Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan zaman kebutuhan manusia akan sumber energi


semakin meningkat. Listrik menjadi salah satu sumber energi yang sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tersedianya energi listrik,
pemerintah membangun pusat-pusat pembangkit listrik dengan berbagai
sumber tenaga. Untuk kelancaran pendistribusian energi listrik ke pusat beban,
dibangun gardu induk (GI) yang berfungsi mengatur sistem interkoneksi antar
pambangkit dan untuk mencegah ketidakseimbangan pasokan energi listrik
dengan pertumbuhan beban disuatu daerah.

Sistem distribusi listrik memerlukan kehandalan proteksi dari berbagai


gangguan yang terjadi demi kelancaran pendistribusian listrik hingga sampai
ke pusat beban. Untuk menjamin keamanan komponen sistem dipasang
beberapa pengaman yang sering terkoordinasi satu sama lain. Pada sistem juga
dipasang pemutus tenaga (PMT) yang mampu membuka atau menutup
rangkaian pada semua kondisi yaitu kondisi gangguan dan kondisi normal, atau
dapat juga sebagai alat yang dibutuhkan untuk mengontrol jaringan tenaga
listrik dengan membuka circuit dan menutup circuit (sebagai saklar) saat
berbeban secara pengoperasian manual atau otomatis.

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Kurikulum studi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta,


mata kuliah kerja praktek merupakan kuliah yang wajib dilaksanakan oleh
mahasiswa dalam persyaratan kelulusan.
Kerja praktek yang dilakukan di gardu induk 150 kV Jajar, PT. PLN
(Persero) P3B Jawa Bali APP Salatiga bertujuan untuk :
1.2.1. Mengetahui peralatan-peralatan pada gardu induk
1.2.2. Mengetahui fungsi Lightning Arrester (LA) pada gardu induk 150 kV
Jajar

1
1.2.3. Menjelaskan cara kerja sistem proteksi Lightning Arrester (LA) pada
gardu induk 150 kV Jajar
1.3. Tempat dan Waktu Praktek
Kerja praktek ini dilaksanakan selama satu bulan, dimulai tanggal 10
maret 2014 sampai dengan 11 april 2014, bertempat PT. PLN (Persero) P3B
Jawa Bali Area Pelaksana Pemeliharaan Salatiga Basecamp Surakarta Gardu
Induk 150kV Jajar
1.4. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya luang lingkup dan persepsi pembaca terhadap judul
Lightning Arrester (LA), maka dapat diidentifikasikan masalah pada fungsi,
sistem proteksi, dan pemeliharaan Lightning Arrester (LA) pada sistem
proteksi yang terpasang pada gardu induk 150 kV Jajar APP Salatiga.
1.5. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam pelaksaan kerja
praktek ini adalah :
1.5.1. Pengamatan langsung
Dilakukan dengan cara langsung mengamati langkah-langkah
yang dikerjakan dalam proses pemeliharaan Lightning Arrester
dilapangan dan catat poin-poin penting dalam pemeliharaan Lightning
Arrester di PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali APP Salatiga Gardu
Induk 150 kV Jajar.
1.5.2. Wawancara
Berupa pengumpulan informasi dan konsultasi secara lisan
dengan pihak-pihak yang terkait.
1.5.3. Pengambilan data
Dilakukan dengan menggunakan data tertulis untuk mengetahui
lebih jelas tentang Lightning Arrester (LA) di PT. PLN (Persero) P3B
Jawa Bali APP Salatiga gardu induk 150 kV Jajar.
1.5.4. Studi Pustaka
Berupa pengumpulan literature dari para ahli sebagai data
pelengkap.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat PLN (PERSERO) P3B JB


P3B JB (Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali) adalah unit
induk PLN yang dibentuk melalui keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor
093.K/023/DIR/1995 tanggal 2 Oktober 1995, yang merupakan gabungan P2B
dengan bidang penyaluran dari PLN KJB dan PLN KJT. Tujuannya adalah
lebih memfokuskan usaha pengelolaan operasi system, memelihara dan
mengembangkan system operasi dan sarana penyaluran, mengelola transaksi
energi dan mengelola pengusahaan jasa telekomunikasi masing-masing sesuai
kebijakan Perseroan secara komersil sesuai dengan kontrak kinerja yang
ditetapkan oleh Direksi Perseroan. Waktu itu, P3B JB dipimpin oleh Hizban
Ahmad. Pembentukan PLN P3B memisahkan fungsi transmisi (penyaluran dari
anak perusahaan PLN yaitu : PLN KJB akan menjadi PLN pembangkitan Jawa
Bali I (PJB I) dan PLN KJT menjadi PLN Pembangkitan Jawa Bali II (PJB II).
Pada awal pembentukannya, unit ini mengelola system tegangan ekstra
tinggi 500 kV, Tegangan Tinggi 150 kV, Tegangan Menengah 70 kV dan
Tegangan Rendah 20 kV dan dalam perjalanannya tegangan rendah,
pengelolaannya dilimpahkan ke PLN Unit Distribusi. Pengalihan asset tersebut
terjadi diawal tahun 2000-an. Pengalihan termasuk migrasi pegawai PLN P3B
JB ke PLN Distribusi.
Pada 2 November 2000 terjadi pembentukan organisasi dan tata kerja
unit bisnis strategis penyaluran dan pusat pengatur beban Jawa Bali, maka PT
PLN (Persero) P3B yang merupakan unit pusat laba (profit center) berubah
menjadi unit pusat investasi ?(investment center) dengan nama Unit Bisnis
Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (UBS P3B).
Perubahan status tersebut dilakukan untuk mengantisipasi jika UU nomor 20
tahun 2000 tentang ketenagaan kelistrikan diberlakukan.
Tim implementasi UBS P3B berdasarkan Keputusan Pemimpin P3B
nomor: 001.K/021/PP3B/2001. Tim ini dibawah arahan langsung Basuki
Prayitno dibantu EH Gultom, Nandy Arsjad dan Bambvang Wskito. Sebagai

3
ketua Muljo Adji AG. Tim ini dibagi menjadi beberapa bidang. Bidang
perencanaan ditunjuk Muljo Adji AG. Tim II (Bidang Teknik) diketuai
Suyono, Tim III Bidang Keuangan dan Niaga Perlindungan Siagian, Tim IV
Bidang SDMO dikomandani Iwan Bachtiar, Tim V : Bidang Umum/General
Affair (Nazaruddin Said), Tim VI Bidang Audit Internal (Halomoan Sibarane),
Tim VII Unit Setelmen Ulysses R Simanjuntak, Tim VIII Unit Bidang Operasi
Sistem diketuai Edy Wahyudi. Bidang-bidang tyersebut merupakan cikal bakal
bidang-bidang yang ada sekarang ini di Kantor Induk. Tidak kalah pentingnya
adalah Tim IX dan TIM X. Tim petrama bertugas melakukan implementasi
pelimpahan aset trafo distribusi. Tim ini diketuai mantan Kepala Sektor Jakarta
Djoko Hastowo. Sedangkan tim kedua ditugaskan untuk mempercepat
implementasi regionalisasi dan regrouping tragi. Jika sebelumnya terdapat
banyak sektor dan unit transmisi dan Gardu Induk (Utragi), dengan
terbentuknya UBS, dirampingkan menjadi empat regional. Keempatnya adalah
Region Jakarta dan Banten (R1), Region Jawa Barat (R2), Region Jawa Tengah
dan DIY (R3), dan Region Jawa Timur dan Bali (R4). Ketua Tim ini Muljo
Adji AG untuk R1, Kikid Sukantomo Adi Broto (R2), Edi Wahyudi (R3), dan
Djoko Hastowo (R4). Tim XI : penggabungan proyek ke UBS P3B yang
dipimpin Djodi Suprapto. Namun belum dilakukan karena hingga sekarang
tidak bisa dilaksanakan.
Pembentukan Unit Bidang dan Operasi Sistem dimaksudkan agar Kantor
Induk UBS P3B hanya terlibat dengan isu strategis dan tidak terlibat pada
kegiatan operasional. Sedangkan pembentukan Unit Setelmen selain
dimaksudkan untuk memisahkan kegiatan operasional metering dan setelmen
dari Kantor Induk juga dimaksudkan untuk nmempercepat proses setelmen
melalui pemberian wewenang yang lebih besar khususnya dalamn menangani
perselisihan. Keuntungan lain adalah akuntabilitas yang lebih jelas sehingga
lebih mudah untuk mengidentifikasi biaya proses setelmen.
Hal yang juga baru padaUBS P3B adalah pembentukan Unit Pelayanan
Transmisi (UPT) dan Unit Jasa Teknik (UJT), yang merupakan bagian dari
organisasi Region. Pembentukan UPT dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengefisienkan pelaksanaan proses bisnis operasi dan pemeliharaan sistem

