KOMPETENSI KEAHLIAN
TEKNIK OTOTRONIKA
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
2017
Foto Cover : labtech.org/wp-content/uploads/2016/11/HC-AC4-T.png
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul hasil penyelarasan Kurikulum
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai kebutuhan kompetensi di industri Kegiatan
penyelarasan kurikulum dan silabi ini dilakukan sebagai tindak lanjut atas Instruksi
Presiden No. 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam
rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia.
Modul ini berisi materi kompetensi sisipan yang dibutuhkan oleh industri sebagai
pelengkap atas materi pembelajaran yang telah diberikan selama ini kepada peserta didik
di SMK. Untuk mencapai kompetensi yang sesuai kebutuhan industri tersebut,
pembelajaran dengan modul ini dilaksanakan dengan sistem modular, yaitu pembelajaran
diselesaikan untuk satu materi pembelajaran sebelum dilanjutkaan pada materi
pembelajaran berikutnya.
Penyusunan modul ini melibatkan berbagai pihak yang terkait, mulai dari praktisi
pada sektor industri; guru SMK di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
serta guru dan dosen unit pendidikan di lingkungan Kementerian Perindustrian. Modul ini
merupakan pelengkap bahan ajar pada SMK-SMK yang terkait sehingga kemampuan
peserta didik dapat sesuai dengan kebutuhan di sektor industri,
Akhir kata, semoga modul ini dapat meringankan tugas guru dalam mengajar serta
mempermudah peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan oleh industri.
Kami menyadari bahwa modul ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan
masukan dari para pemangku kepentingan, khususnya para praktisi di sektor industri.
Juni 2017
Tim Penyusun Modul
Penyelarasan Kurikulum dan Silabi
Pusdiklat Industri
MODUL
CHASSIS MANAGEMENT SYSTEM
MATERI SISIPAN
SISTEM REM DENGAN KONTROL ELEKTRONIK
Antilock Braking System (ABS)
Electronic Brake Device (EBD)
Brake Assistant (BA)
i
ii
Daftar Isi
Halaman
Glosarium vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Deskripsi 1
B. Prasyarat 2
D. Tujuan Akhir 3
E. Cek Kemampuan 3
B. Kegiatan Belajar 1 4
2. Uraian Materi 1 5
3. Rangkuman 1 16
4. Tugas 1 17
5. Tes Formatif 1 17
C. Kegiatan Belajar 2 18
2. Uraian Materi 2 18
3. Rangkuman 2 22
4. Tugas 2 23
iii
5. Tes Formatif 2 23
A. Soal 24
B. Kriteria Kelulusan 25
DAFTAR PUSTAKA 27
iv
Peta Kedudukan Bahan Ajar
Perawatan dan Perbaikan Chassis Management System (CMS) terhadap mata pelajaran
yang lain :
v
Glosarium
BA : Brake Assist
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
1. Transmisi
Untuk konversi torsi dan kecepatan dari mesin untuk menjadi torsi dan kecepatan
yang berbeda-beda untuk diteruskan ke penggerak akhir
2. Mesin
Inilah bagian terpenting untuk semua kendaraan bermotor, karena berperan
penting dalam penggerakan
3. Suspensi
Merupakan bagian yang berfungsi untuk menyerap/menerima bantingan saat
kendaraan melewati jalan yang bergelombang ataupun rusak sehingga membuat
penumpang merasa lebih nyaman
4. Roda
Semua kendaraan sebagai elemen akhir penggerak
5. Rem
Rem termasuk bagian yang harus ada di semua jenis kendaraan bermotor karena
fungsinya untuk menghentikan gerakan roda ataupun memperlambat gerakan
roda
Biasanya chassis dibuat dari kerangka besi/ baja yang berfungsi memegang body dan
mesin engine dari sebuah kendaraan. Syarat utama yang harus terpenuhi adalah Material
tersebut harus memiliki kekuatan untuk menopang beban dari kendaraan. Chassis juga
berfungsi untuk menjaga agar mobil tetap rigid, kaku dan tidak mengalami bending atau
deformasi waktu digunakan.
1
B. Prasyarat pembelajaran
2
f. Merencanakan seorang ahli / pendamping guru dari tempat kerja untuk
membantu jika diperlukan.
g. Melaksanakan penilaian.
h. Menjelaskan kepada siswa mengenai bagian yang perlu untuk dibenahi dan
merundingkan rencana pembelajaran selanjutnya.
i. Mencatat pencapaian kemajuan siswa.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari seluruh materi kegiatan belajar dalam modul ini, diharapkan
peserta diklat dapat:
1. Membedakan ABS, EBD, dan BA
2. Menyebutkan fungsi dari ABS, EBD, dan BA
3. Membedakan mode pengereman pada kendaraan dengan ABS, EBD, dan BA
dibanding yang tidak menggunakan
4. Membaca gambar instalasi dan mengidentifikasi wiring diagram
E. Cek Kemampuan
3
BAB II
PEMBELAJARAN
Kompetensi dasar : Menjelaskan fungsi, tujuan, cara kerja, wiring dan prosedur
diagnosa pada Sistem Rem Kontrol Elektronik (ABS, EBD,
dan BA)
Tulislah semua jenis kegiatan yang anda lakukan di dalam tabel kegiatan di bawah ini.
Jika ada perubahan dari rencana semula, berilah alasannya kemudian mintalah tanda
tangan kepada guru atau instruktur anda.
Jenis Tanggal/ Waktu/ Tempat Alasan perubahan/ Tanda tangan
kegiatan/ date time belajar/ reason for the change guru/ signature
kind of place of of plan
activity study
B. Kegiatan Belajar 1
Antilock Brake System ( ABS ) pada sistem rem kontrol elektronik
4
2. Uraian Materi 1
Antilock Braking System
Untuk menghindari penguncian ban dan hilangnya kemampuan membelok
pada roda depan (steering) saat pengereman darurat, dapat dilakukan secara efektif
dengan cara menekan dan melepaskan rem berkali-kali. Tetapi, cara pengereman
seperti itu tidak mungkin dilakukan saat pengereman darurat karena tidak tidak
tersedia waktu. ABS menggunakan komputer untuk menentukan kondisi putaran
keempat roda saat pengereman dan dapat menekan dan melepaskan rem secara
otomatis.
Perbedaan rasio antara kecepatan bodi kendaraan dan kecepatan roda dikenal
dengan "slip ratio". Bila perbedaan antara kecepatan roda dan kecepatan kendaraan
menjadi terlalu besar, maka akan terjadi selip antara ban dan permukaan jalan.
Dengan ABS juga akan menghasilkan gesekan dan pada akhirnya akan berfungsi
sebagai tenaga pengereman dan memperlambat kecepatan kendaraan. Hubungan
antara tenaga pengereman dan slip ratio dapat dijelaskan lebih mendalam seperti
terlihat pada grafik di bawah ini.
5
Pengereman tidak sebanding dengan slip ratio, berada pada kondisi maksimum
bila prosentase slip ratio antara 10 hingga 30%. Di atas 30%, tenaga pengereman
secara bertahap akan menurun. Karenanya, untuk mempertahankan tenaga
pengereman pada tingkat maksimum, slip ratio harus dipertahankan antara 10 hingga
30% setiap saat.
Sebagai tambahan, sangat penting untuk mempertahankan gaya belok pada
tingkat optimum untuk menjaga stabilitas arah pengemudian. Untuk melakukan hal ini,
ABS didesain untuk mengoptimalkan kinerja rem dengan menggunakan slip ratio 10-
30% apapun kondisi jalannya, pada saat yang sama juga menjaga gaya belok setinggi
mungkin untuk mempertahankan stabilitas arah pengemudian.
Petunjuk cara kerja dari sistem ABS dalam pengereman pada berbagai kondisi
jalan adalah sebagai berikut :
1. Pada jalan licin, permukaan jalan mempunyai koefisien gesek rendah (),
sehingga jarak pengereman bertambah bila dibandingkan dengan pengereman
pada permukaan jalan mempunyai nilai tinggi, meski saat itu ABS diaktifkan.
Oleh karena itu dikurangi kecepatan bila berjalan di atas permukaan jalan basah.
2. Pada jalan kasar, atau pada jalan berbatu
atau jalan dengan salju baru, kerja ABS akan menyebabkan jarak henti lebih
panjang dibandingkan dengan kendaraan yang tidak dilengkapi dengan ABS.
6
(2) Lampu peringatan sistem rem Bila lampu ini menyala bersama-sama dengan
lampu peringatan ABS, lampu ini akan memberi peringatan kepada
pengemudi bahwa ada malfungsi pada sistem ABS dan EBD.
5. Switch lampu rem
Switch ini akan mendeteksi bahwa pedal rem telah ditekan dan mengirimkan
signal ke ECU Skid Control. ABS menggunakan signal switch lampu rem,namun
walaupun signal switch lampu rem tidak memberikan input sewaktu switch lampu
rem tak berfungsi, kontrol ABS tetap dilakukan
Ketika ban akan terkunci. Dalam kondisi seperti ini, pengontrolan dilakukan
setelah terdapat kecepatan selip yang kian tinggi (roda cenderung mengunci)
ketimbang saat switch lampu rem sedang berfungsi normal.
6. Sensor Deselerasi (pada beberapa model)
Sensor deselerasi merasakan tingkat deselerasi kendaraan dan mengirimkan
signal ke ECU Skid Control. ECU menentukan kondisi permukaan roda yang
sebenarnya menggunakan signal ini dan mengambil ukuran kontrol.
Konstruksi dan letak dari komponen-komponen sistem ABS diatas dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut.
7
tergantung dari kecepatan kendaraan saat pengereman dan kondisi permukaan
jalan, seperti aspal kering, permukaan basah atau tertutup es, dan lain-lain,
dengan kata lain, ECU menentukan jumlah selip antara roda dan permukaan jalan
dari perubahan kecepatan rotasi roda saat pengereman.
ECU mengontrol katup solenoid dari aktuator rem dalam 3 cara yaitu
penurunan tekanan, penahanan tekanan, dan penambahan tekanan. Hal ini
dilakukan supaya dapat mengontrol kecepatan roda secara optimal.
ECU secara kontinyu menerima signal kecepatan roda dari empat sensor
kecepatan, dan mengukur kecepatan kendaraan dengan menghitung kecepatan
dan deselerasi setiap roda.
Bila pedal rem ditekan, tekanan hidrolis pada tiap wheel cylinder mulai naik
dan kecepatan roda kemudian menurun. Bila ada roda yang akan mengunci, ECU
menurunkan tekanan hidrolis didalam wheel cylinder roda tersebut.
A. Wheel speed control
1. Section A
ECU Skid Control mengeset katup solenoid menjadi mode penurunan tekanan
sesuai dengan kecepatan deselerasi roda, sehingga menurunkan tekanan
hidrolis pada wheel cylinder. Setelah tekanan turun, ECU mengubah katup
solenoid menjadi mode "holding" untuk memonitor perubahan pada kecepatan
roda. Bila ECU merasa bahwa tekanan hidrolis perlu lebih diturunkan, ECU
akan mengurangi tekanan kembali.
8
2. Section B
Saat tekanan hidrolis di dalam wheel cylinder berkurang (bagian A), tekanan
hidrolis yang dipakai pada roda menurun. Hal ini membuat roda yang akan
mengunci menjadi berjalan lagi. Tetapi, bila tekanan hidrolis diturunkan,
tenaga pengereman pada roda akan menjadi terlalu rendah. Untuk
menghindari ini, ECU mengeset katup solenoid menjadi mode ''pressure
increase'' dan mode ''holding" secara bergantian sehingga roda yang akan
mengunci kembali mendapatkan kecepatannya.
3. Section C
Ketika tekanan hidrolis secara bertahap pada wheel cylinder ditambahkan
oleh ECU (bagian B), roda cenderung akan mengunci kembali. Karenanya,
ECU sekali lagi mengubah katup solenoid menjadi mode ''pressure reduction''
untuk mengurangi tekanan hidrolis di dalam wheel cylinder.
4. Section D
Karena tekanan hidrolis di dalam wheel cylinder diturunkan lagi (bagian C),
ECU mulai menaikkan tekanan kembali seperti pada bagian B.
9
B. Fungsi penegecekan awal
ECU Skid Control mengoperasikan katup solenoid dan motor pompa
secara berurutan untuk mengecek sistem kelistrikan dari ABS. Fungsi ini bekerja
setiap kali saat kunci kontak diputar ke ON, dan kendaraan berjalan dengan
kecepatan lebih dari 6 km/jam dengan lampu rem OFF. Alat ini hanya bekerja
sekali setiap kali kunci kontak diputar ke ON.
