1 – Perkenalan 1
2 – Rem 2
2.1 – Fungsi Rem 2
2.2 – Pendukung sistem rem 2
2.3 – Cara kerja sistem rem 2
2.3.1 – Faktor mekanikal 2
2.3.2 – Faktor fisikologi 2
2.3.3 – Faktor fisik 3
2.4 – Cengkraman 6
2.4.1 – Hubungan antara slip dan cengkraman 8
2.4.2 – Cengkraman dan performance pengereman 10
2.5 – Kesimpulan 12
4 – Komponen ABS 17
4.1 – Sirkuit rem 17
4.1.1 – Unit servocontrol 17
4.1.2 – Master cylinder 17
4.1.3 – Regulator tekanan rem 17
4.1.4 – Brake fluid 18
4.1.5 – Rem teromol 18
4.1.6 – Rem disc 18
4.2 – Sistem rem Renault 19
4.2.1 – Sistem rem konvensional 19
4.2.2 – Unit pengatur tambahan 19
4.2.3 – Penggabungan sistem ABS 20
4.3 – Lokasi komponen sistem rem (Brake System) 21
4.4 – Blok diagram ABS 21
4.4 – Sensor-sensor 22
4.4.1 – Sensor roda 22
4.4.2 – Sensor posisi pedal rem 24
4.4.3 – Sensor akselerasi 24
4.4.3 – Saklar lampu rem 26
4.4.5 – Katup solenoid 27
4.4.6 – Relay-relay 28
4.4.7 – Unit pompa motor 29
4.4.8 – Pengontrol (Controller) 31
4.4.9 – Pengaturan 32
4.4.10 – Fungsi rear axle "select low" 35
4.4.11 – Distributor rem elektronik 35
1 – Perkenalan
Kendaraan modern disesuaikan dengan tenaga dan sistem pengereman yang dapat dipercaya dari
jarak pengereman yang baik bahkan pada kecepatan tinggi. Tetapi pengereman yang terbaik
didunia tidak akan mencegah reaksi kendaraan yang tidak terkontrol atau pengereman yang
dilakukan oleh pengemudi dalam kondisi mengendarai atau situasi tertentu.
Perkiraan khusus bahwa 10% kecelakaan disebabkan oleh kehilangan kendali karena roda-roda
terkunci
ABS (Anti-lock Braking System) diciptakan untuk mengurangi resiko ini, dan kendaraan
disesuaikan dengan ABS yang menggunakan kestabilan yang baik bahkan kondisi mengerem
mendadak Jadi ABS membuat pengendalian lebih aman.
Page 1
ABS
2 – Rem
Keuntungan : Kendaraan akan berhenti secepat mungkin dan pada jarak yang paling pengek.
Waktu reaksi: Adalah terdeteksi dari situasi kendaraan yang membutuhkan jarak pengereman
aktual saat menggunakan rem. Rata-rata kurang lebih 0.75 detik.
Jarak berhenti: Adalah jarak total sebelum kendaraan berhenti termasuk jarak selama waktu
yang dilakukan pengendara.
Page 2
ABS
– koefisien gesek
– potensi perlambatan (karakteristik rem kendaraan)
Jarak dalam 1detik pada kecepatan yang berbeda
60 km/jam 16.66 meter
90 km/jam 25.00 meter
130 km/jam 36.10 meter
Pengendara harus tetap menyesuiakan perubahan lalu-lintas dan kondisi jalan, dan mengikuti
aturan yang benar untuk jarak pengereman dan kecepatan yang dianjurkan pada setiap menikung.
Pengendara juga harus mematuhi peraturan.
Pengereman yang optimum juga membutuhkan kendaraan yang prima (Suspensi, rem,
pemakaian ban, tekanan angin dll.).
Jarak berhenti pada kecepatan yang berbeda (pada jalan kering dg perlambatan 6 m/s2)
135,6
175,4
101 27,1
31,3
23 219
130
110 150
km/h
170 35.4
18,7 90
70,7
70
50
14,6
Page 3
ABS
Roda terkunci
Kesimpulan:
- Kendaraan tidak stabil saat roda
mengunci.
