Materi :
ABSORBSI GAS CO2 DENGAN LARUTAN NAOH
Disusun oleh :
ADITYA WIDIYADI 21030114140161
AMELIA OKTAVIJAYA 21030114120035
ANANSYA PUTRI INTAN 21030113130137
Materi :
ABSORBSI GAS CO2 DENGAN LARUTAN NAOH
Disusun oleh :
ADITYA WIDIYADI 21030114140161
AMELIA OKTAVIJAYA 21030114120035
ANANSYA PUTRI INTAN 21030113130137
i
ABSORBSI GAS CO2 DENGAN LARUTAN NAOH
HALAMAN PENGESAHAN
Dr. Andri Cahyo K., ST, MT, Ph.D Vicky Kartika Firdaus
NIP. 197405231998021001 NIM. 21030112130146
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Proses Kimia
berjudul Absorbsi Gas CO2 dengan Larutan NaOH dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan Praktikum Proses Kimia. Selain itu pembuatan Laporan Resmi
Praktikum Proses Kimia ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan yang
dilakukan saat praktikum.
Dengan ini, kami juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa dengan segala limpahan rahmat-Nya.
2. Bapak Dr. Andri Cahyo K., S.T, M.T, Ph.D sebagai dosen pembimbing
materi Absorbsi Gas CO2 dengan Larutan NaOH.
3. Vicky Kartika Firdaus sebagai asisten pembimbing materi Hidrodinamika
Reaktor.
4. Bapak laboran dan segenap asisten laboratorium Proses Kimia.
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
6. Teman-teman 2014 yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam
tata penulisan laporan ini. Maka kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan dalam untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang.
Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
Amonia..................................................................................................4
Gambar 2.2 Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH ..............................5
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Utama Praktikum Absorbsi ..........................................9
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Mol CO2 pada Masing-Masing Variabel .............12
Gambar 4.2 Grafik Nilai Tetapan Perpindahan Massa CO2 Fase Gas .......................13
Gambar 4.3 Grafik Nilai Tetapan Perpindahan Massa CO2 Fase Cair ......................13
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Konstanta Kecepatan
Reaksi....................................................................................................14
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Mol CO2 yang Terserap terhadap Waktu ............15
INTISARI
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu
campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau
lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Dalam percobaan ini digunakan
larutan NaOH sebagai cairan penyerap untuk mengabsorbsi gas CO2 dan packing tower
sebagai alat absorbsi dengan packing jenis rashig rings berdiameter 1 inchi.
Pada percobaan ini digunakan variabel konsentrasi larutan NaOH yaitu 0,7 N;
0,65N; 0.4 N. Larutan NaOH dipompa dan diumpankan pada bagian atas menara pada
konsentrasi yang telah ditetapkan dan laju alir 3.5 ml/s. Sementara itu gas CO2 dialirkan
pada bagian bawah kolom. Gas dan cairan akan saling kontak sehingga terjadi reaksi.
Lalu, mengambil 10 ml sampel tiap selang waktu 1 menit sampai 10 menit untuk dititrasi
dengan metode acidi alkalimetri untuk menentukan kandungan karbonat dalam larutan
sampel tersebut.
Dari hasil percobaan, semakin besar konsentrasi NaOH maka CO2 yang terserap
semakin banyak. Semakin besar konsentrasi NaOH, baik harga kGa semakin besar.
Namun harga kLa semakin kecil seiring dengan bertambahnya konsetrasi NaOH.
Berdasarkan percobaan, semakin kecil konsentrasi NaOH maka semakin besar konstanta
kecepatan reaksi. Sedangkan jumlah CO2 yang terserap terhadap waktu mengalami
fluktuatif.
Saran untuk percobaan ini adalah pengontrolan valve yang sering agar laju alir
tetap konstan, menjaga valve untuk laju alir. Tekanan pada tangki CO2 harus dijaga agar
CO2 yang keluar tidak berlebihan.Larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum
dikontakan dengan CO2.
SUMMARY
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorbsi
Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia
dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu
sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsi
dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutan gas dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia.
Contoh proses ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen
karbonase. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses
absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan
(two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan
teori permukaan terbaharui.
Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh
peristiwa ini adalah absorbsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan
sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan
gas CO2 pada pabrik Amonia seperti yang terlihat pada gambar 2.1.
Gambar 2. 1. Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
ammonia.
