Anda di halaman 1dari 34

Preeklampsia Berat

(PEB)
Diagnosis dan Tatalaksana
dr. Allan Taufiq Rivai, SpOG
Disclaimer
Kedokteran merupakan ilmu yang senantiasa mengalami pembaharuan. Seiring dengan adanya riset
dan pengalaman klinis yang baru, maka dapat terjadi perubahan dalam penanganan dan terapi
obat. Penyusun presentasi ini telah berupaya mencari dan memeriksa berbagai referensi terpercaya
untuk menyediakan informasi yang lengkap dan sesuai dengan standar yang berlaku pada saat
presentasi ini ditampilkan. Akan tetapi, mempertimbangkan kemungkinan human error ataupun
perubahan ilmu medis, maka tidak ada satu pihak pun – termasuk penyusun presentasi ini
maupun pihak Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) – yang menjamin bahwa keseluruhan
informasi dalam presentasi ini telah sepenuhnya akurat atau lengkap di semua aspek, sehingga
penyusun presentasi maupun pihak RSUI tidak akan bertanggung jawab dalam bentuk apapun
untuk semua kerugian atau kesalahan dalam penanganan pasien atau dampak negatif apapun
yang terjadi karena penggunaan informasi yang terkandung dalam presentasi ini. Pembaca atau
peserta diharapkan untuk melakukan konfirmasi dan memeriksa informasi yang terkandung dalam
presentasi ini dengan sumber atau referensi lainnya, terutama sebelum memberikan terapi pada
pasien, untuk memastikan bahwa informasi dalam presentasi ini sudah akurat dan belum terjadi
perubahan berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan.
Pendahuluan
• Hipertensi yang terjadi pada kehamilan, termasuk preeklampsia dan
eklampsia, merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu dan
bayi di seluruh dunia, terutama di negara berkembang 1
• Preeklampsia diperkirakan dialami pada 2-8% kehamilan secara global 1
• Insidens preeklampsia di Indonesia sekitar 5,3% 2
• Preeklampsia  masalah bangsa Indonesia 2
• Masalah selama kehamilan, persalinan hingga nifas
• Masalah kesehatan jangka panjang untuk ibu dan bayi
• Masalah ekonomi
1. American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
2. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Risiko Jangka Panjang
• Wanita dengan riwayat preeklampsia memiliki risiko penyakit
kardiovaskular, 4x peningkatan risiko hipertensi dan 2x
peningkatan risiko penyakit jantung iskemik, stroke dan DVT
di masa yang akan datang
• Bayi dengan berat badan lahir rendah akibat persalinan
preterm atau mengalami pertumbuhan janin terhambat (PJT)
juga memiliki risiko penyakit metabolik saat dewasa nanti

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Diagnosis
Faktor
Risiko

American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Tekanan Darah dan Proteinuria

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Klasifikasi Preeklampsia
Dulu Sekarang
Preeclampsia
Preeklampsia
without severe
ringan (PER) features

Preeclampsia
Preeklampsia
with severe
berat (PEB) features  PEB
Severe Features

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Ibu Hamil 32 minggu, TD 170/120 mmHg, protein urin negatif,
tidak ada fitur/ciri berat preeklampsia, tidak ada kerusakan
organ target, tidak ada gangguan pada janin.
Hipertensi Gestasional atau PEB?

American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
HELLP Syndrome dan Eklampsia
• Hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count (HELLP)
syndrome merupakan bentuk PEB yang dihubungkan dengan
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas ibu. Kriteria yang
umum digunakan:
• lactate dehydrogenase (LDH) ≥ 600 IU/L
• SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 2x lipat batas atas normal
• Trombosit kurang dari 100.000/µL
• Eklampsia  manifestasi kejang yang terkait dengan penyakit
hipertensi pada kehamilan
American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Tatalaksana
Pengelolaan Kehamilan dengan Preeklampsia
• Delivery is the cure for preeclampsia
• Pengelolaan kehamilan dan persalinan
• Pencegahan kejang
• Pengelolaan hipertensi
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Bila ada kondisi berikut ini pada PEB  Lakukan persalinan
American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and
Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Metode Persalinan
• Bergantung pada pertimbangan/indikasi obstetri
• Dapat dilakukan persalinan pervaginam atau SC
• Keputusan SC perlu didasarkan pada besar tidaknya
probabilitas persalinan pervaginam serta derajat
keparahan preeklampsia

