BAB I
PENDAHULUAN
1.3.3. Menjelaskan fungsi, konstruksi dan cara kerja planetary gear unit
1.3.4. Menjelaskan sistem kontrol hidrolik pada transmisi otomatis
1.3.5. Menjelaskan sistem kontrol elektrik pada transmisi otomatis
1.3.6. Mendiagnosa dan melakukan perbaikan pada sistem transmisi otomatis kontrol
elektronik.
BAB II
DASAR – DASAR TRANSMISI
Indikator Keberhasilan
TRANSMISI MANUAL
1972
TRANSMISI OTOMATIS 3 KECEPATAN
- Penambahan sistem Overdrive (O/D)
1977
TRANSMISI OTOMATIS 4 KECEPATAN
- Penambahan sistem Lock-Up
1980
TRANSMISI OTOMATIS 4 KECEPATAN DENGAN LOCK-
UP CLUTCH
- Penambahan sistem kontrol elektronik
1983
ELECTRONIC CONTROL TRANSMISSION
Perbandingan transmisi otomatis biasa dengan transmisi otomatis yang dikontrol secara
elektronik adalah :
Prinsip kerja :
THROTTLE VALVE
Gambar 2.2. Skema
Throttle valveprinsip kerja transmisi
menghasilkan tekananotomatis kontrol hidrolik
hidrolik sesuai dengan pedal
akselerator. Tekanannya disebut
Throttle pressure (Sebagai sinyal
Program Diklat :beban mesin) Level : Tanggal :
PPPPTK Diklat pasca UKG 10.11.2012
OT 0 2 4
Hal
VEDC Program studi : Departemen : Rev.Tanggal : Dibuat oleh: 6 - 73
MALANG Teknik Ototronik Ototronik Sudaryono
TEKNOLOGI DAN REKAYASA
TEKNIK OTOMOTIF
TEKNIK OTOTRONIK
2.5. Rangkuman
Electronic Control Transmission (ECT) adalah transmisi otomatis yang
memanfaatkan teknologi elektronik untuk mengontrol kerja dari transmisi, sehingga pada
ECT terdapat komponen elektronik seperti sensor, ECU dan beberapa actuator.
Keuntungan transmisi otomatis kontrol elektronik dibandingkan dengan transmisi otomatis
full hidrolik adalah sebagai berikut :
Memiliki pilihan pola pengendaraan (Driving Patern)
Konstruksi Electronic Control Transmisi (ECT) secara garis besar terdiri dari :
Torque Converter
Planetary Gear Unit
Sistem Kontrol Hidrolik
Sistem Kontrol Elektronik
2.6. Soal/Tugas
1. Jelaskan pengertian Electronic Control Transmission ?
2. Sebutkan keuntungan transmisi otomatis kontrol elektronik dibandingkan
transmisi otomatis full hidrolik !
3. Sebutkan konstruksi/komponen transmisi otomatis kontrol elektronik secara
garis besar !
BAB III
TORQUE CONVERTER
Indikator Keberhasilan
a. Fungsi
Fungsi torque converter antara lain :
3.1.1. Memperbesar momen (torque) yang dihasilkan oleh mesin
3.1.2. Bekerja sebagai kopling otomatis yang menghubungkan atau memutuskan
momen mesin ke transmisi
3.1.3. Meredam getaran (torsional vibration) akibat momen dari mesin dan pemindahan
daya (drive train)
3.1.4. Berfungsi sebagai flywheel untum memperlembut putaran mesin.
3.1.5. Menggerakkan pompa oli dari hidrolik kontrol system.
3.2. Konstruksi
Konstruksi torque converter terdiri dari :
3.2.1. Pump impeller digerakan oleh poros engkol
3.2.2. Turbine runner dihubungkan dengan poros input transmisi
3.2.3. Stator dan one way clutch terpasang pada transmission case dengan kopling
satu arah ( one way clutch ) dan stator
3.2.4. Converter housing berisi semua komponen torque converter
3.2.3. Stator
Stator ditempatkan ditengah-
tengah antara pompa impeller
dan turbine runner. Dipasang
pada poros stator yang dikaitkan
pada transmission case melalui
one-way clutch. Stator
menangkap minyak yang keluar
dari turbine runner dan
mengarahkan kembali ke bagian
belakang blade pump
Gambar 3.4. Stator
impeller,sehingga memberikan
tambahan tenaga pada pump
impeller.
