1. Ulasan dari Video dan ditambah dari a. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang spesial secara geografis karena dihimpit oleh tiga lempeng dunia yaitu lempeng samudra Hindia Australia (arah utara), lempeng benua Asia Eropa (arah tenggara), dan lempeng samudra pasifik (arah barat). Dengan adanya pergerakan dari ketiga lempeng bumi mengakibatkan terciptanya gunung berapi yang jumlahnya mencapai 127 gunung aktif di Indonesia dan mengakibatkan Indonesia berada di dalam daerah cincin api. Tambora terbentuk karena adanya proses subduksi dibawah zona pegunungan ini berada. Dengan keadaan Indonesia seperti ini,tidak mengejutkan jika letusan gunung terdasyat di dunia terjadi di Indonesia dan mengakibatkan dampak yang bisa dirasakan secara global. Contoh dari letusannya adalah letusan gunung Toba dengan nilai Volcanic Eruption Index (VEI) mencapai 8, Gunung Krakatau dengan VEI yaitu 6, kemudian untuk VEI gunung Tambora mencapai 7. Untuk gambaran seberapa kuat dari letusan yang dihasilkan adalah untuk nilai VEI 6 setara dengan 30.000 kali kekuatan dari bom atom Hiroshima. b. Pengertian dan Definisi Tambora Lokasi Gunung Tambora Berada di Pulau Sumbawa di provinsi Nusa Tenggara Barat dengan dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Dompu di sisi kiri sampai barat laut sebagian dari kaki Tambora, dan Kabupaten Bima di sisi selatan hingga barat laut dan sisi timur hingga utara dari kaki hingga puncak timur sampai utara Tambora. Untuk Letak dari Koordinatnya berada di 8°15’08,9″ LS dan 117° 59’41,4″BT. Gunung Tambora merupakan Gunung api stratovolcano dengan bentuk perisai yang dibentuk dari lava dan abu vulkanik yang telah mengeras. (Indonesia, 2021)
Gambar 1 Lokasi Gunung Tambora
(sumber: https://www.google.com/maps)
Gambar 2 Gunung Tambora
(sumber: NASA Earth Obesrvatory)
c. Letusan Terbesar Tahun 1815
Letusan tambora diawali di tahun 1812 dengan adanya aktivitas yang mulai terlihat dengan adanya kaldera gunung Tambora yang mulai bergemuruh dan mengeluarkan awan hitam. Gunung tambora sendiri pernah meletus sebanyak tiga kali sebelum tahun 1815, namun tidak diketahui sebesar besar dan kuatnya letusan-letusan tersebut. Letusan terbesar dari Gunung Tambora ini terjadi pada April 1815 tepatnya pada rentang tanggal 5-17 April yang mengakibatkan dua kerajaan di kaki gunung terkubur yaitu Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat. Kemudian juga menghancurkan dan mengubur sebagian dari Kerajaan Sanggar, Bima, Dompu, dan Kerajaan Sumbawa. Letusan ini merupakan letusan yang terbesar dari sejarah kita sebagai manusia moder. Dengan kekuatan ledakan mencapai 7 VEI (volcanic Explositivity Index) yang artinya letusan Tambora ini lebih besar 4 kali lipat dibandingkan dengan Krakatau atau setara dengan meledakkan 170.000 unit bom atom (Aka Kurnia S F, 2020). Tambora saat meletus kehilangan tingginya sebesar sepertiga tinggi awalnya. Sehingga ketinggian yang sekarang adalah sisa dari letusan tersebut dan hanya menyisakan ketinggian 2.851 meter dpl dari yang semula mencapai 4.300 meter dpl. Dan dari adanya ledakan yang dasyat ini menyebabkan terbentuknya kaldera karena adanya kekosongan tanah dibawahnya dengan diameter kawah mencapai 6 km dengan luasan kaldera sekitar 60 lapangan sepakbola dan kedalaman mencapai 600-700 m. Di dalam kaldera ini terdapat gunung-gunung baru yang aktif dengan kawah gunung yaitu Tahe, Molo, Kubah, Doro Api Toi, Kaadiendinae yang dihasilkan dari arus lava basal (Aka Kurnia S F, 2020). Letusan tambora terdengar hingga jarak 2.600 km dan sisa erupsinya jatuh hingga jarak 1.300 km. Memberikan dampak menutupi bumi dengan adanya arus piroklastik yang menyebar 20 km dari puncak tambora. Menurut penelitian untuk material yang dikeluarkan kira-kira mencapai 100 km3 piroklastik trakiandesit dengan massa mencapai 1.4 x 1014 kg. selain itu juga mengeluarkan awan panas, lava, dan abu vulkanik. d. Penelitian yang Dilakukan Dalam penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog bertujuan untuk melakukan pembuktian mengenai kebudayaan yang hilang dengan melakukan penggalian di beberapa tempat yang disinyalir menjadi pusat kota dari beberapa kerajaan yang tertimbun oleh batu apung vulkanik dan debu. Dan ditemukan beberapa bukti dengan letak situs 25 km dari barat kaldera di dalam hutan dan 5 km dari pantai ditemukan fosil dari rumah kayu yang terkubur lengkap dengan perabotan berupa mangkuk perunggu, alat besi dan artifak lainnya. Selain itu juga ditemukan fosil manusia sebanyak 2 fosil orang dewasa. Dengan hasil penelitian ini didapatkan hasil yang menarik dengan artifak yang ditemukan berasal dari perunggu tim peneliti beranggapan bahwa masyarakat di desa yang terkubur ini cukup sejahtera. Dan memang dari zaman dahulu Sumbawa terkenal akan hasil buminya berupa madu, kuda, cendana, dan kayu sepang sebagai komoditi unggulan mereka. Dengan hal ini bisa saja disinyalir bahwa memang benar adanya kerajaan Tambora yang terkubur dan hilang. Untuk saat ini peneliti masih meneliti dimana letak dari pusat kerajaan Tambora dengan mengkaji dari catatan-catatan kerajaan lain di Sumbawa dan sekitarnya seperti Kerajaan Bima, selain itu peneliti juga memiliki sinopsi atau dugaan awal yaitu dibawah bangunan belanda adalah pusat dari kerajaan tambora yang terkubur karena hal ini terjadi di Bali yaitu Belanda mendirikan basis mereka diatas Puri kerajaan Bali yang hilang dan terkubur. Peneliti melakukan penggalian sekitar 2-3 m dengan memilih daerah yang cukup dangkal timbunannya karena ada yang tertimbun hingga 5 sampai 8 meter diketahui dari alat pendeteksi yang dipakai oleh para peneliti. e. Dampak Negatif dari Letusan Dampak dari meletusnya gunung ini berdampak secara global bahkan bisa dikatakan mengubah iklim dunia kala itu. Pada saat meletus letusan dari Tambora mencapai stratosfer dengan dimensi penyebaran hingga satu juta km2 sehingga membuat payung aerosol yang mengakibatkan bumi terhalang oleh sinar matahari. Dengan adanya kejadian ini membuat negara-negara eropa merakan musim dingin yang jauh lebih lama dikarenakan letusan yang mengeluarkan asap mencapai 43 km menjulang ke angkasa kemudain partikel abu tersebut didorong oleh angin hingga mengelilingi eropa yang partikelnya bertahan hingga 3 tahun pada ketinggian 10-30 km. Dengan adanya kejadian ini membuat lahan pertanian dan perkebunan diselimuti salju berkepanjangan dan hujan badai sering terjadi yang menyebabkan gagal panen berkepanjangan karena adanya penurunan suhu dari suhu normal sebanyak 0.4-0.7oC. Kejadian ini mulai dirasakan setahun setelah gunung Tambora meletus yaitu tahun 1816. Hasil dari gagal panen ini berdampak buruk bagi masyarakat banyak yang mengalami kelaparan dan wabah penyakit selama kurang lebih 3 tahun berturut-turut. Negara eropa benar benar merasakan dampaknya, salah satu contoh yang menyebutkan seberapa mengerikan letusan ini dapat digambarkan dari beberapa negara eropa dalam membuat sebutan untuk tahun-tahun kelam ini. Seperti di England menyebut tahun tanpa musim panas, di Jerman menyebut tahun pengemis, dan di swiss sebagai tahun dengan krisis sosial terburuk. Banyak masyarakat swiss melakukan hal ekstrem untuk bertahan hidup mulai dari memakan daging anjing dan daging kuda bahkan membunuh anaknya sendiri agar anaknya tidak merasakan kelaparan dan sakit akibat wabah penyakit yang terjadi. Di England juga terjadi kerusuhan yang ekstrem dengan para buruh bersenjata melakukan pengancaman “roti atau darah”. Di masa ini juga menjadikan Era migrasi besar masyarakat eropa berpindah ke Amerika (Aka Kurnia S F, 2020). Menurut Heinrich Zollinger jumlah keseluruhan untuk korban dari letusan Tambora ini mencapai 84.000 jiwa dengan detail 10.000 jiwa meninggal karena letusan, 38.000 jiwa akibat kelaparan, dan 36.000 jiwa akibat wabah penyakit dengan sebaran di Sumbawa dan Lombok. Gunung tambora mengeluarkan sekitar 120 ton belerang dioksida dengan ketinggian mencapai empat kilometer ke angkasa. Dari gas vulkanik ini memberikan efek dingin berkebalikan dengan efek dari karbon dioksida pada gas rumah kaca. Yang prinsip dari kerja belerang dioksida adalah berubah menjadi aerosol asam sulfat halus yang dapat memantulkan cahaya matahari kembali ke langit sehingga menyebabkan efek lebih dingin. Abu vulkanik memberikan dampak yang luar biasa yaitu dengan mengkontaminasi air dan tumbuhan yang biasa dimakan oleh masyakat sehingga menyebabkan warga terkena penyakit menurut Sir Stamford Raflles banyak masyarakat yang terkena diare (Aka Kurnia S F, 2020). Sebagian besar masyarakat lombok dan Sumbawa memilih untuk mengungsi ke Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan untuk mendapatkan makanan yang lebih layak dan menghindari kelaparan yang parah. Batu apung dan abu juga sampai jatuh ke sumatera selatan dan kalimantan dengan jarak yang cukup jauh mencapai 1.300 km (Indonesia, 2021). Bahaya selanjutnya dari letusan gunung Tambora ini adalah terjadinya Tsunami yang terjadi di beberapa pulau di Indonesia seperti di Sanggar ketinggiannya di atas 4 m kemudian di Besuki, Jawa timur yang mencapai 1-2 m dan setinggi 2 m terjadi di Maluku. Bukti lain adalah adanya danau air asin di pulau Satoda yang diperkiraan tsunami yang terjadi mencapai tinggi 10 m. Tsunami ini terjadi karena adanya material jatuh ke laut dengan jumlah kubikasi yang besar mengingat dua pertiga bagian gunung sudah hancur akibat dari adanya erupsi. Untuk lava sendiri mengakibatkan terbakarnya hutan yang ada dikaki gunung dari tambora dan dibuktikan dengan sebagian daerah di gunung tambora yang memiliki jenis tumbuhan dan ditemukannya banyak padang savana menjadi dasar bahwa daerah tersebutlah yang terkena imbas dari lava tersebut. f. Dampak Positifnya dari Letusan Dalam suatu musibah yang terjadi pastinya ada sisi positif yang dapat diambil. Semuanya akibat dari manusia yang serba terbatas dan tertekan selama masa-masa sulit menyebabkan manusia harus terus berinovasi agar dapat bertahan hidup. Lalu dampak positif akibat dari letusan dari Tambora melahirkan karya seni, Ilmu pengetahuan baru, teknologi baru, menyebabkan suburnya tanah di sekitar daerah Tambora dan lain sebagainya. Kemudian di daerah gunung tambora juga menjadi hutan lindung yang dijadikan rumah untuk berbagai jenis flora dan fauna (Aka Kurnia S F, 2020). Letusan Tambora menyebabkan tanah subur, hingga pada 7 September 1893 Sultan Abdullah Raja dari Kerajaan Sanggar membuat pengolahan kopi di Tambora dengan kerjasama dan perjanjian dengan D. Nelles atau Kerajaan Belanda. Luasan dari perkebunan dan pabrik kopi luasannya mencapai 56.000 hektar. Di sisi teknologi munculnya cikal bakal sepeda dengan latar belakang adalah kebutuhan transportasi untuk manusia berpindah namun kedinginan yang melanda mengakibatkan kelaparan dan kematian kuda dan sapi yang dijadikan alat transportasi kala itu direntang tahun 1816-1819. Cikal bakal sepeda ini diciptakan oleh orang jerman Karl Friedrich Christian Ludwig Freiherr Drais Von Sauerbronn menciptakan Velocipede sebagai alat transportasi alternatif sebagai awal dari sepeda (Aka Kurnia S F, 2020). 2. Opini Pribadi Penulis Dalam opini pribadi meranggapan bahwa meletusnya gunung Tambora ini merupakan letusan yang besar dengan efek yang memberikan perubahan secara global dengan kegelapan yang ditimbulkan yang mengakibatkan musim dingin. Efek dari meletusnya gunung ini menjadi mimpi buruk untuk masyarakat Indonesia bahkan dunia dengan dampak yang ditimbulkan mulai dari gagal panen, yang mengakibatkan kelangkaan bahan pangan yang berimbas pada kelaparan dan juga material dan perubahan iklim menimbulkan wabah penyakit diberbagai penjuru dunia. Pada masa - masa inilah manusia menjadi pihak yang paling ditekan dan dikeadaan yang serba kekurangan dan terbatas manusia dituntut untuk selalu berkembang dan melakukan sesuatu untuk akhirnya dapat melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Dengan adanya kemunculan cikal bakal sepeda menjadi contoh bahwa terkadang manusia diberikan keterbatasan untuk melompat lebih jauh dan belajar lebih dalam mengenai sebuah makna dalam kehidupan. Selain itu, jika kita berkaca pada kejadian ini akankah peradapan manusia yang sekarang siap untuk menghadapi potensi bencana sebesar ini dengan jumlah manusia yang lebih banyak, lahan pertanian yang sedikit, pasokan bahan makanan yang bergantung pada negara lain, ketersediaan tenaga atau fasilitas medis yang masih sangat minim. Jika kita bahas lebih jauh Indonesia dengan jumlah ratusan gunung berapi aktif apakah memiliki strategi untuk menciptakan ketahanan nasional untuk menghadapi semua resiko dalam skenario kejadian terburuk atau tidak. Hal ini yang harus dilakukan dipelajari dengan baik oleh semua lapisan masyarakat dan terutama pemerintah dalam menghadapi sebuah bencana. Perlu untuk meningkatkan mitigasi bencana mulai dari menyiapkan anggaran, teknologi, dan SDM yang mumpuni di Indonesia. Referensi
Aka Kurnia S F, M. S. (2020). TAMBORA SEBUAH PERJALANAN VISUAL VOL. 4 NO.
1. JURNAL TAMBORA , 69-78. Indonesia, C. (2021, Oktober 23). Kisah Gunung Tambora dan Tahun Tanpa Musim Panas. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/gaya- hidup/20211023174016-269-711392/kisah-gunung-tambora-dan-tahun-tanpa-musim- panas KompasTV. (2013, September 30). Tambora, Letusan Dahsyat dari Indonesia - Ekspedisi Cincin Api. Retrieved from Kompas TV: https://www.youtube.com/watch?v=YFDx8s6RT-M