C. Fungsi diagnostik
Bila terjadi malfungsi pada sistem signal, lampu peringatan ABS pada
meter kombinasi akan menyala, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
10
Gambar 3. Kombinasi nyala lampu pada sistem pengereman ABS
D. Fungsi fail-safe
Bila ECU Skid Control mendeteksi adanya malfungsi pada sistem signal
atau adanya malfungsi pada relay, arus listrik yang menuju ke aktuator dari ECU
dimatikan. Sebagai akibatnya, sistem rem bekerja seakan-akan ABS tidak
bekerja, namun fungsi pengereman tetap bekerja normal
11
2.3 Cara kerja sistem ABS
1. Aktuator rem
Aktuator rem terdiri dari pressure holding solenoid valve, pressure
reduction solenoid valve, pump, motor, dan reservoir. Ketika aktuator rem
menerima signal dari ECU Skid Control, solenoid menyala atau mati dan tekanan
hidrolis dari wheel cylinder ditambah, diturunkan, atau ditahan untuk
mengoptimalkan kecepatan selip dari tiap roda. Sebagai tambahan, sirkuit hidrolis
diubah untuk memenuhi persyaratan dari setiap tipe kontrol. Aktuator rem dan
komputer skid control disatukan dalam satu unit sehingga kecil dan ringan. Cara
kerja aktuator rem adalah sirkuit hidrolik di ABS untuk kendaraan dibagi menjadi
sistem roda kanan depan dan roda kiri belakang, dan roda kiri depan dan roda
kanan belakang seperti yang diperlihatkan gambar.
Cara kerja aktuator rem dengan ABS pada aktuator rem untuk menahan laju
kendaraan adalah sebagai berikut :
1. Saat pengereman normal (Saat system tidak bekerja)
Saat pengereman normal, signal kontrol dari ECU Skid Control bukan
merupakan input, karenanya, katup solenoid penahan tekanan dan katup solenoid
penurun tekanan dalam keadaan mati, port (1) pada bagian solenoid penahan
tekanan terbuka, dan port (1) pada bagian solenoid seperti pada Gambar 5
dibawah ini.
12
Gambar 5. Kondisi solenoid valve pada saat pengereman normal
Dari gambar diatas diketahui bahwa pada saat kondisi normal penurun
tekanan dalam keadaan tertutup. Saat pedal rem ditekan, cairan rem dari master
cylinder mengalir melalui port 1 pada bagian solenoid penahan dan dikirimkan
secara langsung ke wheel cylinder. Pada saat ini, operasi dari check valve
mencegah cairan rem dikirimkan ke bagian pompa.
13
Gambar 6. Kondisi solenoid valve pada saat pengereman mode penurun tekanan
b. Mode penahan
Signal kontrol dari ECU Skid Kontrol mengaktifkan solenoid penahan
tekanan dan mematikan solenoid penurun tekanan dengan mematikan port 1 dan
port 2. Hal ini mematikan tekanan hidrolis dari wheel cylinder dari kedua bagian
master cylinder dan reservoir untuk menahan tekanan hidrolis dari wheel cylinder
konstan
Gambar 7. Kondisi solenoid valve pada saat pengereman mode penahan tekanan
14
c. Mode penambah tekanan
Signal kontrol dari ECU Skid Control mematikan solenoid penahan tekanan
dan solenoid penurun tekanan dengan membuka port 1 pada bagian solenoid
penahan tekanan dan menutup port 2 pada bagian solenoid penurun tekanan
sama seperti pada pengereman normal. Ini menyebabkan tekanan hidrolis dari
master cylinder bekerja pada wheel cylinder yang menyebabkan tekanan hidrolis
wheel cylinder menjadi naik.
Sirkuit Hydraulic
Aktuator rem mempunyai tipe-tipe berikut.
1. Solenoid valve 2 posisi (4) dengan katup pengontrol aliran (4)
Katup pengontrol aliran secara mekanis bekerja (tanpa instruksi langsung dari
ECU) untuk mengontrol tekanan hidrolis setiap rem
2. Solenoid valve 2 posisi (6) dengan katup penambah tekanan (2)
Katup penambah tekanan secara mekanis bekerja mengontrol tekanan hidrolis
rem belakang bersama-sama dengan katup solenoid belakang (rear solenoid
valve).
3. Solenoid valve 3 posisi (3) dengan katup mekanis (1)
Katup mekanis bekerja untuk mengendalikan tekanan hidrolis dari rem
belakang kanan dan kiri. (Sebuah katup mekanis digunakan bila ada pipa
diagonal.)
15
4. Solenoid valve 3 posisi (4)
Solenoid valve 3 posisi mengontrol tekanan hidrolis dari tiap rem berdasarkan
signal dari ECU.
3. Rangkuman 1
ABS menggunakan komputer untuk menentukan kondisi putaran keempat roda
saat pengereman dan dapat menekan dan melepaskan rem secara otomatis. Petunjuk
cara kerja dari sistem ABS dalam pengereman pada berbagai kondisi jalan licin,
permukaan jalan mempunyai koefisien gesek rendah (), sehingga jarak pengereman
bertambah bila dibandingkan dengan pengereman pada permukaan jalan mempunyai
nilai tinggi, meski saat itu ABS diaktifkan. Oleh karena itu dikurangi kecepatan bila
berjalan di atas permukaan jalan basah. Sedangkan pada jalan kasar, atau pada jalan
berbatu atau jalan dengan salju baru, kerja ABS akan menyebabkan jarak henti lebih
panjang dibandingkan dengan kendaraan yang tidak dilengkapi dengan ABS. Cara
kerja aktuator rem adalah sirkuit hidrolik di ABS untuk kendaraan FF dibagi menjadi
sistem roda kanan depan dan roda kiri belakang, dan roda kiri depan dan roda kanan
belakang
16
4. Tugas 1
Perhatikan diagram solenoid valve pada sistem pengereman berikut ini.
Jelaskan bagaimana ECU skid control beekrja pada saat ABS aktif pada pengerema
darurat dengan cara menambah tekanan rem.
5. Tugas Formatif 1
1. Apa yang dimaksud dengan ABS ?
2. Bagaimanakah cara kerja dari sistem ABS ?
3. Sebutkan sensor sensor yang digunakan pada ABS !
4. Pada grafik pengendalian ECU skid control dibawah ini, grafik mana yang
menunjukkan ban dalam kondisi terkunci ?
17
C. Kegiatan Belajar 2
Mengetahui Electronic Brake Device (EBD) dan Brake Assist (BA) pada sistem rem
kontrol elektronik
1. Tujuan Kegiatan 2
Peserta diklat dapat mengetahui fungsi, prinsip kerja dan instalasi EBD pada sistem
pengereman kendaraan pada saat penghentian laju kendaraan.
2. Uraian Materi 2
18
Konstruksi dan Kontrol EBD
Cara kerja dari Electronic Breaking Device pada saat pegereman adalah sebagai berikut :
1. Distribusi tenaga pengereman roda depan/belakang
Bila rem digunakan saat kendaraan bergerak ke depan, mentransfer beban
mengurangi beban yang diberikan ke roda belakang. ECU Skid Control menentukan
kondisi ini dari signal yang diberikan oleh sensor kecepatan, dan mengontrol ABS
aktuator untuk mengontrol distribusi tenaga pengereman untuk roda belakang secara
optimal.
Sebagai contoh, jumlah beban yang diberikan pada roda belakang selama
pengereman berbeda tergantung apakah kendaraan membawa beban atau tidak.
Jumlah dari beban yang diberikan pada roda belakang juga berbeda tergantung dari
jarak deselerasi. Sehingga distribusi tenaga pengereman pada roda belakang secara
optimal dikontrol untuk dapat secara efektif menggunakan tenaga pengereman dari
roda belakang dalam kondisi seperti ini
Brake Assistant
Tujuan utama Brake Assist adalah untuk menyediakan tekanan rem bantuan untuk
membantu pengemudi yang tidak dapat menghasilkan tekanan remyang cukup besar
selama pengereman mendadak, dengan demikian akan membantu memaksimalkan
kinerja rem kendaraan.
Dalam keadaan darurat, pengendara yang panik mungkin bisa menekan pedal rem
secara cukup cepat tetapi tidak cukup kuat untuk menghasilkan tenaga rem yang
diperlukan. Untuk ilustrasi pengereman dapat dilihat dalam contoh grafik pada halaman
berikut.
19
Grafik 4. Grafik simulasi pengereman dengan menggunakan BA
Pengendara dalam situasi seperti grafik diatas mungkin tidak bisa untuk menahan
pedal rem kebawah cukup jauh untuk menghasilkan tenaga rem yang diperlukan seperti
pada simulasipada grafik (b) dalam grafik diatas. Mekanisme bantuan rem membantu
dalam situasi seperti itu dengan mengira bahwa injakan cepat pada pedal rem berarti
pengendara ingin menghentikan kendaraan dengan sekali injak dan menghasilkan tenaga
rem yang cukup, bahkan jika dia tidak menekan secara penuh pada rem-rem.
Simulasinya terdapat pada grafik (c) pada grafik diatas.
Jika pengendara kemudian mengerem pelan dengan disengaja, mekanisme
bantuan rem mengurangi tenaga rem tambahan yang dihasilkan oleh booster agar
pengendara bisa melakukan ini tanpa merasakan sesuatu kesalahan dengan gaya
pengereman. Simulasinya dapat dilihat pada grafik (d) pada grafik.
20
Hal hal yang perlu diperhatikan pada Brake Assist adalah sebagai berikut :
1. Mekanisme brake booster adalah bukan sistem yang memungkinkan rem-
rem untuk memberikan kemampuan lebih tinggi dari kemampuan secara
aktual yang dimiliki. Oleh karena itu, untuk berkendaraan aman, perhatikan
dengan seksama pada kecepatan kendaraan dan jarak antara mobil
pengemudi dengan kendaraan yang didepan.
2. Mekanisme brake booster bekerja jika pengendara menginjak pada rem
untuk menghentikan kendaraannya dengan sekali injak, tetapi tidak
membuat keadaannya dapat diketahui
Servo ratio adalah karakteristik booster rem. Istilah servo ratio mengacu ke
perbandingan dari pertambahan masukan (input) untuk meningkatkan output, dan booster
rem dengan servo ratio lebih tinggi menghasilkan output lebih tinggi dengan tingkat
masukan yang sama. Servo ratio berubah-ubah sesuai dengan area pada permukaan
dimana valve body dan reaction disk saling kontak dengan yang lain dan pada permukaan
dimana plunger dan reaction disk saling kontak dengan lainnya, dan oleh karena itu servo
ratio bertambah dengan bertambahnya daerah kontak pada sisi valve body dengan
respek pada sisi plunger. Jika daya pedal rem mencapai tingkat tertentu, mekanisme
21
bantuan rem memakai pertambahan servo ratio pada saat ini untuk menghasilkan tenaga
rem untuk pengereman darurat.
3. Rangkuman 2
22
rem diinjak secara berlebihan, dengan demikian dapat meningkatkan kekuatan
pengereman, termasuk ABS, pada saat yang genting.
4. Tugas 2
Jelaskan mekanisme kontrol kekuatan pengereman dengan menggunakan Brake Assist
dan tanpa Brake Assist pada grafik berikut :
5. Tes Formatif 2
1. Apa yang dimaksud dengan EBD ?
2. Bagaimana cara kerja dari EBD saat membantu pengereman pada roda
belakang?
3. Bagaimana distribusi tenaga pengereman dengan menggunakan EBD pada roda
kanan/kiri ?
4. Bagaimana fungsi ABS dengan menggunakan EBD ?
5. Jelaskan cara kerja Brake booster !
23
BAB III
EVALUASI
A. Soal
I. Berilah tanda centang pada pernyataan berikut ini, Benar atau Salah !
No. Pernyataan Benar atau Salah
1. ABS mengontrol tekanan hidraulik pada
master cylinder dan menghindarkan
penguncian ban
2. ABS bekerja ketika slip ratio dari ban
pada permukaan jalan melebihi 30 %
3. ABS dengan sistem EBD
mendistribusikan tenaga pengereman
yang sesuai kepada roda-roda, sesuai
kondisi kendaraan
4. Sistem BA memperbaiki tenaga
pengereman saat ECU skid control
menetapkan bahwa rem daryrat sedang
bekerja
II. Pilih waktu ketika cek awal ABS dilakukan dari kondisi dibawah ini !
Cek awal ABS Pengecekan
Saat rem ditekan dalam kondisi ignition
switch off
Selama 30 detik setelah mesin berhenti
Selama mesin tidak bekerja
Saat kendaraan berjalan pada kecepatan
lebih besar dari 6 km/h dengan switch lampu
rem dalam keadaan OFF
24
B. Kriteria Kelulusan
Kriteria Skor (1-100) Bobot Nilai Keterangan
Kategori kelulusan:
70 79 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja dengan bimbingan.