4
penyaluran sejalan dengan rencana pengalihan kepemilikan aset trafo HV/MV
dari UBS P3B kepada Distribusi. Dan, pembentukan UJT dilakukan sebagai
langkah untuk pemisahan usaha diluar pokok (non-core) dari usaha pokok
(core) yang bersifat monopoli. UJT didirikan untuk transmisi menuju
pemisahan usaha core dan usaha non-core, mengoptimalkan utilisasi sumber
daya yang ada, dan memungkinkan pengembangan usaha diluar usaha pokok
menjadi lebih fokus dalam menangkap peluang yang ada sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi laba usaha.

2.2. Visi dan Misi PT. PLN (PERSERO) APP SALATIGA


PT PLN (Persero) APP Salatiga merupakan salah satu unit dari PT PLN
(Persero) P3B Jawa Bali dimana dibentuk berdasarkan SK Direktur No.
1466.K/DIR/2011 tanggal 13 Desember 2011. Proses Bisnis APP Salatiga
adalah Pelaksana Pemeliharaan.
Tugas utama PT PLN (Persero) APP Salatiga adalah mengelola transmisi
dan transaksi tenaga listrik di wilayah sistem Salatiga, Yogyakarta, Surakarta
secara unggul, andal, terpercaya.
2.2.1. Visi dan Misi PT.PLN (PERSERO)
a. Visi
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang pertumbuh
kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada potensi
Insani.
b. Misi
1) Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik.
2) Menjalani bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
3) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
4) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
5) Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

5
2.2.2 Visi dan Misi PT. PLN (PERSERO) P3B Jawa Bali APP Salatiga
a. Visi
Menjadi unit pengelola transmisi dan transaksi tenaga listrik
yang Unggul, Andal dan Terpercaya berkelas dunia.
b. Misi
1) Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan
tinggi secara efisien, andal, dan akrab lingkungan.
2) Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan
dan adil.

2.3. Moto
Listrik untuk kehidupan yang lebih baik

2.4. Tugas Utama dan Wilayah Kerja


Tugas utama PT PLN (Persero) APP Salatiga adalah mengelola
transmisi dan transaksi tenaga listrik di wilayah system Salatiga, Yogyakarta,
Surakarta selatan secara unggul, andal, terpecaya.
Wilayah Kerja PT PLN (Persero) APP Salatiga adalah meliputi 3 (tiga)
daerah atau Base Camp yaitu Base Camp Salatiga, Yogyakarta dan Surakarta
dengan jumlah gardu induk yang dikelola sebanyak 31 (tiga puluh satu),
dimanaterdapat 62 Trafo IBT Dan Trafo Distribusi (3638 MVA) serta panjang
transmisi 2101,702 kms .

Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) APP Salatiga

6
2.5. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) APP Salatiga

7
2.6. Jumlah Aset di PT. PLN (PERSERO) APP SALATIGA

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola dan pemeliharaan, APP


Salatiga memiliki aset yang terpasang dan tersebar di seluruh wilayah Salatiga,
Surakarta dan Yogyakarta. Jumlah aset yang dimiliki APP Salatiga s.d tahun
2012 adalah Rp 3,935 Triliun.
Jumlah Gardu Induk yang dikelola APP Salatiga saat ini berjumlah 31
unit, baik GIS maupun GI Konvensional baik di Grid 500 Kv maupun 150 Kv.
Berikut tabel Gardu Induk yang di kelola oleh PT PLN (PERSERO) P3B
JB AREA PELAKSANA PEMELIHARAAN SALATIGA :
Tabel 1.Gardu Induk dikelola APP Salatiga
No Base Camp Jumlah 500 Kv 150Kv
GI GIS GI GIS
1 Salatiga 8 - - 8 -
2 Surakarta 12 1 - 10 1
3 Yogyakarta 11 - - 9 2

8
2.7. Gambar Single Line Diagram Gardu Induk 150 kV Jajar

9
BAB III

PERALATAN UMUM GARDU INDUK

3.1. Sistem Tenaga Listrik


Sistem Tenaga Listrik (Electric Power System) meliputi 3 komponen,
yaitu :
3.1.1. Sistem Pembangkit Listrik
3.1.2. Sistem Transmisi Tenaga Listrik
3.1.3. Sistem Distribusi tenaga Listrik

3.2. Pengertian Gardu Induk


Gardu Induk (GI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari saluran
transmisi distribusi listrik. Dimana suatu system tenaga yang dipusatkan pada
suatu tempat berisi saluran transmisi dan distribusi, perlengkapan hubung
bagi,transfomator, dan peralatan pengaman serta peralatan control. 
Fungsi utama dari gardu induk :
1. Untuk mengatur aliran daya listrik dari saluran transmisi ke saluran
transmisi lainnya yang kemudian didistribusikan ke konsumen.
2. Sebagai tempat control.
3. Sebagai pengaman operasi sistem.
4. Sebagai tempat untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan
distribusi.
Oleh karena itu, jika dilihat dari segi manfaat dan kegunaan dari gardu
induk itu sendiri, maka peralatan dan komponen dari gardu induk harus
memiliki keandalan yang tinggi serta kualitas yang tidak diragukan lagi, atau
dapat dikatakan harus Optimal dalam kinerjanya sehingga masyarakat sebagai
konsumen tidak merasa dirugikan oleh kinerjanya.
Sesuatu yang berhubungan dengan rekonstruksi pembangunan gardu
induk harus memiliki syarat-syarat yang berlaku dan pembangunan gardu
induk perlu diperhatikan besarnya beban. Maka perencanaan suatu gardu induk
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Operasi, yaitu dalam segi perawatan dan perbaikan mudah

10
2. Flexsibel
3. Konstruksi sederhana dan Kuat
4. Memiliki tingkat keandalan dan daya guna yang tinggi
5. Memiliki tingkat keamanan yang tinggi

Jenis Gardu Induk Berdasarkan Isolasi Busbar:


1. Gardu Induk Konvensional adalah Gardu Induk yang peralatan
instalasinya berisolasikan udara bebas karena sebagian  besar
peralatannya terpasang di luar gedung (switch yard) dan sebagian kecil di
dalam gedung (HV cell, dll) dan memerlukan areal tanah yang relatif
luas.
2. Gardu Induk GIS (Gas Insulated Switchgear) adalah suatu gardu induk
yang semua peralatan switchgearnya berisolasikan gas SF-6 , karena
sebagian besar peralatannya terpasang di dalam gedung dan dikemas
dalam tabung system penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.