Sebagai ilustrasi, dua buah kipas angin A dan B berhadapan satu sama lain,dan
selanjutnya kipas angin A dihidupkan,maka kipas angin B akan berputar dengan arah yang sama
dengan kipas angin A. Ini terjadi karena kipas angin A menghasilkan aliran udara yang
membentur daun (blade) kipas angin B dan selanjutnya kipas angin B akan terbawa berputar.
Dengan kata lain,pemindahan tenaga antara kipas A dan B terjadi dengan udara sebagai
perantaranya.
Torque converter bekerja dengan cara yang sama, pompa impeller memainkan peranan kipas A
dan turbine runner sebagai kipas angin B. Perantaranya dalam hal ini bukan udara melainkan
minyak transmisi.
Pada ilustrasi sebelumnya dijelaskan bahwa dua kipas angin listrik dapat memindahkan tenaga,
akan tetapi tidak dapat memperbesar tenaga. Dengan menambahkan air duct pada kedua kipas
ini (seperti gambar), maka udara akan mengalir ke kipas B (kipas yang digerakkan) dan kembali
ke kipas A (kipas penggerak) dari belakang melalui air duct sehingga akan membantu
menambah putaran kipas A.
Melipat gandakan momen oleh torque converter di pengaruhi oleh aliran minyak yang kembali ke
pompa impeller dengan adanya stator vane, setelah melalui turbine runner. Dengan kata
lain,pompa impeller diputarkan oleh mesin dan diperbesar momennya oleh adanya aliran minyak
balik dari turbine runner.
Pada saat torque converter meneruskan momen input dari mesin ke transmisi pada
ratio mendekati 1:1, torque converter tidak memindahkan 100% tenaga yang dibangkitkan
oleh mesin ke transmisi, jadi terdapat kerugian energi. Pada pompa impeller dan turbine
runner paling sedikit terdapat perbedaan kecepatan putaran kurang lebih 4 sampai 5%.
Akibatnya bahan bakar boros.
Solusi :
Dipasang lock-up clutch yang bekerja secara mekanik menghubungkan pompa impeler
dan turbine runner. Biasanya bekerja pada kecepatan 60 km/jam atau lebih sehingga hampir
100% tenaga diteruskan ke transmisi.
Prinsip kerja :
Pada saat luck-up clutch bekerja , ia akan berputar bersama pompa impeller dan
turbine runner.Bekerja atau tidaknya lock-up clutch diatur oleh perubahan arah aliran minyak
hidrolik pada torque converter.
- Saat tidak berhubungan
Pada saat kendaraan berjalan dengan kecepatan rendah minyak yang bertekanan (
tekanan converter ) mengalir ke bagian depan lock-up clutch. Oleh karena itu, tekanan pada
bagian depan dan belakang lock-up cluth tidak berhubungan dengan front cover (lock-up tidak
bekerja).
- Saat berhubungan
Saat kendaraan berjalan dengan kecepatan sedang atau tinggi (biasanya 60 km/jam
atau lebih) minyak yang bertekanan mengalir ke belakang lock-up clutch, sehingga lock-up
clutch terdorong ke converter case dan berputar bersama-sama.
3.7. Rangkuman
Fungsi torque converter antara lain :
Memperbesar momen (torque) yang dihasilkan oleh mesin
Bekerja sebagai kopling otomatis yang menghubungkan atau memutuskan momen
mesin ke transmisi
Meredam getaran (torsional vibration) akibat momen dari mesin dan pemindahan
daya (drive train)
Berfungsi sebagai flywheel untum memperlembut putaran mesin.