American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Pemberian Magnesium Sulfat untuk Pencegahan Kejang

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Kemenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu. 2013
Rekomendasi ACOG (USA)

American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Rekomendasi NICE (Inggris)

National Institute for Health and Care Excellence. Hypertension in pregnancy: diagnosis and management. NICE Guideline. Published: 25 June 2019
Toksisitas Magnesium

American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Pengelolaan Kejang
• Upaya Kegawatdaruratan Dasar:
• Airway-Breathing-Circulation
• Panggil bantuan
• Pencegahan cedera ibu
• Pencegahan aspirasi
• Pemberian oksigen
• Monitoring tanda vital dan saturasi O2
• MgSO4 bertujuan mencegah kejang berulang
American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Penanganan Kejang Berulang
• Bila kejang berulang setelah protap MgSO4, dapat diberikan dosis
tambahan MgSO4 2-4 gram IV selama 5-10 menit
• Bila kejang masih berlanjut/refrakter terhadap MgSO4 (masih kejang
20 menit setelah pemberian bolus atau berulang lebih dari 2x) 
dapat diberikan sodium amobarbital, thiopental, atau fenitoin (1250
mg IV pada kecepatan 50 mg/menit)
• Intubasi dan bantuan ventilasi di ICU
• Head/Brain imaging

American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Pengelolaan Hipertensi

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Dosis Antihipertensi

American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
Nikardipin
• Nikardipin  antagonis kalsium parenteral, mulai bekerja setelah 10
menit pemberian dan menurunkan TD dengan efektif dalam 20 menit
(lama kerja 4-6 jam). Dibanding nifedipin, nikardipin bekerja lebih
selektif pada pembuluh darah di miokardium, dengan efek samping
takikardi yang lebih rendah.
• Dosis awal yang dianjurkan melalui infus yaitu 5 mg/jam, dan dapat dititrasi
2,5 mg/jam tiap 5 menit hingga maksimum 10 mg/jam atau hingga
penurunan tekanan arterial rata-rata sebesar 25% tercapai. Selanjutnya dosis
dapat dikurangi dan disesuaikan dengan respon.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Metildopa
• Metildopa  agonis reseptor alfa yang bekerja di
sistem saraf pusat
• Biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 
2 atau 3 kali sehari, dengan dosis maksimum 3 gram
per hari.
• Efek obat maksimal dicapai 4-6 jam setelah obat masuk
dan menetap selama 10-12 jam sebelum diekskresikan
lewat ginjal
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Kontroversi antihipertensi

Penurunan tekanan darah


Indikasi utama Pemberian dilakukan secara bertahap
antihipertensi pada antihipertensi dapat (tidak lebih dari 25%
kehamilan  untuk memberikan efek penurunan dalam waktu
keselamatan ibu negatif pada perfusi satu jam)
dalam upaya uteroplasenta • Untuk mencegah terjadinya
mencegah penyakit (aliran darah ke penurunan aliran darah
serebrovaskular plasenta-janin) uteroplasenta

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Keseimbangan Cairan
• Pemberian cairan yang terlalu berlebihan atau agresif pada PEB dapat
berbahaya karena pada PEB sering terjadi kebocoran kapiler serta
penurunan tekanan onkotik  dapat meningkatkan risiko edema paru 1

• Berapa volume cairan maintenance yang dianjurkan? 2

1. American College of Obstetricians and Gynecologists. Gestational Hypertension and Preeclampsia. ACOG Practice Bulletin No. 202. Obstet Gynecol 2019;133:e1-25.
2. National Institute for Health and Care Excellence. Hypertension in pregnancy: diagnosis and management. NICE Guideline. Published: 25 June 2019
Kortikosteroid dalam PEB

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Diagnosis dan Tata Laksana Preeklamsia. 2016.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai