Anda di halaman 1dari 5

‫السالم عليكم ورمحة اهلل وبركاته‬

‫اىل يَ دعُو‬ ِ ِ ِ ِ ِ‫احلم ُد لِلّ ِه الّ ِذى اَنعم َعلَى املس لِ ِمني بِن‬
َ ‫بحانَهُ َوَت َع‬َ ‫ اَمحَ ُدهُ ُس‬.‫عم ة االميَان َواالس الَم‬ َ َ ُ ََ َْ
‫نجى قَائِلَ َها ِمن‬ ِ ُ‫ واَش ه ُد اَن الَّ اِل ه اِالَّ اهلل وح َده الَ ش ِريك لَه ش هاد ًة ت‬.‫اِىل دا ِر الس الَم‬
َََ َ َ ُ َ ُ َ َ َ ّ َ َ
ِ ِ
َ ‫ اَللّ ُه َّم‬.‫بدهُ َو َر ُسولُهُ َو َحبِيبُهُ َو َخليلُهُ َسيِّ ُد االَنَام‬
‫ص ِّل َو َس لِّم‬ ُ ‫شه ُد اَ َّن حُمَ َّم ًدا َع‬
َ َ‫ َوا‬.‫َع َذاب َج َهنَّم‬
ِ ‫وز هِبِ َما بِ اَ َنو‬ ِ ِِ ٍ ِ
‫ِّع ِم‬
َ ‫اع الن‬ ُ ُ‫ص الَةً َو َس الًَما اَف‬ َ ‫َوبَ ا ِرك َعلَى َس يِّدنَا حُمَ َّمد َو َعلَى اَل ه َواَص َحابِه‬
.‫ضل َوال َكَرام‬ِ ‫َوال َف‬
ِ َّ ِ ِ ِ ِِ ِ ‫اش ر املس لِ ِم‬ ِ ‫ َفيا مع‬:‫اما بع د‬
‫ب اَن‬ ُ ‫ اَّت ُق وا اهللَ َح َّق ُت َقات ه َواش ُك ُروهُ َعلَى ن َعم ه الىِت جَي‬،‫ني‬ َ ُِ ِ َ َ َ
َ
.‫االسالَم‬ ‫هِل‬
ِ ُ‫ نعمةُ ا َداية‬.‫ُت َقابل بِالشُّك ِر العظيم‬
َ َ َ ََ
Saudaraku Kaum Muslimin yang berbahagia.
Marilah kita bertaqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya terutama dalam menjauhi hal-hal yang menyebabkan diri kita
terjerumus kedalam siksa neraka akibat akhlaq madzmumah yang sangat dimurkai oleh Allah.
Dengan bertaqwa inilah akan dapat menumbuhkan sifat-sifat yang mulia dan utama. Juga
dengan taqwa ini pula akan dapat menumbuhkan amal-amal shaleh sebagai cermin dari
keimanan kita kepada Allah SWT. Karena dari keimanan yang sempurna ini jelas akan
menimbulkan amal shaleh dan akhlaq yang utama. Begitu pula bila iman kita kurang sempurna
akan mengakibatkan akhlaq yang kurang baik.
Untuk itu, maka sebagai jalan utama untuk menghindarkan diri dari sifat-sifat yang
tercela itu tak ada jalan lain, kecuali dengan mempertebal iman. Karena makin sempurna iman
seseorang makin sempurna pula budi pekertinya. Sebaliknya bila keimanan seseorang lemah,
akan kurang baik pula budi pekertinya.
Hadirin sidang jum’at yang berbahagia.
Diantara sekian banyak akhlaq madzmumah yang sangat berbahaya sehingga dikatakan
dapat memakan kebaikan seseorang sebagaimana api memakan kayu bakar adalah sifat dengki
dan dendam. Kedua sifat inilah yang paling menonjol dalam menolak segala kebaikan yang
datang dari orang lain, lebih-lebih dari orang yang didengki dan ada rasa dendam kepada orang
tersebut.
Dengki yang mempunyai makna yang sama dengan dengki, adalah sifat seseorang yang
merasa tidak senang terhadap orang lain yang menerima nikmat dari Allah dan berkeinginan agar
nikmat tersebut lepas dari penerimanya itu. Sedangkan dendam atau hiqid adalah memendam
rasa permusuhan dengan orang lain dan menanti waktu yang tepat untuk melaksanakan
permusuhannya, melepaskan dendamnya, membalas sakit hatinya dengan mencelakakan orang
yang didendami tersebut.
Kedua sifat berbahaya ini wajib dijauhi oleh setiap orang Islam, karena sifat dengki dan
dengki ini akan dapat menutup segala kebaikan yang datang dari orang lain. Bahkan bukan hanya
menutup segala kebaikan saja, tetapi sifat dengki ini pula yang dapat mengakibatkan seseorang
tega melakukan pembunuhan sebagaimana yang terjadi pada Qabil terhadap Habil yang
diceritakan oleh Rasulullah Saw. :
ِ ِ ‫ واِيَّا ُكم واْحلِ ر‬.‫لكب ر اَ ْن الَيس ج َد ِالَدم‬ ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ
‫ص َعلَى‬ ُ ‫ص فَ ا َّن اََد َم مَحَلَ هُ اْحل ْر‬َ ْ َ ْ َ ََ ُ ْ َ ُ ْ ْ‫س مَحَلَ هُ ا‬
َ ‫ايَّا ُك ْم َوالكْب َر فَ ان ابْلْي‬
ِ ‫ واِيَّا ُكم واْحلس َد فَاِ َّن اب اَدم اِمَّنَا َقتَل اَح ُدمُه ا ص‬.‫اَ ْك ِل الشَّجر ِة‬
.‫ َف ُه َّن اَ ْص ُل ُك ِّل َخ ِطْيئَ ٍة‬.‫احبَهُ َح َس ًدا‬ َ َ َ َ َ َ ْ ‫ْىَن‬ َ َ َ ْ َ ََ
“Jauhilah sifat sombong, sesungguhnya iblis menolak sujud/hormat kepada Adam, karena
didorong oleh kesombongan. Jauhilah sifat serakah, sebab Adam sampai makan buah Khuldi
karena keserakahannya. Jauhilah sifat dengki karena dua putra Adam (Qabil dan Habil) sampai
hati yang satu membunuh yang lainnya karena kedengkian. Kesemuanya itu merupakan sumber
segala dosa”. (HR. Qusyairy dan Ibnu Asakir dari Ibnu Mas’ud)
Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.
Perasaan iri hati dan dendam apabila sudah tumbuh dengan suburnya sampai berkarat,
dapat mengakibatkan hilangnya rasa kasih sayang dan hilangnya rasa kasih sayang akan
mengakibatkan rusaknya perdamaian. Dan jika sudah sampai demikian, maka dapat
menghilangkan keseimbangan yang mulanya menjurus pada dosa-dosa kecil, kemudian akhirnya
dapat mengarah pada dosa-dosa besar yang mengakibatkan turunnya murka Allah.
Lebih berbahaya lagi, apabila sifat iri hati dan dendam sudah bersemayam dalam hati
seseorang, maka sulit rasanya disembuhkan dengan cara apapun kecuali bila keinginannya untuk
melampiaskan iri hati dan dendamnya tercapai sebagaimana terjadi pada Qabil dan Habil di atas.
Jadi akan sulit sekali memperbaikinya. Karena pada dasarnya sifat iri hati dan dendam itu
memang sulit sekali dalam menerima kebaikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Saw. :