Menggerakkan pompa oli dari hidrolik kontrol system.
Saat berhubungan :
Saat kendaraan berjalan dengan kecepatan sedang atau tinggi (biasanya 60
km/jam atau lebih) minyak yang bertekanan mengalir ke belakang lock-up clutch,
sehingga lock-up clutch terdorong ke converter case dan berputar bersama-sama.
3.8. Soal/Tugas
1. Jelaskan fungsi torque converter !
2. Sebutkan konstruksi/komponen torque converter !
3. Jelaskan prinsip pemindahan tenaga pada torque converter !
4. Jelaskan prinsip melipatgandakan momen pada torque converter !
5. Jelaskan cara kerja torque converter
6. Jelaskan mekanisme Lock-up pada torque converter !
BAB IV
PLANETARY GEAR UNIT
Indikator Keberhasilan
4.1. Fungsi
Fungsi planetary gear unit adalah :
Merubah perbandingan gigi, untuk merubah momen dan kecepatan.
Memungkinkan gerakan mundur
Memungkinkan gigi netral
4.2. Konstruksi
Konstruksi planetary gear unit terdiri dari :
4.2.1. Planetary Gear Set
4.2.2. Kopling (Clutch)
4.2.3. Rem (Brake)
Jenis-jenis planetary
Ravigneaux
Jenis ini terdiri dari 2 dua susun
roda gigi yang saling berhubungan.
Ravigneaux juga terdiri dari 2
buah Sun Gear, yaitu Sun Gear
kecil dan sun gear besar
Model ini biasanya dipakai pada
gigi kecepatan 3 dan 4.
Gambar 4.2. Planetary Ravigneaux
Simpson
Jenis ini terdiri dari 2 buah
Planetary Gear dan sebuah
model spesial dari Sun Gear.
Sedangkan Ring Gear adalah 2
buah dengan ukuran yang
sama. Jenis ini biasanya
digunakan pada gigi kecepatan
3.
Gambar 4.3. Planetary simson
Prinsip Kerja :
Perlambatan
Ring gear sebagai penggerak
Sun gear yang ditahan
Carrier yang digerakkan
Percepatan
Carrier sebagai penggerak
Sun gear yang ditahan
Ring gear yang digerakkan
Mundur
Sun gear sebagai penggerak
Carrier yang ditahan
Ring gear yang digerakkan
Karena pinion gear bekerja sebagai idle gear, jumlah giginya tidak dikaitkan
dengan gear ratio. Oleh karena itu, gear ratio planetary gear ditentukan oleh jumlah gigi
carrier, ring gear dan sun gear. Karena carrier bukan merupakan gigi, banyaknya gigi
perumpamaan dipergunakan pada carrier. Banyaknya gigi carrier Zc dapat diperoleh
dengan persamaan :
ZC = ZR + ZS
Dimana
ZC = jumlah gigi carrier
ZR = jumlah gigi ring gear
ZS = jumlah gigi sun gear
Prinsip kerja :
Berhubungan :
- Saat oli bertekanan mengalir ke piston
cylinder mendorong piston dan
check ball Check valve tertutup
piston memaksa plate berhubungan
dengan disc dan berputar bersama-
sama.
- Tenaga poros input diteruskan ke ring
gear
Tidak Berhubungan :
- Saat tekanan hidrolik dibebaskan,
tekanan dalam silinder akan menurun
check ball lepas dari dudukannya
karena centrifugal dan minyak di
dalam silinder dikeluarkan melalui
check valve.
- Akibatnya piston akan kembali dengan
adanya pegas pengembali.
Pemindahan Tenaga
C1 BEKERJA
Pada saat C1 bekerja, tenaga dari input shaft diteruskan ke ring gear.
