Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ILMU-ILMU BAHASA ARAB


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metedologi Studi Bahasa Arab

Dosen Pengampu : SUHADI, M.S.I

Disusun Oleh :

Isma Fatkhi (2020710083)

Zuni khoirurohmah (2020710084)

Zudhistira Gymnastiar Alhabib (2020710085)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta


alam. Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula
penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada
kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘’Ilmu-Ilmu Bahasa Arab yang bertujuan


untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab. Pada makalah
diuraikan tentang man’ut,na’at,maushuf,shifat.

KUDUS,02 OKTOBER 2020


DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Na'at dan Man'ut

Na'at (bisa juga disebut kata sifat) ialah sesuatu yang disebutkan setelah isim (kata benda) untuk
menjelaskan gambaran keadaan atau keadaan yang berhubungan dengan isim tersebut.
Adapun Man'ut adalah isim yang disifati.
Contoh dalam bahasa Indonesia;

"Seorang siswa yang rajin telah datang"

Kata Seorang siswa adalah Man'ut atau yang disifati.


Sedangkan kata yang rajin adalah kata sifatnya atau Na'at.

Mari langsung kita liat contohnya dalam bahasa Arab:

‫ال ُم ْج َت ِه ُد‬ ‫جَ ا َء الت ِْل ِم ْي ُد‬   "Seorang siswa yang rajin telah datang"

Kata ‫ الت ِْل ِم ْي ُد‬adalah merupakan Man'ut (yang disifati), sedangkan  ُ‫ال ُم ْج َت ِهد‬ adalah Na'at nya atau
yang menyifati.

2. Hukum Na'at dan Man'ut


Dalam bahasa Arab semua tata bahasa ada aturannya, balegitu juga dengan
pembahasan  na’at dan man’ut yang kita bahas di atas. Keduanya adalah sama seperti kembaran
atau sepasang kata  yang harus sama dalam empat hal, yaitu:
a. status i’rabnya. Misalnya:
 ‫رأيت األ ِم ْي َر العاد َل‬  'saya melihat seorang pemimpin yang adil itu'
Antara Na'at dan Man'ut sama-sama manshub (dibaca nashob dengan tanda nashob fathah).

ِ ‫ذهبت إلَى ال َمس‬ 


 ‫ْج ِد ال َكبِي ِْر‬ ُ 'saya pergi ke masjid yang besar itu'
 Keduanya juga sama-sama majrur (dibaca her dengan tanda jer kasroh, karena ada huruf jer sebelumnya)

Misalnya :
‫' حضر الطالب الناجح‬seorang siswa yang rajin itu telah hadir'
Kata ‫ الطالب‬adalah mudzakkar (isim yang menunjukan arti laki laki) begitu juga dengan Na'at nya keduanya
sama-sama mudzakkar
 ‫' حضرت الطالبة الناجحة‬seorang siswi yang rajin itu telah hadir'
Antara Na'at dan Man'ut  di atas juga sama-sama mu'annats (isim yang menunjukan arti perempuan).

c.  'adadnya (jumlahnya) baik isim mufrad  (satu), isim mutsanna (dua) dan jamak  (plural/banyak).


Contohnya :
‫ جاء الطالب الناجح‬sama-sama mufrad (berarti satu)
‫ جاء الطالبان الناجحان‬sama-sama bentuk dua (mutsanna) yaitu 'dua siswa yang rajin'
 ‫ جاء الطالب الناجحون‬sama-sama berbentuk jamak. Yaitu 'para siswa yang rajin
d.  makrifat dan nakirahnya (Umum dan Khusus), Misalnya :
‫' جاء طالبٌ ناج ٌح‬seseorang siswa yang rajin telah tiba'
sama-sama nakirah (ditandai  dengan dibaca tanwin) maka keduanya menunjukan arti yang masih umum.
 ‫' جاء الطالبُ الناج ُح‬siswa yang rajin itu sudah datang'
sama-sama makrifah (menunjukan arti khusus)

3. Bentuk Na'at
Selain itu na’at ditinjau dari bentuknya juga terbagi menjadi tiga, yaitu na'at mufrad (berbentuk
satu), jumlah (berbentuk kalimat) dan syibh al-jumlah (berbentuk menyerupai kalimat)
Contoh dari na’at mufrad yaitu:
  ٌ‫( األسد حيوانٌ مفترس‬singa adalah hewan yang buas).
Kata ٌ‫ مفترس‬adalah Na'at mufrad karena hanya terdiri dari satu kata saja.
Adapun syarat na’at jumlah dan syibhul-jumlah adalah man’utnya (yang disifatinya) harus berupa nakirah
(isim yang menunjukan arti umum).

