha dan pemanfaatan sumber daya alamnya,( selama 20 menit).
3. Guru meminta hasil dari diskusi ditulis pada selembar kertas kertas karton yang telah
dipersiapkan, serta menunjukan lokasi wilyahnya pada peta Indonesia.
4. Guru meminta perwakilan pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok, kemudian kelompok yang lain boleh bertanya, atau memberikan
tambahan.
5. Setelah semua kelompok selesai presentasi, guru memberikan sedikit penyegaran dengan
mengajak siswa bermain sebentar seperti pada awal.
6. Guru meminta siswa kembali duduk pada tempat duduk masing-masing, kemudian
memutarkan film tentang keanekaragaman hayati di indonesia.
Ø Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan pertanyaan tentang keaneka ragaman hayati apa saja,serta usaha untuk
melestarikanya dan pemanfatan sumber daya alam yag terdapat pada film
2. Guru memberikan penguatan siswa tentang materi keanekaragaman hayati,usaha
pelestarian serta pemanfatan sumber daya alam.
3. Guru menyimpulkan konsep dari pelajaran yang baru diperoleh.
4. Guru melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai meteri
pembelajaran yang baru saja diperoleh.
5. Guru menyampaikan Pesan Moral yang terkait dengan pelajaran kepada siswa
6. Guru memberikan tugas untuk mempelajari tentang keanekaragam hayati khas indonesia
yang akan di bahas pda pertemuan mendatang.
7. Guru meminta ketua kelas untuk memimpin doa secara bersama-sama
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
a.Kegiatan Awal (15 Menit)
Guru menyampaikan salam kemudian mengajak siswa berdoa dengan dipimpin oleh ketua
kelas.
Guru mengecek kehadiran siswa
Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Guru memusatkan pikiran siswa dengan mengajukan beberapa teka-teki diantaranya: – aku
cukup beruntung di dunia. Aku merupakan cabang dari biologi yang ditugaskan untuk
mempelajari bagian-bagian dari tumbuhan seperti ciri-ciri, kehidupan, siapakah aku?
– aku merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil, aku punya banyak manfaat
tapi aku juga punya banyak kerugian. Cabang ilmu biologi apa sih yang mempelajari aku?
– Setelah siswa selesai menjawab teka-teki yang diajukan oleh guru menggali lagi
pengetahuan awal siswa dengan mengkaitkannya dengan materi pelajaran biologi apa sajakah
yang didapatkan oleh siswa selama smp.
b. Kegiatan Inti (60 Menit)
– Guru membagi siswa kedalam 5 kelompok sesuai dengan ruang lingkup biologi yang akan
dipelajari yaitu botani, zoologi, mikrobiologi, sitologi,dan histology dengan cara menyiapkan
beberapa kartu yang berisi beberapa soal dan bagian lainnya berupa jawaban yang dibuat
berdasarkan pembagian dari ruang lingkup biologi.
– Setiap siswa yang mendapat satu buah kartu akan memikirkan jawaban/soal dari kartu yang
dipegang dan kemudian setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (soal jawaban). Selain itu juga para siswa dalam hal ini dituntut untuk
mengenali dirinya termasuk dalam bagian ruang lingkup biologi yang mana.
- Setelah menemukan pasangannya para siswa dituntut untuk bergabung dalam kelompok
besar sesuai denga ruang lingkup biologi yang sesuai dnegan kartu yang diberikan oleh guru.
- Setelah bergabung dalam kelompok besar. Siswa diharuskan melakukan diskusi dan
membuat kesimpulan tentang ruang lingkup biologi yang harus dia bahas seperti kelompok
yang mendapat tema botani harus membahas tentang ruang lingkup botani yang meliputi
tumbuhan.
- Setelah selesai melakukan diskusi dan membuat kesimpulan. Hasil kesimpulan tersebut
diletakkan di depan kelas agar bias dilihat oleh semua siswa.
– Setelah langkah tersebut tiap kelompok menunjuk satu orang siswa sebagai tutor untuk
menjelaskan ruang lingkup biologi yang menjadi pembahasannya.
- Guru Memberikan kesempatan siswa/peserta tiap kelompok untuk menjelaskan kepada
peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya.
- Setelah kegiataan diatas selesai guru menyegarkan pikiran siswa dengan mengajak siswa
melihat film yang berhubungan dengan Biologi dan ruang lingkupnya.
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Guru menentun siswa untuk bersama-sama membuat kesimpulan
Guru memberikan penguatan terhadap kesimpulan yang telah diberikan oleh siswa.
Guru melakukan penilaian kepada siswa dengan cara memberi tes atau kuis seacara
kelompok dan individu.
Penetapan tim yang dianggap paling baik dalam pelajaran
Guru menutup pembelajaran hari ini.
Organisasi
Aturan dan prosedur sebaiknya dibangun dalam hubungannya dengan strategi pembelajaran
yang dapat membantu siswa menemukan kebutuhan pribadi dan akademiknya.
• Atur tempat duduk dalam bentuk U, baris atau lingkaran sehingga kita mudah mengawasi
dan bergerak mendekati siswa.