1.1. Sistem Peralatan Pada Gardu Induk


1.1.1. Lighting Arrester (LA)
1.1.2. Potensial Transformer (PT)
1.1.3. Pemisah Tegangan (PMS)
1.1.4. Current Trasformer (CT)
1.1.5. Pemutus Tegangan (PMT)
1.1.6. Busbar / Rel
1.1.7. Transformator Daya
1.1.8. SCADA dan Telekomunikasi

11
1.2. Fungsi dan Spesifikasi Peralatan Gardu Induk
1.2.1. Lighting Arrester (LA)

Gambar 3.1 Lighting Arrester (LA)

Lighting Arrester merupakan peralatan yang memiliki peran


penting didalam koordinasi isolasi peralatan digardu induk. Fungsi
utama dari Lightning arrester adalah melakukan pembatasan nilai
tegangan pada peralatan gardu induk yang dilindunginya dari tegangan
surja petir dan pengaruh follow current. Sebuah arrester harus mampu
bertindak sebagai insulator, mengalirkan beberapa milli ampere arus
bocor ketanah pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor
yang sangat baik, mengalirkan ribuan ampere arus surja ketanah,
memiliki tegangan yang lebih rendah dari pada tegangan withstand dari
peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangkan arus
susulan yang mengalir dari sistem melalui arrester (power follow
current) setelah surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan.
Panjang lead yang menghubungkan Arrester pun perlu diperhitungkan,
karena induktive voltage pada lead ini ketika terjadi surja akan

12
mempengaruhi nilai tegangan total paralel terhadap peralatan yang
dilindungi.

3.4.2. Potensial Transformer (PT)

Gambar 3.2 Potensial Transformer (PT)


Potensial Transformer atau trafo tegangan adalah suatu
peralatan listrik yang dapat mentransformasi tegangan sistem yang lebih
tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan
indikator, alat ukur atau meter dan relay. Pada gardu induk terdapat dua
jenis potensial transformer yaitu potensial transformer bus dan potensial
transformer Line yang secara umum fungsi dan kegunaannya sama,
hanya saja yang membedakan adalah penempatannya.
Adapun fungsi potensial transformer antara lain :
a. Mentransformasikan besaran tegangan sistem yang dapat
digunakan untuk peralatan proteksi dan pengukuran yang lebih
aman, akurat dan teliti.

13
b. Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan
bagian sekunder yang tegangannya sangat rendah untuk digunakan
sebagai sistem proteksi dan pengukuran peralatan dibagian primer.

Adapun bagian-bagian potensial transformer ada 2 jenis yaitu :


a. Trafo Tegangan Magnetik (Magnetic Voltage Transformer / VT)
Disebut juga trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan
sekunder pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer
menginduksikan tegangan ke belitan sekundernya.
b. Trafo Tegangan Kapasitif (Capasitive Voltage Transformer / CVT)
Trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau
lebih yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan
tinggi ketegangan rendah pada primer, selanjutnya tegangan pada
satu kapasitor ditransformasikan menggunakan trafo tegangan yang
lebih rendah agar diperoleh tegangan sekunder.

3.4.3. Pemisah Tegangan (PMS)

Gambar 3.3 Pemisah Tegangan (PMS)

14
Disconnecting Switch atau pemisah (PMS) adalah suatu
peralatan sistem tenaga listrik yang berfungsi sebagai saklar pemisah
rangkaian listrik tanpa arus beban (memisahkan peralatan listrik dari
peralatan lain yang bertegangan), dimana pembukaan atau penutupan
PMS ini hanya dapat dilakukan dalam kondisi tanpa beban.
Adapun 2 macam fungsi PMS yaitu :
a. Pemisah peralatan, berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik
dari peralatan lain atau instalasi lain yang bertegangan. PMS ini
boleh dibuka atau ditutup hanya pada rangkaian yang tak berbeban.
b. Pemisah tanah (pisau pentanahan atau pembumian) berfungsi untuk
mengamankan dari arus tagangan yang timbul sesudah saluran
tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar
atau kabel lainnya. Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang
yang bekerja pada peralatan instalasi.

15
3.4.4. Current Transformer (CT)
Trafo arus (Current Transformer) yaitu peralatan yang
digunakan untuk melakukan pengukuran besaran arus pada instalasi
tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang berskala besar
dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi
besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan
pengukuran dan proteksi.
Adapun fungsi Current Transformer antara lain :
a. Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran
primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran
sistem metering dan proteksi.
b. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer,
sebagai pengamanan terhadap manusia atau operator yang
melakukan pengukuran.
c. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5
Amp.
Secara fungsi trafo arus dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Trafo arus pengukuran
1) Trafo arus pengukuran untuk metering memiliki ketelitian
tinggi pada daerah kerja (daerah pengenalnya) 5 % sampai
120% arus nominalnya tergantung dari kelasnya dan
tingkat kejenuhan yangh relatif rendah dibandingkan trafo
arus untuk proteksi.
2) Penggunaan trafo arus pengukuran untuk amperemeter,
watt meter, VARh-meter, dan KWh meter.
b. Trafo arus proteksi
1) Trafo arus proteksi, memiliki ketelitian tinggi pada saat
terjadi gangguan dimana arus yang mengalir beberapa kali
dari arus pengenalnya dan tingkat kejenuhan cukup tinggi.
2) Penggunan trafo arus proteksi untuk relay arus lebih (OCR
dan GFR), relay beban lebih, relay differensial, relay daya,
dan relay jarak.

16
3) Perbedaan mendasar trafo arus pengukuran dan proteksi
adalah pada titik saturasinya.
4) Trafo arus untuk pengukuran dirancang supaya lebih cepat
jenuh dibandingkan trafo aris proteksi sehingga
konstruksinya semakin luas penampang inti yang lebih
kecil.

3.4.5. Pemutus Tegangan (PMT)

Gambar 3.5 Pemutus Tegangan (PMT)

Pemutus tegangan (PMT) atau juga sering disebut circuit breaker


(CB) merupakan peralatan saklar ataupun switching yang digunakan
untuk mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal
ataupun pada saat kondisi abnormal/gangguan yang disebabkan oleh
short circuit/hubung singkat mapun gangguan yang lainnya. Karena

17
pengoperasian PMT pada saat kondisi rangkaian berbeban maka akan
timbul busur api, oleh karena itu PMT harus dilengkapi dengan
pemadam busur api. Pemadam busur api pada PMT dapat dilakukan
dengan beberapa macam bahan, misalnya minyak, udara, dan gas sulfur
(SF6).
Pemutus tegangan (PMT) dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
jenis yaitu :
a. Berdasarkan rating tegangan
1) PMT tegangan rendah (Low Voltage)
Dengan range tegangan 0,1 s/d 1 kV
2) PMT tegangan menengah (Medium Voltage)
Dengan range tegangan 1 s/d 35 kV
3) PMT tegangan tinggi (High Voltage)
Dengan range tegangan 35 s/d 245 kV
4) PMT tegangan ekstra tinggi (Extra High Voltage)
Dengan range tegangan lebih besar dari 245 kV
b. Berdasarkan jumlah mekanik penggerak / tripping coil
1) PMT single pole
PMT jenis ini mempunyai mekanik penggerak pada
masing-masing pole, umumnya PMT jenis ini dipasang
pada bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.
2) PMT three pole
PMT jenis ini mempunyai suatu mekanik penggerak
untuk 3 fasa, yang berfungsi untuk menghubungkan fasa
satu dengan fasa lainnya yang dilengkapi kopel mekanik,
umumnya PMT jenis ini dipasang pada bay trafo, bay
kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.
c. Berdasarkan media isolasi
1) PMT gas SF6
PMT ini menggunakan gas SF6 sebagai media
pemadam busur api yang timbul pada waktu memutus arus
listrik. Gas SF6 ini mempunyai kekuatan dielektrik yang

