Anda di halaman 1dari 11

GANGGUAN PADA SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Nama/No. Absen)

Kelas :

Tujuan:
 Siswa dapat memprediksikan penyakit yang muncul akibat imunodefisiensi
 Siswa dapat memprediksikan penyakt yang muncul akibat hipersensitivitas
 Siswa dapat memprediksikan penyakit yang muncul akibat autoimunitas
Dasar Teori
Terdapat tiga jenis gangguan pada sistem pertahanan tubuh manusia, yaitu
imunodefisiensi, hipersensitivitas, dan autoimunitas.
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana sistem kekebalan seseorang sangat
lemah atau tidak mampu melakukan tugasnya melawan infeksi berbahaya.
Imunodefisiensi dapat terjadi karena bawaan sejak lahir maupun muncul di waktu
dewasa. Hipersensitivitas adalah respon berlebihan terhadap antigen tertentu yang
disebut alergen. Autoimunitas adalah kegagalan sistem kekebalan untuk
mengenali sel tubuhnya sendiri. Sistem kekebalan menganggap sel tubuhnya
sebagai antigen dan menghasilkan antibodi untuk melawannya.
Masalah
Berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh ketiga gangguan sistem
pertahanan tubuh saat ini telah diidentifikasi. Sekarang cobalah berpikir sebagai
seorang dokter dan diskusikan dengan anggota kelompokmu, termasuk jenis
gangguan yang manakah beberapa penyakit dalam kasus di bawah ini! Jelaskan
alasan kalian!
Kasus 1: Penyakit Antibodi Anti Sperma (AAS)

Kasus yang paling sering terjadi adalah setelah vasektomi. Fenomena ini
terjadi karena sperma terus menerus diproduksi tetapi tidak dapat keluar lewat
saluran reproduksi. Hal ini menyebabkan sperma kemudian bertumpuk dalam
tubuh dan dikenali sebagai antigen asing sehingga tubuh membentuk antibodi
terhadap sperma.
Sperma yang diejakulasikan ke luar memiliki sifat antigenitas yang tinggi.
Perjalanan sperma melewati epididimis, dimana sperma mendapatkan
kemampuan motilitas dan menjadi dewasa telah memperkuat sifat antigen sperma
yang bersangkutan. Selain itu pemaparan terhadap lingkungan cairan semen juga
semakin meningkatkan sifat antigenitas dari sperma.
Antibodi yang terbentuk berikatan dengan bagian tertentu dari sperma
(kepala atau ekor) dan menyebabkan masalah sesuai dengan tempat
perlekatannya. Sperma dapat saling terikat satu sama lain (beraglutinasi), gagal
berinteraksi dengan mukosa serviks vagina, atau gagal menembus sel telur.
Infertilitas yang disebabkan oleh adanya antibodi anti sperma (AAS) seringkali
disertai gejala-gejala klinik yang khas dan perubahan variabel-variabel semen
tertentu.
(sumber : http://www.republika.co.id)
Jenis Gangguan:.....................................................................................................
Alasan:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................
Kasus 2 : Lupus Eritomatosus Sistemik (LES)

Penyakit LUPUS adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan


kanker. Gejala-gejala penyakit dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik
(LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan. sedangkan sistemik
bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau
Lupus.
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah: Kulit yang mudah gosong
akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan. Gejala umumnya
penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-
pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa
remisi (nonaktif) menghilang. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang
membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash).
Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh,
menonjol dan kadang-kadang bersisik.
Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka wanita yang sudah terserang
dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai mengidap Lupus. Anemia yang
diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit LUPUS ini.
Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi yang berlebih.
Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul
berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang
sehat. Antibodi yang berlebihan ini, bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua
cara yaitu : Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel
tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan hancur.
Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah atau
anemia. Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang
pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.
Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di
pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan normal,
kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit). Tetapi, dalam keadaan
abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Malah sel-sel radang
tadi bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang menimbulkan
peradangan di sekitar kompleks.
Hasilnya, proses peradangan akan berkepanjangan dan akan merusak
organ tubuh dan mengganggu fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai
gejala penyakit. Kalau hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ
tubuh akan terganggu.

