Anda di halaman 1dari 6

9-078

STUDI FILOGENETIK ELANG LAUT PERUT PUTIH (Haliaeetus leucogaster)


BERDASARKAN DNA BARCODING CYTOCHROME-C OXCIDACE SUB UNIT I (COI)
The Phylogenetic Study of The White-bellied Sea Eagle (Haliaeetus leucogaster) Based on DNA
Barcoding Cytochrome-C Oxcidace Sub Unit I (COI)
Riri Wiyanti Retnaningtyas, Windri Hermadhiyanti, Dwi Listyorini
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
E-mail:riri.suryadinata@gmail.com

Abstract:The White-bellied Sea Eagle (Haliaeetus leucogaster) is one of the top predators living in the
coastal area of Indonesia. This species has the range of distribution in all across Indonesian archipelago.
However, this raptor population decreases particularly in the Java southern seas due to illegal hunts and the
decreasing quality of their natural habitat. Meanwhile, this bird is still poorly studied in Indonesia. This
research focuses on the identification of Haliaeetus leucogaster and the phylogenetic study of this species
by means of morphometrical analysis and DNA barcode cytochrome-c oxcidace sub unit I (COI) in regards to
the conservation of thisspecies. The method used in this research is by measuring the morphological
characteristics and mitochondrial DNA isolation using Forward primer BirdF1 5’- TTC TCC AAC CAC AAA GAC
ATT GGC AC-3’ and Reverse primer BirdR2 5’ ACT ACA TGT GAG ATG ATT CCG AAT-3’. The phylogenetic
analysis using MEGA 6 with Maximum Likelihood method shows that Haliaeetus leucogaster in this study is
closely related to Haliaeetus albicilla, Haliaeetus leucocephalus dan Haliaeetus pelagicus.

Keywords: phylogenetic study, Heliaeetus leucogaster, morphological chacarteristics, DNA barcoding,


Cytochrome-c Oxcidace Sub Unit I (COI)

PENDAHULUAN Warna iris mata Elang Laut Perut Putih


Elang laut perut putih merupakan adalah cokelat gelap dengan pupil berwarna
salah satu pemangsa puncak dalam hitam dan memiliki tonjolan pada bagian
ekosistem pesisir di Indonesia dan dapat atas mata. Pada tarsus hingga cakar,
berperan sebagai indicator kestabilan kulitnya tertutup oleh sisik berwarna
ekosistem perairan dan untuk mengetahui kekuningan.
seberapa besar pengaruh keberadaan Spesies yang digunakan sebagai
manusia terhadap ekosistem tersebut pembanding merupakan spesies yang
(Romin and Muck 1999). Sementara itu, berada dalam satu genus dengan Elang Laut
populasi spesies ini, terutama di pesisir Putih, yaitu Elang Botak (Haliaeetus
selatan Jawa, semakin menurun akibat leucocephalus), Elang Laut Steller
perburuan liar, perdagangan satwa illegal, (Haliaeetus pelagicus), Elang Ekor Putih
deforestasi dan aktivitas manusia lainnya (Haliaeetus albicilla) dan Hering Kalkun
(Retnaningtyas, 2013). (Cathartes aura) sebagai spesies outgroup
Retnaningtyas, et al (2013) atau spesies nenek moyang. Perbdaan
menjelaskan bahwa Elang Laut Perut Putih karakter morfologi ElangLaut Perut Putih
dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 70 – dengan elang lain dari genus Haliaeetus
80 cm, bentang sayap sepanjang 1,8 – 2 ditunjukkan oleh Gambar 1.
meter dan lebar sayap ± 50 cm. Elang Laut
Perut Putih memiliki tubuh yang tertutup
oleh bulu berwara putih dan abu-abu.

