Anda di halaman 1dari 48

Bencana & Peradaban

Tambora 1815

Disusun
Sonny C.Wibisono

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional


Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta 2017
1
Penanggung Jawab
Drs. I Made Geria, Msi
Penulis :
Drs. Sonny C. Wibisono, MA. DEA
Editor :
Prof. Ris M. Th. Naniek Harkantiningsih
Redaktur :
Drs.Sarjyanto, M.Hum
Ir. Albertus Kriswandhono , M.Hum

Keterangan sampul
Depan : Serakan bongkah batuan vulkanis pumice dari letusan Tambora lebih dari 200 tahun lalu.
(Pemotretan di savanna Doro Peti)
Belakang : Satelit Nasa memotret letusan Gunung Api Sangeang pada tahun 2014

2
Kata Pengantar

Indonesia sebagaimana diketahui dikenal dunia sebagai negeri yang paling banyak memiliki
gunung berapi . Gunung Tambora hanya salah satu di antara 127 gunung lain yang berada di
dalam kawasn cincin api. Gunung ini istimewa karena meletus sangat hebat pada tahun 1815,
dan melenyapkaan peradaban Tambora dan Pekat, bahkan merubah iklim dunia. Dalam dec-
ade lalu Pusat Penelitian Arkeologi Naional dan Balai Arkeologi Denpasar mulai intensif
melakukan penelitian di sini. Dari sanalah banyak hal telah diungkap dan dimaknai tentang
peradaban Tambora yang sebelumnya tidak banyak diketahui.
Buku pengkayaan yang memuat tentang Bencana dan Peradaban Tambora 1815 yang merupa-
kan bagian dari misi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional memasyarakatkan hasil penelitian
bagi publik melalui prgoram Rumah Peradaban. Maksudnya tidak lain agar masyarakat dapat
mengaskes informasi tentang Tambora, tetapi lebih dari itu agar masyarakat mendapatkan wa-
wasan dan pada gilirannya mencintai , dan melestarikan warisan budaya di daerahnya sendiri,
khususnnya bagi mereka yang tinggal di wilayah Nusa Tenggara Barat.
Pada ahkhirnya dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih pada Kepada Daerah
Kabupaten Bima atas kerjasamanya dalam mengangkat “Rumah Peradaban” untuk anak didik
dan masuarakat di Kabupatan Bima dan Kabupaten Dompu.

Jakarta, 17 Agustus 2017


Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
ttd

DRS. I Made Geria, M.si

3
Daftar isi
Pengantar

1. Prolog 6
2. April Kelabu 1815: dari episode letusan Tambora 8
3. Bencana Seputar Sumbawa 11
4. Erupsi Tambora 1815: Catatan Vulkanologis 12
5. Ekskavasi Arkeologi: Batu-batu yang bertahan balam bencana 14
6. Dari puing bencana menelisik cara dan gaya hidup 20
7. Angkat lumpang kayu : lestarikan rupa yang rapuh 22
8. Pekat dan Tambora: Musnahnya dua Negeri 25
9. Angka kematian penduduk karena letusan Tambora 27
10. Setahun kemudian 1816: Tambora merubah iklim dunia 28
11. Citra aerosol Tambora di atas kanvas pelukis Eropah 30
12. Oibura Riwayatmu 31
13. Dirikan Rumah Tambora : rumah eksperimen arkeologi 33
14. Rumah Kita 44
15. Epilog. 45

Pustaka 46

4
Alamat Pecah Gunung Tambora

Hijrat Nabi salla'llahi 'alaihi wa sallama seribu dua ratus tiga puluh
genap tahun, tahun Za pada hari Selasa waktu subuh sehari bulan
Jumadilawal, tatkala itulah Tanah Bima datanglah takdir Allah
melakukan kodrat iradat atas hamba-Nya. Maka gelap berbalik lagi lebih
daripada malam itu, kemudian maka berbunyilah seperti bunyi meriam
orang perang, kemudian turunlah kersik batu dan abu seperti
dituang, lamanya tiga hari dua malam.Maka heranlah sekalian hamba-
Nya akan melihat karunia Rabbi al-alamin yang melakukan faal li-ma
yurid. Setelah itu maka teranglah,maka melihat rumah dan
tanaman sudah rusak semuanya. Demikian adanya itu, yaitu pecah
Gunung Tambora menjadi habis mati orang Tambora dan Pekat pada
masa Raja Tambora bernama Abdul Gafur dan Raja pekat bernama
Muhammad

Bo'Sangaji Kai , halaman naskah 87


(Chambert-loir & Salahuddin 1999 halaman 319

5
Prolog

B
“Pagi itu tanggal 12, aku terbangun, egitu tulis Residen Gresik hanya dilihat sebagai sebuah gajala
malam terasa begitu panjang. Jam kepada Letnan Gubernur alam saja, tetapi juga diingat sebagai
tanganku menunjuk pukul 8.30, di Inggris Raffles di Batavia. sebuah bencana bagi penduduk dan
luar ku lihat kabut abu turun.
Sampai pukul 9.00 masih belum Sepucuk surat itu memuat laporan lingkungan. Bahkan dampak
ada cahaya matahari, selapis abu tentang situasi daerah Gresik, Jawa erupsinya telah mempengaruhi
tebal menumpuk di teras Kadipaten. Timur, ketika terjadi letusan perubahan iklim dunia.
Pukul 10.00 seberkas kilau cahaya Gunung Tambora pada awal April
samar-samat mulai terlihat. Pukul Cukup lama peristiwa itu menjadi
1815.
10.30 jarak pandang hanya 50 yard. kisah bencana kemanusiaan dan
Sarapan pagi kami pada Pukul Dapat dibayangkan dua hari setelah lingkungan yang memilukan.
11.00, diterangi lilin....” letusan dahsyat Gunung Tambora, Begitu kesan yang dapat disimak
Gresik yang jaraknya 600 km dari dari syair-syair istana Kerajaan Bima
Sumbawa masih gelap, sampai lewat yang ditulis dalam BO Sang Aji Kai.
tengah hari, karena hujan abu. Dalam hitungan hari, pasir bencana
Gunung Tambora adalah salah satu tebal telah menutup lereng dan
di antara rangkaian vulkanis yang ngarai kawasan gunung ini,
dijuluki zona cincin api. Letaknya di termasuk Kerajaan Tambora dan
Semenanjung Sanggar NTB, Kerajaan Pekad, yang bahkan tak
(Kabupaten Bima dan diketahui dimana jejaknya.
Dompu). Erupsi Tambora tidak

6
Lasekap Kaldera Tambora , lebar 7
km , dalam 1 km, puncak tertinggi
Sampai satu dekade lalu tapak Buku ini telah di tambah beberapa
+ 2730 meter dari permukaan laut.
bencana itu mulai tersingkap, ketika topik-topik baru untuk melengkapi
hutan tropis di lereng barat Tambora terbitan sebelumnya tahun 2016.
mulai dibuka. Bencana Tambora Setelah lewat 200 tahun dari peristiwa
memang bukan mitos atau dongeng. letusan itu, harapannya buku ini juga
Tambora menjadi kawasan penelitian menjadi media melawan lupa. Ken-
arkeologi (Pusat Penelitian Arkeologi datipun Tambora kini relatif masih
Nasional dan Balai Arkeologi merupakan kawasan "terpencil",
Denpasar), Beberapa locus bencana namun nilai universal yang dimuat
Tambora ditemukan . Ini bukti-bukti diharapkan menjadi pemantik untuk
peradaban yang terlibas dalam mengembangkan kawasan ini di masa
peristiwa bencana erupsi dan tahun
depan.
1815 itu mulai tersingkap
Buku ini memuat informasi rangkaian
kisah dan bukti-bukti arkeologis dari
peradaban hasil penelitian arkeologi
Tambora. Sengaja di format sebagai
bacaan ringan (coffie table book) bagi
publik, untuk memperkaya wawasan
dan pengetahuan tentang Tambora.

7
April Kelabu 1815 :
dari episode letusan
Tambora

Letusan Tambora (impresi artis)

P
eristiwa letusan Gunung peristiwanya, cakupannya luas, dan Dentuman Gema Erupsi
Tambora 200 tahun lalu, memuat detail-detail. Menjelang letusan Tambora dentum-
dicatat sebagai salah satu Namun, tahun sebelum letusan, John an terdengar dari berbagai penjuru
erupsi paling dahsyat yang Crawfurd, sudah menyaksikan Tom- kepulauan, sejak awal April, tanpa
pernah terjadi dalam sejarah. Berkat tahu apa yang terjadi. Seperti kejadian
boro sedang aktif. Ketika itu Ia
prakarsa Raffles menghimpun laporan mengikuti ekspedisi menyusuri pantai di Makasar, Yogyakarta. Beberapa
kesaksian dari momen letusan, kini kesaksian itu antara lain sebagai beri-
Sumbawa dalam perjalanan ke Ma-
kita dapat mengikuti bagaiman kut.
kasar
rangkaian episode letusan dahsyat
Tambora “Di kejauhan, awan abu menghitam Di Banyuwangi suara dentuman sudah
membubung di tepian cakrawala terdengar sejak tanggal 1 April pukul
Catatatan Raffles ini dapat dipandang 10.00 malam. Suara terus berlanjut
seolah kami dihadang ancaman ba-
sebagai dokumen istimewa tentang sampai pukul 9.00 pagi hari beri-
dai tropis . Ketika mulai merapat, dan
Tambora. Selesai ditulis 25 Septem- kutnya. Pada tanggl 3 April turun hu-
layar digulung. Semakin jelas apa
ber 1815, berarti hanya 5 bulan jan abu.
yang sebenarnya terjadi, Gunung api
setelah letusan terjadi. Oleh karena
Tambora rupanya sedang aktif, dan Di Yogyakarta sore pada tanggal 5
itu, tulisannya merupakan dokumen
bahkan abu jatuh di dek kapal. April juga terdengar suara letusan
lengkap yang paling dekat dengan

8
serupa dalam interval setiap seperem-
pat jam. Berlanjut sampai hari beri-
kutnya. Suara itu sangat mirip meri-
am. Mereka menduga pos-pos
diserang. Pasukan dari resimen Yog-
yakarta dikirim, sepanjang pesisirpun
siap siaga.
Kemudian disadari bahwa suara ini
ternyata letusan gunung, pada hari
berikutnya tanggal 6 April. Abu
turun, dan langit menjadi suram, ssi-
nar matahari terlihat samar-samar.
Mereka pun masih menyangka abu itu
letusan Gunung Kelud atau Bromo.
Di Makasar 5 April
“beberapa kali terdengar suara tem-
bakan senjata di Makasar. Suara dari Jangkauan abu letusan Tambora menurut perkiraan Zollinger tahun 1847
arah selatan, berlangsung dalam be-
berapa interval sepanjang sore. Suara yang sebelumnya sudah mendengar Besuki Lumajang , Pubalingga juga,
yang jauh lebih kuat, mirip meriam dentuman, mencatat, bahwa pada tercatat air laut naik.
berat, kadang-kadang diselingi kilat.” tanggal 10 April suara dentuman lebih Malam pada tanggal 10 itu dari Pulau
keras dan lebih sering terdengar.
Pada hari yang sama nahkoda kapal Sumenep (Madura) dilaporkan,
yang baru tiba dari Selayar juga Cirebon ke arah timur; udara menjadi terdengar bunyi sangat keras seperti
mendengar suara serupa. “Tembakan gelap karena hujan abu. Di Solo dan Meriam, mengguncang kota. Malam
terdengar sepanjang malam. Dua hari Rembang, terasa seperti gempa itu langit berubah pekat.
sebelum kebe-rangkatannya dari Sale- mengguncang. Secara umum komen- Hari berikutnya 11 April pukul 4.00,
yar, sekitar tanggal 4 dan 5 (April) tar dari daerah sebelah timur, mereka gunakan lilin untuk pen-
tembakan keras terdengar dari arah mendengar ledakan yang luar biasa, erangan. Pukul 7.00 malam terjadi
selatan pulau. Disangka serangan para terus menerus, dan keras menggun- pasang air laut menghantam pantai,
perompak. Semua pasukan di Benteng cang rumah. Kegelapan malam pekat menaikkan air di sungai-sungai selama
disiagakan. luar biasa itu sampai malam dan hari- 4 menit. Malam pekat tak seperti
hari berikutnya.
Puncak Erupsi bisasanya terus berlanjut sampai tang-
Di Banyuwangi bunyi dentuman keras gal 12. Hujan abu sampai setebal 2
Rangkaian gejala letusan Tambora
terdengar, menyerupai guntur, kadang inchi, menutup pepohonan.
mencapai puncaknya pada tanggal
sampai mengguncang bumi dan laut.
10—11 April. Hampir semua tempat Di Makasar pada 11 April, men-
Begitu juga pada hari berikutnya.

9
jelang malam, suara detuman jauh
lebih keras dari hari sebelumnya,
temponya lebih cepat, beruntun se-
perti tembakan artileri. Seolah
suara bising ini terdengar begitu
dekat. “Pada pagi hari, saya
berdiri di bawah layar, melihat ke
arah selatan cuaca sangat gelap
dan angin timur mati, arah dimana
tembakan itu terdengar”.
Dari Bengkulu (1800 km) dikabar-
kan, penduduk pedalaman turun
setelah mendengar suara dentuman
keras.
Melihat dari Sanggar
Sanggar, 35 km arah tenggara
Gunung Tambora, adalah tempat
Penyebaran dan ketebalan abu vulkanis Tambora
yang paling dekat dengan sumber
letusan. Saugar (Sanggar), puncak atau mengikut, orang yang lari ke laut,
atap rumah melayang, disertai apipun mengikut ke laut, sampai
Seorang perwira Inggris, Letnan lautan Tambora pun menyala .
kilat cahaya".
Owen Phillips mencatat kesaksian Sampai berapa-perapa hari
Raja Sanggar, ketika erupsi terjadi Raja juga menceritakan situasi di menyala api di gunung , di negeri,
pada tanggal 10 April. Raja pantai Sanggar. "Air laut naik di lautan, di bumi. Maka kelam
Sanggar menuturkan : "tiga kolom hampir dua belas kaki lebih tinggi kabut daripada hujan abu itu,
suatupun tiada lepas manusia isi
api keluar dari dalam gunung. daripada yang pernah diketahui Negeri Tambora, beberapa-
tubuh api cair, keluar mengalir ke sebelumnya, dan benar-benar beberapa ribu orang mati terbakar
segala arah." menyapu lahan padi di Sanggar, itu”
rumah dan segala sesuatu dalam
jangkauannya".
Lalu "Antara pukul sembilan dan
Pujanggapun kemudian menulis :
sepuluh sore abu mulai turun,
dan segera setelah itu angin puyuh “ Maka daripada sebab kebe-
keras, meniup dan merobohkan saran Allah …maka api itu pun
dimana orang lari , api pun
hampir setiap rumah di Desa

10
tusan, banyak orang terjangkit di- menghancurkan ibukota.
are di Bima, Dompo, dan Sanggar. Kelaparan dan penyakit yang
Mestinya disebabkan oleh air mi- mengancam menyebabkan orang
num yang telah tecemar dengan melarikan diri ke pulau-pulau
Bencana di Sekitar abu. Kuda, kerbau, dan banyak tetangga dalam skala besar. Sekitar
Tambora yang mati . 37.000 orang berangkat ke Jawa,
Naturalis Zollinger, menyatakan Bali, Sulawesi Selatan, Makasar.
burung dan koloni lebah pun juga Kelaparan juga dialami di Pulau
musnah karena hujan abu. Vegetasi Bali dan Lombok segera setelah

S
pulau itu rusak parah. Kawasan hu- letusan. Pulau-pulau ini menjadi
ekitar dua minggu setelah tan hancur dan semua sawah ter-
letusan, Raffles mengirim benar-benar tergantung pada Jawa
tutupi oleh abu. Padi di Sumbawa untuk pasokan beras mereka.
seorang perwira Inggris, timur tidak dapat di panen sampai
Letnan Philip ke wilayah bencana. 5 tahun . Di Sumabawa barat tanah Sementara menurut Coolhaas di Flo-
Menyalurkan beras dan melakukan lebih lama pulih, karena lebih ter- res dan Manggarai, korban yang te-
inspeksi ke Pulau Sumbawa was juga sangat besar. Namun ada
timun abu karena dari hujan atau
konsekuensi manfaat politik dari
Ia menyaksikan banyak mayat, dan angin. bencana ini bagi masyarakat Mang-
kehancuran dimana-mana . Banyak Akibatnya terjadi kelaparan besar garai. Mereka tak tergantung lagi Bi-
penduduk setempat sakit dan mati di Sumbawa segera setelah ma.
kelaparan. Dalam kunjungannya itu bencana. disertai dengan segala
Sejak 1661 Manggarai telah tergan-
Ia menulis : macam penyakit, terutama diare tungan pada Bima, dan orang-orang
“Perjalanan saya menuju bagian dan demam. air bersih hampir tid- harus membayar upeti reguler ke Sul-
barat pulau, melewati hampir se- ak bisa didapat di mana saja. ke- tan Bima dalam bentuk budak, kayu
luruh wilayah Dompo dan sebagi- laparan itu begitu serius sehingga manis, tikar, kuda, ayam, dan anjing.
an besar dari Bima. Penderitaan orang terpaksa memakan daun ker- Ungkapan kesengsaraan seperti itu
sangat memilukan, penduduk telah ing dan umbi beracun dan bahkan pun menjadi perhatian penulis Bo
berkurang. Di sisi jalan beberapa untuk menjual anak-anak mereka (buku) Kerajaan Bi-
mayat masih bergelimpangan. untuk mendapatkan beras, kadang- ma, mereka sisipkan kisah bencana
Banyak tanda-tanda tempat orang kadang hanya satu gantang ini ke dalam bait syair Sangaji Kai.
telah dikebumikan”. Orang juga terpaksa makan daging Mengenai situasi itu Khatib Luk-
Desa-desa hampir seluruhnya sepi kuda. Biasanya kuda tidak pernah man Sang pujangga Bima menulis
dan rumah-rumah runtuh, dimakan karena mereka adalah aset dalam syairnya (bait 66) “Jika ti-
penduduk yang masih hidup terse- ekonomi yang penting bagi orang ada datang dagang membantu seisi
bar mencari makanan. Sejak le- Sumbawanese. Makan kuda berarti negeri habislah matuh (binasa)”.