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang
disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa
CO2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan
antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO2 dari
lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO2 terlarut dengan
gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
√ [ ] [ ]
(b) √
dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara CO2 dan [OH-}, yaitu = 2.
Di fase cair,reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa
tahapan proses:
NaOH(s) Na+(l) + OH-(l) (a)
CO2(g) CO2(l) (b)
CO2(l) + OH-(l) HCO3-(l) (c)
HCO3-(l) + OH-(l) H2O(l)+ CO32-(l) (d)
CO32-(l) + +
Na (l) Na2CO3(l) (e)
Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga
proses absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO2 ke dalam
larutan NaOH terutama jika CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas
lain atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar
dan Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :
√ [ ]
√ [ ]
(4)
√ [ ]
Jika nilai kL sangat besar, maka: , sehingga persamaan di atas
√ [ ]
menjadi (5)
√ [ ]
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam
larutan.Hal ini berakibat:
√ [ ] [ ]
√ (6)
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH akan
mengikuti persamaan:
(7)
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC adalah
2.1 x 10-5 cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).
NilaikGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang
waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa
dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
( ) ( ) (9)
Dengan dan
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plmdapat didekati dengan p = pin-pout.
Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan
and Xu, 1992):
( ) ( ) (11)
(12)
( )
BAB III
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Operasi Absorpsi.
Menganalisa Sampel.
3. Operasi Absorbsi
Memompa NaOH dengan konsentrasi sesuai variabel dan diumpankan
ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir 3.5 ml/s, hingga
keadaan steady state tercapai. Alirkan gas CO2 melalui bagian bawah
kolom, serta mengukur ketinggian cairan dalam manometer jika aliran
sudah steady state. Kemudian mengambil 10 ml cairan dari dasar kolom
absorbsi setiap 1 menit selama 10 menit (dimulai dari t=0) dan
menganalisis kadar ion karbonat atau kadar NaOH bebasnya. Kemudian
melakukan kembali operasi absorbsi di berbagai variable konsentrasi
NaOH.
4. Menganilisis Sampel
10 ml cairan yang telah diambil, dipindahkan ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan indikator fenolpthalein (PP) sebanyak 3 tetes, dan titrasi
cairan tersebut menggunakan larutan HCl 0.45 N yang telah dibuat
sebelumnya hingga warna menjadi merah hampir hilang. Mencatat
kebutuhan titran. Menambahakan 2-3 tetes indikator Metil Orange (MO),
dan menitrasi kembali menggunakan HCl hingga warna jingga berubah
menjadi merah. Mencatat kebutuhan titran.
BAB IV
PEMBAHASAN
0,350 0,353
0,300
0,250 0,236
0,200 mol CO2 yang
0,150 terserap
0,100
0,050
0,000
1 2 3
Variabel
10
8 6,488
kGa (10-3)
6
nilai kGa (10^-3)
4
0
1 2 3
Variabel
Gambar 4.2 Grafik Nilai Tetapan Perpindahan Massa CO2 Fase Gas
Berdasarkan grafik diatas, semakin kecil konsentrasi NaOH maka semakin
kecil pula mol CO2 yang terserap. Perubahan konsentrasi NaOH akan sebanding
dengan jumlah CO2 yang terserap. Sedangkan bertambahnya jumlah CO2 yang
terserap akan mengakibatkan bertambahnya nilaj kga, sehingga pada akhirnya
meningkatnya konsentrasi NaOH akan mengakibatkan pula bertambahnya nilai
kga.
