Anda di halaman 1dari 81

PEMBUATAN UNIT SIMULASI SISTEM AIR CONDITIONING PADA ALAT

BERAT

TUGAS AKHIR

Oleh :

SLAMET PURNAMA ARIFIN

NIM : 15 610 057

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

JURUSAN TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI TEKNIK ALAT BERAT

SAMARINDA

2018
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Slamet Purnama Arifin

Nim : 15 610 057

Jurusan : Teknik Mesin

Program Studi : Teknik Alat Berat

Jenjang : Diploma III

Judul : PEMBUATAN UNIT SIMULASI SYSTEM AIR CONDITIONING


PADA ALAT BERAT

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya
saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur Plagiatrisme Laporan Tugas


Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Samarinda, 15 Juli 2018

Slamet Purnama Arifin


Nim : 15 610 057

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Pengujian Unit Simulasi System Air Conditionong Pada Alat Berat

Nama : Slamet Purnama Arifin

Nim : 15 610 057

Jurusan : Teknik Mesin

Program Studi : Alat Berat

JenjangStudi : Diploma III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


Pada tanggal, 15 Juli 2018
Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Darma Aviva, S.T., M.T Ir. Mangkona, M.T


NIP. 19700727 199512 1 001 NIP. 19610928 199203 1 001

Mengesahkan :
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19590303 198903 1 002

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

Pengujian Unit Simulasi System Air Conditioning pada alat berat

Nama : Slamet Purnama Arifin


Nim : 15 610 057
Jurusan : Teknik Mesin
Program Studi : Alat Berat
Jenjang Studi : Diploma D3

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


Pada tanggal, 15 juli 2018

Penguji I,
Nama : H. Baso Cante, S.T., M.T
NIP : 19691231 199512 1 001

Penguji II,
Nama : Dr. Eng. Hidayat Marlang. S.T., M.T
NIP : 197550519 200212 1 001

Penguji III,
Nama : Dr. Ruspita Sihombing, S.T., M.T
NIP : 19620822 199303 1 003

Mengetahui :

Ketua Jurusan Teknik Mesin, Ketua Program Studi


Teknik Alat Berat,

H. Baso Cante, S.T., M.T Faisyal Umar, S.T., M.T


NIP. 19691231 199512 1 001 NIP.19690217 199802 1 001

iv
ABSTRAK

M Dani Faturahman 2018. Pembuatan Unit Simulasi System Air Conditioning


pada Alat Berat. Dibawah bimbingan Bapak Darma Aviva, S.T., M.T dan Bapak Ir
Mangkona, S.T., M.T. Laporan Tugas Akhir tidak terpublikasi. D-3 Program Studi Alat
Berat, Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Samarinda.
Air Conditioning merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
mengkondisikan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai
dengan kondisi udara nyaman. Sehingga memberikan kenyamanan kerja bagi orang yang
melakukan kegiatan tertentu didalam ruangan tersebut. Pembuatan unit simulasi ini
dilakukan agar dapat membantu proses belajar mengajar di kampus.
Tujuannya adalah Untuk membuat alat simulasi System Air Conditioning. Alat
simulasi ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Pengujian dilakukan dengan
melakukan tiga pengetesan system Air Conditioning.
Metode yang digunakan adalah Studi pustaka untuk proses pengumpulan data
yang berasal dari beberapa buku –buku pendukung yang ada dan terkait dengan proses
pengerjaan tugas akhir ini. Observasi lapangan untuk proses penamatan langsung pada
benda kerja.
proses konsultasi dengan dosen –dosen pembimbing, beberarapa senior di industri dan
juga rekan –rekan mahasiswa.
Manfaat Pembuatan Unit Simulasi ini agar dapat menjadi alat bantu yang
mempermudah dalam proses pembelajaran untuk system Air conditioning. Dapat
menimbulkan minat mahasiswa dalam mempelajari mengenai sistem Air conditioning
pada machine.

Kata Kunci: Pengujian Unit Simulasi System Air Conditioning

v
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan proposal tugas akhir ini. Tugas akhir ini berjudul
“Pengujian Unit Simulasi System Air Conditioning Pada Alat Berat”, disusun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik
Mesin Alat Berat Politeknik Negeri Samarinda.

Dalam penulisan laporan, penulis tidak terlepas dari segala macam kekurangan dan
kesalahan, tetapi dengan usaha dan niat yang kuat serta bantuan dosen pembimbing,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan baik dan tepat waktu.

Tidak terhitung jumlah dukungan yang penulis terima dalam penyelesaian tugas
akhir ini, oleh sebab itu penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Negeri Samarinda

2. Bapak H. Baso Cante, S.T., M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri

Samarinda.

3. Bapak Faisyal Umar, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi Alat Berat Politeknik Mesin

Samarinda.

4. Bapak Darma Aviva, S.T., M.T, selaku pembimbing I dan Bapak Ir. Mangkona, S.T., M.T,

pembimbing II serta selaku perintis Program Studi Alat Berat Politeknik Negeri Samarinda

yang selalu siap sedia untuk membimbing dalam menyelesaikan proposal tugas akhir.

5. Dosen Teknik Mesin dan Teknisi Alat Berat di Politeknik Negeri Samarinda yang turut

membantu dalam pembuatanTugas Akhir.

6. Ibu Kambe dan Bapak Thamrin selaku orang tua penulis. Dan keluarga besar yang

memberikan do’a dan biaya sampai penyelesaian tugas akhir.

vi
7. M. Arief Rosadi, S.T dan Richie Feriyanto, A.Md yang turut membantu menyelesaikan

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Kepada pihak PT. Trakindo Utama yang sudah memfasilitasi alat tugas akhir penulis.

9. Teman-teman Teknik Mesin Progam Studi Alat Berat Angkatan 2015 selalu menjunjung

tinggi kebersamaan.

10. Dan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan ini.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
dan membalas segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam penyusunan Proposal Tugas Akhir ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan
maanfaat bagi pihak-pihak yang membacanya.

Samarinda, 15 juli 2018


Peneliti

Slamet Purnama Arifin


NIM. 15 610 057

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR ISI ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 2

1.4 Tujuan Masalah ........................................................................................... 2

1.5 Manfaat Penulisan ....................................................................................... 2

1.6 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 3

1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 5

2.1 Prinsip-Prinsip Air Conditoning .................................................................. 5

viii
2.1.1 Definisi Air Conditioning.............................................................. 5

2.1.2 Pemindahan Panas (Heat Transfer) ............................................... 5

2.1.3 Pengukuran Panas.......................................................................... 7

2.1.4 Jenis-jenis Panas ............................................................................ 9

2.1.5 Pengaruh Dari Tekanan Atmosfer ................................................. 12

2.2 Sistem Air Conditioning Pada Machine ..................................................... 15

2.2.1 Refrigerant (Pendingin) ................................................................. 15

2.2.2 Sistem Air Conditioning Dasar ..................................................... 18

2.2.3 Sistem Dan Komponen Air Conditioning (Type

Orifice Tube) ................................................................................. 20

2.2.4 Kompresor ..................................................................................... 22

2.2.5 Kondensator................................................................................... 23

2.2.6 In-line Dryer dan Orifice Tube ...................................................... 24

2.2.7 Evaporator dan Blower Fan ........................................................... 26

2.2.8 Akumulator .................................................................................... 27

2.2.9 Sistem Dan Komponen Air Conditioning

(ThermostaticExpansion Valve) .................................................... 28

2.2.10 Thermostatic Expansion Valve ..................................................... 29

2.2.11 Receiver –dryer ............................................................................. 31

2.2.12 Sistem Dan Komponen “H” Block Expansion Valve ................... 32

2.2.13 Thermostatic Switch ...................................................................... 34

2.2.14 Kopling kompressor ...................................................................... 36

2.2.15 Switch Pendeteksi Tekanan Rendah.............................................. 37

ix
2.2.16 Switch Pendeteksi Tekanan Tinggi ............................................... 38

2.2.17 Relief Valve Tekanan Tinggi ....................................................... 38

2.2.18 Indikator Kelembaban (Moisture Indicator) .................................. 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 42

3.1 Waktu Dan Lokasi Kegiatan ..................................................................... 42

3.2 Alat Yang Digunakan ............................................................................... 42

3.3 Metode Penelitian Dan Pengambilan Data ................................................ 44

3.4 Spesifikasi Komponen-komponen Air Conditioning ................................ 44

3.4.1 Spesifikasi Engine Mitsubishi L300.............................................. 45

3.4.2 Compressor .................................................................................... 45

3.4.3 Evaporator dan Expansion Valve .................................................. 46

3.4.4 Condensor ...................................................................................... 46

3.4.5 Receiver Dryer .............................................................................. 47

3.4.6 Hose ............................................................................................... 47

3.4.7 Refrigrant....................................................................................... 48

3.4.8 Accunulator ................................................................................... 48

3.5 Gambar Instalasi ........................................................................................ 49

3.6 Diagram Alir Pengerjaan tugas akhir ........................................................ 51

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 52

4.1 Cara Instalasi ............................................................................................. 52

4.1.1 Condensor ........................................................................................ 52

4.1.2 Extra Fan .......................................................................................... 53

x
4.1.3 Compressor ...................................................................................... 53

4.1.4 Receiver Dryer ................................................................................. 54

4.1.5 Expansion Valve .............................................................................. 54

4.1.6 Evaporator ........................................................................................ 55

4.1.7 Hose.................................................................................................. 55

4.2 Pemvakuman ............................................................................................. 56

4.3 Pengisian Refrigerant ................................................................................ 57

4.4 Troubleshooting ......................................................................................... 58

4.5 Pemeriksaan Menggunakan Charging Manifold Gauge ............................ 60

4.6 Test Performance ....................................................................................... 61

BAB V PENUTUP................................................................................... 64

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 64

5.2 Saran .......................................................................................................... 65

Daftar Pustaka

Lampiran

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pemindahan Panas ...................................................................................... 5

Gambar 2.2 Mengalirnya Panas Dari Suatu Benda ........................................................ 6

Gambar 2.3 Pengukuran Panas ....................................................................................... 7

Gambar 2.4 Contoh Panas Dalam Bentuk Tetesan ........................................................ 8

Gambar 2.5 Sensible Heat .............................................................................................. 9

Gambar 2.6 Laten Heat................................................................................................... 9

Gambar 2.7 Panas Laten Pemuaian Dan Panas Laten Penguapan ................................. 11

Gambar 2.8 Tekanan Atmosfer ...................................................................................... 12

Gambar 2.9 Tekanan Pada Permukaan Cairan ............................................................... 13

Gambar 2.10 Hubungan Langsung Antara Tekanan Suhu DanTekanan Uap ................ 13

Gambar 2.11 Hubungan Langsung Antara Kevakuman, Suhu Daerah Sekitar

Dan Titik Didih Cairan ................................................................................................... 14

Gambar 2.12 Refrigerant ................................................................................................ 15

Gambar 2.13 Tabung Kaca ............................................................................................. 18

Gambar 2.14 Contoh System Yang Ditambahkan Compressor Dan Flask

Bertekanan ................................................................................................ 19

Gambar 2.15 Sistem Sebelumnya Yang Dilengkapi Dengan Menambahkan Sebuah

Selang ....................................................................................................... 19

Gambar 2.16 Sistem Orifice Tube .................................................................................. 20

Gambar 2.17 Kompressor ............................................................................................... 22

Gambar 2.18 Kondensator .............................................................................................. 23

Gambar 2.19 In-Line Dryer ............................................................................................ 24

xii
Gambar 2.20 Evaporator Dan Blower Fan ..................................................................... 26

Gambar 2.21 Akumulator ............................................................................................... 27

Gambar 2.22 Sistem Thermostatic Expansion Valve ..................................................... 28

Gambar 2.23 Expansion Valve ....................................................................................... 29

Gambar 2.24 Receiver-Dryer ......................................................................................... 31

Gambar 2.25 Sistem “H” Block Expansion Valve ......................................................... 32

Gambar 2.26 “H” Block Expansion Valve ..................................................................... 33

Gambar 2.27 Sirkuit Listrik Kompressor ....................................................................... 34

Gambar 2.28 Compressor Clutch ................................................................................... 36

Gambar 2.29 Low Pressure Sensing Switch................................................................... 37

Gambar 2.30 High Pressure Sensing Switch .................................................................. 38

Gambar 2.31 High Pressure Relief Valve ...................................................................... 38

Gambar 2.32 System Orifice Tube ................................................................................. 39

Gambar 2.33 System “H” Block Expansion Valve ........................................................ 40

Gambar 2.34 Moisture Indicator .................................................................................... 40

Gambar 3.1 Simulasi Ac................................................................................................. 42

Gambar 3.2 Engine Mitsubishi ....................................................................................... 45

Gambar 3.3 Compressor ................................................................................................. 45

Gambar 3.4 Evaporator Dan Expansion Valve .............................................................. 46

Gambar 3.5 Condensor ................................................................................................... 46

Gambar 3.6 Receiver Dryer ............................................................................................ 47

Gambar 3.7 Hose Refrigrant........................................................................................... 47

Gambar 3.8 Tabung Refrigrant....................................................................................... 48

xiii
Gambar 3.9 Accumulator ............................................................................................... 48

Gambar 3.10 Gambar Instalasi ....................................................................................... 49

Gambar 4.1 Pemasangan Condensor .............................................................................. 52

Gambar 4.2 Pemasangan Extra Fan................................................................................ 53

Gambar 4.3 Pemasangan Compressor ............................................................................ 53

Gambar 4.4 Pemasangan Receiver Dryer ....................................................................... 54

Gambar 4.5 Pemasangan Expansion Valve .................................................................... 54

Gambar 4.6 Pemasangan Evaporator ............................................................................. 55

Gambar 4.7 Pemasangan Hose ....................................................................................... 55

Gambar 4.8 Proses Pemvakuman ................................................................................... 56

Gambar 4.9 Pengisian Refrigrant ................................................................................... 57

Gambar 4.10 Test Temperature ...................................................................................... 62

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi Alat............................................................................................... 42

Tabel 4.1 Hasil Uji Temperature .................................................................................... 62

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini terdapat banyak sekali permasalahan yang timbul akibat dari

dampak global warming. Salah satu nya adalah kebutuhan akan penunjang

kenyamanan dalam bekerja maupun berkendara. Dalam hal ini Air conditioning

memiliki peran penting untuk menciptakan kondisi udara yang sejuk dan

nyaman saat bekerja juga saat berkendara baik kendaraan umum maupun unit

alat berat yang sering digunakan pada berbagai macam pekerjaan.

Peran Air conditioning juga sangatlah membantu meningkatnya produktifitas

dalam dunia industri, karena untuk meningkatkan proses produksinya, tentu saja

setiap industri harus memberikan fasilitas pendukung pada setiap pekerja nya

untuk bekerja pada kondisi yang nyaman guna meningkatkan performa kerja

mereka itu sendiri.

Pada kurikulum pembelajaran saat ini AC bukanlah hal yang menjadi

topik pembelajaran utama melainkan hanya topik tambahan saja sehingga

pengenalan terhadap sistem AC ini juga sangatlah terbatas. Sedangkan dalam

aktual nya AC merupakan komponen penunjang yang tidak dapat dipisahkan

dari setiap kendaraan yang ada pada umumnya mengutamakan kenyamanan dari

setiap pengendaranya.

Latar belakang ini yang membuat kami tertarik untuk mengangkat judul

“Pembuatan Unit Simulasi System Air Conditioning Pada Alat Berat”pada

tugas akhir ini untuk memvisualisasikan Air Conditioning System secara aktual

1
2

sesuai dengan konstruksi nya pada kendaraan maupun alat berat namun sangat

sederhana hingga.

dapat dilihat semua komponen-komponen utama nya dan juga bagaimana

proses bekerja dari Air Conditioning System tersebut yang akan berguna untuk

menunjang proses pembelajaaran.

1.2 Perumusan Masalah

Dari pemaparan diatas penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

 Bagaimana Membuat unit simulasi System Air Conditioning type expansion

valve yang lebih sederhana ?

 Bagaimana cara pengujian System Air Conditioning type expansion valve ?

1.3 Batasan Masalah

Agar dalam penyusunan tugas akhir ini menjadi lebih terarah, maka

ruang lingkup pembahasan dibatasi, yaitu :

 Pembuatan unit simulasi System Air conditioning type expansion valve ?

 Pengujian pada System Air Conditioning type expansion valve ?

1.4 Tujuan Masalah

Diharapkan dari hasil alat simulasi ini diperoleh :

 Tersedianya unit simulasi System Air Conditioning bagi jurusan teknik alat

berat.

 Unit simulasi ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa

jurusan tekhnik alat berat.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari pembuatan simulasi ini adalah sebagai berikut :
3

 Sebagai alat penelitian untuk proses pembelajaran System Air Conditioning.

 Dapat menarik minat mahasiswa dalam mempelajari mengenai System Air

onditioning pada machine.

1.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mengambil referensi dari

berbagai sumber, seperti :

 Studi pustaka yaitu proses pengumpulan data yang berasal dari beberapa buku

– buku pendukung yang ada dan terkait dengan proses pengerjaan tugas akhir

ini.

 Observasi lapangan yaitu proses pengamatan langsung pada benda kerja.

 Interview, yaitu proses konsultasi dengan dosen – dosen pembimbing,

beberarapa senior di industri dan juga rekan – rekan mahasiswa.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Laaporan

Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Berisikan tentang : Judul ; Latar belakang ; Perumusan masalah ;

Batasan masalah ; Tujuan penelitian ; Manfaat penelitian ;

Metode pengumpulan data ; dan Sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Berisikan tentang : Teori – teori yang mencakup Teori Dasar Panas ;

Tempratur ; Tekanan ; Kelembaban ; Refrigerant ; Prinsip Dasar Air

Conditioning ; Sistem Kerja Air Conditioning ; Komponen Air


4

Conditioning.

Bab III Metodologi Penelitian

Berisikan tentang : Waktu Penelitian ; Alat yang digunakan ; Metode

Penelitian dan pengambilan data ; Spesifikasi komponen – komponen

air conditioning ; Gambar Instalasi ; dan Diagram Alir Pengerjaan.

BabIV Pembahasan

Berisikan tentang : Cara Instalasi ; Pemvakuman ; Pengisian

Refrigerant ; Cara Troubleshooting ; Pemeriksaan menggunakan

charging manifold ; dan Uji Performance.

BabV Penutup

Berisikan tentang : Kesimpulan dan Saran.

DAFTARPUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PRINSIP-PRINSIP AIR CONDITIONING

2.1.1 DEFINISI AIR CONDITIONING

Air Conditioning merupakan proses pengontrolan kuantitas dan kualitas

udara, dimana udara didinginkan, dibersihkan dan disirkulasikan pada suhu,

kelembaban dan volume tertentu yang terkontrol.

2.1.2 PEMINDAHAN PANAS (HEAT TRANSFER)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.1 Pemindahan panas

Banyak orang mengetahui apa fungsi air conditioning, namun hanya sedikit

yang mengetahui cara kerjanya. Hal yang mengejutkan adalah ternyata

evaporator pada air conditioner, bekerja mirip dengan sepanci air mendidih

diatas kompor (Gambar 2.1). Bahkan, alasan mengapa air conditioning dapat

terus mendingin udara adalah karena cairan, yang disebut “refrigerant” (cairan

5
6

pendingin), mendidih dalam evaporator coil. Tentu saja, semua orang tahu bahwa

air yang mendidih dalam panci adalah sesuatu yang “panas” dan sebuah air

conditioning adalah sesuatu yang “dingin”. Memahami suatu bahan dingin yang

mendidih pada umumnya cukup membingungkan.

