Anda di halaman 1dari 78

TUGAS AKHIR

RANCANG BANGUN SIMULATOR


AIR CONDITIONING SYSTEM

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Studi Diploma III Teknik Alat Berat

Oleh :

NAMA : O’OL SAPUTRA


NIM : 19610016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI TEKNIK ALAT BERAT
SAMARINDA
2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : O‟ol Saputra
NIM : 19 610 016
Jurusan : Teknik Mesin
Program Studi : Teknik Alat Berat
Jenjang : Diploma III
Judul Tugas Akhir : Rancang Bangun Simulator Air Conditioning System

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya
saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarisme dalam laporan
Tugas Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Samarinda, 22 Agustus 2022

O’ol Saputra
NIM. 19 610 016

i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIBING

RANCANG BANGUN SIMULATOR


AIR CONDITIONING SYSTEM

Disusun Oleh:

Nama : O’ol Saputra


NIM : 19 610 016
Program Studi : Teknik Alat Berat
Jurusan : Teknik Mesin
Jenjang Studi : Diploma III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan pada tanggal, Agustus 2022

Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III


Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Samarinda

Mengeshkan :

Pembimbing I Pembimbing II

Muhammad Taufik, ST., M.Si Baso Cante, ST., MT


NIP. 19710106 199702 1 001 NIP. 19691231 199512 1 001

Mengetahui :

Plt. Direktur Politeknik Negeri Samarinda

Budi Nugroho, S.T., M.Eng


NIP. 19720614 20000 31 001

Lulus Ujian Tanggal : 22 Agustus 2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

RANCANG BANGUN SIMULATOR


AIR CONDITIONING SYSTEM

Nama : O’ol Saputra


NIM : 19 610 016
Jurusan : Teknik Mesin
Program Studi : Teknik Alat Berat
Jenjang Studi : Diploma III

Laporan Tugas Akhir telah disidangkan pada tanggal, Agustus 2022


di Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Samarinda

Dosen penguji :

Penguji I
NAMA : Ir. Abdul Muis, MT
NIP : 19640622 199303 1 003

Penguji II
NAMA : Ir. Abdul Halim, ST. MT. IPM
NIP : 19720224 200003 1 001

Penguji III
NAMA : Abdul Halik, S.Pd. MT
NIP : 19860926 201903 1 008

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Mesin Kaprodi Teknik Alat Berat

Suparno, S.T., M.T Dr.Eng. Hidayat, S.T.,M.T


NIP. 19640815 199003 1 004 NIP. 19750519 200212 1 001

iii
ABSTRAK

O’ol Saputra 19610016, 2022. Rancang Bangun air conditioning system.


Teknik Mesin. Laporan Tugas Akhir. Teknik Alat Berat.
Air conditioning ini sangatlah membantu dalam dunia industri alat berat,
untuk meningkatkan proses produksinya setiap perusahaan maupun bengkel
haruslah mempunyai fasilitas yang memadai dan performa yang memuaskan.
Penggunaan AC yang lazim digunakan adalah AC pada mobil, sehingga
untuk mngetahui system kerja AC tersebut kebanyakan program pendidikan hanya
membentuk alat peraga berdasarkan harga, kapasitas, dan daya yang
diperhitungkan secara tepat sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu pembuatan
alat peraga (simulator) AC ini mencangkup bagaimana mengenal problem solving
pada sistem Air Conditioning. Bagaimana menyederhanakan sebuah konstruksi
tetapi bisa mewakili siklus air conditioner, bagaimana cara pengujian air
conditioning. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk membuat alat
simulator air conditioning system. Alat simulator ini dapat digunakan sebagai
media pembelajaran, analisa kerusakan dilakukan dengan melakukan tiga
pengetesan sistem Air Conditioning.
Dengan menggunakan Refrigerant model R134a yang dimana compresor,
extra fan dan condensor, dryer, expansion valve, dan evaporator sebagai
komponen utamanya. Dengan melakukan tiga cara yaitu test tekanan dan test
kebocoran yang termasuk pada saat pemvakuman, dan test temperatur yang sesuai
dengan literature yang didapat.
Hasil pengukuran temperatur pada pipa Evaporator yaitu 14 - 13 C. Dari
hasil pengujian kita dapat mengetahui bahwa alat simulasi air conditioning yang
didapat sudah memenuhi spesifikasi dalam literature.

Kata Kunci : Air conditioning system, pembuatan stand, pengujian

iv
ABSTRACT

O'ol Saputra 196100016, 2022. Air conditioning system Design and Build.
Mechanical Engineering. Final report. Heavy Equipment Engineering.
AC is very helpful in the heavy equipment industry, to improve the production
process every company or workshop must have adequate facilities and
satisfactory performance.
The use of air conditioning that is commonly used is air conditioning in cars,
so to know the working system of the air conditioner, most educational programs
only form teaching aids based on price, capacity, and power that are calculated
appropriately according to needs. Therefore, the manufacture of this AC
simulator includes how to recognize problem solving in the Air Conditioning
system. How to simplify a construction but can represent the air conditioner cycle,
how to test air conditioning. The goal to be achieved is to make an air
conditioning system simulator. This simulator tool can be used as a learning
medium, damage analysis is done by doing three tests of the Air Conditioning
system.
By using Refrigerant model R134a where the compressor, extra fan and
condenser, dryer, expansion valve, and evaporator are the main components. By
doing three ways, namely a pressure test and a leak test which is included during
vacuuming, and a temperature test in accordance with the literature obtained.
The results of temperature measurements on the Evaporator pipe are 14 - 13 C.
From the test results we can see that the air conditioning simulation tool obtained
has met the specifications in the literature.

Keywords: Air conditioning system, stand making, testing

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan
Laporan Tugas akhir ini dengan baik, sehingga Laporan Tugas Akhir ini yang
berjudul “Rancang Bangun Simulator Air Conditioning System.” Ini dapat
terselesaikan.
Laporan disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan jenjang
pendidikan program Diploma III pada jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang penulis peroleh selama
melakukan penelitian mulai dalam proses pemasangan dan pengujian komponen
air conditioning.
Dalam penulisan laporan ini penulis mengalami beberapa kendala, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikannya. Dalam
kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:

1. Bapak Budi Nugroho, ST., M.Eng, selaku Plt. Direktur Politeknik Negeri
Samarinda.
2. Bapak Suparno,ST.,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Samarinda.
3. Bapak Dr. Eng. Hidayat, ST, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Alat
Berat Politeknik Negeri Samarinda.
4. Bapak Muhammad Taufik S.T., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam menyelasaikan
laporan ini.
5. Bapak Baso Cante S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran dan petunjuk dalam menyelasaikan laporan
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi serta Administrasi Jurusan Teknik
Mesin.

vi
7. Rekan-rekan Alat Berat Angkatan 2019, khususnya kelas A yang
seperjuangan selalu, senasib, dan sepenanggungan dalam menjalani kuliah
selama 3 tahun di Teknik Alat Berat Politeknik Negeri Samarinda.
8. Semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
9. Kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Suandi Malatta dan ibunda Eci
Maria ningsih tercinta, seluruh keluarga yang selalu memberikan
dukungan, doa dan bantuan baik secara moral maupun materi kepada
penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dalam penulisan Tugas Akhir ini dapat menjadi lebih baik.
Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.

Samarinda,............ 2022

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIBING ....................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI .......................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 latar Belakang ........................................................................................... 1

1.1 Rumusan Masalah..................................................................................... 2

1.2 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 3

2.1 Prinsip-prinsip Air Conditioning .............................................................. 3

2.2 Sistem Dasar Air Conditioning .............................................................. 12

2.3 Komponen Air Conditioning .................................................................. 16

2.4 Sistem Pada Air Conditioning ................................................................ 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 28

3.1 Metode Penelitian dan Pengambilan Data .............................................. 28

3.2 Tempat & Waktu Penelitian ................................................................... 28

viii
3.3 Objek Penelitian ..................................................................................... 29

3.4 Spesifikasi Engine .................................................................................. 29

3.5 Rancangan Perakitan .............................................................................. 30

3.6 Alat dan Bahan ....................................................................................... 31

3.7 Tahapan Penelitian ................................................................................. 33

3.8 Diagram Aliran Pengerjaan .................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 35

4.1 Proses Perakitan Simulator Air Conditioner .......................................... 35

4.2 Pemvakuman dan Pengisian Refrigerant pada Simulator ...................... 42

4.3 Pengujian Komponen Air Conditioning system ..................................... 45

4.4 Pengujian Simulator Air Conditioning ................................................... 51

4.5 Ergonomis Pembuatan Simulator ........................................................... 53

4.6 Standar Operating Procedure Simulator AC (SOP) ............................... 54

4.7 Prosedur Service Air Conditioning ........................................................ 56

4.8 Cara Troubleshooting ............................................................................. 58

BAB V PENUTUPAN ......................................................................................... 59

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 59

5.2 Saran ....................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61

LAMPIRAN ......................................................................................................... 62

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Spesifikasi Engine ................................................................................ 29


Tabel 3. 2 Tools..................................................................................................... 31
Tabel 3. 3 Komponen Air Conditioning System.................................................... 32
Tabel 4. 1 Hasil Pengetesan .................................................................................. 52
Tabel 4. 2 Kenyamanan Bekerja ........................................................................... 53
Tabel 4. 3 Alat Keselamatan Kerja ....................................................................... 54

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pemindahan panas .............................................................................. 3