4.3. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Nilai Tetapan Perpindahan
Massa CO2 Fase Cair (kLa)
25
20,45
20
kLa (10-6)
15
0
1 2 3
Variabel
Gambar 4.3 Grafik Nilai Tetapan Perpindahan Massa CO2 Fase Cair
Seperti pada grafik diatas, dapat dilihat bahwa semakin kecil konsentrasi
NaOH maka semakin besar nilai tetapan perpindahan massa pada fasa cair nya
(kLa). Dalam proses absorbsi CO2 dengan menggunakan NaOH nilai kLa
meningkat dengan bertambahnya konsentrasi NaOH. Hal ini dikarenakan molekul
NaOH yang semakin banyak dalam volume reaktor yang tetap membuat
tumbukan antara molekul NaOH dan CO2 semakin sering sehingga tetapan
perpindahan massa CO2 meningkat. (Setiadi,dkk, 2008)
4.4. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap k2 (konstanta kecepatan reaksi)
3 2,689
2,5
2
k2 (10-10)
1,329
1,5
0,5
0
1 2 3
Variabel
Seharusnya, semakin besar konsentrasi NaOH maka jumlah molekul NaOH dalam
larutan semakin banyak, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan antar
molekul akan lebih besar dan lebih reaktif karena jarak antar molekul yang
berdekatan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
NaOH(l) + CO2(g) NaHCO3(aq)
2 NaOH(l) + CO2(g) Na2CO3(aq) + H2O(l)
Reaksi NaOH dengan CO2 akan membentuk NaHCO3 dan Na2CO3. Semakin
besar konsentrasi NaOH tiap waktunya, maka semakin besar pula nilai konstanta
kecepatan reaksinya. Namun berbeda dengan grafik diatas. (Levenspiel, 1972)
4.5. Pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap Waktu
0,100
0,090
0,080
mol CO2 yang terserap
0,070
0,060
0,050 Variabel 1
0,040 Variabel 2
0,030 Variabel 3
0,020
0,010
0,000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (menit)
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan mol CO2 yang terserap terhadap waktu
Berdasarkan grafik diatas, mol CO2 yang terserap mengalami fluktuatif
terhadap waktu. Seharusnya semakin lama waktu operasi maka waktu kontak
larutan NaOH dan gas CO2 juga akan semakin lama, sehingga reaksi akan berjalan
lebih sempurna. Pada awalnya akan terjadi peningkatan jumlah CO2 yang
terserap. Kemudian pada suatu waktu jumlah CO2 yang terserap akan konstan,
karena reaksi berjalan secara kontinyu.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin kecil konsentrasi NaOH, maka jumlah mol CO2 yang terserap
juga semakin kecil.
2. Semakin kecil konsentrasi NaOH, maka nilai tetapan perpindahan massa
fasa gas juga mengalami penurunan.
3. Semakin kecil konsentrasi NaOH, maka nilai tetapan perpindahan massa
fasa cair mengalami kenaikan.
4. Konsentrasi NaOH dengan konstanta kecepatan reaksi berbanding terbalik.
5. Seharusnya, semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak CO2 yang
terserap
5.2. Saran
1. Pengontrolan valve untuk laju alir NaOH harus sering dilakukan agar tetap
konstan.
2. Tekanan pada tangki CO2 harus dijaga agar CO2 yang keluar tidak
berlebihan.
3. Larutan NaOH dialirkan sampai overflow sebelum dikontakan dengan
CO2.
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Perhitungan Reagen
a. NaOH 0.7N dalam 15L
gr = 428.75gr
b. NaOH 0.65N
Sisa V NaOH 0.7N: 12.2L
N1 . V1 = N2 . V2
0.7 x 12.2 = 0.65 x V2
V2 = 13.14L
(V aquadest yang ditambahkan: 0.94L)
c. NaOH 0.4N
Sisa V NaOH 0.7N: 11L
N1 . V1 = N2 . V2
0.65 x 11 = 0.4 x V2
V2 = 17.875L
(V aquadest yang ditambahkan: 6.875L)
d. HCl 0.45N
Massa picno kosong : 21.410 gr
Massa picno + HCl : 52.010 gr
Massa HCl : 52.010 – 21.410 = 21.022
V = 5.71 ml
