Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ARTIKEL

Mata Kuliah: Akuntansi Sektor Publik


Pengampu: Hendrawan Santosa Putra, S.E., M.Si., Ak.

PENERAPAN AKUNTANSI DALAM ORGANISASI KEAGAMAAN :


STUDI FENOMENOLOGI MASJID AGUNG BAITURRAHMAN
BANYUWANGI

disusun oleh Kelas C Kelompok 2:

Ajeng Diah Utami(180810301005)


Tanjung Pramitasari(180810301006)
Ade Eva Anggita Pratiwi (180810301008)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
Januari 2021

1
ABSTRAK

Pada era millenial saat ini terdapat penelitian-penelitian


sebelumnya seputar dunia akuntansi yang mempunyai berbagai macam
objek atau fokus yang diteliti. Dunia akuntansi tak luput bersandingan
dengan sebuah laporan keuangan yang sebagai tanda pertanggungjawaban
sebuah organisasi dalam mengemban amanah pengelolaan pada sumber
daya yang telah dilakukan dalam satu periode.Tujuan penelitian ini untuk
memperoleh seperti apa dan bagaimana penerapan atau gambaran pada
akuntansi organisasi keagamaan pada Masjid Agung Baiturrahman
Banyuwangi. Penelitian ini memakai metode kualitatif dengan studi
fenomenologi. Dengan studi fenomenologi, peneliti mengamati kejadiaan
sehari-hari, mengamati perilaku manusia dan hal apa saja yang terjadi pada
saat pengamatan yang diamati oleh peneliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masjid Agung Baiturrahman


Banyuwangi merupakan organisasi nirlaba di mana dalam organisasi
banyak sumber dana masuk dari berbagai pihak dan berbagai dana yang
terkumpul digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan yang ada di
Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Oleh karenanya, peneliti
mencoba meninjau kembali laporan keuangan Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi sesuai dengan peraturan PSAK 109 yang dapat
dijadikan pedoman dalam pelaporan keuangan masjid. Jika pelaporan
keuangan dengan baik, transparan dan akuntabel dengan sesuai PSAK
maka pada saat itu juga masjid menjadi tempat kepercayaan atas
pengelolaan keuangan kepada para donatur.

Keyword: Penerapan Akuntansi, Organisasi Nirlaba, PSAK

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.4. Batasan Penelitian.....................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................4
BAB 3......................................................................................................................8
METODE PENELITIAN.........................................................................................8
BAB 4......................................................................................................................9
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................9
BAB 5....................................................................................................................14
KESIMPULAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada zaman millenialsaat ini peran akuntansi dalam pengambilan
keputusan ekonomi dan keuangan semakin disadari oleh pihak-pihak
terkait, baik oleh organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented)
maupun organisasi yang tidak mencari laba (non – profit oriented).
Akuntansi ialah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu
sistem informasi berupa laporan keuangan yang nantinya dibutuhkan oleh
berbagai pihak baik dari pihak internal maupun pihak eksternal organisasi
(Andarsari, 2017). Oleh karena itu peranan akuntansi sangat penting untuk
menunjang keberadaan sebuah organisasi. Pentingnya peranan akuntansi
dikarenakan semakin kompleksnya variabel-variabel yang ada dalam suatu
transaksi yang terjadi dalam sebuah organisasi, terutama dalam organisasi
nirlaba.Organisasi nirlaba atau biasa disebut organisasi non profit yaitu
organisasi yang didasari punya sasaran untuk mendukung kebijakan
apenting yang terjadi pada suatu negara (mendukung kepentingan publik).
Dengan tujuannya yang tidak berorientasi untuk mencari keuntungan.
Organisasi nirlaba meliputi organisasi keagamaan, rumah sakit dan klinik
umum, sekolah negeri, organisasi politis, organisasi masyarakat, dan
organisasi sukarelawan. Salah satu organisasi yang termasuk organisasi
nirlaba adalah masjid. Masjid merupakan organisasi sektor publik yang
tergolong dalam organisasi nirlaba dalam menjalankan aktivitasnya,
dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya dan sumber daya yang
diperoleh dari masyarakat secara sukarela dan ihklas sebagai salah satu
entitas keagamaan.Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) nomor 45 memberikan pengertian tujuan laporan keuangan
organisasi nirlaba adalah untuk menyediakan informasi yang relevan untuk

