Anda di halaman 1dari 8

BAB II.

LANDASAN TEORI
A. PERMASALAHAN UMUM FILSAFAT ILMU
1.Defenisi filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau secincin juga disebut
epistemologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yakni episteme yang
berarti Sains , ilmu pengetahuan dan logo yang berarti teori. istilah ini pertamakali
dipopulerkan oleh JF feri tahun 1854 yang membuat doa cabang filsafat yakni epistemologi
dan ontologi (padberarti makhluokujud, apa + logo berarti teori), jadi ontologi secara benar-
benar berarti "teori tentang apa".
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang
menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti
bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah
sudah ada yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja,yaitu akumulasi
pengetahuanyang telah disistematisasi dan diorganisasi begitu rupa: jadi memenuhi asas
pengaturan secara Pmawar, metologi, teknis, dannormatif cendekia. Dengan demikian teruji
kebenaran ilmiahnya jadi memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat
diperuntukan Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmia. dalam
hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang
telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau
di luar kesadaran seperti ilham, intuisi,wangsit, atau wahyu (dari Tuhan).

2.SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAF A TILMU

Filsafat ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara total perkembangannya tidak bisa
diutarakan dari sejarah perkembangan filsafat itu sendiri secara keseluruhan. menurut Lincoln Kuba,
sebagai yang dikutip oleh Ali Abdul Azim (1989: iv), bahwa kita mengenal tiga babakan
perkembangan paradigma dalamfilsafat ilmu diB aratyaitu zamanprapositivisme, erap
positivismedan zaman pasca modernisme. Zaman pra-positivisme adalah zaman pagar panjang
dalam sejarah filsafat ilmu yang mencapai rentang waktu lebih dari doa ribu tahun.dalam deskripsi
ini, penulis cenderung pengklasifikasian perkembangan filsafat ilmu berdasarkan ciri khas yang
ceritakan pada setiap fase perkembangan. Dari sejarah panjang Filsafat, khususnya filsafat ilmu,
penulis membagi tahapan perkembangannya ke dalam empati fase sebagai berikut:

(1) Filsafat Ilmu zaman kuno, yang dimulai sejak munculnya filsafat sampai dengan munculnya
renaisan;

(2) Filsafat IImu sejak munculnya kebangkitan sampai masuk zaman positivisme;

(3) Filsafat Imu zaman Modern, sejak zaman Positivisme sampai akhir buruk kesembilan belas; dan

(4) Filsafat Ilmu zaman kontemporer yang merupakan perkembangan mutakhir Filsafat lImu sejak
awal buruk keduapuluh sampai sekarang.

3.Masalah Filsafat Ilmu

Filsafat sebagai suatu ilmu khusus merupakan salah satu cabang dari ruang lingkup filsafat ilmu
seumumnya. Pada kelanjutannya filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari Filsafat. Dengan
demikian, pembahasan mengenai lingkupan filsafat sesuatu ilmu khusus tidak terlepas dari kaitan
dengan masalah-persoalan dan filsafat ilmu dan masalah-masalah filsafat pada umumnya. Clarence
Irving Lewis (1956) juga dikemukakan adanya doa kelompok masalah yakni, masalah-masalah
reflektif dalam suatu ilmu khusus yang dapat dikatakan membentuk filsafat dari ilmu tersebut dan
masalah-masalah mengenai asas asal dan ukuran-ukuran yang berlaku umum bagi semua ilmu
maupun aktivitas kehidupan seumumnya.

Masalah ( masalah) menurut definisi A. Kornelius Benyamin sudah ada "sesuatu situasi praktis atau
teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang mencukupi, dan yang oleh sebab
itu membutuhkan proses-proses refleksi. (Rune,ed., 1975: 55).banyak sekali pendapat para ahli
filsafat ilmu mengenai kelompok atau perincian masalah apa saja yang diperbincangkan dalam
filsafat ilmu. Untuk medapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-
pendapat berikut:

menurut B. mobil van Fraassen dan H. Margenau (1968: 25-27) masalah-masalah utama dalam
filsafat ilmu setelah tahun-tahun enam puluhan yaitu:

(1) Metodologi (Hal-hal yang menonjol yang banyak diperbincangkan adalah mengenai sifat dasar
dari penjelasan ilmiah, dan teori pengukuran).