- Kendaraan berubah arah saat melepas
rem.
Page 4
ABS
Kesimpulan:
Kendaraan tidak merespon pada steering saat roda
terkunci.
Page 5
ABS
2.4 – Cengkraman
Fw
Oli
Cengkraman adalah nama yang diberikan pada gaya (F), FA, yang melawan pergeseran beban
dari tempatnya. Cengkraman tergantung pada 2 faktor:
– Berat beban (Fw)
– Koefisien cengkram (f)
Cengkraman = berat beban koefisien cengkram
FA = Fw f
Cengkraman roda adalah nilai maksimum gaya FL atau FT yang diberikan ke roda pada titik
pertemuan dengan permukaan jalan.
Koefisien cengkram tergantung pada 2 hal; kondisi pertemuan, dan slip antara dua benda.
Page 6
ABS
Catatan:
Koefisien cengkram = koefisien gesek
Page 7
ABS
v v
M M
V V
v=V v<V
V v
Catatan: Slip =
V
dimana:
V = Kecepatan kendaraan
v = Kecepatan roda
130 110
Contoh: x 100 = 15% slip
130
Page 8
ABS
Grafik menunjukan cengkraman samping dan membentang dengan slip.
Zona kontrol
Longitudinal grip
(braking power)
Grip Coefficient
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Freewheeling Wheel lock
Slip
berhubungan slip100%.
Slip dan cengkraman berhubungan: memastikan jumlah slip yang dibutuhkan untuk
mendapatkan cengkraman yang baik antara ban dengan permukaan jalan dan kasus ini
disebabkan oleh pemakaian ban.
Dari kurva diatas, terlihat bahwa slip bertambah saat roda terkunci, cengkraman membentang
berkurang drastis dan dan cengkraman samping berkurang perlahan. Periksa keseluruhan
kendaraan, roda belakang terkunci menyebabkan kehilangan kendali, dengan resiko kendaraan
berputar balik.
Juga terlihat sekitar 20 % dari hasil kerja sama antara stabilitas dan kenyamanan kendali
pengereman.
Page 9
ABS
0.9
Jalan beton kering
0.8
0.7
Koefisien Cengkraman
0.5
0.4
0.3
Hujan salju turun
0.2
0.1 Es
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Slip
Kurva cengkraman/slip diakibatkan oleh beberapa sebab (permukaan jalan, kondisi cuaca, tipe
ban dll.), dengan dasar sudut yang sama.
Catatan: Pertambahan slip dari nol, gaya pengereman bertambah secara bertahap ke atas nilai
slip 8 % to 20 %, kemudian pengurangan slip100%, berhubungan untuk mengunci roda. Pada
pengurangan gaya pengereman, jarak berhenti bertambah panjang.
Page 10
ABS
Gravitasi adalah nama yang diberikan untuk hasil aselerasi yang digunakan pada beban yang
diletakan pada permukaan bumi. Dan gaya tarik berikutnya. Berat beban sesuai pada besarannya
dan berhubungan dengan gaya gerak gravitasi secara vertikal melalui pusatnya.
W = m.g
Page 11
ABS
2.5 – Kesimpulan
Jika roda terkunci pada kondisi pengereman mendadak, cengkraman dengan jalan hilang. grip.
Kasus uni langsung mengurangi stabilitas dan pengendalian, dan jarak berhenti terlalu dekat.
Pengereman yang maksimal didapat dari cengkraman ban. Dan cengkraman tertinggi, jarak
pengereman terdekat.
Page 12
ABS
3.1 – Tujuan
ABS mencoba memastikan bahwa pengendara menguasai kendaraan pada kondisi pengereman
yang mendadak.
3.2 – Fungsi
ABS bekerja dengan mencegah roda-roda terkunci.
Page 13
ABS
1940 Tes dilakukan untuk menentukan ketetapan dan inersia pada perlengkapan pengatur
mekanikal.