Dingin dianggap sebagai suatu kondisi. Pada dasarnya, kondisi yang

dianggap “dingin” tidaklah ada. Dingin hanyalah istilah lainnya dari ketiadaan

“panas”. Pada saat panas dibuang dari satu zat, maka zat tersebut akan menjadi

dingin. Sepanci air yang mendidih (menghasilkan uap) dan air conditioning

perupakan peralatan sederhana untuk menghilangkan panas.

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.2 Mengalirnya panas dari suatu benda

Dasar dari semua sistem air conditioning adalah mengalirnya panas dari

suatu benda yang lebih panas menuju benda yang lebih dingin (gambar 2.2).

Secara teori, suhu terendah yang paling dingin adalah -273° C (belum ada

seorangpun yang pernah mencapai suhu tersebut). Segala sesuatu diatas suhu ini

dikatakan mengandung panas.

Pada saat mendinginkan suatu obyek berarti panas yang terkandung pada

obyek tersebut dialirkan ke benda lain. Seperti halnya air yang selalu mengalir
7

menuju tempat yang lebih rendah, panas selalu mengalir dari benda yang lebih

panas ke benda yang lebih dingin.

Tiga cara dimana panas dapat dialirkan adalah :

• Konduksi, merupakan perpindahan panas melalui benda padat.

• Konveksi,merupakan perpindahan panas melalui zat seperti air, uap atau udara.

• Radiasi, perpindahan panas melalui gelombang atau cahaya.

2.1.3 PENGUKURAN PANAS

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.3 pengukuran panas

Nilai yang diukur dari suatu panas adalah insentitas dan kuantitas. Dengan

cara menempatkan sepanci air diatas nyala api pada kompor, suhu air meningkat

hingga mendidih. Pada saat sebuah termometer dimasukkan ke dalam air, maka

akan diketahui suhu air tersebut (Gambar 2.3). Termometer tersebut

menunjukkan intensitas panas, dan bukan jumlah panas yang ada.

Besaran untuk mengukur jumlah panas adalah kalori (SI) atau British

Thermal Unit (BTU) (satuan Imperial). Satu kalori adalah jumlah panas yang

dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 gram air sebesar 1 derajat celcius. .


8

Sementara satu BTU adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

suhu 1 pound air sebesar 1 derajat farenheit .

Kilogram kalori lebih sering digunakan. Satu kilogram kalori merupakan

jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 kilogram air sebesar 1°

C.Satuan sistem internasional lainnya untuk pengukuran jumlah panas, atau

energi, adalah kilojoule sama dengan 4,19 kilogram kalori.

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.4 contoh panas dalam bentuk tetesan

Jumlah panas dapat dijelaskan dengan mengibaratkan panas sebagai tetesan

zat pe-warna merah (gambar 2.4). Jika setiap tetesan warna dianggap sama

dengan 1 kalori atau 1 BTU atau 1 kilojoule. Pada saat satu tetes ditambahkan

pada segelas air, maka air akan berubah warna menjadi sedikit merah muda. Dua

tetes akan mengubah warna air menjadi kemerahan. Menambahkan lebih banyak

tetesan akan menambah warna merah dalam air. Dengan cara yang sama,

menambahkan kalori atau BTU kedalam air akan meningkatkan suhunya hingga

batas temperature tertentu.


9

2.1.4 JENIS-JENIS PANAS

1. PANAS YANG DIRASAKAN (SENSIBLE HEAT)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.5 Sensible Heat

Panas laten Panas yang diukur dengan sebuah termometer disebut panas

yang dirasakan (sensible heat). Panas yang dirasakan dapat juga dideteksi

dengan tangan. Penjelasan lain mengenai panas yang dirasakan adalah jumlah

panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kilogram air dari 0°C (32°)

menjadi 100°C (212°F),adalah 189,9 kj atau 180 BTU.

2. PANAS LATEN (LATEN HEAT)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo,jakarta, januari 2014

Gambar 2.6 Laten Heat


10

Jenis panas yang kedua disebut “panas laten”. Panas laten adalah panas

yang tersembunyi. (“laten” adalah bahasa latin yang berarti tersembunyi).

Panas laten tidak dapat dirasakan dan tidak juga dapat diukur dengan sebuah

termometer. Panas laten dapat dijelaskan dengan cara memasukkan sebuah

termometer ke dalam sebuah balok es (Gambar 2.6). Termometer membaca suhu

0°C (32°F). Biarkan balok es mencair dan kumpulkan airnya pada sebuah tempat

penampungan. Pada saat balok es diperiksa beberapa jam kemudian balok es

tersebut berukuran lebih kecil karena sebagian sudah mencair. Namun

termometer tetap membaca suhu 0°C (32°F). Kemana perginya panas yang

menyebabkan es mencair? Beberapa menganggap bahwa panas yang di-

tambahkan terdapat dalam air dari es yang mencair. Namun, memeriksa suhu air

saat es mencair menunjukkan bahwa suhu air hanya sedikit lebih tinggi dari suhu

es.

Peningkatan suhu air yang kecil bukanlah menunjukkan seluruh panas

yang telah diserap oleh es. Satu-satunya jawaban adalah panas laten sudah

dihabiskan untuk mengubah es dalam bentuk padat menjadi bentuk cair. Semua

benda padat meresap panas dalam jumlah besar pada saat berubah dari bentuk

padat menjadi bentuk cair.

3. PANAS LATEN PEMUAIAN (LATEN HEAT OF FUSION) DAN PANAS

LATEN PENGUAPAN (LATEN HEAT OF VAPORIZATION)

Air berubah menjadi es atau es berubah menjadi air pada suhu 0°C (32°F).

Proses perubahan es menjadi air atau air menjadi es disebut “Laten Heat of

Fusion” (Gambar 7.2). 335 kilojoule panas laten ditambahkan untuk mengubah 1
11

kilogram es menjadi 1 kilogram air. Dengan demikian, es tersebut harus

menyerap 335 kilojoule panas laten. Untuk merubah 1 kilogram air menjadi 1

kilogram es, 335 kilojoule panas laten dibuang dari air.

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo,jakarta, januari 2014

Gambar 2.7 Panas Laten Pemuaian dan Panas Laten Penguapan

Perubahan air menjadi uap atau uap berubah menjadi air terjadi pada suhu

100°C (212°F). Proses mengubah air menjadi uap atau uap menjadi air disebut

“Laten heat of vaporization”. Untuk mengubah 1 kilogram air menjadi uap

diperlukan 2256 kilojoule panas laten. Dengan demikian, 2256 kilojoule panas

laten diserap oleh 1 kilogram air sebelum seluruh air berubah menjadi uap.

Semua benda padat menyerap panas dalam jumlah besar pada saat

berubah menjadi cairan dan cairan juga menyerap panas dalam jumlah besar pada

saat berubah menjadi gas.

Hal ini dapat dibuktikan dengan memasukkan sedikit air dalam panci,

tempatkan sebuah termometer raksa dalam air, letakkan panci di atas api. Saat air

memanas, bacaan termometer akan meningkat. Pada tekanan atmosfir, air akan

mendidih pada saat pembacaan suhu termometer mencapai 100°C (212°F).

Semakin besar nyala api, menyebabkan air mendidih lebih cepat. Namun,
12

pembacaan pada termometer tidak akan meningkat diatas 100°C (212°F). Apa

yang terjadi dengan panas tambahan dari nyala api yang diperbesar? Panas

tambahan tersebut digunakan untuk mengubah air dari bentuk cair menjadi

bentuk gas. Karena suhu air yang telah mendidih tidak meningkat diatas 100°C

(212°F), maka dapat dikatakan proses pendidihan adalah proses pendinginan air

dengan sendirinya.

2.1.5 PENGARUH DARI TEKANAN ATMOSFER

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.8 Tekanan Atmosfer

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pada tekanan atmosfir, air mendidih

pada 100°C (212° F). Apa yang dimaksud dengan tekanan atmosfir?

Tekanan atmosfir dapat dinyatakan sebagai “berat atmosfir yang menekan

pada sebuah benda” (Gambar 2.8). Tekanan, tanpa mempedulikan asalnya, diukur

dalam kilopascal atau psi. Pada ketinggian permukaan laut, tekanan atmosfir

adalah 101,35 kPa (14.7 psi). Setiap tekanan yang kurang dari ketinggian

permukaan laut (101,35 kPa) (14.7 psi) dikenal sebagai “partial vacuum”(vakum

sebagian), atau biasa disebut “vakum”. Vakum diukur dalam inci raksa (in Hg).

Suatu vakum yang sempurna (0 kpa) (0 Psi) belum pernah dihasilkan. Tidak ada

yang dapat menghasilkan tekanan N.


13

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.9 Tekanan Pada Permukaan Cairan

Terdapat hubungan langsung antara titik didih suatu cairan dengan tekanan

pada per-mukaan cairan. Dalam (Gambar 2.9) terdapat tiga panci air mendidih.

Panci pada sebelah kiri memiliki tekanan sebesar 101,35 kPa (14.7 psi) dan air

mendidih pada suhu 100°C (212°F). Meningkatkan tekanan dalam panci

menyebabkan air mendidih pada suhu yang lebih tinggi. Menurunkan tekanan di

dalam panci (menciptakan vakum) menyebabkan air mendidih pada suhu yang

lebih rendah. Tekanan dapat dikurangi (dibuat vakum) ke suatu titik dimana air

dapat mendidih tanpa api.

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.10 Hubungan langsung antara tekanan suhu dan tekanan uap
14

Terdapat juga hubungan langsung antara suhu dan tekanan uap, pada saat

tekanan uap ditingkatkan, suhu uap juga meningkat (Gambar 2.10).

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.11 Hubungan langsung antara kevakuman, suhu daerah sekitar dan

titik didih cairan.