C2 BEKERJA
Pada saat C2 bekerja, tenaga dari input shaft diteruskan ke sun gear.
C1 dan C2 BEKERJA
Pada saat C1 dan C 2 bekerja, tenaga dari input shaft diteruskan ke ring gear dan sun
gear bersamaan.
Prinsip kerja :
Saat mengerem
Pada saat tekanan hidrolik diberikan ke
piston cylinder, piston bergerak di dalam
silinder mendorong disc dan plate untuk
saling berhubungan. Akibatnya, timbul
gaya gesekan antara disc dan plate
sehingga carrier terkunci dengan
transmission case.
“R” RANGE
Bila shift selector diposisikan pada “P” atau ”N”, forward clutch (C1) dan direct clutch (C2)
tidak bekerja, sehingga putaran dari input shaft tidak diteruskan ke output shaft. Sebagai
tambahan, bila shift selector diposisikan pada “P” parking lock pawl akan mengikat front ring
gear, yang diikat pada alur output shaft, sehingga kendaraan tidak dapat bergerak.
4.7. Rangkuman
Fungsi planetary gear unit adalah :
Merubah perbandingan gigi, untuk merubah momen dan kecepatan.
Memungkinkan gerakan mundur
Memungkinkan gigi netral
Fungsi brake (rem) yang ada pada planetary gear unit adalah untuk menghentikan salah
satu gigi pada planetary gear set.
4.8. Soal
1. Jelaskan fungsi planetary gear unit !
2. Sebutkan konstruksi/komponen planetary gear unit !
3. Jelaskan prinsip kerja planetary gear set !
4. Jelaskan fungsi clutch (kopling) pada planetary gear set !
5. Jelaskan fungsi brake (rem) pada planetary gear set !
BAB V
SISTEM KONTROL HIDROLIK
Indikator Keberhasilan
5.1. Fungsi
Fungsi hydraulic control system :
• Mengalirkan minyak transmsisi ke torque converter.
• Mengatur tekanan hidrolikyang dihasilkan oleh pompa oli.
• Merubah beban mesin dan kecepatan kendaraan menjadi hidrolik "signal".
• Memberikan tekanan hidrolik ke kopling dan rem untuk mengatur operasi planetary gear.
• Melumasi bagian-bagian transmisi dengan minyak.
• Mendinginkan torque converter dan transmisi dengan minyak.
5.2. Konstruksi
Hydraulic control system terdiri dari oil pan yang berfungsi sebagai reservoir
fluida; pompa oli untuk membangkitkan tekanan hidrolik; katup-katup yang mempunyai
berbagai fungsi dan pipa-pipa saluran fluida yang mengalirkan minyak transmisi ke
kopling, rem dan bagian-bagian lain pada hydraulic control system. Sebagian besar katup
hydraulic control system diletakkan pada valve body assembly yang berada di bawah
planetary gear.
Berdasarkan tekanan hidraulis yang dihasilkan pompa oli, sistem kontrol hidraulis
mengatur tekanan hidraulis yang bekerja pada torque converter, clutch dan brake sesuai
dengan kondisi pengendaraan. Ada tiga solenoid valve (kijang kapsul) di dalam valve
body. Solenoid valve ini ON dan OFF dengan adanya sinyal dari ECU untuk
mengoperasikan shift valve. Saluran fluida menjadi terbuka, dan fluida mengalir ke torque
converter, clutch dan brake untuk mengontrol torque converter dan planetary gear unit.
Prinsip kerja :
Rotor berputar, maka drive gear ikut
berputar, Outer Gear juga berputar.
Terjadi perubahan volume pada
persinggungan gigi, yaitu sebelah kanan
Crescent volume membesar dan belah
kiri Crescent mengecil.
Tambahan :
MANUAL LINKAGE
Transmisi otomatis melakukan up-shift dan down-shift secara otomatis. Tetapi ada dua
buah linkage yang memungkinkan dioperasikan secara manual oleh pengemudi dihubungkan
dengan transmisi otomatis.