Gambar 2. 2 Aliran Panas ....................................................................................... 4
Gambar 2. 3 Air yang Dipanaskan .......................................................................... 5
Gambar 2. 4 Jumlah Panas ...................................................................................... 6
Gambar 2. 5 Sensible Heat ...................................................................................... 7
Gambar 2. 6 Panas Laten ........................................................................................ 7
Gambar 2. 7 Pemuaian dan Penguapan ................................................................... 8
Gambar 2. 8 Tekanan Atmosfir ............................................................................. 10
Gambar 2. 9 Air Mendidih .................................................................................... 10
Gambar 2. 10 Suhu dan Tekanan .......................................................................... 11
Gambar 2. 11 Manifold Gauge.............................................................................. 11
Gambar 2. 12 Tabung Refrigerant ........................................................................ 12
Gambar 2. 13 Cairan Refrigerant .......................................................................... 14
Gambar 2. 14 Sistem Aliran Kompresor ............................................................... 15
Gambar 2. 15 Compressor .................................................................................... 16
Gambar 2. 16 Compressor Tipe Resipro ............................................................... 17
Gambar 2. 17 Compressor Tipe Swash plate ........................................................ 18
Gambar 2. 18 Compressor Tipe Wobble plate ...................................................... 19
Gambar 2. 19 Kondensator .................................................................................. 20
Gambar 2. 20 In-line Dryer dan Orifice Tube....................................................... 21
Gambar 2. 21 Evaporator dan Blower Fan............................................................ 22
Gambar 2. 22 Receiver Dryer .............................................................................. 23
Gambar 2. 23 Sistem Orifice Tube ....................................................................... 24
Gambar 2. 24 Sistem “H” Block Expansion Valve............................................... 24
Gambar 2. 25 “H” Block Expansion Valve .......................................................... 25
Gambar 2. 26 Sistem Thermostatic Expansion Valve ........................................... 26
Gambar 3. 1 System Air Conditioning................................................................... 29
Gambar 3. 2 Rancangan 3D Simulator (Sumber : Dokumen Pribadi) .................. 30

xi
Gambar 3. 3 Tampak Depan Rancangan (Sumber : Dokumen Pribadi) ............... 30
Gambar 3. 4 Tampak Kanan Rancangan (Sumber : Dokumen Pribadi) ............... 31
Gambar 3. 5 Diagram Alir .................................................................................... 34
Gambar 4. 1 Meteran............................................................................................. 35
Gambar 4. 2 Pemotongan Besi Untuk Rangka ..................................................... 36
Gambar 4. 3 Pemasangan Magnet Las .................................................................. 36
Gambar 4. 4 Pengelasan RangkaMerapikan Rangka ............................................ 36
Gambar 4. 5 Merapikan Rangka Bawah ............................................................... 37
Gambar 4. 6 Pemasangan Mounting Engine ......................................................... 37
Gambar 4. 7 Pemasangan Engine.......................................................................... 37
Gambar 4. 8 Pembuatan Rangka Atas................................................................... 38
Gambar 4. 9 Evaporator ........................................................................................ 38
Gambar 4. 10 Pemasangan Evaporator pada rangka atas ..................................... 39
Gambar 4. 11 Pemasangan Kondensor ................................................................. 39
Gambar 4. 12 Pemasangan Receiver Dryer .......................................................... 40
Gambar 4. 13 Pemasangan Kompresor ................................................................ 40
Gambar 4. 14 Pemasangan Speedometer .............................................................. 41
Gambar 4. 15 Pemasangan Fuse box .................................................................... 41
Gambar 4. 16 Pemasangan Kunci Kontak ............................................................ 42
Gambar 4. 17 Hose Manfold Gauge ..................................................................... 42
Gambar 4. 18 Proses Pemvakuman ....................................................................... 43
Gambar 4. 19 Alat Pompa Vakum ........................................................................ 43
Gambar 4. 20 Oli Kompresor ................................................................................ 44
Gambar 4. 21 Pengisian Refrigerant kedalam Sistem ........................................... 44
Gambar 4. 22 Menghidupkan Engine ................................................................... 45
Gambar 4. 23 Penambahan Refrigerant ................................................................ 45
Gambar 4. 24 Blower ............................................................................................ 46
Gambar 4. 25 Magnetic Clutch ............................................................................. 47
Gambar 4. 26 Tegangan Magnetic Clutch ............................................................ 47
Gambar 4. 27 Pengujian Compressor ................................................................... 48
Gambar 4. 28 Pengujian Kondensor .................................................................... 49

xii
Gambar 4. 29 Pengujian Evaporator .................................................................... 50
Gambar 4. 30 Pengujian Hose ............................................................................... 50
Gambar 4. 31 Pengujian Kebocoran ..................................................................... 51
Gambar 4. 32 Pengukuran RPM denganTachometer............................................ 52
Gambar 4. 33 Kunci Posisi On .............................................................................. 55
Gambar 4. 34 Saklar AC On ................................................................................. 55

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Sistem AC adalah salah satu ilmu yang penting di masa modern ini.
Dunia kerja dan kehidupan sehari hari tidak lepas dari penggunaan air
conditioner. Proses pendinginan atau refrigerasi pada hakekatnya
merupakan salah satu proses yang membuat suatu ruangan menjadi tempat
yang nyaman. Sesuai dengan hukum kekekalan energi maka kita tidak dapat
menghilangkan energi tetapi hanya dapat memindahkannya dari satu
substansi ke substansi lainnya.
Didalam perkuliahan pada Politeknik Negeri Samarinda terdapat
simulator yang tersedia untuk pembelajaran sistem air conditioner untuk
dipelajari mahasiswa namun masih ada beberapa komponen yang tidak ada
didalam simulator tersebut sehingga mahasiswa hanya bisa mempelajari
beberapa komponen tersebut secara teori tanpa pernah memegang
komponen yang mereka ingin ketahui secara langsung. Alat dan bahan
praktikum yang ada di workshop kurang mampu memenuhi rasa keingin
tahuan para mahasiswa yang membuat mahasiswa hanya melakukan
observasi pada alat yang ada sekarang.
Atas fenomena tersebutlah penulis ingin membuat alat yang dapat
memudahkan pembelajaran mahasiswa yang mudah dimengerti dan lebih
lengkap dari yang sebelumnya yang ada di tempat praktik workshop teknik
alat berat. Serta menyusun sebuah tugas akhir yang membahas mengenai
analisa dari pengaruh perbedaan putaran kipas pendingin terhadap
kondensor dan membuat simulator AC tersebut lebih lengkap.
Sistem refrigerasi yang paling sederhana memiliki komponen utama
yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator . Untuk
mendapatkan suhu udara yang sesuai dengan yang diinginkan banyak

1
alternative yang dapat diterapkan, diantaranya adalah dengan menaikkan
koefisien perpindahan kalor kondensasi dan dengan menambahkan
kecepatan udara pendingin pada kondensor sehingga akan diperoleh harga
koefisien prestasi yang lebih besar.

1.1 Rumusan Masalah

Menurut latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis dapat


membuat rumusan masalah yaitu bagaimana merancang dan membangun
simulator air conditioning system

1.2 Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan tentang pembuatan simulator air


conditioning.maka penulis akan membatasi masalah yang di gunakan dalam
tugas akhir ini.
1. Jenis refrigerant tipe R134 A dan egine suzuki Carry 1000 cc untuk
penggerak utamanya .
2. Prosedur Pengujian pada komponen simulator sistem air
conditioning:kompressor,kondensor,receiveirdryer,expansion,dan
evaporator

1.3 Tujuan Penelitian

untuk mengetahui prosedur perakitan dan pengujian sistem air


conditioning sesuai dengan literature.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari pengerjaan ini adalah dapat membantu mahasiswa dalam


melakukan analisa sehingga mengetahui bagaimana sistem kerja air
conditioning system dan bisa melakukan perbaikan terhadap sistem tersebut.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Prinsip-prinsip Air Conditioning

2.1.1 Defenisi Air Conditioning

Air Conditioning adalah alat yang bertujuan untuk mengatur


temperatur, kebersihan, kelembapan, dan sirkulasi udara supaya memenuhi
syarat untuk mencapai kondisi yang nyaman. Proses udara menjadi dingin
adalah dari adanya penyerapan panas keluar dari sistem. Sedangkan bahan
yang digunakan sebagai media pendingin dalam sistem Air Conditioning
disebut Refrigerant.

 Memberikan udara sejuk didalam kabin pada unit


 Menghindari udara kotor masuk ke dalam kabin
 Menghindari terjadinya kecelakaan akibat kondensasi pada kaca kabin,
terutama saat hujan atau udara lembab.

2.1.2 Pemindahan Panas (Heat Transfer)

Gambar 2. 1 Pemindahan panas

3
Banyak orang mengetahui apa fungsi Air Conditioning, namun hanya
sedikit yang mengetahui cara kerjanya. Hal yang mengejutkan adalah
ternyata evaporator pada Air Conditioning, bekerja mirip dengan sepanci air
mendidih di atas kompor (Gambar 2.1). Bahkan, alasan mengapa Air
Conditioning dapat terus mendingini udara adalah karena cairan yang
disebut “Refrigerant” (cairan pendingin), mendidih dalam evaporator coil.
Tentu saja semua prang tau bahwa air yang mendidih dalam panci adalah
sesuatu yang “panas” dalam sebuah Air Conditioning adalah sesuatu yang
“dingin”. Memehami suatu bahan dingin yang mendidih pada umumnya
cukup membingungkan. Dingin dianggap sebagai suatu kondisi. Pada
dasarnya, kondisi yang dianggap “dingin” tidaklah ada. Dingin hanyalah
istilah lainnya dari ketiadaan “panas”. Pada saat panas dibuang dari suatu
zat, makan zat tersebut akan menjadi dingin. Sepanci air yang mendidih
(menghasilkan uap) dan Air Conditioning merupakan peralatan sederhana
untuk menghasilkan panas.

Gambar 2. 2 Aliran Panas

Dasar dari semua sistem Air Conditioning adalah mengalirnya panas


dari suatu benda yang lebih panas menuju benda yang lebih dingin (gambar
2.2). Secara teori, suhu terendahnya yang paling dingin adalah -273˚C
(belum ada seorangpin yang pernah mencapai suhu tersebut). Segala sesuatu
diatas suhu ini dikatakan mengandung panas.

4
Pada saat mendinginkan suatu objek berarti panas yang terkandung
pada objek tersebut dialirkan ke benda lain. Seperti halnya air yang selalu
mengalirkan menuju tempat yang lebih rendah, panas selalu mengalir dari
benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin.

Tiga cara dimana panas dapat dialirkan adalah:

 Konduksi :
konduksi merupakan panas yang mengalir melalui benda padat.
 Konveksi :
konveksi merupakan panas yang mengalir melalui zat seperti air ,
uap, atau udara.
 Radiasi :
pada saat peningkatan suhu zat membuat sejumlah panas keluar (dari
bar heater atau api)

2.1.3 Pengukuran Panas

Gambar 2. 3 Air yang Dipanaskan

Nilai yang diukur dari suatu panas adalah insentitas dan kuantitas.
Dengan cara menempatkan sepanci air diatas nyala api pada kompor suhu
air meningkat hingga mendidih. Pada saat sebuah termometer dimasukkan
ke dalam air, maka akan diketahui suhu air tersebut (gambar 2.3).