.‫ب‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ فَا َّن اْحلَ َس َد يَأْ ُك ُل اْحلَ َسنَات َك َما يَأْ ُك ُل الن‬،‫ايَّا ُك ْم َواْحلَ َس َد‬
َ َ‫َّار اْحلَط‬
“Jauhilah sifat dengki, sesungguhnya sifat dengki memakan kebaikan sebagaimana api
memakan kayu bakar”.
Untuk mengantisipasi timbulnya sifat dengki dan dendam pada diri kita masing-masing,
marilah kita perkokoh keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah dengan berusaha untuk
memiliki sifat qana’ah, menerima segala apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita.
Disamping tidak kalah pentingnya adalah menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap sesama
muslim. Merasa senasib, seperjuangan, sependeritaan dan sepenanggungan dalam keadaan apa
saja dan berada dimana saja.
Tiada sesuatu yang membahagiakan bagi umat Islam yang berjiwa sehat, kecuali hidup
dengan rasa kasih sayang dengan dilandasi hati yang bersih dan sehat, bebas dari rasa curiga, iri
hati, dendam dan segala sesuatu yang mengganggu ketentraman batin manusia. Karena pada
dasarnya Islam sangat memperhatikan hal-hal yang dapat merusak segala sesuatu yang
mengakibatkan rusaknya keimanan dan akhlaqul karimah.
Sejalan dengan masalah tersebut, Islam juga membina umatnya agar memiliki hati yang
bersih, penuh kasih sayang dan saling mencintai, lepas dari sifat egoisme dan sebangsanya.
Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an :