Juga terdapat hubungan langsung antara kevakuman, suhu daerah sekitar

dan titik didih cairan. Dalam (Gambar 2.11) terdapat rangkaian manifold gauge

yang dihubungkan dengan sebuah vacuum pump (pompa vakum) dan sebuah flask

(gelas kimia) yang berisi air. Vacuum pump menurunkan tekanan dalam flask dan

dengan demikian membuat vakum. Pada suhu ruangan 21,1°C (71°F), air

mendidih dengan vakum 716,28 mm Hg (4,8 kPa) (13,8 psi).

Air mendidih merupakan proses pendingin yang alami. Air yang mendidih

membuang panas laten dalam jumlah yang sama, baik itu saat mendidihkan pada

suhu 21,1°C (71°F) atau saat mendidihkan pada suhu 100°C (212°F). Bahan

selain air beraksi dalam cara yang sama namun pada suhu yang berbeda.
15

2.2 SISTEM AIR CONDITIONING PADA MACHINE

2.2.1 REFRIGERANT (PENDINGIN)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.12 Refrigerant

Bahan yang digunakan dalam sistem air conditioning disebut

“refrigerant” yang tersedia dalam berbagai jenis. Bahkan, setiap zat cair yang

akan mendidih pada suhu mendekati titik beku air dapat digunakan sebagai

refrigerant. Namun, refrigerant yang baik haruslah tidak beracun dan tidak

mudah meledak agar aman. Refrigerant yang baik juga harus tidak menyebabkan

korosi, tidak berbau dan dapat bercampur baik dengan oli.

Refrigerant yang banyak dipergunakan oleh system Air Conditioning

kendaraan tipe lama adalah "Refrigerant 12" atau "R-12." Nama kimianya adalah

dichlorodifluoromethane. Pada tekanan atmosphir (14.7 psi), R-12 mendidih pada

temperature -29.8°C (-21.7°F). sehingga, R-12 tidak memerlukan kevakuman

untuk mendidih dan mendidih pada temperature yang cukup rendah. R-12

memiliki kemampuan berubah secara cepat dari bentuk cairan menjadi gas atau
16

sebaliknya. Namun, karena R-12 dan refrigerant berbahan dasar chlorine telah

dinyatakan berbahaya dan merusak lapisan ozon bumi.

134a dibuat dari Hydrogenated Fluorocarbons. HFC-134a memiliki

keunggulan yang sama dengan R-12 ditambah HFC-134a tidak merusak

atmosphere. HFC-134a tidak dapat dipergunakan sebagai pengganti R-12 secara

langsung dan kedua refrigerant ini juga tidak dapat dicampur. Setelah system diisi

dengan R-12, tidak boleh diisi ulang atau ditambah HFC-134a. begitu juga

sebaliknya. Mengacu pada SENR5664. Sisa R-12 menyebabkan kerusakan kimia

pada HFC-134a. Desiccant yang dipergunakan pada system R-12 akan rusak

ketika diisi dengan HFC-134a. System HFC-134a memerlukan pelumas yang

terbuat dari Poly Alkylene Glycol (PAG) bukannya pelumas mineral based yang

biasa dipergunkan pada system R-12.

Terlepas dari menggunakan R-12 atau HFC-134a, prinsip dasar dan cara

kerja air conditioning tetaplah sama. Prinsip pengisian dari kedua jenis refrigerant

ini sangatlah berbeda dimana jika melakukan pengisian R12 terlalu banyak atau

kurang dari yang disyaratkan, tidak akan terlalu besar pengaruhnya terhadap

system, namum HFC-134a harus diisi dengan toleransi pengisian 1/10 pound, jika

tidak, system tidak akan dingin dengan sempurna.

Beberapa hal yang dilarang pada saat bekerja dan menangani refrigerant

adalah (Gambar 2.12) :

1. Dilarang mengelas atau membersihkan dengan uap (steam cleaner) dekat

saluran air conditioning. Panas yang dihasilkan dapat menyebabkan

peningkatan tekanan yang berlebihan pada refrigerant.


17

2. Dilarang membawa refrigerant dalam ruang penumpang kendaraan.

3. Dilarang mempaparkan refrigerant pada api terbuka, suhu tinggi atau sinar

matahari langsung.

4. Kaca mata pengaman harus dipakai. Apabila Refrigerant yang keluar

mengenai mata dapat menyebabkan cidera serius.

5. Dilarang membuang refrigerant ke udara. Jika air conditioning sebuah

kendaraan sudah diisi dengan refrigerant jenis R12, refrigerant tersebut

berbahaya terhadap lapisan ozon bumi, dan dapat menghasilkan gas fosgen

yang mematikan pada saat terkena api terbuka.

6. Dilarang mencampurkan R134a dengan udara untuk pengujian kebocoran.

Pada saat berada dibawah tekanan campuran tersebut dapat meledak.

7. Dilarang mengumpulkan atau memindahkan refrigerant kedalam sebuah

tangki bekas Selalu gunakan sebuah tangki khusus yang sudah

direkomendasikan.

8. Dilarang mengisi sebuah tangki penyimpanan hingga lebih dari 80% dari

peringkat berat kotornya.

9. Pada saat mengosongkan sistem refrigerant R12 dikumpulkan dan pemerintah

yang relevan. Dengan refrigerant R12, pastikan bahwa gas dibuang sesuai

dengan peraturan-peraturan.

10. Selalu bekerja dalam ruangan dengan ventilasi yang memadai. Menghirup

refrigerant, bahkan dalam jumlah yang sedikit, dapat membahayakan dan

menyebabkan pusing, iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan.


18

11. Pada saat mengisi sebuah sistem dengan engine menyala, pastikan bahwa

valve pengukur tekanan tinggi ditutup.

12. Waspadalah pada saat engine sedang menyala serta menjauhlah dari

komponen-komponen yang berputar.

2.2.2 SISTEM AIR CONDITIONING DASAR

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.13 Tabung Kaca

(Gambar 2.13) menunjukkan sebuah tabung kaca (flask) berisi refrigerant

HFC-134a yang terbuka terhadap ruangan sekitar. Flask terbuka ini bekerja

seperti evaporator dalam sistem air conditioning. Pada saat berada dalam tekanan

atmosfir (101,35 kPa), HFC-134a mendidih pada suhu -27° C (-16° F). Panas

dalam ruangan mengakibatkan refrigerant mendidih. Saat refrigerant mendidih,

panas diserap dari area sekitarnya. Berkurangnya panas membuat area

sekelilingnya menjadi dingin. Namun sistem sejenis ini tidak ekonomis, tidak

aman dan juga tidak baik untuk udara sekitar.

Pada (Gambar 2.14) menunjukkan sebuah system yang sudah ditambahkan

kompresor dan sebuah flask bertekanan tinggi. Saat refrigerant cair mendidih,

uapnya dihisap melalui selang kedalam kompresor. Kompresor meningkatkan

tekanan uap dan intensitas panas.. Pada sisi tekanan tinggi, uap dan suhu tinggi
19

mengalir ke dalam flask bertekanan tinggi. Suhu uap bertekanan tinggi lebih

tinggi dari suhu di area sekelilingnya. Dengan demikian, panas mengalir dari uap

bertekanan tinggi ke area sekelilingnya. Uap bertekanan tinggi menjadi dingin

serta berubah menjadi cairan bertekanan tinggi.

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.14 contoh system yang ditambahkan compressor dan flask

bertekanan

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.15 sistem sebelumnya yang dilengkapi dengan menambahkan

sebuah selang

Pada (Gambar 2.15) diatas menunjukkan sistem sebelumnya yang

dilengkapi dengan menambahkan sebuah selang untuk menghubungkan flask


20

cairan bertekanan tinggi ke flask cairan bertekanan rendah (Gambar 2.15). Sebuah

orifice (lobang kecil) dipasang dalam selang untuk menjaga perbedaan tekanan

diantara cairan ber-tekanan tinggi dan rendah.

Pada saat flask berisi cairan refrigerant bertekanan rendah mendidih, terjadi

penyerapan panas dari area sekelilingnya. Uap refrigerant bertekanan rendah

ditarik melalui selang kedalam kompresor. Kompresor meningkatkan tekanan dan

suhu uap serta menyimpannya dalam flask bertekanan tinggi. Uap yang

bertekanan dan bersuhu tinggi membuang panas ke daerah sekeliling yang

suhunya lebih dingin. Hal ini menyebabkan uap bertekanan tinggi menjadi dingin

dan berkondensasi menjadi cairan bertekanan tinggi. Cairan refrigerant

bertekanan tinggi mengalir melalui sebuah selang dan orifice menuju ke flask

cairan refrigerant bertekanan rendah. Setelah melewati orifice, cairan refrigerant

kemudian turun tekanannya dan mendidih sehingga siklus di atas berulang.

2.2.3 SISTEM DAN KOMPONEN AIR CONDITIONING (type orifice tube)

Sistem Orifice Tube (saluran lubang kecil)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.16. Sistem Orifice Tube.


21

Sistem air conditioning standar memiliki lima komponen dasar (Gambar

2.16) yaitu :

• Kompresor

Kompresor berfungsi untuk menghasilkan aliran refrigerant dan karena terdapat

hambatan pada system maka tekanan dan suhu uap refrigerant meningkat.

• Kondensator

Kondensator membuang panas dari uap refrigerant bersuhu dan bertekanan

tinggi yang menye-babkan uap berubah menjadi cairan refrigerant bersuhu

tinggi.

• In-line dryer

In-line dryer mengandung bahan pengering (untuk membuang uap air) dan

orifice tube (untuk mempertahankan tekanan). Pemutus cepat (quick

disconnect) membuat in-line dryer dapat diganti dengan mudah ketika

dibutuhkan.

• Evaporator

Cairan refrigerant bertekanan rendah mendidih pada evaporator, yang

mengumpulkan panas dari area sekeliling.

• Akumulator

Akumulator berfungsi sebagai pemisah cairan/uap serta memastikan hanya uap

yang akan mencapai kompresor.

Pada sistem orifice tube, cairan refrigerant yang meninggalkan evaporator

dapat merusak kompresor. Oleh karena itu, sebuah akumulator diletakkan dalam

suction line pada kompresor setelah evaporator.


22

Pada beberapa sistem orifice tube, orifice tube terletak diantara kondensator

dan evaporator. Zat pengering (desiccant) ditambahkan didalam akumulator

untuk meyerap uap air akibat kondensasi.

Pada sistem-sistem dengan sebuah in-line dryer, dessicant berada sebelum

orifice tube yang tergabung secara bersamaan.

2.2.4 Kompresor

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.17 Kompresor.

Kegunaan suatu kompresor (gambar 2.17) adalah untuk:

• Meningkatkan suhu dan tekanan gas refrigerant dari evaporator.

• Mensirkulasikan refrigerant ke seluruh sistem.

Kompresor memiliki beberapa reed valve untuk mengendalikan masuk dan

keluarnya gas refrigerant selama proses pemompaan.

Saat piston bergerak turun dalam bore, suction reed atau intake valve

membuka dan discharge reed atau exhaust valve menutup. Gas refrigerant

bertekanan rendah dan berisi panas ditarik dari evaporator kedalam kompresor.

Saat piston bergerak keatas di dalam bore, kompresor menekan gas, dan oleh

sebab itu meningkatkan intensitas panasnya. Karena suhu merupakan pengukuran


23

dari intensitas panas, suhu gas meningkat pula. Gas bertekanan dan bersuhu

tinggi menutup suction reed valve atau intake valve dan membuka discharge

valve atau exhaust valve dan gas terdorong menuju kondensator.

Tekanan yang meningkat dapat dicapai dengan cara memasang hambatan

pada sisi tekanan tinggi sistem. Hambatan diperoleh dari orifice tube, TX valve

atau „H‟ block dan akan dijelaskan kemudian.

2.2.5 Kondensator

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.18 Kondensator.

Fungsi kondensator (Gambar 2.18) adalah untuk mentransfer panas dalam gas

refrigerant ke atmosfer serta mengubah gas refrigerant menjadi zat cair. Gas refrigerant

yang bertekanan dan bersuhu tinggi mengalir dari kompresor kedalam kondensator. Saat

gas yang panas dan bertekanan tinggi mengalir melalui kondensator, panas mengalir dari

gas yang panas ke udara yang lebih dingin yang mengalir melalui koil kondensator

(condensator coil). Gas refrigerant yang bertekanan tinggi didinginkan dan

berkondensasi sehinggan berubah wujud menjadi cairan bertekanan tinggi. Cairan

bertekanan tinggi ini mengalir dari kondensator ke in-line dryer.


24

Dua jenis kondensator yang umum digunakan:

• Ram Air

Umumnya digunakan dalam aplikasi kendaraan otomotif, kondensator jenis ram

air bergantung pada kecepatan kendaraan untuk mendorong udara dalam

volume besar melalui koil kondensator.

• Forced Air

Umumnya digunakan pada alat konstruksi, kondensator forced air

menggunakan kipas untuk mendorong udara dalam volume besar melalui koil

kondensator. Udara lebih dingin dibandingkan dengan gas refrigerant dalam

kondensator. Panas mengalir dari gas refrigerant yang panas ke udara yang

lebih dingin.

2.2.6 In-line Dryer dan Orifice Tube

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.19 In-line dryer.

In-line dryer (Gambar 2.19) terdiri dari sebuah kantung bahan pengering

(desiccant bag) dan dua quick disconnect. Alat pemutus (disconnect) tersebut
25

membuat in-line dryer dapat diganti tanpa harus mengganti refrigerant. Beberapa

in-line dryer memiliki indikator uap air.

Kantung bahan pengering terdiri atas zat penyerap uap air, seperti Activate

Alumina, yang menyaring refrigerant untuk menangkap air dan kotoran. Jika

dryer dilengkapi dengan indikator uap air, dryer harus diganti pada saat indikator

menunjukkan warna tertentu. Jika sistem tidak dilengkapi dengan indikator uap

air, dryer umumnya diganti pada interval servis yang terjadwal.

Pada sebagian besar sistem orifice tube, orifice tube dipasang dalam in-line

dryer. Orifice tube terdiri dari sebuah tabung kecil yang terpasang pada bagian

tengah sebuah tabung plastik, dua buah O-ring, dua buah saringan (screen) dan

dua buah tab.

Dua buah screen (masing-masing satu pada setiap ujung) menyaring

refrigerant yang mengalir melalui tabung kecil. Dua buah O-ring diposisikan

untuk menyekat kebocoran yang melewati bagian luar orifice tube. Dua buah tab

berguna untuk mengikat perkakas pada saat memasang atau memindahkan orifice

tube.

Orifice tube memisahkan sisi bertekanan tinggi dari sisi bertekanan rendah

system air conditioning. Cairan refrigerant bertekanan tinggi memasuki orifice

tube dan cairan refrigerant bertekanan rendah keluar dari orifice tube.

Refrigerant mengalir dari orifice tube ke evaporator. Jumlah cairan yang

memasuki evaporator umumnya lebih banyak dari yang dapat diuapkan oleh

evaporator, karena itu sejumlah refrigerant akan meninggalkan evaporator masih

dalam bentuk cair.


26

2.2.7 Evaporator dan Blower Fan

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.20. Evaporator and blower fan

Fungsi dari evaporator dan blower fan (Gambar 2.20) adalah untuk

mentransfer panas da-lam kabin operator ke refrigerant air conditioner. Ketika

cairan refrigerant memasuki evaporator, blower fan menarik udara panas dari

kabin operator melalui evaporator fin dan coil dimana panas dari udara diserap ke

refrigerant.

Pada saat cairan refrigerant bertekanan rendah memasuki evaporator,

refrigerant lebih dingin dibandingkan dengan udara dari blower fan . Panas dalam

udara mengalir kedalam refrigerant cair bertekanan rendah yang lebih dingin.

Sebagian refrigerant mendidih dan berubah menjadi gas refrigerant. Gas/cairan

refrigerant bertekanan rendah berisi panas mengalir ke akumulator. Udara yang

lebih dingin mengalir kembali ke kabin operator.


27

2.2.8 Akumulator

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.21 Akumulator.

Akumulator (Gambar. .2.21) mengumpulkan campuran gas/cairan

refrigerant dan hanya gas refrigerant yang mengalir ke kompresor. Gas

refrigerant mengalir melalui bukaan (inlet) pada bagian atas vapor line.

Akumulator versi terdahulu memiliki sebuah diverter cap untuk menjaga cairan

agar men-jauh dari inlet vapor line. Oil bleed hole membuat oli dapat mengalir

kembali ke kompresor.

Beberapa akumulator memiliki sebuah dessicant bag untuk membuang uap

air dari refrigerant. Pada sistem dengan in-line dryer, dessicant bag digantikan

dengan in-line dryer sehingga tidak terdapat dessicant bag pada akumulator.
28

2.2.9 Sistem dan komponen Thermostatic Expansion Valve

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.22. Sistem Thermostatic Expansion Valve (Diseimbangkan di luar.

Banyak model-model system air conditioning terdahulu dilengkapi dengan

sistem thermostatic expansion valve (TX valve) (Gambar 22). Fungsi dari

thermostatic expansion valve adalah untuk:

• Membatasi aliran refrigerant serta membuat kompresor dapat meningkatkan

tekanan pada sisi tinggi sistem air conditioning.

• Mengendalikan jumlah refrigerant yang memasuki evaporator.

Bagian sistem air conditioning dari outlet kompresor hingga expansion valve

inlet disebut “sisi bertekanan tinggi”. Thermostatic expansion valve menyebabkan


29

adanya hambatan aliran refrigerant yang meningkatkan tekanan di antara

expansion valve dan kompresor.

Peningkatan tekanan membuat refrigerant berubah dari bentuk gas ke

bentuk cair setelah melewati kondensator. Begitu kompresor meningkatkan suhu

refrigerant dengan cara mengkonsentrasikan refrigerant kedalam tempat yang

lebih kecil, expansion valve menurunkan suhu dengan cara membiarkan

refrigerant menyebar pada saat meninggalkan orifice dalam expansion valve.

Karena tekanan kemudian menurun tajam, refrigerant berada pada suhu yang

paling dingin pada saat meninggalkan expansion valve dan memasuki evaporator.

Bagian dari sistem air conditioning dari expansion valve outlet ke compressor

inlet disebut “sisi bertekanan rendah”. Untuk membuang uap air dari refrigerant,

sistem thermostatic extension valve dilengkapi dengan sebuah receiver-dryer.

2.2.10 Thermostatic Expansion Valve

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.23. Expansion Valve .


30

Dua jenis expansion valve (Gambar 2.23) yang umum digunakan pada system

air conditioning adalah :

• Internally equalize

• Externally equalize

Kedua expansion valve memiliki thermal bulb yang dihubungkan ke

diafragma oleh sebuah tabung kecil. Thermal bulb mengandung refrigerant.

Sebuah clamp menahan thermal bulb dengan kencang pada evaporator outlet line.

Thermal bulb sensitif dengan suhu evaporator outlet line sehingga jika suhu outlet

line meningkat, refrigerant di dalam bulb memuai. Refrigerant yang memuai ini

memberikan tekanan pada diafragma pada bagian atas valve. Diafragma

dihubungkan melalui pin pada valve seat. Tekanan yang diberikan pada

diafragma menyebabkan pin pada diafragma dan valve seat bergerak. Saat valve

seat bergerak menjauh dari orifice , refrigerant lebih banyak mengalir ke dalam

evaporator. Peningkatan aliran refrigerant menyebabkan evaporator outlet line

menjadi lebih dingin. Suhu outlet line yang lebih dingin menyebabkan refrigerant

berkondensasi dalam thermal bulb, yang mengurangi tekanan terhadap diafragma,

pin dan valve seat. Valve seat bergerak untuk mengurangi aliran melalui orifice.