5
Termometer tersebut menunjukkan intensitas panas, dan bukan jumlah
panas yang ada. Besaran untuk mengukur jumlah panas adalah kalori (SI)
atau British Thermal Unit (BTU) (satuan imperial). Satu kalori adalah
jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebesar
1 derejat celcius. Sementara satu BTU adalah jumlah panas yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu 1 pound air sebesar 1 derajat farenheit.
Kilogram kalori lebih sering digunakan. Satu koligram kalori
merupakan jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1
kilogram air sebesar 1˚C. Satuan sistem internasional lainnya untuk
pengukuran jumlah panas atau energi adalah kilojoule sama dengan 4,19
kilogram kalori.

Gambar 2. 4 Jumlah Panas

Jumlah panas dapat dijelaskan dengan mengibaratkan panas sebagai


tetesan zat berwarna merah (gambar 2.4). jika setiap tetesan warna dianggap
sama dengan 1 kalori atau BTU atau 1 kilojoule. Pada saat satu tetes
ditambahkan pada segelas air maka air akan berubah warna menjadi sedikit
merah muda. Dua tetes akan mengubah warna air menjadi kemerahan.
Menambahkan lebih banyak tetesan akan menambah warna merah dalam
air.
Dengan cara yang sama, menambahkan kalori atau BTU kedalam air
akan meningkatkan suhunya hingga batas temperature tertentu.

6
2.1.4 Panas Yang Disarankan (Sensible Heat)

Gambar 2. 5 Sensible Heat

Pada dasarnya, terdapat dua jenis panas yaitu:

 Panas yang disarankan (sensible heat)


 Panas laten panas yang diukur dengan sebuah termometer disebut panas
yang disarankan (sensible heat). Panas yang disarankan dapat juga
dideteksi dengan tangan. Penjelasan lain mengenai panas yang
dirasakan adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
1 kilogram air dari 0˚C (32˚) menjadi 100˚C (212˚F), adalah 189,9kj
atau 180 BTU (Gambar 2.5).

2.1.5 Panas Laten (Laten Heat)

Gambar 2. 6 Panas Laten

7
Jenis panas kedua disebut “panas laten”. Panas laten adalah panas yang
tersembunyi. (“laten” adalah bahas latin yang berarti tersembunyi). Panas
laten tidak dapat dirasakan dan tidak juga dapat diukur dengan sebuah
termometer. Panas laten dapat dijelaskan dengan cara memasukkan sebuah
termometer ke dalam sebuah balok es (Gambar 2.6). termometer membaca
suhu 0˚C (32˚F). Biarkan balok es mencair dan kumpulan airnya pada
sebuah tempat penampungan. Pada saat balok es diperiksa beberapa jam
kemudian balok es tersebut berukuran lebih kecil karena sebagian sudah
mencair. Namun termometer tetap membaca suhu 0˚C (32˚F). Kemana
perginya panas yang menyebabkan es mencair ? beberapa menganggap
bahwa panas yang di tambahkan terdapat dalam air dari es yang mancair.
Namun, memeriksa suhu air saat es mencair menunjukkan bahwa suhu air
hanya sedikit lebih tinggi dari suhu es.
Pada saat mendinginkan suhu objek berarti panas yang terkandung pada
objek tersebut dialirkan ke benda lain. Seperti halnya air yang selalu
mengalir menuju tempat yang lebih rendah, panas selalu mengalir dari
benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin.

2.1.6 Panas Laten Pemuaian Dan Panas Laten Penguapan

Gambar 2. 7 Pemuaian dan Penguapan

8
Air berubah menjadi es atau es berubah menjadi air pada suhu 0˚C
(32˚F). Proses perubahan es menjadi air atau air menjadi es disebut “Laten
Heat of Fusion”(Gambar 2.7). 335 kilojoule panas laten ditambahkan untuk
mengubah 1 kilogram es menjadi 1 kg air. Dengan demikian, es tersebut
harus menyerap 335 kilojoule panas laten. Untuk mengubah 1 kg air
menjadi 1 kg es, 335 kilojoule panas laten dibuang dari air.
Perubahan air menjadi uap atau uap menjadi air terjadi pada suhu 100˚
(212˚F). Proses mengubah air menjadi uap atau uap menjadi air disebut
“Laten of Vaporization”. Untuk mengubah 1 kg air menjadi uap diperlukan
2256 kilojoule panas laten. Dengan dimikian, 2256 kilojoule panas laten
diserap oleh 1 kg air sebelum seluruh air berubah menjadi uap. Semua
benda padat menyerap panas dalam jumlah besar pada saat berubah menjadi
cairan dab juga menyerap panas dalam jumlah besar pada saat berubah
menjadi gas.
Hal ini dapat dibuktikan dengan memasukkan sedikit air dalam panci,
tempatkan sebuah termometer raksa dalam air, letakkan panci diatas api.
Saat air memanas bacaan termometer akan meningkat. Pada tekanan
atmosfir, air akan mendidih pada saat pembacaan suhu termometer
mancapai 100˚C (212˚F). Semakin besar nyala api, menyebabkan air
mendidih lebih cepat. Namun pembacaan pada termometer tidak akan
meningkat diatas 100˚C (121˚F). Apa yang terjadi dengan panas tambahan
dari nyala api yang diperbesar? Panas tambahan tersebut digunakan untuk
mengubah air dari bentuk cair menjadi bentuk gas. Karena suhu air yang
telah mendidih tidak akan meningkat diatas 100˚C (212˚F), maka dapat
dikatakan proses pendidihan adalah proses pendidihan air dengan
sendirinya.

9
2.1.7 Pengaruh Dari Tekanan

Gambar 2. 8 Tekanan Atmosfir

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pada tekanan atmosfir, air


mendidih pada 100˚C (212˚F). Apa yang dimaksud dengan tekanan
atmosfir? Tekanan atmosfir dapat dinyatakan sebagai “berat atmosfir yang
menekan pada sebuah benda” (Gambar 2.8). Tekanan, tanpa mempedulikan
asalnya, diukur dalam kilopascal atau psi. Pada ketinggian permukaan laut,
tekanan atmosfir adalah 101,35 kPa (14.7 psi). Setiap tekanan yang kurang
dari ketinggian permukaan laut 101,35 kPa (14.7 psi) dikenal sebagai
“partial vacuum” (vakum sebagian), atau biasa disebut “vakum”. Vakum
diukur dalam inci raksa (in Hg), suatu vakum yang sempurna (0 kpa dan 0
psi) belum pernah dihasilkan. Tidak ada yang dapat menghasilkan tekanan
NOL.

Gambar 2. 9 Air Mendidih

Pada hubungan langsung antara titik didih suatu cairan dengan tekanan
pada permukaan cairan. Dalam (Gambar 2.9) terdapat tiga panci air
mendidih. Panci pada sebelah kiri memiliki tekanan sebesar 101.35 kPa

10
(14.7 psi) dan air mendidih pada suhu 100˚C (212˚F). Meningkatkan
tekanan dalam panci menyebabkan air mendidih pada suhu lebih tinggi.
Menurunkan tekanan dalam panci (menciptakan vakum) menyebabkan air
mendidih pada suhu yang lebih rendah. Tekanan dapat dikurangi (dibuat
vakum) ke suatu titik dimana air dapat mendidih tanpa api.

Gambar 2. 10 Suhu dan Tekanan

Terdapat juga hubungan langsung antara suhu dan tekanan uap, pada
saat tekanan uap di tingkatkan, suhu uap juga meningkat (Gambar 2.10)

Gambar 2. 11 Manifold Gauge

Juga terdapat hubungan langsung antar kevakuman, suhu daerah sekitar


dan titik didih cairan. Dalam (Gambar 2.11) terdapat rangkaian manifold
gauge yang di hubungkan dengan sebuah vacum pump (pompa vacum) dan
sebuah flask (gelas kimia) yang berisi air. Vacum pump menurunkan
tekanan dalam flask dan dengan demikian membuat vakum. Pada suhu
ruangan 21.1˚C (71˚F), air mendidih dengan vakum 716,28 mm Hg (4,8 kPa

11
atau 13,8 psi). Air mendidih merupakan proses pendingan yang alami. Air
yang mendidih membuang panas laten dalam jumlah yang sama, baik itu
saat mendidih pada suhu 21.1˚C (71˚F) atau saat mendidihkan pada suhu
100˚C (212˚F). Bahkan selain air beraksi dalam cara yang sama namun pada
suhu yang berbeda.

2.2 Sistem Dasar Air Conditioning

2.2.1 Refrigeran

Gambar 2. 12 Tabung Refrigerant

Bahan yang digunakan dalam sistem air conditioning disebut


“refrigerant” yang tersedia dalam berbagai jenis. Bahkan, setiap zat cair
yang akan mendidih pada suhu mendekati titik beku air dapat digunakan
sebagai refrigerant. Namun refrigerant yang baik haruslah tidak beracun
dan tidak mudah meledak agar aman. Refrigerant yang baik juga harus tidak
menyebabkan korosi, tidak berbau dan dapat bercampur dengan oli.
Refrigerant yang dapat dipergunakan oleh system Air Conditioning
kendaraan tipe lama adalah “Refrigerant 12” atau “R-12” Nama kimianya
adalah dichlorodifluoromethane. Pada tekanan atmophir (14.7 psi), R-12
mendidih pada temperature -29.8 C (-21.7 F). Sehingga, R-12 tidak
memerlukan kevakuman untuk mendidih dan mendididh pada temperature
yang cukup rendah. R-12 memiliki kemampuan berubah secara dari bentuk
cairan menjadi gas atau sebaliknya. Namun karna R-12 dan refrigerant
berbahan dasar chlorine telah telah dinyatakan berbahaya dan merusak
lapisan ozon bumi. 134a dibuat dari Hydrogenated Fluorocarbons. H FC-
134a memiliki keunggulan yang sama dengan R-12 ditambah HFC-134a

12
tidak merusak atmosphere. HFC-134a tidak dapat dipergunakan sebagai
pengganti R-12 secara langsung dan kedua refrigerant ini juga tidak dapat di
campur. Setelah system diisi dengan R-12, tidak boleh diisi ulang atau
ditambah HFC-134a, begitu juga sebaliknya. Mengacu pada SENR5664.
Sisa R-12 meyebabkan kerusakan kimia pada HFC-134a. Desiccant yang
dipergunakan pada system R-12 akan merusak ketika diisi dengan HFC-
134a. System HFC-134a memerlukan pelumas yang terbuat dari Poly
Alkylene Glycol (PAG) bukannya pelumas mineral based yang biasa
dipergunakan pada system R-12. Terlepas dari menggunakan R-12 atau
HFC-134a, prinsip dasar dan cara kerja air conditioning tetaplah sama.
Prinsip pengisian dari kedua jenis refrigerant ini sangatlah berbeda dimana
jika melakukan pengisian R-12 terlalu banyak atau kurang dari yang
disyaratkan, tidak akan terlalu besar. Pengaruhnya terhadap system, namun
HFC-134a harus diisi dengan toleransi pengisian 1/10 pound, jika tidak,
system tidak akan dingin dengan sempurna.
Beberapa hal yang dilarang pada saat berkerja dan menangani
refrigerant adalah (Gambar 2.12) :

1. Dilarang mengelas atau membersihkan dengan uap (steam cleaner)


dekat saluran air conditioning. Panas yang dihasilkan dapat
menyebabkan peningkatan tekanan yang berlebihan pada refrigerant.
2. Dilarang membawa refrigerant dalam ruang penumpang kendaraan.
3. Dilarang mempaparkan refrigerant pada api terbuka, suhu tinggi atau
sinar matahari langsung.
4. Kaca mata pengaman harus dipakai. Apabila refrigerant yang keluar
mengenai mata dapat menyebabkan cidera serius.
5. Dilarang membuang refrigerant keudara. Jika air conditioning sebuah
kendaraan sudah diisi dengan refrigerant jenis R-12, refrigerant
tersebut berbahaya terhadap lapisan ozon bumi, dan dapat
menghasilkan gas fosgen yang mematikan pada saatu terkena api
terbuka.