Page 14
ABS
Page 15
ABS
Diagonal
X Setiap sirkuit mengerem satu roda pada axle depan dan
secara diagonal roda lainya pada axle belakang.
Page 16
ABS
4 – Komponen ABS
Catatan: Untuk menghilangkan total kesalahan pengereman, sirkuit bebas rem ditetapkan pada
French cars sejak 1976. Solusi ini biasanya diterapkan menggunakan 2 tingkat kontrol tekanan.
(dengan sebuah tandem master cylinder) dalam tabung terpisah.
Page 17
ABS
Titik didih brake fluid dengan kandungan air, setelah dua tahun
300
250
Boiling point
200
150
100
0 1 2 3 4 5
Page 18
ABS
Wheels
Hydraulic
Wheels
unit
Pengaturan meliputi pengalihan aliran minyak dari roda lock-prone kembali ke aliran master
silinder (sirkuit tertutup).
Page 19
ABS
Rear
2 – Sistem penggabungan modular
Master cylinder konvensional diganti dengan distributor ganda (Unit tenaga rem), yang
memberitahukan rem depan dan belakang dengan minyak bertekanan yang disuplai oleh unit
pompa.
Selama waktu antiskid, tekanan diatur oleh 6 katup selenoid.
Contoh: Sistem Bendix antiskid pada R19.
Pump unit
Lihat halaman 38 untuk daftar sistem ABS yang digunakan pada Renault
Page 20
ABS
Page 21
ABS
4.4 – Sensor
4.4.1 – Sensor roda
Sensor roda menentukan kecepatan roda dengan mendeteksi posisi dari magnet yang ditempelkan
pada bearing gasket. ("phonic wheel" klasik). Ada dua tipe sensor utama: Sensor aktif
menggunakan Hall-effect teknologi, dan Sensor pasif menggunakan teknologi magneto-resistive.
Page 22
ABS
4.4.1.1.4 – Keuntungan sensor dua lubang dari sensor satu lubang.
– Kepekaan lebih rendah pada variasi lebar celah.
– Kepekaan lebih rendah pada variasi posisi target.
– Kepekaan lebih rendah pada variasi jarak gigi.
– Meredam sinyal frequensi rendah.
– Sinyal yang tinggi/karakteristik celah.
– Magnetik dapat disaring tanpa sinyal yang hilang.
– Kepekaan lebih rendah terhadap gangguan luar magnetik.
– Rancangan kompak (dengan magnet pada pusat koil).
Seperti sensor saat ini, sensor aktif berhubungan dengan pengontrol lewat dua kabel, dan oleh
karena itu menggunakan konektor yang sama. Tetapi tidak seperti saat ini, sensor-sensor tersebut
membutuhkan 12V power suplai.
Sensor seperti ini menggunakan target magnetik yang digabungkan dalam bearing. (SNR patent),
yang tidak memerlukan roda gigi. Dan deteksi dilakukan secara elektronik, sensor aktif lebih
sedikit tempat dari sensor pasif.
Dalam penambahan, data kecepatan disuplai dengan sensor ABS bearing berkualitas baik yang
dapat digunakan untuk aplikasi lain. (dengan transmisi, mesin dan putaran. tempat pengontrol,
sebagai contoh) dalam penambahan untuk ABS dan antislip.
Lihat lembar workshop test pada halaman 44.
Page 23
ABS
4.4.2.2 – Tujuan
Sensor posisi pedal rem menentukan penahan cut-in dan cut-out untuk unit pompa motor selama
proses pengaturan. Secara khusus, tidak dapat diatur jika pedal rem ditekan penuh.
4.4.2.3 – Pengoperasian
Sensor posisi pedal rem terdiri dari elemen penahan yang merubah tahanan dengan posisi pedal
rem. Pengontrol menentukan posisi pedal rem dengan mengukur tegangan yang turun melalui
variabel resistor ketika diterapkan dengan tegangan DC.