Pada internal equalize expansion valve, tekanan pada refrigerant yang

memasuki evaporator bekerja pada dasar diafragma melalui internal equalize

passage. Pemuaian gas dalam thermal bulb akan melawan tekanan penyeimbang

internal dan pegas sebelum valve membuka untuk meningkatkan aliran

refrigerant.
31

Pada external equalize expansion valve, tekanan yang bekerja pada dasar

diafragma berasal dari evaporator outlet line melalui sebuah equilizer tube.

Equilizer tube menyeimbangkan tekanan buangan evaporator terhadap tekanan

yang disebabkan oleh pemuaian gas dalam thermal bulb.

Superheater spring mencegah lonjakan cairan yang berlebihan memasuki

evaporator. ”Superheat” adalah peningkatan suhu gas refrigerant di atas suhu

dimana refrigerant menguap. Superheat spring dipasang pada valve dan disetel

untuk penyetelan yang ditentukan sebelumnya pada saat pembuatan di pabrik.

Expansion valve di rancang.

SISTEM AIR CONDITIONING

sehingga suhu refrigerant pada evaporator outlet line harus memiliki

superheat sebesar 3°C (5°F) sebelum lebih banyak lagi refrigerant dibiarkan

masuk ke dalam evaporator. Tegangan pegas (spring) adalah faktor penentu

dalam pembukaan dan penutupan expansion valve. Selama pembukaan dan

penutupan, tegangan spring menghambat atau membantu operasi valve sesuai

kebutuhan.

2.2.11 Receiver – Dryer

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.24. Receiver-dryer


32

Receiver-dryer (Gambar 2.24) memiliki tiga fungsi:

• Mengeringkan

• Menyimpan

• Menyaring refrigerant cair

Saat refrigerant cair mengalir ke receiver-dryer, refrigerant tersebut disaring

melalui bahan pengering (dessicant) dan membuang uap air yang telah masuk ke

dalam refrigerant. Refrigerant disimpan hingga dibutuhkan oleh sistem. Saat

sistem membutuhkan refrigerant, cairan bertekanan tinggi mengalir melalui

sebuah saringan halus yang dipasang pada sisi keluaran tabung. Saringan halus

(screen) tersebut mencegah semua kotoran bersirkulasi dalam sistem air

conditioning. Cairan bertekanan tinggi mengalir dari receiver-dryer ke

thermostatic expansion valve.

2.2.12 Sistem “H” Block Expansion Valve

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo,jakarta, januari 2014

Gambar 2.25 Sistem “H” Block Expansion Valve .


33

Dalam sistem “H” Block expansion valve (gambar 2.25) thermostatic

expansion valve diganti dengan “H” Block expansion valve.

Saat “H” Block expansion valve membuka, refrigerant cair mengalir

menuju evaporator. Refrigerant dengan tekanan rendah tersebut mulai mendidih

saat mengalir melalui coil evaporator. Gas refrigerant menarik panas dari udara

yang lebih panas yang disirkulasikan oleh kipas evaporator (blower).

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.26. “H” Block Expansion Valve .

Kompresor menghisap gas refrigerant keluar dari evaporator dan melalui

sensor suhu (Gambar 2.26). Uap yang lebih dingin mendinginkan sensor suhu.

Ketika sensor suhu merasakan temperature yang semakin dingin, gas dalam

sensor berkondensasi serta mengurangi tekanan pada bagian atas diafragma

sensor suhu. Diafragma memuai keatas menggerakkan rod men- jauh dari ball

dan spring. Ball dan spring mulai menutup dan membatasi aliran melalui

expansion valve.

Sensor suhu mengendalikan operasi sistem air conditioning dengan cara

membiarkan cairan refrigerant dalam jumlah yang tepat dimasukkan melewati


34

ball dan spring. Selama compressor cut-out mode, terjadi peningkatan tekanan

pada bagian bawah diafragma sensor suhu dimana nilainya lebih besar dari pada

tekanan pada bagian atas diafragma. Diafragma memuai keatas yang menarik rod

dan membuat ball dan spring menutup valve.

Selama compressor cut-in mode, terjadi penurunan tekanan dengan cepat

pada bagian bawah diafragma sensor suhu. Tekanan yang lebih tinggi pada

bagian atas diafragma menyebabkan diafragma menyusut ke bawah dan

menggerakkan rod pada ball dan spring, sehingga valve membuka.

2.2.13 Thermostatic Switch

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.27. Sirkuit Listrik Kompresor.

Thermostatic switch dalam sirkuit kelistrikan kompresor (Gambar 2.27)

mengatur siklus kerja kompresor, sehingga operator dapatmenyetel suhu kabin.


35

Thermostatic switch terdiri dari sebuah kontak tidak bergerak dan sebuah rangka

yang dapat diputar yang dipasang pada sebuah rakitan saluran kapiler. Tabung

kapiler tersebut diisi dengan refrigerant R134a atau sejenisnya. Tabung kapiler

tersebut dipasang diantara evaporator core fin. Refrigerant dalam tabung kapiler

memuai atau menyusut, tergantung pada suhu evaporator.

Refrigerant yang memuai dan menyusut dalam tabung kapiler menyebabkan

saluran memuai dan menyusut juga. Hal ini menyebabkan pivoting frame

bergerak. Bagian sirkuit ke compressor clutch coil dihubungkan ke kontak yang

tidak bergerak, dan bagian lain pada sirkuit dihubungkan ke pivoting frame.

Kontak dan pivoting frame harus menyatu agar switch dapat menutup dan

menggerakkan compressor clutch.

Operator mengatur evaporator refrigerant dengan cara membedakan jarak

antara kontak tidak bergerak dan pivoting frame. Menyetel kontak dan pivoting

frame lebih jauh menyebabkan dibutuhkan pemuaian yang lebih besar pada

bellow sebelum switch menutup. Menyetel kontak dan pivoting frame lebih

mendekat menyebabkan switch menutup dengan pemuaian bellow yang lebih

sedikit.

Thermostat yang dapat disetel memiliki kelengkapan untuk mengatur

kisaran di antara pembukaan dan penutupan switch. Sekrup penyetel berada di

bawah tutup yang dapat dilepas. Jika tidak ada, thermostat tidak dapat disetel.

Sistem thermostat yang tidak dapat disetel (seringkali disebut Sistem

Kontrol Pembekuan) terdiri dari satu knob pengendali suhu. Knob tersebut

dihubungkan dengan heater control valve, yang mengendalikan temperature


36

udara melalui heater coil . Suhu aliran udara evaporator dikendalikan oleh

thermostat yang tidak dapat disetel. Suhu kabin dijaga dengan cara memantau

aliran udara pada heater dan evaporator coil. Saat aliran udara mengalir melalui

heater dan evaporator coil mencapai 2,2°C (36°F), thermostat yang tidak dapat

disetel dan mengaktifkan clutch kompresor. Pada saat suhu aliran udara turun ke -

1,1°C (30°F), thermostat yang tidak dapat disetel memutus aliran listrik ke clutch

kompresor.

2.2.14 Kopling Kompresor (Compressor Clutch)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.28 Compressor Clutch.

Compressor Clutch (Gambar 2.28) diputar oleh crankshaft engine melalui

belt dan pulley yang terdapat pada kopling magnetis (magnetic clutch). Pulley

memutar bearing dan tidak terhubung ke shaft. Drive plate dipasang melalui hub

ke shaft. Coil dipasang pada rangka kompresor dan tidak berputar.


37

Aliran listrik dari thermostat menciptakan medan magnet dalam coil. Medan

magnet menarik drive plate pada pulley. Pulley kemudian memutar drive plate,

hub dan shaft untuk mengoperasikan kompresor.

2.2.15 Switch Pendeteksi Tekanan Rendah (Low Pressure Sensing Switch)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.29 low pressure sensing switch

(Gambar 2.29) adalah sebuah low pressure sensing switch yang dapat

terpasang pada kompressor atau pada pada receiver-dryer. Switch tersebut

digunakan untuk melindungi sistem dari kerusakan akibat kebocoran refrigerant

yang berdampak pada kurangnya oli. Terhubung secara seri dengan sirkuit

kelistrikan pada magnetic clutch, switch tersebut membuka pada saat tekanan

sistem berada dibawah 175 kPa (25 psi) dan mematikan kompresor. Switch dapat

terletak pada dryer, expansion valve, saluran cairan refrigerant bertekanan tinggi

atau pada kompresor.


38

2.2.16 Switch Pendeteksi Tekanan Tinggi (High Pressure Sensing Switch)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.30 high pressure sensing switch

Sebuah high pressure sensing switch yang serupa digunakan pada beberapa

system air conditioning untuk mematikan sistem sebelum tekanan sistem

mencapai setelan relief valve tekanan tinggi. Switch ini terhubung secara seri

dengan sirkuit kelistrikan ke magnetic clutch. Tekanan sistem yang tinggi

membuka switch dan mematikan kompresor.

2.2.17 Relief Valve Tekanan Tinggi (High Pressure Relief Valve)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2. 31 High pressure relief valve


39

High pressure relief valve (Gambar 2.31) terletak pada kompresor atau pada

receiver-dryer. High pressure relief valve membuat refrigerant dapat dilepaskan

ke atmosfir jika tekanan sistem meningkat diatas 3450 kPa (500 psi). Pada

sistem-sistem saat ini, sebelum High pressure relief valve membuka maka

terlebih dahulu high pressure switch akan mematikan aliran listrik menuju clutch

compressor. Hal ini mencegah refrigerant agar tidak dikeluarkan ke atmosfir.

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar 2.32 System Orifice Tube

Lokasi Presure Switch pada System Orifice Tube

System Orifice Tube diatas menujukkkan High Pressure, Low Pressure, atau

High-Low pressure switche. Lokasi penempatan switch bervariasi tergantung

pada jenis machine dan dan dimana tempat yang paling umum dan mudah

dijangkau. Low pressure switch, mencegah compressor berputar ketika tingkat

pengisian terlalu rendah. High pressure switch juga melindungi kompressor saat

tekanan system berlebih atau terlalu banyak refrigerant.


