Teknik
Otomotif
Mutakhir
Sistem Keselamatan Pada
Kendaraan (Safety System)
Abstrak Sub-CPMK
Sistem keselamatan yang pada kendaraan terdiri dari sistem keselamatan pasif (passive
safety) dan sistem keselamatan aktif (active safety). Yang dimaksud sistem keselamatan
pasif adalah suatu sistem yang berfungsi untuk meminimalkan resiko cedera serius pada
pengemudi maupun penumpang saat terjadi kecelakaan. Contoh sistem keselamatan pasif
seperti sabuk pengaman (seat belt), kantong udara (airbag), dan sebagainya. Sedangkan
yang dimaksud sistem keselamatan aktif adalah suatu sistem yang berfungsi untuk
membantu pengemudi meminimalkan terjadinya resiko tabrakan. Sistem keselamatan aktif
merupakan piranti elektronik yang mampu mendeteksi kondisi aman dan kondisi tidak aman
(berpotensi terjadi kecelakaan). Contoh keselamatan aktif seperti kendali rem (Anti-lock
breaking system-ABS) berfungsi mendeteksi kemungkinan penguncian roda saat terjadi
pengereman mendadak, kendali traksi (traction control system-TCS) berfungsi untuk
pengendalian tenaga penggerak, dan electronic control system (ECS) berfungsi untuk
meningkatkan stabilitas kendaraan saat berjalan.
Teknologi keselamatan aktif dapat mencegah terjadinya kecelakaan sama sekali atau
setidaknya secara aktif membantu pengemudi untuk mengurangi dampak situasi darurat.
Untuk itu berbagai sistem keselamatan dapat terus memantau kinerja dan lingkungan
kendaraan. Sistem keselamatan aktif memberi pengemudi lebih banyak kendali dalam
situasi berbahaya dengan kata lain sistem keselamatan aktif dapat menghindari atau
mengurangi pra-benturan kecelakaan, maka sistem keselamatan tersebut juga dikenal
sebagai fitur keselamatan 'utama'.
Teknologi sistem keselamatan active yang disematkan oleh pabrikan mobil ke unit
kendaraan tidak semuanya terpasang karena tergantung dari harga kendaraan serta pilihan
dari pembeli. Sistem keselamatan aktif yang umumnya terpasang pada unit kendaraan
adalah:
ABS (Antiock Brake System)
VSC (Vehicle Stability Control)
TRC (Traction Control) System
LKA (Lane Keeping Assist)
AEB (Automatic Emergency Braking)
BSM (Blind Spot Monitoring)
TPMS (Tyre Pressure Monitoring System)
ACCS (Adaptive Cruise Control System)
Sistem keselamatan pasif adalah suatu sistem yang dapat membantu untuk melindungi
penumpang kendaraan dari cedera lebih lanjut saat terjadi kecelakaan. Fungsi utama fitur
keselamatan pasif adalah menjaga pengemudi dan penumpang tetap terlindungi di dalam
kendaraan dari berbagai kekuatan tabrakan. Ruang hidup adalah kawasan lindung di
sekitar penumpang kendaraan di mana peluang untuk selamat dari kecelakaan lebih
banyak dengan cedera minimal. Fitur keselamatan pasif bekerja untuk memastikan ruang
hidup (life space) tetap aman dan penumpang kendaraan tetap berada di ruang ini selama
kecelakaan. Crumple Zones membantu menyerap dan mendistribusikan gaya tabrakan
sebelum mencapai kursi penumpang dan pengemudi. Begitu pula dengan sabuk
pengaman, kantung udara, dan sandaran kepala membantu pengemudi dan penumpang
tetap diam di dalam ruang hidup kendaraan.
Sistem keselamatan aktif yang umumnya terpasang pada unit kendaraan adalah:
Berikut adalah penjelasan fitur-fitur sistem keselamatan aktif yang disematkan oleh
pabrikan mobil pada produk kendaraan mereka.
Untuk mencegah roda terkunci dan kehilangan kemampuan memutar roda kemudi selama
pengereman darurat, menekan dan melepas rem berulang kali adalah cara yang efektif.
Namun, tidak ada waktu untuk melakukan ini selama pengereman darurat. ABS
menggunakan komputer untuk mengetahui kondisi putaran keempat roda saat pengereman
Gaya pengereman tidak sebanding dengan rasio selip dan maksimum rasio selip
adalah antara 10 dan 30%. Di atas 30% gaya pengereman secara bertahap menurun, maka
perlu mempertahankan tingkat gaya pengereman maksimum dengan rasio selip kisaran 10
hingga 30%. Selain itu, gaya menikung juga perlu dijaga pada level tinggi untuk menjaga
stabilitas arah. Untuk melakukan ini, ABS dirancang untuk memaksimalkan kinerja rem
dengan memanfaatkan rasio selip 10-30% terlepas dari kondisi jalan, sekaligus menjaga
gaya menikung setinggi mungkin untuk menjaga stabilitas arah.
Sistem ABS terdiri dari bagian-bagian yaitu skid control ECU, brake actuator, speed sensor,
combination meter, stop light switch, deceleration sensor (some model only).