2. Perhitungan Fraksi Ruang Kosong
Diameter kolom : 3.3cm
Tinggi tumpukan packing : 30.3cm
Vvoid : 104ml
= 259.26cm3
3. Operasi Absorbsi
Z = 1 cm= 0,01m
P = 5.5 Barr
Q NaOH = 3.5 ml/s = 0.21 L/menit
√
( )
√
( *
√
( )
√
( *
Q1 = QCO2Q3
NERACA TOTAL
Q1= L/menit
Q2= L/menit
Q3= Q1+Q2 = ( + )L/menit
=156,66 L/menit
Neraca komponen dalam tabung
C3
P.V=n.R.T
; dengan P adalah tekanan CO2
C3
A.Z = 259.26cm3
=
P = Z + 760 mmHg = 1cm + 76cmHg = 77cmHg = 1.027 barr
a. Variabel 1 (NaOH 0.7 N, h raksa = 0.5cm)
a. Variabel 1 (0.7N)
( ) ( )
( ) ( )
dp = 0.233
( * ( *
( ) ( )
b. Variabel 2 (0.65N)
( ) ( )
( ) ( )
dp = 0.2376
( * ( *
( ) ( )
c. Variabel 3 (0.4N)
( ) ( )
( ) ( )
dp = 0.5575
( * ( *
( ) ( )
11. Perhitungan K2
H = 2.88 x 10-5 g mol/cm3 atm
DA = 2.1 x 10-5 cm2/s
Massa jenis CO2 = 1.98 kg/m3
QNaOH= 3.5ml/s = 0,18 L/menit
a. Variabel 1 (NaOH 0,7 N)
* +
[ ]
b. Variabel 2 (0.65N)
* +
[ ]
c. Variabel 3 (0.4N)
* +
[ ]
Materi :
ABSORBSI GAS CO2 DENGAN LARUTAN NAOH
Disusun oleh :
ADITYA WIDIYADI 21030114140161
AMELIA OKTAVIJAYA 21030114120035
ANANSYA PUTRI INTAN 21030113130137
II. PERCOBAAN
2.1 Bahan yang Digunakan
Kristal Natrium Hidroksida (NaOH)
Cairan Gas Karbondioksida (CO2) yang disimpan di tabung bertekanan
Udara
Aquadest (H2O)
Reagen untuk analisis yaitu larutan HCl 0.1 N dan indikator PP dan MO
2.2 Alat Yang Dipakai
Cara kerja
1. Membuat Larutan Induk NaOH dengan Konsentrasi Sesuai Variabel
Sebanyak 10 L
Pertama, lakukan penimbangan 428.75gr kristal NaOH dan
melarutkannya ke dalam 15 liter aquadest. Kemudian larutan NaOH yang
sudah homogen tersebut dipindahkan ke dalam bak penampung untuk
segera dioperasikan.
2. Menentukan Fraksi Ruang Kosong pada Kolom Absorpsi
Pastikan semua valve dalam kondisi terturup. Lalu nyalakan pompa
sehingga NaOH mengalir dari bak penampung 1 ke bak penampung 2.
Kemudian alirkan NaOH ke dalam reaktor packing bed sampai setinggi
tumpukan packing. Keluarkan cairan dalam packing dan mencatat
volumenya sebagai volume ruang kosong dalam packing (Vvoid). Hitung
volume total kolom absorbsi dengan mengukur tinggi dan diameter kolom.
Setelah itu menghitung fraksi ruang kosong kolom absorbsi.
3. Operasi Absorbsi
Memompa NaOH dengan konsentrasi sesuai variabel dan diumpankan
ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir 3.5 ml/s, hingga
keadaan steady state tercapai. Alirkan gas CO2 melalui bagian bawah
kolom, serta mengukur ketinggian cairan dalam manometer jika aliran
sudah steady state. Kemudian mengambil 10 ml cairan dari dasar kolom
absorbsi setiap 1 menit selama 10 menit (dimulai dari t=0) dan
menganalisis kadar ion karbonat atau kadar NaOH bebasnya. Kemudian
melakukan kembali operasi absorbsi di berbagai variable konsentrasi
NaOH.
4. Menganilisis Sampel
10 ml cairan yang telah diambil, dipindahkan ke dalam erlenmeyer.
Menambahkan indikator fenolpthalein (PP) sebanyak 3 tetes, dan titrasi
cairan tersebut menggunakan larutan HCl 0.45 N yang telah dibuat
sebelumnya hingga warna menjadi merah hampir hilang. Mencatat
kebutuhan titran. Menambahakan 2-3 tetes indikator Metil Orange (MO),
dan menitrasi kembali menggunakan HCl hingga warna jingga berubah
menjadi merah. Mencatat kebutuhan titran.
Hasil Percobaan
a. Variabel 1 (NaOH 0.7 N, h raksa = 0.5cm)
t (menit) a (ml) b(ml)
0 7.8 2.8
1 8 2.9
2 8.7 3.1
3 9.4 3.2
4 8.5 2.1
5 8.3 2.1
6 8.7 2.2
7 8.4 2.1
8 8.9 1.8
9 8.4 2.1
10 9 1.5
avg 8.555 2.355
MENGETAHUI
PRAKTIKAN, ASISTEN,