1
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur,
dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba. Hal
itu berarti bahwa organisasi nirlaba juga memiliki kewajiban dan berhak
untuk membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para
pemakailaporan keuangan. Sebagai entitas, Masjid menggunakan
pelaporan akuntansi yang dananya berasal dari sumbangan masyarakat
sebagai sumber keuangannya, seperti: sumbangan donatur, sedekah atau
bentuk bantuan sosial lainnya. Penerapan akuntansi tidak sesuai dengan
standar akuntansi untuk perusahaan nirlaba seperti organisasi
keagamaan. Hal ini karena orang yang diberi amanah tugas mengurus
masjid memiliki keahlian yang berbeda dan ulet dengan tanggung
jawabnya, sehingga pemahaman mereka tentang penerapan akuntansi
masih kurang. Ada nilai-nilai spiritual seperti kejujuran, keadilan, dan
tanggungjawab yang ikut andil terhadap penerapan akuntabilitas (Sari et
al., 2018). Oleh karena itu, menjadi penting untuk
mempertanggungjawabkan kepada publik semua laporan keuangan
tersebut. Perlunya penyajian yang akuntabel dan transparan dalam
pelaporannya, agar menjadi kunci sukses bagi entitas untuk tetap eksis dan
bertahan hidup di tengah-tengah masyarakat.Berdasarkan uraian latar
belakang diatas, penulis tertarik mengangkat judul artikel “Penerapan
Akuntansi dalam Organisasi Keagamaan (Fenomenologi Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi)”

1.2. Rumusan Masalah


Sejauh mana penerapan akuntansi dapat digunakan untuk mendukung
informasi keuangan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi?

1.3. Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui bagaimana penerapan akunatansi dalam organisasi
nirlaba (organisasi keagamaan), khususnya pada Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi

2
1.4. Batasan Penelitian
Penelitian hanya ditujukan untuk Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi,
tidak untuk masjid secara umum.

3
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Organisasi Keagamaan


2.1.1. Pengertian Organisasi Keagamaan
Entitas banyak diartikan sebagai suatu satuan organisasi
(Halim, 2012). Entitas dan akuntansi saling berkaitan dengan erat
karena salah satu asumsi dasar akuntansi terdapat mengenai asumsi
entitas ekonomi dalam akuntansi. Asumsi entitas ekonomi dalam
akuntansi menyatakan bahwa seluruh transaksi ekonomi yang dicatat
dan dibukukan adalah berkaitan dengan entitas atau organisasi yang
dilaporkan (Halim, 2008). Dalam setiap tempat ibadah pasti
mempunyai transaksi ekonomi atau keuangan maka dari itu sudah
seharusnya tempat ibadah disebut sebagai organisasi atau entitas
(Siregar, 2018). Entitas atau organisasi tempat beribadah merupakan
suatu organisasi keagamaan. Organisasi keagamaan merupakan
organisasi yang berfokus pada agama tertentu yang berkaitan dengan
masalah-masalah ibadah yang dilakukan atau menjalankan kewajiban
kepada Tuhan terkait kepercayaan atau agama tertentu (Halim,
2012).
2.1.1.2. Tujuan Organisasi Keagamaan
Dalam setiap organisasi yang berdiri pasti memiliki tujuan yang
ingin dicapai, termasuk organisasi keagamaan. Tujuan organisasi
keagamaan yaitu untuk memberikan layanan dan melakukan
kegiatan yang diperlukan maupun aktivitas yang telah menjadi ritual
ibadah dalam organisasi keagamaan yang bersangkutan (Bastian
(2007), dalam Halim (2012).Walaupun organisasi keagamaan
bertujuan memberikan layanan kepada umat, hal itu tidak berarti
organisasi keagamaan tidak mempunyai tujuan keuangan. Tujuan
keuangan dilakukan dengan tujuan agar dapat mendukung tujuan

