Makalah Aswaja Fix
Makalah Aswaja Fix
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka penulis akan merumuskan
penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui ketepatan memahami sejarah munculnya aliran Ahlussunnah wal
Jama’ah
2. Mengetahui ketepatan memahami akidah aliran Ahlusunnah wal Jamaah
3. Memahami kesahihan akidah Ahlussunah wal Jamaah
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai referensi Ahlusunnah wal Jama’ah bagi Mahasiswa Universitas Islam
Lamongan untuk mengetahui ketepatan memahami sejarah munculnya aliran
Ahlussunnah wal Jama’ah
2. Sebagai referensi bagi semua pihak Mengetahui ketepatan memahami akidah
aliran Ahlusunnah wal Jamaah
3. Sebagai referensi memahami kesahihan akidah Ahlussunah wal Jamaah
4. Sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk menggali ilmu
tentang Ahlusunnah wal Jamaah
BAB II
PEMBAHASAN
Dari Anas ibn Malik berkata Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Bani Israil
akan berkelompok menjadi 71 golongan dan sesungguhnya umatku akan
berkelompok menjadi 72 golongan, semua adalah di neraka kecuali satu golongan,
yaitu al-jama’ah”.
Istilah tersebut bukan Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah tetapi al-jam’ah sebagai
komunitas yang selamat dari api neraka. Menurut hemat penulis meskipun secara
tersurat penyebutan istilah dalam hadits tersebut adalah al- jam’ah, tetapi secara
tersirat yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah.
Dalam sumber lain diterangkan bahwa, Ahl al-Sunnah dikenal luas dan
populer sejak adanya kaum Mu’tazilah yang menggagas rasionalisme dan didukung
oleh penguasa Bani Abbasiyah. Sebagai madzhab pemerintah, Mu’tazilah
menggunakan cara-cara kekerasan dalam menghadapi lawan- lawannya. Aliran ini
memaksa para pejabat dan tokoh-tokoh agama untuk
berpendapattentangkemakhlukanal-Qur’an.Akibatnya,aliraninimelakukan mihnah
(inquisition), yaitu ujian akidah kepada para pejabat dan ulama’. Materi pokok yang
diujikan adalah masalah al-Qur’an. Tujuan al-Makmunmelakukan mihnah adalah
membebaskan manusia darisyirik.
Jumlah ulama yang pernah diuji sebanyak 30 orang dan diantara ulama yang
melawannya secara gigih adalah Ahmad bin Hanbal. Kegiatan tersebut akhirnya
memunculkan term Ahl al Sunnah Wa al-Jama’ah. Aliran Mu’tazilah yang menjadi
lokomotif pemerintahan tidak berjalan lama. Setelah khalifah al-Makmun wafat,
lambat laun, aliran Mu’tazilah menjadi lemah seiring dengan dibatalkannya sebagai
madzhab pemerintahan oleh al- Mutawakkil. Selanjutnya, para fuqaha dan ulama
yang beraliran Sunni dalam pengkajian, akidah menggantikan kedudukan mereka,
serta usaha mereka didukung oleh para ulama terkemuka dan para khalifah.
Selain itu, istilah “AhlussunnahwalJama>’ah” tidak dikenal pada zaman Nabi
SAW, pemerintahan al-Khulafa’ar-Rasyidin, dan pada zaman pemerintahan Bani
Ummayah (41-133 H/ 611-750 M). Istilah ini pertama kali dipakai pada masa
Khalifah Abu Ja‟far al-Mansur (137-159 H/ 754-775 M) dan Khalifah Harun ar-
Rasyid (170-194 H/ 785-809 M), keduanya berasal dari Dinasti Abbasiyah (750 M-
1258 M). Istilah Ahlussunnah wal Jama’ah semakin tampak pada zaman
pemerintahan Khalifah al-Makmun (198-218 H/ 813-833 M).
Mengenai pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah, KH. Hasyim Asy‟ari
sebagai Rais Akbar Nahdlatul Ulama memberikan tasawwur (gambaran) tentang
Ahlussunnah wal Jama’ah,sebagaimana ditegaskan dalamal-Qa’nun al-Asasi.
Menurut KH. Hasyim Asy‟ari, paham Ahlussunnah wal Jama’ah versi Nahdlatul
Ulama yaitu suatu paham yang mengikuti Abu Hasan Al- Asy‟ari dan Abu Mansur
al-Maturidi, dalam teologi mengikuti salah satu empat madzhab fiqih (Hanafi,
Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) dan mengikuti al- Ghazali dan Junaid al-Baghdadi
dalam tasawuf.