18
lebih tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan
dielektrik ini bertambah seiring dengan pertambahan
tekanan. Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe tekanan
tunggal (Single Pressure Type), dimana selama operasi
membuka atau menutup PMT, gas SF6 ditekan kedalam
suatu tabung/silinder yang menempel pada kontak
bergerak. Pada waktu pemutusan, gas SF6 ditekan melalui
nozzle dan tiupan inilah yang akan mematikan busur api.
2) PMT minyak
PMT jenis ini menggunakan minyak/oil sebagai media
pemadam busur api yang timbul pada saat PMT bekerja
membuka atau menutup. PMT minyak dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu PMT menggunakan banyak minyak (bulk
oil) dan PMT menggunakan sedikit minyak (small oil).
PMT jenis ini digunakan mulai dari tegangan
menengah 6 kV sampai tegangan ekstra tinggi 425 kV
dengan arus nominal 400 A s/d 1250 A
3) PMT udara hembus
PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadam
busur api dengan menghembuskan udara bertekanan
keruang pemutus.
4) PMT hampa udara
Ruang hampa udara (vacuum) mempunyai kekuatan
dielektrik (dielektrik strength) yang tinggi dan sebagai
media pemadam busur api yang baik. PMT jenis vakum
umumnya digunakan untuk tegangan menengah.
3.4.6. Busbar / Rel
Busbar merupakan salah satu bagian dalam suatu gardu induk
yang berfungsi sebagai tempat terhubungnya semua bay yang ada pada
gardu induk tersebut, baik bay line maupun bay trafo. Pada umumnya
sebuah gardu induk didesain dengan dua busbar (double busbar),
sehingga jika terjadi gangguan pada salah satu busbar maka seluruh bay

19
akan dipindah ke busbar yang lainnya. Namun juga masih terdapat
gardu induk yamg memiliki satu busbar (single busbar).
Pada busbar gardu induk juga dilengkapi dengan potensial
transformer (PT bus), current transformer (CT bus) dan juga kopel.
Potensial transformer bus dan Current Transformer Bus berfungsi untuk
megukur tegangan dan arus yang ada pada bus tersebut. Selain itu PT
bus dan CT bus juga berfungsi untuk sistem proteksi pada busbar, yang
mana jika busbar dalam kondisi abnormal atau dalam keadaan
gangguan bisa terdeteksi oleh sistem proteksi gardu induk.
Kopel merupakan switch yang dipasang pada busbar yang
berfungsi untuk menghubungkan bus satu dengan bus lainnya. Secara
umum dan prinsip kerja kopel adalah sama dengan PMT, karena kopel
juga dilengkapi dengan sistem pemadam busur api yang berfungsi
untuk memadamkan busur api ketika proses pemutus dan
penyambungan kopel.

3.4.7. Transformator Daya

Gambar 3.6 Transformator Daya

20
Transformator daya adalah suatu peralatan pada gardu induk yang
digunakan untuk mentransformasikan daya atau energi listrik dari
tegangan tinggi ketegangan rendah ataupun sebaliknya, melalui suatu
lilitan prinsip induksi elektromagnet.
Trafo daya memiliki bagian-bagian yang masing-masing
komponen memiliki fungsi yang berbeda, diantaranya adalah :
a. Elektromagnetic circuit (inti besi)
Bagian ini digunakan sebagai media jalannya flux yang timbul
akibat induksi arus bolak-balik pada kumparan yang mengelilingi
inti besi pada primer sehingga dapat menginduksi pada kumparan
sekunder. Inti besi dibentuk dari lempengan-lempengan besi tipis
berisolasi yang disusun sedemikian rupa dapat menghantarkan flux.
b. Current Carrying Circuit (Winding/belitan)
Winding terdiri dari batang tembaga berisolasi yang
mengelilingi inti besi, dimana saat arus bolak-balik (AC) mengalir
pada belitan tembaga tersebut, inti besi akan terinduksi dan
menimbulkan flux magnetic.
c. Bushing
Bushing merupakan sarana penghubung antara belitan
dengan jaringan luar, yang terdiri dari sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator. Isolator tersebut bersebut berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor bushing dengan body main tank
transformator.
d. Oil reservation dan expansion
Oil reservation merupakan bagian yang digunakan sebagai
pendingin pada trafo. Saat terjadi kenaikan suhu operasi pada trafo
minyak ini akan memuai sehingga volumenya bertambah.
Sebaliknya saat terjadi penurunan suhu operasi, makan minyak
akan menyusut dan volume minyak akan turun. Konservator
digunakan untuk menampung minyak pada saat trafo mengalami
kenaikan suhu.

21
Untuk menghindari agar minyak trafo tidak berhubungan
langsung dengan udara luar, maka saat ini konservator dirancang
dengan menggunakan brether bag atau sejenis balon karet yang
dipasang didalam tangki konservator.
e. Tap Changer
Tap Changer merupakan bagian dari trafo daya yang
digunakan sebagai penyesuaian ratio belitan agar tegangan
output/sekunder besarnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
sistem. Penyesuaian ratio dilakukan dengan mengubah banyaknya
belitan pada sisi primer yang diharapkan dapat mengubah ratio
antara belitan primer dan sekunder. Hal ini dikarenakan
transformator dituntut untuk memiliki nilai tegangan
output/sekunder yang stabil meskipun besarnya tegangan
input/primer tidak selalu sama.
Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada saat
trafo sedang berbeban (onload tap changer) atau saat trafo tidak
berbeban (offload tap changer).
f. NGR (Neutral Grounding Resistance)
NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang seri dengan netral
sekunder pada transformator sebelum terhubung ke ground/tanah.
Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus
gangguan yang mengalir dari sisi netral ketanah. Pada trafo daya
terdapat dua jenis NGR yaitu :
1) Liquid
Liquid merupakan jenis NGR yang menggunakan larutan
air murni yang ditampung didalam bejana dan ditambahkan
garam (NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi yang
diinginkan.
2) Solid
Solid merupakan NGR jenis padat yang terdiri dari
stainless steel, FeCrAl cast iron copper nickel atau nichrome
yang diatur sesuai nilai tahanannya.

22
3.4.8. SCADA dan Telekomunikasi
Data yang diterima scada (supervisory control and data
Acqusition) interface dari berbagai masukan (sensor, alat ukur, relay
dll) baik berupa data digital dan data analog dirubah dalam bentuk data
frekuensi tinggi (50 KHz sampai dengan 500 KHz) yang kemudian
ditransmisikan bersama tenaga listrik tegangan tinggi. Data frekuensi
tinggi yang dikirimkan tidak bersifat kontinyu tapi secara paker
persatuan waktu. Dengan kata lain berfungsi sebagai sarana komunikasi
suara dan komunikasi data serta tele proteksi dengan memanfaatkan
penghantarnya dan bukan tegangan yang terdapat pada penghantar
tersebut. Oleh sebabitu, bila penghantar tak bertegangan maka Power
Line Carrier (PLC) akan tetap berfungsi asalkan penghantar tersebut
tidak terputus. Dengan demikian diperlukan peralatan yang berfungsi
memasukkan dan mengeluarkan sinyal informasi dari energi listrik
diujung-ujung penghantar.
Adapun tiga bagian utama scada yaitu :
a. Master Station
Master station merupakan kumpulan perangkat keras dan lunak
yang ada dikontrol centre. Biasanya desain untk sebuah master
station tidak sama.
Bagian-bagian utama master station adalah :
1) Server
2) Workstation
3) Aplikasi
4) LAN (Local Area Network)
5) Peripheral penunjang
6) Link komunikasi data
b. Remote Station
Remote station adalah stasiun yang dipantau, atau diperintah
dan dipantau oleh master station, yang terdiri dari gateway, IED,
Local HMI, RTU dan meter energi.