Foto penderita LES dengan ruam-ruam merah dan lebam di wajahnya.


(sumber: http://doktersehat.com)

Jenis Gangguan:.....................................................................................................
Alasan:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...............................................................................................
Kasus 3: Penyakit SCID

Pasien SCID terlahir tanpa sistem kekebalan tubuh. Tanpa perlakuan itu,
mereka memiliki peluang hidup singkat dalam gelembung steril. Pengaruh sedikit
saja dari penyakit dapat membunuh mereka. Gen tunggal menjadi penyebab
sindrom tersebut. Keadaan itu dapat dipengaruhi dengan transplantasi sumsum
tulang. Perlakuan melalui sumsum tulang akan berpeluang berhasil jika dilakukan
sejak awal. Namun, dengan kondisi bayi yang masih rentan terkena penyakit
justru membuat masalah baru.
Peneliti Prancis yang dipimpin Dr. Alain Fisher asal Rumah Sakit Necker
memakai retrovirus untuk membawa gen bagus untuk mengoreksi pengaruh pada
sistem sel sumsum dan kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh si pasien.
Selanjutnya retrovirus memasukkan bahan genetik mereka ke dalam DNA sel
yang dipengaruhinya. Sel sumsum tulang akan tumbuh dan berkembang biak
menggantikan sel tidak sempurna.
(sumber: http://www.denpost.com)

Jenis Gangguan:.....................................................................................................
Alasan:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................................
Kasus 4: Penyakit Poisson Ivy Blisters

Penyakit ini terjadi setelah seseorang dengan gangguan sistem pertahanan tubuh
tertentu mengadakan kontak dengan tanaman Poisson Ivy. Bahan kimia organik
dalam poisson ivy dapat berkombinasi dengan protein membran dalam tubuh dan
mengubah strukturnya. Protein yang berkombinasi tersebut menjadi semacam gen
asing dan dilawan oleh T cell yang menyebabkan gejala peradangan, luka, dan
bisul di bagian jaringan tubuh yang mengadakan kontak dengan tanaman Poisson
Ivy.

Tanaman Poisson Ivy Gejala yang nampak pada kaki


(sumber: Biological Science)

Jenis Gangguan:.....................................................................................................
Alasan:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...............................................................................................
Kasus 5: Penyakit AIDS

AIDS adalah sindrom kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat
dari kerusakan spesifik sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV pada
manusia, dan virus yang mirip pada spesies lain (SIV, FIV, dan lain-lain). Kondisi
akhir pada orang yang terkena penyakit ini membuat seseorang rentan terhadap
infeksi oportunistik dan tumor. Walaupun sudah ada penanganan untuk AIDS dan
HIV dengan memperlambat laju perkembangan virus, penyakit ini belum bisa
disembuhkan.

Gejala AIDS merupakan hasil dari kondisi yang umumnya tidak akan
terjadi pada individu dengan sistem kekebalan yang sehat. Kebanyakan kondisi ini
adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dan parasit yang dalam
keadaan normal bisa dikendalikan oleh elemen sistem kekebalan yang dirusak
HIV. Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti demam,
keringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan,
kelemahan, dan penurunan berat badan. Tiga rute utama masuknya HIV adalah
hubungan seksual, paparan dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, dan
dari ibu ke fetus atau anak selama periode perinatal. Pada air liur, air mata dan
urin orang yang terinfeksi, dapat ditemukan HIV, tetapi tidak ada kasus infeksi
oleh hal ini, dan risiko infeksi tidak berarti.

Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena


dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya
borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV
(limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis
dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat
sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat
kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Risiko tersebut
juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular
seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang
menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofag.
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode
satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran
kontak dengan virus atau, jika gagal, perawatan antiretroviral secara langsung
setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis
(PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut banyak
waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare,
tidak enak badan, mual, dan lelah.