ًّ‫ان َوالَجَتْ َع ْل ىِف ُقلُ ْوبِنَا ِغال‬ ِ ِ ِ


ِ َ‫لذين س ب ُقونَا بِاْ ِالمْي‬ ِ ِِ ِ ِ
ْ َ َ َ ْ َّ‫َوالَّذيْ َن َجآ ُئ ْوا من َب ْعده ْم َي ُق ْولُ ْو َن َربَّنَا ا ْغف ْرلَنَا ََِِوال ْخ َواننَا ا‬
‫ف َر ِحْي ٌم‬ ِ ِ
َ ‫لِّلَّذيْ َن اََمُن ْوا َربَّنَا ان‬
ٌ ‫َّك َر َؤ ْو‬
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a: “Ya
Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari
kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hati terhadap orang-orang beriman; Ya
Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hasyr: 10)
Dari isyarat yang ada dalam ayat ini, semakin jelas bagi kita agar benar-benar
menjauhkan diri dari sifat iri hati dan dengki terhadap orang, lebih-lebih terhadap sesama
muslim. Apalagi mencegah sifat-sifat tercela semacam ini dalam pandangan Islam dikategorikan
sebagai ibadah besar yang nilainya lebih tinggi dari puasa dan shadaqah, sebagaimana yang
diterangkan oleh Rasulullah Saw. :
ِ َ‫ اِص الَح ذ‬:‫ال‬
‫ فَ اِ َّن‬، ِ ‫ات اْ َلبنْي‬ ِ َّ ‫الص الَِة و‬ ِ ِّ ‫ض ِل ِمن َدرج ِة‬ ِ ‫رِب‬
ُ ْ َ َ‫ ق‬.‫ َبلَى‬:‫الص َدقَة؟ قَ الُْوا‬ َ َّ ‫الص يَام َو‬ َ َ ْ َ ْ‫اَآل اُ ْخ ُ ُك ْم باَف‬
.‫ الَ اَُق ْو ُل حَتْلِ ُق الش َّْعَر َولَ ِك ْن حَتْلُ ُق الدِّيْ َن‬،ُ‫ات اْ َلبنْي ِ ُه َو اْحَل الَِقة‬
ِ ‫فَساد َذ‬
ََ
“Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan
sedekah?” Jawab sahabat: “Tentu mau”, sabda Nabi: “Yaitu mendamaikan diantara kamu,
karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah menjadi pencukur yakni perusak agama”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadirin kaum muslimin yang berbahagia.
Memang pada kelihatannya secara semu, umat Islam tidak dapat dipecah-belah melalui
pedang atau peperangan oleh musuh-musuh Islam secara terang-terangan, namun rusaknya Islam
bisa tumbuh dan berawal dari dalam umat Islam sendiri melalui retaknya persatuan Islam.
Karena itu Rasulullah Saw. melarang adanya sifat-sifat jahat tersebut pada diri umat Islam.
Mengingat keberadaannya dalam hati umat Islam sangat bisa membahayakan sekali seganas
bahaya penyakit kanker dan aids. Maka dengan tegas Rasulullah Saw. melarangnya dengan
sabda beliau:
ِ ُِ ِ ِِ ِ
ُ‫اس ُد ْوا َو ُك ْونُ ْوا عبَ َاد اهلل ا ْخ َوانًا َوالَحَي ُّل ِملُ ْس ل ٍم اَ ْن َي ْه ُج َر اَ َخ اه‬
َ َ‫ض ْوا َوالَحَت‬
ُ ‫الََت َق اطَعُ ْوا َوالَتَ َد َاب ُر ْوا َوالََتبَا َغ‬
.‫َف ْو َق ثَالَ ٍث‬
“Janganlah kamu saling putus-memutuskan, belakang-membelakangi, benci-membenci, hasut-
menghasut. Hendaknya kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara satu sama lain (yang
muslim) dan tidaklah halal bagi setiap muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian penjelasan mengenai dengki dan dendam yang sungguh amat berbahaya.
Semoga sifat-sifat tercela ini dapat kita kendalikan dan dapat kita hindarkan sehingga tercipta
suasana kerukunan, ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat muslim. Amiin.

