Oleh :
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya
saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam laporan
Tugas Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
O’ol Saputra
NIM. 19 610 016
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIBING
Disusun Oleh:
Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan pada tanggal, Agustus 2022
Mengeshkan :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Dosen penguji :
Penguji I
NAMA : Ir. Abdul Muis, MT
NIP : 19640622 199303 1 003
Penguji II
NAMA : Ir. Abdul Halim, ST. MT. IPM
NIP : 19720224 200003 1 001
Penguji III
NAMA : Abdul Halik, S.Pd. MT
NIP : 19860926 201903 1 008
Mengetahui,
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
O'ol Saputra 196100016, 2022. Air conditioning system Design and Build.
Mechanical Engineering. Final report. Heavy Equipment Engineering.
AC is very helpful in the heavy equipment industry, to improve the production
process every company or workshop must have adequate facilities and
satisfactory performance.
The use of air conditioning that is commonly used is air conditioning in cars,
so to know the working system of the air conditioner, most educational programs
only form teaching aids based on price, capacity, and power that are calculated
appropriately according to needs. Therefore, the manufacture of this AC
simulator includes how to recognize problem solving in the Air Conditioning
system. How to simplify a construction but can represent the air conditioner cycle,
how to test air conditioning. The goal to be achieved is to make an air
conditioning system simulator. This simulator tool can be used as a learning
medium, damage analysis is done by doing three tests of the Air Conditioning
system.
By using Refrigerant model R134a where the compressor, extra fan and
condenser, dryer, expansion valve, and evaporator are the main components. By
doing three ways, namely a pressure test and a leak test which is included during
vacuuming, and a temperature test in accordance with the literature obtained.
The results of temperature measurements on the Evaporator pipe are 14 - 13 C.
From the test results we can see that the air conditioning simulation tool obtained
has met the specifications in the literature.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Tugas akhir ini dengan baik, sehingga Laporan Tugas Akhir ini yang
berjudul “Rancang Bangun Simulator Air Conditioning System.” Ini dapat
terselesaikan.
Laporan disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang
pendidikan program Diploma III pada jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang penulis peroleh selama
melakukan penelitian mulai dalam proses pemasangan dan pengujian komponen
air conditioning.
Dalam penulisan laporan ini penulis mengalami beberapa kendala, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya. Dalam
kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Budi Nugroho, ST., M.Eng, selaku Plt. Direktur Politeknik Negeri
Samarinda.
2. Bapak Suparno,ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Samarinda.
3. Bapak Dr. Eng. Hidayat, ST, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Alat
Berat Politeknik Negeri Samarinda.
4. Bapak Muhammad Taufik S.T., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam menyelasaikan
laporan ini.
5. Bapak Baso Cante S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam menyelasaikan laporan
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi serta Administrasi Jurusan Teknik
Mesin.
vi
7. Rekan-rekan Alat Berat Angkatan 2019, khususnya kelas A yang
seperjuangan selalu, senasib, dan sepenanggungan dalam menjalani kuliah
selama 3 tahun di Teknik Alat Berat Politeknik Negeri Samarinda.
8. Semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
9. Kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Suandi Malatta dan ibunda Eci
Maria ningsih tercinta, seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan, doa dan bantuan baik secara moral maupun materi kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dalam penulisan Tugas Akhir ini dapat menjadi lebih baik.
Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.
