Bab Ii
Bab Ii
LANDASAN TEORI
A. PERMASALAHAN UMUM FILSAFAT ILMU
1.Defenisi filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau secincin juga disebut
epistemologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme yang
berarti Sains , ilmu pengetahuan dan logo yang berarti teori. istilah ini pertamakali
dipopulerkan oleh JF feri tahun 1854 yang membuat doa cabang filsafat yakni epistemologi
dan ontologi (padberarti makhluokujud, apa + logo berarti teori), jadi ontologi secara benar-
benar berarti "teori tentang apa".
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang
menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti
bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah
sudah ada yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja,yaitu akumulasi
pengetahuanyang telah disistematisasi dan diorganisasi begitu rupa: jadi memenuhi asas
pengaturan secara Pmawar, metologi, teknis, dannormatif cendekia. Dengan demikian teruji
kebenaran ilmiahnya jadi memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat
diperuntukan Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmia. dalam
hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang
telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau
di luar kesadaran seperti ilham, intuisi,wangsit, atau wahyu (dari Tuhan).
Filsafat ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara total perkembangannya tidak bisa
diutarakan dari sejarah perkembangan filsafat itu sendiri secara keseluruhan. menurut Lincoln Kuba,
sebagai yang dikutip oleh Ali Abdul Azim (1989: iv), bahwa kita mengenal tiga babakan
perkembangan paradigma dalamfilsafat ilmu diB aratyaitu zamanprapositivisme, erap
positivismedan zaman pasca modernisme. Zaman pra-positivisme adalah zaman pagar panjang
dalam sejarah filsafat ilmu yang mencapai rentang waktu lebih dari doa ribu tahun.dalam deskripsi
ini, penulis cenderung pengklasifikasian perkembangan filsafat ilmu berdasarkan ciri khas yang
ceritakan pada setiap fase perkembangan. Dari sejarah panjang Filsafat, khususnya filsafat ilmu,
penulis membagi tahapan perkembangannya ke dalam empati fase sebagai berikut:
(1) Filsafat Ilmu zaman kuno, yang dimulai sejak munculnya filsafat sampai dengan munculnya
renaisan;
(2) Filsafat IImu sejak munculnya kebangkitan sampai masuk zaman positivisme;
(3) Filsafat Imu zaman Modern, sejak zaman Positivisme sampai akhir buruk kesembilan belas; dan
(4) Filsafat Ilmu zaman kontemporer yang merupakan perkembangan mutakhir Filsafat lImu sejak
awal buruk keduapuluh sampai sekarang.
Filsafat sebagai suatu ilmu khusus merupakan salah satu cabang dari ruang lingkup filsafat ilmu
seumumnya. Pada kelanjutannya filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari Filsafat. Dengan
demikian, pembahasan mengenai lingkupan filsafat sesuatu ilmu khusus tidak terlepas dari kaitan
dengan masalah-persoalan dan filsafat ilmu dan masalah-masalah filsafat pada umumnya. Clarence
Irving Lewis (1956) juga dikemukakan adanya doa kelompok masalah yakni, masalah-masalah
reflektif dalam suatu ilmu khusus yang dapat dikatakan membentuk filsafat dari ilmu tersebut dan
masalah-masalah mengenai asas asal dan ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi semua ilmu
maupun aktivitas kehidupan seumumnya.
Masalah ( masalah) menurut definisi A. Kornelius Benyamin sudah ada "sesuatu situasi praktis atau
teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang mencukupi, dan yang oleh sebab
itu membutuhkan proses-proses refleksi. (Rune,ed., 1975: 55).banyak sekali pendapat para ahli
filsafat ilmu mengenai kelompok atau perincian masalah apa saja yang diperbincangkan dalam
filsafat ilmu. Untuk medapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-
pendapat berikut:
menurut B. mobil van Fraassen dan H. Margenau (1968: 25-27) masalah-masalah utama dalam
filsafat ilmu setelah tahun-tahun enam puluhan yaitu:
(1) Metodologi (Hal-hal yang menonjol yang banyak diperbincangkan adalah mengenai sifat dasar
dari penjelasan ilmiah, dan teori pengukuran).
(2) Landasan ilmu-ilmu (ilmu-ilmu empiris kembali melakukan mencari mengenai landasannya dan
mencapai sukses seperti selain itu landasan matematik). (3) Ontologi (Persoalan utama yang
diperbincangkan sudah ada tentang konsep-konsep substansi, proses, waktu, ruang.
kausalitas, hubungan budi dan bahan, serta status dari entitas-entitas teoritis).
David Lambung kapal (1974) seorang ahli filsafat dan biologis ini dikemukakan pribadioalNS yang
berikut Masalah menyampingkan yang termasuk jilid-jilid belakangan ini (seri sudah ada apakah
pembagian tradisional dari ilmu-ilmu Yayasan dari Filsafat empiris dalam cabang-cabang
pengetahuan yang terpisah seperti geologi, astronomi dan sosiologis mencerminkan sendiri-mata
perbedaan dalam pokok soal ataukah hasil dari perbedaan pokok dalam metrologi.