11
Erupsi Tambora 1815 :
Catatan Vulkanologis

Foto iwan kompas

D alam atlas dunia Sumbawa


hanya sebuah pulau kecil,
kendatipun begitu pulau ini pernah
Manakah tanda kedahsyatannya?.
Pada jarak sekitar 20 km tampak kaki
-kakinya menapak semenanjung,
Ketika melintas Sumbawa dalam
perjalanan laut mereka ke Banda,
tingginya gunung ini menjadi rambu-
menjadi sumber malapetaka bagi puncak-puncaknya adalah rangkaian rambu dalam navigasi laut mereka.
dunia, ketika Gunung Tambora bibir kaldera. Masih sangat jelas Gunung ini mereka sebut Aram.
yang bertengger di Jasirah Sanggar dilihat puncaknya terkoyak Pemandangan khas yang juga
pulau ini meletus pada tahun 1815. menandai dahsyatnya letusan 200 disaksikan di kaki Tambora di
tahun lalu, menyisakan puncak
Sudut paling baik untuk menangkap sepanjang lingkar selatan adalah
tertinggi hingga +2730 meter.
wajah Gunung Tambora terkini dari lapisan pasir tebal . Kendatipun kini
Melalui citra satelit kini dapat dilihat
arah selatan, di sepanjang jalan padang savana mulai di buka kebun
jelas lingkar kaldera yang
lingkar menyusur pantai Jasirah tebu, namun bongkahan batu apung
berdiameter 7-8 kilometer dan
Sanggar. Bila cuaca bagus profil masih terserak di mana- mana, seolah
dalamnya mencapai 1 kilometer.
utuh dari gunung itu bisa di rekam -olah masih ditempat asalnya sejak
tanpa penghalang. Pandangan di latar Vulkanolog Newman van Padang letusan terjadi.
depan adalah ngarai padang savana memperkirakan sebelum erupsi Situasi jatuhan material vulkanis ini
luas tempat kuda, dan sapi gunung ini tingginya 4200 meter, itu tidak luput dari kisah yang diceritkan.
merumput. Sementara birunya langit berarti Tambora pernah menyandang Gambaran tentang material jatuhan
Gunung Tambora akan menjadi latar status gunung strato tertinggi di dan aliran piroklastik sebagai akibat
yang menakjubkan. Nusatara. Perkiraan itu tampakanya erupsi pada tahun 1815 kini telah
sesuai dengan deskripsi para pelaut
Pertanyaan yang selalu muncul, dipetakan, sehingga memperjelas
Portugis di awal abad ke-17.
ketika memandang Tambora. arah datangnya bencana terhadap

12
permukiman Tambora
Oppenheimer, memperkirakan
material yang terlontar dari letusan
Tambora 1815 sekitar 140 giga ton
magma (setara dengan ±50 km3
batuan padat). inilah yang menandai
sebagai letusan terbesar Tambora
dalam sejarah . Lebih dari 95% massa
letusan itu adalah aliran piroklastik,
40% massa materi adalah abu. Letusan
plinian pendek yang mendahului
klimaks letusan yang kuat,
meruntuhkan kaldera, mendorong
kolom erupsi hingga ketinggian 43
km .
Letusan Tambora juga telah mengisi
±60 mega ton sulfur ke lapisan
stratosfer, enam kali lipat lebih banyak
dari sulfur yang terlontar dalam
letusan Gunung Pinatubo tahun 1991 diketahui ada dua episode pertama Situs Tambora, Dusun Oibura,
terdiri dari empat tahap selang seling Kec.Tambora; di antara bekas aliran
Pengamatan yang dilakukan Haraldur antara jatuhnya abu tephra, dan aliran
piroklastik,
Sigursson, tahun 2006. Pada Tahap piroklastik.
awal terdapat dua endapan letusan tipe
menyapu Desa Tambora, luluh
plinian berupa abu dan batuapung abu letusan menghasilkan kolom setinggi
lantakan bangunan, desa, dan
-abu, membentuk perlapisan endapan 33-43 terjadi di antara dua letusan abu
setebal 40-150 cm menutupi hampir dan batuapung (plinian) yang dikenal tewaskan begitu banyak orang.
seluruh lereng dan juga tersebar ke sebagai letusan bersejarah.
bagian barat di luar wilayah gunung Perubahan tiba-tiba setelah aliran
api. piroklastik plinian kedua terjadi pada
Letusan puncak terjadi pada pukul tangal 10 adalah meningkatnya letusan
19.00 WITA, 11 April dimana hebat meruntuhkan puncaknya
gerakan piroklastik sangat dahsyat membentuk lubang kaldera, pelebaran
mengalir hampir ke segala arah, lubang, bagian dari ventilasi baru.
terutama ke arah utara, barat, dan Sedikitnaya ada delapan aliran
selatan dari pusat letusan. piroklastik dan gelombang panas.
Atas dasar jejak letusan yang diamati Gelombang yang datang pertama telah

13
Ekskavasi Arkeologi :
Batu-Batu Yang Bertahan
Dalam Bencana

Saat temukan batu umpak, tumpuan tiang-tiang rumah Tambora

T
idak seperti hari-hari barat laut dari kotak yang nyaris Lapisan ini sangat mudah digali,
sebelumnya, pagi itu Sukri berukuran 100 meter pesegi. Pria karena sifat batu apung yang
begitu bersemangat tiba kelahiran Lombok ini adalah lepas-lepas. Lewat tiga hari
di tempat para arkeolog biasanya penduduk setempat, mereka sebelumnya arkeolog harus
bekerja, membedah tanah di Dusun hampir tak pernah absen sebagai memeras tenaga melewati
Oibura, Kecamatan Tambora. teknisi mendukung kegiatan lapisan tebal diatasnya, pasir
Selama beberapa tahun ini akeolog ekskavasi Arkeologi Tambora. kasar padat dan keras, linggis dan
dari Pusat Penelitian Arkeologi Hari itu ekskavasi, yang sudah pacul harus digunakan.
Nasional dan Balai Arkeologi dibuka bertahap selama 4 tahun Lapisan batu apung setebal 20
Denpasar fokus meneliti sebuah lalu, akan memasuki lapisan batu sampai 30 cm ini sarat temuan
situs yang terletak di lereng apung. Batu yang dimaksud artefak saling bertumpang tindih,
sebelah barat Tambora, posisinya Sukri lasimnya ditemukan pada serpihan bambu, rotan, potongan
di ketinggian 650 meter dari muka lapisan ini, lapisan ini memang balok tiang-tiang kayu, anyaman
laut. selalu ditunggu-tunggu menjelang dinding bambu (gedeg), atap ijuk,
Sukri berujar, "saya rasa hari ini akhir tahap ekskavasi. Lapisan batu yang tak lain sisa bangunan rumah
akan ketemu lagi batu di ujung apung lasimnya berada di tertimbun pasir bencana Tambora.
sana " Ia menunjuk pada sudut kedalaman hampir 2 meter.

14
15
16
Hampir semuanya temuan dalam batu-batu serupa ini. Di antara
keadaan terbakar, menjadi arang, himpunan temuan arkeologi
dan rapuh. Arkeolog biasa Tambora yang porak-poranda itu,
menyebut sebagai "lapisan hanya batu ini yang patut dipercaya
tetap berada di tempatnya tidak
bencana", ciri khasnya struktur
goyah ketika bencana Tambora
temuan porak-poranda. Namun
terjadi.
bagi arkeolog himpunan temuan ini
seperti halnya seorang detektif di Batu-batu itu tak lain adalah
“tempat kejadian perkara” tidak umpak, tempat bertumpunya tiang-
mudah dimengerti. tiang rumah Tambora. Penemuan
Sukri memastikan rumah tambora
Begitu banyak ragam perkakas Temuan anyaman gedek, atau jerimpi, bertiang 6, persegi panjang
ditemukan seperti alat rumah dinding dari rumah berukuran 3.1 x 5.3, orientasi ke
tangga. Menggali di lapisan ini arah poros barat daya-timur laut.
tidak memerlukan tenaga, tetapi Temuan batu pak Sukri melengkapi Satu di antara 6 tiang ini terdiri dari
lebih membutuhkan kehati-hatian lima batu serupa yang sudah sekumpulan batu, jumlahnya lebih
dan kecermatan, bahkan mereka ditemukan pada musim penggalian banyak dari umpak lain. Sukri
tahun- tahun sebelumnya. Lalu menjelaskan, dalam tradisi rumah
hanya membutuhkan kuas, sudip Lombok ciri itu menandai tempat
bilah bambu, dan kadang- kadang batu itu mulai ditampakkan dari peturasan (jatuhan air) yang ada di
cetok. Kendati gampang digali, timbunan pasir, batu apung, bentuk
bawah setiap rumah panggung.
tetapi butuh waktu lebih lama membulat, disekitarnya diganjal
untuk menampakkan dan merawat beberapa batu lebih kecil. Sepintas
temuan. Para penggali tidak banyak batu ini seperti layaknya batu alam
bergerak diam ditempat dari sungai.
menyingkap setiap sosok temuan. Bentuk dan rupa tak beraturan, tak
Tidak terkecuali sang pelacak sebangun, tetapi berat. Diameter
batu Sukri, ia tak beranjak dari berkisar antara 30 sampai 50 cm,
sudut-sudut yang ia curigai tempat tebal antara 20 sampai 30 cm.
penemuan batu. Hanya dalam Kendatipun satuan batu alam,
tempo kurang dari setengah jam, tetapi tampak jelas kumpulan batu
bunyi nyaring terdengar kling, ini sengaja disusun agar batu besar
kling, kling, Sukri membenturkan dalam posisi mendatar.
ujung cetok pada muka batu yang Sukri paham, selama beberapa
dicarinya, lalu ia berdiri dan tahun peneliti arkeologi itu
Tiang, Blandar, dan Pasak
berteriak "sudah ketemu". memberi perhatian khusus pada