(2) Landasan ilmu-ilmu (ilmu-ilmu empiris kembali melakukan mencari mengenai landasannya dan
mencapai sukses seperti selain itu landasan matematik). (3) Ontologi (Persoalan utama yang
diperbincangkan sudah ada tentang konsep-konsep substansi, proses, waktu, ruang.

kausalitas, hubungan budi dan bahan, serta status dari entitas-entitas teoritis).

David Lambung kapal (1974) seorang ahli filsafat dan biologis ini dikemukakan pribadioalNS yang
berikut Masalah menyampingkan yang termasuk jilid-jilid belakangan ini (seri sudah ada apakah
pembagian tradisional dari ilmu-ilmu Yayasan dari Filsafat empiris dalam cabang-cabang
pengetahuan yang terpisah seperti geologi, astronomi dan sosiologis mencerminkan sendiri-mata
perbedaan dalam pokok soal ataukah hasil dari perbedaan pokok dalam metrologi.

Joseph bersin (Pantat & Hintikka, eds., 1977: 245) menyatakan bahwa pembedaan dalam jenis
masalah-masalah fi lsafat ilmu khusus (misalnya variabel tersembunyi, determinisme dalam
mekanika kuantum) dan jenis masalah-masalah filsafat ilmu seumumnya (misalnya ciri-ciri teori
ilmiah) yang telah umum diterima adalah menyesatkan. Hal itu dinyatakannya demikian, "Saya
menyarankan bahwa dualitas diantara masalah-masalah filsafat ilmu ini adalah menyesatkan. Saya
berpendapat bahwap masalah-masalahfilasafat tentangsifat dasarilmu seumumnya edang, dalam
suatu cara yang mendasar, berbeda dengan masalah-masalah

filasapati yang bertalian sendiri-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara khusus sedang ada makna
khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya merupakan sustu usaha ormatif, sedangkan filsafat ilmu-ilmu
khusus tidak."

menurut Frederick Luwes (1974: 3), masalah yang pagar pokok atau penting dalam filsafat ilmu
adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah. kesopanan sudah ada kerena teori merupakan roda dari
pengetahuan ilmiah dan terlibat dalam hampir semua segi enam usaha ilmiah. Tanpa teori tidak
akan ada masalah-masalah mengenai entitas teoritis, istilah teoritis, pembuktian kebenaran, dan
kepentingan kognisi.Tanpateori yang perlu diuji ataskamu diterapkan, desain percobaan tidak ada
artiya.Oleh karena itu hanya agak sedikit melebih-lebihkan bilamana dinyatakan bahwa filsafat ilmu
adalah suatu analisis mengenai teori dan peranannya dalam usaha ilmiah.

4.FAKTOR-FAKTOR FILSAFAT DAN ILMU MUNCUL

Suatu peristiwa terjadi pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa lain yang mendahuluinya.
Begitu pula dengan muncul dan berkembangnya filsafat dan ilmu. Menurut Rinjin (1997: 9-10),
filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan aporia.
#Manusia sebagai makhluk berakal budi

Dengan akal budinya, kemampuan manusia dalam bersuara bisa berkembang nenjadi kemampuan
berbahasa dan berkomunikasi, sehingga manusia disebut sebagai homo loquens dan animal
symbolicum. Dengan akal budinya, manusia dapat berpikir abstrak dan konseptual sehingga dirinya
disebut sebagai homo sapiens (makhluk pemikir) atau kalau menurut Aristoteles manusia dipandang
sebagai animal that reasons yang ditandai dengan sifat selalu ingin tahu (all men by nature desire to
know). Pada diri manusia melekat kehausan intelektual (intellectual curiosity),. yang menjelma
dalam wujud aneka ragam pertanyaan. Bertanya adalah berpikir dan berpikir dimanifestasikan
dalam bentuk pertanyaan.

#Manusia memiliki rasa kagum (thauma) pada alam semesta

Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang
Pencipta, misalnyasaja kekaguman pada matahari, bumi, dirinya sendiri dan seterusnya. Kekaguman
tersebut kemudian mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta itu sebenarnya
apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). la juga berusaha mengetahui dirinya sendiri,
mengenai eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupnya.