Berdasarkan sinyal dari sensor kecepatan, Skid Control ECU (ABS ECU) mendeteksi
kecepatan rotasi roda serta kecepatan kendaraan. Selama pengereman, meskipun
kecepatan putar roda turun, jumlah perlambatan akan bervariasi tergantung pada
kecepatan kendaraan saat pengereman dan kondisi permukaan jalan, seperti aspal kering,
permukaan basah atau licin, dll. Dengan kata lain, ECU menilai jumlah selip antara roda
dan permukaan jalan dari perubahan kecepatan rotasi roda selama pengereman, dan
mengontrol katup solenoid dari aktuator rem dalam 3 mode berikut: pengurangan tekanan
(pressure reduction), penahan tekanan (pressure holding), dan mode peningkatan tekanan
(pressure increase) untuk mengontrol kecepatan roda secara optimal.
Aktuator rem terdiri dari katup solenoid penahan tekanan, katup solenoid pengurang
tekanan, pompa, motor, dan reservoir. Ketika aktuator rem menerima sinyal dari Skid
Control ECU, solenoid dihidupkan atau dimatikan dan tekanan hidrolik silinder roda
dinaikkan, diturunkan, atau ditahan untuk mengoptimalkan laju selip pada setiap roda.
Selain itu, rangkaian hidrolik diubah untuk memenuhi kebutuhan setiap jenis kontrol.
Rangkaian hidrolik pada ABS untuk kendaraan FF dibagi menjadi sistem roda kanan
depan dan sistem roda kiri belakang serta sistem roda kiri depan dan roda kanan belakang
seperti yang ditunjukkan pada diagram. Penjelasan selanjutnya hanya diberikan untuk
pengoperasian salah satu sistem ini, tetapi sistem lainnya beroperasi dengan cara yang
sama.
Selama pengereman normal, sinyal kontrol dari Skid Control ECU tidak diinput. Untuk
alasan ini, katup solenoid penahan tekanan dan pengurang tekanan dimatikan, lubang (a)
pada sisi solenoid penahan tekanan dibuka, dan lubang (b) pada sisi solenoid pengurang
Nama Mata Kuliah dari
2023
8 Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
tekanan ditutup. Saat pedal rem ditekan, minyak rem dari master silinder mengalir melalui
lubang (a) pada sisi solenoid penahan dan langsung disalurkan ke silinder roda. Pada saat
ini, pengoperasian check valve (2) mencegah minyak rem disalurkan ke sisi pompa.
Sinyal kontrol dari Skid Control ECU menghidupkan solenoid penahan tekanan dan
solenoid reduksi dengan menutup port (a) pada solenoid penahan tekanan, dan
membuka port (b) di sisi solenoid penurun tekanan. Ini menyalurkan minyak rem melalui
port (b) ke reservoir untuk mengurangi tekanan hidrolik pada silinder roda. Pada saat
ini, port (e) ditutup dengan baik oleh recevoir. Pompa terus bekerja saat ABS
beroperasi, sehingga minyak rem yang masuk ke reservoir ditarik oleh pompa dan
kembali ke master silinder.
Sinyal kontrol dari Skid Control ECU menyalakan solenoid penahan tekanan dan
mematikan solenoid pengurang tekanan dengan mematikan port (a) dan port (b). Ini
mematikan tekanan hidrolik silinder roda dari sisi master silinder dan reservoir untuk
menjaga tekanan hidrolik silinder roda tetap konstan.
Sinyal kontrol dari Skid Control ECU mematikan (turn off) pressure holding dan
reduction solenoida dengan membuka port (a) di sisi pressure holding solenoid dan
menutup port (b) di sisi pressure reduction solenoid sama seperti saat pengereman
normal. Hal ini menyebabkan tekanan hidrolik dari master silinder bekerja pada silinder
roda sehingga menyebabkan tekanan hidrolik silinder roda meningkat.
ABS adalah sistem yang dirancang untuk memberikan dan mempertahankan traksi dan
kontrol kemudi sebaik mungkin selama peristiwa pengereman ekstrim. Selama peristiwa
terjadi potensial penguncian roda maka ABS ECU menggunakan informasi yang diberikan
oleh speed sensor roda yang mengirimkan sinyal ke katup aktuator yang sesuai, untuk
menahan, menerapkan atau melepaskan rem sesuai kebutuhan sehingga ABS bekerja
secara otomatis saat pengemudi menginjak pedal rem secara mendadak/darurat.
Sistem pendeteksian kecepatan roda terdiri dari roda gigi yang dipasang pada hub
atau rotor masing-masing roda dan speed sensor dipasang dengan ujungnya dekat dengan
roda gigi (jarak ujung speed sensor dengan gigi disebut air gap). Sensor terus mengirim
informasi kecepatan roda ke ECU.
Jenis speed sensor yang digunakan pada sistem ABS adalah sebagai berikut:
Tipe ini berdasarkan pada hall effect dan membutuhkan sumber daya listrik untuk dapat
mengeluarkan sinyal kecepatan ke ABS ECU.