17
Bajak

18
kan bahwa penduduk bergiat di bi- dan dilubangi demikian rupa menjadi
dang pertanian. Selama ekskavasi ber- alat pengait. Dari sebuah koleksi di
langsung,produksi pangan, dan pen- Museum Mboja Bima, diketahui tan-
golahan makanan. Penduduk Tambora duk pengait ini ternyata kelengkapan
Dari puing bencana adalah petani, pengolah tanah, dan dari pelana kuda beban, yang ber-
menelisik cara dan gaya penanam padi, mereka menggunakan jumlah dua pasang ( 4pengait).
lumpang-lumpang kayu dan penggilas Penemuan pengait tanduk mejangan di
hidup dalam mengolah makanan. Belum situs menunjukkan kuda-kuda beban
dapat dipastikan di mana letak sawah tampaknya digunakam penduduk
atau ladang mereka ? pedalaman Tambora sebagai
pengankut.
Berburu

B agian yang paling menggetar-


kan dari kisah letusan Tambora
pada medio april
1815, adalah dahsyatnya bencana vul-
kanis Tambora, yang dikabarkan
Selain peralatan per-
tanian, banyak tulang
hewan ditemukan,
seperti tanduk-tanduk
Kegiatan harian penduduk tam-
bora lain yang diduga ada kitannya
dengan temuan arkeologi adalah
menenun, seperti temuan bandul
pemilin benang dari kayu,
pernah menggelapkan dan merubah dan rahang menjan-
iklim dunia. Ketika penggalian gan. Sebagian dari Menyirih
arkeologi dibuka di Dusun Oibura, tulang kijang berada
bukti bencana itu dapat disaksikan sampah makanan. Kebiasaan
kembali. Sebuah jejak kehidupan Penemuan ini meng- penduduk tam-
yang tersapu dan tertutup aliran abu ingatkan bah- bora lainnya yang
serta material vulkanis (piroklastik) .wa menjangan masih dapat dihubungkan
dijumpai di lereng Tambora, ken- temuan arkeologis
Di balik bencana itu masih ada kisah datipun sekarang populasi semakin adalah menyirih. Ke-
yang tak bisa diabaikan yaitu sisi ke- berkurang seperti di Pulau Moyo. Per- lompok temuan ini an-
manusiaan, budaya, atau peradaban buruan menjangan masih berlangsung tara lain : kacip alat
Tambora yang musnah itu. Bagian ini meskipun dalam skala kecil, dendeng pembelah atau pengupas
pun tak luput dari perhatian arkeolog. menjangan masih beredar, banyak di- dan peracik buah pinang.
Menelisik temuan-temuan itu adalah jual belikan di pasar lokal. Kegiatan Bentuknya menyerupai "tang" yang
kunci mengungkap cara dan gaya perburuan serupa itu tampaknya sejak dibuat dari besi. Alat ini terdiri dari
hidup penduduk Tambora sebelum dulu sudah dilakukan penduduk dua bagian, atas se-
letusan terjadi. pedalaman Tambora. bagai bilah pisau
dan bawah alas un-
Bertani Pelana kuda tuk meletakkan
buah pinang yang
Sekelompok temuan di sekitar peti- Tanduk-tanduk dibelah. Pinggan, ter-
lasan rumah-rumah diidentifikasi se- menjangan juga buat dari perunggu
bagai perkakas dan produk pertanian. digunakan sebagai tempat meletakan
Penemuan itu antara lain : bajak kayu, bahan untuk mem- peralatan menyirih
butir-bulir beras, lumpang kayu buat alat. Cabang- seperti cepuk wa-
(tempat menumbuk), dan penggilas cabang tanduk dah kapur, atau pelu-
atau pelumat bumbu dari batu menjangan dimod- matnya. Cepuk Cepuk perunggu wadah
(pipisan). Jenis temuan ini menunjuk- ifikasi, dipotong perunggu, kapur sirih

19
setangkup wadah kapur dan dari kalangan bangsawan.
tutupnya, digunakan untuk me- Pemakaiannya diikatkan pada tali
nyimpan kapur, salah satu ramuan melingkar di perut anak. cupeng
dalam menyirih. perangkat ini wa- juga dikenal dalam tradisi Sulawe-
dah dari kelengkapan mengunyah si.
sirih, biasanya terdiri dari daun
sirih, kapur, pinang, atau gambir. Perhiasan pribadi juga ditemukan
di Tambora antara lain cincin per-
mata dan gelang perak dalam uku-
Keris ran anak maupun dewasa.

Keris-keris yang
ditemukan dalam Keramik asal Cina abad ke-19
penelitian arkeologi
Tambora hanya tersisa Satu hal yang pasti jauh sebelum
bagian bilah logamnya. bencana Kerajaan Tambora sudah
Hulu pegangan biasanya Gelang berbahan perak koleksi menjadi kerajaan yang kuat.
terbuat dari kayu, tetapi penduduk dari hasil penggalian pasir Rekaman surat-surat Kerajaan
tak ditemukan karena sekitar lokasi
Tambora yang tersimpan dalam
lapuk. Bentuk bilahnya arsip antara tahun 1675 --1800.
berkelok- Peralatan harian yang dominan
kelok menyerupai keris penduduk Tambora adalah wadah-
dari Jawa dan Bali. Dalam wadah yang terbuat dari tembikar
budaya Kerajaan Bima, bentuk dan dan keramik. Jenis barang tembi-
hiasan keris menandai kedudukan kar, tempayan, periuk, pasu,
sebagai pejabat mangkuk; wadah ini umumnya
dikenakan dalam upacara kerajaan, dipakai untuk menyimpan air dan
diselipkan pada ikat pinggang di menyiapkan makanan.
sisi depan.
Sementara itu wadah keramiknya
berlapis glasur terdiri dari piring,
mangkuk, buli-buli, teko, cepuk.
Semua wadah keramik buatan Cina Keramik eropah abad ke-19
dan Eropa, berglasir biru-putih dan
multiwarna. Ciri keramik ini meru- Sayangnya catatan ini tidak men-
juk pada abad 18-19, semasa cantumkan keletakan kerajaan itu,
dengan letusan yang terjadi. apakah Oibura di pedalaman itu
Cupeng merupakan pusat kerajaan ?
Wadah keramik ini menunjukkan atau pusat itu berada di salah satu
Salah satu temuan yang unik ada- kediaman di lereng Tambora pada tempat di pantai ? , penelitian
lah Cupeng, yaitu semacam waktu itu, telah mencapai tingkat arkeologi di pada masa depan di-
"cawat", terbuat dari lempengan kemakmuran dan terhubung harapkan dapat memastikannya.
perunggu, bentuknya seperti gam- dengan pelabuhan-pelabuhan di
bar hati, berkunci. Digunakan un- pantai sebagai bagian dari sebuah
tuk pentup kemaluan anak wanita jaringan perdaganan antar benua.

20
Temuan organic : Beras
dan Kemiri

21
tan. "Coba lihat separoh bagian atas ta, "tindakan awal adalah me-
dari lumpang kayu ini hangus menjadi nyelamatkan temuan, kita harus mem-
arang, tetapi separoh bagian bawah perkuat temuan, membiarkan air men-
Angkat Lumpang Kayu : yang tidak kena panas malah sudah guap. Lalu mengoleskan beberapa
Lestarikan rupa yang hilang karena lapuk". Lebih lanjut kali cairan paraloid (cairan perekat)
rapuh menjelaskan " Arang pada permukaan kayu atau bahana
ini tetap bertahan dalam organik, maksudnya agar cairan
tanah karena tidak lagi diserang or- meresap mengisi rongga pori-pori,
ganisme seperti rayap atau jamur" material menjadi lebih kuat setelah

T emuan arkeologi di Tambora


bisa dikatakan istimewa, ken-
datipun pernah terlanda
bencana dan terpendam selama 200
begitu tukasnya. kering. Selain mengoles pak Nahar
juga menambal retakan dengan pasta
Persoalan tidak berhenti pada keutuan perekat epoksi yang dicampur bubuk
temuan, karena temuan arang-
tahun; tetapi rupa bentuk dari benda arang ini meskipun wujudnya utuh
arang halus agar sela antar re-
takan tersambung.
organik seperti kayu, bambu, rotan, tetapi sebenarnya sangat rapuh.
bahkan bulir beras masih dapat Mengenai hal itu Nahar menjelaskan, Setelah penguatan itu apakah temuan
ditemukan kembali arkeolog dalam " Begitu temuan ini terbuka dari tanah bisa diangkat ? "untuk ukuran temuan
keadaan relatif utuh, apakah galian arkeologi, akan segera men- kecil tidak bermasalah tapi untuk
itu lumpang kayu, tiang-tiang dan galami beberapa gejala kerusakan, mengangkat lumpang besar ini masih
blandar rumah kayu lengkap dengan antara lain retak, bagian yang lepas, bermasalah, apalagi lumpang ini kan
pasak-pasaknya. Kasus yang jarang dan semakin rapuh, perubahan ini harus dibawa ke laboratorium. kali
terjadi dalam penggalian arkeologi kami amati dan catat setiap ini saya coba cara baru. Membungkus
umumnya. Lasimnya bahan organ- jamnya". Benar kata sarjana bidang temuan ini dengan membuat oplosan
ik lapuk musnah terurai secara alami- kimia itu, selang dua jam setelah steriofoam cair yang akan mengeras
ah. Kelengkapan sebuah temuan tentu ditemukan temuan ini mulai patah dengan cepat, sehingga lumpang kayu
amat berarti bagi arkeolog, karena ru- atau retak, lalu sebenarnya apa yang ini seolah-olah dibuatkan wadah".
pa memberi identitas jenis benda, itu sedang terjadi ? " kami mengukur kan-
kuci untuk mengungkap budaya dungan air dalam temuan itu tinggi Di sekitar tempat duduk Nahar sudah dis-
penduduk Tambora. dan ketika terbuka, air da- iapkan kotak kayu seukuran lumpang, dan
lam material temuan mengalami pen- setelah permukaan lumpang dilapis plas-
Lalu apa sebab temuan organik Tam- guapan keluar, meninggalkan rongga tik tipis, cairan stereofoam yang dioplos
bora bisa bertahan ? pak Nahar, kon- pada pori-pori. Proses penguapan air dalam kantong plastik berubah menjadi
pasta. Seperti layaknya tube pasta gigi,
servator dari Balai Konservasi ini akan menyebabkan pengkerutan pasta stereofoam dalam kantong platik di
Borobudur, berujar, "kasus ketahan material karena sifat air yang menarik keluarkan dibubuhkan pada rong-
an material ini sebenarnya permukaan pori-pori pada saat ga antara kotak kayu dan lumpang. Han-
erat kaitannya dengan proses letusan keluar. Dalam keadaan seperti ini ya dalam tempo tidak kurang dari 30
Tambora sendiri. Panas tinggi temuan akan hancur bila diangkat" . menit, lumpang kayu ini sudah berada
(karena aliran piroklastik) yang dalam sebuah wadah gabus
melanda situs rupanya telah Rupanya keistimewaan temuan sterofoam. Sejak ditemukan 3 tahun lalu
menghanguskan semua organik, tanpa arkeologi Tambora membawa lumpang kayu dari situs Oibura berhasil
membakar habis material organik konsekuansi, diperlukan tindakan kon- diangkat dari situs tempatnya ditemukan,
menjadi abu, yang terjadi adalah servasi yang cermat. Namun kini per- agar mendapatkan tindakan perawatan
proses karbonisasi material" . Ia soalannya konservasi macam apa yang berikutnya di laboratorium. Lebih dari itu
menunjuk pada temuan lumpang kayu bisa dilakukan ? sambil duduk di de- rupa dapat lestari dan disajikan pada pub-
lik, dan anak didik.
yang sedang dalam tindakan pengawe- pan lumpang kayu pak Nahar berka-

22
Lumpang kayu dan tindakan konsevasi

23
Pekat dan Tambora
Negeri yang Musnah

Rekonstruksi petaka Tambora, artis National Geography Indonesia,

”Nyatalah Allah empunya marah Pekat dan Tambora disebut Dapat dipastikan, bahwa lebih
leburlah Pekat dan Tambora, abunya sebagai negeri yang musnah dari 150 tahun sebelum letusan
melayang naik ke udara jatuh akibat bencana, lapisan tebal kedua negeri ini sudah ada di
menimpa negeri dan segara” erupsi seolah menenggelamkan Sumbawa. Pada pertengahan abad
(Syair Kerajaan Bima bait 31) tapak-tapaknya. ke-17 sumber lontara Makasar
menunjukkan, bahwa Tambora
Namun, sebuah peta koleksi
dan Pekat memiliki kedudukan
:“...turunlah bala terlalu amat KITLV dari tahun 1659 memuat
khusus dalam pemerintahan negeri
seolah dunia akan kiamat, Pekat gambaran wilayah dari kedua
dan Tambora tiadalah selamat” kerajaan ini jauh sebelum bencana -negeri Pulau Sumbawa. Negeri
ini berada di bawah penguasaan
terjadi. Peta kuna Semenanjung
(Syair Kerajaan Bima bait 32)
Sanggar, jelas tergambar, bagian Makasar, khususnya dipimpin
oleh para pangeran.
selatan merupakan wilayah Raja
(Koningrijk) Papekat, dan di utara Dalam peta tahun 1685
yang lebih besar adalah wilayah dicantumkan 12 lokasi yang
Raja (Koningrijk) Tambora. Peta tampaknya memiliki kedudukan
ini termasuk salah satu dokumen penting di wilayah Tambora,
barat awal tentang wilayah ini. tersebar di pesisir selatan, utara

25
dan barat. Beberapa toponimi (nama yang wafat digantikan dengan
Rigaukanna atau Ala'uddin dari Goa,
tempat geografis) yang dapat dibaca menundukkan Sumbawa, Papekat dis-
raja baru. Raja ini memerintah
antara lain Tombo, Halonco (?), erahkan kepada Karaeng Maroanging.
tahun 1688 bernama Sultan
Tanjung Loewon (?), Tanjung Batu, Rajanya selain harus memasok 20
Lamoendoe, Hadeo (?), Joelo, dan budak ke Makasar, membayar upetiNilaaneddien, Abdul Bazet, ayah
Arom. Demikian pula Pekat, sekurang yang digantikannya bernama
dengan tenun kain, yang mereka buat.
-kurangnya ada 2 lokasi yang Pada sekitar tahun 1687 Ia mencatat,
Djamaleddien, dan anaknya
bahwa di Tambora terdapat beberapa Abdul Djaliel.
dicantumkan di pantai selatan dalam
peta, yaitu Tanjung Pattaya, dan kampung antara lain Cadinding,
Papekat. Namun tidak tercantum Lalu dalam bait syair kerajaan
Canceeloe, Baraboen, Wawo,
satupun lokasi di pedalaman, Bima juga disebut-sebut nama
Lawasa, Papoenti, Laleekan, Salepe,
termasuk lokasi situs yang kini berada
Sakeewij, Laewong, Waro, Tanga, dari raja Tambora seperti pada
di lereng barat 18 dari tepi kaldera. bait 34, “Sultan Tambora Abdul
Soekon, Toewij, Tompo, Caomom.
Selain peta situasi negeri Di antara nama tempat itu disebut
Gafur, barang pekerjaannya
Tambora dan Pekat juga Canceeloe atau Kengkelue adalah sangatlah takabur, tiadalah
disinggung dalam catatan nama lama dari negeri Tambora. Juga percaya riwayat dan tutur,
Speelmam, perwakilan VOC di ada sebutan Cadinding yang mirip negeri dan badan menjadi
Makasar. terutama setelah tahun dengan kampung sekarang bernama lebur”
Kedindi.
1667. Dalam catatannya Ada persepi tentang sifat dari
Speelman menyebut nama Kendatipun sebagian besar penduduk Tambora. Valentijn
Karaeng Popoq, seorang pan- kampung ini tidak dapat mengatakan “Orang Tambora
geran yang dipercaya Karaeng dipastikan lokasinya dalam peta bagaimanapun, bukan orang
Matoaya untuk memimpin Tam- sekarang, tetapi data ini telah santai. Seperti dilihat dari cara
bora dan Pekat, antara tahun memberikan gambaran yang mereka berperang . Mereka
1660-1667. lebih jelas dari sebelumnya. orang yang keras dan cepat-
Paling tidak dapat dipastikan, marah” . Sebaliknya Resident
Tambora atau Kengkelu mulanya ada-
lah sebuah negeri mandiri, yang bahwa negeri ini terdiri dari Tobias, menambahkan bahwa
ditaklukan Makasar seperti halnya banyak kampung. Sebagian “Orang Tambora adalah bangsa
Bima dan Dompu. Sejak itu di- besar berada di pesisir yang paling berani”. Bahkan
wajibkan membayar upeti dan me- merupakan pelabuhan, mungkin Speelman menjuluki orang
nyediakan 40 budak terus-menerus di sekali sebagian dari kampung ini
Makasar Tambora, “penunggang kuda
juga terlanda tsunami. yang hebat” (horsemen).
Demikian pula, Papekat adalah se-
buah pelabuhan yang sebelumnya di Pada tahun 1687 dikabarkan
bawah Dompu. Ketika Raja tentang pergantian raja Tambora