40

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar. 2. 33 System "H" Block Expansion Valve

Lokasi Pressure Switch pada System "H" Block Expansion Valve

System "H" block expansion valve diatas menunjukkan lokasi berbagai

pressure switch, dapat berupa High Pressure, Low Pressure, atau High-Low

pressure switch tergantung pada tipe machine dengan tempat yang berbeda-beda

sesuai gambar diatas. Switch ini meyakinkan kompressor tidak mengalami

kerusakan jika terjadi permasalahan pengisian pada system.

2.2.18 Indikator Kelembaban (Moisture Indicator)

sumber : Modul Air Conditioning System, PT Trakindo, jakarta, januari 2014

Gambar .2. 34 moisture indicator


41

(Gambar 2.34) menunjukkan sebuah moisture indicator (indikator

kelembaban). Moisture indicator terletak pada saluran diantara receiver-dryer

dan expansion valve. Moisture indicator mengukur kelembaban relatif dalam

sistem. Sebuah bagan referensi warna kelembaban tersedia pada tampilan

indikator. Warna biru mewakili sistem kering dan warna merah muda mewakili

sistem basah. Moisture indicator harus diperiksa secara teratur, menurut

spesifikasi dari pabrik pembuat. Untuk memeriksa moisture indicator,lihatlah

pada cincin indikator (2) melalui kaca pantau (sight glass) (1). Jika cincin

indikator berwarna biru, menunjukkan sistem dalam keadaan kering. Jika cincin

indikator berwarna merah, menunjukkan terdapat kelembaban. Kelembaban harus

dibuang dan receiver-dryer harus diganti.

Catatan: Pembacaan moisture indicator paling efisien dilakukan setelah

sistem air conditioning sudah beroperasi selama 3 jam atau lebih. Untuk

memperoleh hasil terbaik, mintalah operator memeriksa moisture indicator pada

saat makan siang dan pada akhir setiap shift.


42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1 Simulasi AC

3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan

Penelitian ini dilaksanakan di workshop Politeknik Negeri Samarinda.

Waktu pelaksanaan dimulai pada bulan April – Juni 2018.

3.2 Alat yang Digunakan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada perakitan ini terdiri dari peralatan

untuk instalasi (komponen utama dan alat bantu pemasangan) serta peralatan uji.

Tabel 3.1 Spesifikasi Alat

Peralatan yang digunakan

No Nama Alat dan Bahan Spesifikasi Jumlah

1. Hand tool - 1 set

2. Bor listrik Makita Corporation 1 unit


43

3. Mata bor Ø 10mm – 18mm 1 set

4. Meteran 20 m 1 buah

5. Mistar baja 300 mm 1 pcs

6. Electroda LB – 52 (2,6 mm) 1 pcs

7. Las listrik E 140 DC 1 buah

8. Vacum Pump Robinair 1 unit

9. Thermometer  .Min - 1 unit

 .Max

10. Gauge Manifold  TR (biru) 1 unit

. Min : -1 bar

: -30 psi

.Max : 8.2 bar

: 120 psi

 TT (merah)

.Min : 0 bar

: 0 psi

.Max : 34 bar

: 500 psi

Vacum Pump  Model : C55JXHJE-4071 1unit

11.  RPM : 1425/1725


44

 VOLT : 110-115/220-259

 AMPERE : 5,8-5,3/2,9-2,7

12. Tubbing Cutter - 1 buah

Sumber : Modul Ajar Measuring Tool

3.3 Metode Penelitian dan Pengambilan Data

Adapun prosedur langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian

dan pengambilan data adalah sebagai berikut :

1. Melakukan serangkaian wawancara pada orang-orang yang ahli pada bidang air

conditioning.

2. Melakukan pengambilan data spesifik alat.

3. Melakukan pengambilan data-data variabel (data desain maupun aktual ).

4. Melakukan dokumentasi.

5. Melakukan pengolahan data dan konsultasi dengan pembimbing

6. Melakukan analisis hasil pengolahan data.

7. Menentukan kesimpulan.

3.4 Spesifikasi Komponen – komponen Air Conditioning

Pada perakitan ini kami menggunakan komponen – komponen Air

Conditioning udara. Adapun spesifikasi komponen – komponen Air Conditioning

adalah :
45

3.4.1 Spesifikasi Engine Mitsubishi L300

Gambar 3.2 Engine Mitsubishi L300

Spesifikasi :

Merk : Mitsubishi

Daya Engine : 86 hp

Putaran Engine : 6000 rpm

Jumlah Cylinder : 4 cylinder

Isi Cylinder : 2477 cc

Torsi Max : 13,6 Nm/2500 rpm

3.4.2 Compressor

Gambar 3.3 Compressor


46

Spesifikasi :

Merk : Sanden

Type : Magnetic clutch

Spool magnet : 12 Volt

3.4.3 Evaporator dan Expansion valve

Gambar 3.4 Evaporator dan Expansion valve

Spesifikasi :

Merk : AAC

Type Evaporator : Universal

Type Expansion valve : Thermostatic

3.4.4 Condensor

Gambar 3.5 Condensor


47

Spesifikasi :

Merk : Denso

Tegangan : 12 Volt

Rangka : 11 inch

Panjang Blade : 11 inch

3.4.5 Receiver Dryer

Gambar 3.6 Receiver Dryer

Spesifikasi :

Merk : Showa

3.4.6 Hose

Gambar 3.7 Hose refrigerant


48

Spesifikasi :

Jumlah : 3 buah

Merk : Sakura Gs Sae

Type : HS8, HS10, dan HS13

3.4.7 Refrigerant

Gambar 3.8 Tabung Refrigerant

Spesifikasi :

Refrigerant :R134a

Kapasitas : 13,6 kg

3.4.8 Accumulator

Gambar 3.9 Accumulator


49

Spesifikasi :

Merk : CAT

3.5 Gambar Instalasi

Gambar 3.10 Gambar Instalasi

Keterangan :

1. Compressor 4. Expansion Valve

2. Condensor 5. Evaporator

3. Receiver Dryer 6. Accumulator

Keterangan gambar :

a. Zat pendingin bertekanan tinggi dari Compressor berupa gas.

b. Zat pendingin yang sudah didinginkan oleh Condensor berubah bentuk dari gas

menjadi cair.

c. Zat pendingin yang telah diturunkan tekanannya oleh Expansion valve, berubah

bentuk menjadi uap.


50

d. Zat pendingin yang telah menyerap panas pada Evaporator berubah bentuk

menjadi gas.

e. Zat pendingin yang disaring oleh Receiver dryer adalah air, sedangkan zat

pendingin yang disaring oleh Accumulator adalah gas.


51

3.6 Diagram Alir Pengerjaan Tugas Akhir

Mulai

Studi Studi
Lapangan literature
udiLapan
gan
Part Internet
book

Prepare alat dan


bahan
Inpeksi

Hand Power Special


tool tool tool

Visual

Perakitan
Komponen
Ya

Tidak Pengujian unit


simulasi ?

Pembuatan laporan dan


kesimpulan

Selesai
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Cara Instalasi

4.1.1 Condensor

Gambar 4.1 Pemasangan Condensor

Pemasangan Condensor pada stand radiator sesuai dengan konstruksi

mobil nyata, dan memanfaatkan radiator fan dalam pemanfaatan konveksi

paksa, jarak antara radiator dan Condensor minimal 10 cm, guna mencegah

terjadinya perambatan panas dari radiator, juga perhitungan pada mounting

Condensor dengan menggunakan bahan yang memiliki perambatan panas yang

buruk agar panas pada radiator tidak merambat pada Condensor.

52
53

4.1.2 Extra fan

Gambar 4.2 Pemasangan Extra fan

Extra fan dengan spesifikasi yang tepat baik ukuran maupun voltage

hingga pelepasan panas Refrigerant pada kondenser bekerja secara maksimal.

4.1.3 Compressor

Gambar 4.3 Pemasangan Compressor

Pemasangan Compressor dengan memperhatikan titik sumbu pada

pulley guna menjaga bekerja dengan baik, pembuatan mounting yang dapat

disetel agar mempermudah dalam pemasangan dan perawatan kekencangan belt.


54

4.1.4 Receiver Dryer

Gambar 4.4 Pemasangan Receiver Dryer

Diletakkan pada stand Condensor agar uap air yang terjadi saat

kondensasi tidak berada terlalu jauh dalam sistem.

4.1.5 Expansion Valve

Gambar 4.5 Pemasangan Expansion Valve

Expansion valve dipasang tepat disebelah evaporator karena konstruksi

thermostat (sensing bulb) yang membutuhkan rambatan panas dari evaporator.

Pada bagian thermostat diisolasi agar perambatan panas dari evaporator tidak

terganggu.
55

4.1.6 Evaporator

Gambar 4.6 Pemasangan Evaporator

Evaporator dipasang pada bagian depan dari alat sehingga pengaturan,

pengetesan dan pemanfaatan lebih efisien terhadap penggunaan.

4.1.7 Hose

Gambar 4.7 Pemasangan Hose

Pemilihan hose yang sesuai dengan tekanan dan spesifikasi isi guna

memberikan performance yang baik, ukuran yang tepat akan menjadikan

instalasi lebih efisien dan lebih rapi.


56

4.2 Pemvakuman

Gambar 4.8 Proses Pemvakuman

Pada proses pemvakuman ini acuan yang digunakan bersumber dari :

(Buku Pegangan Mahasiswa Air Conditioning System PT. Trakindo, jakarta,

januari 2014 dan service information system).

Pemvakuman dibutuhkan guna menghilangkan udara dari seluruh sistem

hingga menjadi hampa, karena udara mengandung uap air yang rentan membeku

pada suhu dibawah 0 derajat celcius yang mengakibatkan mampatnya sistem

sirkulasi refrigerant dan mengakibatkan masalah pada AC tersebut. Saat

pemvakuman mesin harus dalam keadaan off dan pastikan saat memasang

selang charging manifold gauge cukup kuat sehingga tidak terjadi kebocoran.