#Manusia senantiasa menghadapi masalah

Faktor lain yang juga mendorong timbulnya filsafat dan ilmu adalah adalah masalah yang dihadapi
manusia (aporia). Kehidupan manusia selalu diwarnai dengan masalah, baik masalah yang bersifat
teoritis maupun praktis. Masalah mendorong manusia untuk berbuat dan mencari jalan keluar yang
tidak jarang menghasilkan temuan yang sangat berharga (necessity is the mother of science).

5. TUJUAN DAN FUNGSI FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari Filsafat. Oleh karena itu,tujuan dan fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa diutarakan dari tujuan dan fungsi Tujuan filsafat itu sendiri. Jujun S.
Suriasumantri (1997: 19) mengatakan bahwa berfilsafat diposting untuk mengetahui apa yang telah
kita tahu dan apa yang kita belum tahu.

Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita tahu dalam
kesemestaan yang seolah terbatasi ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri sendiri,
semacam itu keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari
telah kita jangkau.Berdasarkan dari beberapa pendapat tentang berbagai pengertian Filsafat,maka
tujuan umum pelajaran filsafat adalah sebagai berikut:

(1) dengan berfilsafat kita lebih memanusiakan diri, lebih mendidik dan membangun diri manusia;

(2)dapat mempertahankan sikap objektif dan mendasarkan pendapat atas pengetahuan yang
objektif, tidak hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan simpati dan antipati saja;

(3) mengajar dan melatih kita memperhatikan dengan luas. Jadi,menyembuhkan kita dari kepicikan,
dari "aku-isme" dan "aku-sentuisme" hanya mementingkan "aku-nya" saja, yang dapat merugikan
perkembangan manusia semua;

(4) dengan pelajaran filsafat kita diharapkan mnejadi orang yang dapat berfikir sendiri, tidak
menjadi ya-man atau ya-wanita. Kita harus menjadi orang yang sungguh-sungguh mandiri, terutama
dalam lapangan kerohanian dan menyempurnakan cara kita berpikir, dan memiliki sifat kritis.

menurut Burhanuddin salam (2000: 19), filsafat dengan fungsi sebagai materi ilmu pengetihdusk
ilmu pengetahuan) berarti mencakup semua ilmu pengetahuan khusus. Filsafat itu juga merupakan
suatu pegangan menusia pada masa itu, dalam mengarungi hidup dan kehidupan. Dengan
menguasai filsafat pada zaman itu (sebelum masehi), dapatlah seorang ahli menjawab segala
permasalahan di dunia ini, baik masalah manusia sendiri, alamnya, maupun Tuhannya.

Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan dengan perkembangan zaman,meningkatnya kebutuhan


hidup manusia, dan semakin berkembangnya kehidupan modern maka semakin terasalah kebutuhan
untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi manusia. dalam keadaan demikian, lahirlah apa
yang disebut ilmu-ilmu pengetahuan khusus.

menurut Burhanuddin salam (1988) fungsi dari filsafat itu adalah bahwa diperkecil besar
kepentingan filsafat bagi perwujudan dan pembangunan hidup kita.Jadi kita menjunjung tinggi tinggi
dan mempertahankan filsafat sebagai suatu hal yang sangat berharga. Akan tetapi bersama-sama
dengan itu harus kita akui juga batas-batas atau kenisbian Filsafat. T erbatasnyakemampuan akan
budi manusia dalam usaha untuk memecahkan soal-soal tentang dunia dan manusia, tentang hidup
dan Tuhan (Salam, 1988: 109).Secara spesifik, cara kerja filsafat ilmu memiliki pola dan model-
modelyang spesifik dalam menggali dan peneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab muasal
dari gejala ilmu pengetahuan. Di di dalamnya mencakup paham tentang kepastian, kebenaran, dan
objektifitas. Cara kerja bertitik tolak pada gejala-gejala pengetahuan meng adakanpengurangan
kearah intuisi parailmuwan, sehingga kegiatan ilmu-ilmu itu dapat Halus sesuai dengan kekhasan
masing-masing (Verhaak, dkk., 1995: 107-108), disinilah akhirnya dapat jangkauan fungsi dari filsafat
ilmu.