Samarinda,............ 2022
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................. x
viii
3.3 Objek Penelitian ..................................................................................... 29
LAMPIRAN ......................................................................................................... 62
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 3. 3 Tampak Depan Rancangan (Sumber : Dokumen Pribadi) ............... 30
Gambar 3. 4 Tampak Kanan Rancangan (Sumber : Dokumen Pribadi) ............... 31
Gambar 3. 5 Diagram Alir .................................................................................... 34
Gambar 4. 1 Meteran............................................................................................. 35
Gambar 4. 2 Pemotongan Besi Untuk Rangka ..................................................... 36
Gambar 4. 3 Pemasangan Magnet Las .................................................................. 36
Gambar 4. 4 Pengelasan RangkaMerapikan Rangka ............................................ 36
Gambar 4. 5 Merapikan Rangka Bawah ............................................................... 37
Gambar 4. 6 Pemasangan Mounting Engine ......................................................... 37
Gambar 4. 7 Pemasangan Engine.......................................................................... 37
Gambar 4. 8 Pembuatan Rangka Atas................................................................... 38
Gambar 4. 9 Evaporator ........................................................................................ 38
Gambar 4. 10 Pemasangan Evaporator pada rangka atas ..................................... 39
Gambar 4. 11 Pemasangan Kondensor ................................................................. 39
Gambar 4. 12 Pemasangan Receiver Dryer .......................................................... 40
Gambar 4. 13 Pemasangan Kompresor ................................................................ 40
Gambar 4. 14 Pemasangan Speedometer .............................................................. 41
Gambar 4. 15 Pemasangan Fuse box .................................................................... 41
Gambar 4. 16 Pemasangan Kunci Kontak ............................................................ 42
Gambar 4. 17 Hose Manfold Gauge ..................................................................... 42
Gambar 4. 18 Proses Pemvakuman ....................................................................... 43
Gambar 4. 19 Alat Pompa Vakum ........................................................................ 43
Gambar 4. 20 Oli Kompresor ................................................................................ 44
Gambar 4. 21 Pengisian Refrigerant kedalam Sistem ........................................... 44
Gambar 4. 22 Menghidupkan Engine ................................................................... 45
Gambar 4. 23 Penambahan Refrigerant ................................................................ 45
Gambar 4. 24 Blower ............................................................................................ 46
Gambar 4. 25 Magnetic Clutch ............................................................................. 47
Gambar 4. 26 Tegangan Magnetic Clutch ............................................................ 47
Gambar 4. 27 Pengujian Compressor ................................................................... 48
Gambar 4. 28 Pengujian Kondensor .................................................................... 49
xii
Gambar 4. 29 Pengujian Evaporator .................................................................... 50
Gambar 4. 30 Pengujian Hose ............................................................................... 50
Gambar 4. 31 Pengujian Kebocoran ..................................................................... 51
Gambar 4. 32 Pengukuran RPM denganTachometer............................................ 52
Gambar 4. 33 Kunci Posisi On .............................................................................. 55
Gambar 4. 34 Saklar AC On ................................................................................. 55
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem AC adalah salah satu ilmu yang penting di masa modern ini.
Dunia kerja dan kehidupan sehari hari tidak lepas dari penggunaan air
conditioner. Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya
merupakan salah satu proses yang membuat suatu ruangan menjadi tempat
yang nyaman. Sesuai dengan hukum kekekalan energi maka kita tidak dapat
menghilangkan energi tetapi hanya dapat memindahkannya dari satu
substansi ke substansi lainnya.
Didalam perkuliahan pada Politeknik Negeri Samarinda terdapat
simulator yang tersedia untuk pembelajaran sistem air conditioner untuk
dipelajari mahasiswa namun masih ada beberapa komponen yang tidak ada
didalam simulator tersebut sehingga mahasiswa hanya bisa mempelajari
beberapa komponen tersebut secara teori tanpa pernah memegang
komponen yang mereka ingin ketahui secara langsung. Alat dan bahan
praktikum yang ada di workshop kurang mampu memenuhi rasa keingin
tahuan para mahasiswa yang membuat mahasiswa hanya melakukan
observasi pada alat yang ada sekarang.
Atas fenomena tersebutlah penulis ingin membuat alat yang dapat
memudahkan pembelajaran mahasiswa yang mudah dimengerti dan lebih
lengkap dari yang sebelumnya yang ada di tempat praktik workshop teknik
alat berat. Serta menyusun sebuah tugas akhir yang membahas mengenai
analisa dari pengaruh perbedaan putaran kipas pendingin terhadap
kondensor dan membuat simulator AC tersebut lebih lengkap.
Sistem refrigerasi yang paling sederhana memiliki komponen utama
yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator . Untuk
mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang diinginkan banyak
1
alternative yang dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan menaikkan
koefisien perpindahan kalor kondensasi dan dengan menambahkan
kecepatan udara pendingin pada kondensor sehingga akan diperoleh harga
koefisien prestasi yang lebih besar.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
Banyak orang mengetahui apa fungsi Air Conditioning, namun hanya
sedikit yang mengetahui cara kerjanya. Hal yang mengejutkan adalah
ternyata evaporator pada Air Conditioning, bekerja mirip dengan sepanci air
mendidih di atas kompor (Gambar 2.1). Bahkan, alasan mengapa Air
Conditioning dapat terus mendingini udara adalah karena cairan yang
disebut “Refrigerant” (cairan pendingin), mendidih dalam evaporator coil.