13
6. Dilarang mencampurkan R134a dengan udara untuk pengujian
kebocoran. Pada saat berada dibawag tekanan campuran tersebut dapat
meledak.
7. Dilarang mengumpulkan atau memindahkan refrigerant kedalam
sebuah tangki bekas selalu gunakan sebuah tangki khusus yang sudah
direkomendasikan.
8. Dilarang mengisi sebuah tangki penyimpanan hinga lebih dari 80% dari
peringkat berat kotornya.
9. Pada ssat mengosongkan sistem refrigerant R12 dikumpulkan dan
pemerintah yang relevan. Dengan refrigerant R12, pastikan bahwa gas
dibuang sesuai dengan peraturan-peraturan.
10. Selalu berkerja dalam ruangan dengan ventilasi yang memadai.
Meghirup refrigerant, bahkan dalam jumlah yang sedikit, dapat
membahayakan dan menyebabkan pusing, iritasi pada mata, hidung dan
tenggorokan.
11. Pada saat megisi sebuah sistem dengan engine menyala, pastikan bahwa
valve pengukur tekanan tinggu ditutup
12. Waspadalah pada saat engine sedang menyala serta menjauhlah dari
komponen-komponen yang berputar.

2.2.2 Sistem Air Conditioning Dasar

Gambar 2. 13 Cairan Refrigerant

14
Gambar 2.13 menunjukan sebuah tabung kaca (flask) berisi refrigerant
HFC-134a yang terbuka terhadap ruangan sekitar. Flask terbuka ini berkerja
seperti evaporator dalam sistem air conditioning. Pada saat berada dalam
tekanan atmosfir (101,35 kPa), HFC-134a mendidih pada suhu -27 C (-16
F). Panas dalam ruangan mengakibatkan refrigerant mendidih. Saat
refrigerant mendidih, panas diserap dari area sekitarnya. Berkurangnya
panas membuat area sekelilingnya menjadi dingin. Namun sistem sejenis ini
tidak ekonomis, tidak aman dan juga tidak baik untuk udara sekitar.

Gambar 2. 14 Sistem Aliran Kompresor

Gambar diatas menunjukan sistem sebelumnya yang dilengkapi


dengan menambahkan sebuah selang untuk menghubungkan flask cairan
bertekanan tinggi ke flask cairan bertekanan rendah (Gambar 2.14). Sebuah
orifice (lobang kecil) dipasang dalam selang untuk menjaga perbedaan
tekanan diantara cairan ber-tekanan tinggi dan rendah. Pada saat flask berisi
cairan refrigerant bertekanan rendah mendidih, terjadi penyerapan panas
dari area sekelilingnya. Uap refrigerant bertekanan rendah ditarik melalui
selang dalam kompresor. Kompresor meningkatkan tekanan dan suhu uap
serta menyimpannya dalam flask bertekanan tinggi. Uap yang bertekanan
dan bersuhu tinggi membuang panas ke daerah sekeliling yang suhunya
lebih dingin. Hal ini menyebabkan uap bertekanan tinggi menjadi dingin
dan berkondensasi menjadi cairan bertekanan tinggi. Cairan refrigerant
bertekanan tinggi mengalir melalui sebuah selang dan orifice menuju ke
flask cairan refrigerant bertekanan rendah. Setelah melewati orifice, cairan

15
refrigerant kemudian turun tekanannya dan mendidih sehingga siklus di atas
berulang.

2.3 Komponen Air Conditioning

2.3.1 Kompresor

Gambar 2. 15 Kompresor

Kegunaan suatu kompresor (Gambar 2.15) adalah untuk :

 Meningkatkan suhu dan tekanan gas refrugerant dari evaporator


 Mensirkulasikan refrugerant ke seluruh sistem.

Kompresor memiliki beberapa reed valve untuk mengendalikan masuk


dan keluarnya gas refrigerant selama proses pemompaan. Saat piston
bergerak turun dalam bore, suction reed atau intake valve membuka dan
discharge reed atau exhaust valve menutup. Gas refrigerant bertekanan
rendah dan berisi panas di tarik dari evaporator kedalam kompresor. Saat
piston bergerak ke atas di dalam bore, kompresor menekan gas, dan oleh
sebab itu meningkatkan intensitas panasnya. Karena suhu merupakan
pengukuran dari intensitas panas, suhu gas meningkat pula. Gas bertekanan
dan bersuhu tinggi menutup suction reed valve atau intake valve dan
membuka discharge valve atau exhaust valve dan gas terdorong menuju
kondensator. Tekanan yang meningkatkan dapat dicapai dengan cara
memasang hambatan pada sisi tekanan tinggi sistem. Hambatan diperoleh
dari orifice tube, TX valve atau „H‟ block dan akan dijelaskan kemudian.

16
Compressor yang terdapat pada unit Air Conditioning memiliki
berbagai tipe, bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Diperlukan
pengetahuan dan pemahaman cara kerja untuk masing-masing tipe
Compressor, sebab kebutuhan pendinginan pada tiap-tiap kendaraan juga
berbeda. Tipe Compressor dapat dibagi menjadi tiga jenis sebagai berikut :

 Compressor Tipe Resipro

Gambar 2. 16 Compressor Tipe Resipro

Compressor tipe ini berkerja dengan memanfaatkan gerak putar dari


mesin yang diterima oleh crank shaft Compressor. Crank shaft adalah poros
berputarnya Compressor. Di dalam Compressor, gerakan putar dari
Crankshafi diubah menajdi gerakan naik dan turun dengan sistem mekanis.
Karna di dalam Compressor berisi refrigerant dan oli pelumas, ruangan
Compressor harus kedap dan rapat (tidak ada kebocoran). Untuk
mengurangi kebocoran refrigerant dari ruangan kompresi ke Crunkshaft,
terpasang cincin (ring) pada toraknya.
Di dalam Compressor tipe respiro terdapat dua macam katup (valve)
yaitu suction valve dan discharge valve. Suction valve merupakan katup
yang terletak dibagian bawah valve plate dan discharger valve terletak
dibagian atas valve plate.
Saat piston bergerak turun, discharge valve pada posisi tertutup, sebab
tekanan Refrigerant pada sisi discharge lebih besar dibandingkan tekanan di
dalam silinder. Pada saat yang sama. Suction valve terbuka akibat terjadinya

17
kevakuman didalam silinder, sehingga Refrigerant masuk ke dalam silinder.
Saat piston bergerak naik, Refrigerant di dalam silinder dipompa keluar
melalui discharge valve dan dialirkan ke Condensor dengan tekanan dan
temperatur yang tinggi. Akibatnya suction valve tertutup karna tekanan di
dalam silinder lebih tinggi daripada tekanan di sisi isap.

 Compressor Tipe Swash plate

Gambar 2. 17 Compressor Tipe Swash plate

Pada Compressor jenis ini, gerakan piston diatur oleh swash plate pada
jarak tertentu dengan 6 atau 10 jumlah silinder. Ketika salah satu sisi pada
piston melakukan langkah tekan, maka sisi yang lainnya melakukan langkah
isap.
Pada desamnya, proses kompresi pada tipe ini sama dengan proses
kompresi pada Compressor tipe Crankshaft. Perbedannya terletak pada
adanya tekanan oleh katup isap dan katup tekan. Selain itu, perpindahan
gaya pada tipe swash plate tidak melalui connecting rod, sehingga
tekananny lebih kecil.

18
 Compressor Tipe Wobble plate

Gambar 2. 18 Compressor Tipe Wobble plate

Sistem kerja Compressor tipe ini sama dengan Compressor tipe swash
plate. Namun, dibandingkan dengan Compressor tipe swas plate,
penggunaan Compressor tipe wobble plate lebih menguntungkan
diantaranya adalah kapasitas Compressor dapat diatur secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan beban pendinginan. Selain itu pengaturan kapasitas yang
bervairasi akan mengurangi kejutan yang disebabkan oleh oprasi kopling
magnetik (magnetic clutch). Cara kerjanya, gerakan putar dari poros
Compressor diubah menjadi gerakan bolak-balik oleh pelat penggerak
(drive plate) dan wobble plate dengan bantuan guide ball. Gerakan bolak-
balik ini selanjutnya diteruskan ke piston melalui batang penghubung.
Berbeda dengan jenis Compressor swash plate, Compressor tipe wobble
plate hanya menggunakan satu piston untuk 2 silinder.
Meskipun jenis Compressor di atas mempunyai cara kerja yang
berbeda, tetapi pada prinsipnya sama, yaitu menekan Rifrigerant dan
membentuk kecepatan laju aliran massa Refrigerant sebagai fluida kerja
dalam sistem pendinginan. Sebenarnya masih ada tipe Compressor lainnya,
yaitu tipe rotary vane dan scroll compressor.

19
2.3.2 Kondensator

Gambar 2. 19 Kondensator

Fungsi kondensator (Gambar 2.19) adalah untuk mentransfer panas


dalam gas refrigerant ke atmosfer serta mengubah gas refrigerant menjadi
zat cait. Gas refrigerant yang bertekanan dan bersuhu tinggi mengalir dari
kompresor kedalam kondensator. Gas yang panas dan bertekanan tinggi
mengalir melalui kondensator, panas mengalir dengan gas yang panas ke
udara yang lebih dingin yang mengalir melalui koil kondensator.
(condenstor coil). Gas refrigerant yang bertekanan tinggi didinginkan dan
berkondensasi sehingga berubah wujud menjadi cairan bertekanan tinggi.
Cairan bertekanan tinggi ini mengalir dari kondensator ke in-line dryer.