23
BAB IV
LIGHTNING ARRESTER DI GI JAJAR 150 KV

4.1. Pendahuluan
Seperti yang telah kita ketahui bahwa pusat pembangkit listrik umumnya
dihubungkan dengan saluran transmisi udara yang menyalurkan tenaga listrik
ke dari pusat penbangkit ke pusat-pusat konsumsi tenaga listrik, yaitu gardu-
gardu induk (GI). Sedangkan saluran transmisi udara ini rawan sekali terhadap
sambaran petir yang menghasilkan gelombang berjalan (surja tegangan) yang
dapat masuk ke pusat pembangkit listrik. Oleh karena itu, dalam pusat listrik
harus ada lightning arrester (penangkal petir) yang berfungsi menangkal
gelombang berjalan dari petir yang akan masuk ke instalasi pusat pembangkit
listrik. Gelombang berjalan juga dapat berasal dari pembukaan dan penutupan
pemutus tenaga atau circuit breaker (switching).
Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350
kV, surja tegangan yang disebabkan oleh switching lebih besar dari pada surja
petir. udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian
instalasi pusat pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan
karenanya harus diberi lightning arrester. Selain itu, lightning arrester harus
berada di depan setiap transformator dan harus terletak sedekat mungkin
dengan transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan
gelombang berjalan menuju ke transformator akan melihat transformator
sebagai suatu ujung terbuka (karena transformator mempunyai isolasi terhadap
bumi/tanah) sehingga gelombang pantulannya akan saling memperkuat dengan
gelombang yang datang. Berarti transformator dapat mengalami tegangan surja
dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang. Untuk mencegah
terjadinya hal ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan
transformator.

4.2 Sejarah Teknologi Lightning Arrester


Sejak sistem listrik AC mulai diimplementasikan sekitar 100 tahun lalu
disaluran transmisi, teknologi proteksi petir sudah mulai dikembangkan, mulai

24
dari teknologi yang hanya memanfaatkan sela udara (gap), kemudian
berkembang dengan memanfaatkan kombinasi antara sela udara dan resistor
non linear, serta yang terakhir menggunakan resistor non liniear tanpa gap
(teknologi terakhir ini mulai diimplementasikan mulai 20 tahun silam).
Mayoritas Arrester pada Sistem Transmisi di PLN saat ini telah menggunakan
arrester dengan teknologi terakhir yang memanfaatkan keping ZnO tanpa gap.
Perkembangan teknologi Arrester dapat dilihat sebagai berikut :
1892-1908 : Penggunaan Air Gaps
1908-1930 : Multiple gaps dengan resistan
1920-1930 : Lead Oxide dengan resistor
1930-1960 : Passive Gapped Silicon Carbide
1960-1982 : Active Gapped Silicon Carbide
1976-sekarang : MOSA tanpa gap
1985-sekarang : MOSA tanpa gap dengan polymer housings

4.2.1. Periode 1892-1908 : Sela Udara (Air Gaps) dengan Modifikasi


Proteksi selama periode awal ini hanya menggunakan sela udara
sederhana dari line ke ground. Gap dapat didesain agar terjadi spark
over pada tegangan yang cukup rendah untuk menyediakan
perlindungan petir yang baik, tanpa tegangan discharge. Akan tetapi,
sela udara tidak mampu menghilangkan power follow current kecuali
sebuah resistansi dipasang seri untuk membatasi magnitude arus dan
meningkatkan nilai power factor dari sirkuit interrupting. Sekalipun
demikian, sela udara membutuhkan operasi CB atau fuse untuk
memadamkan power follow current.
Beberapa pengembangan teknologi dilaksanakan pada periode ini,
dimana dikembangkan apa yang dinamakan dengan elektroda-elektroda
“nonarcing” terbuat dari tembaga atau brass, dan pengembangan
multiple gap dengan bertingkat, walau demikian derajat pengamanan
petir terbatasi oleh erratic sparkovers yang tergantung pada tekanan
udara dan kelembaban, dan follow current yang besar menghasilkan
erosi pada elektroda-elektroda.

25
Proteksi selama periode awal ini hanya menggunakan sela udara
sederhana dari line ke ground. Gap dapat didesain agar terjadi spark
over pada tegangan yang cukup rendah untuk menyediakan
perlindungan petir yang baik, tanpa tegangan discharge. Akan tetapi
sela udara tidak mampu menghilangkan power follow current kecuali
sebuah resistansi dipasang seri untuk membatasi magnitude arus dan
meningkatkan nilai power factor dari sirkuit interrupting. Sekalipun
demikian, sela udara membutuhkan operasi CB atau fuse untuk
memadamkan power follow current.
Beberapa pengemangan teknologi dilaksanakan pada periode ini,
dimana dikembangkanapa yang dinamakan dengan elektroda-elektroda
“nonarcing” terbuat dari tembaga atau brass, dan pengembangan
multiple gap denganm bertingkat; walau demikian derajat pengamanan
petirterbatasi oleh erratic sparkovers yang tergantung pada tekanan
udara dan kelembaban, dan follow current yang besar menghasilkan
erosi pada elektroda-elektroda.

4.2.2. Periode 1908 – 1930: Nonlinear Resistors berdasarkan Puncturing dan


Reforming Film
Arrester yang pertama kali menggunakan elemen valve nonlinear
adalah sel alumunium, pertama dikenalkan ditahun 1908. Sebuah
arrester sel alumunium comprised bola atau horn gap dipasang seri
dengan tangki yang berisi sel alumunium. Setiap sel memiliki level
tegangan 300 Volt. Elektrolit ditabur didalam cone untuk memisahkan
antar sel, beberapa cone dimasukkan ke dalam tangki berisi minyak.
Lapisan film yang berada didalam plat dapat punctured oleh lighting
discharge, namun akan membentuk kembali atau “heal” rapidly setelah
proses discharge. Secara fisik, Arrester ini berukuran besar dan
memerlukan pemeliharaan khusus, seperti kebutuhan pengecekan plat
film harian.

26
4.2.3. Periode 1920 – 1930: Arrester dengan Lapisan Film Oksida
Tipe ini terus diproduksi hingga tahun 1955. Arrester jenis ini
terdiri dari gap yang dipasang seri dengan sejumlah sel yang berisi lead
peroksida. Pada ujung plat sel dibungkus dengan lapisan film insulasi.
Ketika lapisan film insulasi mengalami surge, nilai resistansi menjadi
rendah dan arus mengalir. Lead peroksida menjadi berisfat high resistan
untuk memadamkan follow current. Arrester dapat beroperasi sekian
kali sebelum sel memerlukan rekondisi.

4.2.4. Periode 1930 – 1954: Resistor Non Linear Silicon Carbide dengan Gap
Nonactive
Blok resistor non linear terbuat dari Sillicon Carbide pertama
dikanalkan di tahun 1930 dan bertahan dalam penggunaan sampai
hamper 50 tahun. Nilai tegangan pada blok secara kasar didefinisikan
sebagai V=Ki dengan range nilai K bervariasi 3 – 6 tergantung pada
bijih Sillicon Carbide dan proses bonding dan pembakaran selama
pabrikasi. Ukuran arrester ini 80% lebih kecil bila dibandingkan dengan
generasi Film Oksida. Hingga akhir era 1940, dilakukan reduksi lebar
gap sparkover menggunakan gap preionizasi, juga penggunaan material
gasket karet untuk menghindari masuknya moisture.