80 89 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.
90 100 : Di atas kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.
25
BAB IV
PENUTUP
Modul Chassis Management dengan materi pada Sistem rem dengan kontrol
elektronik ini disusun agar siswa memiliki kompetensi dalam sistem pengereman
berbasis elektronik. Antilock brake System (ABS), Electronic Brake Device (EBD) dan
Brake Assist (BA) merupakan tahapan pembelajaran tambahan pada sistem pengereman
berbasis elektronik pada mata diklat Chassis Management System kelas XI yang
diperlukan di dunia Industri. Dengan tuntasnya mempelajari modul ini diharapkan siswa
mempunyai bekal untuk bekerja di sektor industri kendaraan ringan.
26
Daftar Pustaka
27
28
MODUL
ENGINE MANAGEMENT SYSTEM
i
ii
Daftar Isi
Halaman
Glosarium vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Deskripsi 1
B. Prasyarat 2
D. Tujuan Akhir 3
E. Cek Kemampuan 3
B. Kegiatan Belajar 1 4
2. Uraian Materi 1 5
3. Rangkuman 1 34
4. Tugas 1 34
5. Tes Formatif 1 34
C. Kegiatan Belajar 2 35
2. Uraian Materi 2 35
3. Rangkuman 2 47
4. Tugas 2 46
5. Tes Formatif 2 49
iii
BAB III. EVALUASI 50
A. Soal 50
B. Kriteria Kelulusan 51
DAFTAR PUSTAKA 53
iv
Peta Kedudukan Bahan Ajar
Perawatan dan Perbaikan Chassis Management System (CMS) terhadap mata pelajaran
yang lain :
v
Glosarium
Bahan bakar bensin Salah satu jenis bahan bakar minyak untuk kendaraan
Fuel pump Pompa yang akan menyalurkan bahan bakar dari tanki ke
ruang pembakaran
Kunci kontak ON Posisi kunci kontak dimana mesin sudah siap dihidupkan
Kunci kontak START Posisi kunci kontak dimana EFI mulai bekerja untuk pengapian
awal
sinyal Tegangan listrik dengan nilai tertentu sebagai tanda dari hasil
pengukuran dan perintah secara elektronik
Shut-off pompa Pompa menghentikan aliran bahan bakar dari tanki untuk
alasan keamanan
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
1
Berdasarkan putaran dan beban mesin, ESA secara tepat mengontrol timing pengapian
agar mesin dapat menghasilkan tenaga yang lebih baik, memurnikan gas buang, dan
mencegah knocking dengan cara yang efektif.
B. Prasyarat pembelajaran
Agar dapat mempelajari sistem pemgereman Engine Management System tingkat
dasar ini, disyaratkan peserta diklat sudah memiliki pengetahuan tentang alat ukur dan
pengukuran, membaca gambar teknik dan wiring diagram, dan dapat melakukan instalasi
dan pengecekan pada sistem pembakaran dengan kontrol elektronik.
2
d. Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f. Merencanakan seorang ahli / pendamping guru dari tempat kerja untuk
membantu jika diperlukan.
g. Melaksanakan penilaian.
h. Menjelaskan kepada siswa mengenai bagian yang perlu untuk dibenahi dan
merundingkan rencana pembelajaran selanjutnya.
i. Mencatat pencapaian kemajuan siswa.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari seluruh materi kegiatan belajar dalam modul ini, diharapkan
peserta diklat dapat:
1. Membedakan sistem EFI dan ESA
2. Menyebutkan fungsi dari EFI dan ESA
3. Membedakan pembakaran pada mesin dengan EFI dan ESA dibandingkan mesin
yang tidak menggunakan
4. Mengidentifikasi wiring diagram pada instalasi EFI dan ESA
E. Cek Kemampuan
3
BAB II
PEMBELAJARAN
Tulislah semua jenis kegiatan yang anda lakukan di dalam tabel kegiatan di bawah ini.
Jika ada perubahan dari rencana semula, berilah alasannya kemudian mintalah tanda
tangan kepada guru atau instruktur anda.
Jenis Tanggal/ Waktu/ Tempat Alasan perubahan/ Tanda tangan
kegiatan/ date time belajar/ reason for the change guru/ signature
kind of place of of plan
activity study
B. Kegiatan Belajar 1
Electronic Fuel Injection ( EFI ) pada sistem pengapian mesin kendaraan berbahan
bakar bensin
Peserta dapat Mengetahui fungsi, prinsip kerja dan instalasi EFI pada sistem
pengapian bahan bakar untuk mesin kendaraan dengan bahan bakar bensin.
4
2. Uraian Materi 1
Sistem kontrol mesin terdiri dari tiga bagian, yakni sensor (dan sinyal output
sensor), ECU mesin, dan aktuator. materi ini menjelaskan tentang sensor (sinyal),
rangkaian daya, rangkaian ground, dan voltase terminal sensor. ECU mesin dibagi
menjadi beberapa fungsi, yakni: kontrol EFI, kontrol ESA, kontrol ISC, fungsi diagnosis,
fungsi fail-safe dan backup, dan fungsi lainnya.
Rangkaian Daya
Rangkaian daya adalah sirkuit listrik yang mensuplai daya ke ECU mesin.
Sirkuit listrik ini termasuk ignition switch, relay utama EFI. dll. Rangkaian daya yang
digunakan kendaraan terdiri dari dua tipe berikut.
1. Dikontrol oleh ignition switch
Seperti tampak pada gambar dibawah in, diagram itu menunjukkan
tipe dimana relay utama EFI dioperasikan langsung dari ignition switch. Pada
saat ignition switch dinyalakan, arus mengalir ke kumparan relay utama EFI,
yang menyebabkan titik kontak tertutup. Sehingga daya dialirkan ke terminal
+B dan +B1 dari ECU mesin. Voltase baterai akan mensuplai setiap waktu
ke terminal BATT dari ECU mesin untuk mencegah kode diagnostik dan data
lain dalam memori terhapus ketika ignition switch dimatikan.
5
2. Dikontrol oleh ECU mesin
Rangkaian daya pada gambar adalah tipe dimana operasi relay
utama EFI dikontrol oleh ECU mesin. Untuk tipe ini, daya harus disuplai ke ECU
mesin beberapa detik setelah ignition switch dimatikan. Karenanya, ON dan
OFF dari relay utama EFI dikontrol oleh ECU mesin. Ketika ignition switch di-set
ke ON, tegangan baterai disuplai ke terminal IGSW dari ECU mesin, dan sirkuit
kontrol relay utama EFI pada ECU mesin mengirimkan sinyal ke terminal MREL
dari ECU, dan mengaktifkan relay utama EFI. Sinyal ini menyebabkan arus
mengalir ke kumparan, menutup kontak relay utama EFI dan mensuplai daya
ke terminal +B dari ECU mesin.
Voltase baterai selalu disuplai ke terminal BATT dengan alasan yang
sama dengan tipe yang dikontrol ignition switch. Selain itu, beberapa model
menambahkan relay khusus untuk sirkuit heater sensor rasio udara bahan
bakar ,yang membutuhkan arus dalam jumlah besar.
6
Sistem EFI menggunakan beragam sensor untuk mendeteksi kondisi kerja mesin
dan kendaraan. Sesuai dengan sinyal dari sensor-sensor ini, ECU mengkalkulasikan
volume injeksi bahan bakar yang optimal dan mengoperasikan injektor untuk
menginjeksikan volume bahan bakar yang cukup. Gambar dibawah ini menunjukkan
pengaturan bahan bakar menggunakan EFI.
7
Gambar 4. Konfigurasi sistem EFI
8
Gambar 5. Alur pengapian dengan sistem EFI
Tipe-tipe EFI
a. D-EFI (Tipe kontrol Tekanan Manifold )
Tipe ini mengukur tekanan didalam intake untuk mendeteksi jumlah udara
masuk memakai kerapatan udara(air density). Berdasarkan ini banyaknya udara
dan sinyal dari beberapa sensor,banyaknya injeksi bahan bakar dan waktu
pengapian akan dapat ditentukan.
b. L-EFI (Tipe kontrol Air Flow Meter)
Tipe ini menggunakan air flow meter untuk mendeteksi jumlah udara yang
mengalir di dalam intake manifold. Ada dua tipe metode pendeteksian dari L-EFI
yaitu metode dengan cara langsung mengukur massa intake udara, dan metode
dengan membuat koreksi berdasarkan volume udara.
9
2.1 Sistem Bahan Bakar
Bahan bakar diambil dari tangki oleh pompa bahan bakar dan di injeksikan
oleh injector kedalam intake manifold berdasarkan sinyal dari ECU. Tekanan
bahan bakar dalam saluran bahan bakar harus diatur oleh Pressure Regulator dan
Pulsation damper agar injeksi bahan bakar stabil.
Bagian bagian dari sistem bahan bakar pada mesin kendaraan ringan
dengan menggunakan bahan bakar bensin dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
10
7. Delivery pipe
8. Injector
9. Pulsation damper
2. Pressure Regulator
Pressure regulator mengontrol tekanan bahan bakar ke injektor pada
324 kPa atau 3.3 kgf/cm2 (Nilai bisa berbeda tergantung pada model
kendaraan). Sebagai tambahan, pressure regulator menjaga tekanan
11
residual dalam saluran bahan bakar dengan cara sama dengan check valve
pompa bahan bakar. Bagian-bagian dari pressure regulator bahan bakar
dapat dilihat pada gambar pada halaman berikut.
12
Hal yang harus diperhatikan pada tipe ini adalah lubang injeksi
dari injektor terkena vakum oleh vacuum manifold, yang dapat menarik
keluar bahan bakar. Vakum ini selalu berubah tergantung dari kondisi
mesin. Karena itu, untuk tipe ini ECU mesin menghitung injeksi jumlah
bahan bakar per durasi injeksi sesuai dengan perubahan dalam vacuum
intake manifold untuk menjamin bahwa injektor menyemprotkan bahan
bakar dengan sempurna.
b. Tipe 2
Tipe ini dilengkapi dengan delivery pipe yang terus mengatur
tekanan bahan bakar untuk menjaga tekanan bahan bakar lebih tinggi
dari tekanan yang ditentukan oleh manifold pressure.
Cara kerja dasar sama dengan pada tipe 1, tetapi karena
vacuum manifold diberikan ke ruang atas diafragma, tekanan bahan
bakar dikontrol dengan mengubah tekanan ketika katup dibuka sesuai
dengan vacuum manifold. Bahan bakar dikembalikan ke tangki melalui
fuel return pipe.
13
Gambar 9. Pressure regulator tipe 2
Hal yang perlu diperhatikan pada tipe 2 ini adalah Lubang injeksi
dari injektor terkena vakum oleh vacuum manifold, yang dapat menarik
keluar bahan bakar. Vakum ini selalu berubah tergantung dari kondisi
mesin, karena itu, untuk tipe ini tekanan bahan bakar secara terus
menerus diatur sesuai dengan vacuum intake manifold untuk menjamin
tekanan bahan bakar di atas tekanan setting guna menjaga pengaturan
jumlah penyemprotan per durasi injeksi.
14
b. Saringan pompa bahan bakar
Saringan pompa bahan bakar menyingkirkan debu dan kotoran lain
dari bahan bakar sebelum memasuki pompa bahan bakar.
15
Jika kunci kontak diputar ke posisi ON, relay EFI menyala selama 3 detik.
Jika kunci kontak diputar ke posisi ON, ECU mesin akan mengaktifkan transistor
dan membuka rangkaian relay ON. Kemudian, arus akan mengalir ke pompa
bahan bakar agar pompa bahan bakar bekerja.
2. Kunci kontak START:
Ketika kunci kontak diputar START (posisi start) relay EFI bekerja selama
2 detik. Jika sinyal STA masuk ke ECU mesin, ECU akan meng ON kan
transistor dan membuka rangkaian relay ON. Kemudian,arus mengalir ke pompa
bahana bakar agar supaya pompa bahan bakar bekerja.
3. Mesin berputar/cranking
Saat sinyal putaran mesin telah di-input ke ECU mesin, relay EFI akan
ON selama 2 detik. Saat sinyal putaran mesin yang telah di-input ke ECU mesin,
ECU akan meng- ON kan transistor dan membuka rangkaian relay ON selama 2
detik. Kemudian arus akan mengalir ke pompa bahan bakar agar pompa bekerja
dan jika sinyal putaran mesin pada 20 rpm atau lebih, maka pompa akan bekerja
terus.