Dua jenis kondensator yang umum digunakan :

 Ram Air :
Umumnya digunakan dalam aplikasi kendaraan otomotif,
kondensator jenis ram air bergantung pada kecepatan kendaraan untuk
mendorong udara dalam volume besar melalui koil kondensator.
 Fprced Air :
Umunya digunakan pada alat kontruksi, kondensator forced air
menggunakan kipas untuk mendorong udara dalam volume besar
melalui koil kondensator. Udara lebih dingin dibandingkan dengan gas

20
refrigerant dalam kondensator. Panas mengalir dari gas refrigerant yang
panas ke udara yang lebih dingin.

2.3.3 In-line Dryer dan Orifice Tube

Gambar 2. 20 In-line Dryer dan Orifice Tube

In-line dryer (Gambar 2.20) terdiri dari sebuah kantung bahan


pengering (disiccant bag) dan dua quick disconnect. Alat pemutus
(disconnect) tersebut membuat in-line dryer dapat diganti tanpa harus
mengganti refrigerant. Beberapa in-line dryer memiliki indikator uap air.
Kantung bahan pengering terdiri atas zat penyerap uap air, seperti Activate
Alumina, yang menyaring refrigerant untuk menangkap air dan kotoran.
Jika dryer dilengkapi dengan indikator uap air, dryer harus diganti pada saat
indikator menunjukan warna tertentu. Jika sistem tidak dilengkapi dengan
indikator uap air, dryer umunya di ganti pada interval servis yang terjadwal.
Pada sebagian besar sistem orifice tube, orifice tube dipasang dalam in-
line dryer. Orifice tube terdiri dari sebuah tabung kecil yang terpasang pda
bagian tengah sebuah tabung plastik, dua buah O-ring, dua buah saringan
(screen) dan dua buah tab. Dua buah screen (masing-masing satu pada tiap
ujung) menyaring refrigerant yang mengalir melalui tabung kecil. Dua buah
O-ring diposisikan utnuk menyekat kebocoran yang melewati bagian luar
orifice tube. Dua buah tab berguna untuk mengikat perkakas pada saat
memasang atau memindahkan orifice tube. Orifice tube memisahkan sisi

21
bertekanan tinggi dari sisi bertekanan rendah system air conditioning.
Cairan refrigerant bertekanan tinggi memasuki orifice tube dan cairan
refrigerant bertekanan rendah keluar dari orifice tube. Refrigerant mengalir
dari orifice tube ke evaporator. Jumlah cairan yang memasuki evaporator
umunya lebih banyak dari yang dapat diuapkan oleh evaporator, karena itu
sejumlah refrigerant akan meninggalkan evaporator masih dalam bentuk
cair.

2.3.4 Evaporator dan Blower Fan

Gambar 2. 21 Evaporator dan Blower Fan

Fungsi dari evaporator dan blower fan (Gambar 2.21) adalah untuk
mentransfer panas dalam kabin operator ke refrigerant air conditioner.
Ketika cairan refrigerant memasuki evaporator, blower fan menarik udara
panas dari kabin operator melalui evaporator fin dan coil dimana panas dari
udara diserap ke refrigerant. Pada saat cairan refrigerant bertekanan rendah
memasuki evaporator, refrigerant lebih dingin dibandingkan dengan udara
dari blower fan. Panas dalam udara mengalir kedalam refrigerant cair
bertekanan rendah yang lebih dingin. Sebagian refrigerant mendidih dan
berubah menjadi gas refrigerant. Gas/cairan refrigerant bertekanan rendah
berisi panas mengalir ke skumulator. Udara yang lebih dingin mengalir
kembali ke kabin operator.

22
2.3.5 Receiver Dryer

Gambar 2. 22 Receiver Dryer

Receiver Dryer (Gambar 2.23) memiliki tiga fungsi yaitu


mengeringkan,menyimpan, menyaring refrigerant cair. Saat refrigerant cair
mengalir ke receiver-dryer, refrigerant tersebut disaring melalui bahan
pengering (dessicant) dan membuang uap air yang telah masuk ke dalam
refrigerant. Refrigerant disimpan hinga dibutuhkan oleh sistem. Saat sistem
membutuhkan refrigerant, cairan bertekanan tinggi mengalir melalui sebuah
saringan halus yang dipasang pada sisi keluaran tabung. Saringan halus
(screen) tersebut mencegah semua kotoran bersikulasi dalam sistem air
conditioning. Cairan bertekanan tinggi mengalir dari receiver-dryer ke
thermostatic expansion valve.

23
2.4 Sistem Pada Air Conditioning

2.4.1 Sistem Orifice Tube

Gambar 2. 23 Sistem Orifice Tube

Pada sistem orifice tube, cairan refrigerant yang meninggalkan


evaporator dapat merusak kompresor. Oleh karna itu, sebuah akumulator
diletakan dalam suction line pada kompresor setelah evaporator. Pada
beberapa sistem orifice tube, orifice tube terletak diantar kondensator dan
evaporator. Zat pengering (desiccant) ditambahkan didalam akumulator
untuk menyerap uap air akibat kondensasi. Pada sistem-sistem dengan
sebuah in-line dryer, dessicant berada sebelum orifice tube yang tergabung
secara bersamaan.

2.4.2 Sistem “H” Block Expansion Valve

Gambar 2. 24 Sistem “H” Block Expansion Valve

24
Dalam sistem “H” Block expansion valve (Gambar 2.25) thermostatic
expansionvalve diganti dengan “H” Block expansion valve. Saat “H” Block
expansion valve membuka, refrigerant cair mengalir menuju evaporator.
Refrigerant dengan tekanan rendah tersebut mulai mendidih saat mengalir
melalui coil evaporator. Gas refrigerant menarik panas dari udara yang
lebih panas yang disirkulasikan oleh kipas evaporator (blower).

Gambar 2. 25 “H” Block Expansion Valve

Kompresor menghisap gas refrigerant keluar dari evaporator dan


melalui sensor suhu (Gambar 2.25). uap yang lebih dingin mendinginkan
sensor suhu. Ketika sensor suhu merasakan temperature yang semakin
dingin, gas dalam sensor berkondensasi serta mengurangi tekanan pada
bagian atas diafragma sensor suhu. Diafragma memuai keatas menggerakan
rod menjauh dari ball dan spring. Ball dan spring mulai menutup dan
membatasi aliran melalui expansion valve. Sensor suhu mengendalikan
operasi sistem air conditioning dengan cara membiarkan cairan refrigerant
dalam jumlah yang tepat dimasukan melewati ball dan spring. Selama
compressor cut-out mode,terjadi peningkatan tekanan pada bagian bawah
diafragma sensor suhu dimana nilainya lebih besar dari pada tekanan pada
bagian atas diafragma.
Diafragma memuai keatas yang menarik rod dan membuat ball dan
spring menutup valve. Selama compressor cut-in mode, terjadi penurunan
tekanan dengan cepat pada bagian bawah diafragma sensor suhu. Tekanan

25
yang lebih tinggi pada bagian atas diafragma menyebabkan diafragma
menyusut ke bawah dan menggerakan rod pada ball dan spring, sehingga
valve membuka.

2.4.3 Sistem Thermostatic Expansion Valve

Gambar 2. 26 Sistem Thermostatic Expansion Valve

Dua jenis expanxion valve (Gambar 2.26) yang umum digunakan pada
system air conditioning adalah internally equalize dan Externally equalize.
Kedua expanxion valve memiliki thermal bulb yang dihubungkan ke
diafragma oleh sebuah tabung kecil. Thermal bulb mengandung refrigerant.
Sebuah clamp menahan thermal bulb dengan kencang pada evaporator
outlet line. Thermal bulb sensitif dengan suhu evaporator outlet line
sehingga jika suhu outlet line meningkat, refrigerant didalam bulb memuai.
Refrigerant yang memuai ini memberikan tekanan pada diafragma pada
bagian atas valve.
Diafragma dihubungkan melalui pin pada valve seat. Tekanan yang
diberikan pada diafragma menyebabkan pin pada diafragma dan valve seat
bergerak. Saat valve seat bergerak menjauh dari orifice, refrigerant lebih
banyak mengalir ke dalam evaporator. Peningkatan aliran refrigerant
menyebabkan evaporator outlet line menjadi lebih dingin. Suhu outlet line
yang lebih dingin menyebabkan refrigerant berkondensasi dalam thermal
bulb, yang mengurangi tekanan terhadap diafragma, pin dan valve seat.
Valve seat bergerak untuk mengurangi aliran melalui orifice.

26
Pada internal equalize expansion valve, tekanan pada refrigerant yang
memasuki evaporator berkerja pada dasar diafragma melalui internal
equalize passage. Pemuaian gas dalam thermal bulb akan melawan tekanan
penyeimbangan internal dan pages sebelum valve membuka untuk
meningkatkan aliran refrigerant.
Pada external equalize expansion valve, tekanan yang berkerja pada
dasar diafragma berasal dari evaporator outlet line melalui sebuah equilizer
tube. Equilizer tube menyeimbangkan tekanan buangan evaporator terhadap
tekanan yang disebabkan oleh pemuaian gas dalam thermal bulb.
Superheater spring mencegah lonjakan cairan yang berlebihan
memasuki evaporator “Superheater” adalah peningkatan suhu gas
refrigerant di atas suhu dimana refrigerant menguap. Superheat spring
dipasang pada valve dan disetel untuk penyetelan yang dutentukan
sebelumnya pada saat pembuatan di pabrik.

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian dan Pengambilan Data

Adapun prosedur langkah-langkah yang dilakukan dalam proses


penelitian dan pengambilan data adalah sebagai berikut :

1. Melakukan serangkaian wawancara pada orang-orang yang ahli


pada bidang air conditioning.
2. Melakukan pengambilan data spesifikasi alat.
3. Melakukan pengambilan data-data variabel (data desain maupun
aktual).
4. Melakukan dokumentasi.
5. Melakukan pengolahan data dan konsultasi dengan pembimbing.
6. Melakukan analisa.
7. Menentukan kesimpulan.

3.2 Tempat & Waktu Penelitian

Tempat berlangsungnya penelian dan aktivitas ini dilakukan di rumah


sendiri, akan dilakukan pengerjaan dan pengubahan dengan alat alat yang
tersedia di workshop dan beberapa komponen yang dibeli, untuk melakukan
peningkatan.