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 465


Gambar 1. A. Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), B. Elang Botak (Haliaeetus leucocephalus) C.
Elang Ekor Putih (Haliaeetus albicilla) ,D. Elang Laut Steller (Haliaeetus pelagicus)

DNA barcode adalah teknik dengan cara menyeleksi taksa karena DNA
identifikasi organisme dengan barcode digunakan untuk mengidentifikasi
menggunakan sekuen pendek dari DNA hingga tingkat spesies baik pada spesies
mitokondria dan dapat digunakan untuk yang sudah diidentifikasi maupun spesies
mengidentifikasi organisme hingga tingkat yang baru ditemukan (Hajibabaei,et al,
spesies dengan cepat dan akurat (Hebert & 2007)
Gregory, 2005). Salah satu gen yang Penelitian ini bertujuan untuk
termasuk Barcode adalah gen cytochrom-c mengetahui kekrabatan Elang laut perut
oksidasesubunit-1 (COI) yang merupakan putih dengan elang lain dari genus
salah satu gen mitokondria (mtDNA). Haliaeetus.
Kelebihan gen COI dibandingkan dengan
gen lainnya adalahpanjang seluruh gen COI METODE PENELITIAN
relatif pendek yaitu hanya sekitar 648 bp, Sampel yang digunaan dalam
memilikivariabilitas rendah (1 – 2%) penelitian ini adalah Elang Laut Perut Putih
sehingga cocok untuk menentukan identitas (Haliaeetus leucogaster) dewasa berusia 9
suatu organisme(Zein & Prawiradilaga, tahun yang telah mengalami domestikasi.
2013), relatif stabil, danjarang terjadi delesi Penelitian ini dilakukan dengan cara
dan insersi dalam sekuennya (Hebert et al., mengisolasi DNA mitokondria yang diambil
2003). dari darah Elang Laut Perut Putih. Darah
Pohon filogenetik merupakan diambil dari vena pectoralis subclavia yang
diagram yang menggambarkan hubungan terletak di bagian ventral sayap sebanyak
antar organisme dengan nenek moyang kurang lebih 1 mL kemudian disimpan
terdekatnya berdasarkan persamaan sifat- dalam alcohol 70%. Setelah itu dilakukan
sifat yang diturunkan oleh masing-masing prosedur isolasi DNA dari darah
kelompok organisme (Gregory, 2008).DNA menggunakan High Pure DNA Template PCR
barcode dapat merekonstruksi filogeni kitdari Roche dengan protokol yang

466 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


dimodifikasi. Setelah didapatkan DNA murni kekerabatan Elang Laut Perut Putih dengan
hasil isolasi, maka dilakukan nanodrop spesies lain angota genus Haliaeetus.
untuk mengetahui kuantitas DNA murni Rekonstruksi topologi pohon
yang didapatkan. Setelah didapatkan filogenetik dilakukan menggunakan metode
kuantitas DNA yang sesuai, dilakukan tahap Maximum Likelihood. Metode ini
PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mempertimbangkan untuk masing-masing
mengamplifikasi gen target dengan pohon, jumlah perubahan sekuen atau
sepasang primer. Primer yang digunakan mutasi yang terjadi yang memberikan
dalam penelitian ini adalah Primer universal variasi sekuen (Dharmayanti, 2011),
Forward Bird F1 5’- terutama kemungkinan terjadinya transisi
TTCTCCAACCACAAAGACATTGGCAC-3’ dan basa nukleotida dari satu nukleotida ke
Primer Reverse Bird R2 5’- nukleotida lain dalam suatu interval waktu
ACTACATGTGAGATGATTCCGAATCCAG-3’ pada masing-masing cabang pohon
(Hebert et al.,2004). Hasil amplifikasi filogenetik (Dowell, 2005).Gregory (2008)
kemudian dianalisis menggunakann menjelaskan bahwa jika nilai boostrap dari
software DNA Baser untuk mendapatkan masing-masingtopologi menunjukkan hasil
sekuen consensus forward dan reverse. lebih dari 50 maka dapat dinyatakan bahwa
Kemudian dilakukan analisis menggunakan hasiltopologi tersebut benar.
software Basic Local Alignment Search Tool Hasil rekosntruksi topologi pohon
(BLAST) untuk memastikan bahwa fragmen filogenetik menunjukkan bahwa Haliaeetus
yang didapatkan adalah benar gen COI, leucogastersampel dalam penelitian ini
selanjutnya dilakukan alignment masih tergolong dalam spesies yang sama
menggunakan software ClustalX untuk dengan Haliaeetus leucogaster yang ada di
membuat multiple alignment antara gen data base voucher BPA022-10 dengan nilai
COI sampel dengan data base kerabat dekat bootstrap 100 dan berada pada cabang
yang didapatkan dari BOLDSystem yaitu yang berbeda dengan genus Haliaeetus
Haliaeetus leucocephalus, Haliaeetus yang lain. Spesies Haliaeetus
pelagicus, Haliaeetus albicilla dan kelompok leucogasterberkerabat dekat dengan
outgroup Cathartes aura. Selanjutnya Haliaeetus pelagicus, Haliaeetus
dilakukan rekonstrusi topologi filogenetik leucocephalus, dan Haliaeetus albicilla.
menggunakan software MEGA6 dengan Haliaeetus leucocephalusvoucher
menggunakan metode Maximum Likehood BOTW027-04 dan KKBNA236-05 dan
(ML) dengan menggunakan model Haliaeetus albicillavoucher BISE411-08 dan
perhitungan algoritmik parameter Kimura- BISE001-07 merupakan sister species yang
2. berada pada clade yang sama dengan nilai
bootstrap 97. Haliaeetus albicilla,
HASIL DAN PEMBAHASAN Haliaeetus leucocephalus, dan Haliaeetus
Untuk mengetahui hubungan pelagicus berada pada cluster yang sama
kekerabatan antar ketiga spesies tersebut. dengan nilai bootstrap 87. Hasil
Maka dari itu, dalam hal ini perlu adanya rekonstruksi topologi filogenetik
kajian filogenetik untuk mengetahui ditunjukkan pada Gambar 2.