Linkage ini adalah selector lever dengan cable dan accelerator pedal dan throttle cable.
SHIFT SELECTOR CABLE
Shift selector lever mempunyai shift lever dari transmisi manual. Ini dihubungkan dengan
transmisi melalui kabel atau linkage. Pengemudi dapat memilih mode gerakan maju atau
mundur, netral dan parkir dengan mengoperasikan lever ini. Pada kebanyakan transmisi
otomatis, mode maju terdiri dari tiga tingkat : “D” (Drive), “2” (Second) dan “L” (Low).
Untuk keamanan, mesin hanya dapat di start hanya pada posisi “N” (Neutral) atau “P” (Parkir);
karena pada posisi tersebut transmisi tidak dapat meneruskan tenaga dari mesin ke drive train.
Penting !
• Jangan menggerakkan selector lever ke "R" (Mundur) pada saat kendaraan sedang bergerak
maju, karena ini dapat merusak transmisi.
• Jangan menggerakkanselector lever ke “P” (Parkir) pada saat kendaraan sedang berjalan,
karena ini dapat merusak transmisi.
• Jangan menekan pedal akselerator pada saat pedal rem ditekan. Bila transmisi pada posisi
maju atau mundur karena transmisi akan overload dan dapat merusak.
• Untuk memarkir kendaraan sementara sambiI mesin dalam keadaan hidup, gerakan selector
lever ke “P” atau “N” dan pasang rem parkir. Bila selector lever diposisikan selain pada pada
“P” dan “N” maka kendaraan dapat berjalan (kecenderungan ini semakin kuat pada saat Air
Conditioner bekerja karena kecepatan idle naik di atas normal oleh karena kerja idle-up
device),
5.5. Rangkuman
Fungsi hydraulic control system :
Mengalirkan minyak transmsisi ke torque converter.
Mengatur tekanan hidrolikyang dihasilkan oleh pompa oli.
Merubah beban mesin dan kecepatan kendaraan menjadi hidrolik "signal".
Memberikan tekanan hidrolik ke kopling dan rem untuk mengatur operasi
planetary gear.
Melumasi bagian-bagian transmisi dengan minyak.
Mendinginkan torque converter dan transmisi dengan minyak.
Hydraulic control system terdiri dari oil pan yang berfungsi sebagai
reservoir fluida; pompa oli untuk membangkitkan tekanan hidrolik; katup-katup
yang mempunyai berbagai fungsi dan pipa-pipa saluran fluida yang
mengalirkan minyak transmisi ke kopling, rem dan bagian-bagian lain pada
hydraulic control system. Sebagian besar katup hydraulic control system
diletakkan pada valve body assembly yang berada di bawah planetary gear.
Fungsi valve body : untuk mengatur tekanan oli dan memindahkan oli dari satu
saluran ke saluran lainnya.
5.6. Soal/Tugas
1. Jelaskan fungsi sistem kontrol hidrolik !
2. Jelaskan konstruksi sistem kontrol hidrolik !
3. Jelaskan cara kerja pompa oli !
4. Menjelaskan fungsi valve body.
BAB VI
SISTEM KONTROL ELEKTRIK
Indikator Keberhasilan
6.1. Pengantar
Sistem kontrol elektronik (elektronik control system) dari ECT berfungsi mengontrol saat
pemindahan gigi dan saat lock-up. Sistem kontrol ini terdiri dari tiga bagian, yaitu : Sensor, ECU
dan Aktuator/Solenoid Valve. Diagram berikut menunjukkan hubungan pengontrolan antara
sensor, ECU dan aktuator. (A140E)
Driving pattern select switch berfungsi untuk memilih mode pengendaraan yang
diinginkan oleh pengemudi (Normal atau power). ECT ECU memilih pola pemindahan gigi (shift
pattern) dan pola lock-up (lock-up pattern) untuk pola pengendaraan yang dipilih. ECT ECU
mempunyai terminal "PWR". Pada saat posisi switch pada "POWER", tegangan 12V dialirkan ke
terminal "PWR" dan ECT ECU mencatat "POWER" telah dipilih. Bila switch diposisikan ke
"NORMAL" maka tegangan 12 V tidak lagi ke "PWR" dan ECT ECU mencatat "NORMAL" telah
dipilih.
Titik kontak switch ini juga digunakan untuk meng"ON"kan lampu indikator posisi switch untuk
memberitahukan pengemudi tentang pola pengendaraan.
Prinsip kerja :
Throttle position sensor linier merubah
sudut pembukaan throttle valve menjadi
sinyal tegangan. Dari ECU mesin tegangan
konstan 5V dialirkan ke terminal VC.
Bila titik kontak bergerak sepanjang resistor
sesuai dengan sudut pembukaan throttle,
maka tegangan listrik dialirkan ke terminal
VTA sebanding dengan sudut ini.
Rotor bersama magnet di dalamnya dipasangkan pada drive pinion shaft atau output shaft.
Setiap kali poros (rotor) berputar, magnet mengaktifkan reed switch (di dalam speed sensor
utama), sehingga. akan tampak sinyal: Sinyal yang di dalam transmisi otomatis biasa berhubungan
dengan governor pressure, dikirimkan ke ECU. Selanjutnya dengan menggunakan sinyal ini ECU
mengontrol saat pemindahan gigi dan mengoperasikan lock-up clutch.
Bila kedua sinyal kecepatan kendaraan benar, sinyal dari speed sensor no. 2 dipergunakan
di dalam kontrol saat pemindahan gigi setelah dibandingkan dengan output speed sensor no. 1.
Tapi bila speed sensor no. 1 rusak, ECU akan segera menghentikan penggunaan ini dan berganti
ke speed sensor no. 2.
b. Pick-up coil
Speed sensor no.2 dipasang pada transmission extension housing untuk mendeteksi
putaran output shaft. Sensor ini terdiri dari magnet permanen, koil dan yoke. Rotor yang
mempunyai empat gigi dipasang pada output shaft dan berputar bersama-sama.
Bila output shaft berputar, celah antara yoke (ujung depan) dari rotor berkurang dan
bertambah disebabkan oleh gigi. Karena itu jumlah garis gaya magnet yang melalui yoke
bertambah dan berkurang sehingga koil menghasilkan tegangan AC. Frekwensi tegangan AC ini
sebanding dengan kecepatan rotor dan dengan demikian menunjukkan kecepatan kendaraan.
Berfungsi mengirimkan informasi tentang kerja pedal rem. Switch ini dipasang pada
bracket pedal rem.
Prinsip kerja :
Bila pedal rem ditekan, switch ini akan mengirimkan signal ke ECU, menginformasikan
bahwa rem bekerja. ECU membatalkan bekerjanya lock-up clutch ketika pengereman
berlangsung agar mesin tidak mati. Sinyal juga dipergunakan untuk kontrol squat N ke D
Ditekan 12 V
Dibebaskan 0V
Switch ini memungkinkan ECT untuk menjadikan atau membatalkan kondisi overdrive. Bila
switch diposisikan pada on, ECT akan memindahkan gigi ke overdrive bila syarat kondisinya
dipenuhi. Pada saat switch off, ECT mencegah transmisi masuk ke gigi overdrive pada kondisi
apapun.
Prinsip kerja :
6.10. Rangkuman
Driving pattern select switch berfungsi untuk memilih mode pengendaraan yang
diinginkan oleh pengemudi (Normal atau power).