28
3.3 Objek Penelitian

Gambar 3. 1 System Air Conditioning

Air Conditioner merupakan sebuah alat yang mampuh mengkondisikan


udara dengan kata lain, AC berfungsi sebagai penyejuk udara yang
didinginkan (sejuk/dingin) dan nyaman bagi tubuh. AC lebih banyak
digunakan di wilayah yang beriklim tropis dengan kondisi temperature
udaran yang relative tinggi (Pae, n.d.). dan komponen penting pada air
conditioner adalah kondensor yang mana berfungsi untuk menyerap panas
pada freon yang sudah dikompresikan oleh kompresor dan mengubah freon
yang berbentuk gas menjadi cair.

3.4 Spesifikasi Engine

Tabel 3. 1 Spesifikasi Engine


Spesifikasi engine
Jenis Suzuki carry1.0 cc
Isi silinder 1000 cc
Jumlah katup 16
Jumlah silinder 4 in-line
Diameter x langkah 75 x 85.5 mm
Perbandingan kompresi 8.95 : 1
Saya maksimum 75.8 PS / 5500 Rpm
Torque maksimum 120 Nm / 3000 Rpm

29
3.5 Rancangan Perakitan

Rancangan Perakitan dari Simulator Air Conditioner yang akan di buat,


rancangan dibuat menggunakan autocad

Gambar 3. 2 Rancangan 3D Simulator (Sumber : Dokumen Pribadi)

Tampak Depan

Gambar 3. 3 Tampak Depan Rancangan (Sumber : Dokumen Pribadi)

30
Gambar 3. 4 Tampak Kanan Rancangan (Sumber : Dokumen Pribadi)

3.6 Alat dan Bahan

3.6.1 Persiapan Tools


alat dan bahan yang dibutuhkan pada perakitan ini terdiri dari peralatan
untuk instalasi (komponen utama dan alat bantu pemasangan).

Tabel 3. 2 Tools
NO Nama Alat dan Bahan Spesifikasi Jumlah

1 Heand Tool - 1 set

2 Bor Listrik - 1 unit

3 Mata Bor 10mm – 18mm 1 set

4 Meteran 20 m 1 unit

5 Mister Baja 300 mm 1 pcs

6
Electroda Rb – 26 ( 3,2 mm 1 pcs
7 Las Listrik E 140 DC 1 unit

8 Gauge Manifold - 1 unit

9 Vacum pump - 1 unit

10 Thermometer - 1 unit
3.6.2 Kompone Air Conditioning System

Tabel 3. 3 Komponen Air Conditioning System

No Nama Komponen Qty Gambar


Jenis Komponen

Magnet cluctch
1 Kompresor 1 12 volt

Camiones air
2 Extra fan 1 Acondicionado

12 volt

Air cooled
1
2 Kondensor
kondensor

Sight glass
3 Receiver Drayer 1

Thermostat
4 Explanation valve 1 Expansion valve

32
Universal
5 Evaporator 1

6 Refrigerant 3 Klea 134a

Engine suzuki

Egine Carry 1.0 cc


6 1

HS12, HS8
7 Hose
4

3.7 Tahapan Penelitian

3.7.1 Pengamatan ( Observasi )

Tim Penulis melakukan pengumpulan data secara langsung pada Alat


Air conditioner di Politeknik Negeri Samarinda yang menjadi objek dari
penelitian kami.
3.7.2 Wawancara

Tim Penulis melakukan wawancara dengan pihak pihak terkait untuk


melengkapi data dan sekaligus menjadi sumber referensi dari tim penulis,
adapun pihak yang kami wawancarai adalah salah satu teknisi di program
studi Teknik Alat Berat yaitu bapak Richie Feriyanto, A.Md.T

33
3.7.3 Studi Pustika

Tim Penulis mengumpulkan materi & referensi terkait dari beberapa


jurnal, buku bacaan, dan video praktik. Sehingga semakin menambah
wawasan tim penulis dalam menyusun.

3.8 Diagram Aliran Pengerjaan

Mulai
Studi Literatur, Internet

Survwei awal

Identifikasi
Kompone
Pengerjaan Stand

Perakitan Komponen - Komponen

Uji Coba Alat &


Pembuatan Alat

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3. 5 Diagram Alir

34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Perakitan Simulator Air Conditioner

Proses pembuatan Simulator adalah tahapan-tahapan pengerjaan alat


peraga agar terpola dengan baik dan ergonomis sesuai dengan apa yang
telah direncanakan.Adapun tahapan-tahapan/proses pengerjaan sebagai
berikut.

4.1.1 Pengukuran Bahan

Persiapkan besi kotak kosong dengan ketebalan 3mili kemudian potong


dengan ukuran panjang 70cm dan lebar 65cm dan tinggi full 177 cm

Gambar 4. 1 Meteran

4.1.2 Pemotongan Bahan

Proses pemotongan besi menggunakan gerinda dengan mata gerinda


untuk pemotong

35
Gambar 4. 2 Pemotongan Besi Untuk Rangka

4.1.3 Pemasangan Magnet Las

Persiapan sebelum dilakukan pengelasan untuk sambungan pada sudut


sudut rangka diberikan magnet las agar bisa mendapatkan posisi yang tengah
atau sesuai.

Gambar 4. 3 Pemasangan Magnet Las

4.1.4 Pengelasan Rangka Stand Engine

Proses pengelasan untuk penggabungan seluruh besi yang telah


dipotong. Pengelasan dengan cara menitik tiap sambungan besi agar mudah
memperbaiki apabila terjadi kemiringan pada stand pada saat proses
pengelasan.

Gambar 4. 4 Pengelasan RangkaMerapikan Rangka

36
Melakukan pemeriksaan ulang pada rangka dan sambungan las yang telah
dikerjakan agar kuat dan dapat menahan beban komponen.

Gambar 4. 5 Merapikan Rangka Bawah

4.1.5 Pemasangan Engine Pada Rangka


Pemasangan engine pada rangka bawah yang dibantu dengan
pemasangan mounting agar engine dapat dipasang dengan kokoh padarangka.

Gambar 4. 6 Pemasangan Mounting Engine

Gambar 4. 7 Pemasangan Engine

37
4.1.6 Membuat Rangka Atas

Mengukur dan memotong besi dengan menggunakan measuring tape


dan gerinda dengan ukuran 90 cm untuk pembuatan rangka atas sebagai
dudukan komponen ac, lalu besi yang sudah dipotong disambungkan pada
rangka sebelumnya.

Gambar 4. 8 Pembuatan Rangka Atas

4.1.7 Pemasangan Evaporator dan Expansion Valve


Evaporator dipasang pada bagian belakang dari alat sehingga
pengaturan, pengetesan dan pemanfaatan lebih efisien terhadap penggunaan
dan expansion valve dipasang tepat disebelah evaporator karena kontruksi
thermostat (sensing bulb) yang membutuhkan rambatan panas dari
evaporator. Pada bagian thermostat diisolasi agar perambatan panas dari
evaporator tidak terganggu.

Gambar 4. 9 Evaporator

38
Gambar 4. 10 Pemasangan Evaporator pada rangka atas

4.1.8 Memasang Kondensor serta Fan

Pemasangan Kondensor serta extra fan pada simulator yang dipasang


pada bagian tengah rangka. Pemasangan condensor dipasang pada bagian
belakang dari alat sehingga pengaturan, pengetesan, dan pemanfaatan lebih
efisien dan extra fan dengan spesifikasi yang tepat baik ukuran maupun
voltage hingga pelepasan panas Refrigerant pada kondensor bekerja secara
maksimal.

Gambar 4. 11 Pemasangan Kondensor

4.1.9 Pemasangan Receiver dryer


Pemasangan Receiver dryer dalam jalur untuk menyerap kandungan air
yang juga ikut terbawa oleh refrigerant. Selain kotoran, kelembaban atau air
juga akan terkandung dalam refrigerant.

39
Gambar 4. 12 Pemasangan Receiver Dryer

4.1.10 Pemasangan Kompresor

Pemasangan Komponen kompresor dibagian rnagka engine dimana


komponen ini akan memompa refrigerantt untuk mengalir menuju sistem

Gambar 4. 13 Pemasangan Kompresor

4.1.11 Pemasangan Speedometer


Pemasangan speedometer pada alat simulasi bertujuan untuk mengetahui
putaran yaitu RPM agar dapat mirip pada unit aslinya dan dapat mengontrol
putaran dari engine

40
Gambar 4. 14 Pemasangan Speedometer

4.1.12 Pemasangan Fusebox


Pemasangan fusebox sebagai pengaman rangkaian listrik yang ada pada
simulator.

Gambar 4. 15 Pemasangan Fuse box

1) Sebagai pengaman Rangkaian Kunci Kontak


2) Sebagai pengaman rangkaian Coil, Solenoid fuel, dan
lampuIndikator baterai
3) Sebagai pengaman rangkaian regulator cut off alternator
4) Sebagai pengaman rangkaian starting
5) Sebagai cadangan
6) Sebagai Pengaman Rangkaian Baterai

41
4.1.13 Pemasangan Kunci Kontak

Pemasangan Kunci Kontak pada alat simulasi bertujuan sebagai


komponen untuk melakukan running pada engine.

Gambar 4. 16 Pemasangan Kunci Kontak

4.2 Pemvakuman dan Pengisian Refrigerant pada Simulator

4.2.2 Pemvakuman

Pemvakuman dibutuhkan guna menghilangkan udara dari seluruh


sistem hingga menjadi hampa, karena udara mengandung uap air yang
rentan membeku pada suhu dibawah 0 derajat celcius yang mengakibatkan
mampatnya sistem sirkulasi refrigerant dan mengakibatkan masalah pada
AC tersebut. Saat pemvakuman mesin harus dalam keadaan off dan pastikan
saat memasang selang charging manifold cukup kuat sehingga tidak terjadi
kebocoran.

Gambar 4. 17 Hose Manfold Gauge

42
1. Pasang selang tekanan rendah pada Compressor bagian suction service
valve.
2. Pasang selang tekanan tinggi pada Compressor bagian discharge
service valve.

Gambar 4. 18 Proses Pemvakuman

3. Pasang selang bagian tengah pada vacuum pump.


4. Buka kedua kran charging manifold (tekanan rendah dan tekanan
tinggi).
5. Hidupkan Vacuum Pump dan biarkan bekerja selama kurang lebih 10
menit.