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 467


Haliaeetus albicilla BISE411-08

Haliaeetus albicilla BISE001-07

Haliaeetus leucocephalus BOTW027-04

Haliaeetus leucocephalus KKBNA236-05

Haliaeetus pelagicus GBIR1396-09

Haliaeetus pelagicus KBBI054-07

Haliaeetus leucogaster

Haliaeetus leucogaster BPA022-10

Cathartes aura BROMB358-06

Gambar 2. Hasil rekonstruksi topologi filogenetik menggunakan metode Maximum Likelihood yang
menunjukkan bahwa Haliaeetus leucogaster berkerabat dekat dengan Haliaeetus pelagicus, Haliaeetus
albicilla, dan Haliaeetus leucocephalus.Pada masing-masing cabang terdapat angka yang menunjukkan niai
bootstrap.

Nenek moyang bersama dari Analisis jarak genetic merupakan


seluruh anggota taksa dari pohon analisis berdasarkan penghitungan matriks
filogenetik tersebut haruslah organisme dari “jarak” antar pasangan basa antara
yang mempunyai sifat-sifat yang dimilki sekuen yang mendekati jarak evolusioner
oleh seluruh keturunannya,yaitu yang (Dowell, 2005). Analisis berdasarkan jarak
berasal dari familia atau genus yang genetic menunjukkan bahwa Haliaeetus
berbeda (Mirabella, 2011).Cathartes aura leucogaster yang menjadi sampel dalam
dipilih menjadi outgroup dalam pohon penelitian ini termasuk spesies yang sama
filogenetik karena Cathartes auratermasuk dengan Haliaeetus leucogaster yang ada di
dalam famili Cathartidae yang berbeda dalam data base dengan voucher BPA022-
family dengan sampelyang tergolong pada 10. Hal ini ditunjukkan dengan jarak genetic
family Accipitridae. Hasil topologi sebesar 0,00, artinya sekuen gen dari
filogenetik menunjukkan bahwa Cathartes Haliaeetus leucogaster sampel tidak
aura berada pada cabang yang terpisah mengalami mutasi. Jarak genetik dari
dengan kelompok modern yaitu terletak masing-masing taksa pada pohon
pada bagian basal. filogenetik ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil analisis jarak genetik yang menunjukkan jarak genetic antara Elang Laut Perut Putih sampel
dengan Elang Laut Perut Putih voucher BPA022-10 sebesar 0,00.