Tentu saja semua prang tau bahwa air yang mendidih dalam panci adalah
sesuatu yang “panas” dalam sebuah Air Conditioning adalah sesuatu yang
“dingin”. Memehami suatu bahan dingin yang mendidih pada umumnya
cukup membingungkan. Dingin dianggap sebagai suatu kondisi. Pada
dasarnya, kondisi yang dianggap “dingin” tidaklah ada. Dingin hanyalah
istilah lainnya dari ketiadaan “panas”. Pada saat panas dibuang dari suatu
zat, makan zat tersebut akan menjadi dingin. Sepanci air yang mendidih
(menghasilkan uap) dan Air Conditioning merupakan peralatan sederhana
untuk menghasilkan panas.
4
Pada saat mendinginkan suatu objek berarti panas yang terkandung
pada objek tersebut dialirkan ke benda lain. Seperti halnya air yang selalu
mengalirkan menuju tempat yang lebih rendah, panas selalu mengalir dari
benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin.
Konduksi :
konduksi merupakan panas yang mengalir melalui benda padat.
Konveksi :
konveksi merupakan panas yang mengalir melalui zat seperti air ,
uap, atau udara.
Radiasi :
pada saat peningkatan suhu zat membuat sejumlah panas keluar (dari
bar heater atau api)
Nilai yang diukur dari suatu panas adalah insentitas dan kuantitas.
Dengan cara menempatkan sepanci air diatas nyala api pada kompor suhu
air meningkat hingga mendidih. Pada saat sebuah termometer dimasukkan
ke dalam air, maka akan diketahui suhu air tersebut (gambar 2.3).
5
Termometer tersebut menunjukkan intensitas panas, dan bukan jumlah
panas yang ada. Besaran untuk mengukur jumlah panas adalah kalori (SI)
atau British Thermal Unit (BTU) (satuan imperial). Satu kalori adalah
jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebesar
1 derejat celcius. Sementara satu BTU adalah jumlah panas yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu 1 pound air sebesar 1 derajat farenheit.
Kilogram kalori lebih sering digunakan. Satu koligram kalori
merupakan jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1
kilogram air sebesar 1˚C. Satuan sistem internasional lainnya untuk
pengukuran jumlah panas atau energi adalah kilojoule sama dengan 4,19
kilogram kalori.
6
2.1.4 Panas Yang Disarankan (Sensible Heat)
7
Jenis panas kedua disebut “panas laten”. Panas laten adalah panas yang
tersembunyi. (“laten” adalah bahas latin yang berarti tersembunyi). Panas
laten tidak dapat dirasakan dan tidak juga dapat diukur dengan sebuah
termometer. Panas laten dapat dijelaskan dengan cara memasukkan sebuah
termometer ke dalam sebuah balok es (Gambar 2.6). termometer membaca
suhu 0˚C (32˚F). Biarkan balok es mencair dan kumpulan airnya pada
sebuah tempat penampungan. Pada saat balok es diperiksa beberapa jam
kemudian balok es tersebut berukuran lebih kecil karena sebagian sudah
mencair. Namun termometer tetap membaca suhu 0˚C (32˚F). Kemana
perginya panas yang menyebabkan es mencair ? beberapa menganggap
bahwa panas yang di tambahkan terdapat dalam air dari es yang mancair.
Namun, memeriksa suhu air saat es mencair menunjukkan bahwa suhu air
hanya sedikit lebih tinggi dari suhu es.
Pada saat mendinginkan suhu objek berarti panas yang terkandung pada
objek tersebut dialirkan ke benda lain. Seperti halnya air yang selalu
mengalir menuju tempat yang lebih rendah, panas selalu mengalir dari
benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin.
8
Air berubah menjadi es atau es berubah menjadi air pada suhu 0˚C
(32˚F). Proses perubahan es menjadi air atau air menjadi es disebut “Laten
Heat of Fusion”(Gambar 2.7). 335 kilojoule panas laten ditambahkan untuk
mengubah 1 kilogram es menjadi 1 kg air. Dengan demikian, es tersebut
harus menyerap 335 kilojoule panas laten. Untuk mengubah 1 kg air
menjadi 1 kg es, 335 kilojoule panas laten dibuang dari air.
