Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A . LATAR BELAKANG

Etos kerja dikatakan sebagai faktor penentu dari keberhasilan individu, kelompok, institusi dan juga
yang terluas ialah bangsa dalam mencapai tujuannya. Pada pelaksanaan administrasi publik juga
dipengaruhi oleh etos kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya menyelenggarakan
kebutuhan masyarakat. Etos kerja merupakan yang hal utama dalam melaksanakan pekerjaan untuk
mencapai keunggulan budi dan keunggulan karakter yang menghasilkan kerja dan kinerja yang unggul
pula. Tentunya, keunggulan tersebut berasal dari buah ketekunan seorang manusia Mahakarya.
Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai upaya menciptakan keunggulan.
Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu pekerjaan maka hakikatnya kita sedang melakukan suatu
proses pelayanan. Menghayati pekerjaan sebagai pelayanan memerlukan kemampuan transendensi
yang bersifat melampaui ruang gerak manusia yang kecil.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Makna dan Dalil Etos Kerja

2. Pembagian Etos Kerja Dalam Islam

3. Hikmah Dan Manfaat Etos Kerja

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

Tujuan disusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas agama islam dan menjawab pertanyaan yang
ada pada rumusan masalah .

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penyusun dan
pembaca tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan manusia.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. MAKNA DAN DALIL ETOS KERJA

A. Makna etos kerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu
golongan sosial. Jadi, pengertian Etos Kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan
keyakinan seseorang atau suatu kelompok.

Etos Kerja menurut Islam didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang lahir dari keyakinan yang
sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, pengalaman
kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal saleh. Sehingga bekerja
berdasarkan prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan
meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya
sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah,
menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah,Seorang muslim yang memiliki etos kerja
adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin melakukan sesuatu yang penuh manfaat yang pekerjaan
merupakan bagian amanah dari Allah. Sehingga dalam Islam, semangat kerja tidak hanya untuk
meraih harta tetapi juga meraih ridha Allah SWT.

B. Dalil etos kerja

1. Al-Qur'an Surat Al-Qashash: 77.

ِ ‫سا َد فِي اأْل َ ْر‬


‫ض ۖ إِنَّ هَّللا َ اَل يُ ِح ُّب‬ َ َ‫سنْ َك َما أَ ْحسَنَ هَّللا ُ إِلَيْكَ ۖ َواَل تَ ْب ِغ ا ْلف‬
ِ ‫صيبَ َك ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَ ْح‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا َك هَّللا ُ الد‬
َ ‫َّار اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬
ِ َ‫س ن‬
َ‫س ِدين‬ ِ ‫“ ا ْل ُم ْف‬

"dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-
Qashash: 77)

2. Al-Qur'an Surat Al-Jumu'ah ayat 9-11.

. Al-Qur'an Surat Al-Jumu'ah ayat 9-11.

ٰ
ُ‫صاَل ة‬َّ ‫ت ال‬ِ َ ‫ضي‬ِ ُ‫س َع ْوا إِلَ ٰى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذ ُروا ا ْلبَ ْي َع ۚ َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمونَ فَإِ َذا ق‬
ْ ‫صاَل ِة ِمنْ يَ ْو ِم ا ْل ُج ُم َع ِة فَا‬ َ ‫أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا نُو ِد‬
َّ ‫ي لِل‬
ْ‫ضوا إِلَ ْي َها َوتَ َر ُكو َك قَائِ ًما ۚ قُ ْل َما ِعن َد‬ َ ْ َ َ َ َ ْ َّ َ
ُّ ‫ض ِل ِ َواذ ُك ُروا َ َكثِي ًرا ل َعل ُك ْم تُفلِ ُحونَ َوإِذا َرأ ْوا تِ َجا َرةً أ ْو ل ْه ًوا انف‬‫هَّللا‬ ْ ‫هَّللا‬ َ ِ ‫فَا ْنت َِش ُروا فِي اأْل َ ْر‬
ْ ‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِمنْ ف‬
9" َ‫ار ِة ۚ َوهَّللا ُ َخ ْي ُر ال َّرا ِزقِين‬
َ ‫هَّللا ِ َخ ْي ٌر ِمنَ اللَّ ْه ِو َو ِمنَ الت َِّج‬.