Contohnya:
‫يفترس‬  ٌ‫األسد حيوان‬ 
'singa adalah hewan yang bersifat buas'
Kata ‫ يفترس‬adalah Na'at yang berupa fi'il mudhore (fi'il yang menunjukan arti sedang atau akan), yang
otomatis dia adalah sebuah kalimat karena fi'il didalamnya sudah ada kata kerja (predikat) dan juga subjek.

 ‫شوارعها واسعة‬ ‫القاهرة مدينة‬


'Qoiro adalah sebuah kota yang jalanannya luas'
Contoh kedua di atas sudah cukup jelas ya, karena yang digaris bawahi di atas adalah Na'at jumlah (Na'at
yang berupa kalimat).
Adapun contoh dari na’at syibhul-jumlah adalah: 
 ‫عند بكائه‬ ً‫أبصرت طفال‬
ُ
'saya melihat seorang balita ketika ia sedang menangis'
Kata ‫عند بكائه‬ adalah merupakan Syibhul-jumlah atau yang menyerupai kalimat, karena ia sebenarnya
adalah rangkaian kata penjelas yang tidak memiliki susunan predikat dan subjek yang tidak utuh.

Apakah anda tahu perbedaan kedua kalimat di bawah ini?


ٌ
1- (nakirah) ‫أستاذ يفرح‬ ‫جاء‬
2- (makrifah) ‫جاء األستا ُذ يفرح‬
Perbedaannya adalah: 
Kalimat yang pertama memiliki arti “guru yang bergembira telah datang” dan kalimat kedua berarti “guru
itu datang dengan gembira”. Sudah jelas bukan perbedaan diantara keduanya?
Kalimat yang pertama, pada kalimat ‫يفرح‬ (yafrah) menjadi na’at atau sifat seperti yang sudah kita pelajari
sebelumnya, karena diawali dengan kata-kata yang nakirah (bermakna umum) yaitu  ‫أستاذ‬ٌ

Sedangkan yafrah pada kalimat terakhir menjadi khal (‫ )حال‬atau menerangkan tentang keadaan guru
tersebut ketika datang. karena diawali dengan kata-kata yang makrifah (bermakna khusus) yaitu  ‫األستا ُذ‬
(tanda makrifatnya adalah terdapat Alif dan lam di awal kata
PENGERTIAN SIFAT DAN MAUSHUF

2. Sifat Dan Mausuf Sifat dan mausuf terdiri dari dua istilah, maka untuk lebih jelasnya, pengkaji
akan menjelaskan satu persatu. a. Sifat ) ‫فىكتابملخصقواعداللغةالعربيةيقواللنعت تابع يدل على صفة فى اسم قبله‬
٥١ : ,‫ )نعمه‬Artinya: “Sifat adalah setiap isim yang mengikuti kepada yang diikuti dan menunjukkan
atas sifat pada isim (kata benda) sebelumnya “. ‫وفىكتابالعسماوىيقواللتا بع تا بع للمنعوت فى رفعه ونصبه‬
٣٢ ) ,‫ وخفضه و تعريفه و تنكير )عبدااللهوالعشماوى‬: Artinya: “Sifat menurut istilah adalah setiap isim yang
mengikuti kepada yang diikuti (mausuf) baik pada saat rofa‟, nasab, khofad, dan baik pada saat
ma‟rifat atau nakirah”. Berdasarkan batasan - batasan di atas maka yang dimaksud dengan sifat
dalam kajian ini adalah kata sifat atau yang bermakna sifat yang mengikuti kata benda yang
menunjukkan arti sifat pada kata benda tersebut, baik pada saat rofa‟, nasab, khofad, dan pada
saat Ma‟rifat atau Nakirah.