• Tentukan jadwal setiap hari dan diskusikan perubahannya pada pagi hari.
• Libatkan siswa sampai anda benar-benar memberikan instruksi yang jelas pada suatu
kegiatan.
• Libatkan siswa untuk lebih bertanggung jawab pada pembelajaran dengan cara tidak
melakukan tugas yang dapat dilakukan oleh siswa.
• Tentukan cara-cara mengumpulakn PR membagi kertas dsb.
• Bergeraklah disekitar ruangan dan ketahuilah kebutuhan individu siswa..
• Tentukan arahan dengan sederhana dan bertahap.
• Ingatkan siswa tentang prosedur kunci dihubungkan dengan pelajaran berikutnya..
• Gunakan kompetisi kelompok untuk merangsang belajar.
• Bangun kegiatan transisi
Komunikasi
Komunikasi efektif merupakan dasar manajeman kelas yang baik. Ketrampilan komunikasi
terdiri dari mengirim dan menerima.
Mengirim pesean
• Informasi sangat berguna jika diberikan sebelumnya
• Berbicaralah langsung pada mereka untuk mendapat respek dan perhatian.
• Berbicaralah dengan sopan sebagai teladan bagi siswa.
• Tunjukkan tanggung jawab dengan berkata “saya”
• Berikan pernyataan bukan pertanyaan. Pertanyaan seringkali menakutkan siswa.
Menerima pesan (teknik menjadi pendengar yang baik):
• Jadilah pendengar yang empatik. Hal ini akan membuat siswa merasa pernyataannya dapat
didengar dengan baik dan diterima.
• Tunjukkan reaksi sehingga siswa merasa berdialog.
• Lakukan kontak mata dan sadarilah pesan-pesan non verbal.
• Tunjukkan kepemimpinan yang baik dengan gerakan, ekspresi wajah dan gesture.
Monitoring
Berikut ini adalah teknik-teknik yang berguna untk merespon gangguan di kelas
• Lakukan pengamatan kelas secara berkala untuk memperhatikan dan merespon potensi
masalah.
• Lakukan reaksi dengan cepat dan tenang jika ada anak yang nakal .
• Lakukan kontak awal yang positif dengan menghargai kelakuan baik dan menentang
kelakuan yang kurang baik.
• Ingatkan siswa tentang aturan kelas
• Jelaskan siswa tentang aturan, prosedur dan konsekuensinya jika terjadi pelanggaran.
• Terapkan konsekuensi yang konsisten terhadap kelakuan kurang baik.
• Informasikan pada siswa bahwa mereka memilih konsekuensi dari kelakuannya.
• Gunakan konsekuensi yang secara alamiah mendidik.
• Ketika ada satu atau dua siswa sangat mengganggu, fokuskan siswa yang lain untuk
melaksanakan tugas, dan carilah waktu untuk berbicara dengan siswa yang mengganggu.
Menyampaikan pelajaran
• Libatkan siswa dalam mengevaluasi pekerjaannya sendiri.
• Tuliskan garis besar, definsi atau bimbingan untuk membantu siswa mengorganisasi pikiran
dan memfokuskan perhatian.
• Ajukan pertanyaan dan dan berikan waktu sebelum menunjuk seseorang.
• Variasikan gaya mengajar dan materi untuk mewadahi perbedaan gaya belajar siswa..
• Tentukan tugas dengan kesulitan tertentu sehingga cocok untuk tingkat kemampuan yang
beragam.
• Hubungkan bahan-bahan dengan kehidupan siswa kapanpun memungkinkan.
• Animasikan, buat antisipasi dan gunakan kegiatan-kegiatan untuk memancing ketertarikan
siswa dan meningkatkan motivasi untuk berpartisipasi.
• Libatkan siswa dalam pembelajaran kooperative, kompetisi kelompok, diskusi kelompok,
debat dan bermain peran.
Daftar reward
1. Duduk di kursi guru
2. Ortu mendapat telfon tentang kehebatan anaknya.
3. Duduk di barisan terdepan
4. Mendapatkan permen
5. Membawa pulang peliharaan kelas semalam.
6. Membantu siswa lain yang lebih muda
7. Membantu guru
8. Mendapat stempel
9. Membawa pulang alat peraga semalam
10. Pindah tempat duduk yang disukai.
11. Menjaga binatang di meja.
12. Tidak ada PR
13. Bercerita di depan kelas
14. Menjadi pemimpin dalam permainan kelas
15. Membaca untuk teman-temannya
16. Memilih film untuk dilihat teman-temannya.
Managemen Ruang
Pengaturan kelas yang baik tidak menjamin perilaku baik dari siswa sementara pengaturan
kelas yang kurang baik dapat menciptakan kondisi yang mengarahkan pada masalah.
* Guru hendaknya dapat mengamati seluruh siswa dan memonitor perilaku siswapada seluruh
waktu. Guru hendaknya juga dapat melihat pintu dari tempatnya duduk.
* Guru hendaknya dapat mengakses semua ruangan kelas.
* Siswa dapat melihat guru dan presentasinya tanpa harus menoleh atau berpindah.
* Buku-buku, presensi, ijin meninggalkan kelas dan buku acuan siswa hendaknya telah
disiapkan.
