Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengenalan K3
a. Pengertian Kesehatan
1. Istilah Kesehatan merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.
2. Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I Pasal 1, yang dimaksud
dengan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang
3. Individu yang sehat adalah individu yang bebas dari penyakit, cedera, serta masalah
mental dan emosi yang bisa mengganggu aktivitas manusia normal pada umumnya.
b. Pengertian Keselamatan
adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup
3. Pekerja atau tenaga kerja menurut UU No. 14 Tahun 1969 adalah tiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna
menghasil barang dan/atau jasa baik untuk memnuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.
c. Pengertian Keamanan
1. Keamanan ditempat kerja yang dimaksud yaitu melindungi para pekerja ketika
sedang bekerja dan melindungi asset atau fasilitas yang dimiliki perusahaan. Agar
dalam bekerja tidak timbul kecelakaan perusahaan harus membuat aturan yang harus
werkplaatsen (Peraturan tentang Pengamanan dalam pabrik dan Tempat Kerja ) atau
disingkat Veiligheidsregglement (Stbl. 1905 nr 521), yang kemudian pada taun 1910
diganti dengan Velighheidsreglimint (Stbl. 1910 nr 406 ) yang pada akhirnya diganti
d. Sebab-sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau
kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari
teknik keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan
dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut
menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan
1. Faktor manusia
c. Penggunaan APD
d. Perilaku manusia
2. Faktor lingkungan
b. Lokasi kerja
c. Kebisingan
d. Suhu udara
e. Penerangan
f. Lantai licin
3. Faktor peralatan
a. Kondisi mesin
b. Rancangan alat
c. Posisi mesin
Diantara tindakan di atas adalah tindakan yang kurang, dari hasil analisa kebanyakan
kecelakaan biasanya terjadi karena mereka lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak
hanya satu saja. Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas
B. Sejarah K3 di Dunia
Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan zaman modern
a. Zaman Pra-Sejarah
zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak
membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak dan kapak yang mereka buat
umumnya mempunyai bentuk yang lebh besar proporsinya pada mata kapak atau ujung tombak.
Hal ini adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak memerlukan tenaga yang
besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain yang
mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai saat
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak
membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah mengenal
berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka. Dan semakin
berkembang setelah ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-2500 BC. Pada tahun 3400
BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan batubata yang dibuat proses
pengeringan oleh sinar matahari. Pada era ini masyarakat sudah membangunan saluran air dari
batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000 BC muncul suatu peraturan “Hammurabi”yang
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir’aun banyak sekali dilakukan
pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang sebagai tenaga kerja. Pada tahun
1500 BC khususnya pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari
membangun “temple” Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar Raja Ramses II
Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates. Hippocrates
berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.
e. Zaman Romawi
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan adanya
gangguan kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan bahan-bahan toksik dari
lingkungan kerja seperti timbal dan sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang
f. Abad Pertengahan
mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah
mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang
g. Abad ke-16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus Theophrastus
Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai
memperkenalkan penyakit-penyakit akibat kerja terutama yang dialamai oleh pekerja tambang.
prinsip ventilasi.
h. Abad ke-18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 – 1714) dari
Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang terkenal : Discourse on the diseases
of workers, (buku klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh para ahli K3 sampai sekarang).
Ramazzini melihat bahwa dokter-dokter pada masa itu jarang yang melihat hubungan antara
pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat dia mendiagnosa
seseorang yaitu “ What is Your occupation ?”. ramazzini melihat bahwa ada dua faktor besar
yang menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang ada dalam bahan-bahan yang
digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja
1. Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru
Sejak era revolusi industri di ata samapai dengan pertengahan abad 20 maka penggnaan
pembuatan alat pelindung diri, safety devices. dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya juga
turut berkembang.
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekaran.
Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab penyebab
kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi
kerja yang tidak aman (unsafe condition). Pada era ini berkembang system automasi pada
pekerjaan untuk mengatasi maslah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor manusia.
kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya
masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss Control
Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang menyatakan
bahwa factor manajemen merupakan latar belakang penyebab yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan. Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun
K3 yang berorientasi pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan
semua unit-unit kerja seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu system
manajemen juga menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output.
Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO
pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan pada permasalahan K3 yang ada
yang sifatnya publik atau untuk masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyentuh
segala sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat manusia
serta penerapan hak asazi manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini tentu
saja lebih bayak berorientasi kepada aspek perilaku manusia yang merupakan perwujudan aspek-
aspek K3.
C. Sejarah K3 di Indonesia
Sejarah keselamatan kerja di Negara Indonesia (k3) di mulai setelah Belanda hadir ke
Indonesia pada era ke-17. Saat itu, permasalahan keselamatan kerja di lokasi Indonesia mulai
terasa untuk melindungi modal yang ditanam untuk industri. Saat jumlah ketel uap yang dipakai
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA KAMPUS PASER | xi
industri Indonesia sekitar 120 ketel uap, hingga munculah undang-undang tentang kerja ketel uap
di tahun 1853.
Pada tahun 1898, jumlah ketel uap yang dipakai industri kerja makin bertambah jadi
2.277 ketel uap. Tahun 1890 lalu dikeluarkan ketentuan mengenai pemasangan serta penggunaan
jaringan listrik di lokasi Indonesia. Menyusul pada tahun 1907, dikeluarkan ketentuan mengenai
pengangkutan obat, senjata, petasan, peluru serta beberapa bahan yang bisa meledak serta
pengerjaannya dikeluarkan pada tahun 1905. Lalu direvisi pada tahun 1910 di mana pengawasan
dikeluarkan tahun 1916. Pada tahun 1927 lahir undang-undang masalah serta di tahun 1930
pemerintah Hindia Belanda membuat revisi undang-undang ketel uap.Riwayat keselamatan kerja
di Negara Indonesia (k3) di mulai setelah Belanda hadir ke Indonesia pada era ke-17.