4
organisasi keagamaan dalam memberikan layanan untuk umat
beribadah tempat yang memadai serta memenuhi standar yang sesuai
dengan ajaran agama tersebut, dan untuk mendukung tujuan lainnya
yang ingin dicapai seperti tujuan sosial atau pendidikan (Halim,
2012).
2.1.2.2. Manajemen Keuangan pada Organisasi Keagamaan
Manajemen keuangan adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
untuk mendapatkan dan menggunakan dana agar dapat
meningkatkan atau memaksimumkan nilai organisasi (Halim, 2012).
Manajemen keuangan keagamaan adalah upaya yang dilaksanakan
oleh pengelola tempat keagamaan dalam menggunakan dana yang
diberikan umat yang sesuai dengan ketentuan ajaran agama dan
kepentingan bersama, dan bagaimana cara untuk memdapatkan dana
dari umat yang diperbolehkan oleh ajaran agama tersebut (Halim,
2012). Organisasi keagamaan mendapatkan dana dari umat yang
memberikannya dengan sukarela atau sumbangan dari pihak tertentu.
Oleh karena itu, seharusnya organisasi keagamaan
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana yang telah diberikan
oleh umat kepada umat dan hal itu merupakan bagian yang dapat
menunjukkan kredibilitas pengelolaan yang dijalankan (Halim,
2012).
2.2. Masjid
Kata masjid itu berasal dari bahasa arab sajada-yasjudu-
masjidan yang berarti tempat sujud (Gazalba, 1994). Arti masjid
secara umum adalah rumah atau bangunan tempat bersembahyang
orang Islam (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Dalam pengertian
khusus, masjid adalah tempat atau bangunan yang dibangun dengan
tujuan untuk digunakan sebagai tempat menjalankan ibadah,
khususnya salat berjamaah.

5
2.3. Pelaporan Keuangan pada Organisasi Nirlaba
Masjid dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba karena
tujuan utama masjid adalah memberikan pelayanan peribadahan
terhadap umat Islam. Oleh karena itu, pada bab ini akan dibahas
pelaporan keuangan pada organisasi nirlaba, khususnya masjid.
Meskipun masjid merupakan organisasi nirlaba, masjid juga
memiliki transaksi keuangan seperti mendapatkan dana dari umat
dan menggunakan dana yang diperolehnya. Oleh karena itu, masjid
harus mempertanggungjawab dana yang diperolehnya dengan
membuat laporan keuangan kepada umat. Ikatan Akuntansi
Indonesia pada tahun 2018 mensahkan Exposure Draft dari ISAK 35
yang akan mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2020. IAI
mendopsi langsung ISAK 35 yang merupakan standar akuntansi
keuangan untuk otganisasi nirlaba. ISAK 35 digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba
yang bertujuan agar laporan keuangan yang disusun dapat mudah
dimengerti dan dipahami oleh pengguna. Oleh karena itu, masjid
sebagai organisasi nirlaba diharapkan menyusun laporan keuangan
dengan berpedoman pada ISAK 35.
Dalam ISAK 35, terdapat lima jenis laporan keuangan yang perlu
disusun oleh organisasi nirlaba, yaitu :
a. Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan Penghasilan Komprehensif
c. Laporan Perubahan Aset Neto
d. Laporan Arus Kas
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Masjid sebagai organisasi nirlaba juga dapat menggunakan PSAK
109 dalam menyusun laporan keuangannya. Hal itu dikarenakan
masjid termasuk badan yang mengelola zakat, sedekah, dan infaq.
Dalam PSAK 109, terdapat 5 jenis laporan keuangan yang perlu
disusun, yaitu :

6
a. Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
b. Laporan perubahan dana
c. Laporan asset kelolaan
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan

7
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Metodologi
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatifdengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mendeskripsikan hasil penelitian dengan menggunakan
uraian dan dalam proses penelitian sering menggunakan analisis terhadap
objek penelitian. Pendekatan fenomenologi adalah pendekatan dalam
menemukan masalah penelitian berdasarkan hasil pengamatan terhadap
fakta atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari( Sugiyono, 2018)