Gambar 4. 19 Alat Pompa Vakum

4.2.3 Pengisian Oli Kompresor

Pengisian Oli Kompresor dilakukan dengan menghubungkan selang


bagian tengah ke wadah oli kompresor, oli akan terhisap kedalam
kompresor melalui manifold, lalu nanti oli akan dibantu dengan
dorongansaat pemasukan refrigerant pada system.

43
Gambar 4. 20 Oli Kompresor

4.2.3 Pengisian Refrigerant


1. Gunakan charging manifold dengan menghubungkan selang pada
bagian tengah ke tangki refrigerant.

Gambar 4. 21 Pengisian Refrigerant kedalam Sistem

2. Buka kerantekanantinggi pada charging manifold sambil


membalikkan tabung refrigerant.
3. Lakukan pengisian hingga mencapai tekanan 20 - 40 psi lalu tutup
keran tekanan tinggi pada charging manifold.
4. Tunggu hingga 3 menit apakah ada perubahan pada jarum indikator
untuk memastikan adanya kebocoran atau tidak.
5. Jika semua kondisi baik maka hidupkan mesin dan diamkan beberapa
saat hingga mesin cukup panas dengan putaran 1500-2000 rpm,
kecepatan maksimum pada blower.

44
Gambar 4. 22 Menghidupkan Engine

6. Setelah refrigrant bersirkulasi lanjutkan dengan penambahan


refrigerant dengan keadaan mesin running.

Gambar 4. 23 Penambahan Refrigerant

7. Buka kran tekanan rendah. Pastikan posisi kran tekanan tinggi tertutup
dan pembacaan pada manifold gauge tidak melebihi 60 psi saat
membuka kran tekanan rendah.
8. Tutup kran.
9. Matikan mesin dan lepas charging manifold dari compressor.

4.3 Pengujian Komponen Air Conditioning system

Pengujian alat adalah salah satu tahap yang harus dilakukan setelah
perancangan dan perakitan selesai dilakukan, sebagai berikut : Periksa

45
kondisi dari blower, hubungkan kedua kabel blower langsung menuju
sumber listrik baik 12/24 Volt sesuai dengan spesifikasi.
-Blower tidak berputar
Ganti blower dengan blower yang baru.
-Blower berputar
Lanjutkan kelangkah langkah berikutnya.

Gambar 4. 24 Blower

1. Pemeriksaan Magnetic Clutch

Magnetic Clutch pada Kompressor berkerja bersama bersama-sama


mensirkulasikan Referigeran keseluruh sistem AC, Magnetic Clutch
bekeria menghubungkan putaran Engine dengan Kompressor pada sistem
AC melalui Fan Belt.
Magnetic Clutch mendapat suplai energi dari baterai melalui melalui
sebuah Thermoswitch yang berfungsi kapan harus mati dengan
dihubungkan secara seri, disaat. Evaporator telah mecapai suhu yang telah
ditentukan Thermoswitch akan memutus suplai energi menuju Magnetic
Clutch. Beberapa sistem AC juga menggunakan sistem proteksi ganda, yaitu
dengan menggunakan Low Pressure Switch dan juga High Pressure Switch
yang membantu menjaga usia pakai Kompressor sat beban berlebih hingga
kekosongan pada sistem AC yang mempercepat keausan dan usia pakai
kompressor.

46
Gambar 4. 25 Magnetic Clutch

Normalnya magnetic Clutch akan berputar dengan pully saat sistem ac


diaktifkan, meneruskan putaran kompressor sehingga kompressor dapat
mensirkulasikan refrigerant keseluruh sistem ac.

2. Periksa tegangan pada magnetic clutch

Periksa suplai tegangan menuju Magnetic Clutch pada suatu kabel


suplai baterai menuju (1) Magnetic Clutch, pada saat Knob Switch AC
diaktifkan Magnetic Clutch akan menerima tegangan sebesar 12v atau 24v
sesuai dengan spesifikasi

Hasil pengukuran Normal

Ganti komponen Magnetic Clutch yang rusak dengan yang baru.

Hasil pengukuran dibawah standar hingga 0V

Lanjutkan ke-langkah langkah perbaikan berikutnya.

Gambar 4. 26 Tegangan Magnetic Clutch

47
3. Periksa/perbaiki sambungan kabel

Periksa semua sambungan/konektor hingga hubungan kelistrikan dari


baterai hingga kabel ground/negatif pada jalur kelistrikan magnetic clutch.
Baik

Lanjutkan ke-langkah berikutnya.

Kabel putus/Konektor rusak


Perbaiki atau ganti semua kabel yang rusak, kencangkan semua
konektor yang ada perbaiki atau ganti apabila terdapat konektor yang rusak.

4. Compressor

Gambar 4. 27 Pengujian Compressor

 Hidupkan ac, tunggu beberapa saat hingga mendapatkan suplai arus


listrik

 Pasang tang ampere pada salah satu kabel di compressor, apakah


sesuai dengan standar

 Pasang selang manifold warna biru pada pipa low pressure.

 Pasang selang manifold warna merah pada pipa high pressure.

 Manifold warna merah terpasang pada pipi tekanan telah terpasang


dart ¼ dengan kran manifold tertutup, jika jarum terus bergerak minimal
200 psi pertanda kompresinya dalam keadaan bagus.
 Manifold warna biru terpasang pada pipa hisap, jika jarum meteran

48
menunjukan pada posisi 50 psi – 75 psi berarti compressor dalam keadaan
bagus ( tergantung banyaknya refrigerant ).

5. Kondensor

Gambar 4. 28 Pengujian Kondensor

 Lepaskan kondensor dari sistem.


 Tutp kedua lubang kondensor.
 Isi angin bertekanan kedalam kondensor.
 Rendam kondensor kedalam wadah yang berisi air.
 Pastikan kondensor terendam sepenuhnya
 Apabila tidak terdapat gelembung udara dari kondensor, maka
kondensor dalam keadaan baik dan sebaliknya jika terdapat
gelembung udara maka kondensor dalam keadaan bocor.

6. Thermostatic expansion valve


 Lepaskan expansion valve dari evaporator
 Panaskan bagian ujung pipa kapiler, apabila lubang expansion valve
membuka semakin lebar maka keadaan expansion valve normal dan
sebaliknya jikan ujung pipa kaliper di dinginkan maka lubang expansion
valve mengecil maka expansion valve rusak.

49
7. Evaporator

Gambar 4. 29 Pengujian Evaporator

 Lepaskan evaporator eassy dari sistem.


 Pisahkan bagian evaporator dari housing.
 Isi angin bertekanan kedalam evaporator.
 Tutup kedua saluran evaporator.
 Rendam evaporator kedalam wadah yang berisi air.
 Pastikan evaporator terendam sepenuhnya.
 Apabila tidak terdapat gelembung udara maka evaporator dalam
keadaan baik dan sebaliknya jika terdapat gelembung udara maka
evaporator dalam keadaan bocor.

8. Pengujian Kebocoran pada Hose

Gambar 4. 30 Pengujian Hose

50
 Pastikan sistem dalam keadaan tidak di vakum.
 Kocok air sabun sampai mengeluarkan busa.
 Isi sistem dengan sedikit refrigerant.
 Oleskan busa dari air sabun tadi dengan kuas ke bagian-bagian yang
rentan terhadap kebocoran seperti hasil las-lasan dari sambungan
pipa kondensor dan pemasangan nut yang kurang kencang.
 Perhatikan busa yang telah di oleskan tadi, jika busa air sabun
tersebut tidak menghasilkan gelembung udara maka hose tidak
terjadi kebocoran dan sebaliknya jika busa air sabun mengeluarkan
gelembung maka hose mengalami kebocoaran.

9. Pengujian Kebocoran keseluruan di sistem dengan Manifold Gauge dan


Pompa Vakum

Gambar 4. 31 Pengujian Kebocoran

Pengujian dilakukan dengan melakukan pemvakuman dengan


menggunakan pompa vakum dan manifold gauge pada sistem, sebelum
refrigerant dimasukkan, sambungkan manifold pressure rendah pada bagian
suction dari kompresor dan manifold pressure tinggi pada bagian discharge.
Lalu lakukan pemvakuman selama 10 menit jika sudah, biarkan selama 3
menit dan lihat apakah jarum mengalami perubahan atau tidak.

4.4 Pengujian Simulator Air Conditioning


Pengujian alat adalah salah satu tahap yang harus dilakukan setelah
perancangan dan perakitan selesai dilakukan, sebagai berikut.
Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu setting engine pada
kecepatan 1500-2000 rpm, biarkan running selama kurang lebih 10 menit

51
agar engine mencapai suhu kerja terlebih dahulu untuk kestabilan saat
pengetesan.

Gambar 4. 32 Pengukuran RPM denganTachometer

Set temprature control pada kedinginan suhu maksimal, dan blower


pada kecepatan maksimal pula. Uji suhu yang dikeluarkan oleh blower atau
evaporator. Saat Pengujian Mendapatkan suhu 20-22 Derajat celcius pada
saat engine dalam keadaan low idle sedangkan suhu ruangan berada pada 35
derajat celcius.

4.4.1 Hasil Uji Temperature


Kesimpulan dari pengetesan ini sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Hasil Pengetesan

Suhu Suhu Suhu Suhu


No Rpm Keterangan swicth swicth swicth sekitar
1 2 3
Posisi switch Low
1 1000 evaporator 31˚C 30˚C 30˚C 35˚C

Posisi swicth
2 1500 medium evaporator 30˚C 28˚C 28˚C 35˚C

Posisi swicth High


3 2000 evaporator 29˚C 26˚C 22˚C 35˚C

52
4.5 Ergonomis Pembuatan Simulator

Spesifikasi simulator
 Tinggi Rangka : 167 Cm
 Tinggi dari Roda ke Meja : 86 Cm
 Lebar : 65 Cm
 Panjang Rangka : 70 Cm
Tinggi rata-rata dari penduduk asia terkhusus indonesia sebesar 165
cm,dengan tinggi perut 100 cm dan tinggi siku 104 cm. simulator yang
digunakan secara berdiri membutuhkan keergonomisan yang baik untuk
menghindari terjadinya kecelakan pada tubuh pekerja yang bersifat
permanen. Keergoomisan yang baik dapat membantu dalam meningkatkan
performa kerja.

Tabel 4. 2 Kenyamanan Bekerja


Tinggi Tinggi Selisih dengan
No Tinggi Badan dengan Siku Meja Remark
(Cm) Meja (Cm) (Cm) (Cm)

1 160 86 99 13 Nyaman
2 161 86 100 14 Nyaman
3 162 86 101 15 Nyaman
4 163 86 102 16 Nyaman
5 164 86 103 17 Nyaman
6 165 86 104 18 Nyaman
7 166 86 105 19 Tidak Nyaman
8 167 86 106 20 Tidak Nyaman
9 168 86 107 21 Tidak Nyaman
10 169 86 108 22 Tidak Nyaman

53
4.6 Standar Operating Procedure Simulator AC (SOP)
Sebagai standarisasi cara pengoperasikan alat peraga dapat berjalan
dengan sebagaimana yang di harapkan dan terhindar dari kerusakan alat
peraga maupun kecelakaan yang dapat terjadi. Adapun langkah
pengoperasiannya adalah sebagai berikut

4.6.1 Kelengkapan Alat Pelindung Diri


Sebelum mengoperasikan alat peraga alangkah baiknya di lengkapi
dengan perlengkapan keselamatan guna mencegah hal-hal yang tidak di
inginkan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. 3 Alat Keselamatan Kerja


Alat
Keselamatan Fungsi Keterangan

Safety Shoes Melindungi kaki dari benda


berbahaya

Safety Helmet Melindungi kepala dari benda yang


terjatuh

Safety gloves Melindungi dari short pada rangka


alatperaga

Melindungi mata dari benda yang


Safety glasses terlempar secara tiba tiba

4.6.2 Sebelum Mengoperasikan Simulator Air Conditioner


1. Posisikan alat peraga pada permukaan yang rata agar meja alat peraga
tidak bergerak
2. Periksa kembali komponen-kompenen alat peraga setelah di rakit.

54
Pastikan semua komponen terpasang dengan baik dan tidak ada
kebocoran
3. Cek Refrigerant sebelum pengoperasian
4. Cek sambungan dan kebocoran pada engine

4.6.3 Saat Pengoperasian Simulator Air conditioner

1. Nyalakan Engine dengan memutar kunci kontak ke posisi crank


beberapa detik untuk menyalakan engine.

Gambar 4. 33 Kunci Posisi On

2. Tekan Switch untuk menyalakan sistem ac

Gambar 4. 34 Saklar AC On

3. Putar switch blower agar evaporator menghembuskan refrigerant


dingin keluar
4. Pastikan tidak ada kebocoran sistem saat pengoperasian

55
4.6.4 Saat Mematikan Simulator Air conditioner
1. Matikan Switch fan pada evaporator
2. Matikan Switch untuk mematikan sistem ac
3. Putar Kunci kontak ke posisi off lalu tunggu hingga semua komponen
selesai berputar atau berhenti
4. Periksa Sambungan kabel dan hose,serta sambungan baterai
5. Simulator pun selesai dioperasikan

4.7 Prosedur Service Air Conditioning

4.7.1 Kehati-hatian Saat Perawatan dan Perbaikan AC

 Jangan mengisi refrigerant dalam ruang tertutup atau dekat sumber


api.
 Selalu menggunakan penutup mata.
 Hati-hati agar refrigeran cair jangan sampai mengenai kulit atau mata
anda.
 Tabung refrigeran tidak boleh kena panas. Simpan ditempat kering
pada suhu kurang dari 40 0C.
 Saat mengganti komponen AC mobil, kumpulkan refrigeran dengan
menggunakan mesin pengumpul refrigeran (recovery).
 Pasang penutup pada sambungan komponen yang terbuka untuk
mencegah masuknya udara dan debu
 Jangan menggunakan api untuk membengkokkan atau
memperpanjang pipa. Jika pipa dipanaskan dengan api, maka pada
bagian dalam pipa akan terbentuk lapisan oksidasi yang dapat
mengakibatkan penyumbatan pada sistem.
 Saat mengencangkan sambungan, gunakan dua buah kunci agar pipa
tidak terpilin.
 Saat menghidupkan AC dan melakukan pengisian pastikan jumlah oli
kompresor cukup untuk mencegah kerusakan pada kompresor.
 Dalam kondisi mesin mobil hidup, pastikan keran tekanan tinggi pada

56
manifold gauge tertutup.
 Pastikan untuk tidak mengisi terlalu banyak refrigeran karena dapat
berakibat berkurangnya kinerja pendinginan.

4.7.2 Pemeriksaan sistem AC

 Hidupkan mesin mobil lalu hidupkan saklar AC pada panel pengatur.


 Periksa kerja motor blower, jika tidak bekerja periksa sikring-
sikringnya.
 Periksa motor kipas kondensor, jika tida bekerja periksa sikring-
sikringnya.
 Periksa sambungan perpipaan, jika sambungan pipa terlihat basah oleh
oli, itu menandakan adanya kebocoran refrigerant.
Periksa jumlah refrigerant, jalankan AC dengan kondisi berikut :
1. Pintu – pintu terbuka penuh
2. Stelan suhu pendinginan maksimal
3. Blower posisi high
4. Mesin kecepatan idle
5. Saklar AC dalam kondisi hidup
 Jika penunjukkan gauge manifold tekanan tinggi masih terlalu tinggi,
lakukan pemeriksaan ini pada tempat yang teduh/dingin, buka seluruh
pintu ruang penumpang dan jalankan blower dengan kecepatan rendah
(posisi LO).
 Periksa jumlah refrigerant melalui sight glass yang terpasangdiantara
tangki receiver dan katup ekspansi.

4.7.3 Pemeriksaan Jumlah Refrigerant


 Hidupkan mesin pada kecepatan idle dan jalankan sistem AC.
 Setelah sistem bekerja selama 10 menit lebih, amati ada tidaknya
gelembung udara dalam sight glass.
 Matikan sistem AC dan mesin kendaraan.kendaraan.Catatan :

57
1. Jumlah refrigerant cukup, tidak tampak gelembung-gelembung
udarapada sight glass, hanya kadang-kadang saja tampak
gelembung udara.
2. Jumlah berlebihan, tidak tampak gelembung udara, tetapi
penunjukkan nilai tekanan tinggi dan tekanan rendah pada
gauge manifold lebih tinggi di atas nilai standar.
3. Jumlah refrigeran kurang: tampak gelembung-gelembung udara
pada sight glass secara terus-menerus.

4.8 Cara Troubleshooting

Masalah :
1. Permukaan sirip – sirip kondensor tercemar oleh debu atau lumpur,
sehinggah menyebabkan kebuntuhan. Apabila permukaan sirip - sirip
kondensor diliputi debu atau lumpur, daya pendinginan kondensor akan
merosot. Maka harus dibersihkan setiap celah antara sirip – sirip dengan
menggunakan semprotan air. Jangan memakai sikat kaku untuk
membersihkannya karena akan membengkokan sirip – sirip
2. Tidak ada angin yang berhembus dari blower. Periksa kelancaran
putaran blower dengan tangan saat engine off, periksa fuse, kabel, dan
soket.
3. Bau menyengat. Bersihkan evaporator, filter, dan blower.

58
BAB V
PENUTUPAN

5.1 Kesimpulan

Sebagai penutup dari laporan Tugas Akhir ini, penulis akan


memberikan kesimpulan dari pengamatan yang penulis lakukan langsung
pada alat simulasi air conditioning sebagai berikut :

1. Proses pembuatan trainer ada 2 tahap yaitu, tahap perancangan dan


tahap pengerjaan. Tahap perancangan dan tahap pengerjaan telah di
jelaskan pada BAB IV. Alat telah selesai dibuat dan sudah siap
digunakan untuk praktek.
2. Rangkaian skema alur kerja AC digunakan sebagai panduan untuk
merangkai komponene pada trainer. Pada rangkaian ini terdapat
beberapa komponen yaitu, compressor, condensor, recever drayer,
exvansion valve dan evaporator.
3. Setelah rangka trainer selesai dibuat dan rangkaian componen AC telah
dirangkai pada trainer, maka dilakukan pengujian untuk melihat apakah
trainer bisa berfungsi dengan baik. Pengujian dilakukan dengan cara
memposisikan kunci kontak posisi ON, jika AC bekerja maka alat
dinyatakan berfungsi dengan baik dan bisa digunakan untuk media
pembelajaran. Sebaliknya jika alat tidak bisa bekerja dilakukan
pengecekan kembali pada AC.

4. Berdasarkan pada pengujian performance alat simulasi ini, didapat


kesimpulan bahwa alat simulasi ini telah mmenuhi standar suhu pada
evaporator yaitu 22 C juga standar tekanan pada sisi tekanan
rendahnya sebesar 30 psi dan tekananpada sisi tekanan tinggi sebesar
160 psi.

59
5.2 Saran

Dari kajian dan analisa penulis didalam pembuatan alat peraga AC


mobil serta perawatan, penulis memiliki beberapa saran untuk pembuat
maupun pemakaian alat sebagai berikut :

1. Cara pengoprasian dan juga perawatan terhadap komponen – komponen


sistem AC dapat membantu kinerja dari sistem AC tersebut, maka
lakukan perawatan secara berkala.
2. Dalam melakukan penggunaan dan pengerjaan air conditioning system
hendaknya menggunakan APD dan menjaga contamination control.
3. Kita harus memahami prinsip kerja dan cara kerja air conditioning
system.
4. Selalu melakukan pengecekan terhadap engine sebelum pengoprasian
AC.

60
DAFTAR PUSTAKA

Poernomo, H., Teknik Permesinan Kapal, J., & Perkapalan Negeri Surabaya,
P. (2015). Analisa karakteristik unjuk kerja sisyem pendingin (air condotioning)
yang menggunakan freon R-134a berdasarkan pada varian putaran kipas
pendingin kondensor. In kapal (Vol. 12, Issue 1).

Effendy, Marwan & Tjahjono, Tri. (2005). Penngaruh kecepatan putaran


poros kompresor terhadap prestasi kerja mesin pendingin ac. Media Mesin.
Kalay, A. G. (2015). Perawatan Dan Perbaikan Sistem Air Conditioner Pada
Mobil Daihatsu Taruna.

Trisno, B., Kabel, M. K., & Page, T. P. (2013). Kabel 1. pendahuluan.


Pengertian Kabel, 166.
Maiti, & Bidinger. (1981). komponen penyusun ac. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Alvi. (2016). Universitas Sumatera Utara - Beranda. 4–16.


https://www.usu.ac.id/id/ Bartlett, J. &. (2013). komponen penyusun ac. Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Siagian Saut., Program Studi Teknik Mesin FT UPN “Veteran” Jakarta


(2015). Analisis karakteristik unjuk kerja kondensor pada sistem pendingin (air
conditioning) yang menggunakan freon R-134a berdasarkan pada variasi putaran
kipas pendingin.

61
LAMPIRAN

62

Anda mungkin juga menyukai