.
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. 10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. 11. dan apabila mereka
melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan
kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisiAllah lebih baik daripada permainan
dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik pemberi rezki."

3. Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 105.

َ‫ش َها َد ِة فَيُنَبِّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُون‬ ِ ‫ست َُردُّونَ إِلَ ٰى عَالِ ِم ا ْل َغ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ َ ‫سولُهُ َوا ْل ُمؤْ ِمنُونَ ۖ َو‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
ُ ‫سيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َر‬

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. At-
Taubah : 105)

B. PPEMBAGIAN ETOS KERJA DALAM ISLAM

Bekerja merupakan keniscayaan dalam hidup. Dalam suasana zaman yang semakin sulit, kaum
beriman dituntut mampu survive dan bangkit membangun peradaban seperti sedia kala. Syarat untuk
itu tidak cukup lagi ditempuh dengan kerja keras, tetapi harus kerja cerdas.

Tidak ada lain bagi kaum beriman kecuali harus mengkaji pandangan Islam tentang etos kerja. Meski
makhluk hidup di bumi sudah mendapat jaminan rezeki dari Allah, namun kemalasan tidak punya
tempat dalam Islam. Fatalisme atau paham nasib tidak dikenal dalam Islam. Firman Allah, "...maka
carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah. Hanya kepada Allah
kamu akan dikembalikan” (Qs Al-Ankabut: 17).

Menurut ayat itu, rezeki harus diusahakan. Dan seakan mengonfirmasi ayat di atas, firman Allah di
ayat lain tegas menyatakan, cara mendapat rezeki adalah dengan bekerja. “Jika shalat telah
ditunaikan, maka menyebarlah kalian di muka bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kalian beruntung” (Qs Al-Jumu’ah: 10).

Ayat lain bahkan menyatakan, dijadikannya siang terang agar manusia mencari rezeki dari Allah (Qs
Al-Isra: 12), terlihatnya bahtera berlayar di lautan agar manusia mencari karunia Allah (Qs An-Nahl:
14), adanya malam dan siang agar manusia beristirahat pada waktu malam dan bekerja pada waktu
siang (Qs Al-Qashash: 73).

Masih banyak ayat serupa. Intinya, rezeki Allah hanya akan diperoleh dengan etos kerja tinggi.
Bagaimana teknis pelaksanaan etos kerja sebagaimana perintah Allah di atas?
Menurut riwayat Al-Baihaqi dalam ‘Syu’bul Iman’ ada empat prinsip etos kerja yang diajarkan
Rasulullah. Keempat prinsip itu harus dimiliki kaum beriman jika ingin menghadap Allah dengan
wajah berseri bak bulan purnama.

1) Pertama, bekerja secara halal (thalaba ad-dunya halalan). Halal dari segi jenis pekerjaan sekaligus
cara menjalankannya. Antitesa dari halal adalah haram, yang dalam terminologi fiqih terbagi menjadi
‘haram lighairihi’ dan ‘haram lidzatihi’.

Analoginya, menjadi anggota DPR adalah halal. Tetapi jika jabatan DPR digunakan mengkorupsi
uang rakyat, status hukumnya jelas menjadi haram. Jabatan yang semula halal menjadi haram karena
ada faktor penyebabnya. Itulah ‘haram lighairihi’. Berbeda dengan preman. Dimodifikasi
bagaimanapun ia tetap haram. Keharamannya bukan karena faktor dari luar, melainkan jenis
pekerjaan itu memang ‘haram lidzatihi’.

2) Kedua, bekerja demi menjaga diri supaya tidak menjadi beban hidup orang lain (ta’affufan an
al-mas’alah). Kaum beriman dilarang menjadi benalu bagi orang lain. Rasulullah pernah menegur
seorang sahabat yang muda dan kuat tetapi pekerjaannya mengemis. Beliau kemudian bersabda,
“Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak kemudian mengambil kayu bakar dan
memikulnya di atas punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang kaya, diberi atau
ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).Dengan demikian, setiap pekerjaan asal halal adalah mulia dan
terhormat dalam Islam. Lucu jika masih ada orang yang merendahkan jenis pekerjaan tertentu karena
dipandang remeh dan hina. Padahal pekerjaan demikian justru lebih mulia dan terhormat di mata
Allah ketimbang meminta-minta.