3.2. Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang diambil dari
objek penelitian. Data sekunder didapat dari laporan keuangan yang terdapat
di Masjid Baiturrahman pada tahun 2016. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data
sekunder adalah semua data yang diperoleh baik dalam bentuk angka
maupun uraian (Indriantoro dan Supomo, 2014).
3.3. Analisis Data
Data penelitian diperoleh dari lembaga masjid di Masjid
Baiturrahman Banyuwangi. Kemudian data diolah dan dianalisis. Data
dianalisis terkait dengan masalah yang dihadapi oleh Masjid Baiturrahman
dalam laporan keuangannya. Kemudian, mendeskripsikan laporan keuangan
masjid berdasarkan ISAK 35 atau PSAK 109 yang meliputi analisis
pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan pelaporan transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh Masjid Baiturrahman.

8
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Ketentuan PSAK pada Laporan Keuangan Masjid
Masjid merupakan organisasi sektor publik yang tergolong
dalam organisasi nirlaba dalam menjalankan aktivitasnya, dengan
mengelola sumber daya yang dimilikinya dan sumberdaya yang
diperoleh dari masyarakat secara sukarela dan ihklas sebagai salah satu
entitas keagamaan. Karena hal itu, masjid sebagai tempat ibadah
memerlukan pelaporan keuangan yang efektif untuk menunjang
kegiatan peribadatan dan keagamaan. Dalam organisasi keagamaan
khususnya masjid Agung Baiturrahman ini banyak dana-dana yang
terkumpul, baik berupa zakat, infaq, dan sedekah. Dana-dana yang
banyak tersebut dialokasikan untuk beberapa kegiatan masjid seperti
renovasi masjid, biaya-biaya listrik dan air, guru ngaji dan santunan
sosial. Dengan banyaknya dana yang ada di masjid, maka perlu adanya
laporan keuangan yang efektif dan relevan yang bisa
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, donator dan juga
pemerintah.
Dalam hal pelaporan keuangan, bendahara masjid Agung
Baiturrahman melaporkan kegiatan dananya melalui laporan keuangan
sederhana dalam bentuk perbulan maupun pertahun yang berisi rincian
penerimaan dan rincian pengeluaran yang nantinya saldo bulan lalu
akan ditambahkan dengan rincian penerimaan dan dikurangi dengan
rincian pengeluaran dan menghasilkan saldo untuk bulan berjalan.
Dalam penerapannya, laporan keuangan berdasarkan PSAK 109 lebih
cocok digunakan oleh Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi karena
laporan keuangan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi hanya

9
sebatas laporan keuangan sederhana dan karena akun yang adadalam
PSAK 109 hampir sama dengan laporan keuangan masjid sederhana.
4.1. Pembahasan
4.2.1 Proses Pelaporan Keuangan Masjid Agung Baiturrahman
Berdasarkan PSAK 109
Dalam PSAK 109 terdapat 5 laporankeuanganyaitu:
a. LaporanPosisiKeuangan
Dalam laporan posisi keuangan (neraca) menunjukkan
keaadaan posisi keuangan suatu entitas organisasi, dalam hal ini
Masjid Agung Baiturrahman. Dalam penyusunan laporan posisi
keuangan, ada beberapahal yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Menggolongkan asset yang dimiliki oleh Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi, berikut ini asset yang dimiliki
Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi yang masukkedalam
PSAK 109:
a) Kas dan Setara kas: Shodaqohmasyarakat, jasatabungan,
shodaqoh perusahaan swasta, kotak jariyah jumat, kotak
tabungan akhirat, infaq Pendidikan TK Baiturrahman
Banyuwangi, infaq Pendidikan TPQ Baiturrahman
Banyuwangi, dan hasil wakaf.
b) perlengkapan.
2) Asset tetap yang dimiliki Masjid Agung Baiturrahman
Banyuwangi, yaitu: peralatan, pembangunan, dan inventaris.
3) Kewajiban yang dimiliki oleh Masjid Agung Baiturrahman
Banyuwangi, yaitu hanya kewajiban jangka pendek berupa
pemeliharaan masjid yang dibayarkan sebulan sekali, biaya
listrik dan air, pembelian barang-barang bangunan, biayacetak
dan fotocopy.
b. Laporan Perubahan Dana
Menampilkan semua penerimaan dana dan semua
pengeluaran dana Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi

10
selama bulan tertentu. Zakat tidak masuk dalam laporan keuangan
ini karena sudah ada Lembaga tersendiri untuk mengatur tentang
zakat, yaitu Lembaga Zakat Baiturrahman Banyuwangi.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas ini menggambarkan aliran kas yang terjadi
pada Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Pada Masjid
Agung Baiturrahman ini hanya ada arus kas dari aktivitas
operasis aja. Arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan
tidakada. Adapun arus kas dari aktivitas operasi yang dimiliki
Masjid Agung Baiturrahmansebagaiberikut:
1. Arus kas masuk: shodaqoh masyarakat, jasa tabungan,
shodaqoh perusahaan swasta, kotak jariah jumat, kotak
tabungan akhirat, infaq pendidikan TK Baiturrahman
Banyuwangi, infaq Pendidikan TPQ Baiturrahman
Banyuwangi, dan hasil wakaf.
2. Arus kas keluar: pembangunan atau perbaikan masjid,
konsumsi, biaya fotocopy, biaya listrik dan air, biaya
operasional kegiatan masjid, biaya administrasi, ATK (Alat
Tulis Kantor) , perlengkapan, sumbangan dan sosial, dan lain
sebagainya.
d. Laporan Perubahan Asset Kelolaan
Dikarenakan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi
tidak memiliki asset kelolaan, maka tidak dibuatkan laporan
perubahan asset kelolaan.
e. Catatan atas LaporanKeuangan
Catatan atas laporan keuangan ini menggambarkan dan
menjelaskan akun yang ada dalam laporan posisi keuangan
(neraca).

11
4.2.2 Proses Pengumpulan Dana Masjid Agung Baiturrahman
Masjid juga memiliki tujuan keuangan disamping tujuan
utamanya yaitu memberikan pelayanan dan menyelenggaran
aktivitas yang dibutuhkan oleh seluruh jamaahnya. Tujuan
keuangan tersebut digunakan untuk mendukung terlaksananya
tujuan peribadatan yang memadai yang memenuhi standar sesuai
dengan syariat islam, serta menunjang tujuan lainnyaseperti tujuan
sosial dan Pendidikan (TPQ). Tujuan keuangan ini tentunya bukan
untuk mencari keuntungan, tetapi cara bagaimana untuk
membiayai segala kebutuhan untuk beribadah umat dan kegiatan
sosial lain. Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi
mengumpulkan dananyadari masyarakat secara sukarela dan ikhlas
melalui infaq, shodaqoh, kotak amal jariah dan sebagainya.

4.2.3 Proses Pencatatan dan PelaporanKeuanganMasjid Agung


Baiturrahman Banyuwangi
Dalam proses pencatatan keuangannya, Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi menggunakan metode cash basis,
dimana Masjid Agung Baiturrahman akan mengakui
pendapatannya pada saat kas atau setara kas benar-benar diterima
secara tunai atau adanya penerimaan uang, dan mengakui
pengeluaran pada saat kas atau setara kas benar-benar dikeluarkan
(adanya uang keluar).
Pada Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi setiap
proses pemasukan terdapat dua muara. Pertama, Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi memiliki program “full timer”
dimanadalam program ini bertugas melakukan rekapan awal semua
pemasukan yang terjadi setiap minggunya. Setelah itu diserahkan
kepada bendahara umum, bendahara umum bertugas melakukan
pencatatan keuangan serta penyusunan laporan keuangan. Kedua,
berasal dari kotak ama ljamaah yang langsung ditangani oleh

12
bendahara. Terkaitdenganpenyusunuanlaporan keuangan Masjid
Agung BaiturrahmanBanyuwangi, adaempattahap yang dilakukan
oleh bendaharaumum. Pertama, bendahara umum membuat kas
bulanan atau tahunan yang menggambarkan semua pemasukan dan
pengeluaran yang terjadi dalam suatu periode.Tahap kedua,
bendahara umum kemudian membuat kodere kening. Selanjutnya
pada tahap ketiga ,bendahara umum membuat jurnal atau
pencatatan selama proses kas masuk dan kas keluar yang terjadi di
Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Tahap terakhir yaitu
bendahara umum membuat buku pembantu yang menjelaskan
pemasukan yang dimiliki oleh Masjid Agung Baiturrahman
Banyuwangi.