Saat terjadi perang dunia ke II, sedikit catatan riwayat tentang keselamatan dan kesehatan
industri kerja, karena waktu itu masih dalam situasi perang hingga banyak industri yang berhenti
beroprasi. Semenjak zaman kemerdekaan, riwayat keselamatan kerja berkembang sama dengan
dinamika bangsa Indonesia. Beberapa waktu setelah Proklamasi, undang-undang kerja serta
undang ini sendiri dibuat jadi alternatif Veiligheids Reglement tahun 1920. Sejarah selanjutnya
Kerja K3 dengan topik penerapan Keselamatan Kerja Untuk Pembangunan. Persisnya di bulan
Februari 1990, Fakultas Kedokteran Unissula yang bekerja bersama dengan Rumah Sakit Sultan
Agung Semarang mengadakan symposium gangguan pendengaran karena kerja yang di buka
oleh Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia yang saat itu dijabat oleh Cosmas Batubara.
tentang keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan
air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia. Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja diatur
tentang : Keselamatan Kerja yang di dalamnya antara lain memuat tentang istilah-istilah, ruang
dan Kesehatan Kerja; kecelakaan; kewajiban dan hak tenaga kerja; kewajiban bila memasuki
tempat kerja; dan kewajiban pengurus. Dalam Undang-Undang ini diadakan perubahan prinsipil
untuk diarahkan menjadi pada sifat preventif. Peraturan baru ini dibandingkan dengan yang
lama, banyak mendapatkan perubahan-perubahan yang penting, baik dalam isi, maupun bentuk
Kerja;
No. 406).
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional. Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya.
Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja disahkan di Jakarta oleh Presiden Jenderal
Soeharto pada tanggal 12 Januari 1970. UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
diundangkan di Jakarta oleh Sekretaris Negara Mayjend TNI Alamsjah pada tanggal 12 Januari
1970. UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ditempatkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1. Penjelasan Atas UU 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2918.
b. Dasar Hukum
Veiligheidsreglement yang ada sekarang dan berlaku mulai 1910 (Stbl. No. 406) dan
semenjak itu di sana-sini mengalami perobahan mengenai soal-soal yang tidak begitu berarti,
ternyata dalam banyak hal sudah terbelakang dan perlu diperbaharui sesuai dengan
teknik, teknologi dan industrialisasi di Negara kita dewasa ini dan untuk selanjutnya.
Mesin-mesin, alat-alat, pesawat-pesawat baru dan sebagainya yang serba pesik banyak
dipakai sekarang ini, bahan-bahan tehnis baru banyak diolah dan dipergunakan, sedangkan
mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi, maka dalam kebanyakan hal berlangsung pulalah
peningkatan intensitet kerja operasionil dan tempo kerja para pekerja. Hal-hal ini memerlukan
pengerahan tenaga secara intensief pula dari para pekerja. Kelelahan, kurang perhatian akan hal-
hal lain, kehilangan keseimbangan dan lain-lain merupakan akibat dari padanya dan menjadi
yang serba pelik serta cara-cara kerja yang buruk, kekurangan ketrampilan dan latihan kerja,
tidak adanya pengetahuan tentang sumber bahaya yang baru, senantiasa merupakan sumber-
sumber bahaya dan penyakit-penyakit akibat kerja. Maka dapatlah difahami perlu adanya
pengetahuan keselamatan kerja dan kesehatan kerja yang maju dan tepat. Dalam Undang-undang
ini diadakan perobahan prinsipiil dengan merobahnya menjadi lebih diarahkan pada sifat
preventief.
Karena amatlah sukar untuk merobah atau merombak kembali apa yang telah dibangun
dan terpasang di dalamnya guna memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang bersangkutan.
Peraturan baru ini dibandingkan dengan yang lama, banyak mendapatkan perobahan- perobahan
yang penting, baik dalam isi, maupun bentuk dan sistimatikanya. Pembaruan dan perluasannya
adalah mengenai:
Kerja.
Kesehatan Kerja.
Isi UU 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut, bukan format asli:
BAB I
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Pasal 1
1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
2. "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja
3. "pengusaha" ialah :
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha
c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
4. "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
Undang-undang ini;
5. "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga
Kerja;
6. "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
1. Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan
atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau
peledakan;
atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan
rumah, gedung atau bangunan lainnya, termasuk bangunan pengairan, saluran atau
persiapan;
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam
lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di
atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air
maupun di udara;
f. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau
gudang;
i. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
n. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi atau telepon;
yang bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah
BAB III
SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3
1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
barang;
penyimpanan barang;
2. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1)
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-
Pasal 4
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
ketentuan yang disusun secara teratur,jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi,
bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi guna menjamin keselamatan barang-
barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.
3. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1)
dan (2) : dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 5
1. Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para
2. Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam
2. Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-
Pasal 7
Pasal 8
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan
pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan
oleh direktur.
perundangan.
BAB V
PEMBINAAN
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
kerjanya;
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada
serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
BAB VI
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Kesehatan Kerja guna memperkembangkan kerja- sama, saling pengertian dan partisipasi
efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
2. Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
BAB VII
KECELAKAAN
Pasal 11
1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
2. Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1)
BAB VIII
KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan;
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-
BAB IX
KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
Pasal 13
Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
BAB X
KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang- undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-
tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja
yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang
mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
Keselamatan Kerja;
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang
BAB XI
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
1. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan
peraturan-perundangan.
2. Peraturan-perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas
4.
Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu
Undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di didalam satu tahun sesudah Undang-
undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan
Undang-undang ini.
Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini
belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu
undang ini.
Pasal 18
Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA" dan