Perubahan air menjadi uap atau uap menjadi air terjadi pada suhu 100˚
(212˚F). Proses mengubah air menjadi uap atau uap menjadi air disebut
“Laten of Vaporization”. Untuk mengubah 1 kg air menjadi uap diperlukan
2256 kilojoule panas laten. Dengan dimikian, 2256 kilojoule panas laten
diserap oleh 1 kg air sebelum seluruh air berubah menjadi uap. Semua
benda padat menyerap panas dalam jumlah besar pada saat berubah menjadi
cairan dab juga menyerap panas dalam jumlah besar pada saat berubah
menjadi gas.
Hal ini dapat dibuktikan dengan memasukkan sedikit air dalam panci,
tempatkan sebuah termometer raksa dalam air, letakkan panci diatas api.
Saat air memanas bacaan termometer akan meningkat. Pada tekanan
atmosfir, air akan mendidih pada saat pembacaan suhu termometer
mancapai 100˚C (212˚F). Semakin besar nyala api, menyebabkan air
mendidih lebih cepat. Namun pembacaan pada termometer tidak akan
meningkat diatas 100˚C (121˚F). Apa yang terjadi dengan panas tambahan
dari nyala api yang diperbesar? Panas tambahan tersebut digunakan untuk
mengubah air dari bentuk cair menjadi bentuk gas. Karena suhu air yang
telah mendidih tidak akan meningkat diatas 100˚C (212˚F), maka dapat
dikatakan proses pendidihan adalah proses pendidihan air dengan
sendirinya.
9
2.1.7 Pengaruh Dari Tekanan
Pada hubungan langsung antara titik didih suatu cairan dengan tekanan
pada permukaan cairan. Dalam (Gambar 2.9) terdapat tiga panci air
mendidih. Panci pada sebelah kiri memiliki tekanan sebesar 101.35 kPa
10
(14.7 psi) dan air mendidih pada suhu 100˚C (212˚F). Meningkatkan
tekanan dalam panci menyebabkan air mendidih pada suhu lebih tinggi.
Menurunkan tekanan dalam panci (menciptakan vakum) menyebabkan air
mendidih pada suhu yang lebih rendah. Tekanan dapat dikurangi (dibuat
vakum) ke suatu titik dimana air dapat mendidih tanpa api.
Terdapat juga hubungan langsung antara suhu dan tekanan uap, pada
saat tekanan uap di tingkatkan, suhu uap juga meningkat (Gambar 2.10)
11
atau 13,8 psi). Air mendidih merupakan proses pendingan yang alami. Air
yang mendidih membuang panas laten dalam jumlah yang sama, baik itu
saat mendidih pada suhu 21.1˚C (71˚F) atau saat mendidihkan pada suhu
100˚C (212˚F). Bahkan selain air beraksi dalam cara yang sama namun pada
suhu yang berbeda.
2.2.1 Refrigeran
12
tidak merusak atmosphere. HFC-134a tidak dapat dipergunakan sebagai
pengganti R-12 secara langsung dan kedua refrigerant ini juga tidak dapat di
campur. Setelah system diisi dengan R-12, tidak boleh diisi ulang atau
ditambah HFC-134a, begitu juga sebaliknya. Mengacu pada SENR5664.
Sisa R-12 meyebabkan kerusakan kimia pada HFC-134a. Desiccant yang
dipergunakan pada system R-12 akan merusak ketika diisi dengan HFC-
134a. System HFC-134a memerlukan pelumas yang terbuat dari Poly
Alkylene Glycol (PAG) bukannya pelumas mineral based yang biasa
dipergunakan pada system R-12. Terlepas dari menggunakan R-12 atau
HFC-134a, prinsip dasar dan cara kerja air conditioning tetaplah sama.
Prinsip pengisian dari kedua jenis refrigerant ini sangatlah berbeda dimana
jika melakukan pengisian R-12 terlalu banyak atau kurang dari yang
disyaratkan, tidak akan terlalu besar. Pengaruhnya terhadap system, namun
HFC-134a harus diisi dengan toleransi pengisian 1/10 pound, jika tidak,
system tidak akan dingin dengan sempurna.
Beberapa hal yang dilarang pada saat berkerja dan menangani
refrigerant adalah (Gambar 2.12) :
13
6. Dilarang mencampurkan R134a dengan udara untuk pengujian
kebocoran. Pada saat berada dibawag tekanan campuran tersebut dapat
meledak.
7. Dilarang mengumpulkan atau memindahkan refrigerant kedalam
sebuah tangki bekas selalu gunakan sebuah tangki khusus yang sudah
direkomendasikan.
8. Dilarang mengisi sebuah tangki penyimpanan hinga lebih dari 80% dari
peringkat berat kotornya.
9. Pada ssat mengosongkan sistem refrigerant R12 dikumpulkan dan
pemerintah yang relevan. Dengan refrigerant R12, pastikan bahwa gas
dibuang sesuai dengan peraturan-peraturan.
10. Selalu berkerja dalam ruangan dengan ventilasi yang memadai.
Meghirup refrigerant, bahkan dalam jumlah yang sedikit, dapat
membahayakan dan menyebabkan pusing, iritasi pada mata, hidung dan
tenggorokan.
11. Pada saat megisi sebuah sistem dengan engine menyala, pastikan bahwa
valve pengukur tekanan tinggu ditutup
12. Waspadalah pada saat engine sedang menyala serta menjauhlah dari
komponen-komponen yang berputar.
14
Gambar 2.13 menunjukan sebuah tabung kaca (flask) berisi refrigerant
HFC-134a yang terbuka terhadap ruangan sekitar. Flask terbuka ini berkerja
seperti evaporator dalam sistem air conditioning. Pada saat berada dalam
tekanan atmosfir (101,35 kPa), HFC-134a mendidih pada suhu -27 C (-16
F). Panas dalam ruangan mengakibatkan refrigerant mendidih. Saat
refrigerant mendidih, panas diserap dari area sekitarnya. Berkurangnya
panas membuat area sekelilingnya menjadi dingin. Namun sistem sejenis ini
tidak ekonomis, tidak aman dan juga tidak baik untuk udara sekitar.
15
refrigerant kemudian turun tekanannya dan mendidih sehingga siklus di atas
berulang.
2.3.1 Kompresor
Gambar 2. 15 Kompresor
16
Compressor yang terdapat pada unit Air Conditioning memiliki
berbagai tipe, bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Diperlukan
pengetahuan dan pemahaman cara kerja untuk masing-masing tipe
Compressor, sebab kebutuhan pendinginan pada tiap-tiap kendaraan juga
berbeda. Tipe Compressor dapat dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut :
17
kevakuman didalam silinder, sehingga Refrigerant masuk ke dalam silinder.
Saat piston bergerak naik, Refrigerant di dalam silinder dipompa keluar
melalui discharge valve dan dialirkan ke Condensor dengan tekanan dan
temperatur yang tinggi. Akibatnya suction valve tertutup karna tekanan di
dalam silinder lebih tinggi daripada tekanan di sisi isap.
Pada Compressor jenis ini, gerakan piston diatur oleh swash plate pada
jarak tertentu dengan 6 atau 10 jumlah silinder. Ketika salah satu sisi pada
piston melakukan langkah tekan, maka sisi yang lainnya melakukan langkah
isap.
Pada desamnya, proses kompresi pada tipe ini sama dengan proses
kompresi pada Compressor tipe Crankshaft. Perbedannya terletak pada
adanya tekanan oleh katup isap dan katup tekan. Selain itu, perpindahan
gaya pada tipe swash plate tidak melalui connecting rod, sehingga
tekananny lebih kecil.
18
Compressor Tipe Wobble plate
Sistem kerja Compressor tipe ini sama dengan Compressor tipe swash
plate. Namun, dibandingkan dengan Compressor tipe swas plate,
penggunaan Compressor tipe wobble plate lebih menguntungkan
diantaranya adalah kapasitas Compressor dapat diatur secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan beban pendinginan. Selain itu pengaturan kapasitas yang
bervairasi akan mengurangi kejutan yang disebabkan oleh oprasi kopling
magnetik (magnetic clutch). Cara kerjanya, gerakan putar dari poros
Compressor diubah menjadi gerakan bolak-balik oleh pelat penggerak
(drive plate) dan wobble plate dengan bantuan guide ball. Gerakan bolak-
balik ini selanjutnya diteruskan ke piston melalui batang penghubung.
Berbeda dengan jenis Compressor swash plate, Compressor tipe wobble
plate hanya menggunakan satu piston untuk 2 silinder.
Meskipun jenis Compressor di atas mempunyai cara kerja yang
berbeda, tetapi pada prinsipnya sama, yaitu menekan Rifrigerant dan
membentuk kecepatan laju aliran massa Refrigerant sebagai fluida kerja
dalam sistem pendinginan. Sebenarnya masih ada tipe Compressor lainnya,
yaitu tipe rotary vane dan scroll compressor.