4. Apabila mesin dimatikan
Bahkan saat ignition switch pada posisi ON, apabila mesin dimatikan,
sinyal NE tidak lagi diinput ke ECU mesin, sehingga ECU mesin mematikan
transistor, selanjutnya circuit opening relay juga OFF, lantas pompa bahan bakar
berhenti. Wiring diagram dari sistem bahan bakar dapat dilihat pada gambar
pada halaman berikut.
16
Gambar 11. wiring diagram sistem bahan bakar
Petunjuk service:
DLC
Jika kunci kontak diputar ke posisi ON pada kondisi terminal EFI-T
terhubung dengan terminal E,maka ECU mesin akan meng ON kan transistor dan
rangkaian relay ON selama 8 detik. Dengan cara ini, pemeriksaan tekanan bahan
bakar atau kerja pompa dapat dilakukan melalui pompa bahan bakar yang
bekerja.
17
keamanan. Salah satu kondisi dimana pompa bahan bakar akan otomatis mati
adalah saat airbag mengembang
Pompa bahan bakar akan OFF ketika kontrol komputer mesin
mendeteksi penyebaran sinyal dari air bag. Setelah kontrol fuel cut-off bekerja,
fuel cut-off dapat kembali normal dengan memutar kunci kontak OFF satu kali
Gambar 12. Wiring diagram sistem shut-off pompa bahan bakar saat air bag aktif
2.3 Injection duration control (Metode injeksi dan pewaktuan injeksi bahan bakar)
Ada dua metode injeksi bahan bakar, bahan bakar diinjeksikan secara
independen ke setiap silinder atau bahan bakar disemprotkan secara simultan ke
semua silinder. Timing injeksinya juga beragam, ada yang penyemprotannya
dilakukan pada waktu yang ditentukan atau injeksi disesuaikan dengan perubahan
jumlah udara intake atau putaran mesin. Metode dasar injeksi bahan bakar dan
18
timing injeksi adalah sebagai berikut. Sebagai tambahan, semakin besar volume
injeksi, maka awal timing injeksi harus semakin cepat.
19
Gambar 14. Injection duration control secara independen (sekuensial)
2. Groups
Pada sistem injection duration control dengan cara groups ini, bahan bakar
diinjeksikan untuk tiap group sekali setiap dua rotasi crankshaft.
20
3. Simultaneous
Bahan bakar secara serempak disuntikkan ke masing-masing silinder
sekali setiap putaran crankshaft. Jumlah bahan bakar yang dibutuh kan
untuk pembakaran diinjeksikan dalam dua kali injeksi.
21
Gambar 17. Injection Duration Control pada beberapa kondisi perjalanan
22
starting ditentu- kan dari temperatur cairan pendingin. Temperatur cairan
pendingin dideteksi oleh water temperature sensor. Semakin rendah suhu
air, penguapan bahan bakar semakin buruk. Karenanya, campuran udara-
bahan bakar di perkaya dengan memperlama durasi injeksi. ECU mesin
menentukan bahwa mesin sedang distarting bila putaran mesin 400 rpm
atau kurang. Saat putaran tiba-tiba turun di bawah 400 rpm akibat
penambahan beban mendadak, hysteresis digunakan, untuk mencegah ECU
mesin menentukan bahwa mesin telah siap di-start dan di-start ulang,
kecuali putaran mesin turun hingga di bawah 200 rpm.
23
cold start time switch sebagaitambahan injektor biasa untuk
meningkatkan volume bahan bakar saat starting.
2. Warm-up enrichment
Jumlah injeksi bahan bakar di tingkatkan karena penguapan bahan
bakar buruk selama mesin dingin. Saat suhu pendingin rendah, durasi
ditambah agar campuran udara-bahan bakar lebih kaya untuk mendapatkan
kemampuan berkendara selama mesin dingin. Koreksi maksimum adalah
dua kali lebih panjang dari suhu normal. Grafik koreksi pada injection
duration control pada saat warm-up enrichment ada pada grafik dibawah ini.
24
3. Air-fuel ratio feedback correction
Apabila tidak ada fluktuasi besar pada beban atau putaran mesin,
seperti ketika mesin idling atau berkendara dengan kecepatan konstan
setelah pemanasan, bahan bakar (campurannya dekat dengan rasio teoritis)
disuplai sesuai dengan udara intake. Grafik pengontrolan air-fuel ratio
feedback correction dapat dilihat pada halaman berikut.
25
Tetapi, perubahan kecil dari perbandingan teoritis terjadi menuruti
kondisi aktual mesin, perubahan akibat waktu dan kondisi lain.
Karenanya, oxygen sensor mendeteksi konsen trasi oksigen pada
gas buang untuk menentukan apakah durasi sudah mencapai
perbandingan teoritis.
Bila ECU mesin dari sinyal oxygen sensor menentukan bahwa
perbandingan udara-bahan bakar lebih kaya dibanding rasio teoritis,
ECU mesin memperpendek durasi agar campuran lebih
miskin. Sebaliknya apabila perbandingan miskin,mesin akan
memperpanjang durasi campuran menjadi lebih kaya. Kontrol
feedback bekerja untuk menjaga agar berada di sekitar rasio teoritis
dengan melakukan koreksi kecil secara berulang. ( disebut operasi
"closed-loop" ). Koreksi rasio dari udara-bahan bakar dengan
menggunakan sensor oksigen dapat ditampilkan pada grafik dibawah
ini.
Dapat dilihat pada Grafik 4, titik tengah (a) berubah selama kontrol feed-
back seperti waktu berlalu. Dalam hal ini, titik tengah dipaksa
kembali ke tengah, bila tidak, kontrol feedback akan keluar dari
rentang koreksinya. Ini disebut air-fuel ratio learned control atau long
fuel trim.
26
Untuk mencegah overheating katalis dan menjamin operasi mesin yang
bagus, feedback rasio tidak terjadi untuk kondisi (pada operasi open
loop) yaitu :
1. Selama Starter mesin.
2. Selama enrichment setelah start.
3. Selama power enrichment
4. Ketika suhu air pendingin dibawah level yang ditentukan.
5. Saat terjadi fuel cut-off .
6. Saat sinyal kurus (lean) lebih lama dari yang ditentukan.
27
Grafik 5. Kontrol feedback menggunakan Air-fuel ratio sensor
Data A/F sensor yang diperoleh ECU di tampilkan pada tester genggam.
(Saat rasio tipis, voltase tinggi dan sebaliknya). Sebagai hasilnya
keakuratan deteksi semakin baik. Apabila rasio berubah dari rasio
teoritis seperti pada gambar (bawah), ECU mesin akan terus
mengoreksi rasio dengan menggunakan sinyal oxygen sensor.
Untuk sensor Air-fuel Ratio (A/F), ECU mesin mengoreksi seketika
dengan menentukan jumlah perubahan dari ratio teoritis.
28
konsentrasi, dan memutarnya ke sisi L membuat konsentrasi udara
menjadi sedikit.
Untuk kendaraan yang memiliki sensor oksigen atau sensor
A/F, penyetelan CO selama idling tidak diperlukan karena mobil
melakukan penyetelan secara otomatis ke rasio udara-bahan bakar
yang baik menggunakan sinyal sensor.
4. Acceleration enrichment
Perbandingan udara-bahan bakar menjadi lebih kurus, terutama
selama awal akselerasi karena suplai bahan bakar cenderung terhambat
selama akselerasi akibat perubahan udara intake saat pedal gas diinjak.
Untuk mengatasi ini, durasi injeksi diperpanjang untuk menambah volume
injeksi bahan bakar untuk mengimbangi udara intake guna mencegah
campuran udara bahan bakar yang menjadi tipis.
29
Akselerasi ditentukan oleh kecepatan perubahan sudut bukaan
throttle valve. Koreksi selama akselerasi meningkat tajam pada awal
akselerasi dan berkurang sampai peningkatan berakhir. Sebagai tambahan,
semakin sering diakselerasi, penambahan volume injeksi kian membesar.
Diagram injection duration control pada saat acceleration enrichment adalah
sebagai berikut.
5. Fuel cut-off
Selama deselerasi, operasi injeksi berhenti sesuai kondisi deselerasi
untuk mengurangi gas buang berbahaya dan meningkatkan efek rem mesin.
Kemudian sistem fuel cut-of diaktifkan untuk memutus injeksi bahan bakar.
Kondisi deselerasi ditentukan oleh pembukaan throttle valve dan putaran
mesin. Saat katup throttle tertutup dan kecepatan mesin masih tinggi,
30
keadaan ini akan ditentukan bahwa kendaraan sedang diperlambat. Grafik
injection duration control pada saat fuel cut-off dapat dilihat dibawah ini.
6. Power enrichment
Seperti saat udara yang masuk ke intake dalam jumlah besar ketika
beban berat, misalnya saja sewaktu menanjak bukit curam, adalah sangat
sulit mencampur bahan bakar yang diinjeksikan dengan udara masuk itu.
Karena udara masuk itu tidak digunakan seluruhnya dalam proses
pembakaran. Ada sebagian udara yang tersisa. Oleh karena itu dibutuhkan
31
injeksi bahan bakar yang lebih banyak dari perbandingan campuran udara-
bahan bakar teoritis, untuk membakar semua udara masuk guna
meningkatkan tenaga. Beban berat ditentukan dari besarnya pembukaan
throttle position sensor, putaran mesin, dan massa udara yang masuk (PIM).
Semakin besar massa udara masuk (PIM) atau kecepatan mesin yang lebih
tinggi, maka pertambahan jumlah rasio yang ditingkatkan akan lebih besar
pula. Jumlah itu juga akan ditambah saat sudut bukaan throttle valve
mencapai nilai tertentu atau lebih dari nilai itu. Koreksi pertambahannya
mulai dari kisaran 10% hingga 30%.
32
Petunjuk servis air-fuel control ratio injection duration control untuk
pengaturan suhu udara yang masuk adalah sebagai berikut :
Untuk air flow meter tipe hot-wire, air flow meter itu sendiri yang
menghasilkan output sinyal korektif untuk temperatur udara intake.
Karenanya, tidak diperlukan koreksi temperatur udara intake.
33
3. Rangkuman 1
ECU mesin dibagi menjadi beberapa fungsi, yakni: kontrol EFI, kontrol ESA,
kontrol ISC, fungsi diagnosis, fungsi fail-safe dan backup, dan fungsi lainnya.
Sistem EFI menggunakan beragam sensor untuk mendeteksi kondisi kerja mesin
dan kendaraan. Sesuai dengan sinyal dari sensor-sensor ini, ECU
mengkalkulasikan volume injeksi bahan bakar yang optimal dan mengoperasikan
injektor untuk menginjeksikan volume bahan bakar yang cukup. Bagian-bagian
dari EFI antara lain adalah ECU mesin, Intake air pressure sensor dan manifold
pressure sensor, Crankshaft position sensor, Camshaft position sensor, Water
temperature sensor, Throttle position sensor, dan Oxygen sensor. Berdasarkan
tipenya EFI dibagi menjadi 2, yaitu D-EFI (Tipe kontrol Tekanan Manifold ) dan L-
EFI (Tipe kontrol Air Flow Meter)
4. Tugas 1
Dari tabel dibawah mengenai sensor-sensor pada EFI, beri centang pada setiap
koreksi yang dilakukan
5. Tes Formatif 1
1. Jelaskan fungsi dari EFI !
2. Apakah fungsi check valve pada komponen EFI ?
3. Jika mesin mati, apa yang terjdi pada pompa bahan bakar ?
34
4. Kapan sinyal NE masuk ke ECU ?
5. Jelaskan bagaimana durasi aktual injeksi !
C. Kegiatan Belajar 2
Electronic Spark Advance ( ESA ) pada sistem pengapian mesin kendaraan
berbahan bakar bensin.
1. Tujuan Kegiatan 2
Peserta diklat dapat mengetahui fungsi, prinsip kerja dan instalasi ESA pada sistem
pengapian mesin kendaraan dengan bahan bakar bensin.
2. Uraian Materi 2
Electronic Spark Advance
Sistem ESA (Electronic Spark Advance) adalah sistem yang menggunakan
ECU mesin untuk menentukan timing pengapian berdasarkan sinyal dari berbagai
macam sensor. ECU mesin mengkalkulasi ignition timing dari ignition timing optimal
yang disimpan dalam memori untuk disesuaikan dengan kondisi mesin, dan mengirim
sinyal pengapian ke igniter. Timing pengapian yang optimal pada dasarnya
ditentukan oleh putaran mesin dan massa udara intake intake (tekanan manifold).
Grafik pemetaan antara ignition timing dan intake air pada ESA dapat dilihat dibawah
ini.