4.2.5. Periode 1954 – 1976: Resistor Non Linear Sillicon Carbide dengan
Active Gaps
Gap arrester active diatur sehingga medan magnetis dihasilkan
oleh koil ( atau komponen lain dengan fungsi sama ) menggerakan
power follow current arc dari titik inisiasi menju tempat pada struktur
gap dimana proses pemadaman berlangsung.

4.2.6. Periode 1976 – sekarang: Zinc Oxide Arresters


Elemen valve, terbuat dari Zinc Oksida dengan sejumlah
komponen additive untuk memenuhi karakteristik sesuai dengan yang
diinginkan. Material dasar penyusun keping blok MOSA adalah ZnO

27
(~90% berat), sementara zat aditif lain terdiri dari: MnO, B2O3, NiO,
Sb2O3,Cr2O3 (~ 10% berat).
Senyawa ZnO memiliki kemampuan konduktivitas sangat baik
ketika dilewati arus kerja discharge-nya pada interval arus 1 – 100 kA,
namun akan berlaku sebagai kapasitor atau resistansi tinggi ketika
dilewati arus dibawah nilai tersebut. Hal ini terkait dengan Karakteristik
Tegangan – Arus (V-I Characteristics) dari senyawa Metal Oksida.
Untuk elemen ZnO dengan diameter 3 inchi, arus yang dapat dialirkan
dari kondisi normal ke kondisi surja dari 0,1 Ampere mencapai 10.000
Ampere.
Kemampuan disipasi energi dari ZnO pun jauh lebih baik bila
dibandingkan dengan kemampuan Silikon Karbida. Sebuah Keping
Metal Oksida dengan diameter 3 inchi dan tinggi 2,1 inchi memiliki
kemampuan disipasi yang sama dengan keping Silikon Karbida plus
gap berdiameter 3 inchi dengan ketinggian masing-masing 2,2 inchi.
Desain tanpa gap ini memungkinkan desain arrester metal oksida
menjadi lebih pendek dengan rating pressure relief mencapai 65.000
Ampere RMS Simetris.

1.3. Pengertian dan fungsi Arrester (Lightning Arrester)


Arrester atau biasa juga disebut Lightning Areester adalah suatu alat
pelindung bagi peralatan sistem tenga listrik terhadap surja petir (Surge). Alat
pelindung terhadap gangguan surja ini berfungsi melindungi peralatan sistem
tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah. Dipasang pada atau dekat peralatasn yang
dihubungkan dari fasa konduktor ke tanah. Sesuai dengan fungsinya itu maka
arrester harus dapat menahan tegangan sistem pada frekuaensi 50 Hz untuk
waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa
mengalami kerusakan pada arrester itu sendiri. Arrester berlaku sebagai jalan
pintas di sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui
oleh arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang nilainya
tinggi pada peralatan. Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang

28
diakibatkan oleh tegangan lebih eksternal, arrester juga melindungi peralatan
dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh tergangan lebih internal seperti surja
hubung. Selain itu arrester juga merupakan kunci dalam koordinasi isolasi
suatu sistem tenaga listrik. Bila surja hubung datang ke gardu induk maka
arrester akan bekerja melepaskan muatan listrik serta mengurangi tegangan
abnormal yang mengenai peralatan dalam gardu induk. Lightning arrester
bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk membuang
muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di
atas tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan
perbandingan dua tegangan ini disebut rasio proteksi arrester. Tingkat isolasi
bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan transformator agar
apabila sampai terjadi flashover, maka flashover diharapkan terjadi pada
arrester dan tidak pada transformator.

4.4 Prinsip kerja Arrester (L A)


Pada umumnya prinsip kerja Arrester cukup sederhana yaitu membentuk
jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih tinggi
pada peralatan listrik lainnya. Pada kondisi kerja yang normal, arrester berlaku
sebagai isolasi tetapi bila timbul surja akibat adanya petir maka arrester akan
berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus yang tinggi
ke tanah. Setelah tegangan surja itu hilang maka arrester harus dengan cepat
kembali berlaku sebagai isolator, sehingga pemutus tenaga (PMT) tidak sempat
membuka. Pada kondisi yang normal (tidak terkena petir), arus bocor arrester
tidak boleh melebihi 2 mA. Apabila melebihi angka tersebut, berarti
kemungkinan besar lightning arrester mengalami kerusakan.

4.5. Macam – macam Arrester


Arrester yang umumnya diketahui terdiri dari dua jenis yaitu :
1.1. Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung
Lightning Arrester jenis ekspulsi atau tabung pelindung ini pada
prinsipnya terdiri dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan
sela percik yang berada diluar udara atau disebut juga sela seri. Prinsip

29
kerja lightning arrester jenis ekspulsi. Bila ada tegangan surja yang
tinggi sampai pada jepitan arrester, kedua sela percik, yang diluar
maupun yang di dalam tabung serat, tembus seketika dan membentuk
jalan penghantar dalam bentuk busur api. Jadi Arrester menjadi
konduktor dengan impedansi yang rendah dan menyalurkan petir /surja
dan arus daya sistem bersama- sama ke bumi.
Panas yang timbul akibat mengalirnya arus petir menguapkan
sedikit bahan dinding tabung serat, sehingga gas yang di timbulkan
menyembur dan memedamkan api pada waktu arus susulan melewati
titik nolnya. Arus susulan dalam arrester ini dapat mencapai harga yang
tunggi sekali tetapi lamanya tidak lebih dari 1 atau 2 gelombang, dan
biasanya kurang dari setengah gelombang. Jadi tidak menimbulkan
gangguan. Arrester jenis ekspulsi ini mempunyai karakteristik volt –
waktu yang lebih baik dari sela batang dan dapat memutuskan arus
susulan. Akan tetapi tegangan impulsnya lebih tinggi daripada arrester
jenis katup. Kemampuan untuk memutuskan arus susulan tergantung
dari tingkat arus hubung singkat dari sistem pada titik dimana arrester
itu di pasang. Dengan demikian perlindungan dengan arrester jenis ini
dipandang tidak memadai untuk perlindungan transformator daya
kecuali untuk sistem distribusi. Arrester jenis ini banyak digunakan
pada saluran transmisi untuk membatasi besar surja yang memasuki
gardu induk.

4.2. Arrester jenis katup


Arrester jenis katup ini terdiri dari sela percik terbagi atau sela
seri yang terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai
karakteristik tidak linier.
Tahanan tersebut mempunyai sifat khusus yaitu tahanan akan
turun banyak sekali bila arusnya naik dan berlangsung dalam waktu
yang sangat cepat.Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan
tembus pada sela seri. Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu
surja yang cukup tinggi, maka alat tersebut akan menjadi penghantar.