Gambar 9.16 Active ABS Speed Sensor Tipe Hall with Magnetic Coding
Autofren
Gambar 9.18 Active ABS Speed Sensor Tipe Hall Magnet Permanen
Autofren
d. Combination Meter
Ada lampu peringatan di dasbor (combination meter) yang akan menyala jika ada masalah
dengan ABS. Ini adalah lampu yang perlu diperhatikan dengan serius karena merupakan
tanda peringatan dini bahwa ABS ada masalah dan perlu diperiksa. Ada juga lampu sistem
rem yang akan menyala jika terjadi masalah pada sistem pengereman. Ini memberi tahu
pengemudi bahwa sudah waktunya untuk dilakukan analisa kerusakan sistem dan
pebaikan atau penggantian komponen ABS yang malfungsi.
Switch pada pedal rem mendeteksi bahwa pedal rem telah ditekan dan mengirimkan sinyal
ke Skid Control ECU (ABS ECU). ABS menggunakan sinyal Switch lampu rem. Namun,
meskipun sinyal switch lampu rem tidak masuk karena switch lampu rem malfungsi, kontrol
ABS dilakukan saat roda terkunci. Dalam hal ini, kontrol dimulai setelah tingkat selip
menjadi tinggi (roda cenderung terkunci) dari pada saat switch lampu rem berfungsi normal.
Sensor ini mendeteksi perlambatan kendaraan. Sinyal sensor digunakan dalam kontrol
ABS. Jika sensor berfungsi tidak normal, lampu peringatan ABS akan menyala.
Deceleration sensor mendeteksi tingkat perlambatan kendaraan dan mengirimkan sinyal
ke skid control ECU menilai kondisi permukaan jalan yang tepat dalam menggunakan sinyal
ini dan mengambil tindakan pengendalian yang tepat.
EBD merupakan sistem elektronik pengereman yang disematkan pada system ABS. Selain
fungsi ABS konvensional, gaya pengereman yang sesuai dengan kondisi kendaraan
didistribusikan di antara roda depan dan belakang serta roda kiri dan kanan menggunakan
unit kontrol hidrolik rem ABS. Kontrol EBD memanffatkan sistem pengereman ABS,
membantu mewujudkan distribusi gaya rem yang tepat antara roda depan dan belakang
sesuai dengan kondisi berkendara. Selain itu, saat pengereman menikung, EBD juga
mengontrol gaya rem roda kanan dan kiri, membantu menjaga stabilitas kendaraan.
Jika rem diterapkan saat kendaraan bergerak lurus ke depan, mengurangi pemindahan
beban dari beban yang diterapkan ke roda belakang. Skid Control ECU menentukan kondisi
ini melalui sinyal dari sensor kecepatan, dan mengontrol aktuator ABS untuk secara optimal
mengontrol distribusi gaya rem ke roda belakang. Misalnya, jumlah beban yang diberikan
Saat rem diaktifkan dakam keadaan kendaraan menikung, beban yang diterapkan pada
roda bagian dalam berkurang. Skid Control ECU menentukan kondisi ini melalui sinyal dari
sensor kecepatan, dan mengontrol aktuator ABS untuk mengontrol secara optimal distribusi
gaya rem ke roda dalam.
Gambar 9.26 Distribusi Gaya Pengereman Pada Roda Kanan/Kiri Saat Menikung
Toyota Education for Automotive Mastery (TEAM 21)
BA adalah sistem yang membantu pengoperasian rem saat pengemudi tidak dapat
memberikan tenaga penekanan yang cukup pada pedal rem. Tekanan tiba-tiba yang
diterapkan pada pedal rem dianggap sebagai penghentian darurat dan tenaga pengereman
yang lebih besar dihasilkan oleh sistem BA secara otomatis.
Terkadang orang yang tidak terbiasa mengemudi atau orang yang mudah panik meskipun
sudah terbiasa mengemudi tidak menginjak pedal rem cukup keras saat pengereman
darurat untuk mewujudkan kinerja penuh sistem rem. BA adalah sistem yang menggunakan
sensor tekanan di dalam aktuator ABS untuk mendeteksi kecepatan penekanan pedal dan
besarnya gaya saat pedal rem ditekan agar komputer dapat memperkirakan keinginan
pengereman darurat pengemudi sehingga meningkatkan gaya pengereman untuk
berkontribusi dalam mencapai performa maksimal dari sistem pengereman. BA ini juga
dilengkapi pengaturan waktu bantuan dan jumlah bantuan untuk membuat pengereman
terasa sealami mungkin dengan menyesuaikan jumlah bantuan yang diperlukan seperti
yang ditunjukkan pada gambar grafik di bawah ini.
Ketika Skid Control ECU menentukan bahwa pengemudi melakukan pengereman darurat,
katup solenoid pengalih BA dihidupkan, jalur dibuat antara master silinder dan reservoir,
dan cairan dikirim ke pompa. Cairan ini ditarik oleh pompa dan dikirim ke silinder roda.