* Beberapa pajangan hendaknya tersusun dengan baik sehingga kelas menjadi menarik.
1. Pajangan kelas
• Pajangan kelas merupakan tempat untuk memamerkan hasil kreasi semua siswa dalam
proses pembelajaran. Jadi semua siswa memiliki tempat untuk memajangkan hasil karyanya.
• Pajangan kelas dapat dibuat dari bahan sederhana seperti bambu atau bahan yang lebih
mahal semacam melamin.
• Prinsipnya terdapat nama siswa dan tempat untuk menggantungkan karya siswa seperti
paku, penjepit atau yang lainnya.
• Umumnya pajangan siswa diletakkan di dalam kelas
2. Sudut Baca
• Sudut baca merupakan tempat untuk mewadahi berbagai bahan bacaan seperti buku,
majalah, cerita koran atau yang lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam belajar.
• Pajangan kelas dapat dibuat dari bahan sederhana seperti papan kayu yang disangga dengan
plat L atau berbentuk rak-rak buku. Jika masih tersedia tempat, sudut baca dapat dilengkapi
dengan beberapa kursi, bangku atau tikar untuk membaca sambil lesehan.
• Prinsipnya terdapat tempat untuk mewadahi bahan bacaan
• Umumnya sudut baca diletakkan di pojok kelas sehingga sering pula disebut dengan pojok
baca.
3. Pengaturan bangku
• Pada dasarnya pengaturan bangku untuk kelas pakem dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat mengakomodasi interaksi antar siswa.
• Umumnya bangku diatur berkelompok-kelompok.
• Idealnya menggunakan bangku dan meja yang mudah digeser
5. Jam kejujuran
• Jam kejujuran merupakan peraga jam dinding untuk semua siswa yang mana jarum-
jarumnya dapat diputar/diubah
• Setiap anak memiliki sebuah peraga jam dan mengubah jarumnya sesuai dengan waktu
kehadirannya
6. Pohon Prestasi
• Pohon prestasi merupakan tempat bagi guru untuk memberikan penghargaan kepada siswa.
• Pohon prestasi dapat berupa gambar pohon di kertas dan ditempelkan di tembok.
• Pohon prestasi dapat pula di buat dari ranting pohon sungguhan dan penghargaan berupa
bintang atau yang lain di kaitkan pada ujung-ujung ranting tersebut
7. Point Prestasi
• Setiap siswa dapat memperoleh point prestasi
• Point prestasi dapat berupa daftar nama siswa dan kolom untuk menempelkan
9. Bank Kelas
• Kelas dapat memiliki bank kelas bagi siswa yang kelebihan uang jajan
• Kotak amal dapat dibuat dari kaleng biskuit .
• Uang yang terkumpul dapat dipergunakan untuk membeli keperluan kelas seperti buku
cerita, kitab dan sebagainya
12. Emblem
• Emblem adalah karton dengan tulisan tertentu yang dilengkapi dengan penjepit untuk
dijepitkan di baju
• Emblem dapat membantu siswa menghapal sesuatu
15. Point prestasi dapat berupa daftar nama siswa dan kolom untuk menempelkan pointnya
1. Pendahuluan
Kelas yang dipenuhi dengan karya/pekerjaan siswa merupakan pemandangan yang
menyenangkan karena memberi pesan kepada mereka bahwa pekerjaan dan belajar mereka
penting. Selama ini yang menentukan pemajangan karya siswa biasanya guru, bukan siswa.
Clayton (2002) mengajukan gagasan tentang pemajangan karya siswa yang melibatkan siswa,
jadi merupakan kolaborasi antara siswa dengan guru. Ia beranggapan bahwa melibatkan
siswa dalam memajang hasil pekerjaan mereka dapat meningkatkan tanggungjawab siswa
dalam perkembangan belajarnya. Mereka bias dibiarkan bebas memilih pekerjaannya yang
akan dipajang guru, bisa juga diserahi tugas mendisain dan memajang pekerjaan di papan
(bulletin board), atau mereka bisa juga ditugasi untuk mengelola sendiri seluruh proses mulai
dari memilih, membuat tempat pajangan, dan memeliharanya.
Manfaat Pendidikan:
• Siswa mempunyai kesempatan untuk belajar mempraktekkan ketrampilan akademik dan
social.
• Ketika mereka memilih sendiri karyanya untuk dipajang,mereka belajar untuk melakukan
refleksi atas apa yang telah mereka kerjakan.
• Dengan menciptakan pajangan yang lebih mengutamakan USAHA dari pada HASIL
SEMPURNA, anak akan lebih memahami bahwa belajar adalah proses pertumbuhan, bukan
hanya proses penguasaan.
• Kolaborasi macam ini juga dapat meyakinkan/menguatkan rasa tumbuh kembangnya
kompetensi mereka dan memberikan pengalaman kepada mereka untuk mengambil
keputusan baik secara individu maupun kelompok.
• Memberi kesempatan kepada mereka untuk belajar dari orang lain, menghargai pekerjaan
orang lain, menumbuhkan empati, menghormati, dan menumbuhkan rasa kebersamaan dalam
komunitas kelas.