468 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_


Sekuen gen COI dari Haliaeetus spesies pembandinglainnya, menunjukkan
leucogaster sampel sama dengan sekuen adanya karakter automorfi yang merupakan
gen Haliaeetus leucogaster voucher karakter yanghanya dimiliki oleh Elang Laut
BPA022-10. Bila sekuen gen dari kedua Perut Putih dan tidak dimiliki oleh spesies
individu Haliaeetus leucogaster tersebut pembanding. Karakter automorfi yang
dibandingkan dengan sekuen gen dimiliki oleh sekuen gen Elang Laut Perut
Haliaeetus pelagicus voucher GBIR1396-09 Putih antara lain terdapat pada basa 276
dan KBBI054-07; Haliaeetus leucocephalus ditunjukkan oleh T, basa 279 ditunjukkan
voucher BOTW027-04 dan KKBNA236-05; oleh T, basa 285 ditunjukkan oleh basa T,
dan Haliaeetus albicilla voucher BISE411-08 basa 288 ditunjukkan oleh basa G, basa 297
dan BISE001-07, maka akan terdapat ditunjukkan oleh basa G, dan basa 309
perbedaan pada beberapa basa karena ditunjukan oleh basa T. Karakter automorfi
adanya substitusi basa nukleotida yaitu yang dimiliki oleh Elang Laut Perut Putih
transisi dan transversi. Hasil perbandingan dapat dilihat pada Gambar 4.
sekuen Elang Laut Perut Putih dengan

Gambar 4. Karakter automorfi yang hanya dimiliki oleh spesies Haliaeetus leucogaster.

KESIMPULAN Gegory, T. R. 2008. Understanding Evolutionary


Berdasarkan kajian filogenetik yang Trees. Evo Edu Outreach 2008(1): 121–
137.
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Hebert Paul D. N., Alina Cywinska, Shelley L. Ball
Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus and Jeremy R. de Waard. 2003.
leucogaster) pada penelitian ini termasuk Biological Identifications Through DNA
Barcodes. Proceeding. The royal
dalam spesies yang sama dengan Elang Laut
society (Online) diakses tanggal 27 mei
Perut Putih yang ada pada data base 2014.
(Haliaeetus leucogaster voucher BPA022- Hebert, P. D. N., Stoeckle, M. Y., Zemlak, T. S., &
10) dan berkerabat dekat dengan Francis, C. M. 2004.Identification of
Birds Through DNA Barcodes. PLoS
Haliaeetus leucocephalus, Haliaeetus Biology 2004 (2): 6.
pelagicus dan Haliaeetus. albicilla Hebert, Paul D. N., T. Ryan Gregory. 2005. The
Promise of DNA Barcoding for
DAFTAR PUSTAKA Taxonomy. Systematic Biology 54 (5)
Dharmayanti, N.L.P. Indi. 2011. Filogenetika :852–859, 2005
Molekuler: Metode Taksonomi Organisme Hajibabaei, Mehrdad, Gregory A.C. Singer, Paul
Berdasarkan Sejarah Evolusi. (Online) D.N. Hebert, Donal A. Hickey. 2007.
Diakses tanggal 28 Mei 2014 DNA Barcoding: How It Complements
Dowell, Karen. 2005. Molecular Phylogenetics An Taxonomy, Molecular Phylogenetics
Introduction To Computational And Population Genetics. Trends In
Methods And Tools For Analyzing Genetics Vol.23 (4) : 167-172.
Evolutionary Relationships. Math 500 : Mirabella, M. F. 2011. Pendekatan Pohon dalam
1-19 Filogenetik. Bandung: Institut
Teknologi Bandung

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS 469


Retnaningtyas, Riri Wiyanti, Windri Hermadhiyanti, Dwi
Anggorowati Rahayu, Dwi Listyorini. 2013.
The Identification of The White-bellied
Sea Eagle (Haliaeetus leucogaster)
Based on Morphological
Characteristics. Proceeding.
International Conference on Biological
Sciences
Romin, L. A., and Muck, J. A. (1999). Guidelines
For Raptor Protection From Human
And Land Use Disturbances.US Fish and
Wildlife Service, Salt LakeCity, UT.
Zein, M. S. A., & Prawiradilaga, D. M. 2013. DNA
Barcode Fauna Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.

470 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

Anda mungkin juga menyukai