b. Mausuf : ٩٦) ‫فىكتابجميعالدروسيقواللموصوف هو ما دل على ذ ا ت الشئ وحقيقته وهوموضوع لتحمل عليه الصفة‬
‫الغاليين‬١٩٨٧) Artinya: “Mausuf adalah isim yang menunjukkkan atas zat (benda) sesuatu dan
hakekatnya dan didalam mausuf tersebut terkandung makna sifat”. Yang dimaksud dengan
mausuf dalam kajian ini adalah setiap kata benda (Isim) yang diikuti oleh kata (kalimat) yang
menunjukan makna sifat bagi kata benda tersebut (Isim), baik kata benda tersebut dalam
keadaan Rofa‟, Nasab, Khofad, dan pada saat Ma‟rifat atau Nakirah, serta jenis dan adad. 3.
Hubungan Sintaksis Hubungan sintaksis terdiri dari dua istilah, maka untuk lebih jelasnya, akan di
uraikan satu persatu: a. Hubungan Di dalam Buku Kamus Umum Bahasa Indonesia di jelaskan
bahwa Hubungan adalah keadaan berhubungan atau dihubungkan, berkenaan dengan apa yang
di sebutkan dahulu, suatu yang dipakai untuk Berhubungan, Pertalian : Sangkut Paut; Kontak;
Ikatan (Keluarga, Persahabatan). (Poerwadarminta, 1984: 362). Yang dimaksud dengan
hubungan dalam kajian ini adalah nisbah, yaitu menggabungkan suatu kata dengan kata lain
dengan ketentuan kata kedua merupakan kata sifat atau jumlah. Yang pertama menunjukkan
makna Isim. b. Sintaksis Dalam Buku Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Sintaksis
adalah Pengetahuan tentang susunan kata dan kalimat; Ilmu Tata Kalimat”. (Poerwadarminta,
1984: 951)
Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan hubungan sintaksis dalam kajian ini
adalah hubungan kata dengan kata lain yang akan melahirkan makna baru selain makna Juzu‟
(unsurnya) yang dalam hal ini adalah hubungan sintaksis Sifat dan Mausuf. Makna baru yang
muncul dari hubungan kata dengan kata lain dapat berupa makna klausa atau Frasa. Hubungan
makna klausa adalah hubungan yang membuat kedua kata itu dianggap sebagai kalimat dasar.
karena kata-kata tersebut sudah syah mengisi fungsi inti bahasa, sedangkan hubungan frasa
adalah hubungan kata dengan kata lain yang maknanya tidak mencapai makna klausa atau
kalimat, seperti hubungan Idhofah dan sifat Mausuf.

Analisis Fungsi Bahasa Dalam Bahasa Arab Sifat dan Mausuf meupakan persamaan dari Na‟at
dan Man‟ut, dan untuk lebih memudahkan kajian, maka dalam Skripsi ini, pengkaji akan
memakai Qaidah Sifat dan Mausuf. Namun untuk sampai kepada pengertian yang sebenarnya,
ternyata jarang ada batasan yang sama antara ahli (Ulama‟) Nahwu yang satu dengan Ulama‟
Nahwu yang lain. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut akan dikemukakan batasan-batasan
pengertian Sifat dari berbagai ahli Nawu seperti di bawah ini : Di dalam kitab Taswik Al-Khallan,
dijelaskan menurut bahasa bahwa “Sifat adalah menSifati sesuatu dengan apa yang ada
padanya, baik atau buruk“. (Ma‟sum, : -:163).

Berdasarkan batasan-batasan pengertian di atas maka, yang dimaksud dengan Sifat dalam kajian
ini adalah Kata Sifat yang mengikuti yang disifatinya (Mausuf) untuk menjelaskan dan
menyempurnakan sebagian keadaan Mausufnya, baik pada I‟rab, Ma‟rifat, Nakirah, maupun
pada Mufrad, Jumlah dan Syibhul Jumlah. Dan di dalam Kitab Jami‟ uddurus dijelaskan
bahwa,”Mausuf adalah isim yang menunjukkan atas zat sesuatu dan hakekatnya, dan dia
ditempatkan untuk dibebani atasnya Sifat”. (Al-Galyani,1987: 97). Berdasarkan batasan
pengertian di atas, yang dimaksud dengan mausuf dalam Skripsi ini adalah Isim yang
menunjukkan atas zat sesuatu dan hakekatnya, dan diikuti oleh kalimat yang menunjukkan
makna Sifat kepada isim tersebut baik pada I‟rab, Ma‟rifat, Nakirah, maupun pada Mufrad,
jumah dan Sibhul Jumlah. Dan dipandang perlu dalam Skripsi ini. Bahwa bahwa pengkaji akan
memaparkan beberapa hal yang sangat mendasar dalam hal ini