Relief valve 4 terbuka untuk memastikan bahwa tekanan silinder roda tidak melebihi
tekanan master silinder lebih dari jumlah yang ditetapkan untuk mempertahankan
perbedaan tekanan.
Kadang-kadang ketika pedal gas ditekan terlalu banyak saat memulai atau berakselerasi di
permukaan yang licin, dll., Torsi berlebihan yang dihasilkan mesin dan transmisi
menyebabkan roda penggerak selip sehingga menyebabkan kendaraan kehilangan
kemampuan start-off/akselerasi dan kontrol kemudi. Kontrol tekanan hidrolik rem pada roda
penggerak dan kontrol keluaran mesin melalui kontrol pemutus bahan bakar (fuel cut-off)
menurunkan tenaga penggerak saat pedal akselerator ditekan. Dengan demikian TRC
memastikan kemampuan start-off/akselerasi kendaraan dan kontrol kemudi dengan baik.
Tekanan hidrolik yang dihasilkan oleh pompa diatur oleh master cylinder cut solenoid valve
ke tekanan yang dibutuhkan. Dengan demikian, silinder roda penggerak dikontrol dalam 3
mode yaitu: mode pengurangan tekanan (pressure reduction), penahan tekanan (pressure
holding), dan peningkatan tekanan (pressure increase), untuk menahan selip roda
penggerak. Seperti yang ditunjukkan pada grafik bawah, ketika kecepatan roda penggerak
mulai melampaui control kecepatan start, tekanan hidrolik rem dinaikkan dan jumlah fuel
cut-off ke silinder dinaikkan. Oleh karena itu, ini mengurangi kecepatan roda penggerak.
Saat akselerator ditekan, tekanan hidrolik untuk setiap silinder roda dikontrol untuk
mengontrol selip roda penggerak. Pada model dengan fungsi precharge maka katup
solenoid precharge juga beroperasi menggunakan tekanan hidrolik dari master silinder.
Katup solenoida linier digunakan untuk master cylinder cut solenoid valve. Tekanan hidrolik
dikontrol secara linear untuk memuluskan fluktuasi tekanan hidrolik dengan menyesuaikan
jumlah arus yang mengalir di solenoid valve seperti yang dikendalikan oleh ECU.
Sementara ABS dan TRC terutama digunakan untuk menstabilkan pengoperasian rem dan
pengoperasian akselerator selama pengereman dan akselerasi, Sedangkan VSC
memastikan “stabilitas kemudi dan arah” kendaraan. Sistem ini mendeteksi kemudi
mendadak dan selip ke samping pada permukaan yang licin dan kemudian memberikan
Nama Mata Kuliah dari
2023 2 Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
4 http://pbael.mercubuana.ac.id/
kontrol pengereman yang optimal untuk setiap roda dan mengatur tenaga mesin untuk
mengurangi selip roda depan dan selip roda belakang. Metode kontrol rem (roda yang
dikendalikan) untuk berbagai roda berbeda tergantung modelnya (FF, FR).
VSC, melalui katup solenoid, mengontrol tekanan hidrolik yang dihasilkan oleh pompa dan
menerapkannya ke silinder roda rem setiap roda dalam 3 mode yaitu: mode pengurangan
tekanan (pressure reduction), penahanan tekanan (pressure holding), dan peningkatan
tekanan (pressure increase). Hasilnya adalah kecenderungan menahan roda depan terjadi
selip atau menahan roda belakang terjadi selip.
VSC mengontrol tekanan hidrolik rem dengan mengontrol transmisi ke setiap silinder roda
dari tekanan hidrolik yang dihasilkan oleh pompa di dalam aktuator rem untuk mengontrol
selip roda depan atau selip roda belakang. Pada model dengan fungsi precharge, katup
solenoid precharge juga beroperasi menggunakan tekanan hidrolik dari master silinder.
Saat berbelok ke kanan, kontrol pencegahan selip roda depan mengoperasikan rem pada
roda depan kanan dan kiri serta rem roda belakang bagian dalam. Metode kontrol rem (roda
yang dikendalikan) untuk berbagai roda berbeda tergantung modelnya (FF, FR).
Saat berbelok ke kanan, kontrol pencegahan selip pada roda belakang mengoperasikan
rem roda depan bagian luar jika perlu juga roda belakang bagian luar. Metode kontrol rem
(roda yang dikendalikan) untuk berbagai roda berbeda tergantung modelnya (FF, FR).
Lane Keeping Assist System adalah sistem keselamatan aktif canggih, yang menggunakan
kamera tampak depan untuk mendeteksi garis jalur dan membedakan penyimpangan
lateral. Sistem ini akan memberi peringatan kepada pengemudi ketika tidak disengaja
keluar dari jalur mengemudi, dan kemudian secara aktif mengarahkan kendaraan kembali
ke jalur mengemudi. Autonomous kendaraan secara fundamental mengubah konsep
transportasi otomotif. Kendaraan autonomous adalah kendaraan yang mampu mendeteksi
dan menavigasi lingkungan tanpa input langsung dari pengemudi. Selama dekade terakhir,
kendaraan yang sepenuhnya autonomous telah menjadi lebih tersebar luas, termasuk
prototipe awal di awal 2010-an seperti Google dan mobil self-driving Toyota, hingga
perkembangan yang lebih baru sebagai contoh sistem Autopilot Tesla.
