Anda di halaman 1dari 6

Ahmad Bagus Reza Zuliansah

104119043
AKKI-CV-7

Letusan Besar Tambora yang Mengguncang Dunia


1. Ulasan dari Video dan ditambah dari
a. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang spesial secara geografis karena dihimpit oleh tiga
lempeng dunia yaitu lempeng samudra Hindia Australia (arah utara), lempeng benua
Asia Eropa (arah tenggara), dan lempeng samudra pasifik (arah barat). Dengan adanya
pergerakan dari ketiga lempeng bumi mengakibatkan terciptanya gunung berapi yang
jumlahnya mencapai 127 gunung aktif di Indonesia dan mengakibatkan Indonesia
berada di dalam daerah cincin api. Tambora terbentuk karena adanya proses subduksi
dibawah zona pegunungan ini berada.
Dengan keadaan Indonesia seperti ini,tidak mengejutkan jika letusan gunung
terdasyat di dunia terjadi di Indonesia dan mengakibatkan dampak yang bisa dirasakan
secara global. Contoh dari letusannya adalah letusan gunung Toba dengan nilai
Volcanic Eruption Index (VEI) mencapai 8, Gunung Krakatau dengan VEI yaitu 6,
kemudian untuk VEI gunung Tambora mencapai 7. Untuk gambaran seberapa kuat dari
letusan yang dihasilkan adalah untuk nilai VEI 6 setara dengan 30.000 kali kekuatan
dari bom atom Hiroshima.
b. Pengertian dan Definisi Tambora
Lokasi Gunung Tambora
Berada di Pulau Sumbawa di provinsi Nusa Tenggara Barat dengan dua wilayah
kabupaten yaitu Kabupaten Dompu di sisi kiri sampai barat laut sebagian dari kaki
Tambora, dan Kabupaten Bima di sisi selatan hingga barat laut dan sisi timur hingga
utara dari kaki hingga puncak timur sampai utara Tambora. Untuk Letak dari
Koordinatnya berada di 8°15’08,9″ LS dan 117° 59’41,4″BT. Gunung Tambora
merupakan Gunung api stratovolcano dengan bentuk perisai yang dibentuk dari lava
dan abu vulkanik yang telah mengeras. (Indonesia, 2021)

Gambar 1 Lokasi Gunung Tambora


(sumber: https://www.google.com/maps)

Gambar 2 Gunung Tambora


(sumber: NASA Earth Obesrvatory)