19
2.3.2 Kondensator
Gambar 2. 19 Kondensator
Ram Air :
Umumnya digunakan dalam aplikasi kendaraan otomotif,
kondensator jenis ram air bergantung pada kecepatan kendaraan untuk
mendorong udara dalam volume besar melalui koil kondensator.
Fprced Air :
Umunya digunakan pada alat kontruksi, kondensator forced air
menggunakan kipas untuk mendorong udara dalam volume besar
melalui koil kondensator. Udara lebih dingin dibandingkan dengan gas
20
refrigerant dalam kondensator. Panas mengalir dari gas refrigerant yang
panas ke udara yang lebih dingin.
21
bertekanan tinggi dari sisi bertekanan rendah system air conditioning.
Cairan refrigerant bertekanan tinggi memasuki orifice tube dan cairan
refrigerant bertekanan rendah keluar dari orifice tube. Refrigerant mengalir
dari orifice tube ke evaporator. Jumlah cairan yang memasuki evaporator
umunya lebih banyak dari yang dapat diuapkan oleh evaporator, karena itu
sejumlah refrigerant akan meninggalkan evaporator masih dalam bentuk
cair.
Fungsi dari evaporator dan blower fan (Gambar 2.21) adalah untuk
mentransfer panas dalam kabin operator ke refrigerant air conditioner.
Ketika cairan refrigerant memasuki evaporator, blower fan menarik udara
panas dari kabin operator melalui evaporator fin dan coil dimana panas dari
udara diserap ke refrigerant. Pada saat cairan refrigerant bertekanan rendah
memasuki evaporator, refrigerant lebih dingin dibandingkan dengan udara
dari blower fan. Panas dalam udara mengalir kedalam refrigerant cair
bertekanan rendah yang lebih dingin. Sebagian refrigerant mendidih dan
berubah menjadi gas refrigerant. Gas/cairan refrigerant bertekanan rendah
berisi panas mengalir ke skumulator. Udara yang lebih dingin mengalir
kembali ke kabin operator.
22
2.3.5 Receiver Dryer
23
2.4 Sistem Pada Air Conditioning
24
Dalam sistem “H” Block expansion valve (Gambar 2.25) thermostatic
expansionvalve diganti dengan “H” Block expansion valve. Saat “H” Block
expansion valve membuka, refrigerant cair mengalir menuju evaporator.
Refrigerant dengan tekanan rendah tersebut mulai mendidih saat mengalir
melalui coil evaporator. Gas refrigerant menarik panas dari udara yang
lebih panas yang disirkulasikan oleh kipas evaporator (blower).
25
yang lebih tinggi pada bagian atas diafragma menyebabkan diafragma
menyusut ke bawah dan menggerakan rod pada ball dan spring, sehingga
valve membuka.
Dua jenis expanxion valve (Gambar 2.26) yang umum digunakan pada
system air conditioning adalah internally equalize dan Externally equalize.
Kedua expanxion valve memiliki thermal bulb yang dihubungkan ke
diafragma oleh sebuah tabung kecil. Thermal bulb mengandung refrigerant.
Sebuah clamp menahan thermal bulb dengan kencang pada evaporator
outlet line. Thermal bulb sensitif dengan suhu evaporator outlet line
sehingga jika suhu outlet line meningkat, refrigerant didalam bulb memuai.
Refrigerant yang memuai ini memberikan tekanan pada diafragma pada
bagian atas valve.
Diafragma dihubungkan melalui pin pada valve seat. Tekanan yang
diberikan pada diafragma menyebabkan pin pada diafragma dan valve seat
bergerak. Saat valve seat bergerak menjauh dari orifice, refrigerant lebih
banyak mengalir ke dalam evaporator. Peningkatan aliran refrigerant
menyebabkan evaporator outlet line menjadi lebih dingin. Suhu outlet line
yang lebih dingin menyebabkan refrigerant berkondensasi dalam thermal
bulb, yang mengurangi tekanan terhadap diafragma, pin dan valve seat.
Valve seat bergerak untuk mengurangi aliran melalui orifice.
26
Pada internal equalize expansion valve, tekanan pada refrigerant yang
memasuki evaporator berkerja pada dasar diafragma melalui internal
equalize passage. Pemuaian gas dalam thermal bulb akan melawan tekanan
penyeimbangan internal dan pages sebelum valve membuka untuk
meningkatkan aliran refrigerant.