Lane Keeping Assist System merupakan sistem teknologi yang akan memberikan
peringatan kepada para pengemudi saat kendaraannya melenceng dari jalur. Ketika sistem
LKA sudah di aktifkan, maka akan memberikan peringatan yang bisa membantu keamanan
mobil. Lane Keeping Assist System memiliki bentuk peringatan yang bervariasi yaitu ada
yang memakai tanda lampu di bagian dasbor, notifikasi, getaran sampai dengan suara
alarm. Bukan cuma itu, sudah ada teknologi Lane Keeping Assist yang sudah mampu
melakukan koreksi pada setir kemudi.
Secara umum, setiap produsen mobil pasti mengeluarkan sistem kerja Lane Keeping Assist
yang berbeda-beda. Tetapi cara kerja dasarnya hampir sama semuanya yaitu
mengandalkan sebuah sensor atau kamera. Sensor atau kamera biasanya akan dipasang
pada bagian depan dan belakang mobil. Komponen tersebut biasanya akan diletakkan
pada area windscreen. Dengan adanya sensor tersebut maka laju mobil akan terdeteksi
secara otomatis ke dalam sistem. Ketika gerakan mobil melenceng dari jalurnya, maka
notifikasi akan terdengar secara otomatis. Lane Keeping Assist Sistem akan bisa berjalan
dengan baik, apabila mobil berada pada jalur yang jelas. Jalur yang dilewati harusnya diberi
tanda dan tidak terhalang atau tertutupi, sehingga sensor bisa mendeteksi jalur dengan
baik. Jika tanda dari jalur jalan tertutup atau hilang, maka sistem tidak akan berjalan dengan
baik dan tidak akan bekerja secara maksimal. Sistem menerapkan torsi ke kemudi untuk
menjaga kendaraan di antara garis lajur kiri dan kanan. Torsi yang diterapkan menjadi lebih
kuat seiring bertambahnya kendaraan lebih dekat ke salah satu garis jalur.
Saat pengemudi mengoperasikan lampu sein untuk berpindah jalur, sistem akan
dinonaktifkan, dan kemudian dilanjutkan setelah sinyal mati. Jika Anda berpindah jalur
tanpa mengoperasikan lampu sein, sistem LKA akan diaktifkan dengan memberi peringatan
dan torsi diterapkan ke kemudi.
Memberikan bantuan untuk menjaga kendaraan berada di tengah jalur. Saat kendaraan
mendekati garis putih atau kuning, gaya kemudi dari power steering elektrik akan menjadi
lebih kuat.
Saat kendaraan memasuki area peringatan (warning area), Sistem LKA memberi tahu
pengemudi dengan cara memberikan sedikit getaran pada roda pengemudi serta
menampilkan peringatan.
Tangan pengemudi tetap berada di roda kemudi sementara modul kamera depan
menangkap dan memprosesnya geometri lajur dan struktur jalan di depan. Ketika
kendaraan meninggalkan jalur yang diinginkan, permintaan kontrol korektif ditransmisikan
ke steering control unit, di mana motor steering system assitance mengimplementasikan
aksi seperti yang ditunjukkan pada topologi sistem LKA yang lebih detail gambar dibawah
ini:
Sensor dari sistem AEB secara terus-menerus mendeteksi keadaan di sekitar mobil
khususnya di bagian depan. Sensor tersebut memberi sinyal pada sistem komputer untuk
mengaktifkan sistem pengereman jika terjadi kondisi emergensi. Jika terdeteksi kondisi
darurat seperti akan menabrak pada kendaraan lain, pejalan kaki, atau benda diam, sistem
komputer akan memberi peringatan pada pengemudi dengan suara atau lampu warning di
dashboard. Namun jika pengemudi tidak merespon atau respon pengemudi tidak memadai,
maka sistem AEB akan mengintervensi rem untuk aktif sesuai kebutuhan, hingga pada level
ekstrim menghentikan mobil untuk menghindari kecelakaan.
Blind Spot Monitoring (BSM) membantu Anda mendeteksi mobil di area yang sulit dilihat,
umumnya dikenal sebagai "titik buta". BSM juga bisa disebut Blind Spot Information
Systems, Blind Spot Detection, atau Blind Spot Warning. Sistem BSM memantau titik buta
di kedua sisi mobil yang dikendarai. Saat ada mobil terdeteksi, indikator kuning atau merah
akan menyala di kaca spion samping atau di window frame. Beberapa sistem juga
memberikan suara peringatan. BSM membantu pengemudi menghindari crash yang terjadi
di area blind spot. Sistem ini paling efektif saat mobil akan lewat, sedang dilewati, atau
bersiap untuk melakukan perubahan jalur.
Sebagian besar sistem Blind Spot Monitoring menggunakan sensor radar, namun beberapa
menggunakan kamera. Sensor biasanya terletak di bawah bumper belakang atau kaca
spion samping. Sensor memantau area di belakang dan di samping mobil yang dikendarai.