c. Letusan Terbesar Tahun 1815


Letusan tambora diawali di tahun 1812 dengan adanya aktivitas yang mulai terlihat
dengan adanya kaldera gunung Tambora yang mulai bergemuruh dan mengeluarkan
awan hitam. Gunung tambora sendiri pernah meletus sebanyak tiga kali sebelum tahun
1815, namun tidak diketahui sebesar besar dan kuatnya letusan-letusan tersebut.
Letusan terbesar dari Gunung Tambora ini terjadi pada April 1815 tepatnya pada
rentang tanggal 5-17 April yang mengakibatkan dua kerajaan di kaki gunung terkubur
yaitu Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat. Kemudian juga menghancurkan dan
mengubur sebagian dari Kerajaan Sanggar, Bima, Dompu, dan Kerajaan Sumbawa.
Letusan ini merupakan letusan yang terbesar dari sejarah kita sebagai manusia moder.
Dengan kekuatan ledakan mencapai 7 VEI (volcanic Explositivity Index) yang artinya
letusan Tambora ini lebih besar 4 kali lipat dibandingkan dengan Krakatau atau setara
dengan meledakkan 170.000 unit bom atom (Aka Kurnia S F, 2020).
Tambora saat meletus kehilangan tingginya sebesar sepertiga tinggi awalnya.
Sehingga ketinggian yang sekarang adalah sisa dari letusan tersebut dan hanya
menyisakan ketinggian 2.851 meter dpl dari yang semula mencapai 4.300 meter dpl.
Dan dari adanya ledakan yang dasyat ini menyebabkan terbentuknya kaldera karena
adanya kekosongan tanah dibawahnya dengan diameter kawah mencapai 6 km dengan
luasan kaldera sekitar 60 lapangan sepakbola dan kedalaman mencapai 600-700 m. Di
dalam kaldera ini terdapat gunung-gunung baru yang aktif dengan kawah gunung yaitu
Tahe, Molo, Kubah, Doro Api Toi, Kaadiendinae yang dihasilkan dari arus lava basal
(Aka Kurnia S F, 2020).
Letusan tambora terdengar hingga jarak 2.600 km dan sisa erupsinya jatuh hingga
jarak 1.300 km. Memberikan dampak menutupi bumi dengan adanya arus piroklastik
yang menyebar 20 km dari puncak tambora. Menurut penelitian untuk material yang
dikeluarkan kira-kira mencapai 100 km3 piroklastik trakiandesit dengan massa
mencapai 1.4 x 1014 kg. selain itu juga mengeluarkan awan panas, lava, dan abu
vulkanik.
d. Penelitian yang Dilakukan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog bertujuan untuk melakukan
pembuktian mengenai kebudayaan yang hilang dengan melakukan penggalian di
beberapa tempat yang disinyalir menjadi pusat kota dari beberapa kerajaan yang
tertimbun oleh batu apung vulkanik dan debu. Dan ditemukan beberapa bukti dengan
letak situs 25 km dari barat kaldera di dalam hutan dan 5 km dari pantai ditemukan fosil
dari rumah kayu yang terkubur lengkap dengan perabotan berupa mangkuk perunggu,
alat besi dan artifak lainnya. Selain itu juga ditemukan fosil manusia sebanyak 2 fosil
orang dewasa. Dengan hasil penelitian ini didapatkan hasil yang menarik dengan artifak
yang ditemukan berasal dari perunggu tim peneliti beranggapan bahwa masyarakat di
desa yang terkubur ini cukup sejahtera. Dan memang dari zaman dahulu Sumbawa
terkenal akan hasil buminya berupa madu, kuda, cendana, dan kayu sepang sebagai
komoditi unggulan mereka.
Dengan hal ini bisa saja disinyalir bahwa memang benar adanya kerajaan Tambora
yang terkubur dan hilang. Untuk saat ini peneliti masih meneliti dimana letak dari pusat
kerajaan Tambora dengan mengkaji dari catatan-catatan kerajaan lain di Sumbawa dan
sekitarnya seperti Kerajaan Bima, selain itu peneliti juga memiliki sinopsi atau dugaan
awal yaitu dibawah bangunan belanda adalah pusat dari kerajaan tambora yang terkubur
karena hal ini terjadi di Bali yaitu Belanda mendirikan basis mereka diatas Puri kerajaan
Bali yang hilang dan terkubur. Peneliti melakukan penggalian sekitar 2-3 m dengan
memilih daerah yang cukup dangkal timbunannya karena ada yang tertimbun hingga 5
sampai 8 meter diketahui dari alat pendeteksi yang dipakai oleh para peneliti.
e. Dampak Negatif dari Letusan
Dampak dari meletusnya gunung ini berdampak secara global bahkan bisa dikatakan
mengubah iklim dunia kala itu. Pada saat meletus letusan dari Tambora mencapai
stratosfer dengan dimensi penyebaran hingga satu juta km2 sehingga membuat payung
aerosol yang mengakibatkan bumi terhalang oleh sinar matahari. Dengan adanya
kejadian ini membuat negara-negara eropa merakan musim dingin yang jauh lebih lama
dikarenakan letusan yang mengeluarkan asap mencapai 43 km menjulang ke angkasa
kemudain partikel abu tersebut didorong oleh angin hingga mengelilingi eropa yang
partikelnya bertahan hingga 3 tahun pada ketinggian 10-30 km. Dengan adanya
kejadian ini membuat lahan pertanian dan perkebunan diselimuti salju berkepanjangan
dan hujan badai sering terjadi yang menyebabkan gagal panen berkepanjangan karena
adanya penurunan suhu dari suhu normal sebanyak 0.4-0.7oC. Kejadian ini mulai
dirasakan setahun setelah gunung Tambora meletus yaitu tahun 1816. Hasil dari gagal
panen ini berdampak buruk bagi masyarakat banyak yang mengalami kelaparan dan
wabah penyakit selama kurang lebih 3 tahun berturut-turut.
Negara eropa benar benar merasakan dampaknya, salah satu contoh yang
menyebutkan seberapa mengerikan letusan ini dapat digambarkan dari beberapa negara
eropa dalam membuat sebutan untuk tahun-tahun kelam ini. Seperti di England
menyebut tahun tanpa musim panas, di Jerman menyebut tahun pengemis, dan di swiss
sebagai tahun dengan krisis sosial terburuk. Banyak masyarakat swiss melakukan hal
ekstrem untuk bertahan hidup mulai dari memakan daging anjing dan daging kuda
bahkan membunuh anaknya sendiri agar anaknya tidak merasakan kelaparan dan sakit
akibat wabah penyakit yang terjadi. Di England juga terjadi kerusuhan yang ekstrem
dengan para buruh bersenjata melakukan pengancaman “roti atau darah”. Di masa ini
juga menjadikan Era migrasi besar masyarakat eropa berpindah ke Amerika (Aka
Kurnia S F, 2020).
Menurut Heinrich Zollinger jumlah keseluruhan untuk korban dari letusan Tambora
ini mencapai 84.000 jiwa dengan detail 10.000 jiwa meninggal karena letusan, 38.000
jiwa akibat kelaparan, dan 36.000 jiwa akibat wabah penyakit dengan sebaran di
Sumbawa dan Lombok. Gunung tambora mengeluarkan sekitar 120 ton belerang
dioksida dengan ketinggian mencapai empat kilometer ke angkasa. Dari gas vulkanik
ini memberikan efek dingin berkebalikan dengan efek dari karbon dioksida pada gas
rumah kaca. Yang prinsip dari kerja belerang dioksida adalah berubah menjadi aerosol
asam sulfat halus yang dapat memantulkan cahaya matahari kembali ke langit sehingga
menyebabkan efek lebih dingin. Abu vulkanik memberikan dampak yang luar biasa
yaitu dengan mengkontaminasi air dan tumbuhan yang biasa dimakan oleh masyakat
sehingga menyebabkan warga terkena penyakit menurut Sir Stamford Raflles banyak
masyarakat yang terkena diare (Aka Kurnia S F, 2020). Sebagian besar masyarakat
lombok dan Sumbawa memilih untuk mengungsi ke Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan
untuk mendapatkan makanan yang lebih layak dan menghindari kelaparan yang parah.
Batu apung dan abu juga sampai jatuh ke sumatera selatan dan kalimantan dengan jarak
yang cukup jauh mencapai 1.300 km (Indonesia, 2021).
Bahaya selanjutnya dari letusan gunung Tambora ini adalah terjadinya Tsunami
yang terjadi di beberapa pulau di Indonesia seperti di Sanggar ketinggiannya di atas 4
m kemudian di Besuki, Jawa timur yang mencapai 1-2 m dan setinggi 2 m terjadi di
Maluku. Bukti lain adalah adanya danau air asin di pulau Satoda yang diperkiraan
tsunami yang terjadi mencapai tinggi 10 m. Tsunami ini terjadi karena adanya material
jatuh ke laut dengan jumlah kubikasi yang besar mengingat dua pertiga bagian gunung
sudah hancur akibat dari adanya erupsi. Untuk lava sendiri mengakibatkan terbakarnya
hutan yang ada dikaki gunung dari tambora dan dibuktikan dengan sebagian daerah di
gunung tambora yang memiliki jenis tumbuhan dan ditemukannya banyak padang
savana menjadi dasar bahwa daerah tersebutlah yang terkena imbas dari lava tersebut.
f. Dampak Positifnya dari Letusan
Dalam suatu musibah yang terjadi pastinya ada sisi positif yang dapat diambil.
Semuanya akibat dari manusia yang serba terbatas dan tertekan selama masa-masa sulit
menyebabkan manusia harus terus berinovasi agar dapat bertahan hidup. Lalu dampak
positif akibat dari letusan dari Tambora melahirkan karya seni, Ilmu pengetahuan baru,
teknologi baru, menyebabkan suburnya tanah di sekitar daerah Tambora dan lain
sebagainya. Kemudian di daerah gunung tambora juga menjadi hutan lindung yang
dijadikan rumah untuk berbagai jenis flora dan fauna (Aka Kurnia S F, 2020).
Letusan Tambora menyebabkan tanah subur, hingga pada 7 September 1893 Sultan
Abdullah Raja dari Kerajaan Sanggar membuat pengolahan kopi di Tambora dengan
kerjasama dan perjanjian dengan D. Nelles atau Kerajaan Belanda. Luasan dari
perkebunan dan pabrik kopi luasannya mencapai 56.000 hektar. Di sisi teknologi
munculnya cikal bakal sepeda dengan latar belakang adalah kebutuhan transportasi
untuk manusia berpindah namun kedinginan yang melanda mengakibatkan kelaparan
dan kematian kuda dan sapi yang dijadikan alat transportasi kala itu direntang tahun
1816-1819. Cikal bakal sepeda ini diciptakan oleh orang jerman Karl Friedrich
Christian Ludwig Freiherr Drais Von Sauerbronn menciptakan Velocipede sebagai alat
transportasi alternatif sebagai awal dari sepeda (Aka Kurnia S F, 2020).
2. Opini Pribadi Penulis
Dalam opini pribadi meranggapan bahwa meletusnya gunung Tambora ini
merupakan letusan yang besar dengan efek yang memberikan perubahan secara global
dengan kegelapan yang ditimbulkan yang mengakibatkan musim dingin. Efek dari
meletusnya gunung ini menjadi mimpi buruk untuk masyarakat Indonesia bahkan dunia
dengan dampak yang ditimbulkan mulai dari gagal panen, yang mengakibatkan
kelangkaan bahan pangan yang berimbas pada kelaparan dan juga material dan
perubahan iklim menimbulkan wabah penyakit diberbagai penjuru dunia. Pada masa -
masa inilah manusia menjadi pihak yang paling ditekan dan dikeadaan yang serba
kekurangan dan terbatas manusia dituntut untuk selalu berkembang dan melakukan
sesuatu untuk akhirnya dapat melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Dengan adanya
kemunculan cikal bakal sepeda menjadi contoh bahwa terkadang manusia diberikan
keterbatasan untuk melompat lebih jauh dan belajar lebih dalam mengenai sebuah
makna dalam kehidupan. Selain itu, jika kita berkaca pada kejadian ini akankah
peradapan manusia yang sekarang siap untuk menghadapi potensi bencana sebesar ini
dengan jumlah manusia yang lebih banyak, lahan pertanian yang sedikit, pasokan bahan
makanan yang bergantung pada negara lain, ketersediaan tenaga atau fasilitas medis
yang masih sangat minim. Jika kita bahas lebih jauh Indonesia dengan jumlah ratusan
gunung berapi aktif apakah memiliki strategi untuk menciptakan ketahanan nasional
untuk menghadapi semua resiko dalam skenario kejadian terburuk atau tidak. Hal ini
yang harus dilakukan dipelajari dengan baik oleh semua lapisan masyarakat dan
terutama pemerintah dalam menghadapi sebuah bencana. Perlu untuk meningkatkan
mitigasi bencana mulai dari menyiapkan anggaran, teknologi, dan SDM yang mumpuni
di Indonesia.
Referensi

Aka Kurnia S F, M. S. (2020). TAMBORA SEBUAH PERJALANAN VISUAL VOL. 4 NO.


1. JURNAL TAMBORA , 69-78.
Indonesia, C. (2021, Oktober 23). Kisah Gunung Tambora dan Tahun Tanpa Musim Panas.
Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20211023174016-269-711392/kisah-gunung-tambora-dan-tahun-tanpa-musim-
panas
KompasTV. (2013, September 30). Tambora, Letusan Dahsyat dari Indonesia - Ekspedisi
Cincin Api. Retrieved from Kompas TV:
https://www.youtube.com/watch?v=YFDx8s6RT-M

Anda mungkin juga menyukai