Pada external equalize expansion valve, tekanan yang berkerja pada
dasar diafragma berasal dari evaporator outlet line melalui sebuah equilizer
tube. Equilizer tube menyeimbangkan tekanan buangan evaporator terhadap
tekanan yang disebabkan oleh pemuaian gas dalam thermal bulb.
Superheater spring mencegah lonjakan cairan yang berlebihan
memasuki evaporator “Superheater” adalah peningkatan suhu gas
refrigerant di atas suhu dimana refrigerant menguap. Superheat spring
dipasang pada valve dan disetel untuk penyetelan yang dutentukan
sebelumnya pada saat pembuatan di pabrik.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
28
3.3 Objek Penelitian
29
3.5 Rancangan Perakitan
Tampak Depan
30
Gambar 3. 4 Tampak Kanan Rancangan (Sumber : Dokumen Pribadi)
Tabel 3. 2 Tools
NO Nama Alat dan Bahan Spesifikasi Jumlah
4 Meteran 20 m 1 unit
6
Electroda Rb – 26 ( 3,2 mm 1 pcs
7 Las Listrik E 140 DC 1 unit
10 Thermometer - 1 unit
3.6.2 Kompone Air Conditioning System
Magnet cluctch
1 Kompresor 1 12 volt
Camiones air
2 Extra fan 1 Acondicionado
12 volt
Air cooled
1
2 Kondensor
kondensor
Sight glass
3 Receiver Drayer 1
Thermostat
4 Explanation valve 1 Expansion valve
32
Universal
5 Evaporator 1
Engine suzuki
HS12, HS8
7 Hose
4
33
3.7.3 Studi Pustika
Mulai
Studi Literatur, Internet
Survwei awal
Identifikasi
Kompone
Pengerjaan Stand
Selesai
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. 1 Meteran
35
Gambar 4. 2 Pemotongan Besi Untuk Rangka
36
Melakukan pemeriksaan ulang pada rangka dan sambungan las yang telah
dikerjakan agar kuat dan dapat menahan beban komponen.
37
4.1.6 Membuat Rangka Atas
Gambar 4. 9 Evaporator
38
Gambar 4. 10 Pemasangan Evaporator pada rangka atas
39
Gambar 4. 12 Pemasangan Receiver Dryer
40
Gambar 4. 14 Pemasangan Speedometer
41
4.1.13 Pemasangan Kunci Kontak
4.2.2 Pemvakuman
42
1. Pasang selang tekanan rendah pada Compressor bagian suction service
valve.
2. Pasang selang tekanan tinggi pada Compressor bagian discharge
service valve.
43
Gambar 4. 20 Oli Kompresor
44
Gambar 4. 22 Menghidupkan Engine
7. Buka kran tekanan rendah. Pastikan posisi kran tekanan tinggi tertutup
dan pembacaan pada manifold gauge tidak melebihi 60 psi saat
membuka kran tekanan rendah.
8. Tutup kran.
9. Matikan mesin dan lepas charging manifold dari compressor.
Pengujian alat adalah salah satu tahap yang harus dilakukan setelah
perancangan dan perakitan selesai dilakukan, sebagai berikut : Periksa
45
kondisi dari blower, hubungkan kedua kabel blower langsung menuju
sumber listrik baik 12/24 Volt sesuai dengan spesifikasi.
-Blower tidak berputar
Ganti blower dengan blower yang baru.
-Blower berputar
Lanjutkan kelangkah langkah berikutnya.
Gambar 4. 24 Blower
46
Gambar 4. 25 Magnetic Clutch
47
3. Periksa/perbaiki sambungan kabel
4. Compressor
48
menunjukan pada posisi 50 psi – 75 psi berarti compressor dalam keadaan
bagus ( tergantung banyaknya refrigerant ).
5. Kondensor
49
7. Evaporator
50
Pastikan sistem dalam keadaan tidak di vakum.
Kocok air sabun sampai mengeluarkan busa.
Isi sistem dengan sedikit refrigerant.
Oleskan busa dari air sabun tadi dengan kuas ke bagian-bagian yang
rentan terhadap kebocoran seperti hasil las-lasan dari sambungan
pipa kondensor dan pemasangan nut yang kurang kencang.
