1
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.4. Batasan Penelitian.....................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................4
KAJIAN PUSTAKA................................................................................................4
BAB 3......................................................................................................................8
METODE PENELITIAN.........................................................................................8
BAB 4......................................................................................................................9
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................9
BAB 5....................................................................................................................14
KESIMPULAN......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota organisasi, kreditur,
dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi organisasi nirlaba. Hal
itu berarti bahwa organisasi nirlaba juga memiliki kewajiban dan berhak
untuk membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para
pemakailaporan keuangan. Sebagai entitas, Masjid menggunakan
pelaporan akuntansi yang dananya berasal dari sumbangan masyarakat
sebagai sumber keuangannya, seperti: sumbangan donatur, sedekah atau
bentuk bantuan sosial lainnya. Penerapan akuntansi tidak sesuai dengan
standar akuntansi untuk perusahaan nirlaba seperti organisasi
keagamaan. Hal ini karena orang yang diberi amanah tugas mengurus
masjid memiliki keahlian yang berbeda dan ulet dengan tanggung
jawabnya, sehingga pemahaman mereka tentang penerapan akuntansi
masih kurang. Ada nilai-nilai spiritual seperti kejujuran, keadilan, dan
tanggungjawab yang ikut andil terhadap penerapan akuntabilitas (Sari et
al., 2018). Oleh karena itu, menjadi penting untuk
mempertanggungjawabkan kepada publik semua laporan keuangan
tersebut. Perlunya penyajian yang akuntabel dan transparan dalam
pelaporannya, agar menjadi kunci sukses bagi entitas untuk tetap eksis dan
bertahan hidup di tengah-tengah masyarakat.Berdasarkan uraian latar
belakang diatas, penulis tertarik mengangkat judul artikel “Penerapan
Akuntansi dalam Organisasi Keagamaan (Fenomenologi Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi)”
2
1.4. Batasan Penelitian
Penelitian hanya ditujukan untuk Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi,
tidak untuk masjid secara umum.
3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
4
organisasi keagamaan dalam memberikan layanan untuk umat
beribadah tempat yang memadai serta memenuhi standar yang sesuai
dengan ajaran agama tersebut, dan untuk mendukung tujuan lainnya
yang ingin dicapai seperti tujuan sosial atau pendidikan (Halim,
2012).
2.1.2.2. Manajemen Keuangan pada Organisasi Keagamaan
Manajemen keuangan adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
untuk mendapatkan dan menggunakan dana agar dapat
meningkatkan atau memaksimumkan nilai organisasi (Halim, 2012).
Manajemen keuangan keagamaan adalah upaya yang dilaksanakan
oleh pengelola tempat keagamaan dalam menggunakan dana yang
diberikan umat yang sesuai dengan ketentuan ajaran agama dan
kepentingan bersama, dan bagaimana cara untuk memdapatkan dana
dari umat yang diperbolehkan oleh ajaran agama tersebut (Halim,
2012). Organisasi keagamaan mendapatkan dana dari umat yang
memberikannya dengan sukarela atau sumbangan dari pihak tertentu.
Oleh karena itu, seharusnya organisasi keagamaan
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana yang telah diberikan
oleh umat kepada umat dan hal itu merupakan bagian yang dapat
menunjukkan kredibilitas pengelolaan yang dijalankan (Halim,
2012).
2.2. Masjid
Kata masjid itu berasal dari bahasa arab sajada-yasjudu-
masjidan yang berarti tempat sujud (Gazalba, 1994). Arti masjid
secara umum adalah rumah atau bangunan tempat bersembahyang
orang Islam (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Dalam pengertian
khusus, masjid adalah tempat atau bangunan yang dibangun dengan
tujuan untuk digunakan sebagai tempat menjalankan ibadah,
khususnya salat berjamaah.
5
2.3. Pelaporan Keuangan pada Organisasi Nirlaba
Masjid dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba karena
tujuan utama masjid adalah memberikan pelayanan peribadahan
terhadap umat Islam. Oleh karena itu, pada bab ini akan dibahas
pelaporan keuangan pada organisasi nirlaba, khususnya masjid.
Meskipun masjid merupakan organisasi nirlaba, masjid juga
memiliki transaksi keuangan seperti mendapatkan dana dari umat
dan menggunakan dana yang diperolehnya. Oleh karena itu, masjid
harus mempertanggungjawab dana yang diperolehnya dengan
membuat laporan keuangan kepada umat. Ikatan Akuntansi
Indonesia pada tahun 2018 mensahkan Exposure Draft dari ISAK 35
yang akan mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2020. IAI
mendopsi langsung ISAK 35 yang merupakan standar akuntansi
keuangan untuk otganisasi nirlaba. ISAK 35 digunakan sebagai
pedoman dalam penyusunan laporan keuangan organisasi nirlaba
yang bertujuan agar laporan keuangan yang disusun dapat mudah
dimengerti dan dipahami oleh pengguna. Oleh karena itu, masjid
sebagai organisasi nirlaba diharapkan menyusun laporan keuangan
dengan berpedoman pada ISAK 35.