Manfaat Praktis:
• Mengembangkan ketrampilan mengukur, menggunting, menggunakan alat-alat, dan
menulis.
• Mengembangkan ketrampilan berorganisasi dan pengambilan keputusan.
Pada dasarnya semua aspek dalam kegiatan tersebut menjadikan anak mengambil
tanggungjawab dalam bagian dari kehidupan kelas.
(1) Membuat kriteria untuk memilih karya untuk dipajang. Mulailah dengan bertanya:
“Mengapa kita memajang pekerjaan di kelas?” Mungkin mereka menjawab:
• Supaya kita bisa melihat apa yang telah dikerjakan teman
• Supaya kita bisa menunjukkan karya yang membuat kita bangga
• Supaya bisa belajar lebih banyak tentang suatu topik
• Agar ada hal menarik yang dipajang di tembok dsb.
Guru bisa menambahkan bahwa pajangan juga bisa berguna untuk merefleksi pekerjaan kita
sendiri, belajar dari pekerjaan teman, dan membuat kelas menjadi indah.
(3) Pastikan ada pajangan yang merefleksikan upaya seluruh siswa dalam kelas tersebut. Hal
ini untuk menumbuhkan rasa kepemilikan dan memiliki pengaruh yang kuat pada
pembentukan komunitas.
(4) Jaga kemutakhiran pajangan, bermakna, dan tidak berserakan. Pajangan harus diganti
sesuai dengan perjalanan relevansinya dengan kurikulum. Bila ruang terbatas, karya dipajang
bergiliran dari pada dipaksakan sampai berjubel.
Reference:
Clayton, Marlyn K. 2002. Displaying Student Work. An Opportunity for Student-teacher
collaboration. http://www.responsiveclassroom.org.
C. Ruang Lingkup
Bahan kajian IPA untuk SMP/MTs merupakan kelanjutan bahan kajian IPA SD/MI meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
1. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan
2. Materi dan Sifatnya
3. Energi dan Perubahannya
4. Bumi dan Alam Semesta
2. Memahami klasifikasi zat 2.1 Mengelompokkan sifat larutan asam, larutan basa, dan
larutan garam melalui alat dan indikator yang tepat
2.2 Melakukan percobaan sederhana dengan bahan-bahan yang diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari
2.3 Menjelaskan nama unsur dan rumus kimia sederhana
2.4 Membandingkan sifat unsur, senyawa, dan campuran
3. Memahami wujud zat dan perubahannya 3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan
wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
3.2 Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari
3.3 Melakukan percobaan yang berkaitan dengan pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
3.4 Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia 4.1 Membandingkan sifat
fisika dan sifat kimia zat
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat
kimia
4.3 Menyimpulkan perubahan fisika dan kimia berdasarkan hasil percobaan sederhana
4.4 Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem 7.1 Menentukan ekosistem dan saling
hubungan antara komponen ekosistem
7.2 Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman mahluk hidup dalam pelestarian ekosistem
7.3 Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan
7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi
pencemaran dan kerusakan lingkungan
4. Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan 4.1 Mencari informasi tentang
kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Mengkomunikasikan informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia
4.3 Mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang
terdapat dalam bahan makanan
4.4 Mendeskripsikan sifat/pengaruh zat adiktif dan psikotropika
4.5 Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika
5.1 Mengidentifikasi jenis-jenis gaya, penjumlahan gaya dan pengaruhnya pada suatu benda
yang dikenai gaya
5.2 Menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan berbagai peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari
5.3 Menjelaskan hubungan bentuk energi dan perubahannya, prinsip “usaha dan energi” serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
5.4 Melakukan percobaan tentang pesawat sederhana dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
5.5 Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi
sehari-hari 6.1 Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-
parameternya
6.2 Mendeskripsikan konsep bunyi dalam kehidupan sehari-hari
6.3 Menyelidiki sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa
6.4 Mendeskripsikan alat-alat optik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
E. Arah Pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses
dan Standar Penilaian.
B. Tujuan
Mata pelajaran Biologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan
alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama
dengan orang lain
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui
percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
4. Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip biologi
5. Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan
IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri
6. Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana
yang berkaitan dengan kebutuhan manusia
7. Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
C. Ruang Lingkup
Mata pelajaran Biologi di SMA / MA merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTs yang
menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan
antarkomponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem
2. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan dan
manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
3. Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi, bioteknologi
dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Kelas X, Semester 1
Kelas X, Semester 2
4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta
peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia
serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan
4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran
lingkungan dan pelestarian lingkungan
4.3 Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah
4.4 Membuat produk daur ulang limbah
2. Memahami keterkaitan antara struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dan hewan, serta
penerapannya dalam konteks Salingtemas
2.1 Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkannya dengan fungsinya,
menjelaskan sifat totipotensi sebagai dasar kultur jaringan
2.2 Mendeskripsikan struktur jaringan hewan Vertebrata dan mengaitkannya dengan
fungsinya
3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit
yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas 3.1 Menjelaskan keterkaitan
antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem
gerak pada manusia
3.2 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang
dapat terjadi pada sistem peredaran darah
3. Memahami penerapan konsep dasar dan prinsip-prinsip hereditas serta implikasinya pada
Salingtemas 3.1 Menjelaskan konsep gen, DNA, dan kromosom
3.2 Menjelaskan hubungan gen (DNA)-RNA-polipeptida dan proses sintesis protein
3.3 Menjelaskan keterkaitan antara proses pembelahan mitosis dan meiosis dengan pewarisan
sifat
3.4 Menerapkan prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat
3.5 Menjelaskan peristiwa mutasi dan implikasinya dalam Salingtemas
Kelas XII, Semester 2
E. Arah Pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan
materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses
dan Standar Penilaian.