‫اس َت ْغ ِف ُر ْوهُ اِنَّهُ ُه َو اْلغَ ُف ْو ُر‬ ِِ ِ ِِ ِِ ِ ِ


ْ ‫ َو‬. َ ‫َج َعلَنَا اهللُ َوايَّا ُك ْم م َن اْملُْؤمننْي َ اْل َك املنْي َ َواَ ْد َخلَنَا َوايَّا ُك ْم ىِف َز ْم َر ِة النَّاجحنْي‬
.‫الر ِحْي ُم‬
َّ
‫ِ ِ‬ ‫ٍ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫اَحْلَ ْم ُد للّ ِه اَّلذى لَهُ اْمل ْل ُ‬
‫ك َولَهُ اْحلَ ْم ُد َو ُه َو َعلَى ُك ِّل َش ْيء قَد ْيٌر‪ .‬اَ ْش َه ُد اَن الَ الَهَ االَّ اهللُ َو ْح َدهُ‬ ‫ُ‬
‫اج املنِْي ُر‪.‬‬‫الس َر‬ ‫الَ ش ِريك لَ ه‪ .‬واَ ْش ه ُد اَ َّن حُم َّم ًدا عب ُده ورس ولُه وحبِيب ه وص ِفيُّه وخلِيلُ ه اْلب ِش ير الن ِ‬
‫َّذ ْي ُر َو ِّ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ ْ ُ َ َ ُ ْ ُ َ َ ُْ ُ َ َ ُ َ َ ْ ُ َ ْ ُ‬ ‫َ َْ ُ َ َ‬
‫ص َحابِِه اَمْج َعِنْي َ ‪.‬‬ ‫ِِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوبَا ِر ْك َعلَى َعْبد َك َو َر ُس ْول َ‬
‫ك حُمَ َّمد َو َعلَى آله َواَ ْ‬ ‫اَللّ ُه َّم َ‬
‫اما بع د‪َ :‬فيَا ِعبَ َاد اهللَ اَِّت ُق وا اهللَ َح َّق ُت َقاتِ ِه َوالَمَتُ ْوتُ َّن اِالَّ َواَْنتُ ْم ُم ْس لِ ُم ْو َن‪ .‬ف َق َ‬
‫ال َت َع اىل ىِف كِتَابِ ِه اْل َك ِرمْيِ‬
‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫اهلل ِمن َّ ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫الش ْيطَان ال َّرجْي ِم بِ ْس ِم اهلل ال رَّمْح َ ِن ال َّرحْي ِم‪ :‬ا َّن اهللَ َو َمالَئ َكتَ هُ يُ َ‬
‫ص لُّ ْو َن َعلَى النَّيِب ِّ يَااَيُّ َها‬ ‫اَعُ ْوذُ ب َ‬
‫ص ِّل َو َس لِّ ْم َوبَا ِر ْك َعلَى َس يِّ ِدنَا َو َحبِْيبِنَا حُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِآل‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص لُّ ْوا َعلَْي ه َو َس لِّ ُم ْوا تَ ْس لْي ًما‪ .‬اَللّ ُه َّم َ‬
‫ِ‬
‫اَّلذيْ َن َآمُن ْوا َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ت َعلَى َس يِّدنَا ا ْب َراهْي َم َو َعلَى ِآل َس يِّدنَا ا ْب َراهْي َم ىِف اْ َلع الَمنْي َ‬ ‫ت َو َس لَّ ْم َ‬
‫ت َوبَ َار ْك َ‬ ‫ص لَّْي َ‬
‫َس يِّدنَا حُمَ َّمد َك َما َ‬
‫ات اْالَحي ِاء ِمْنهم واْالَم و ِ‬
‫ات‪ .‬اَللّ ُه َّم‬ ‫َّك مَحِ ي ٌد جَمِ ي ٌد‪ .‬اَللّه َّم ا ْغ ِفر لِْلمسلِ ِم واْملسلِم ِ‬
‫ات واْمل ْؤ ِمنِ واْمل ْؤ ِمنَ ِ‬ ‫ِ‬
‫َْ ُ ْ َ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫نْي‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫نْي‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ان َ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫َّك اَنْت َّ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اب‬‫الس مْي ُع اْ َلعلْي ُم‪ .‬اَللّ ُه َّم ا ْفتَ ْح لَنَا اَْب َو َ‬ ‫ك اْ َلع ْف َو َواْ َلعافيَ ةَ ىِف ديْننَا َو ُد ْنيَانَا َواَ ْهلنَا َو َمالنَا ان َ َ‬
‫انَّا نَ ْس َئلُ َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ك يَا اَْر َح َم ال َّرامِحِ نْي َ ‪ .‬اَللّ ُه َّم اِنَّا اِ ْس َت ْو َد ْعنَ َ‬
‫اك َعلَى َما َقَر ْئنَا م َن اْلع ْل ِم فَ ْار ُد ْدهُ‬ ‫اب اْلعِْل ِم بَِرمْح َتِ َ‬
‫اْل َف ْه ِم َواَْب َو َ‬
‫ان َوالَجَتْ َع ْل ىِف ُقلُ ْوبِنَا ِغالًّ لِّلَّ ِذيْ َن َآمُن ْوا َربَّنَا‬
‫ِعْن َد اْحلاج ِة‪ .‬ربَّنَا ا ْغ ِف ر لَنَا َِِو ِالخوانِنَا اَّل ِذين س ب ُقونَا بِاْ ِالمْيَ ِ‬
‫َْ ََ ْ‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫َ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ف َر ِحْي ٌم‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا ىِف ُّ‬ ‫ِ‬
‫ب‬
‫ك َر ِّ‬ ‫الد ْنيَا َح َس نَةً َوىِف اآلخ َر ِة َح َس نَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّا ِر‪ُ .‬س ْب َحا َن َربِّ َ‬ ‫َّك َر ُؤ ْو ٌ‬
‫ان َ‬

‫ص ُف ْو َن َو َسالٌَم َعلَى اْمل ْر َسلِنْي َ َواْحلَ ْم ُد لِلّ ِه َر ِّ‬


‫ب اْ َلعالَ ِمنْي َ ‪.‬‬ ‫اْلعَِّز ِة ع َّما ي ِ‬
‫َ َ‬
‫ُ‬
‫ان َواِْيتَ ِاء ِذى اْل ُق ْرىَب َو َيْن َهى َع ِن اْل َف ْح َش ِاء َواْملْن َك ِر‬ ‫ِعب اد اهلل‪ ،‬اِ َّن اهلل ي أْمر بِاْلع ْد ِل واْ ِالحس ِ‬
‫َ َ ُُ َ َ ْ َ‬ ‫َ َ‬
‫ُ‬
‫ضلِ ِه يع ِطي ُكم ولَ ِذ ْكر ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اهلل‬ ‫َواْ َلب ْغ ِي‪ ،‬يَعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُر ْو َن‪ .‬فَاذْ ُك ُروا اهللَ اْ َلعظْي ِم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َو ْ‬
‫اسَئلُ ْوهُ م ْن فَ ْ ُ ْ ْ ْ َ ُ‬
‫اَ ْكرَب ‪ .‬اَ ْسَت ْغ ِف ُر اهللَ يِل َولَ ُك ْم‪ .‬اَقِ ِم َّ‬
‫الصالََة‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai