1. Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu cara dimana individu saling berkomunikasi untuk
mengatur hubungan mereka dalam bisnis dan kehidupan sehari – harinya. Proses
untuk memenuhi kebutuhan kita ketika ada pihak yang menguasai keinginan
kita.
2. Keputusan terhadap sengketa
Proses penyelesaian sengketa dimana satu pihak netral dan independen diberi
dan melaksanakan wewenag yang diperolehnya untuk mendengarkan masalah –
masalah yang diajukan oleh pihak yang bersengketa, kemudian memberikan
keputusan yang final dan mengikat. Usaha ini dapat dilakukan melalui beberapa
cara berikut:
a. Litigasi
b. Arbritase
c. Pengadilan administarsi, prosesnya melalui peraturan administrattif
berkaitan dengan sengketa, misalnya sewa menyewa, perumahan,
perburuhan, dan lain lain.
d. Keputusan ahli dimana pihak mengangkat seseorang ahli untuk meneliti
masalah yang mereka hadapi dan membutuhkan pendapat seorang ahli
khusus.
e. Keputusan pribadi, diaman pengadilan menyerahkan penyelesaian suatu
sengketa kepada dewan atau komisi yang dibentuk oleh para pihak untuk
memutuskan sebgaian atau keseluruhan masalah yang mereka hadapi.
3. Mediasai atau perdamaian
Mediasai merupakan suatu proses penyelesaiaj sengketa dimana para pihak
berselisih memanfaatkan bantuan pihak ketiga yang independen untuk bertindak
sebagai moderator ( penengah ), tetapi tidak diberi wewenang untuk mengambil
keputusan yang mengikat.
Perdamaian merupakan istilah yang terkadang dipakai secara bergantian dengan
mediasi, dan terkadang dipakai untuk membedakan salah satu proses (sering kali
mediasi) yang melibatkan peran mediator yang aktif. Sementara itu, pendamaian
melibatkan sistem mediasi yang membantu walaupun perbedaan didalam
praktiknya tidak tampak secara nyata.
4. Proses silang merupakan kombinasi dari unsur – unsur yang ada dalam litigasi,
arbritase, dan mediasi dimana pihak – pihak yang bersengketa menyampaikan
prosedur penyelesaian yang akan ditempuh.
a. Siding kecil (mini trial), merupakan bentuk mdiasi evaluasi dan arbritase
singkat yang tidak mengikat, diikuti dengan negosiasi atau mediasi
b. Med – arb ( mediaton arbritation) dimulai dengan mdiasi. Jika tidak
menghasilkan penyelesaian dilanjutkan dnegan abritase yang putusannya
final dan mengikat
c. Pencarian fakta independen dan melibatkan ivestigasi oleh ahli netra tentang
masalah fakta khusus, teknis, dan hokum, dan setelah itu dapat diterukan ke
pengadilan atau abritase jika perlu dilakukan mediasi dan jika lebih
diperlukan lagi
d. Evaluasi netral secara dini, yang menugaskan penilaian independen (“expert
determination” – “expert appraisal”) untuk menemui para pihak dalam
suatu sengketa pada tahap awal dan melakukan penilaian tertutup
dengantujuan membantu mereka mempersempit dan mendefinisikan masalh
yang diarahkan pada usaha mencapai penyelesaian.
e. Abritase melalui pengadilan, yang mengharuskan dilakukan menurut hokum
yang berlaku di pengadilan, tergantung dari tata cara yang diarahkan oleh
pengadilan.
UU 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
mengatur tentang penyelesaian sengketa atau beda pendapat antar para pihak dalam
suatu hubungan hukum tertentu yang telah mengadakan perjanjian arbitrase yang secara
tegas menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau yang
mungkin timbul dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase
atau melalui alternatif penyelesaian sengketa. UU 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa didalamnya mengatur:
1. alternatif penyelesaian sengketa melalui cara musyawarah para pihak yang
bersengketa;
2. khtisar khusus dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk arbitrase dan syarat
pengangkatan arbiter serta mengatur mengenai hak ingkar dari para pihak yang
bersengketa;
3. tata cara untuk beracara di hadapan majelis arbitrase dan dimungkinkannya
arbiter dapat mengambil putusan provisionil atau putusan sela lainnya termasuk
menetapkan sita jaminan, memerintahkan penitipan barang, atau menjual barang
yang sudah rusak serta mendengarkan keterangan saksi dan saksi ahli;
4. syarat lain yang berlaku mengenai putusan arbitrase; pengaturan pelaksanaan
putusan sekaligus dalam satu paket, agar Undang-undang ini dapat
dioperasionalkan sampai pelaksanaan putusan, baik yang menyangkut masalah
arbitrase nasional maupun internasional dan hal ini secara sistem hukum
dibenarkan;
5. pembatalan putusan arbitrase;
6. berakhirnya tugas arbiter;
7. biaya arbitrasi yang ditentukan oleh arbiter; dan
8. ketentuan peralihan terhadap sengketa yang sudah diajukan namun belum
diproses, sengketa yang sedang dalam proses atau yang sudah diputuskan dan
mempunyai kekuatan hukum tetap.