Joseph bersin (Pantat & Hintikka, eds., 1977: 245) menyatakan bahwa pembedaan dalam jenis
masalah-masalah fi lsafat ilmu khusus (misalnya variabel tersembunyi, determinisme dalam
mekanika kuantum) dan jenis masalah-masalah filsafat ilmu seumumnya (misalnya ciri-ciri teori
ilmiah) yang telah umum diterima adalah menyesatkan. Hal itu dinyatakannya demikian, "Saya
menyarankan bahwa dualitas diantara masalah-masalah filsafat ilmu ini adalah menyesatkan. Saya
berpendapat bahwap masalah-masalahfilasafat tentangsifat dasarilmu seumumnya edang, dalam
suatu cara yang mendasar, berbeda dengan masalah-masalah
filasapati yang bertalian sendiri-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara khusus sedang ada makna
khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya merupakan sustu usaha ormatif, sedangkan filsafat ilmu-ilmu
khusus tidak."
menurut Frederick Luwes (1974: 3), masalah yang pagar pokok atau penting dalam filsafat ilmu
adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah. kesopanan sudah ada kerena teori merupakan roda dari
pengetahuan ilmiah dan terlibat dalam hampir semua segi enam usaha ilmiah. Tanpa teori tidak
akan ada masalah-masalah mengenai entitas teoritis, istilah teoritis, pembuktian kebenaran, dan
kepentingan kognisi.Tanpateori yang perlu diuji ataskamu diterapkan, desain percobaan tidak ada
artiya.Oleh karena itu hanya agak sedikit melebih-lebihkan bilamana dinyatakan bahwa filsafat ilmu
adalah suatu analisis mengenai teori dan peranannya dalam usaha ilmiah.
Suatu peristiwa terjadi pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa lain yang mendahuluinya.
Begitu pula dengan muncul dan berkembangnya filsafat dan ilmu. Menurut Rinjin (1997: 9-10),
filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan aporia.
#Manusia sebagai makhluk berakal budi
Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa berkembang nenjadi kemampuan
berbahasa dan berkomunikasi, sehingga manusia disebut sebagai homo loquens dan animal
symbolicum. Dengan akal budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya
disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir) atau kalau menurut Aristoteles manusia dipandang
sebagai animal that reasons yang ditandai dengan sifat selalu ingin tahu (all men by nature desire to
know). Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity),. yang menjelma
dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan
dalam bentuk pertanyaan.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang
Pencipta, misalnyasaja kekaguman pada matahari, bumi, dirinya sendiri dan seterusnya. Kekaguman
tersebut kemudian mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta itu sebenarnya
apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). la juga berusaha mengetahui dirinya sendiri,
mengenai eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupnya.
Faktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah adalah masalah yang dihadapi
manusia (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan masalah, baik masalah yang bersifat
teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar yang
tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother of science).
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari Filsafat. Oleh karena itu,tujuan dan fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa diutarakan dari tujuan dan fungsi Tujuan filsafat itu sendiri. Jujun S.
Suriasumantri (1997: 19) mengatakan bahwa berfilsafat diposting untuk mengetahui apa yang telah
kita tahu dan apa yang kita belum tahu.
Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita tahu dalam
kesemestaan yang seolah terbatasi ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri sendiri,
semacam itu keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari
telah kita jangkau.Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang berbagai pengertian Filsafat,maka
tujuan umum pelajaran filsafat adalah sebagai berikut:
(1) dengan berfilsafat kita lebih memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri manusia;
(2)dapat mempertahankan sikap objektif dan mendasarkan pendapat atas pengetahuan yang
objektif, tidak hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati dan antipati saja;
(3) mengajar dan melatih kita memperhatikan dengan luas. Jadi,menyembuhkan kita dari kepicikan,
dari "aku-isme" dan "aku-sentuisme" hanya mementingkan "aku-nya" saja, yang dapat merugikan
perkembangan manusia semua;
(4) dengan pelajaran filsafat kita diharapkan mnejadi orang yang dapat berfikir sendiri, tidak
menjadi ya-man atau ya-wanita. Kita harus menjadi orang yang sungguh-sungguh mandiri, terutama
dalam lapangan kerohanian dan menyempurnakan cara kita berpikir, dan memiliki sifat kritis.
menurut Burhanuddin salam (2000: 19), filsafat dengan fungsi sebagai materi ilmu pengetihdusk
ilmu pengetahuan) berarti mencakup semua ilmu pengetahuan khusus. Filsafat itu juga merupakan
suatu pegangan menusia pada masa itu, dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Dengan
menguasai filsafat pada zaman itu (sebelum masehi), dapatlah seorang ahli menjawab segala
permasalahan di dunia ini, baik masalah manusia sendiri, alamnya, maupun Tuhannya.
menurut Burhanuddin salam (1988) fungsi dari filsafat itu adalah bahwa diperkecil besar
kepentingan filsafat bagi perwujudan dan pembangunan hidup kita.Jadi kita menjunjung tinggi tinggi
dan mempertahankan filsafat sebagai suatu hal yang sangat berharga. Akan tetapi bersama-sama
dengan itu harus kita akui juga batas-batas atau kenisbian Filsafat. T erbatasnyakemampuan akan
budi manusia dalam usaha untuk memecahkan soal-soal tentang dunia dan manusia, tentang hidup
dan Tuhan (Salam, 1988: 109).Secara spesifik, cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-
modelyang spesifik dalam menggali dan peneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab muasal
dari gejala ilmu pengetahuan. Di di dalamnya mencakup paham tentang kepastian, kebenaran, dan
objektifitas. Cara kerja bertitik tolak pada gejala-gejala pengetahuan meng adakanpengurangan
kearah intuisi parailmuwan, sehingga kegiatan ilmu-ilmu itu dapat Halus sesuai dengan kekhasan
masing-masing (Verhaak, dkk., 1995: 107-108), disinilah akhirnya dapat jangkauan fungsi dari filsafat
ilmu.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam mengerti berbagi
konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam doa fungsi, yaitu: sebagai konfirmasi
teori yaitu berupaya mendekripsikan hubungan normatif antara hipotesis dengan bukti dan teori
dari penjelasan yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil atau besar secara sederhana.
3. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-terus menerus adi ilmuwan
tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu).
6.Berpikir sintesis-aplikatif.