Jadi, Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam mengerti berbagi
konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam doa fungsi, yaitu: sebagai konfirmasi
teori yaitu berupaya mendekripsikan hubungan normatif antara hipotesis dengan bukti dan teori
dari penjelasan yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil atau besar secara sederhana.

Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah:

1. Tidak terjebakdalam bahaya arogansiintelektual

2. Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan

3. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-terus menerus adi ilmuwan
tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu).

4. Mempermudah metode keilmuan secara logistik-rasional.

5. Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan sah.

6.Berpikir sintesis-aplikatif.

B. Filsafat sebagai Induk Ilmu Pengetahuan hubungkan ke pendidikan


1. Sejarah Filsafat Pendidikan
Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences ) yang mampu
menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan. Mulai dari masalah-masalah yang
berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika
dan kehidupanya.
Di antara permasalahan yang dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada di
lingkungan pendidikan.
Padahal menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan
landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat
dalam pengalaman pendidikan.
Apa yang di katakan john dewey memang benar. Karena itu filsafat dan pedidikan memiliki
hubungan hakiki dan timbal balik, filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan
memecahkan persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerlukan
jawaban secara filosofis.
Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama
sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat adalah mencari
hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya, apa itu, dari
mana itu, hendak kemana, dan bagaimana. Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan,
akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama.
Baik filosofis Timur maupun Barat mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah
sampai pada pertanyaanya “bilakah permulaan yang ada ini, dan apakah yang sesuatu yang
pertama kali terjadi, apakah yang terakhir sekali bertahan di dalam ini” (Rifai, 1994: 67).
Akan tetapi mereka akan berusaha untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai
puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.
Dari uraian di atas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari
sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kembali sebagai
ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi,
jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah
filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat
spiritualisme kuno. Kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya
Zarathusthra, dari keluarga Sapitama, yang lahir di tepi sebuah sungai, yang ditolong oleh
Ahura Mazda dalam masa pemerintahan raja-raja Akhamania (550-530 SM). Timur jauh
yang termasuk dalam wilayah Timur jauh ialah Cina India dan jepang. Di India berkembang
filsafat Spiritualisme, Hinduisme, dan Buddhisme. Sedangkan di Jepang berkembang
Shintoisme. Begitu juga di Cina berkembang, Taoisme, dan Komfusianism.
2.Tujuan Filsafat Pendidikan
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita
semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati,
Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya.
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal;
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan sikap yang sangat
kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal;
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan;
4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep;
5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian
dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik, baik
potensi fisik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan
universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan,
organis, harmonis, dan dinamis guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang
kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik
pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi
kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan
dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan
pertanyaan tentang kebijakan pendidikan, dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik.
Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan dapat membawa anak ke arah tingkat
kedewasaan, artinya membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri (mandiri) dalam
hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan yang
dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri, yaitu :
a. Idealisme
b. Realisme
c. Pragmatisme
d. Humanisme
e. Behaviorisme
f. Konstruktivisme
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun
metafisika (hakikat keaslian). Manfaat Mempelajari Filsafat
Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam, namun sekurang-kurangnya ada 4
macam faedah, yaitu :
1. Agar terlatih berpikir serius
2. Agar mampu memahami filsafat
3. Agar mungkin menjadi filsafat
4. Agar menjadi warga negara yang baik
Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan
menggunakan pemikiran secara serius. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filosuf.
Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan
memecahkan masalah secara serius, menemukan akar pemikiran para filsuf pendidikan
sembari berupaya untuk mengaplikasikan pemikiran-pemikiran tersebut dalam praktik
pendidikan. Hal ini tentu dengan suatu keyakinan bahwa praktik pendidikan itu tidak lepas
dari landasan filsafat yang mendasarinya.
Filsafat pendidikan tidak hanya merupakan cara untuk mendapatkan dan mencari ide-ide,
tetapi juga merupakan media pembelajaran tentang bagaimana menggunakan ide-ide
tersebut secara lebih tepat. Filsafat pendidikan hanya bisa menjadi signifikan ketika pendidik
mengenali perlunya berpikir secara jernih tentang apa yang sedang mereka lakukan.
Kemudian melihat relasi antara apa yang sedang mereka kerjakan dengan konteks individu
dan perkembangan sosial yang lebih luas. Dalam konteks inilah, praktik memperluas teori
dan mengarahkannya untuk mendapatkan kemungkinan-kemungkinan yang baru.
3.Hubungan Filsafat dengan Nilai
Dalam filsafat nilai juga disebut sebagai Aksiologi. Sebagai cabang filsafat yang
memperlajari nilai estetika dan etika terhadap hasil dari pengetahuan. Aksiologi ini juga
merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai terhadap persoalan
kefilsafatan, nilai yang dimaksud adalah nilai guna, nilai fungsi dan nilai manfaat.
Berbicara hubungan filsafat dengan nilai merupakan sesuatu yang tak bisa di pisahkan,
karena nilai merupakan bagian dari filsafat atau cabang dari filsafat yang membahas
mengenai nilai-nilai yang ada dalam filsafat itu sendiri yaitu nilai etika,etiket, norma dan
nilai estetika yang keduanya membutuh pemikiran secara mendalam untuk mendapatkan
hakikat dari nilai-nilai itu.
a. Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral
b. Estetika, juga biasa disebut dengan filsafat keindahan. Dimana membahas mengenai
norma atau nilai indah dan tidak indah. Objelk dari estetika adalah pengalaman akan
keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakekat dari keindahan, bentuk-bentuk
pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam
dan keindahan seni).
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik. Baik pada diri seseorang maupun pada
saat suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Yang berarti etika berkaitan dengan nilai-
nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik,dan segala kebiasaan yang dianut
diwariskan dari satu orang ke orang lain. Dengan kata lain, etika adalah nilai-nilai atau
norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau sekelompok dalam mangatur tingka
lakunya.
Sedangkan filsafat merupakan nilai dimana filsafat mencoba memberikan pemahaman
secara mendalam tentang sesuatu yang dia anggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Jadi jelas hubungan antara nilai dengan filsafat tidak bisa terpisahkan. Filsafat nilai
adalah cabang yang membahas nilai secara filosof atau kefilsafatan, mendasar, menyeluruh,
sistematis sampai pada hakekat nilai itu sendiri untuk mendapatkan kebenaran sesuai
dengan kenyataan.
Selain itu ada juga masalah relatif dan Absolut. Nilai relative terganutng pada yang menilai
nilai menjadui penting dalam kehidupan manusia, menjadi pegangan dan prinsip hidup,
sehingga dapat mempengaruhi tindakannya. nilai dapat dimengerti sebagai norma atau
pegangan yang mengarahkan manusia pada perbuatan-perbuatanyang terpuji. Perbuatan
manusia tersebut mengarah pada kebahagiaan bagi dirinya. Sedangkan nilai absolut tidak
bisa diubah atau diganggu gugat, ada pada dirinya sendiri. Tidak ada yang mengungguli,
sifatnya tetap. Misalnya tuhan maha adil, maha pengasih.
Dengan nilai absolut tersebut maka sesungguhnya nilai-nilai itu menjadisuatu hakekat
universal yang kita jadikan sebagai standar untuk menilai berbagai hal sesuai dengan porsi
hakekat, kebaikan dan keindahan wujudnya, baik dalam jiwa atau dalam realitas nyata.
Selain kaitannya dengan nilai etika dan estetika, aksiologi berorintasi kepada asas manfaat
atau tujuan, yaitu bagaimana filsafat nilai mampu memberi pemecahan terhadap
persoalan-persoalan baik dalam kaitannya dengan persoalan kehidupan manusia, maupun
asan manfaat bagi pengembangan interdisipliner dalam filsafat nilai. Ada yang beranggapan
bahwa tujuan ilmu pengetahuan sebagai upaya para peneliti menjadikan alat untuk
menambah kehidupan kesenangan manusia dalam kehidupan yang terbatas dimuka bumi.
Sebagai lagi diorientasikan sebagai alat untuk meningkatkan kebudayaan dan kemajuan bagi
umat manusia secara keseluruhan baik bersifat objektif maupun subjektif.

Anda mungkin juga menyukai