26
Penduduk dan kematian : 38.000 orang tewas karena kelaparan, dan 10.000
Dari letusan Tambora orang kematian karena penyakit dan kelaparan di
Pulau Lombok.
Erupsi Gunung Tambora seperti dikisahkan tidak Petroeschevsky (1949) menambahkan perkiraan korban
hanya dicatat sebagai bencana alam, tetapi juga tewas 48.000 dan 44.000 orang di Sumbawa dan Lombok.
bencana kemanusiaan. Begitu banyak kematian Tanguy (1998) menambahkan dengan korban di Bali dan
disebut dari berbagai catatan sejarah, baik langsung Jawa Timur karena kelaparan dan penyakit. Diperkirakan
11.000 meninggal karena pengaruh gunung berapi
dari letusan maupun yang tewas karena kelaparan dan
penyakit. Berapa jumlah penduduk, dan korban
kematian penduduknya? Ada sejumlah catatan angka
kependudukan, kendatipun bukan angka yang akurat
seperti sensus moderen. Oleh karenanya, harus dilihat
dengan hati-hati.
Informasi penduduk paling awal berasal dari catatan
Speelman, dibuat sekitar tahun 1667, mewakili
gambaran jumlah penduduk sebelum terjadi erupsi
Tambora. Di Dompo (Dompu) 8.000 orang, di
Tambora ada 2.000 orang, di Sanggar ada 800 orang,
di Papeeka (Pekad) ada 800 orang, dan di Biema
(Bima) ada 6.000 orang.
Menjelang tahun bencana ada catatan penduduk Sum-
bawa yang dilaporkan oleh Zollinger. Jumlah
penduduk paling tinggi adalah Bima 90.000 orang,
disusul Sumbawa 60.000 orang, dan Dompo 10.000
orang, Tambora 6000 orang, Sanggar 2200 orang,
Sosok korban yang ditemukan dalam ekskavasi arkeologi
dan yang paling kecil jumlah penduduknya adalah
Balai Arkeologi Denpasar. Sampai sekarang sudah
Papekat 2000 orang. Di antara negeri yang ditemukan 5 korban.
menempati semenanjung Sanggar, penduduk Tambora
lebih padat dibandingkan Papekat dan Sanggar .
Setelah erupsi langsung dan 49.000 oleh kelaparan setelah letusan dan
penyakit epidemik. Oppenheimer (2003) menyatakan
Tidak ada angka pasti kematian akibat letusan jumlah total yang tewas dari setidaknya 71.000 dari
Tambora. Zollinger (1855) atas dasar jumlah perkiraan sebelumnya 92.000.
penduduk sebelum letusan, Ia memperkirakan jumlah
kematian langsung 10.000 orang, akibat aliran
piroklastik. Di pulau Sumbawa, diperkirakan ada

27
Setahun kemudian 1816 :
Tambora rubah Iklim Dunia

Sumbawa, dan letusan Gunung Api Sangeang, foto Nasa

D
i penghujung bulan Mei 2014 sempat ditutup selama 4 hari. Gunung Tambora dan gas aerosol ter-
lalu terhitung mulai pukul lontar keatmosfer, terbawa arus udara
16:00WITA, Badan Geologi Satelit Nasa melintas di atas wilayah menyebar ke seluruh dunia. Tinggal di
menaikkan status Gunung Api ini, sempat merekam peristiwa le- lapisan stratosfer selama dua tahun ,
Sangeang dari Waspada (level II) tusan, berikut arah abu vulkanis coklat menghadang sinar matahari ke bumi.
menjadi Siaga (level III). Erupsi yang diterbangkan angin ke arah Akibatnya mengurangi intensitas pen-
Gunung Api terjadi pada 30-31 Mei tenggara. Citra satelit itu meng- cahayaan dan panas matahari, suhu
2014. Dikabarkan, erupsi Gunung Api ingatkan pada peristiwa serupa 200 bumi turun 2°C. Anomali iklim ter-
Sangeang membentuk ko- tahun lalu. Di Sumbawa erupsi lebih jadi setahun kemudian tahun 1816
lom membubung tinggi lebih dari 5 hebat terjadi pada Gunung Tambora setelah letusan .
km. pada tahun 1815. Ketika itu angin
bertiup ke arah barat. Sepanjang tahun 1816 di belahan utara
Endapan jatuhan dan aliran piroklas- bumi seperti Eropa dan Amerika me-
tik tersebar pada tubuh Gunung Apa yang menjadi catatan kita bahwa rasakannya. Kondisi menjadi begitu
Sangeang, semburan api hingga radius abu vulkanis Tambora pernah meman- dingin dan periode ini dikenal sebagai
5 km. Hujan abu menyebar men- tik petaka global, perubahan iklim Years without a Summer atau 'tahun
capai Flores dan Sumbawa, bahkan dunia. Itulah sebabnya Erupsi Tam- tanpa musim panas.'
sampai Darwin, Australia. Arah angin bora juga disebut sebagai letusan yang
relatif mengarah ke timur-tenggara mengubah dunia. Pada musim gugur tahun 1815 ma-
menyebabkan abu turun ke daerah- tahari terbenam menakutkan berwarna
daerah tersebut. Bandara udara Bima Partikel-partikel debu vulkanis merah jingga terpantau di London,

28
Inggris, dan tahun berikutnya pola
cuaca di Eropa dan Amerika berubah
drastis. Peristiwa melanda Amerika
Timur Laut, Eropa, dan Asia.
Musim semi tahun 1816 berubah tak
menentu. Suhu tak beranjak naik sep-
erti yang diharapkan. Udara sangat
dingin menggantikan ke musim
panas.
Di Amerika Serikat bagian timur,
musim panas tahun 1816 tak seperti
biasanya. Suhu merosot tajam di
bawah titik beku, dan masyarakat dari
New England sampai Virginia men-
galami hujan salju hebat. Selama bu-
lan Juni, Juli dan Agustus, kebekuan
ini matikan tanaman pangan, harga Anomali iklim suhu turun, di eropah tahun 1816
gandum melonjak naik.
Eropa juga mengalami Antara Musim panas di Irlandia lebih han Jiaqing Dinasti Qing. Cuaca dingin
cengkeraman musim dingin, kering banyak hujan, ladang-ladang kentang yang melanda menyebabkan produksi
gagal panen. April dan Septem- padi, sorgum, dan tanaman lainnya gagal
dan dingin. Awan aerosol sudah ter-
ber salju beku tak mencair, guyuran panen. Situasi di Asia lainnya dikabarkan
lihat di London pada musim
mengalami cuaca serupa di Jepang, dan
semi Desember 1815 delapa bulan hujan berlangsung 130 hari jauh lebih
Korea. Di India, angin muson terganggu,
setelah letusan terjadi. Pada akhir tinggi dari sebelum. Kegagalan panen
kekurangan suhu panas, banjir belebihan
Desember 1815 dilaporkan dari Tera- terjadi di mana-mana, kelaparan, dan menyebabkan terjangkit kolera yang me-
mo, dekat pantai Adriatik, salju yang wabah tifus melanda Eropa, banyak newaskan ribuan orang.
turun berwarna kuning dan merah, orang tewas.
Bayang-bayang bencana Tambora begitu
menakutkan. penduduknya sesuatu meluas, sampai belahan di sisi yang ber-
yang luar biasa terjadi di langit. Be- Selama tiga tahun kelaparan dialami
di Yunnan (Cina), pada masa pemerinta- lawanan. Bencana tak terlupakan ini juga
gitu juga yang terjadi pada bulan dijuluki 'seribu delapan ratus dalam ke-
April, salju dengan warna lain jatuh di bekuan yang mematikan. kehancuran
Italy berwarna merah bata mengan- lingkungan, menjadi Ta-
dung bubuk abu. Dipastikan warna hun Kemiskinan".
salju ini hasil dari jatuhan hujan dan
es memuat lelehan partikel debu vul-
kanis Tambora yang masuk dalam
lapisan stratosphere.