Persamaan Dan Perbedaan Sifat Dan Na’at. Dijelaskan diberbagai kitab Nahwu, bahwa Sifat dan
Na‟at memiliki makna yang sama yaitu mengikuti sesuatu, akan tetapi, Na‟at lebih dikhususkan
kepada yang berubah–ubah seperti kata ‫مئاق‬, ‫ براض‬.Sedangkan Sifat tidak dikhususkan kepada
yang berubah–ubah. Bahkan secara umum, boleh dipakai pada yang berubah–ubah dan boleh
dipakai kepada yang tidak berubah–ubah seperti kata ‫ نسح‬, ‫مالع‬. Dan mengenai perbedaan
antara Sifat dan Na‟at, dijelaskan di dalam kitab Syaikh Kholid bahwa: - Sifat adalah lafaz –lafaz
yang semakna dengan apa yang berlaku sebenarnya. Contoh : ‫ هلالقاصوا‬/ Sifat – Sifat Allah dan
disini kita bilang Sifat–Sifat Allah bukan Na‟at –na‟at Allah. Dalam bahasa sifat berperan sebagai
kata (kata sifat) dan sebagai fungsi (tataran fungsi bahasa) - Na‟at adalah lafaz–lafaznya yang
dikhususkan kepada yang berubah–ubah.

Semantik sintaksis sifat mausuf dalam bahasa Arab Pada Bab ini pengkaji akan membicarakan
Simantrik (Makna) Sintaksis Sifat Mausuf dalam Bahasa Arab. Simantik Sitaksis terdiri dari dua
istilah untuk lebih jelasnya, maka akan di uraikan satu persatu dari kedua istilah tersebut. Di
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa ”Simantik (Makna) adalah arti dan
maksud sebuah kata” (Poerwadarminta, 1984:624). Sedangkan Simantik dijelaskan pula di dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “Simantik (Makna) adalah pengetahuan
tentang kata dan Kalimat” (Poerwadarminta, 1984: 951). Berdasarkan batasan-batasan di atas
maka yang dimaksud dengan Simantik Sintaksis adalah makna kata yang muncul dengan adanya
hubungan kata tersebut dengan kata lain, selain makna Juzu‟ (Unsur) nya, yang dalam hal ini
adalah Simantik (Makna) Sintaksis Sifat Mausuf. Makna kata yang muncul dari Simantik Sintaksis
dapat berupa Makna Klausa dan Makna Frasa. Makna Klausa adalah makna yang membuat dua
kata itu dianggap syah mengisi fungsi inti bahasa. Sedangkan makna Frasa adalah makna kata
yang tidak mencapai makna Klausa atau Kalimat, seperti hubungan Idafat dan Sifat Mausuf.
Simantik Sintaksis Sifat Mausuf dalam Bahasa Arab yang muncul adalah Simantik (Makna) Sifat
berupa “Yang” dan makna Sifat berupa “Lokatif” atau yang menunjukkan tempat (waktu)

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN Setiap kajian atau penelitian yang dilakukan pasti ada tujuan yang ingin dicapai,
adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah: ingin mengetahui bagaimana prilaku sifat
maupun dalam hubungan sintaksis bahasa arab. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengkaji
menggunakan pendekatan atau pengumpulan data berupa membaca dan menganalisis sesuai
dengan bab atau pasal yang telah dirancang. Dari hasil pengumpulan data dengan teknik membaca
dan menganalisis sesuai dengan Bab atau Pasal yang dirancang, maka jelas bahwa ada perilaku,
bentuk, dan makna yang muncul dalam hubungan Sintaksis Sifat dan Mausuf, yakni: 1. Perilaku sifat
yaitu mensifati sesuatu dengan apayang ada padanya, baik ataupun buruk dengan cara mengikuti
kata benda (Isim) baik pada I‟rab, Makrifat, Nakirah, Mufrad, Jumlah, Syibhul Jumlah. 2. Bentuk Sifat
yaitu Sifat (Na‟at) Hakiki dan Sifat (Na‟at) Sababi dan disertai dengan Sifat (Na‟at) Mufrad, Jumlah,
dan Syibhul Jumlah. 3. Makna yang muncul dari hubungan Sintaksis Sifat Mausuf yaitu Simantik
(makna) sifat berupa “Yang” dan makna Sifat berupa “Lokotif” atau yang menunjukkkan tempat
(waktu).

Anda mungkin juga menyukai