4.2.4 Proses Penyaluran Dana oleh Masjid Agung Baiturrahman

Selain mengumpulkan dana, Masjid Agung Baiturrahman


Banyuwangi juga menyalurkan dana yang telah dikumpulkan
untuk kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial. Kegiatan
Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi dikelompokkan menjadi
empat kelompok kegiatan. Pertama, kegiatan rutin harian seperti
menyelenggarakan kegiatan sholat rowatib, pengajian ba’da
magrib, pengajian ba’da shubuh, dan Pendidikan RA/TPQ. Kedua,
kegiatan rutin mingguan seperti menyelenggarakan ibadah sholat
jumat, pengajian Ad Dhuha, santunananakyatim. Ketiga, kegiatan
rutin bulanan seperti menyelenggarakan pengajian bulan purnama
(khusus muslimat). Keempat kegiatan rutin tahunan seperti
menyelenggarakan ibadah sholathariraya, maulidnabi, isrohmi’roj,
pembagian zakat fitrah, penyembelihan dan pembagian daging
kurban saat hari raya Idul Adha

13
BAB 5

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang sudah dijelaskan dapat ditarik kesimpulan


bahwa, pertama pada Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi sudah
melakukan pelaporan dengan cukup baik. Dilihat dari pembagian job atau
tugas atau dikenal dengan Job Description pada setiap pengurus di Masjid
Agung Baiturrahman Banyuwangi. Kedua, laporan yang dibuat oleh
bendara Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi sudah cukup baik
karena pelaporan yang dibuat tersistem dan tertata dengan program full
timer. Ketiga adanya cukup pemasukan-pemasukan dari berbagai sumber
dan dari situ bendahara membuatkan buku pembantu agar mempermudah
dalam pengelolaan seperti merekapitulasi sebuah laporan. Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi merupakan organisasi nirlaba di mana dalam
organisasi banyak sumber dana masuk dari berbagai pihak dan berbagai
sumber dana yang terkumpul digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan
yang ada di Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Oleh karena itu,
peneliti mencoba meninjau kembali laporan keuangan Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi sesuai dengan peraturan PSAK 109 yang dapat
dijadikan panduan dalam pelaporan keuangan masjid. Jika pelaporan
keuangan dengan baik, transparan dan akuntabel dengan sesuai PSAK
maka pada saat itu juga masjid menjadi tempat kepercayaan atas
pengelolaan keuangan kepada para donatur.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andarsari, P. R. (2017). Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba (Lembaga


Masjid). Ekonika : Jurnal Ekonomi Universitas Kadiri.
https://doi.org/10.30737/ekonika.v1i2.12
Sari, M., Mintarti, S., & Fitria, Y. (2018). Akuntabilitas pengelolaan keuangan
organisasi keagamaan. KINERJA. https://doi.org/10.29264/jkin.v15i2.4029
Siregar, L. M. (2018). Akuntansi Keuangan Mesjid: Suatu Tinjauan. Menara
Ekonomi.
Sugiyono. (2018). Metode Peneiltian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. In Alfabeta
Bandung.
Halim, Abdul; Kusufi, Muhammad Syam. 2012. Akuntansi Sektor Publik: Dari
Anggaran Hingga Laporan Keuangan, Dari Pemerintah Hingga Tempat
Ibadah . Jakarta: Salemba Empat
Gazalba, Sidi. 1994. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam. Cetakan 4 .
Jakarta: Pustaka Alhusna

15

Anda mungkin juga menyukai