Anda di halaman 1dari 10

I.

5 LEDAKAN TERBESAR SEPANJANG PERADABAN


Skala ledakan vulkanis dikemukakan oleh Chris Newhall dari U.S. Geological Survey

dan Steve Self dari Universitas Hawaii tahun 1982 untuk menyediakan pengukuran relatif

dari besarnya letusan gunung berapi. Pengukuran relatif ini juga sering disebut sebagai

"Skala Richter" yang juga merupakan satuan untuk menghitung seberapa besar getaran yang

akan dihasilkan dari letusan gunung berapi.

Volume
Klasifikasi Deskripsi Plume
Keluar

Contoh Gunung

< 104 m3 Hawaiian Effusive < 100 m


0
Kīlauea, Piton de la Fournaise, Erebus

> 104 m3 Hawaiian / Strombolian Gentle 100 m – 1 km


1
Nyiragongo (2002), Raoul Island (2006), Stromboli

> 106 m3 Strombolian/Vulcanian Explosive 1–5 km


2
Unzen (1792), Cumbre Vieja (1949), Galeras (1993), Sinabung (2010)

> 107 m3 Vulcanian /Sub-Plinian Catastrophic 3–15 km


3
Lassen Peak (1915), Soufrière Hills (1995), Nabro (2011)

> 0.1 km3 Plinian/Sub-Plinian Cataclysmic >10 km (sub-Plinian)


4
Laki (1783), Mayon (1814), Pelée (1902), Galunggung (1982), Calbuco (2015)

> 1 km3 Plinian Paroxysmic > 10 km (Plinian)


5
Vesuvius (79), Fuji (1707), Mount Tarawera (1886), St. Helens (1980)

> 10 km3 Plinian/Ultra-Plinian Colossal > 20 km


6
Huaynaputina (1600), Krakatoa (1883), Pinatubo (1991), Santa Maria (1902)

> 100 km3 Ultra-Plinian Super-colossal > 20 km


7
Thera (c. 1620 BC), Taupo (180), Baekdu (946), Tambora (1815)

> 1000 km3 Ultra-Plinian Mega-colossal > 20 km


8
Yellowstone (630,000 BC), Toba (74,000 BC), Taupo (25,360 BC)
A. GUNUNG TOBA, INDONESIA

Danau Toba yang terletak

di Provinsi Sumatera

Utara, Indonesia ini

dulunya adalah sebuah

gunung Supervolcanic

pada level 8, tertinggi

diantara jenis letusan

gunung berapi. Letusan ini

adalah letusan yang

terakhir dari serangkaian

tiga letusan pembentukan

kaldera Gunung Toba


Gambar Danau Toba sebagai Kaldera Gunung Toba sekitar 700.000 dan

840.000 tahun lalu. Letusan ketiganya merupakan erupsi terbesar gunung tersebut

menyisakan populasi dunia sebesar 5.000 - 1.000 jiwa.

Tercatat letusan terakhir ini memiliki Explosivity Index diperkirakan tertinggi sehingga

dijuluki sebagai letusan “Mega-Kolosal”. Ini adalah letusan gunung berapi terbesar dalam 25

juta tahun terakhir. Hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang sangat

besar. Ledakan dahsyat Gunung Toba menyebabkan tsunami dengan gelombang besar serta

mengeluarkan 2.800 km3 abu vulkanik yang menyebar ke seluruh atmosfer bumi. Sehingga

menyebabkan kegelapan selama 6 tahun dan suhu beku sedikitnya 1.000 tahun serta di ikuti

cuaca dingin ribuan tahun.


B. CREEK LAVA, AMERIKA SERIKAT
Sekarang gunung ini bernama Creek Lava. Letusannya terjadi pada 640.000 tahun lalu.

Dalam letusan itu, gunung memuntahkan sekitar 240 kilometer batu dan debu ke langit.

Letusan disebut dalam skala supervolcane. Sekarang Creek Lava telah luluh lantak. Yang

menakutkan ternyata gunung ini masih aktif.


Yellowstone adalah sebuah gunung api dan bukan cuma gunung api biasa. Taman
nasional tertua dan paling terkenal di Amerika Serikat itu tepat berada di puncak salah satu
gunung api terbesar di Bumi. Ukuran utama kaldera sekitar 34 dari 45 mil (55 km dari 72).
Kaldera yang terbentuk selama terakhir dari tiga supererupsi selama 2,1 juta tahun terakhir.
Gunung api Yellowstone masih ada. Sampai taraf tertentu yang belum pasti, gunung api itu
masih sangat aktif.

Taman Nasional Yellowstone di negara bagian Wyoming, Montana, dan Idaho, Amerika

Serikat berada tepat di bawah puncak salah satu gunung api terbesar di dunia, Yellowstone.

Sebuah supervulkano atau gunung api super.

Selama 18 juta tahun terakhir atau lebih, hotspot ini telah menghasilkan serangkaian

letusan yang dahsyat dan banjir kurang kekerasan dari lava basaltik. Bersama letusan ini

telah membantu menciptakan bagian timur Dataran Sungai Ular dari daerah sekali-

pegunungan. Setidaknya selusin dari letusan ini adalah begitu besar bahwa mereka

diklasifikasikan sebagai supererupsi. Letusan gunung berapi kadang mengosongkan dapur

magma mereka begitu cepat dan menyebabkan tanah di atasnya runtuh ke dalam dapur

magma yang telah dikosongkan, membentuk depresi geografis yang disebut kaldera.

Letusan gunung berapi, serta aktivitas panas bumi yang berkelanjutan, adalah hasil dari

sebuah teluk besar magma yang terletak di bawah permukaan kaldera. Magma di Teluk ini

mengandung gas yang terus terlarut hanya oleh tekanan besar oleh magma di bawah. Jika

tekanan dilepaskan ke tingkat yang memadai oleh beberapa pergeseran geologi, maka

beberapa gas gelembung dan menyebabkan magma untuk menjadi luas. Hal ini dapat

menyebabkan reaksi pelarian. Jika ekspansi menghasilkan bantuan lebih lanjut dari tekanan,

misalnya, dengan meniup bahan kerak dari atas ruangan, hasilnya adalah ledakan gas yang

sangat besar.
Menurut analisis data gempa tahun 2013, ruang magma adalah sepanjang 80 km (50 mi)

dan lebar 20 km (12 mi), dan berbentuk seperti 4.000 km3 (960 cu mi) massa bawah tanah,

yang 6-8% penuh dengan batuan cair.

Gambar Skema Letak Kaldera Yellowstone hasil ledakan Creek Lava


C. GUNUNG TAMBORA , INDONESIA
Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di

pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu

(sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan

hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara

Barat, tepatnya pada 8°15' LS dan 118° BT. Gunung ini terletak baik di sisi utara dan selatan

kerak oseanik. Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan

ketinggian Tambora sampai 4.300 m yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu

puncak tertinggi di Nusantara dan memerlukan waktu seabad untuk mengisi dapur

magmanya.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815

ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi

letusan terbesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar

hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km). Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi,

Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari

71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari

letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh,

tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih dari

itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia karena mengeluarkan sulfur ke

stratosfer, sehingga menyebabkan penyimpangan iklim global. Satu tahun berikutnya (1816)

sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca

Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Dampak

dari letusan gunung ini menyebabkan penyakit, kelaparan, serta tsunami yang menyebabkan

puluhan ribu orang tewas. Ledakan gunung ini merupakan salah satu ledakan terbesar yang

pernah dicatat dalam sejarah. Bahkan panas dari ledakan tersebut sampai melubangi

atmosfer dan mengubah iklim yang ada di dunia.

Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di

Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19. Zollinger

(1855) memperkirakan 10.000 orang meninggal karena aliran piroklastik. Petroeschevsky


(1949) memperkirakan sekitar 48.000 dan 44.000 orang terbunuh di Sumbawa dan Lombok.

Akibat letusan tahun 1815, Gunung Tambora membentuk kaldera kering terbesar di

Indonesia dan ketinggiannya berkurang dari sekitar 4.000 meter menjadi 2.850 meter

hingga sekarang.