Area deteksi mencakup kira-kira selebar satu lajur di kedua sisi mobil dan memanjang dari
kaca spion samping di luar bumper belakang.
Saat ada mobil yang terdeteksi, lampu kuning atau merah akan menyala di kaca
spion atau bingkai jendela. Beberapa sistem juga mengeluarkan suara peringatan. Pada
beberapa mobil, jika lampu sein menyala saat ada mobil di titik buta, roda kemudi akan
bergetar sebentar dan lampu indikator akan berkedip terang.
TPMS adalah suatu sistem pemantauan tekanan ban yang memantau tekanan udara dari
keempat ban. Jika tekanan udara pada satu atau lebih ban terlalu rendah, sistem akan
memperingatkan pengemudi dengan menunjukkan lampu peringatan tekanan ban
instrument kluster dan mengeluarkan suara bip. Agar sistem dapat beroperasi dengan
TPMS dibagi menjadi 2 jenis yaitu TPMS tidak langsung dan TPMS langsung. Dari kedua
jenis TPMS tersebut mempunyai cara kerja yang berbeda.
b. TPMS langsung
TPMS langsung menggunakan sensor pemantau tekanan di dalam setiap ban yang
memantau tingkat tekanan , sensor di TPMS langsung bahkan juga dapat memberikan
pembacaan suhu ban. TPMS langsung mengirimkan semua data ini ke modul kontrol
terpusat yang dianalisis, ditafsirkan, dan, jika tekanan ban lebih rendah dari seharusnya
dikirim langsung ke instrumen kluster di mana lampu indikator menyala. Pemantau tekanan
ban langsung biasanya mengirimkan semua data ini tanpa kabel. Setiap sensor memiliki
nomor seri yang unik. Ini adalah bagaimana sistem tidak hanya membedakan antara dirinya
dan sistem pada kendaraan lain, tapi juga di antara pembacaan tekanan untuk setiap ban
secara individu.
Kelebihan:
Relatif murah dibandingkan TPMS langsung
Membutuhkan sedikit pemrograman / pemeliharaan selama bertahun-tahun
daripada TPMS langsung
Sedikit perwatan pada keseluruhan instalasi.
Kekurangan:
Pengukuran tekanan ban menjadi tidak akurat jika dipasang ukuran ban yang lebih
besar atau lebih kecil
Pengukuran tekanan ban tidak akurat saat permukaan ban tidak rata.
Nama Mata Kuliah dari
2023 4 Modul Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
0 http://pbael.mercubuana.ac.id/
Harus di reset setelah menggembungkan setiap ban
Harus di reset rutin.
Kelebihan:
Pembacaan tekanan ban aktual dari dalam ban
Tidak rentan terhadap ketidak akuratan karena rotasi ban atau penggantian ban
Sinkronisasi sederhana setelah putaran ban atau penggantian ban
Baterai di dalam sensor biasanya berlangsung sekitar satu dekade
Bisa masuk dalam ban cadangan kendaraan
Kekurangan:
Secara keseluruhan lebih mahal dari pada TPMS tidak langsung
Meskipun sederhana, sinkronisasi ulang mungkin memerlukan alat mahal.
Jika baterai habis, seluruh sensor harus diganti.
Sistem proprietary membuat instalasi, servis, dan penggantian membingungkan
bagi konsumen dan toko mobil.
Sensor rentan terhadap kerusakan saat pemasangan.
Adaptive Cruise Control (ACC) adalah fitur otomotif yang memungkinkan cruise control
kendaraan sistem untuk menyesuaikan kecepatan kendaraan dengan lingkungan lalu
lintas. Sebuah sistem radar melekat pada depan kendaraan digunakan untuk mendeteksi
apakah kendaraan yang bergerak lebih lambat berada di dalam jalur kendaraan ACC. Jika
kendaraan yang bergerak lebih lambat terdeteksi oleh radar ACCS maka sistem ACC akan
memperlambat kendaraan dan mengontrol jarak bebas, atau jeda waktu, antara kendaraan
ACC dan kendaraan depan. Jika sistem mendeteksi bahwa kendaraan yang maju tidak lagi
berada di jalur kendaraan ACC, sistem ACC akan mempercepat kendaraan kembali ke
kecepatan cruise control yang ditetapkan. Operasi ini memungkinkan kendaraan yang
menggunakan ACCS untuk memperlambat dan mempercepat secara otomatis dengan
tanpa intervensi dari pengemudi. Metode pengendalian kecepatan kendaraan ACC adalah
melalui kontrol throttle mesin dan operasi rem.