30
Sela seri itu tidak dapat menimbulkan arus susulan. Dalam hal ini
dibantu oleh tahanan tak linier yang mempunyai karakteristik tahanan
kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus susulan dari
frekuensi dasar.
Prinsip kerja Arrester jenis Katup yaitu :
Sela seri yang berfungsi sebagai switch apabila terjadi tegangan
tinggi yang menyebabkan sparkover maka tahanan elemen sela percik
turun dengan teganagannya saja, maka sela seri akan membuka,
tahanannya naik kembali sehingga arus susulan dapat dibatasi. Untuk
memadamkan busur api yang timbul, tahanan sela percik yang tidak
linier tersebut berfungsi untuk mematikannya.
Arrester jenis katup ini dibagi dalam empat jenis yaitu :
1) Arrester katup jenis gardu
Arrester katup jenis gardu ini adalah yang paling efisien dan
juga yangpaling mahal. Pemakaiannya secara uumum pada gardu
induk besar. Umumnya untuk melindungi alat- alat yang mahal
pada rangkaian mulai pada rangkaian mulai dari 2,4 kV sampai
287 kV dan lebih tinggi lagi.
2) Arrester katup jenis saluran
Arrster jenis saluran ini lebih murah dari arrester jenis gardu.
Kata”saluran” disini bukanlah berarti untuk saluran transmisi.
Seperti arrester jenis gardu, arrester jenis saluran ini dipakai untuk
melindungi transformator dan pemutus daya serta dipakai pada
sistemtegangan 15 kV sampai 69 kV.
3) Arrester katup jenis gardu untuk mesin – mesin
Lightning arrester ini khusus untuk melindungi mesin-mesin
berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4 kV sampai 15 kV.
4) Arrester katup jenis distribusi
Lightning arrester jenis distribusi ini khusus untuk
melindungi transformator. Arrester jenis ini dipakai pada
peralatan dengan tegangan 120 volt sampai 750 volt.

31
4.6. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Arrester
Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya
(discharge voltage), yaitu tegangan terminalnya pada waktu pelepasan harus
cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan. Tegangan
percikan tersebut disebut juga tegangan gagal sela (gap breakdown voltage)
sedangkan pelepasan disebut juga tegangan sisa (residual voltage) atau
tegangan jatuh (voltage drop). Jatuh tegangan pada arrester = I x R Dimana I
= arus arrester maksimum (A)R = tahanan arrester (Ohm).
Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas tegangan sistem dimana arus susulan ini masih mungkin,
disebut tegangan dasar (rated voltage).

4.7. Karakteristik Lightning Arrester


Oleh karena arrester dipakai untuk melindungi peralatan sistem tenaga
listrik maka perlu diketahui karakteristiknya sehingga arrester dapat digunakan
dengan baik didalam pemakaiannya. Arrester mempumyai tiga karakteristik
dasar yang penting dalam pemakainnya yaitu :
1) Tegangan rated 50 c/s yang tidak boleh dilampaui
2) Arrester mempunyai karakteristik yang dibatasi oleh tegangan (voltage
limiting) bila dilalui oleh berbagai macam arus petir.
3) Batas termis
Sebagaimana diketahui bahwa arrester adalah suatu peralatan teganagan
yang mempunyai tegangan ratingnya. Maka jelaslah bahwa arrester tidak boleh
dikenakan tegangan yang melebihi tegangan yang melebihi rating ini, baik
didalam keadaan normal maupun dalam keadaan abnormal. Oleh karena itu
dalam menjalankan fungsinya ia menanggung tegangan sistem normal dan
tegangan lebih transiens 50 c/s. Karakteristik pembatasan tegangan impuls dari
arrester adalah harga yang dapat di tahan oleh terminal ketika melakukkan arus
-arus tertentu dan harga ini berubah dengan singkat baik sebelum arus mengalir
maupun mulai bekerja. Untuk batas termis ialah kemampuan untuk
mengalirkan arus surja dalam waktu yang lama atau terjadi berulang – ulang
tanpa menaikkan suhunya.meskipun kemampuan arrester untuk menyalurkan

32
arus sudah mencapai 65000 – 100.000 Ampere, tetapi kemampuannya untuk
melakukan surja hubung terutama bila saluran menjadi panjang dan berisi
tenaga besar masih rendah.Maka agar supaya tekanan stress pada isolasi dapat
dibuat serendah mungkin, suatu sistem perlindungan tegangan lebih perlu
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Dapat melepas tegangan lebih ketanah tanpa menyebabkan hubung singkat
ke tanah (saturated ground fault)
2) Dapat memutuskan arus susulan.
3) Mempunyai tingkat perlindungan (protection level) yang rendah,artinya
tegangan percikan sela dan tegangan pelepasannya rendah.

4.7.1. Karakteristik Lightning Arrester ideal


1) Pada tegangan sistem yang normal, arrester tidak boleh bekerja.
Tegangan tembus arrester pada frekuensi jala-jala harus lebih tinggi
dari tegangan lebih maksimum yang mungkin terjadi pada sistem.
2) Setiap gelombang transien dengan tegangan puncak yang lebih besar
dari tegangan tembus arrester harus mampu mengerjakan arrester
untuk mengalirkn arus ke tanah.
3) Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa merusak
arrester itu sendiri dan tanpa menyebabkan tegangan pada terminal
arrester lebih tinggi dari tegangan sistemnya sendiri.
4) Arus tidak boleh mengalir ke tanah setelah gangguan teratasi. Arus ini
harus dipotong begitu gangguan teratasi dan tegangan kembali
normal.

4.7.2. Material dari Arrester


Metal Oxide Arrester. Komponen utama dari lightning arrester ini
terbuat dari bahan Zinc Oxide (ZnO) , kemudian lebih dikenal dengan
sebutan metal oxidesurger arrester (MOA). Pada dasarnya arrester ini
sama dengan arrester pendahulunya, hanya saja arrester ini tidak
mempunyai komponen sel gap (Gap Less).

33
Prinsip kerja metal oxide arrester pada dasarnya metal oxide
arrester ini mempunyai prinsip kerja yang sama dengan arrester jenis
katup. Karena arrester MOA ini tidak memiliki tahanan sela seri, maka
arrester ini sangat bergantung psa tahanan yang ada dalam arrester itu
sendiri. Apabila terkena petir, tahanan arrester akan langsung turun
sehinggamenjadi konduktor dan mengalirkan petir ke bumi. Namun,
setelah petir lewat, tahan kembali naik dan bersifat isolator.
Keunggulan dari MOA adalah memiliki reaksi yang cepat dalam
membumikan petir. Hal ini disebabkan arrester ini tidak memiliki sela
seri. Sedangkan kekeurangannya adalah akibat ketergantunnganya
dengan tahanan yang ada di dalam isolator dan bekerja karena pengaruh
termal, maka arrester ini harus betul-betul memperhitungkan pengaruh
termalnya.

4.7.3. Pemilihan Lightning Arrester


Ada beberapa faktor dalam memilih Arrester yang sesuai untuk
suatu keperluan tertentu, beberapa faktor yang harus diperhatikan
adalah:
1) Kebutuhan perlindungan : ini berhubungan dengan kekuatan isolasi
dari alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls dari arrester.
2) MVA yang short circuit yang dinyatakan lewat persamaan S = kV x
kA.
3) Standart BIL 20kV yaitu 125 kV.
4) Initial voltage Lightning arrester yaitu 80% dari BIL, atau sama
dengan 100 kV.
5) Tegangan sistem : ialah tergangan maksimum yang mungkin timbul
pada jepitan arrester.
6) Arus hubung singkat sistem : hanya diperlukan pada arrester jenis
ekspulsi.
7) Jenis Lightning Arrester.

34
8) Faktor kondisi Luar : apakah normal atau tidak normal (2000 meter
atau lebih diatas permukaan laut), temperatur dan kelembaban yang
tinggi serta pengotoran.
9) Faktor Ekonomi : merupakan perbandingan antara biaya pemeliharaan
dan kerusakan bila tidak ada lightning arrester, atau bila dipasang
lightning arrester yang nilainya lebih rendah mutunya.Untuk tegangan
69 kV dan lebih dapat di pakai arrester jenis gardu, sedangkan
tegangan 23 kV samapi 69 kV dapat dipakai jenis lainnya tergantung
pada segi ekonominya.