1. Poros peluncur
2. Sikat
3. Alur penahan
4. Pegas
5. Penghubung
Page 24
ABS
4.4.3.2 – Gambaran
Sensor akselerasi mengirimkan sensor yang berhubungan pada dua penahan: perlambatan
pengereman dan penambahan akselerasi. Terbuat dari dua saklar, yang (dengan bantalan yang
benar) sirkuit tetap tertutup selama akselerasi rendah dan pengurangan akselerasi, lalu terbuka
saat akselerasi atau perlambatan melebihi penahan.
4.4.3.2 – Pengoperasian
Sensor akselerasi membedakan antara posisi akselerasi dan perlambatan yang sangat efektif
membedakan antara kondisi rendah, menengah dan tinggi.
Pengontrol membedakan antara kondisi cengkraman menengah dan tinggi dari roda pengulangan
akselerasi mempengaruhi perubahan tekanan. Posisi saklar kontak tergantung pada keadaan
kendaraan akselerasi atau perlambatan.
Page 25
ABS
2 Pompa motor
3 Regulasi katup selenoid
6 Pengontrol
7 Ruang relay
A Tabung dari unit regulasi ke roda
B Tabung inlet master-silinder (sirkuit sekunder)
C Tabung inlet master-silinder (sirkuit primer)
D Tangki pengembali
Page 26
ABS
..........
..........
. .
..........
+
-
Return Slave
cylinder
........
... ...
..........
+
-
.... .... +
-
Slave
silinder
Page 27
ABS
4.4.5.3 – Tujuan
Katup selenoid beroperasi secara terpisah atau serempak untuk mengatur tekanan minyak dalam
sirkuit sistem pengereman.
4.4.5.4 – Pengoperasian
Selenoid terbuat dari elektromagnet yang bekerja memindahkan inti untuk membuka dan menutup
sirkuit hidrolik. Pada posisi tidak ada arus, posisi tertahan oleh kombinasi gerakan dari pegas
dalam dan tekanan hidrolik. Semua katup inlet dan outlet dilindungi oleh filter.
Katup inlet termasuk katup pengembali jadi tekanan dalam sirkuit rem dapat bebas setiap saat,
Tanpa memperhatikan status elektrikal dari selenoid (selama pengaturan ABS). Katup terbuka
ketika tekanan master-silinder lebih rendah dari tekanan slave-cylinder.
4.4.6 – Relay-relay
Katup selenoid diberi arus lewat relay.
Lihat workshop test halaman 46.
Page 28
ABS
Pompa
Tangki
Silinder Selinder
Pembantu Pembantu
Contoh 1 Contoh 2
4.4.7.1 – Tujuan
Saat tekanan dibebaskan selama tahap pengaturan, pompa mengembalikan minyak ke master
cylinder (contoh 1). Kemudian saat tekanan naik, pompa menarik minyak dari tangki untuk
dimasukan ke selinder pembantu.
Gerakan terlihat pada pedal rem, dan mencegah pedal dari hentakkan.
4.4.7.2 – Pengoperasian
Poros elektrik motor adalah penggerak pusat yang memindahkan gerak putar kedalam gerakan
membalik, dengan melawan dua piston.
Page 29
ABS
Contoh: Sistem ITT mark IV pada Laguna
1 Master silinder
2 Katup selenoid inlet
3 Katup solenoid outlet
4 Pompa
5 Tangki
6 Motor
7 Efektor rem
Page 30
ABS
4.4.8 – Controller
4.4.8.1 – Tujuan
Controller melakukan fungsi berikut:
– Melakukan regulasi ABS.
– Memonitor sistem komponen elektrikal.
– Memeori sistem kesalahan.
4.4.8.2 – Pengoperasian
Data diukur oleh sensor secara elektrikal dipindahkan untuk proses paralel oleh dua
microprocessors. Proses output sinyal mengontrol katup selenoid dan pompa motor.
Controller menhitung keterangan kecepatan kendaraan dari roda perlambatan /akselerasi data
yang disuplai oleh sensor roda, dan menggunakan informasi ini untuk menentukan slip.