Jika kendaraan di depan terdeteksi melaju dengan kecepatan lebih lambat dari kecepatan
yang tetapkan pada kendaraan ACC atau dalam pengaturan jarak yang ditetapkan, sistem
ACC dirancang untuk memperlambat kendaraan yang dikendarai secara otomatis tanpa
harus melakuakn cancel terhadap cruise control yang telah diset. Ketika pengurangan
kecepatan kendaraan yang lebih besar diperlukan maka sistem dapat mengaktifkan rem
dan mengoperasikan lampu rem kendaraan yang dikendarai dengan ACC. Sistem
kemudian akan merespons perubahan kecepatan kendaraan di depan untuk membantu
menjaga jarak kendaraan-ke-kendaraan yang ditetapkan oleh pengemudi atau kembali ke
kecepatan yang telah ditetapkan setelah jalan di depan kosong. Jarak kendaraan-ke-
kendaraan, atau jarak antara kendaraan yang dikendarai dan kendaraan sebelumnya,
dapat diatur dengan mengoperasikan kontrol jarak kendaraan-ke-kendaraan. Menekan
Kontrol khusus akan berbeda tergantung pada jenis mobil, tetapi biasanya untuk aktivasi
ACCS harus mulai dengan mengatur kecepatan jelajah dan jarak berikut ke mobil di depan.
Sebagian besar sistem control dioperasikan di roda kemudi. Pengemudi juga dapat
mengintervensi kapan saja dengan menggunakan pedal rem atau pedal gas. Untuk
mengakftifkan sistem ACC maka pengemudi bisa melakukan switch ON tombol ACC dan
jika ingin mematikan sistem ACC bisa melakukan switch off tombol ACC.
Sistem ACC memungkinkan pengemudi dapat mengatur jarak, atau interval waktu antara
mobil yang dikendarai dan mobil di depan. Sistem ACC menyediakan berbagai opsi jarak
antar mobil, seperti: jarak pendek, menengah, atau jauh. Pengemudi dapat mengubah
pengaturan kapan saja saat kondisi lalu lintas berubah. Pengaturan yang lebih lama
direkomendasikan untuk sebagian besar mengemudi.
Berikut adalah penjelasan fitur-fitur sistem keselamatan pasif yang disematkan oleh
pabrikan mobil pada produk kendaraan mereka.
SRS airbag dirancang untuk memberikan perlindungan lebih lanjut kepada penumpang dan
ditambahkan perlindungan utama yang diberikan oleh sabuk pengaman. Menanggapi
tabrakan depan atau samping yang parah, SRS airbag bekerja sama dengan sabuk
pengaman untuk mencegah atau mengurangi cedera akibat meledaknya air bag. SRS
airbag membantu mengurangi potensi terjadinya kontak wajah dan kepala dengan interior
kendaraan dan menyerap sebagian gaya deselerasi pada penumpang.
Saat terjadi tabrakan, sensor airbag mendeteksi tingkat tumbukan dan ketika tingkat
tumbukan melebihi nilai yang ditentukan dari ECU SRS inisiator di inflator akan menyala.
Inisiator membakar butiran enhancer dan propelan, dan menghasilkan sejumlah besar gas
pada saat itu.
Gas mengembangkan kantung udara airbag untuk mengurangi benturan pada pengemudi
ataupun penumpang yang dengan cepat keluar melalui lubang pembuangan di bagian
belakang kantung. Ini mengurangi kekuatan benturan pada kantung udara, dan juga
memastikan bidang pandang yang memadai.
b. Sensor Airbag
Berikut adalah penjelasan konsisi kecelakaan atau tabrakan yang membuat kantung udara
(airbag) bisa meledak dan tidak akan meledak.
Sistem SRS airbag bagian depan dirancang untuk diaktifkan sebagai respons terhadap
benturan frontal yang parah seperti pada area yang ditunjukkan pada gambar dibawah.
SRS airbag depan akan mengembang jika tingkat keparahan benturan di atas tingkat
ambang batas yang dirancang, sebanding dengan tabrakan sekitar 20 km/jam -25 km/jam
(12 mph -15 mph) saat menabrak langsung ke penghalang tetap yang tidak bergerak atau
berubah bentuk. Jika tingkat keparahan benturan di bawah ambang batas di atas, SRS
airbag bagian depan mungkin tidak menggembung.
Berikut adalah kondisi kecelakaan atau tabrakan yang membuat airbag bagian depan (sisi
pengemudi/penumpang tidak akan mengembang):
SRS airbag depan tidak dirancang untuk mengembang jika kendaraan terlibat
dalam tabrakan samping atau belakang, terguling, atau jika terlibat dalam tabrakan
frontal dalam kecepatan rendah.
SRS airbag depan kemungkinan akan mengembang jika terjadi benturan serius
pada bagian bawah kendaraan. Beberapa contoh ditunjukkan dalam ilustrasi
dibawah ini.
o Saat kendaraan menerima benturan dari arah diagonal atau benturan samping yang
diilustrasikan di bawah ini tetapi tidak di kompartemen kendaraan, airbag samping
dan airbag curtain shield mungkin tidak beroperasi.
Gambar 9.76 Arbag Samping dan Curtain Shield Tidak Akan Mengembang
Toyota Education for Automotive Mastery (TEAM 21)
Gambar 9.78 Arbag Samping dan Curtain Shield Tidak Akan Mengembang
Toyota Education for Automotive Mastery (TEAM 21)
d. Airbag sisi samping dan sisi curtain shield tidak akan mengembang
SRS airbag sisi samping dan curtain shield airbag dirancang untuk tidak beroperasi saat
terjadi benturan ke depan atau belakang, atau saat terguling, atau tabrakan samping pada
kecepatan rendah.