(sumber: http://www.wikipedia.org)

Orang dengan HIV-AIDS (ODHA)

Jenis Gangguan:.....................................................................................................
Alasan:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..............................................................
Kasus 6: Penyakit Hughes Syndrome

Hughes syndrome adalah suatu kelainan kesehatan yang ditandai dengan


kecenderungan penggumpalan darah yang berlebihan, baik di pembuluh darah
arteri maupun vena. Penggumpalan darah ini terjadi karena tingginya kadar suatu
antibodi yang disebut antibodi antifosfolipid di dalam darah penderita. Sebab itu,
sindroma hughes dikenal pula dengan nama antiphospholipid syndrome atau APS.
Secara populer penyakit ini juga dinamai stikcy blood syndrome, karena
kecenderungan darah untuk menggumpal, saling melengket satu sama lain.

Manifestasi atau akibat dari kecenderungan penggumpalan darah


berlebihan ini antara lain sakit kepala (migrain), gampang lupa atau linglung,
bercak-bercak kebiruan di kulit yang disebabkan darah yang menggumpal di
pembuluh darah dekat permukaan kulit, epilepsi, sakit jantung yang disebabkan
oleh penggumpalan darah di pembuluh darah jantung dan stroke yang disebabkan
oleh penggumpalan darah di pembuluh darah otak. Gejala lain yang paling sering
menjadi indikasi untuk menduga adanya sindroma hughes adalah terjadinya
keguguran yang berulang-ulang, dan biasanya terjadi pada usia kehamilan yang
cukup tinggi. Pada sindroma hughes salah satu manifestasi kerja hiperaktif dari
sistem imun adalah penggumpalan darah yang berlebihan atau tidak semestinya.

(Sumber: http://republika.co.id)

Jenis Gangguan:.....................................................................................................
Alasan:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
.................................................................................
Kasus 7: Penyakit Hay Fever

Penderita Hay Fever mengalami kelainan pada sistem imun. Hay fever
terjadi ketika sel plasma mensekresi IgE yang spesifik terhadap alergen serbuk
sari. Beberapa di antara antibodi IgE terikat melalui ekornya ke sel-sel mast yang
terdapat dalam jaringan ikat, tanpa berikatan dengan serbuk sari. Kemudian,
ketika butiran serbuk sari itu memasuki tubuh, serbuk sari itu terikat dengan
tempat pengikatan antigen dari sel-sel mast yang berasosiasi dengan IgE, sehingga
mengaitsilangkan molekul-molekul antibodi yang berdekatan. Kejadian ini
menginduksi sel-sel mast untuk mengalami degranulasi yaitu membebaskan
histamindan agen peradangan lain dari vesikula yang disebut granula. Histamin
menyebabkan pembesaran dan peningkatan permebealitas pembuluh darah kecil.
Kejadian peradangan ini menghasilkan gejala yang khas antara lain bersin, hidung
berair, mata berair, dan kontraksi otot polos yang dapat mnyebabkan kesulitan
bernapas.
(sumber: Biologi Campbell Jilid 3)

Jenis Gangguan:.....................................................................................................
Alasan:
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
...................................................................................................
GANGGUAN PADA SISTEM PERTAHANAN TUBUH

Kasus 1 : Gangguan Autoimunitas, alasan bervariasi sesuai dengan kreativitas


kelompok
Kasus 2 : Gangguan Autoimunitas, alasan bervariasi sesuai dengan kreativitas
kelompok
Kasus 3 : Gangguan Imunodefisiensi, alasan bervariasi sesuai dengan kreativitas
kelompok
Kasus 4 : Gangguan Hipersensitivitas, alasan bervariasi sesuai dengan kreativitas
kelompok
Kasus 5 : Gangguan Imunodefisiensi, alasan bervariasi sesuai dengan kreativitas
kelompok
Kasus 6 : Gangguan Autoimunitas, alasan bervariasi sesuai dengan kreativitas
kelompok
Kasus 7 : Gangguan Hipersensitivitas, alasan bervariasi sesuai dengan kreativitas
kelompok

Anda mungkin juga menyukai