Gambar Kaldera Tambora hasil ledakan besar Gunung Tambora


D. GUNUNG THERA, YUNANI
Letusan Thera terjadi 3600 tahun lalu. Karena dahsyatnya letusannya, gunungnya tak

berbekas. Gunung yang teletak di Yunani dan jadi gunung yang banyak dijadikan tujuan

wisata. Ledakan Thera masuk dalam level 7 yaitu level Ultra-Plinian. Menurut Volcanic

Explosivity Index Smithsonian Institution, dengan Volume Explosive Index (VEI) 6 sampai 7

diklasifikasikan sebagai Ultra Plinian yang didefinisikan oleh bulu abu lebih dari 25 km tinggi

dan volume bahan meletus 10 km3 untuk 1.000 km3.

Tidak ada catatan pasti mengenai ledakan Thera. Sejumlah referensi dari Yunani

menyebutkan Letusan Minoa di Thera, juga disebut letusan Thera atau letusan Santorini,

adalah letusan gunung berapi yang diperkirakan terjadi pada pertengahan milenium kedua

SM. Letusan ini merupakan salah satu peristiwa gunung berapi terbesar di Bumi. Letusan ini

menghancurkan pulau Thera, termasuk peradaban Minoa dan Akrotiri dan juga komunitas

dan wilayah agrikultur disekitar pulau dan pantai Kreta. Letusan ini merupakan salah satu

penyebab runtuhnya peradaban Minoa.

Gambar Pulau
Santorini hasil
ledakan besar
Gunung Thera
Gambar 7.4b Reruntuhan Minoa karena ledakan besar Gunung Thera

Gambar Satellite image of


Thera, November 21, 2000
E. GUNUNG PINATUBO, FILIPINA
Pinatubo adalah gunung stratovolcano aktif di Pulau Luzon, Filipina yang meledak

dahsyat pada 1991. Ledakan itu dikatakan sebagai ledakan terbesar sepanjang abad 20.

Ledakan Pinatubo dimasukkan dalam ledakan level 6. Berkat kesigapan pemerintah

setempat, ribuan nyawa berhasil diselamatkan dari ledakan dahsyat itu. Selanjutnya, gempa-

gempa kecil terjadi hingga ribuan kali terutama di sepanjang April dan Mei 1991. Selain itu,

manifestasi panas bumi berupa steam vent dan gas sulfur muncul secara tiba-tiba di

permukaan wilayah sekitar Pinatubo. Akibat aktivitas efusif awal selama lima hari, terbentuk

kubah lava diameter sekitar 200 meter dan ketinggian sekitar 40 meter. Dengan semua

tanda-tanda aktivitas prekursor di atas, dapat dipastikan sebuah letusan hebat akan terjadi.

Atas dasar itu, Institut Vulkanologi dan Ilmu Gempa Bumi Filipina dibantu oleh United States

Geological Survey (USGS) mulai melakukan peringatan kepada warga yang tempat tinggal

mereka diduga termasuk daerah berpotensi rawan. Tiga zona evakuasi ditetapkan. Zona

pertama mencakup daerah di radius 10 km dari puncak gunung. Zona kedua di radius 10-20

km dan zona ketiga di radius 20-40 km. Sekitar 40.000 penduduk bertempat tinggal di zona

pertama dan kedua, serta sekitar 331.000 penduduk pada zona tiga. Berbagai tahap

peringatan telah dilakukan baik melalui media massa, media elektronik, maupun secara

langsung kepada penduduk pada zona-zona yang telah disebutkan di atas.

Walaupun telah dilakukan berbagai peringatan, banyak juga penduduk yang tinggal di

lereng gunung, baru meninggalkan desa mereka setelah ledakan pertama terjadi pada Juni.

Gunung Pinatubo meletus eksplosif dengan kepulan asap setinggi 35 kilometer. Abu-abu

vulkanik yang dilepaskan dalam jumlah besar terbawa angin musim hingga mencapai Laut

Cina Selatan dan Samudera Hindia. Bahkan beberapa bulan kemudian keberadaannya

sempat terdeteksi di Benua Amerika. Kejadian ini berakibat pada kondisi iklim dunia pada

1991-1992. Temperatur udara bumi rata-rata tercatat turun 0,7 derajat Fahrenheit atau

sekitar 0,4 Celcius. Di sekitar wilayah Pinatubo, debu vulkanik itu turun dan menutupi

permukaan sampai ketinggian 200 meter dan menenggelamkan permukiman penduduk,

vegetasi, hewan-hewan ternak, dan jalur transportasi darat.


Gambar Poto Erupsi Gunung Pinatubo Mei 1991

Anda mungkin juga menyukai