1. Pasang selang tekanan rendah pada Compressor bagian suction service

valve.

2. Pasang selang tekanan tinggi pada Compressor bagian discharge service

valve.
57

3. Pasang selang bagian tengah pada vacuum pump.

4. Buka kedua kran charging manifold gauge (tekanan rendah dan tekanan

tinggi).

5. Hidupkan Vacuum Pump dan biarkan dan biarkan bekerja selama kurang

lebih 10 menit.

4.3 Pengisian Refrigerant

Gambar 4.9 Pengisian Refrigerant

Pada proses pengisian refrigrant ini acuan yang digunakan bersumber

dari : (Buku Pegangan Mahasiswa Air Conditioning System PT. Trakindo,

jakarta, januari 2014 dan service information system).

1. Gunakan charging manifold gauge dengan menghubungkan selang pada

bagian tengah ke tangki refrigerant.

2. Buka keran tekanan tinggi pada charging manifold gauge sambil

membalikkan tabung refrigerant.


58

3. Lakukan pengisian hingga mencapai tekanan 20-30 psi lalu tutup keran

tekanan tinggi pada charging manifold gauge.

4. Tunggu hingga 3 menit apakah ada perubahan pada jarum indikator untuk

memastikan adanya kebocoran atau tidak.

5. Jika semua kondisi baik maka hidupkan mesin dan diamkan beberapa saat

hingga mesin cukup panas dengan putaran 1500-2000 rpm, kecepatan

maksimum pada blower, dan pengaturan suhu sekitar 30-35 derajat celcius

juga tempratur control pada kedinginan maksimal.

6. Setelah refrigrant bersirkulasi lanjutkan dengan penambahan refrigerant

dengan keadaan mesin running.

7. Buka kran tekanan rendah. Pastikan posisi kran tekanan tinggi tertutup dan

pembacaan pada manifold gauge tidak melebihi 60 psi saat membuka kran

tekanan rendah.

8. Tutup kran.

9. Matikan mesin dan lepas charging manifold gauge dari compressor.

4.4 Troubleshooting

Pada proses Troubleshooting ini acuan yang digunakan bersumber dari :

(Buku Pegangan Mahasiswa Air Conditioning System PT. Trakindo, jakarta,

januari 2014 dan service information system).

Masalah :

1. Terdengar bunyi didalam compressor. Jika klep patah atau lager sudah

keausan maka akan menimbulkan bunyi. Bilamana terdengar bunyi


59

demikian, maka harus segera membongkar compressor untuk di reparasi.

Selain itu, karena kekurangan oli pun dapat menyebabkan bunyi sehingga

harus dicek sisa oli dalam kompressor.

2. Permukaan sirip-sirip kondensor tercemar dengan debu atau lumpur.

Apabila permukaan sirip-sirip kondensor diliputi debu atau lumpur, daya

pendinginan kondensor akan merosot. Maka harus dibersihkan setiap celah

antara sirip-sirip dengan menggunakan semprotan air. Jangan memakai

sikat yang kaku untuk membersihkannya karena akan membengkokkan

sirip-sirip.

3. Pengamatan pada lubang kaca di pucuk receiver dryer. Apabila pada lubang

kaca tampak banyak busa selama kompressor dijalankan, hal itu

menandakan kekurangan isi refrigerant. Bilamana tidak tampak sama sekali

busa setelah kondensor didinginkan dengan menyirami air, hal itu

menandakan bahwa pengisian gas refrigerant terlalu jenuh. Untuk

mengurangi isi gas refrigerant, kedudukan klep service saluran tekanan

rendah pada kompresssor. Dalam hal ini harus dijaga agar mengendurkan

klep service dengan sangat perlahan-lahan, jangan sampai gas refrigerant

lolos keluar terlalu banyak.

4. Tidak dingin. Periksa fuse, periksa tekanan refrigerant apakah terjadi

kebocoran, check kompressor, bersihkan evaporator dan kondensor,

bersihkan reciver dryer.

5. Tidak ada angin yang berhembus dari blower. Periksa kelancaran putaran

blower dengan tangan saat engine of, periksa fuse, kabel, dan soket.
60

6. Air menetes dari bagian bawah dashboard. Periksa saluran pembuangan

apakah ada yang terputus, bersihkan bak penampungan agar mencegah

terjadi nya penyumbatan.

7. Bau menyengat. Bersihkan evaporator, filter, dan blower karena

mengindikasikan adanya bakteri yang di hembuskan blower.

8. Ektra fan tidak bekerja. Periksa fuse, kabel, konektor dan kelancaran putaran

pada kipas.

4.5 Pemeriksaan Menggunakan Charging Manifold Gauge.

Pada proses Pemeriksaan Menggunakan Charging Manifold Gauge,ini

acuan yang digunakan bersumber dari : (Buku Pegangan Mahasiswa Air

Conditioning System PT. Trakindo, jakarta, januari 2014 service information

system).

tempratur kontrol maksimum.

1. Normal : TR = 15-30 psi, TT = 170-240 psi (engine running). TR = 70-112

psi, TT = 70 psi-112 psi (engine off).

2. Refrigerant kurang : TR = 7-35 psi atau mendekati 0 psi TT = 196-224 psi.

3. Sirkulasi tersumbat : TR = di bawah 0 psi TT = 70-84 psi.

4. Terdapat uap air pada sirkulasi : TR = tidak stabil (normal dan dibawah

normal) TT = tidak stabil (normal dan dibawah normal).

5. Kompresi Compressor lemah : TR = 56-84 psi, TT = 98-140 psi.


61

6. Refrigerant terlalu banyak atau Condensor kurang pendinginan : TR = 35-

49 psi, TT = 280-350 psi.

7. Udara masuk kedalam sirkulasi TR = 35-49 psi, TT = 280-350 psi.

8. Katup ekspansi bermasalah TR = 35-49 psi, TT = 280-350 psi.

4.6 Test Performance

Pada proses Test Performance ini acuan yang digunakan bersumber dari

: (Buku Pegangan Mahasiswa Air Conditioning System PT. Trakindo, jakarta,

januari 2014 dan service information system).

1. Pengujian dilakukan dengan terlebih dahulu mengatur engine pada

kecepatan 1500-2000 rpm, biarkan running selama kurang lebih 10 menit

agar engine mencapai suhu kerja terlebih dahulu untuk kestabilan saat

pengetesan.

2. Set temprature control pada kedinginan suhu maksimal, dan blower pada

kecepatan maksimal pula.

3 Uji suhu dari compressor ke condensor, dari condensor ke receiver dryer,

dari receiver dryer ke expansion valve (evaporator), dari evaporator ke

acumulator, kemudian biarkan hingga beberapa waktu untuk pengujian

kestabilan bekerja nya kopling magnet pada compressor. Dan berikut

gambar hasil dari pengetesan :


62

Gambar 4.10 Uji Tempratur

Kesimpulan dari pengetesan alat ini :

 -

magnet pada

pengaturan suhu kedinginan maksimal dan kecepatan blower maksimal.

Tabel 4.1 Hasil Uji Temperature

Kesimpulan dari pengetesan alat ini :

TT TR Keterangan Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu Suhu


1 2 3 4 sekitar evaporator
150 40 2000 rpm
psi psi
150 40 Idle rpm
psi psi
380 80 Condensor
psi psi buntu
100 20 Refrigerant
psi psi kurang
63

300 60 Refrigerant
psi psi lebih

Keterangan :

TT = Tekanan Tinggi

TR = Tekanan Rendah

S1 = Suhu dari kompresor ke kondensor

S2 = Suhu dari kondensor ke receiver dryer

S3 = Suhu dari receiver dryer ke evaporator

S4 = Suhu dari evaporator ke kompresor


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sebagai penutup dari laporan Tugas Akhir ini, penulis akan memberikan

kesimpulan dari pengamatan yang penulis lakukan langsung pada alat simulasi

air conditioning sebagai berikut :

1. Unit simulasi system air conditioning terdiri dari beberapa komponen-

komponen utama, yaitu :

 Compressor

 Kondensor

 Receiver dryer

 Expansion valve

 Evaporator

 Accumulator

2. Pengujian untuk mengetahui permasalahan pada system air conditioning

dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

 Pemvakuman

 Pengisian refrigrant

 Test performance

3. Beberapa permasalahan pada air conditioning system terjadi karena

kesalahan saat proses instalasi karena sistem ini merupakan sistem tertutup

yang apabila mengalami kebocoran maka tidak akan bekerja dengan baik.

64
65

5.2 Saran

Dari kajian dan analisa penulis didalam pembuatan alat peraga AC , serta

perawatan dan perbaikan, penulis memiliki beberapa saran untuk pembuat

maupun pemakaian alat sebagai berikut :

1. Cara pengoprasian dan juga perawatan terhadap komponen – komponen

sistem AC dapat membantu kinerja dari sistem AC tersebut maka lakukan

perawatan berkala.

2. Dalam melakukan penggunaan dan pengerjaan air conditioning system

hendaknya menggunakan APD dan menjaga contamination control.

3. Kita harus memahami prinsip kerja dan cara kerja air conditioning system.

4. Selalu melakukan pengecekan terhadap engine sebelum pengoprasian AC.


DAFTAR PUSTAKA

2014, Air Conditioning System, Training Center Dept. PT. Trakindo Utama, jakarta

http://www.academia.edu/35271565/Tugas_Akhir__Air _Conditioning_AC_.docx

2011, system-ac-air-conditioning, alat berat 1985.blogspot.com

2009, prinsip-cara-kerja-air-conditioning, mengerjakan tugas.blogspot.com

Service Information System, (2002) DVD-ROM COMPUTER Files, United

State of America, caterpillar Inc.

Anda mungkin juga menyukai