35
Grafik 10. Pemetaan antara ignition timing dan intake air pada ESA
Sistem ESA terdiri dari berbagai macam sensor, ECU mesin, igniters, ignition coil, dan
busi. Penjelasan masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
1. Sensor-sensor pada sistem ESA
a. Camshaft position sensor (sinyal G )
Sensor ini mendeteksi sudut crank standar dan timing camshaft.
b. Crankshaft position sensor (sinyal NE )
Sensor ini mendeteksi sudut crank dan putaran mesin.
c. Air flow meter atau manifold pressure sensor (sinyal PIM )
Sensor ini mendeteksi massa udara atau tekanan manifold.
d. Throttle position sensor (sinyal IDL )
Untuk mendeteksi kondisi putaran idling.
e. Water temperature sensor (sinyal THW )
Untuk mendeteksi suhu air pendingin mesin.
f. Knock sensor (sinyal KNK ):
Sensor ini mendeteksi kondisi knocking.
g. Oxygen sensor (sinyal OX )
Sensor ini mendeteksi konsentrasi oksigen didalam gas buang.
36
Gambar 19. Sensor-sensor pada ESA
2. ECU mesin
ECU mesin berfungsi menerima sinyal dari sensor, menghitung ignition
timing optimal untuk kondisi mesin, dan mengirim sinyal pengapian (IGT) ke
igniter.
3. Igniter
Igniter memiliki peranan dalam merespon output sinyal IGT oleh ECU
digunakan untuk memberikan arus primer secara terputus-putus ke ignition coil.
Rangkaian Pengapian
ECU mesin menentukan waktu pengapian berdasarkan sinyal G, sinyal
NE dan sinyal dari sensor lain. Saat ignition timing sudah ditentukan, ECU
mesin mengirim sinyal IGT ke igniter. Ketika sinyal IGT yang dikirim ke igniter
adalah ON, arus primer mengalir ke ignition coil. Ketika sinyal IGT mati, arus
primer juga terputus
Saat ini, sirkuit pengapian yang digunakan adalah DLI (Distributor Less
Ignition). ECU mesin mendistribusikan arus tegangan tinggi ke cylinder
dengan mengirim setiap sinyal IGT ke igniter sesuai dengan urutan
pengapian. Dengan cara ini didapatkan kontrol saat pengapian (ignition
timing) yang sangat akurat.
37
Gambar 20. Wiring diagram pengapian dengan igniter DLI
38
Grafik 11. Grafik sinyal IGT dari ECU ke igniter
39
Gambar 21. Diagram garis besar kontrol timing pengapian
Pengontrolan ESA
Peranan ESA pada kontrol pengapian dapat dibedakan menjadi 2 yaitu saat
starting dan kontrol pengapian setelah start.
1. Kontrol pengapian saat starting
Ketika menghidupkan mesin, putaran mesin rendah dan massa intake
udara tidak stabil, jadi sinyal PIM tak dapat digunakan sebagai sinyal kontrol.
Karenanya, ignition timing diset ke sudut awal ignition timing starting. Sudut awal
ignition timing dikontrol dalam backup IC ECU mesin.
Sebagai tambahan, sinyal NE digunakan untuk menentukan kapan mesin
di-starter, dan putaran mesin 500 rpm atau kurang mengindikasikan sedang terjadi
starting. Wiring diagram dari ECU saat starting dapat dilihat pada gambar berikut.
40
Gambar 22. Kontrol pengapian saat starting
41
Sudut dasar pengajuan pengapian ditentukan dengan menggunakan sinyal
NE dan sinyal PIM. Data sinyal NE dan PIM yang digunakan untuk menentukan
sudut dasar pengajuan pengapian disimpan di dalam memori ECU mesin.
4. Kontrol ketika sinyal IDL sedang ON
Saat sinyal IDL ON, ignition timing dimajukan sesuai dengan putaran
mesin. Grafik pengintrolan ESA pada saat sinyal IDL dari ECU aktif adalah
sebagai berikut.
Petunjuk:
Pada beberapa model mesin, sudut dasar pengajuan pengapian diubah
baik pada kondisi AC sedang ON atau OFF. (Lihat bertitik di kiri.) Sebagai
tambahan, untuk model ini, beberapa memiliki sudut lanjut 0 selama putaran idle
standar.
5. Kontrol ketika sinyal IDL sedang OFF
Ignition timing ditentukan sesuai dengan sinyal NE dan sinyal PIM berdasarkan
data dalam ECU mesin.
42
Koreksi kontrol Pengajuan Pengapian (Corrective Ignition Advance Control)
1. Koreksi Warm-up
Sudut pengajuan pengapian digunakan ketika suhu air pendingin masih
rendah guna memperbaiki kemampuan berkendara. Sudut Timing Pengapian
dimajukan berdasarkan nilai fungsi koreksi pada kondisi sangat dingin.
43
Grafik 14. Grafik koreksi putaran oleh ECU saat idling stabil dan perbedaan dari
target idle speed
Knocking correction
Apabila terjadi knocking dalam mesin, knock sensor akan mengkonversikan
getaran yang dihasilkan oleh knocking itu menjadi tegangan sinyal voltase (sinyal
KNK) dan mengirimkannya ke ECU mesin. ECU mesin akan menentukan apakah
knocking itu kuat, sedang atau lemah dari kekuatan sinyal KNK, kemudian ECU
mesin akan mengkoreksi ignition timing dengan memundurkannya sesuai dengan
kekuatan sinyal KNK, dengan kata lain, saat ketukan kuat, ignition timing banyak
dimundurkan, saat ketukan lemah, ignition timing dimundurkan sedikit. aat knocking
berhenti, ECU mesin berhenti memundurkan ignition timing dan sedikit mengajukan
sesuai dengan timing yang ditentukan sebelumnya. Pengajuan ini dilakukan apabila
44
terjadi knocking lagi. Ketika masih muncul knocking lagi, pengontrol akan
mengulang pengunduran ignition timing.
45
terdapat clutch and brake yang membangkitkan sejumlah kejutan (shock ) saat
perpindahan gigi. Beberapa model memundurkan ignition timing ketika
perpindahan gigi pada torsi mesin rendah.
4. Koreksi Transition
Sewaktu berubah dari akselerasi ke deselerasi, ignition timing dimajukan
atau dimundurkan sesuai dengan akselerasi.
5. Koreksi kontrol Traction
Ignition timing dimundurkan saat traction control beroperasi untuk
merendahkan torque mesin
Kontrol sudut Pengajuan Maximum dan Minimum (Minimum and Maximum Advance
Angle) pada control ESA
Apabila ada masalah dengan ignition timing yang telah ditentukan
sebelumnya dari ignition timing awal, sudut pengajuan pengapian, dan sudut
koreksi pengajuan pengapian masalah itu akan mempengaruhi performa mesin
secara negatif. Untuk mencegahnya, ECU mesin mengontrol sudut pengapian
aktual (ignition timing) untuk membuat seluruh dari sudut pengajuan pengapian
dan koreksi sudut pengajuan pengapian lebih kurang sama dengan nilai yang
telah ditentukan. Data mengenai sudut dan perhitungan sudut pengajuan dapat
dilihat pada gambar di halaman berikut.
46
Gambar 25. Penggambaran sudut dan koneksi jumper pada DLC
untuk pemeriksaan ignition timing
Fixed ignition advance angle adalah nilai yang di output selama penyetelan
ignition timing yang telah disimpan ECU mesin. Sudut ini tidak terkait dengan
sudut yang telah dikoreksi selama pengendaraan normal.
3. Rangkuman 2
Sistem ESA (Electronic Spark Advance) adalah sistem yang menggunakan
ECU mesin untuk menentukan timing pengapian berdasarkan sinyal dari berbagai
macam sensor. ECU mesin mengkalkulasi ignition timing dari ignition timing optimal
yang disimpan dalam memori untuk disesuaikan dengan kondisi mesin, dan mengirim
47
sinyal pengapian ke igniter. Sistem ESA terdiri dari berbagai macam sensor, ECU
mesin, igniters, ignition coil, dan busi
ECU mesin mengkalkulasikan ignition timing optimal sesuai dengan sinyal dari
berbagai sensor dan mengirim sinyal IGT ke igniter. Sinyal IGT diset ke ON segera
sebelum ignition timing yang dikalkulasioleh microprocessor didalam ECU mesin,dan
kemudian di matikan (OFF). Ketika sinyal IGT dimatikan (OFF) busi memercikkan
bunga api listrik. Kontrol timing pengapian terdiri dari dua kontrol dasar, yaitu kontrol
pengapian saat start yaitu ketika menghidupkan mesin, putaran mesin rendah dan
massa intake udara tidak stabil, jadi sinyal PIM tak dapat digunakan sebagai sinyal
kontrol. Karenanya, ignition timing diset ke sudut awal ignition timing starting. Sudut
awal ignition timing dikontrol dalam backup IC ECU mesin. Dan kontrol pengapian
setelah start yaitu Kontrol ini dilakukan dengan melakukan berbagai koreksi ke sudut
awal ignition timing dan sudut dasar pengajuan pengapian. Ignition timing adalah sama
dengan sudut awal ignition timing ditambah sudut dasar pengajuan pengapian
ditambah sudut koreksi pengajuan pengapian.
4. Tugas 2
Dari pengontrolan dibawah ini, isilah ke dalam setiap nomor pada tabel di halaman
berikut !
a. basic ignition advance angle
b. maximum and minimum advance angle control
c. initial ignition timing angle
d. corrective ignition advance control
48
5 Test Formatif 2
1. Apa yang dimaksud dengan ESA ?
2. Jelaskan fungsi ECU pada ignition system !
3. Jelaskan mengenai standard ignition timing !
4. Jelaskan mengenai timing advance pada ESA
5. Jelaskan koreksi pengapian pada ESA !
49
BAB III
EVALUASI
A. Soal
I. Dari pernyataan dibawah ini pilihlah yang bernilai benar ( lebih dari 1 ) mengenai
ilustrasi rangkaian pengontrol pompa bahan bakar berikut.
a. ECU mesin membuka
rangkaian relay pompa ON dan
pompa bahan bakar bekerja
sementara kunci kontak pada
posisi IG
b. Sinyal STA masuk ke ECU
mesin dan pompa bahan bakar
bekerja sementara kunci kontak
pada posisi ST
c. Sinyal NE masuk ke ECU
mesin ketika mesin hidup dan
pompa bahan bakar bekerja
terus menerus
d. Jika mesin mati, pompa bahan
bakar akan berhenti karena
tidak ada sinyal NE yang
masuk ke ECU meskipun kunci
kontak pada posisi IG
II. berilah tanda centang pada pernyataan berikut ini, benar atau salah !
No. Pernyataan Benar Salah
1. ECU mesin menghitung ignition timing optimum untuk
mencocokkan kondisi mesin dengan menerima sinyal-sinyal
dari berbagai sensor
2. ECU mesin mengirim sinyal pengapian (IGT) ke igniter
3. Igniter menanggapi sinyal IGT yang dikeluarkan oleh ECU
mesin untuk secara terputus-putus memberikan arus primer
ke koil pengapian
50
No. Pernyataan Benar Salah
4. Igniter mengirim konfirmasi pengapian (IG) ke ECU mesin
ketika busi meloncatkan bunga api listrik
B. Kriteria Kelulusan
Kriteria Skor (1-100) Bobot Nilai Keterangan
Electronic Fuel Injection Agar dapat
50%
(EFI) lulus, peserta
diklat harus
Electronic Spark Advance
50% mencapai nilai
(ESA)
minimal 70
Kategori kelulusan:
70 79 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja dengan bimbingan.
80 89 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.
90 100 : Di atas kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.
51
BAB IV
PENUTUP
Modul Engine Management System dengan materi pada Sistem pengapian pada
bahan bakar bensin dengan kontrol elektronik ini disusun agar siswa memiliki kompetensi
dalam sistem pengapian bahan bakar berbasis elektronik. Electronic Fuel Injection (EFI)
dan Electronic Spark Advance (ESA) merupakan tahapan pembelajaran tambahan pada
sistem pengapian pada kendaraan berbahan bakar bensin pada mata diklat Engine
Management System kelas XI yang diperlukan di dunia Industri. Dengan tuntasnya
mempelajari modul ini diharapkan siswa mempunyai bekal untuk bekerja di sektor industri
kendaraan ringan.