29
Citra aerosol Tambora
di atas kanvas
pelukis Eropah

Dalam Jurnal Atmosfer Kimia dan Fisi- Chichester Canal, . J.M.W. TURNER menunjukkan matahari terbenam, muat nuasa warna cemerlang
yang disebabkan oleh aerosol vulkanik Tambora/ DOMAIN PUBLIK
ka, tim peneliti Yunani dan Jerman
mengemukakan pandangannya, bahwa
warna matahari terbenam yang dilukis di Yunani. " kami telah menemukan bah- Para peneliti menemukan bahwa lebih
oleh seniman di abad yang lalu dapat wa, warna lukisan matahari para pelukis banyak polusi di atmosfer berkorelasi
digunakan untuk memperkirakan tingkat itu adalah cara otak mereka merekam dengan warna yang lebih hangat di
polusi di atmosfer bumi di masa lalu. warna hijau dan merah yang berisi in- lukisan artis.
formasi lingkungan yang penting."
Letusan Gunung api Tambora tahun Chichester Canal adalah lukisan
1815 di Sumbawa menjadi referensi Zerefos dan timnya mempelajari foto- dibuat oleh seniman grafis ulung M.
mereka. Seperti diketahui letusan Tam- foto resolusi tinggi dari lukisan matahari W. Turner, dibuat pada tahun 1828.
bora telah menyebabkan sejumlah be- terbenam yang dibuat antara tahun 1500 menggambarkan Canal Chichester di
sar abu vulkanik dan gas belerang dan 2000. Pada periode 500 tahun ini,
Sussex, Inggris selatan. Warna yang
(aerosol) terlontar dan tersebar ke lebih dari 50 letusan gunung berapi be-
cemerlang mungkin telah di-
stratosfer. Menghalangi penyinaran sar terjadi. Para peneliti berteori bahwa
bumi. mereka bisa memastikan informasi ten-
pengaruhi oleh abu atmosfer dari
tang jumlah aerosol di atmosfer ber- letusan Gunung Tambora di Indone-
Pantulan matahari yang menyinari sia.
dasarkan jumlah relatif merah dan hijau
partikel vulkanis itu, menghasilkan
sepanjang cakrawala dalam lukisan.
spektrum warna tertentu. Ketika mataha-
ri terbenam tampak lebih cerah merah "Kami menemukan bahwa spectrum dari
dan oranye, selama beberapa tahun warna merah sampai hijau rasio yang
cakrawala di Eropa menyuguhkan direkam saat matahari terbenam lukisan
pemandangan seperti itu. karya para maestro itu berkorelasi
dengan dengan jumlah aerosol vulkanik
"Alam berbicara kepada hati dan jiwa
di atmosfer”, begitu jelas Zerefos kepa-
seniman besar," kata Christos Zerefos,
da kelompok pelukis di sekolah seni
fisikawan atmosfer dari Akademi Athena
lukis.

30
Perkebunan Kopi Oibura
Tambora 1930 Riwayat Mu
100 m

S
etelah cukup lama ditinggalkan,
akibat letusan Tambora. Wilayah
pedalaman, secara alamiah pulih dari
kerusakan lingkungan. Mulai dihuni dan
di usahaan kembali. Termasuk Dusun Oi- Situs Arkeologi 1815
bura. Tercatat beberapa kontrak usaha

S
itus Arkeologi Tam-
antara investor swasta dengan Kerajaan
bora : jejak per-
Bima atau Pemerintah Bima. Merubah hu-
mukiman terkubur
tan menjadi kebun . Beberapa di an-
oleh bencana letusan
taranya :
Gunung Tambora 1815.
1930.-1940 membuka kebun kopi oleh Tempat ini diduga bagian
perusahaan Swedia (G.Bjorklund ) dari Wilayah Kerajaan
Tambora, sebuah Daulat
1943 - dikelola NV.Pesuma
yang sudah ada sejak
1977 - dikelola PT.Bayu Aji Bima pertngahan abad ke-17
Konsesi Tebang
2001 - dikelola kembali Pemerintah Dae- Ditemukan tahun 1974;
rah Bima
Hutan ketika penebangan hutan
dilakukan PT. Venner .
Situs ditinjau pertama kali
Petilasan “Rumah tahun 1985; diteliti inten-
bola” dan rumah sif antara tahun 2006—
Bekas pabrik kopi
pekerja kebun. Sekarang

Rumah Kebun (Rumah Atas)


Kompleks perumahan kebun kopi
gaya tahun 1930. Terdiri dari ru-
mah tinggal G.Bjorklund, dan se-
buah bekas bangunan bertingkat,
pengintai (sudah rusak), barak
pekerja, dan bak penampungan air

31
32
Dirikan Rumah Tambora:
Rumah Eksperimen
Arkeologi

S
ebuah tiruan rumah Tambora dalam atau bawah lapisan pumice. dibuka untuk menelusuri secara
kini dapat disaksikan berdiri di Lalu bagaimana rumah bisa berdiri ? lengkap sebuah rumah tinggal.
situs arkeologi Oibura,
Rumah prototipe Tambora yang Temuan Tambora bisa dikatakan
Kecamatan Tambora. Hampir satu
dibuat bukan sebuah kreasi atau istimewa, bahan organik yang
dekade lalu situs ini mulai diteliti
rekaan baru, tetapi bagian dari studi umumnya musnah, di situs ini bisa
intensif. Jejak sekelompok
eksperimen arkeologi experimental bertahan. Bencana gunung berapi
permukiman kuna ditemukan di sini,
archaeology). Sebuah rekonstruksi telah membakar semua bahan organik
mereka menempati lereng barat
rupa, di buat dengan cara meniru rumah. Proses karbonisasi merubah
Gunung Tambora. Ketika erupsi
bentuk dan struktur data arkeologi temuan itu menjadi arang. Perubahan
Gunung Tambora terjadi kampung ini
yang ditemukan. Dilengkapi dengan itu menyebabkan rupa bentuk benda
luluh lantak, terkubur di bawah pasir
pengamatan lain seperti etnoarkeologi dari bambu, kayu, bisa bertahan
bencana setebal hampir 2 meter.
meskipun sangat rapuh. Dengan
Kini penduduk menamai tempat ini Bila hari ini rumah itu bisa dilihat,
demikian struktur bisa diukuran.
“museum”. sebenarnya itu merupakan rangkaian
Tahap pembuatan rumah selanjutnya
pengamatan dan akumulasi
Peradaban Tambora musnah ketika dapat diikuti dalam illustrasi berikut .
kelengkapan data cukup lama.
terjadi letusan hebat dari gunung ini.
Mempelajari struktur dan setiap
Semua bangunan dari atap sampai
komponen bangunan rumah yang
dasarnya dapat dikatakan rata dengan
ditemukan dalam ekskavasi arkeologi.
permukaan tanah, dan berada di
Sebidang tanah berukuran 100 m2

33
Setelah ekskavasi total selama 4 tahun di
Situs Oibura, arkeolog dapat memastikan
dan menampakkan jejak sebuah rumah
individu Tambora dilengkapi 6 umpak
batu sebagai tumpuan penyangga tiang
utamanya. Puing-puing ini menjadi dasar
bagi arkeolog untuk melakukan studi
percobaan dan peniruan rumah Tam-
bora.

34
Ruang bangunan dari rumah tunggal (individu) Tambora. Denah persegi
empat, ukuran 5,3 x 3,2 meter. Orintasi 20 derajad, arah barat daya dan
timur laut, melintang punggung Gunung Tambora. Jejak titik-titik jatuhan
air hujan, menunjukkan luasnya tutupan atap. Sisa pagar menandai batas
antar rumah

Pagar

Jejak tritisan

Halaman

35
Elemen penyusun bangun rumah yang ditemukan di-
identikasi dan diukur seperti : tiang, pasak, bambu alas,
atap ijuk. Bahkan ada elemen-elemen bangunan yang
masih tersambung, satu dengan lainnya.

36
Ekskavasi Balai Arkeologi Denpasar : Sudut
bangunan yang roboh ke arah barat laut,
terhempas aliran piroklastik. Kolom tiang, dan
balok masi tersambung lengkap dengan
pasaknya menandai teknik konstruksi rumah
penduduk Tambora

37
Rumah Donggo Rumah Wawo

Membandingkan elemen bangunan dengan rumah


tradisional yang masih ada di Sumbawa. Ada dua tradisi
di Sumbawa yaitu Manggarai sebelah timur pulau
(Rumah Wawo, Rumah Donggo) dan sebelah barat tradisi
Lombok dan Sulawesi selatan (Rumah Karombo).
Elemennya rumah Tambora lebih mirip tradisi Lombok
dari pada Manggarai, pelubangan pasak pada tiang-
tiangnya untuk blandar

Rumah Karombo

Percobaan pemasangan sambungan antar tiang


dan elemen bangunan lainnya melalui simulasi
miniatur bangunan

38
Jenis kayu Bintango (sengon ) dipakai, untuk tiang
dan blandar utama yang berjumlah 6. Hubungan antar
tiang diperkuat blandar yang dipasang masuk dalam
lubang bersilangan dan pasak pada setiap tiang.

Blandar atas sebagai tumpuan atap dipasang pada


tiang dengan system “tusuk“. Lebih panjang dari
blandar bawah, mengikuti garis tritisan air.