4.4.8.3 – Keamanan
Untuk melindungi kesalahan, Pengontrol menerapkan kelebihan secara simetris, dengan dua
mikroprosesor yang memproses data yang sama (data kecepatan roda, keterangan hitungan
kecepatan , fungsi hitungan perlambatan). Setiap mikroprosesor diprogram dengan hitungan
yang sesuai. Jika sistem dua paralel menghasilkan hasil yang berbeda, ini menandakan ada
kesalahan pada sistem, dan Pengontrol menerapkan strategi model-darurat. Pengemudi
diingatkan pada kondisi kesalahan oleh indikator dashboard, dan data kesalahan juga diterima
pada alat diagnostik.
Keseluruhan sistem —sensor, elektrikal menghubungi dan katup solenoid dimonitor secara
permanen.
4.4.8.4 – Test-sendiri
Pengontrol memindahkan sebuah automatic test untuk meyakinkan sensor roda yang bekerja.
Page 31
ABS
4.4.9 – Pengaturan
Perbandingan sinyal
Strategi regulasi
Perintah regulasi
Pengoperasian
sirkuit hidrolik
Perubahan kec.
Page 32
ABS
Tipe kurva pengaturan
Page 33
ABS
Catatan:
– Penambahan gaya pengereman, membedakan antara kecepatan kendaraan dan kecepatan roda:
slip = 0% saat roda bebas; slip = 100% saat roda terkunci.
– Menyesuaikan antara jarak pengereman, kestabilan dan gaya pengereman yang optimum pada
nilai slip dari 10% sampai 30%, tergantung pada keadaan permukaan jalan dan ban.
Page 34
ABS
Page 35
ABS
Tambahan
TABEL SISTEM ABS YANG DIGUNAKAN PADA KENDARAAN RENAULT ........... 38
SENSOR AKSELERASI MEMANJANG DAN MENYAMPING ....................................... 39
SISTEM KONTROL ENGINE SPEED .................................................................................. 40
PLUNGER PISTON ................................................................................................................. 41
Page 36
ABS
TIPE ABS KENDARAAN Ka- SIRKUIT EBD SENSOR PENGONTROL DIAG. XR25 DOKUMENTASI
Tup ELEKTRONIK
R25 4 X TDK 4 TERPISAH MS 1048 TIDAK MR 249 n°3
2S ESPACE 4 X TDK 5* 4** TERPISAH MS 1048 TIDAK MR 299 n°3
ALPINE 3 II TDK 5 TERPISAH MS 1048 TIDAK NT 1299B
SAFRANE 44 4 X TDK 5 TERPISAH MS 1048 YA NT 1790
CLIO 3 X TDK 4 PERUSAHAAN ELE 1286 YA NT 1671
BOSCH 2E SAFRANE 42 3 X TDK 4 PERUSAHAAN ELE 1286 YA MR 302/NT2601
R19 3 X TDK 4 PERUSAHAAN ELE 1286 YA NT 1967
5.0 ESPACE 8 X YA 4 MENYATU TIDAK YA MR 315
SAFRANE II 8 X YA 4 MENYATU TIDAK YA NT 2472
5.3 KANGOO 8 X TDK 4 MENYATU TIDAK YA MR 325
CLIO II (X65) 8 X YA 4 MENYATU TIDAK YA MR 337
BENDIX R19 6 X TDK 4 TERPISAH MS 1048 YA NT 1709
INTEGRAL R21 42 6 Y TDK 4 TERPISAH MS 1048 TIDAK MR 291 n°3
R21 44 6 Y TDK 5 TERPISAH F. LIGHT MR 291 n°3
ITT MARK IV LAGUNA 8 X TDK 4 PERUSAHAAN ELE 1310 YA MR 307/NT2285 (purge)
(TEVES) MARK IV G TWINGO 4 X TDK 3 TERPISAH TIDAK YA NT 2175
MARK IV Gi MEGANE 8 X TDK 4 PERUSAHAAN TIDAK YA MR 312
MARK 20 i LAGUNA 8 X YA 4 MENYATU TIDAK YA NT 2740
MASTER II (X70) 8 IH TDK 4 MENYATU TIDAK YA MR 323
MEMBERSIHKAN PENGOPERASIAN HARUS LENGKAP DENGAN CATATAN TEKNIK ATAU REPAIR MANUAL
EBD: Distribusi pengereman elektronik
dari pabrik: dapat diganti pengontrol
menyatu: tidak dapat diganti
*=44 ** = 4 2
1 Ground
2 Tegangan output
3 Power suplai (5V)
Catatan:
– Pegang dengan hati-hati: sangat mudah rusak oleh guncangan.
– Hati-hati untuk tidak membalikkan polaritas, sebab sensor ini tidak ada pelindung polaritas.
– Sensor kerusakan harus diganti; karena
tidak dapat diperbaiki.
Pengoperasian M
Untuk menginformasikan pengontrol pada
akselerasi memanjang kendaraan (dan
perlambatan), sensor akselerasi ini membuat
sinyal tegangan yang sesuai dengan ruang N
dari berat penahan sebelum magnet S
permanen. Kemudian sinyal disusun oleh 5 V power supply Output signal
tahap proses elektronik.
Jika kendaraan mempunyai ABS dengan timing torsi, ada perbedaan saat membelok. Gaya
pengereman pada bagian luar roda meningkat, selama sistem regulasi memberikan tekanan minyak
ke roda selinder secara bertahap. Sejak bagian luar roda disebut under-braked, gaya pengendalian
samping naik ke level tinggi. Torsi pada pusat gravitasi merubah arah dan pengendalian kendaraan.
Untuk mencegah kejadian dan menjaga pengereman yang optimal dan keadaan kendaraan, sensor
akselerasi samping mengeluarkan sinyal untuk membatalkan waktu penundaan dan mengurangi
cengkraman kekuatan roda depan jika akselerasi samping menentukan gerakan
penahan.Pencegahan ini diluar pengendalian pada saat menikung cepat.
Selama tahap ini, plunger piston tidak beroperasi(katup selenoid belakang dalam posisi 1). Tetapi
jika axle belakang kestabilannya terdeteksi (roda kiri atau kanan), dapat beroperasi dalam satu atau
dua arah, sebagai yang telah ditunjukan pada dua halaman berikut.
Tekanan tetap
Dengan menempatkan tekanan pada chamber B dan selinder pembantu belakang AR1: tekanan di
A memindahkan plunger piston ke kiri. Katup1 tertutup.
Tuas piston bersambung sampai tekanan B dan C seimbang.
Kemudian mempunyai tempat dan tekanan yang sesuai dalam kedua selinder belakang (dibawah
batas gesek).
Tekanan menurun
Pompa dibebaskan beberapa tekanan dari ruang B dan AR1 selinder roda belakang, dengan memberi
pembebasan tekanan pada master cylinder.
Tekanan menurun pada B memberikan plunger piston pindah ke kiri.
Katup 1 tetap tertutup.
Pada ruang C penambahan volume, tekanan menurun pada selinder roda belakang AR2.
SENSOR RODA
Kendaraan: Tahun:
ABS:
Sensor:
Kanan
depan
Kiri
belakang
Kanan
belakang
SINYAL WAVEFORM
SENSOR PEDAL
Kendaraan: Tahun:
ABS:
Sensor:
TAHANAN
Channel Membaca Nilai MR
Kaki
diatas
Kaki
dibawah
SENSOR AKSELERASI
Kendaraan: Tahun:
ABS:
Sensor:
TAHANAN
Channel Membaca Nilai MR
KATUP SOLENOID
Kendaraan: Tahun:
ABS:
COIL
Kiri
depan
Kanan
depan
Kiri
belakang
Kanan
belakang
Kanan
depan
Kiri
belakang
Kanan
belakang
Relay
POMPA MOTOR
Kendaraan: Tahun:
ABS:
Tahanan Supply
Channel Membaca Nilai MR tegangan
COIL
SENSOR
RELAY