Neutral Start Switch (Shift position sensor) berfungsi menginformasikan posisi
pemindahan gigi (range)
Throttle position sensor dipasang pada body throttle dan secara elektronik
mendeteksi berapa besar membukanya throttle. Data ini kemudian dikirimkannya ke ECU
(dalam bentuk sinyal listrik) untuk mengontrol saat pemindahan gigi dan saat lock-up
bekerja.
Water temperatur sensor berfungsi menginformasikan temperatur mesin ke ECU
transmisi. Bila temperatur air pendingin berada di bawah batas yang telah ditentukan
(misalnya 60°C, ECU mesin mengirimkan sinyal ke terminal OD, ECT ECU, mencegah
perpindahan gigi ke overdrive dan mencegah lock-up clutch bekerja.
Vehicle speed sensor berfungsi untuk memberikan informasi kecepatan kendaraan
ke TCM transmisi yang berupa sinyal listrik.
Switch Brake berfungsi mengirimkan informasi tentang kerja pedal rem. Switch ini
dipasang pada bracket pedal rem.
Main Switch Overdrive, switch ini memungkinkan ECT untuk menjadikan atau
membatalkan kondisi overdrive. Bila switch diposisikan pada on, ECT akan memindahkan
gigi ke overdrive bila syarat kondisinya dipenuhi.
Katup solenoid berfungsi untuk mengontrol pemindahan gigi dan untuk mengontrol
lock-up.
6.11. Soal/Tugas
1. Jelaskan fungsi driven pattern select switch !
2. Jelaskan fungsi shift position sensor !
3. Jelaskanfungsi throttle position sensor !
4. Jelaskan fungsi water temperatur sensor !
5. Jelaskan fungsi vehicle speed sensor !
6. Jelaskan fungsi switch lampu rem !
7. Jelaskan fungsi main overdrive switch !
8. Jelaskan fungsi katup solenoid !
BAB VII
DIAGNOSA DAN PERBAIKAN
Indikator Keberhasilan
7.1. Pengantar
Pada kendaraan yang sudah dilengkapi dengan self diagnostic, bila terjadi kerusakan
pada kendaraan, ECU akan merekam kerusakan dalam bentuk DTC (Diagnostic Trouble Codes)
dan menyalakan MIL (Malfunction Indicator Lamp). Kendaraan masih dapat berjalan dengan
program darurat. Dengan demikian kendaraan masih dapat dikendarai untuk secepatnya dibawa
ke bengkel.
Untuk melakukan diagnosa bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Dengan lampu kedipan atau display DTC pada odometer
2. Dengan menggunakan Scantool
Berikut akan dijelaskan bagaimana cara mendeteksi kerusakan dengan kedua metode
tersebut di atas. (Mobil Suzuki Aerio)
7.2. Diagnosa dengan lampu kedipan atau display DTC pada odometer
7.2.1. Membaca kerusakan
Prosedur :
1. Off-kan Kunci Kontak.
2. Lepaskan Glove Box dari Panel
Instrumen.
3. Dengan menggunakan Service Wire,
hubungkan Terminal Switch Diagnosa
(2) dengan Terminal Ground (3) pada
Connector Monitor Biru (1).
4. On-kan Kunci Kontak.
5. Tekan Tombol Reset dan tahan.
6. Baca DTC yang terdisplay pada
Odometer dan lihat kerusakan pada
Gambar 7.1. Membaca kerusakan
tabel DTC.