Dalam ISAK 35, terdapat lima jenis laporan keuangan yang perlu
disusun oleh organisasi nirlaba, yaitu :
a. Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan Penghasilan Komprehensif
c. Laporan Perubahan Aset Neto
d. Laporan Arus Kas
e. Catatan Atas Laporan Keuangan
Masjid sebagai organisasi nirlaba juga dapat menggunakan PSAK
109 dalam menyusun laporan keuangannya. Hal itu dikarenakan
masjid termasuk badan yang mengelola zakat, sedekah, dan infaq.
Dalam PSAK 109, terdapat 5 jenis laporan keuangan yang perlu
disusun, yaitu :
6
a. Neraca (Laporan Posisi Keuangan)
b. Laporan perubahan dana
c. Laporan asset kelolaan
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan
7
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Metodologi
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatifdengan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang mendeskripsikan hasil penelitian dengan menggunakan
uraian dan dalam proses penelitian sering menggunakan analisis terhadap
objek penelitian. Pendekatan fenomenologi adalah pendekatan dalam
menemukan masalah penelitian berdasarkan hasil pengamatan terhadap
fakta atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari( Sugiyono, 2018)
3.2. Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang diambil dari
objek penelitian. Data sekunder didapat dari laporan keuangan yang terdapat
di Masjid Baiturrahman pada tahun 2016. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data
sekunder adalah semua data yang diperoleh baik dalam bentuk angka
maupun uraian (Indriantoro dan Supomo, 2014).
3.3. Analisis Data
Data penelitian diperoleh dari lembaga masjid di Masjid
Baiturrahman Banyuwangi. Kemudian data diolah dan dianalisis. Data
dianalisis terkait dengan masalah yang dihadapi oleh Masjid Baiturrahman
dalam laporan keuangannya. Kemudian, mendeskripsikan laporan keuangan
masjid berdasarkan ISAK 35 atau PSAK 109 yang meliputi analisis
pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan pelaporan transaksi-transaksi
yang dilakukan oleh Masjid Baiturrahman.
8
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Ketentuan PSAK pada Laporan Keuangan Masjid
Masjid merupakan organisasi sektor publik yang tergolong
dalam organisasi nirlaba dalam menjalankan aktivitasnya, dengan
mengelola sumber daya yang dimilikinya dan sumberdaya yang
diperoleh dari masyarakat secara sukarela dan ihklas sebagai salah satu
entitas keagamaan. Karena hal itu, masjid sebagai tempat ibadah
memerlukan pelaporan keuangan yang efektif untuk menunjang
kegiatan peribadatan dan keagamaan. Dalam organisasi keagamaan
khususnya masjid Agung Baiturrahman ini banyak dana-dana yang
terkumpul, baik berupa zakat, infaq, dan sedekah. Dana-dana yang
banyak tersebut dialokasikan untuk beberapa kegiatan masjid seperti
renovasi masjid, biaya-biaya listrik dan air, guru ngaji dan santunan
sosial. Dengan banyaknya dana yang ada di masjid, maka perlu adanya
laporan keuangan yang efektif dan relevan yang bisa
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, donator dan juga
pemerintah.
Dalam hal pelaporan keuangan, bendahara masjid Agung
Baiturrahman melaporkan kegiatan dananya melalui laporan keuangan
sederhana dalam bentuk perbulan maupun pertahun yang berisi rincian
penerimaan dan rincian pengeluaran yang nantinya saldo bulan lalu
akan ditambahkan dengan rincian penerimaan dan dikurangi dengan
rincian pengeluaran dan menghasilkan saldo untuk bulan berjalan.
Dalam penerapannya, laporan keuangan berdasarkan PSAK 109 lebih
cocok digunakan oleh Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi karena
laporan keuangan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi hanya
9
sebatas laporan keuangan sederhana dan karena akun yang adadalam
PSAK 109 hampir sama dengan laporan keuangan masjid sederhana.