Untuk memperoleh kompetensi yang diinginkan secara utuh, siswa harus mampu
memahami dan mampu melakukan wiring dan pengecekan terhadap siste pengapian
dengan kontrol elektronik diantaranya EFI dan ESA pada kendaraan ringan. Peran guru
dan pihak-pihak terkait dalam memfasilitasi siswa sangat diperlukan untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
52
Daftar Pustaka
53
54
MODUL
ENGINE MANAGEMENT SYSTEM
i
ii
Daftar Isi
Halaman
Glosarium vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Deskripsi 1
B. Prasyarat Pembelajaran 2
D. Tujuan Akhir 5
E. Cek Kemampuan 5
B. Kegiatan Belajar 1 6
2. Uraian Materi 1 7
3. Rangkuman 1 24
4. Tugas 1 25
C. Kegiatan Belajar 2 25
2. Uraian Materi 2 25
3. Rangkuman 2 40
4. Tes Formatif 2 41
iii
D. Kegiatan Belajar 3 41
2. Teori Dasar 41
3. Rangkuman 3 52
4. Tes Formatif 3 53
A. Soal 54
B. Kriteria Kelulusan 54
DAFTAR PUSTAKA 57
iv
Peta Kedudukan Bahan Ajar
Perawatan dan Perbaikan Chassis Management System (CMS) terhadap mata pelajaran
yang lain :
v
Glosarium
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
1
Diagram 1. Urutan prosedur pemeriksaan awal kendaraan
2
Saat ada keluhan dari pelanggan, teknisi perlu menentukan apakah
penyebab gangguan berasal dari kendaraan atau cara pelanggan berkendara,
teknisi juga perlu menentukan performa kendaraan milik pelanggan, baik
diminta oleh tidak oleh pelanggan, dengan membandingkan kendaraan
tersebut dengan kendaraan lain yang sama modelnya. Jika performa
kendaraan pemakai terbukti sama, hampir tidak mungkin menghilangkan
kemungkinan keluhan dengan perbaikan, sehingga teknisi juga perlu
menentukan apakah keluhan tersebut bukan merupakan gejala malfungsi, tapi
lebih pada tuntutan pelanggan. Hal ini perlu agar masalah dapat diselesaikan
dengan menggunakan perspektif yang berbeda. Jika kemampuan performa
kendaraan ternyata lebih buruk daripada kendaraan lain dari model yang
sama, maka teknisi mungkin dapat menganggap keluhan pelanggan sebagai
malfungsi, dan melakukan proses troubleshooting yang diperlukan.
Berkaitan dengan pemeriksaan untuk troubleshooting, selain
metode pemeriksaan yang telah anda pelajari, juga dibutuhkan metode untuk
mengidentifikasi lokasi malfungsi. Saat anda troubleshooting, kombinasikan
beberapa pemeriksaan untuk melakukan estimasi untuk menemukan
penyebabnya.
Pemeriksaan Diagnostik
Agar proses troubleshottong efisien, gunakan kode diagnostik untuk
mengidentifikasi areamalfungsi. Berikut adalah perkiraan dengan melakukan
identifikasi kode-kode.
a. Saat DTC muncul
Sensor, aktuator, wiring dan ECU dalam sistem yang memiliki kode
malfungsi mungkin terjadi malfungsi.
b. Saat normal DTC muncul
Sistem yang memiliki kode diagnostik dapat dinilai normal. Karena
itu, malfungsi mungkinterjadi pada sistem yang tidak memiliki fungsi
diagnostik, teruskan pemeriksaan pada sistem ini.
c. Saat DTC tidak muncul
ECU itu sendiri tidak bekerja atau terjadi malfungsi pada system
power source ECU.
Alur pemeriksaan diagnostik untuk mengetahui kondisi malfungsi
dan troubleshooting yang harus dilakukan pada kendaraan yang bermasalah
dapat dilihat pada halaman berikut.
3
Diagram 2. Alur pemeriksaan diagnostik
B. Prasyarat pembelajaran
4
belajar ini dan bertanyalah hal-hal yang belum dikuasai kepada guru atau
instruktur yang mengampu.
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari seluruh materi kegiatan belajar dalam modul ini, diharapkan
peserta diklat dapat:
1. Menggunakan diagnostic tools sesuai keperluan pemeriksaan
2. Menyebutkan kode-kode diagnosis (Diagnosis Trouble Code)dari diagnostic tools
3. Memahami prosedur troubleshooting yang akan dilakukan sesuai dengan kode
diagnostic dari On-Board Diagnostic
4. Mengidentifikasi cara kerja dan fungsi dari Idle Speed Control
E. Cek Kemampuan
5
BAB II
PEMBELAJARAN
Tulislah semua jenis kegiatan yang anda lakukan di dalam tabel kegiatan di bawah ini.
Jika ada perubahan dari rencana semula, berilah alasannya kemudian mintalah tanda
tangan kepada guru atau instruktur anda.
Jenis Tanggal/ Waktu/ Tempat Alasan perubahan/ Tanda tangan
kegiatan/ date time belajar/ reason for the change guru/ signature
kind of place of of plan
activity study
B. Kegiatan Belajar 1
Peserta dapat Mengetahui fungsi, prinsip kerja dan instalasi MPX pada sistem
komunikasi dan diagnosis mesin kendaraan.
6
2. Uraian Materi 1
7
Gambar dibawah ini menunjukkan ilustrasi pengkabelan dengan menggunakan
MPX dan tanpa MPX dimana umlah kabel yang dibutuhkan dengan menggunakan MPX
dapat dikurangi.
(a) (b)
Gambar 2. Wiring diagram komunikasi : (a) dengan MPX ; (b) tanpa MPX
8
1. Gambaran
Tergantung modelnya, struktur MPX amat berbeda. Dalam materi latihan ini,
LS430 (seri UCF30) digunakan untuk menjelaskan fungsi MPX. Tergantung pada
model,susunan MPX pada umumnya berbeda.
2. Komunikasi Multi-bus
Sesuai dengan area kontrol yang diperluas dan meningkatnya control data
dikarenakan diversifikasi dan performa yang lebih tinggi pada sistem komunikasi,
MPX telah diadopsi, yang terdiri dari dua bus. (LIN dan CAN)
3. Komposisi jaringan
Setiap jaringan terdiri dari komputer (ECU: Electronic Control Unit) yang
berhubungan dengan data biasa dan penting yang diperlukan untuk kontrol dasar
setiap bagian. Karenanya, meskipun jika kesalahan terjadi pada sistem power train
(EFI ECU dan AT ECU), ia tidak akan mengganggu sistem VSC.
9
Gambar 5. Komposisi jaringan pada LIN dan CAN pada kendaraan ringan
10
ECU yang mendeteksi pengoperasian tersebut akan meninggalkan energy-
saving mode dan kembali mulai komunikasi.
4. Pada waktu awal pengiriman setelah wake-up, ia akan mengirim sebuah pesan
"wake-up" ke ECU lain untuk mengaktifkan.
1. LIN
(1) Kecepatan pengiriman data: 9.6 kbps (bps: bit per second)
(2) Sistem ini digunakan sebagai MPX untuk sistem body electrical.
LIN adalah singkatan dari Local Interconnect Network dan ini adalah
semacam communication protocol pada LAN. LIN adalah sebuah protocol yang
digunakan untuk berkomunikasi dengan kecepatan kontrol yang tidak
dibutuhkan, dan digunakan untuk sistem body electrical.
11
Kecepatan pengiriman data pada LIN termasuk lebih rendah
dibandingkan CAN, namun, hanya satu line yang digunakan untuk pengiriman
data. Akibatnya, jaringan dapat terhitung lebih murah daripada CAN
12
Recessive
Bus status adalah "recessive" (atau "passive"). "0" di dalam LIN
Detail Pesan
Detail pesan pada komunikasi sisem LIN mengacu pada tabel pada halaman
berikut.
13
Tabel 2. Kode diagnosis dan keterangannya
14
Kode CRC (error check of transmitted data)
Urutan data dari PRI ke DATA diset dalam angka biner. Saat angka
biner dibagi oleh nilai tertentu (X8+X4+X+1), maka kemungkinan ada sebuah
sisa. CRC code diwakili oleh angka sisa. Jika angka biner pada data dari PRI
ke CRC dapat dibagi dengan tepat oleh nominal pada akhir penerimaan
(dengan kata lain, sisa adalah "0"), maka data akan dinilai sebagai normal.
15
Gambar 9. Periodic dan event transmission timing
16
Gambar 10. Komunikasi sistem LIN pada kendaraan ringan
2. Tujuan pesan
Untuk penggantian antara broadcast communication dan point-to-point
communication mungkin dilakukan.
Broadcast communication: Mengirim sebuah pesan ke semua node
Point-to-point communication: Mengirim sebuah pesan ke node yang
ditentukan (s)
17
Gambar 11. Broadcast dan point to point communication
18
Gambar 12. Pengurutan pengiriman data berdasarkan prioritas
Sebuah contoh dari tiga node yang secara simultan mulai mengirimkan pesan-
pesan:
Node 1 mulai output "1""110010..."
Node 2 mulai output "1""110001..."
Node 3 mulai output "1""011111..."
PETUNJUK:
Jika sebuah node secara terus-menerus mengeluarkan "1" dari awal, maka
prioritas tertinggi akan dipastikan.
1. Semua node akan mengeluarkan "1" sebagai SOF (start bit).
2. Node 3 mengeluarkan 0 pada saat ini, node 3 juga memonitor
pengeluaran node lain dan menghentikan pengiriman data saat output
pada node lain adalah 1.
19
3. Node 2 mengeluarkan 0 pada saat ini, node 2 juga memonitor
pengeluaran node lain dan menghentikan pengiriman data saat output
pada node lain adalah 1. Hak untuk megirim permintaannya pertama
kali diberikan pada Node 1.
20
4. Mendeteksi error pada receiving node dan mengirim informasi ERROR ke
sending node
Saat sebuah error terdeteksi dan diinformasikan (komunikasi tidak selesai
secara normal), node pada transmitting end akan secara otomatis mengirim
kembali pesan tersebut.
5. Panjang pesan variabel
Panjang sebuah pesan dapat diubah di dalam MPX circuit.
2. CAN
CAN adalah singkatan dari Controller Area Network", dan ini adalah metode
komunikasi seri sesuai dengan standar (ISO11898) pada ISO (International
Organization for Standardization) dan sebuah metode yang dapat melakukan
komunikasi berkecepatan tinggi yang jauh lebih lebih besar daripada LIN.
CAN communication system memiliki dua communication line (bus) yang
berperan sebagai pasangan dan bus level ditentukan oleh perbedaan tegangan
diantara kedua line tersebut disebut CAN high (CANH) dan CAN low (CANL). Data
dikirimkan pada 500kbps sebagai digital signal menurut communication protocol
yang diperuntukkan bagi CAN.
CAN communication system yang mengontrol data terkait dengan power
train yang membutuhkan pengiriman data berkecepatan tinggi untuk semua
kendaraan. Sistem CAN mengirimkan banyak item informasi dengan menggunakan
pasangan kabel puntir dan data yang telah diubah ke dalam bentuk digital oleh
communication circuit. CAN communication system yang digunakan adalah jaringan
jenis bus dengan beberapa komputer yang dihubungkan ke sepasang
communication line.
Pada CAN, Kecepatan pengiriman data: 500 kbps (bps: bit per second).
Sistem ini digunakan untuk komunikasi pada sistem kontrol pada power train.
Hubungan antara ECU dan CAN communication line dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
21
Gambar 14. Koneksi antar ECU dengan CAN communication line
Spesifikasi CAN
Sistem komunikasi CAN memiliki protokol komunikasi yang disebut
SMA/CD kependekan dari Carrier Sense Multiple Access dengan Collision
Detection. Ini adalah communication access protocol dimana ECU memeriksa
status communication line (carrier) dan jika tidak ada data lain yang mengalir
maka mereka akan mulai mengirim datanya sendiri. Selanjutnya, jika benturan
data terjadi (seperti dengan data yang telah dikirimkan oleh ECU lain pada saat
yang sama), ECU yang terganggu akan menunggu periode waktu tertentu dan
kemudian mengirim data kembali atau tidak mengirimkannya.
Metode CSMA/CD
Waktu mulai pengiriman pada saat bus tidak padat (saat tidak ada node
yang mengirimkan signal), maka semua node memiliki kesempatan yang sama
untuk mengirimkan pesan signal
PETUNJUK:
- "Bus tidak padat" berarti rangkaian 7 bits atau lebih "0" (recessive
signal) dikenali pada bus line. Aturannya, saat sebuah node
mengirimkan signal, node yang lain tidak dapat memulai
pengiriman.
- Jika occupancy rate menjadi sangat tinggi, pesan dengan prioritas
yang lebih rendah dapat tertunda atau kadang-kadang tidak dapat
22
dikirimkan. (Dalam metode CSMA/CD, bus occupancy rate
dikontrol sehingga rate ini harus 70 % atau kurang dari kondisi
terburuk. )
23
Rumbaian puntiran pada connector dalam 80mm
Jika kondisi tersebut tidak dijaga, pengiriman data tidak akan dilakukan.
3. Rangkuman 1
Timbulnya masalah dimana jumlah wiring harness meningkat secara pesat yang
disebabkan meningkatnya system yang dikontrol secara elektronik. Untukm emecahkan
masalah ini setiap pabrik mengembangkan Multiplex Communication System (MPX).
Dengan memakai MPX, maka mengurangi jumlah wiring harness dengan
menghubungkan ECUpada setiap system menggunakan metode Multiplex
Communication. Adalah sebuah sistem dimana beberapa ECU yang berlainan
dihubungkan menjadi satu jalur komunikasi (bus line)dan data (pesan) secara bersamaan
dikirim diantara ECU melalui jalur (line). Harap diingat bahwa individual control unit
(ECU)yang terhubung ke bus line disebut "node" pada MPX.
Node menunjukkan satu logical structure pada jaringan. Jaringan computer terdiri
dari berbagai macam terminal dan peralatan. Node member tanda angka pada komponen
ini dan menentukan struktur atau peran. Beberapa produsen mobil mengadopsi kedua
jenis metode multiple Communication yang disebut "LIN" and "CAN". Kedua LIN dan CAN
adalah metode komunikasi. Namun,system yang sesuai dengan persyaratan kebutuhan
dari masing-masing oleh transmission rate telah diadopsi. Dasar troubleshooting adalah
sangat penting pada MPX.
24
4. Tugas 1
Dari pernyataan pada tabel berikut, berikan tanda benar atau salah pada pernyataan
pemecahan masalah dengan menggunakan MPX
C. Kegiatan Belajar 2
On-Board Diagnostic
1. Tujuan Kegiatan 2
Peserta diklat dapat mengetahui OBD dan memonitor setiap sensor dan aktuator untuk
diagnosis permasalah pada kendaraan ringan.
2. Uraian Materi 2
ECU mesin memiliki fungsi OBD (On-Board Diagnostic) yang secara konstan
memonitor setiap sensor dan aktuator. Bila kerusakan terdeteksi, kerusakan direkam
sebagai DTC (Diagnostic Trouble Code) dan MIL (Malfunction Indicator Lamp) pada
meter kombi nasi akan menyala untuk membertahukan kepada pengemudi. Dengan
menghubungkan DS-II ke DLC, komunikasi langsung dengan ECU mesin dapat
dilakukan untuk konfirmasi DTC. Juga,bila menghubungkan terminal EFI-T dengan
terminal E (ground terminal) pada DLC, kode diagnosis dapat diperiksa dengan
25
menghitung jumlah dan interval kedipan pada MIL tanpa memakai DS-II. MIL disebit
juga lampu check engine atau lampu alarm check engine.
Tipe OBD
Untuk mengkonfirmasi data yang direkam oleh ECU mesin, sistem diagnosa
yang disebut OBD, CARB OBD II, EURO OBD atau ENHANCED OBD II digunakan
untuk berkomunikasi langsung dengan ECU mesin. Setiap sistem ini menampilkan
5-digit atau 2-digit DTC pada DS-II.
1. CARB OBD II
CARB OBD II adalah sistem diagnosa emisi yang digunakan di AS
dan Kanada. Ia digunakan untuk memeriksa DTC atau data untuk item-
item yang di syaratkan oleh peraturan di AS dan Kanada.
26
2. EURO OBD
EURO OBD adalah sistem diagnosa emisi yang digunakan di
Eropa. Ia digunakan untuk memeriksa DTC atau data untuk item-item yang
disyaratkan oleh peraturan di Eropa.
3. ENHANCED OBD II
ENHANCED OBD II adalah sistem diagnosa yang digunakan di AS
dan Kanada. Sistem ini digunakan untuk memeriksa item-item yang
disyaratkan oleh peraturan di AS dan Kanada, dan memeriksa DTC atau
data
PETUNJUK:
Tipe awal OBD menggunakan pola kedipan MIL untuk memeriksa DTC.
Sistem membaca data yang di output oleh ECU mesin tanpa
berkomunikasi dengan ECU mesin.
27
Grafik 1. Sistem diagnosis
28
Grafik 2. Contoh DTC monitoring condition pada OBD
*Siklus mengemudi: Satu siklus mengacu kepada periode dari mesin di starter hingga
mesin dimatikan.
Output DTC
DTC di output baik sebagai kode 5 digit atau 2 digit. Pada Pedoman
Reparasi, item deteksi, kondisi deteksi dan area masalah disertakan untuk tiap
DTC, jadi lihatlah Pedoman Reparasi untuk troubleshooting.
29
1. DTC 5-digit
Untuk DTC 5-digit,hubungkan DS-II (diagnosis tester) ke DLC untuk
berkomunikasi langsung dengan ECU mesin dan menampilkan DTC
padalayar tester untuk konfirmasi.
2. DTC 2-digit
Konfirmasi DTC 2 digit, dengan melihat pola kedipan MIL. Hubungkan
terminals EFI-T dengan E dari DLC untuk membuat MIL berkedip dan
menghasilkan DTC. Contoh dari DTC ditunjukkan seperti pada gambar
dibawah ini dengan kode error adalah 21.
30
Menghapus DTC
ECU mesin menyimpan DTC menggunakan power supply konstan. Jadi
DTC tidak dapat dihapus hanya dengan mematikan kunci kontak. Sehubungan
dengan itu untuk menghapus DTC dibutuhkan sebuah diagnosis tester (DS-II)
untuk berkomunikasi dengan ECU mesin dan menghapus DTC, atau putuskan
hubungan back up power supply dengan mencabut sekring EFI dan kunci kontak
posisi OFF,atau lepaskan kabel negatip battery selama 60 detik atau lebih.Waktu
yang diperlukan untuk menghapus DTC berbeda tergantung pada kapasitas
kondensor pada rangkaian, seperti sistem high output audio atau transceiver dan
sebagainya.
Bagaimanapun juga, diperlukan kehati-hatian karena jika melepas
hubungan power supply ke ECU mesin, seluruh data nilai yang tersimpan didalam
ECU mesin akan terhapus. Pada waktu yang sama data yang tersimpan pada
radio, dan stereo, dan sebagainya akan ikut terhapus.
Referensi:
Komunikasi diagnosis tester dengan ECU mesin,memungkinkannya untuk
melakukan hal-hal berikut ,selain menampilkan dan menghapus DTC.
- Memeriksa freeze frame data
- Memeriksa data yang dimonitor oleh ECU mesin.
31
- Melakukan aktif test yang memaksa actuator bekerja.
Diagnosis tester (DS-II) memungkinkan untuk berkomunikasi dengan ECU
mesin dan membaca atau menghapus DTC, juga memungkinkan untuk melakukan
fungsi berikut :
1. Fungsi seleksi mode Diagnostic
Sistem diagnosa pada beberapa sistem mempunyai dua mode : Normal
mode dan check mode.
a. Normal mode
Mode ini digunakan untuk diagnosa normal.
b. Check mode
Mode ini dilengkapi alat deteksi diagnosa yang sangat sensitive
dibandingkan dengan normal mode dan membuatnya sangat
mudah mendeteksi kerusakkan pada inflator ,dalam hal ini adalah
sistem AIR BAG. Hal ini memudahkan untuk mendeteksi DTC jika
terjadi duplikasi kerusakan guna menentukan kerusakkan yang
sesungguhnya pada kendaraan. Seluruh DTC dan freeze frame
data dapat dihapuskan pada mode ini.
Petunjuk:
Terdapat dua jenis untuk check mode:
Dengan memindahkan switch dari normal mode ke komunikasi dengan ECU
mesin jika memakai diagnosis tester (DS-II) , atau dengan memindahkan switch
dari normal mode setelah memperbaiki (VSC, ABS).
32
Gambar 22. Contoh pemilihan diagnosis dengan 2 mode
33
Fungsi Fail-safe
Bila ECU mesin mendeteksi kerusakan pada sistem sinyal input yang
manapun, fungsi fail-safe mengontrol mesin dengan menggunakan nilai standar
yang terdapat pada ECU mesin, atau menghentikan mesin untuk mencegah
masalah pada mesin atau overheating pada katalis yang dapat terjadi bila terus
berlanjut berdasarkan sirkuit dengan sinyal abnormal. Hubungan antara sirkuit
dengan sinyal abnormal dan fungsi fail-safe ditunjukkan pada tabel di bawah.
Fungsi Back-up
Fungsi back-up mengambil alih kontrol sinyal tetap (fixed signal control)
dengan IC back-up untuk mengizinkan pengendaraan bila mana terjadi malfungsi
mikrokomputer di dalam ECU mesin. Fungsi back-up ini hanya mengontrol fungsi
dasar saja, sehingga fungsi ini tidak bisa memberikan performa mesin sama
seperti dalam kondisi normal.
ECU mesin berpindah ke mode back-up jika mikrokomputer tidak dapat
memberikan output sinyal ignition timing (IG). Ketika mode back-up dijalankan,
durasi injeksi bahan bakar dan ignition timing diaktifkan pada nilai tetap masing-
masing sesuai dengan sinyal starter (STA) dan sinyal IDL. MIL juga menyala untuk
menginformasikan pengendara adanya malfungsi (ECU mesin tidak merekam
DTC)
34
Nilai-nilai tetap untuk durasi injeksi bahan bakar dan ignition timing sesuai dengan
sinyal STA dan IDL ditunjukan dalam tabel dibawah.
Prinsip Diagnosis
Diagnosis MIL
Fungsi MIL adalah sebagai berikut :
1. Fungsi cek Lampu ( mesin mati)
MIL menyala saat ignition switch di set ke ON, dan mati saat mesin mencapai 400
rpm atau lebih, untuk memeriksa apakah bola lampu berfungsi atau tidak
2. Fungsi indikator kerusakan (Mesin hidup)
Bila ECU mesin mendeteksi kerusakan didalam rangkaian, ECU memonitor mesin
ketika hidup dan akan menyalakan MIL untuk menginformasikan kepada
pengendara tentang adanya kerusakan. Bila kerusakkan sudah diatasi ,lampu
akan mati setelah 5 detik.Selanjutnya bila kerusakkan sudah kembali normal, MIL
akan mati jika tidak ada kerusakkan yang terdeteksi.
Petunjuk :
Ada beberapa DTC yang tersimpan di ECU tapi lampu MIL tidak menyala
meskipun sistem mendeteksi adanya kerusakkan.
35
Gambar 23. MIL pada driving cycle
Petunjuk :
Data freeze frame adalah data sinyal input/output yang disimpan dalam ECU
mesin ketika DTC terdeteksi.
36
Gambar 24. Deteksi satu siklus fail
37
Gambar 25. Deteksi 2 siklus fail yang berbeda
3. Kedipan MIL
Bila misfire yang dapat merusak catalytic converter terdeteksi dalam siklus
pertama berkendara, MIL akan berkedip. Bila misfire yang sama terdeteksi pada
siklus kedua, MIL berkedip, dan DTC dan data freeze frame direkam dalam memori
ECU mesin. Bila gejala misfire berkurang, MIL berubah dari bekedip menjadi menyala
terus.
38
Gambar 26. Kondisi kedipan MIL
Terminal VF Output
Terminal VF adalah terminal output yang keluar dari data ECU mesin. Data
terminal VF outputs sebagai berikut.
1. Air-fuel ratio feedback corrective value
Output tetap normalnya adalah 2.5 V, tetapi bila output feedback 5 V
banyaknya bahan bakar akan bertambah, sehingga memungkinkan
perbandingan campuran udara bahan bakar untuk dikuruskan. Sebaliknya,
output feedback adalah 0 V jumlah bahan bakar akan berkurang, sehingga
memungkinkan perbandingan campuran bahan bakar untuk digemukkan.
39
Diperlukan perhatian kalau output nya 0 V,ketika kondisi mesin tidak pada
kondisi kerja dari feedback seperti misalnya saat mesin dingin.
2. Sinyal Oxygen sensor
Jika terminal EFI-T dan E, di jumper, dan kontak throttle position sensor
(IDL) di set OFF,sinyal output oxygen sensor adalah 5 V untuk sinyal campuran
kaya,dan 0 V untuk sinyal campuran kurus.bagaimanapun juga jika feedback
control tidak bekerja , 0 V adalah standard.
Diagnosis results
Jika terminal EFI-T dan E di jumper (IDL kontakon), 5 V adalah output diagnose
normal,atau jika 0 V maka DTC akan disimpan.
3. Rangkuman 2
ECU mesin memiliki fungsi OBD (On-Board Diagnostic) yang secara konstan
memonitor setiap sensor dan aktuator. Bia kerusakan terdeteksi, kerusakan di rekam
sebagai DTC (Diagnostic Trouble Code) dan MIL (Malfunction Indicator Lamp) pada
meter kombinasi akan menyala untuk memberitahukan kepada pengemudi.