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai pada sebuah perencanaan
untuk mencapai sesuatu.
Sterategi ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi secara verbal, artinya bertutur secara
lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini. Seperti ceramah.
Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data
atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir
ulang.
Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses
pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat
mengungkapkan kembali materi yanng telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekpositori akan efektif manakala:
Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari
siswa (overview).
Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan.
Guru menginginkan untuk mendemontrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan
praktik.
Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuk
seluruh siswa.
Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah.
Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa.
Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada
siswa.
3. Kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyimpanan.
Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan diantaranya adalah:
a) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
langkah korelasi adalah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau
dengan hal-hal lain yang memungkinkaan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur
pengetahuan yang telah dimilikinya.
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah
disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah penting yang sangat penting dalam strategi
ini, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses
penyajian.
e. Mengaplikasikan ( aplication )
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka nenyimak
penjelasan guru.
Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi
pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajar yang disampaikan.
Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus
dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki belajar terbatas.
Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah)
tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran
kelas yang besar.
b. Kelemahan
Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan
mendengar dan menyimak secara baik.
Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,
perbedaan pengtahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
Karena strategi lebih banyak diberikan malalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan
berpikir kritis.
Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru,
seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai
kemampuan seperti bertutur (berkomunukasi), dan kemampuan mengelola kelas.
Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way
communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran
akan sangat terbatas pula.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri yaitu:
1. Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan,
artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
beiuef).
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, atau pengembangan kemampuan intelektual sebagai bagian dari
proses mental.
Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan
yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan
sebagai tujuan utama pembelajaran.
Adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. pada
langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Keberhasilan
SPI sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
mecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan
berjalan dengan lancar.
Merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:
Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh
siswa.
Hepotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual.
Menguji hepotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam
menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.
1) Adanya aspek masalah sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya
diskusi kelas.
2) Sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya menerima materi
pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Karena
budaya ini sudah terbentuk dan menjadi kebiasaan, maka akan sulit mengubah pola belajar mereka
dengan menjadikan belajar sebagai proses berpikir.
3) Sistem pendidikan menganjurkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya menggunakan pola
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir melalui pendekatan CBSA, namun
di lain pihak sistem evaluasi masih menggunakan sistem UAN. Tentu saja hal ini akan menambah
kebingungan guru sebagai pelaksana di lapangan.
SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih
bermakna.
Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Strategi ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.
Strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap
belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
b) Kelemahan
Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentuk dengan kebiasaan siswa
dalam belajar.
Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pebelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
1) CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar
diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
2) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan
situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata.
3) CTL mendorog siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya
mengharapkan siswa dapat memahami yang dipelajari, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu
dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
1. Siswa berperan aktif dalam setiap proses1. Siswa ditempatkan sebagai objek
pelajaran dengan cara menemukan dan belajar yang berperan sebagai penerima
menggali sendiri. informasi secara pasif.
2. Siswa belajar melalui kegiatan kelompok.2. Siswa lebih banyak belajar secara
individual dengan menerima, mencatat,
3.
dan menghafal materi pelajaran.
6. Tujuan akhir dari adalah kepuasan diri. 5. Tujuan akhir adalah nilai atau angka.
7. Tindakan atau perilaku dibangun atas 6. Tindakan atau perilaku didasarkan oleh
kesadaran diri sendiri. faktor dari luar dirinya.
8. Pengetahuan yang dimiliki setiap individu7. Kebenaran dimiliki bersifat absolut dan
selalu berkembang sesuai dengan final.
pengalaman yang dialami.
8.
3. Asas-asas CTL
a) Konstruktivisme
Proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa bisa
mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan atau pengalaman.
b) Inkuiri
Proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Penerapan asas ini dalam proses CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan
masalah yang jelas yang ingin dipecahkan.
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dan keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan
mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir.
Dalam konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Penerapan asas ini dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok belajar.
Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL,
sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat
memungkinkan terjadinya verbalisme.
f) Refleksi (Reflection)
Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam
proses pembelajaran CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk “ merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar
belajar atau tidak.
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan
pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b. Inti
Dilapangan
Penutup
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyakinkan pelajaran melalui penuturan
secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan
metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.
Ceramah merupakan metode yang “murah” dan “mudah” untuk dilakukan.
Organisasi kelas dengan menggunakan dapat diatur menjadi lebih sederhana.
b. Kelemahan
Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai
guru.
Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.
Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yanng baik, ceramah sering dianggap sebagai
metode yang membosankan.
Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang
dijelaskan atau belum.
2. Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan.
Langkah penyajian Adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran.
Pertama, diskusi kelompok (diskusi kelas). Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Kedua, diskusi
kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari
3-7 orang.
metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan gagasan
dan ide-ide.
Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki
keterampilan berbicara.
Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.
2. Jenis-jenis diskusi
a. Diskusi kelas/diskusi kelompok
Adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai
peserta diskusi. prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru membagi
tugas sebagai pelaksanaan diskusi. kedua, sumber masalah memaparkan masalah yang harus
dipecahkan selama 10-15 menit. ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan
setelah mendaftar pada moderator. keempat, moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi kelompok kecil
Diskusi ini dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota
kelompok antara 3-5 orang.
c. Simposium
Adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai
susut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas
kepada siswa.
Adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang
biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi
lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langssung tetapi berperan hanya sekedar
peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi.
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi.
Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.
Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan-
gagasan dan ide-idenya.
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesumpulan sesuai dengan hasil diskusi.
Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik
untuk perbaikan selanjutnya.
Dalam menggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara
seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan mencakup pertanyaan-pertanyaan dan
penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Cara pengajaran yang seperti ini dapat dibedakan dalam
dua jenis ialah:
Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode tanya jawab mempunyai hubungan
dengan metode apakah yang sedang dipakai guru metode ini sering sukar dibedakan, tujuan dan
teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini
seyogianya dibedakan.
a. Kelebihan :
Kelas lebih aktif karena siswa tidak sekedar mendengarkan saja.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal - hal yang belum
dimengerti oleh para siswa.
Guru dapat mengetahui sampai di mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang
diterangkan.
b. Kelemahannya :
Dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalakm
mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan
pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
Pendidikan jarak jauh (PJJ) berkembang sudah lama. Banyak definisi yang digunakan untuk
PJJ. JW.keegan melakukan penelitian mengenai praktek penyelenggaraan dan definisi PJJ yang
digunakan di berbagai Negara di dunia. Dia melakukan analisis dan menelaah di berbagai definisi
yang hampir sama, mulai dari definisi Doamen (1967), Meckenzie, Christense; dart Rigby (1968);
Undang-Undang Pendidikan Perancis (1971); Peters (1973), Holmberg (1977) dan membuat sintese
mengenai definisi-definisi tersebut. Menurut dia ada lima unsur dasar pengertian (five defining
elements) Pendidikan Jarak Jauh yang dapat diketengahkan, yaitu:
Terpisahnya guru dan siswa. Karakteristik inilah yang membedakan PJJ dari pendidikan
konvensional.
Adanya lembaga yang mengelola PJJ. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti PJJ
dari orang yang belajar sendiri (self study).
Digunakannya media (biasanya media tercetak) sebagai sarana untuk menyajikan isi
pelajaran.
Diselenggarakannya sistem komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara lembaga
dan siswa sehingga siswa mendapatkan manfaat darinya. Dalam hal ini siswa dapat
berinisiatif untuk terjadinya komunikasi itu.
Pada dasarnya PJJ itu bersifat pendidikan individual. Pertemuan tatap muka untuk
melengkapi proses pembelajaran berkelompok maupun untuk sosialisasi dapat bersifat
keharusan (compulsory), pilihan (optional), ataupun tidak ada sama sekali tergantung
kepada organisasi penyelenggaranya.
Definisi tersebut berlaku bagi berbagai sistem atau model PJJ yang menggunakan nama yang
berbeda-beda seperti Correspondence School, Distance Learning, Home Study, Independent
Learning, dan masih banyak lagi istilah lain. Definisi itu bahkan juga masih berlaku bila diterapkan
pada sistem PJJ baru yang sekarang sedang banyak diminati orang yaitu, On-line Learning, Virtual
Learning atau e-Learning.
Menurut Moore (1983) jarak antara siswa dan guru dalam pendidikan jarak jauh hanya
dipandang dari segi jarak fisik dan geografis saja melainkan harus dilihat sebagai jarak komunikasi
dan psikologis yang disebabkan karena keterpisahan siswa dan guru. Dewey dalam Moore (1903)
menjelaskan bahwa transaksi pendidikan merupakan interaksi antara individu; lingkungan dan
prilaku yang terjadi dalam situasi tertentu. Transaksi pendidikan dalam sistem PJJ terjadi antara
siswa dan guru dalam situasi yang bersifat khusus yaitu keterpisahan mereka satu dari lainnya. Jarak
transaksi dalam sistem pendidikan jarak jauh merupakan jarak komunikasi dan jarak psikologis
antara siswa dan guru. Jarak transaksi ini dapat mengakibatkan perbedaan persepsi mengenai
konsep yang dijelaskan oleh guru melalui media dan pemahaman siswa mengenai konsep itu. Oleh
karena itu jarak itu perlu dijembatani supaya perbedaan persepsi itu berkurang atau hilang. Menurut
Moore (1983, 1996) jarak transaksi itu dapat dijembatani melalui komunikasi dan percakapan
(dialouge). Dialog atau komunikasi pembelajaran dapat mengurangi jarak transaksinya. Artinya
makin mudah dan makin sering guru dan siswa berinteraksi makin kecil kemungkinan terjadinya
kesalahpahaman dalam menafsirkan isi pelajaran. Jadi dalam sistem PJJ ini adanya interaksi aktif
antara siswa dan guru itu sangat penting supaya proses belajarnya dapat terjadi.