7. Setelah selesai pemeriksaan, Iepas
31 Output Speed Sensor/VSS tidak Tidak ada sinyal sensor yang terdeteksi
berfungsi meskipun sinyal output shaft speed
sensor masuk
32 Sirkuit signal throttle position tidak Low signal pulse dari ECM yang
berfungsi diteruskan TCM terlalu singkat dan
diluar spesifikasi
33 Sirkuit signal throttle position tidak Low signal pulse dari ECM yang
berfungsi diteruskan TCM terlalu panjang dan
diluar spesifikasi
34 Sensor range Transmisi tidak Tidak ada signal yang masuk atau lebih
berfungsi dari satu signal yang masuk secara
bersamaan
35 Sirkuit Input putaran mesin tidak Tidak ada signal putaran mesin yang
berfungsi terdeteksi meskipun mesin hidup dan
signal ECT sensor normal
36 Sirkuit sensor transmission fluid Sensor voltage output terlalu besar
temperature tidak berfungsi
38 Sirkuit sensor transmission fluid Sensor voltage output terlalu kecil
temperature tidak berfungsi
41 Kelistrikan solenoid pressure Tidak ada aliran listrik yang terdeteksi
kontrol pada sikuit solenoid
42 Kelistrikan solenoid pressure Terlalu banyak aliran listrik yang
kontrol terdeteksi pada sikuit solenoid
51 Sirkuit signal ECT tidak berfungsi - High signal pulse dari ECM yang
diteruskan ke TCM terlalu panjang dan
diluar spesifikasi
- Low signal pulse dari ECM yang
diteruskan ke TCM terlalu panjang dan
diluar spesifikasi
- Low signal pulse dari ECM yang
diteruskan ke TCM sebanyak pulse
terlalu panjang/singkat dan diluar
spesifikasi
52 Internal TCM tidak berfungsi Jumlah data yang tersimpan di TCM
tidak sama dengan kondisi sebelum
pemeriksaan data TCM
64 Sirkuit signal engine torque tidak - Low signal pulse dari ECM yang
berfungsi diteruskan ke TCM terlalu singkat dan
diluar spesifikasi
- Low signal pulse dari ECM yang
diteruskan ke TCM terlalu panjang dan
diluar spesifikasi
7.4. Rangkuman
Pada kendaraan yang sudah dilengkapi dengan self diagnostic, bila terjadi
kerusakan pada kendaraan, ECU akan merekam kerusakan dalam bentuk DTC
(Diagnostic Trouble Codes) dan menyalakan MIL (Malfunction Indicator Lamp).
Kendaraan masih dapat berjalan dengan program darurat. Dengan demikian kendaraan
masih dapat dikendarai untuk secepatnya dibawa ke bengkel.
Untuk melakukan diagnosa bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Dengan lampu kedipan atau display DTC pada odometer
Dengan menggunakan Scantool
7.5. Soal/Tugas
1. Jelaskan prosedur diagnosa dengan metode kedipan lampu !
2. Jelaskan prosedur diagnosa dengan scantool !
BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Prinsip pengontrolan pada system transmisi otomatis pada prinsipnya sama dengan
prinsip pengontrolan pada manusia, dimana manusia mempunyai panca indera sebagai
inputan dan otak yang memerintahkan ke outputan misal kaki atau tangan. Konsep control
pada system transmisi otomatis terdiri dari sensor sebagai inputan, ECU sebagai pengolah
data dan actuator sebagai penerima perintah atau eksekutor. Sensor-sensor pada
pengontrolan system transmisi otomatis antara lain : sensor temperature mesin, sensor
throttle, Vehicle speed sensor, dan lain-lain dimana semua saling terintegrasi memberikan
masukan ke ECU sehingga akan mempengaruhi kinerja dari actuator untuk mengatur
perpindahan gigi ataupun lock-up.
8.2. Impilkasi
Modul ini akan membahas konsep dasar pengontrolan system transmisi otomatis
yang sangat diperlukan karena merupakan dasar untuk melakukan perbaikan kendaraan.
Uraian materi dalam modul ini meliputi pengantar transmisi otomatis, torque converter,
planetary gear unit, sistem kontrol hidrolik, sistem kontrol elektrik serta diagnosa dan
perbaikan. Dalam setiap uraian materi dijelaskan fungsi, cara kerja dan contoh-contoh yang
terkait dengan subtansi. Diharapkan dengan mempelajari modul ini peserta akan berani
melakukan diagnosa.
DAFTAR PUSTAKA