Perhatikan busa yang telah di oleskan tadi, jika busa air sabun
tersebut tidak menghasilkan gelembung udara maka hose tidak
terjadi kebocoran dan sebaliknya jika busa air sabun mengeluarkan
gelembung maka hose mengalami kebocoaran.
51
agar engine mencapai suhu kerja terlebih dahulu untuk kestabilan saat
pengetesan.
Posisi swicth
2 1500 medium evaporator 30˚C 28˚C 28˚C 35˚C
52
4.5 Ergonomis Pembuatan Simulator
Spesifikasi simulator
Tinggi Rangka : 167 Cm
Tinggi dari Roda ke Meja : 86 Cm
Lebar : 65 Cm
Panjang Rangka : 70 Cm
Tinggi rata-rata dari penduduk asia terkhusus indonesia sebesar 165
cm,dengan tinggi perut 100 cm dan tinggi siku 104 cm. simulator yang
digunakan secara berdiri membutuhkan keergonomisan yang baik untuk
menghindari terjadinya kecelakan pada tubuh pekerja yang bersifat
permanen. Keergoomisan yang baik dapat membantu dalam meningkatkan
performa kerja.
1 160 86 99 13 Nyaman
2 161 86 100 14 Nyaman
3 162 86 101 15 Nyaman
4 163 86 102 16 Nyaman
5 164 86 103 17 Nyaman
6 165 86 104 18 Nyaman
7 166 86 105 19 Tidak Nyaman
8 167 86 106 20 Tidak Nyaman
9 168 86 107 21 Tidak Nyaman
10 169 86 108 22 Tidak Nyaman
53
4.6 Standar Operating Procedure Simulator AC (SOP)
Sebagai standarisasi cara pengoperasikan alat peraga dapat berjalan
dengan sebagaimana yang di harapkan dan terhindar dari kerusakan alat
peraga maupun kecelakaan yang dapat terjadi. Adapun langkah
pengoperasiannya adalah sebagai berikut
54
Pastikan semua komponen terpasang dengan baik dan tidak ada
kebocoran
3. Cek Refrigerant sebelum pengoperasian
4. Cek sambungan dan kebocoran pada engine
Gambar 4. 34 Saklar AC On
55
4.6.4 Saat Mematikan Simulator Air conditioner
1. Matikan Switch fan pada evaporator
2. Matikan Switch untuk mematikan sistem ac
3. Putar Kunci kontak ke posisi off lalu tunggu hingga semua komponen
selesai berputar atau berhenti
4. Periksa Sambungan kabel dan hose,serta sambungan baterai
5. Simulator pun selesai dioperasikan
56
manifold gauge tertutup.
Pastikan untuk tidak mengisi terlalu banyak refrigeran karena dapat
berakibat berkurangnya kinerja pendinginan.
57
1. Jumlah refrigerant cukup, tidak tampak gelembung-gelembung
udarapada sight glass, hanya kadang-kadang saja tampak
gelembung udara.
2. Jumlah berlebihan, tidak tampak gelembung udara, tetapi
penunjukkan nilai tekanan tinggi dan tekanan rendah pada
gauge manifold lebih tinggi di atas nilai standar.
3. Jumlah refrigeran kurang: tampak gelembung-gelembung udara
pada sight glass secara terus-menerus.
Masalah :
1. Permukaan sirip – sirip kondensor tercemar oleh debu atau lumpur,
sehinggah menyebabkan kebuntuhan. Apabila permukaan sirip - sirip
kondensor diliputi debu atau lumpur, daya pendinginan kondensor akan
merosot. Maka harus dibersihkan setiap celah antara sirip – sirip dengan
menggunakan semprotan air. Jangan memakai sikat kaku untuk
membersihkannya karena akan membengkokan sirip – sirip
2. Tidak ada angin yang berhembus dari blower. Periksa kelancaran
putaran blower dengan tangan saat engine off, periksa fuse, kabel, dan
soket.
3. Bau menyengat. Bersihkan evaporator, filter, dan blower.
58
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan
59
5.2 Saran
60
DAFTAR PUSTAKA
Poernomo, H., Teknik Permesinan Kapal, J., & Perkapalan Negeri Surabaya,
P. (2015). Analisa karakteristik unjuk kerja sisyem pendingin (air condotioning)
yang menggunakan freon R-134a berdasarkan pada varian putaran kipas
pendingin kondensor. In kapal (Vol. 12, Issue 1).
61
LAMPIRAN
62