4.7.4. Perhitungan Jarak Maksimum arrester dengan Trafo


Jika arrester dihubungkan dengan menggunakan saluran udara
terhadap alat yang diindungi, maka untuk menetukan jarak yang baik
antara arrester dengan trafo, dinyatakan dengan persamaan :
Ep = Ea + ( 2.A.s) / v
Dimana :
 Ep : tegangan pengenal pada alat yang dilindungi
 Ea : tegangan tembus/percik dari arrester
 A : kecuraman gelombang datang ( de / dt ).
 S : jarak arrester terhadap alat yang dilindungi.
 V : kecepatan merambat gelombang impuls = kecepatan
 Cahaya : 3 x 108m/d

4.7.5. Pengaruh TID terhadap jarak maksimum


Untuk meningkatkan keandalan sistem dari gangguan sambaran
petir, peralatan yang dipasang di gardu indukharus memiliki tingkat
isolasi yang baik (disesuaikan dengan arrester).Dari hasil perhitungan
jarak maksimum arrester, diketahui bahwa pemasangan peralatan
dengan nilai TID ( BIL ) yang semakin besar akan diperoleh nilai jarak
maksimum penempatan arrester didepan peralatan semakin besar. Hal
ini dikarenakan nilai TID yang semakin besar dari peralatan yang
dilindungi, maka semakin besar kemampuan peralatan untuk mengatasi

35
kegagalan isolasi terhadap tegangan lebih maksimum yang sampai ke
terminal peralatan. Artinya tingkat isolasinya makin baik.

4.7.6. Pengaruh Tegangan kerja terhadap jarak maksimum


Pemasangan arrester dengan nilai tegangan kerja yang semakin
besar akan diperoleh nilai jarak maksimum penempatan arrester di
depan peralatan (trafo) di gardu induk semakin kecil. Hal ini
dikarenakan semakin besar tegangan kerja arrester maka faktor
perlindungan yang diberikan arrester terhadap peralatan semakin kecil.
Tegangan kerja menentukan faktor perlindungan dari arrester dimana
faktor perlindungan adalah selisih antara TID peralatan dengan tingkat
perlindungan arrester (1,1 x tegangan kerja arrester).

4.7.7. Pengaruh Jarak arrester terhadap tegangan residu yang sampai ke


peralatan
Pemasangan arrester dengan jarak semakin dekat dengan
peralatan (kira-kira lebih kecil dari 66 m) yang memiliki TID (misalnya
1550 kV) diperoleh nilai tegangan residu lebih kecil dari TID peralatan.
Hal ini berarti trafo berada dalam jarak lindung yang aman dari arrester.
Apabila arrester ditempatkan pada jarak lebih besar dari 66 m,
diperoleh tegangan residu melebihi nilai TID trafo, sehingga trafo
mengalami kegaglan isolasi. Oleh karena itu jarak arrester terhadap
peralatan harus sekecil mungkin, agar tegangan residu yang sampai ke
peralatan tidak melebihi tingkat isolai peralatan itu sendiri.

4.8. Peristiwa petir


Petir merupakan peristiwa alam yang mengenai muatan listrik dan
pelepasan listrik elektrostatik antara awan bermuatan dengan awan dan antara
awan bermuatan dengan bumi. Mekanisme sambaran petir Kristal es yang aktif
mempunyai kandungan muatan yang positif dan air hujan biasanya menandung
muatan negative. Dipengaruhi gravitasi bumi, butir air hujan terpolarisasi akan
bergerak turun yang menyebabkan ion negative ditarik dan ion positif ditolak

36
sehingga pada derah bagian bawah akan terhimpun muatan negative yang
menciptakan muatan terpisah dalam awan. Awan bagian bawah yang
bermuatan negative menginduksi muatan positif di permukaan bumi sehingga
menyebabkan munculnya tegangan antar awan bermuatan dengan bumi. Bila
gradient tegangan telah melebihi kekuatan listrik udara 30 kV/cm maka terjadi
pelepasan energi (leader stroke) yang bergerak dari awan ke bumi. Setelah
leader stroke, terjadi sambaran kembali (return stroke) dari bumi ke awan
melalui jalan yang sama. Peristiwa ini menyebabkan adanya perbedaan
tegangan yang cukup besar antara muatan positif di bumi dengan muatan
negative di awan. Beberapa saat kemudian terjadi lagi sambaran dari awan ke
bumi melalui jalan yang sama (dart leader), lalu terjadi return stroke dan
peristiwa ini disebut multiple stroke.
Peristiwa Petir terdiri dari beberapa sambaran yaitu :
1) Leader stroke
2) Return stroke
3) Dart stroke
4) Return stroke

4.9. Efek sambaran petir


4.9.1. Sambaran Tidak Langsung (sambaran induksi)
Muatan induksi yang muncul pada jaringan yang disebabkan oleh
sambaran petir ke bumi dan oleh sambaran petir dari awan ke awan.
Pada umumnya lompatan api yang ditimbulkan tidak terlalu besar,
sehingga bukanmerupakan masalah yang serius.
8.2. Sambaran langsung
Sambaran petir dari awan langsung ke jaringan yang
menyebabkan tegangan naik dengan cepat pada daerah sambaran.

37
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Gardu induk merupakan sub system dari system penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system penyaluran
(transmisi). Berarti gardu induk merupakan sub-sub system dari system
tenaga listrik, sebagai sub system dari system penyulang (transmisi) gardu
induk mempunyai peran penting dalam pengoprasiannya, tidak dapat
dipisahkan dari system penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
2. Sistem Peralatan Pada Gardu Induk :
a. Lighting Arrester (LA)
b. Potensial Transformer (PT)
c. Pemisah Tegangan (PMS)
d. Current Trasformer (CT)
e. Pemutus Tegangan (PMT)
f. Busbar / Rel
g. Transformator Daya
h. SCADA dan Telekomunikasi
3. Arrester atau biasa juga disebut Lightning Areester adalah suatu alat
pelindung bagi peralatan sistem tenga listrik terhadap surja petir (Surge).
Alat pelindung terhadap gangguan surja ini berfungsi melindungi peralatan
sistem tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang
datang dan mengalirkannya ke tanah.
4. Prinsip Kerja LA :
Pada umumnya prinsip kerja Arrester cukup sederhana yaitu membentuk
jalan yang mudah dilalui oleh petir, sehungga tudak timbul tegangan lebih
tinggi pada peralatan listrik lainnya. Pada kondisi kerja yang normal, arrester
berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja akibat adanya petir maka
arrester akan berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran
arus yang tinggi ke tanah. Setelah tegangan surja itu hilang maka arrester
harus dengan cepat kembali berlaku sebagai isolator, sehingga pemutua

38
tenaga (PMT) tidak sempat membuka. Pada kondisi yang normal (tidak
terkena petir), arus bocor arrester tidak boleh melebihi 2 mA. Apabila
melebihi angka tersebut, berarti kemungkinan besar lightning arrester
mengalami kerusakan.

5.2 Saran
1. Kepada mahasiswa yang melaksanakan PI ( praktek industri), berusahalah
untuk lebih proaktif, agresif dan aktif untuk menanyakan hal – hal yang
belum di ketahui kepada pembimbing praktek industri
2. Perhatikan dan pelajari semua yang diberikan oleh para pembimbing kerja
dilapangan, serta minta data – data yang di perlukan.

39

Anda mungkin juga menyukai