4.1. Pembahasan
4.2.1 Proses Pelaporan Keuangan Masjid Agung Baiturrahman
Berdasarkan PSAK 109
Dalam PSAK 109 terdapat 5 laporankeuanganyaitu:
a. LaporanPosisiKeuangan
Dalam laporan posisi keuangan (neraca) menunjukkan
keaadaan posisi keuangan suatu entitas organisasi, dalam hal ini
Masjid Agung Baiturrahman. Dalam penyusunan laporan posisi
keuangan, ada beberapahal yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Menggolongkan asset yang dimiliki oleh Masjid Agung
Baiturrahman Banyuwangi, berikut ini asset yang dimiliki
Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi yang masukkedalam
PSAK 109:
a) Kas dan Setara kas: Shodaqohmasyarakat, jasatabungan,
shodaqoh perusahaan swasta, kotak jariyah jumat, kotak
tabungan akhirat, infaq Pendidikan TK Baiturrahman
Banyuwangi, infaq Pendidikan TPQ Baiturrahman
Banyuwangi, dan hasil wakaf.
b) perlengkapan.
2) Asset tetap yang dimiliki Masjid Agung Baiturrahman
Banyuwangi, yaitu: peralatan, pembangunan, dan inventaris.
3) Kewajiban yang dimiliki oleh Masjid Agung Baiturrahman
Banyuwangi, yaitu hanya kewajiban jangka pendek berupa
pemeliharaan masjid yang dibayarkan sebulan sekali, biaya
listrik dan air, pembelian barang-barang bangunan, biayacetak
dan fotocopy.
b. Laporan Perubahan Dana
Menampilkan semua penerimaan dana dan semua
pengeluaran dana Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi
10
selama bulan tertentu. Zakat tidak masuk dalam laporan keuangan
ini karena sudah ada Lembaga tersendiri untuk mengatur tentang
zakat, yaitu Lembaga Zakat Baiturrahman Banyuwangi.
c. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas ini menggambarkan aliran kas yang terjadi
pada Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Pada Masjid
Agung Baiturrahman ini hanya ada arus kas dari aktivitas
operasis aja. Arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan
tidakada. Adapun arus kas dari aktivitas operasi yang dimiliki
Masjid Agung Baiturrahmansebagaiberikut:
1. Arus kas masuk: shodaqoh masyarakat, jasa tabungan,
shodaqoh perusahaan swasta, kotak jariah jumat, kotak
tabungan akhirat, infaq pendidikan TK Baiturrahman
Banyuwangi, infaq Pendidikan TPQ Baiturrahman
Banyuwangi, dan hasil wakaf.
2. Arus kas keluar: pembangunan atau perbaikan masjid,
konsumsi, biaya fotocopy, biaya listrik dan air, biaya
operasional kegiatan masjid, biaya administrasi, ATK (Alat
Tulis Kantor) , perlengkapan, sumbangan dan sosial, dan lain
sebagainya.
d. Laporan Perubahan Asset Kelolaan
Dikarenakan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi
tidak memiliki asset kelolaan, maka tidak dibuatkan laporan
perubahan asset kelolaan.
e. Catatan atas LaporanKeuangan
Catatan atas laporan keuangan ini menggambarkan dan
menjelaskan akun yang ada dalam laporan posisi keuangan
(neraca).
11
4.2.2 Proses Pengumpulan Dana Masjid Agung Baiturrahman
Masjid juga memiliki tujuan keuangan disamping tujuan
utamanya yaitu memberikan pelayanan dan menyelenggaran
aktivitas yang dibutuhkan oleh seluruh jamaahnya. Tujuan
keuangan tersebut digunakan untuk mendukung terlaksananya
tujuan peribadatan yang memadai yang memenuhi standar sesuai
dengan syariat islam, serta menunjang tujuan lainnyaseperti tujuan
sosial dan Pendidikan (TPQ). Tujuan keuangan ini tentunya bukan
untuk mencari keuntungan, tetapi cara bagaimana untuk
membiayai segala kebutuhan untuk beribadah umat dan kegiatan
sosial lain. Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi
mengumpulkan dananyadari masyarakat secara sukarela dan ikhlas
melalui infaq, shodaqoh, kotak amal jariah dan sebagainya.
12
bendahara. Terkaitdenganpenyusunuanlaporan keuangan Masjid
Agung BaiturrahmanBanyuwangi, adaempattahap yang dilakukan
oleh bendaharaumum. Pertama, bendahara umum membuat kas
bulanan atau tahunan yang menggambarkan semua pemasukan dan
pengeluaran yang terjadi dalam suatu periode.Tahap kedua,
bendahara umum kemudian membuat kodere kening. Selanjutnya
pada tahap ketiga ,bendahara umum membuat jurnal atau
pencatatan selama proses kas masuk dan kas keluar yang terjadi di
Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi. Tahap terakhir yaitu
bendahara umum membuat buku pembantu yang menjelaskan
pemasukan yang dimiliki oleh Masjid Agung Baiturrahman
Banyuwangi.
13
BAB 5
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15