Gambar 9.79 Tabrakan Depan, Belakang, dan berguling Airbag Samping dan Curtain
Shiled Airbag Tidak Akan Mengembang
Toyota Education for Automotive Mastery (TEAM 21)
Saat seat belt pretensioner diaktifkan, suara pengoperasian dapat terdengar dan
sejumlah kecil gas keluar seperti asap, gas ini tidak berbahaya dan tidak menunjukkan
adanya kebakaran. Seat belt pretensioner tetap beroperasi saat terjadi tabrakan yang parah
meskipun penumpang tidak duduk di kursi.
Sabuk pengaman dengan pretensioner + force limiter terdiri dari mekanisme kunci ELR,
mekanisme pretensioner, mekanisme retraksi sabuk, mekanisme force limiter dan inflator.
Pada mekanisme pretensioner, gaya tekanan gas dari inflator ditransmisikan melalui
mekanisme kopling ke poros retraktor untuk menarik sabuk pengaman.
Force limitter
Force limiter adalah alat yang memperpanjang sabuk untuk mempertahankan nilai yang
ditentukan untuk mengurangi gaya yang diterapkan ke dada saat beban sabuk mencapai
nilai yang ditentukan.
Mekanisme pretensioner terdiri dari retractor shaft, pretensioner shaft, drum, wire, drive
plate, piston, cylinder, inflator, dll. Poros pretensioner dipasang langsung pada poros
retraktor (untuk penggulungan sabuk pengaman) dan masuk ke dalam drum. Karena ada
celah antara poros pretensioner dan drum dalam kondisi normal, keduanya tidak
bersentuhan satu sama lain. Ada bagian pegas pada drum. Akibatnya, drum berkontraksi
ke dalam oleh gaya yang dihasilkan saat kawat yang melilit drum ditarik keluar. Pelat
penggerak dipasang sedemikian rupa sehingga berputar bersama dengan drum. Kawat
dililitkan di sekitar drum. Ujung dipasang pada pelat penggerak dan yang lainnya dipasang
pada silinder melalui piston.
Saat terjadi benturan yang melebihi nilai yang ditentukan, inflator akan menyala sesuai
dengan sinyal dari ECU airbag dan menghasilkan gas bertekanan tinggi. Gas bertekanan
tinggi ini mendorong kuat piston di dalam silinder. Akibatnya, kawat ditarik kembali.
Kemudian drum berkontraksi ke arah celah tengah dan ditekan pada poros pretensioner
menjadi satu kesatuan dengannya. Setelah itu, share pin yang menahan pelat penggerak
Crumple Zones adalah area yang sangat penting dan spesial. Karena dirancang tidak
hanya untuk mendistribusikan gaya tumbukan ke seluruh board tetapi juga untuk menyerap
gaya tumbukan, guna mengurangi benturan pada penumpang yang duduk di dalam mobil.
Pada saat yang sama untuk menghindari gaya yang berfokus pada posisi tertentu.
Sebelum mobil dirancang, pabrikan harus melakukan analisis dan perhitungan yang
cermat terhadap titik-titik berbahaya dan kemungkinan gaya tabrakan. Perhitungan dan
analisis ini bertujuan untuk:
Minimalkan kekuatan tumbukan sebanyak mungkin.
Menghindari penyebaran gaya yang besar dan benturan.
Rangka yang mengelilingi kabin mobil merupakan salah satu detail inti yang memastikan
keselamatan penumpang yang duduk di dalam mobil setelah terjadi tabrakan. Rangka
kabin adalah lapisan utama kedua setelah lapisan pelindung pertama adalah area
penyerapan. Oleh karena itu, untuk dapat menghindari cedera pada orang di dalam mobil
secara maksimal, rangka kabin ini harus sulit untuk deformasi dan sangat keras.
Pada gambar diatas bagian yang berwarna merah adalah terbuat dari ultra high strength
steel yang mana material ini sangat kuat sehingga penumpang yang ada didalam
kendaraan tetap aman saat terjadi tabrakan atau rolling.
DAFTAR PUSTAKA
[1] https://roadsafetyfacts.eu/active-safety-systems
[2] Becker, M., & Pfeffer, P. E. (2020). Steering Feel of Lane Keeping Assist Systems
Steering Feel of Lane Keeping Assist Systems The great trend towards automated
driving has facilitated a spread of advanced driver. June.
[3] Bhasin, K. (2019). A Review Paper on Anti-Lock Braking System (ABS) and its Future
Scope. International Journal for Research in Applied Science and Engineering
Technology, 7(8), 372–375. https://doi.org/10.22214/ijraset.2019.8053
[4] Devendra. (2017). A review of a active and passive automotive safety system. 4(4), 9–
16.
[10] Bhardwaj, S. (2022). Automatic Emergency Braking System (A System for Decreased
Human Effort). January, 0–5.
[11] https://www.autofrenseinsa.com/en