Moore (1983, 1996) juga mengatakan bahwa media yang digunakan untuk menyajikan isi
pelajaran itu sangat mempengaruhi ada tidaknya komunikasi, dialog, atau interaksi antara guru dan
siswa. Kalau media yang digunakan adalah TV, radio, atau buku kesempatan siswa untuk
berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru sangat kecil, kalau media yang digunakan
adalah audio confrence, video conference atau internet kesempatan bagi siswa untuk
berkomunikasi, berdialog, atau berinteraksi dengan guru secara relatif jauh lebih besar.
Sampai saat ini pembelajaran yang masih banyak digunakan dalam sistem pendidikan jarak
jauh terutama adalah media cetak berupa bahan belajar mandiri yang biasa disebut modul. Media
ini seringkali ditunjang dengan media radio, TV, kaset audio, dan kaset video.
Siswa dan guru atau tutor bertemu secara berkala untuk memberikan kesempatan kepada siswa
menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa. Tutorial seperti ini sangat bagus untuk mengurangi jarak
transaksi antara guru dan siswa. Dengan demikian kesalahpahaman dalam menafsirkan isi palajaran
dapat diperkecil. Kekurangan yang ada dalam tutorial model ini: Tutorial tidak dapat dilakukan
terlalu sering. Makin sering dilakukan makin mahal biayanya. Biasanya tutorial ini diadakan
seminggu sekali, sebulan sekali, atau bahkan ada yang hanya diselenggarakan dua atau tiga kali
dalam satu semester. Hal ini menyebabkan siswa harus menunggu lama sebelum mereka dapat
mengutarakan kesulitannya kepada guru atau tutor. Tutorial seperti ini biasanya bukan merupakan
keharusan. Akibatnya banyak siswa yang memilih tidak hadir karena pertimbangan-pertimbangan
yang bersifat individual. Banyaknya yang tidak hadir karena alasan waktu, biaya transpor, atau
alasan lain.
Tutorial melalui telepon dan surat. Tutorial jenis ini tidak banyak dimanfaatkan siswa, pada hal
biayanya relatif murah dan mudah melakukannya. Kendalanya mungkin tidak semua siswa
mempunyai telepon, atau sungkan untuk menanyakan pelajaran kepada guru melalui telepon atau
surat. Rasa sungkan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Di samping itu tutorial melalui
surat jawabannya seringkali datangnya sangat lambat.
Tutorial melalui konferensi audio atau video Tutorial ini jarang digunakan karena biaya relatif mahal.
Dalam sistem pembelajaran melalui internet isi pelajaran disampaikan secara on-line. Karena
itu sistem pembelajaran ini seringkali disebut pembelajaran secara on-line. Dalam sistem
pembelajaran ini semua proses pembelajaran dapat dilakukan tanpa menuntut siswa hadir di ruang
kelas tertentu, tetapi mereka dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan pelajaran
seperti yang terjadi di kelas biasa. Karena dalam sistem pembelajaran ini tidak ada ruang kelas atau
kampus secara fisik maka sistem ini seringkali disebut virtual learning, virtual classroom, atau virtual
campus (Potter, 1997). Selain dari pada itu, karena proses pembelajaran, dalam menggunakan
internet, maka sistem ini juga sering disebut e-learning.
Virtual learning ini banyak diminati orang karena potensi yang dimilikinya untuk membuat
proses belajar menjadi efektif. Potensi yang utama adalah dapat memberikan peluang bagi siswa
untuk berinteraksi dengan guru, dengan teman, maupun dengan bahan belajarnya.
Siswa dapat berkomunikasi dengan gurunya melalui e-mail. Komunikasi ini bersifat orang
perorangan. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kapan saja dia mau. Guru akan menjawab secepat
mungkin sesuai dengan waktu yang dimilikinya. Cara berkomunikasi seperti ini jauh lebih cepat dari
pada komunikasi yang dilakukan melalui pertemuan tatap muka.
Siswa dapat berkomunikasi dengan guru dan teman-temannya secara bersama-sama melalui papan
bulletin. Dalam forum ini pertanyaan yang mengambil pelajaran yang sama. Jawaban guru juga
dapat dibaca oleh siswa lain yang tidak mengajukan pertanyaan. Dalam proses ini guru juga dapat
melontarkan pertanyaan tadi kepada siswa yang lain. Siswa yang lain dapat memberikan jawaban
yang akan dibaca oleh seluruh anggota kelas. Dengan demikian sesuatu persoalan dapat dipecahkan
bersama antara guru dan semua siswa di dalam ”kelas virtual-nya”. Komunikasi antara siswa dan
guru atau antara siswa dengan siswa lain itu dapat dilakukan secara tidak bersamaan waktu (a-
synchronous) maupun secara bersamaan waktu (synchronous).