39
40
Tidak ada data untuk kerangka atap atau kuda-kuda,
kecuali blandar yang menjadi tumpuannya. Sudut
kelerengan kuda-kuda ditentukan 45 derajad, mengi-
kuti kebiasaan setempat. Rumbia digunakan sebagai
atap. Lantai digunakan bambu

Paku tidak digunakan sama sekali, penguatan


pada sambungan digunakan tali, sejenis tana-
man merambat bernama mone atau tali mone,
digunakan untuk mengikat sambungan

41
42
43
Rumah Kita Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada disini
Hanya alang alang pagar rumah kita Rumah kita
Tanpa anyelir, tanpa melati Lebih baik disini, rumah kita sendiri
God bless Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Hanya bunga bakung tumbuh di hala-
man Semuanya ada disini

H anya bilik bambu tempat tinggal Namun semua itu milik kita Rumah kita, rumah kita
kita Memang semua itu milik kita, sendiri
Haruskah kita beranjak ke kota Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Tanpa hiasan, tanpa lukisan
Yang penuh dengan tanya Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Beratap jerami, beralaskan tanah Semuanya ada disini
Namun semua ini punya kita Rumah kita
Lebih baik disini, rumah kita sendiri
Memang semua ini punya kita, sendiri Rumah kita ada di sini

44
Epilog

Gambar siswa SD Negeri Tambora, menghias diding rumah belajar dan perpustakaan mereka

A
rkeologi Tambora Arkeologi Tambora tak semata Mendirikan rumah dari puing
kembali mengingatkan mengungkap fakta-fakta, namun bencana, seperti mengidupkan
bahwa lebih dari 200 ta- juga sedang menarasikan sebuah kembali ingatan dan kesadaran
hun lalu pengaruh erupsi Tambora warisan. Arkeologi Tambora tentang nilai universal yang kini
sampai belahan bumi utara 1816. semestinya juga bisa berperan bergeser. Ancaman terbesar
keberlajutan peradaban tidak terletak
Bencana Tambora tak alam dalam alih-alih “warisan”
pada alam, tetapi pada ulah
semata, tetapi juga bencana kedalam kata kerjanya yaitu
manusia. Matinya mata air,
kemanusiaan. Berdampak “mewariskan,” karena di sana mengeringnya sungai, punahnya
kematian, kerusakan, kemusnahan. termuat pengalaman antar spesies, penebangan hutan
Peringatan erupsi Tambora, bukan generasi. berlebihan, berkurangnya madu;
sebuah “perayaan”, ketika Bencana dan akibatnya adalah adalah pertanda. Tentu kita tidak
moment ini diperingati pada pengalaman dan pengetahuan yang ingin Tambora mengalami bencana
patut dimiliki siapapun mereka yang kedua.
waktu yang sama rangkaian erupsi
berlangsung Sinabung, Api hidup di lingkaran cincin api, karena
Sangeang, Raung. Bencana strategi keberlanjutan hidup
diperlukan bagi generasi yang akan
Tambora telah memutus mata
tiba. Tambora sebagai tempat
rantai lajunya peradaban, di
bersejarah juga bertindak sebagai
wilayah Tambora. destinasi pembelajaran.

45
Pustaka

Adnawidjaja, M.I., dan Chatib, M., 1951, Laporan Kawah G. Tambora dan Daerah Bahayanya; Bandung: Direkt. Vulkanolo-
Tambora (Jazirah Utara P. Sumbawa) April-Mei-Juni; Ban- gi.
dung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.
Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesia Region; Wash-
ABEL, W. (1974): Massenarmut und Hungerkrisen im vorin- ington: USA Govern. Print. Off.
dustriellen Europa. Versuch einer Synopsis. Hamburg-Berlin:
Haraldur, S., Steven, C., and Erfan, R.D., 1986, The Deposits
427
from the 1815 Tambora Eruption: A Preliminary; USA-VSI:
Alzwar, M., Barberi, F., Bizouard, H., Boriani, A., Cavalin, A., Univ. Rhode Island Kingstone.
Eva, C., Gelmini, R., Georgei, F., Laccarino, S., Innocenti, F.,
Haraldur, S. and Steven, C., 1988, The Second Tambora Expe-
Marinelli, G. and Sudradjat, A., 1981, A Structural Discontinui-
dition; Kingston. Kingston, USA: Volcanol Report. Grad.
ty with Associated Potassic Volcanism uin the Indonesia Island
School of Oceano Univ. of Rhode Island.
Arc: First Results of the CNRS-VSI Mission to the Island of
Indonesia; Rend. Soc. Geol. t.4 (1981): 275-288. Henry and Elizabeth Stommel. Volcano Weather: The Story of
1816, the Year without a Summer, Newport RI. 1983. ISBN 0-
BOER, de J.Z. & SANDERS, D.T. (2002): Volcanoes in Hu-
915160-71-4
man History: The Far-Reaching Effects of Major Eruptions.
Princeton University Press: 295 Kartadinata, M.N., 1997, Endapan Aliran Piroklastik Hasil Le-
tusan Gunungapi Tambora Tahun 1815: Penyebaran dan Karak-
Chamber-Loir, Henri, 2004. Kerajaan Bima Dalam Sastra dan
teristik Endapannya; Bandung: Direkt. Vulkanologi, tidak
Sejarah. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, Ěcole fran-
dipublikasikan.
çaise d’Extrème-Orient.
Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo,
C.R. Harrington (ed.). The Year without a summer? : world
L.D., 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia; Bandung: Direkt.
climate in 1816, Ottawa : Canadian Museum of Nature, 1992.
Vulkanologi.
ISBN 0-660-13063-7
Matsumoto, A., and Takada, A., 2000, K-Ar Age Determina-
Chaniago, R., Effendi, W., Suhadi, D., Yuhan, Budianto, A.
tion of Lava Around Tambora Volcano. Indonesia; Kasumigasi,
dan Kusdaryanto, 1995, Laporan Interpretasi Fotret Udara G.
Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div.,
Tambora dan Sekitarnya, Kabupaten Dompu dan Bima, Nusa
Agency of Indust. Sci. and Techno.
Tenggara Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi.
Neeb, C.A., 1941, De Verspreiding van den Tambora asch op
Erfan, R.D., 1990, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus:
den zee bodem; Koninkl. Nederl. Aardrijksk, Genoot, Tijdsch.
G. Tambora; Bandung: Direkt. Vulkanologi.
(vol. 58): 1053-1054.
Erfan, R.D., 1986, Endapan Hasil Letusan Dahsyat G. Tambora
Neumann van Padang, M., Fryer, R.J., and Titulaer, C., 1972,
1815; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Hamidi, S., 1969, G.
Mount Tambora.

46
McNamara, Robert ;Mount Tambora Was the Largest Volcanic Takada, A., Yamamoto, T., Kartadinata, M.N., Budianto, A.,
Eruption of 19th Century Cataclysm Contributed to 1816 Being Munandar, A., Matsumoto, A., Suto, S., and Venuti, M.C.,
"The Year Without a Summer" ; http://history1800s.about.com/ 2000, Eruptive History and Magma Plumbing System of Tam-
od/crimesanddisasters/a/Eruption-Of-MountTambora.htm bora Volcano, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: In-
ternat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci.
Oppenheimer, C; 2003; “Climatic, environmental and human
and Techno.
consequences of the largest known historic eruption: Tambora
volcano (Indonesia) 1815”; Progress in Physical Geography Urai, M., 2000, Geologic Interpretation of JERS-1 SAR Image-
27,2 (2003) pp. 230– 259 ry at Tambora Volcano, Sumbawa Island, Indonesia; Kasumi-
gasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp.
Oppenheimer, C.(2011 : Eruptions that Shook the World. Cam-
Div., Agency of Indust. Sci. and Techno.
bridge University Press: 392
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia (Vol.
Pannekock van Rheden, J.J., 1918, Geologische noticen uber
IA): 201. 502-504.
die halbinsel Sanggar insel Sumbawa; Vulkanol. Zeitchr (vol.
4): 85-192. Yamamoto, T., Takada, A., Munandar, A., Kartadinata, M.N.,
and Budianto, A., 2000, Stratigraphy of the 1815 Deposits of
Petroesschevsky, W.A., 1949, A Contribution to the knowledge
Tambora Volcano, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo:
of the Gunung Tambora (Sumbawa); Koninkl, Nederl.,
Internat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci.
Aardrijksk, Genoot. Tijschr. (vol. 66): 688703.
and Techno.
Reid, Antony. 1992. Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-
Zerefos, C. S., Tetsis, P., Kazantzidis, A., Amiridis, V.,
1680. Jilid I : Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Yayasan Obor
Zerefos, S. C., Luterbacher, J., Eleftheratos, K., Gerasopoulos,
Indonesia.
E., Kazadzis, S., and Papayannis; 2014; “A Further evidence of
Rohi, W.E., 1983, Laporan Pemeriksaan Puncak G. Tambora important environmental information content in red-to-green
Mei 1983; Bandung: Direkt. Vulkanologi. ratios as depicted in paintings by great masters” , Atmos.
Chem. Phys ., NO.14, 2987-3015, doi:10.5194/acp-14-2987-
Self. S., Hadisantono. R.D., dan Santoso. M.S., 1979, A Vol-
2014.
canological Investigation of Three Important Recent Eruption
in Indonesia, Krakatau 1883, Tambora 1815, And Agung 1963. Zollinger, H., 1815, Besteigung des Vulkans Tambora auf des
Inset Sumbawa und Schilderung des Eruption desselben in Jah-
Self, S. and Decker, R.W., 1980, A Volcanological Investiga-
re 1815; Winterthur.
tion of Three Important Recent Eruptions in Indonesia: Tam-
bora 1815, Krakatau 1883, And Agung 1963. WWW. World Encycl opedia
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978. Sejarah William L. Fox, (?); "Early artists created an inadvertent record
Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: PN Balai Pustaka. of climate change. That began to change around the mid-20th
century when artists deliberately started picturing the explosion
Sigurdsson, H., Carey, S., and Erfan, R.D., 1986, The Deposits
of the human footprint," director of the Center for Art + Envi-
from the 1815 Tambora Eruption: Preliminary.
ronment at the Nevada Museum of Art, told The Scientific
Sudradjat, A., 1975, Peta Geologi Tinjau Nusa Tenggara Barat; American .
Bandung: Direkt. Vulkanologi.
Tajib, H.Abdullah, 1995. Sejarah Bima Dana Mbojo. Jakarta:
PT Harapan Masa PGRI.

47
48

Anda mungkin juga menyukai