2.2 Akidah Aliran Ahlusunnah Wal Jama’ah
Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu (sesuai konsep Ahlus
Sunnah wal Jama’ah) meliputi topik – topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah
ghaibiyyaat (hal – hal ghaib), kenabian, takdir, berita – berita (tentang hal – hal yang
telah lalu dan yang akan datang), dasar – dasar hukum yang qath’i (pasti), seluruh
dasar – dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa’
wal bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah), semua aliran dan sekte yang
menyempal lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka. Disiplin ilmu ‘aqidah ini
mempunyai nama lain yang sepadan dengannya, dan nama – nama tersebut berbeda
antara Ahlus Sunnah dengan firqah – firqah (golongan – golongan) lainnya.
1. Al – Iman
‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan dalam
Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena
‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan
dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang
masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihissallam. Dan para ulama Ahlus
Sunnah sering menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab
mereka.
2. ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id)
Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu ‘aqidah dengan istilah
‘Aqidah Salaf: ‘Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad di dalam kitab-kitab
mereka.
3. Tauhid
‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar
seputar Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah,
Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu
‘aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena
itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid secara umum menurut ulama
Salaf.
4. As-Sunnah
As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para
penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah
‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga
generasi pertama.
5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah
Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah
yang qath’i serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.
6. Al-Fiqhul Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar,
yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi.
7. Asy-Syari’ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT
dan Rasul-Nya berupa jalan – jalan petunjuk, terutama dan yang paling
pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah).
Itulah beberapa nama lain dari ilmu ‘Aqidah yang paling terkenal, dan
adakalanya kelompok selain Ahlus Sunnah menamakan ‘aqidah mereka dengan
nama-nama yang dipakai oleh Ahlus Sunnah, seperti sebagian aliran Asyaa’irah
(Asy’ariyyah), terutama para ahli hadits dari kalangan mereka.
2.3 Kesahihan Akidah Ahlussunah Wal Jamaah
Ahlussunnah Wal Al-jama’ah adalah ajaran yang diajarkan oleh
nabi Muhammad kepada para sahabatnya. Pada saatnabi Muhammad saw
masih hidup umat islam belum terpecah karena masih ada Nabi, jadi segala
persoalan yang muncul selalu ditanyakan langsung kepada Nabi. Setelah
Nabi wafat, mulailah islam terbagi – bagi dalam kelompok – kelompok.
Seperti, khawarij, syiah, dan mu’tazilah.
Ahlussunah wal jamaah ialah orang – orang yang memiliki metode berfikir
keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar –
dasar moderasi, menjaga keseimbngan, dan toleran. Ahlussunah wal jamaah
menggunakan dasar – dasar maka dalam setiap melakukan kegiatan atau pemcahan
masalahnya tidak dengan kekerasan melainkan dengan menggunakan pendekatan –
pendekatan tradisi dan budaya, sehingga akan tercipta keseimbangan dan rasa toleran
antar kelompok.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Ahlussunnah Wal Jama’ah dapat diartikan dengan orang – orang yang
mengikuti sunah dan berpegang teguh padanya dalam segala perkara yang
Rasulullah SAW dan para sahabatnya berada di atasnya (Ma ana ‘alaihi wa
ashabi), dan orang-orang yang mengikuti mereka sampai hari kiamat.
2. Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu (sesuai konsep Ahlus
Sunnah wal Jama’ah) meliputi topik – topik: Tauhid, Iman, Islam, masalah
ghaibiyyaat (hal – hal ghaib), kenabian, takdir, berita – berita (tentang hal – hal
yang telah lalu dan yang akan datang), dasar – dasar hukum yang qath’i (pasti),
seluruh dasar – dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap
ahlul ahwa’ wal bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah), semua aliran dan
sekte yang menyempal lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka.
3. Ahlussunah wal jamaah menggunakan dasar – dasar maka dalam setiap
melakukan kegiatan atau pemcahan masalahnya tidak dengan kekerasan
melainkan dengan menggunakan pendekatan – pendekatan tradisi dan budaya,
sehingga akan tercipta keseimbangan dan rasa toleran antar kelompok
3.2 Saran.
Makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu apabila bila ada
kesalahan dan kekurangan dimohon untuk memberikan saran dan kritiknya kepada
penulis
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Konsepsi Ahlussunnah Wal Jamaah , Yogyakarta, CV. Sinar Ilmu, 2001.
Ja’far, Marwan, Ahlussunnah Wal Jama’ah: Telaah Historis dan Konekstual, cet. 1
Yogyakarta: LkiS,2010.
Masyhudi Muchtar, Aswaja An-Nahdliyah Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah yang Berlaku
di Lingkungan Nahdlatul Ulama. Surabaya: Khalista,2007.
Putera, Winnan Eka, Kekuatan Ahlussunnah Wal Jama’ah ,Jakarta: badan litbang 2013.