3) Ketiga, bekerja demi mencukupi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi). Mencukupi
kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain. Tidak dapat diwakilkan, dan menunaikannya termasuk
kategori jihad. Hadis Rasulullah yang cukup populer, “Tidaklah seseorang memperoleh hasil terbaik
melebihi yang dihasilkan tangannya. Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri,
keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai sedekah” (HR Ibnu Majah).Tegasnya,
seseorang yang memerah keringat dan membanting tulang demi keluarga akan dicintai Allah dan
Rasulullah. Ketika berjabat tangan dengan Muadz bin Jabal, Rasulullah bertanya soal tangan Muadz
yang kasar.

C. MANFAAT DAN HIKMAH ETOS KERJA

1) Work ethic yang baik akan menghasilkan usaha dengan kualitas baik pula.

2) Work ethic akan membuat proses kerja menjadi lebih terbuka, kekeluargaan, sertakebersamaan,
jadi suatu kesalahan kerja bisa diperbaiki dengan cepat.

3) Work ethic pula akan meningkatkan produktivitas serta efisiensi kerja, baik di tingkat individu
ataupun perusahaan.
4) Biasanya suasana kerja yang kondusif serta nyaman dihasilkan oleh Work ethic yang baik jadi setiap
pegawai menyelesaikan pekerjaan sesuai target serta tepat waktu.

5) Kalau setiap karyawan dalam perusahaan mempunyai Work ethic yang baik, maka hal itu akan
menghasilkan team work yang baik jadi bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara bersama-sama.

D. Contoh perilaku etos kerja muslim dan menaati peraturan

1) Dapat bertanggung jawab dalam pekerjaan karena di akhirat nanti akan dimintai pertanggung
jawaban sesuai dengan apa yang sudah dikerjakan.

2) Tidak meninggalkan sholat pada saat bekerja, karena sholat merupakan kewajiban setiap umat
muslim

3) Bekerja dengan ikhlas dan penuh kesabaran karena orang sabar disayang allah swt.

4) Jujur dalam melakukan tindakan apapun.

5) Datang dengan tepat waktu di tempat kerja sesuai aturan yang berlaku

BAB 3

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dari uraian pembahasan mengenai Etos kerja untuk perubahan, dapat ditarik

beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,

kepribadian, watak,karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja

dimiliki oleh individu, tetapi juga olehkelompok bahkan masyarakat . Dalam

kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangatkerja yang menjadi

ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok.

2. Etos kerja sangat berpengaruh pada keberhasilan seseorang. Demikian juga

kesuksesan dalam pendidikan. Dengan etos kerja yang tinggi diharapkan

seseorang menjadi cakap, kreatif, mandiridan bertanggung jawab, terutama

pada dirinya sendiri.

B. SARAN

Dengan sangat menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari

kesempurnaan, sebab tidak ada satu tulisan di muka bumi ini yang terhindar dari

kecacatan selain al- Qur’an. Untuk itu kami menyarankan kepada pembaca untuk

memberikan sumbang saran serta kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan

makalah kami untuk yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Rozalinda, ekonomi islam. Cet. 3 jakarta: Rajawali pers, 2016, h. 1.

Sudirman Tebba, Membangun Etos Kerja dalam Perspektif tasawuf. Bandung:

Pustaka Nusantara Publishing, 2003, h. 37.

Misbahuddin,”sistem bunga dalam bisnis modern dalam perfektif hukum islam,”

Asy –ASYIRA’AH, vol. 44 no. 1(2010), h 715. http;//www.asy-syir'ah-

sistem%20bunga.pdf (Di akses 25 Januari 2020)

Misbahuddin, E-commerce dan Hukum Islam (Makassar: Alauddin University Press,

2012), h. 6.

Narulita sari, “etos kerja dalam islam” jurnal studi al Quran. http://journal.unj.ac.id

Anda mungkin juga menyukai