Dengan menghubungkan DS-II ke DLC, komunikasi langsung dengan ECU mesin
akan dilakukan lewat terminal SIL untuk konfirmasi DTC. Juga, dengan menghubungkan
40
terminal EFI-T dan Earth (ground terminal) dalam DLC, kode diagnosis dapat diperiksa
dengan menghitung jumlah dan interval kedipan MIL tanpa DS-II.
4. Test formatif 2
1. Apakah yang dimaksud dengan DTC ? apa fungsi DTC pada perbaikan kendaraan
?
2. Bagaimana cara membaca hasil diagnosis DTC 3 digit ?
3. Bagaimana cara membaca hasil diagnosis DTC 5 digit ?
4. Jelaskna mengenai pola kedipan MIL !
5. Apa fungsi fail-safe pada sistem pengamanan kendaraan ?
D. Kegiatan Belajar 3
Idle Speed Control untuk meminimalisir penggunaan bahan bakar pada kecepatan rendah
2. Teori Dasar
Sistem ISCV (Idle Speed Control) dilengkapi dengan sirkuit yang mem-bypass
katup throttle, dan menghisap volume udara kedalam sirkuit bypass itu yang dikontrol oleh
ISCV (Idle Speed Control Valve).
ISC menggunakan sinyal dari ECU mesin untuk mengontrol putaran idling mesin
yang optimal pada setiap saat.
41
Gambar 28. Bagan Idle Speed Control pada ECU
1. Saat Starting
Sikuit bypass dibuka untuk meningkatkan stabilitas.
2. Saat memanaskan mesin
Saat suhu air pendingin rendah, putaran idle bertambah agar mesin bekerja
dengan halus (fast idle). Bila suhu air pendingin naik, putaran idle berkurang
Tipe ISCV
ISCV adalah alat pengontrol jumlah udara yang masuk (intake) pada saat idle
dengan menggunakan sinyal dari ECU mesin untuk mengatur putaran idle.
Terdapat dua tipe ISCV yaitu :
1. Tipe yang mem-bypass throttle valve dan mengontrol jumlah udara intake:
Karena throttle valve tertutup rapat selama putaran idle, ISC mem-bypass
volume udara yang diperlukan selama idle.
42
Rotary Solenoid Type
ISCV tipe rotary solenoid terdiri dari kumparan, IC, magnet permanen,
valve. ISCV ini ditempelkan ke throttle body. IC menggunakan duty signal dari
ECU mesin untuk mengontrol arah dan jumlah arus yang mengalir dalam
kumparan dan mengontrol jumlah udara yang melewati throttle valve,
merotasikan valve.
Cara kerja.
Saat duty rasio tinggi, IC menggerakkan valve ke arah membuka,
dan ketika duty rasio rendah, IC menggerakkan valve ke arah menutup.
ISCV melakukan pembukaan dan penutupan dengan cara ini.
43
Gambar 30. Sinyal duty ratio dari ECU ke solenoid valve
Petunjuk:
Apabila ada masalah, misalnya sirkuit terbuka (putus), yang menyebabkan listrik
berhenti mengalir ke ISCV, katup dibuka pada posisi tertentu oleh gaya magnet
permanen. Ini akan menjaga rata-rata putaran idle 1.000 hingga 1.200 rpm.
44
Gambar 31. Stepper motor
45
Gambar 32. Posisi motor stepper saat katup terbuka
Katup tertutup
Saat listrik dikirim ke kumparan B untuk waktu yang lama, katup digerakkan ke
arah menutup.
46
Cara kerja tipe Rotary Solenoid
1. Kontrol Starter
Saat ECU mesin menerima sinyal STA, ECU mesin menentukan mesin
sedang starting dan membuka ISCV untuk meningkatkan kemampuan
starter. Pembukaan ISCV dikontrol sesuai sinyal NE dan sinyal THW.
2. Kontrol pemanasan mesin(fast-idle)
Setelah mesin di-starting, ECU mesin membuka ISCV sesuai dengan
suhu pendingin (THW) untuk meningkatkan putaran idle. Saat suhu
pendingin naik, ECU mesin mengontrol ISCV ke arah menutup untuk
mengurangi putaran idle. Saat mesin dingin, putaran idle tidak stabil
karena faktor-faktor seperti kekentalan oli mesin tinggi atau atomisasi
bahan bakar yang buruk. Karena alasan ini, idle speed harus dibuat lebih
tinggi dari normal untuk menstabilkan. Ini disebut fast idling.
3. Kontrol Feedback
Untuk kontrol feedback, kecepatan target yang tersimpan dalam ECU
mesin akan dibandingkan dengan idle speed aktual. Lantas, ISCV
dikontrol untuk mengoreksi idle speed aktual ke kecepatan target. Ketika
idle speed aktual lebih rendah dari kecepatan target: ISCV dibuka untuk
mengoreksi kecepatan menjadi kecepatan target. Ketika idle speed
aktual lebih tinggi dari kecepatan target, maka ISCV ditutup untuk
mengoreksi kecepatan menjadi kecepatan target.
Ketika idle speed aktual lebih rendah dari kecepatan target, maka ISCV
dibuka untuk mengoreksi kecepatan menjadi kecepatan target. Ketika idle
speed aktual lebih tinggi dari kecepatan target, maka ISCV ditutup untuk
mengoreksi kecepatan menjadi kecepatan target.
Sebagai tambahan, kecepatan target bervariasi tergantung kondisi mesin,
seperti apakah switch netral ON atau OFF, atau switch AC ON atau OFF.
47
Grafik 3. Coolant temperatur pada ISCV
4. Kontrol estimasi perubahan putaran mesin.
Kontrol estimasi perubahan putaran mesin akan memperkirakan
perubahan idle speed dari beban mesin dan mengontrol ISCV. Bila tuas
pemindah dirubah dari D ke n atau dari N ke D, atau jika terjadi
perubahan beban mesin segera setelah komponen kelistrikan diaktifkan
atau dimatikan seperti relay lampu belakang,relay deffoger,atau switch
A/C dioperasikan maka kecepatan idling akan bertambah atau
berkurang. Kontrol feedback lalu meningkatkan atau mengurangi
kecepatan. Tetapi kecepatan ini tidak stabil hingga dicapai kecepatan
target. Untuk ini, ketika ECU mesin menerima sinyal beban mesin dari
komponen listrik dll, ISCV dikontrol sebelum idle
speed berubah untuk mengurangi besarnya perubahan.
48
5. Kontrol lainnya
ECU mesin membuka ISCV ketika titik IDL dari throttle position sensor
ditutup (pedal gas dilepas) untuk mencegah turunnya putaran mesin
secara tiba-tiba.
Cara kerja tipe Stepper Motor
1. Starting set-up
Starting set-up mengeset ISCV pada posisi terbuka penuh saat
mesin dimatikan (ketika ECU mesin tidak mendapat sinyal NE)
untuk meningkatkan kemampuan starting pada waktu mesin distart
berikutnya.
ECU mesin menginstruksikan bahwa daya listrik terus disuplai ke
relay utama sesaat setelah switch pengapian diputar ke OFF untuk
mengeset agar ISCV pada posisi terbuka penuh. Setelah ISCV
diset, ECU mesin menghentikan supplay daya ke relay utama.
2. Kontrol setelah start,pemanasan (fast-idle) dan kontrol feedback.
Kontrol-kontrol ini pada dasarnya sama dengan tipe rotary solenoid.
Setelah mesin di-start katup menutup dari posisi terbuka penuh ke
posisi terbuka tergantung putar an mesin dan suhu pendingin, dan
kemudian katup menutup secara berangsur-angsur seiring
meningkatnya temperatur pendingin. Saat suhu pendingin mencapai
80 C (176 F), kontrol feedback digunakan untuk menjaga target
idle speed.
49
Rotary Solenoid ISCV tipe lama
Tipe lama rotary solenoid ISCV yang menerima sinyal penugasan dari ECU
mesin memberikan arus ke dua kumparan untuk mengubah jumlah yang dibuka
oleh katup dan mengontrol jumlah intake udara. Lempeng bimetal pada ISCV
merespon suhu pendingin mesin untuk menjaga bukaan katup yang sesuai
untuk pemanasan mesin. Pengaman juga diinstal untuk mencegah katup
terbuka atau tertutup terus apabila terjadi masalah pada kelistrikannya
Katup terbuka
Saat listrik dikirim ke kumparan A (RSO) untuk waktu yang lama,katup
digerakkan ke arah bukaan.
50
Katup tertutup
Saat listrik dikirim ke kumparan B untuk waktu yang lama, katup di arahkan
menutup.
51
Gambar 36. Idle speed control tipe on/off
3. Rangkuman 3
Sistem ISC mengontrol idling speed agar selalu cocok di berbagai kondisi
(pemanasan, beban listrik, dll.). Untuk meminimalisir konsumsi bahan bakar dan suara,
mesin harus bekerja pada putaran serendah mungkin dan menjaga kondisi idling yang
stabil. Dan lagi, idling speed harus ditingkatkan untuk menjamin pemanasan yang
memadai saat mesin dingin atau saat AC sedang digunakan.
Sistem ISCV (Idle Speed Control) dilengkapi dengan sirkuit yang mem-bypass
katup throttle, dan menghisap volume udara kedalam sirkuit bypass itu yang dikontrol oleh
ISCV (Idle Speed Control Valve)) ISC menggunakan sinyal dari ECU mesin untuk
mengontrol putaran idling mesin yang optimal pada setiap saat.
52
4. Tugas Formatif 3
Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan ISC. Tentukan mana pernyataan
yang Benar dan Salah
No. Peryataan Benar atau Salah
1. Sistem ini mengontrol saluran bypass untuk mengambil
( sejumlah udara) dan putaran mesin akan idle
sepanjang waktu
2. Saat starter, ISC akan menyempitkan sudut bukaan
sirkuit bypass untuk meningkatkan kemampuan start
3. Saat mesin dingin, ISC mengontrol sirkuit bypass agar
terbuka lebar supaya putaran idle stabil
4. Pada kontrol starter, ISCV dibuka untuk meningkatkan
kemampuan starter
5. Pada kontrol feedback, ISCV dikontrol pada arah
menutup saat idle speed aktual lebih rendah dari target
53
BAB III
EVALUASI
A. Soal
1. Pernyataan berikut adalah kondisi sleep dan wake-up dari Multiplex system, tentukan
mana pernyataan yang Benar dan Salah
No. Pernyataan Benar atau Salah
1. Ketika kinci kontak diset ke posisi ACC atau LOCK, ECU
memasukkan mode sleep untuk menghemat konsumsi
daya
2. Saat sistem mendeteksi kondisi dimana pemakai jauh dari
kendaraan, semua node berhenti komunikasi dan keadaan
ini disebut wake up
3. Saat pemakai membuka pintu kendaraan, hanya ECU
terkait yang berganti dari mode sleep ke mode awake
4. Saat mesin berhenti, ECU emmasukkan mode sleep untuk
menghemat konsumsi daya
B. Kriteria Kelulusan
Kriteria Skor (1-100) Bobot Nilai Keterangan
Multiplex Communication
40%
System Agar dapat
lulus, peserta
On Board Diagnostic 30%
diklat harus
mencapai nilai
minimal 70
Idle Speed Control 30%
54
Kategori kelulusan:
70 79 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja dengan bimbingan.
80 89 : Memenuhi kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.
90 100 : Di atas kriteria minimal. Dapat bekerja tanpa bimbingan.
55
BAB IV
PENUTUP
Modul Engine Management System dengan materi pada Sistem pengapian pada
bahan bakar bensin dengan kontrol elektronik ini disusun agar siswa memiliki kompetensi
dalam sistem pengapian bahan bakar berbasis elektronik. Electronic Fuel Injection (EFI)
dan Electronic Spark Advance (ESA) merupakan tahapan pembelajaran tambahan pada
sistem pengapian pada kendaraan berbahan bakar bensin pada mata diklat Engine
Management System kelas XI yang diperlukan di dunia Industri. Dengan tuntasnya
mempelajari modul ini diharapkan siswa mempunyai bekal untuk bekerja di sektor industri
kendaraan ringan.
Untuk memperoleh kompetensi yang diinginkan secara utuh, siswa harus mampu
memahami dan mampu melakukan wiring dan pengecekan terhadap siste pengapian
dengan kontrol elektronik diantaranya EFI dan ESA pada kendaraan ringan. Peran guru
dan pihak-pihak terkait dalam memfasilitasi siswa sangat diperlukan untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
56
Daftar Pustaka
57
58