Komunikasi antara siswa dengan isi pelajaran. Siswa akan terbiasa untuk mempelajari sendiri bahan
ajar yang disajikan secara on-line. Karena bahan belajar on-line itu biasanya disertai dengan tes
mandiri, siswa akan dapat menguji kemajuan belajar dirinya sendiri.
Guru dapat mengontrol aktivitas belajar siswa melalui internet. Guru akan dapat melihat kapan
siswa belajar, topik apakah yang dipelajari, berapa lama ia mempelajarinya, berapa kalikah ia
mempelajari ulang topik itu. Guru juga dapat melihat apakah siswa mengerjakan latihan soal dapat
dikerjakan dengan betul, Berapa sekornya dan sebagainya.
Virtual learning dapat menyajikan pelajaran dengan cara yang menarik. Merrill dalam
reigeluth (1983) mengemukakan bahwa dalam mengajar ada empat langkah utama yang dilakukan
guru yaitu: pemberian penjelasan, pemberian contoh, pemberian latihan (exercise), dan pemberian
umpan balik atau feedback yang berfungsi sebagai reinforcement.
Keempat langkah ini dapat diterapkan dengan mudah dalam penyajian pelajaran melalui
internet. dalam memberikan penjelasan dan contoh, internet dapat menggunakan gambar, diagram,
chart, suara, dan juga gerakan. Kalau dalam memberikan penjelasan digunakan, kata, istilah, atau
konsep yang umum dikenal oleh siswa, siswa dapat mengklik kata, istilah, atau konsep itu dan akan
muncul paparan yang dengan mudah dapat dipelajari siswa. Setelah mempelajari paparan itu siswa
akan dengan mudah kembali ke pelajaran semula. Dengan cara ini interaksi antara siswa dan bahan
belajar dapat berlangsung secara aktif.
Porter (1997) menyarankan, kalau kita akan menciptakan kelas virtual kita harus
mempertimbangkan berbagai hal supaya kelas virtual tersebut dapat menjadi wahana proses belajar
yang efektif.
Kelas virtual tersebut dilengkapi dengan sumber belajar yang pada saat diperlukan siswa telah
tersedia dan mudah diakses.
Kelas virtual tersebut harus dapat memberikan harapan kepada siswa untuk terjadinya proses
belajar dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
Kelas tersebut harus dapat menyatukan siswa dan guru supaya mereka bersikap terbuka untuk
berbagi informasi dan bertukar gagasan.
Kelas virtual harus menyediakan ruang untuk percobaan dan penerapan.
Kelas virtual juga harus dapat memberikan penilaian terhadap kinerja siswa.
Ada beberapa kelemahan yang perlu dikemukakan dalam penggunaan internet ini.
Melalui metode ini terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung
memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat
peristiwa yang terjadi.
Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan
antara teori dan kenyataan.
b. Kelemahan
Metode ini memerlukakan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai
demontrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
Demontrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti
penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan metode
ceramah.
Demontrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut
untuk bekerja lebih profesional.
Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demontrasi berakhir.
Mulailah demontrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir.
Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demontrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh
siswa.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa
yang dilihat dari proses demontrasi itu.
c. Langkah mengakhiri demonstrasi. Memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan
pelaksanakan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan
bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode Drill.
1. Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan,
pembuatan, dan lain-lain.
2. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus, dan lain-lain.
3. Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbol peta, dan lain-lain.
Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu
diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
Istilah strategi, metode, pendekatan, teknik, dan model mendefinisikan sebagai berikut :
1. Strategi pembelajaran adalah separangkat kebijaksanaan yang terpilih, yang telah dikaitkan dengan
faktor yang menetukan warna atau strategi tersebut, yaitu :
c. Cara menyajikan materi pelajaran (induktif atau deduktif, analitis atau sintesis, formal atau non
formal)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 203), pengertian strategi (1) ilmu dan seni
menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam dan perang
damai, (2) rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Soedjadi (1999 :101) menyebutkan strategi pembelajaran adalah suatu siasat melakukan
kegiatan pembelajaran yang bertujuan mengubah keadaan pembelajaran menjadi pembelajaran
yang diharapkan.
2. Pendekatan Pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Misalnya memahami suatu
prinsip dengan pendekatan induktif atau deduktif. Untuk dapat mengubah keadaan itu dapat
ditempuh dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan bahwa
dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dan dalam satu metode dapat
digunakan lebih dari satu teknik. Secara sederhana dapat dirunut sebagai rangkaian :
3. Metode Pembelajaran adalah cara mengajar secara umum yang dapat diterapkan pada semua mata
pelajaran, misalnya mengajar dengan ceramah, ekspositori, tanya jawab, penemuan terbimbing dan
sebagainya.
4. Teknik mengajar adalah penerapan secara khusus suatu metode pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan media pembelajaran serta
kesiapan siswa. Misalnya teknik mengajarkan perkalian dengan penjumlahan berulang.
5. Model Pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan
penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan
atau perkembangan pada diri siswa (Didang : 2005). Istilah “ model pembelajaran” berbeda dengan
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran
meliputi suatu model pembelajaran yang luas dan menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir
dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan.
Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya (Joyce,
Weil dan Showers, 1992)