Makalah Arsitektur Tradisional Sumatra
Makalah Arsitektur Tradisional Sumatra
PENDAHULUAN
Rumah Bolon
memilik bentuk persegi
empat. Rumah Bolon
mempunyai model
seperti rumah
panggung. Rumah ini
memiliki tinggi dari tanah
sekitar 1,75 meter
dari tanah. Tingginya Gambar 1.2 Bentuk Rumah Adat Bolon
Atap
Badan Rumah
Badan rumah terletak dibagian tengah atau dalam mitologi
batak disebut dunia tengah, dunia tengah melambangkan tempat
aktivitas manusia seperti masak, tidur, bersenda gurau. Bagian
badan rumah dilengkapi hiasan berupa ipon ipon untuk menolak
bala.
Pondasi
• Pondasi rumah batak toba menggunakan jenis pondasi cincin,
dimana batu sebagai tumpuan dari kolom kayu yang berdiri
diatasnya.
• Tiang-tiang berdiameter 42 - 50 cm, berdiri diatas batu ojahan
struktur yang fleksibel, sehingga tahan terhadap gempa
Dinding
• Dinding pada rumah batak toba miring, agar angin mudah
masuk
• Tali-tali pengikat dinding yang miring disebut tali ret-ret, terbuat
dari ijuk atau rotan. Tali pengikat ini membentuk pola seperti
cicak yang mempunyai 2 kepala saling bertolak belakang,
maksudnya ialah cicak dikiaskan sebagai penjaga rumah, dan
2 kepala saling bertolak belakang melambangkan semua
penghuni rumah mempunyai peranan yang sama dan saling
menghormati.
Rumah Aceh dibuat tinggi di atas tanah dibangun dengan jumlah tiang-
tiang bulat besar yang beraturan. Rumah Aceh letaknya wajib memenuhi
syarat yang telah ditentukan, yaitu membujur dari Timur ke Barat dengan
arah utama kiblat (barat). Posisi demikian befungsi sebagai patokan untuk
para tamu yang datang, tanpa bertanya, sudah dapat meyakini arah kiblat.
Bahkan di wilayah tertentu, bukan hanya pengaturan posisi arah rumah saja
yang menghadap kiblat, hal yang berkaitan dengannya pun ditata dengan
maksud, yaitu pembangunan jalan, gang, semua tegak lurus menghadap
kiblat (Mirsa, Rinaldi, 2013; 18) Arsitektur Rumah Aceh merupakan hasil
karya cipta dari kearifan masyarakat Aceh dalam menyikapi alam dan
keyakinan (religius). Arsitektur rumah berbentuk panggung dengan
menggunakan kayu sebagai bahan dasarnya merupakan bentuk adaptasi
masyarakat Aceh terhadap kondisi lingkungannya. Struktur rumah tradisi
yang berbentuk panggung memberikan kenyamanan kepada penghuninya.
Atap
Penutup Atap
- Kayu adalah bahan utama dari rumah ini, Kayu digunakan untuk
membuat tiang penyangga rumah.
· Papan yang digunakan untuk membuat dinding dan lantai
rumah.
· Bambu atau yang biasa disebut trieng digunakan untuk
membuat alas lantai.
· Temor atau yang biasa disebut enau digunakan sebagai bahan
cadangan untuk membuat dinding dan lantai selain bambu.
· Tali Pengikat atau yang biasa disebut dengan taloe meu-ikat
digunakan untuk mengikat bahan-bahan bangunan.
· Tali pengikat ini terbuat dari bahan rotan, tali ijuk, atau kulit
pohon waru.
· Keenam Daun Rumbia atau yang biasa disebut dengan oen
meuria yang digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat
atap rumah.
· Daun Enau digunakan sebagai bahan cadangan untuk
membuat atap, apabila daun Rumbia tidak ada.
· Pelepah Rumbia atau biasa disebut dengan peuleupeuk meuria
adalah bahan dasar untuk membuat dinding rumah dan juga
lemari.
d) Ornamen
1) Rinyeuen (tangga)
e) Ciri Khas
Gambar 3.6 Garis Lengkung Landaian dan Punggungan yang Menyiratkan Alam
Minangkabau yang Berbukit
Struktur Lantai
Struktur Atap
d) Ornamen
e) Ciri Khas
Sebutan lain
adalah Rumah
Pencalang atau Rumah
Lancang. Nama Lontik
diberikan menurut
bentuk perabung
atapnya yang lentik ke
atas, sedangkan nama
Pencalang dan Lancang Gambar 4.1 Rumah Adat Riau
Tangga
Anak tangga dibuat 5 tingkat,
jumlah ini ada kaitannya
dengan ajaran Islam, yakni
Rukun Islam Lima.
Dinding
Dinding rumah Lontik bentuknya
khusus, yaitu sebelah luar seluruhnya
miring keluar, sedangkan dinding
dalam tegak lurus.
Jendela
Bentuk jendela ada dua macam, pertama
sama seperti pintu, sedangkan kedua
bentuknya memanjang.
Atap
Atap bentuknya melengkung ke atas pada
kedua ujung perabungnya. Kaki atap juga
d) Ornamen
Rumah adat ini dihiasi dengan corak dasar Melayu Riau yang umumnya
bersumber dari alam, yakni terdiri atas flora, fauna, dan benda-benda
angkasa.
e) Ciri Khas
Rumah tradisional limas sebagian besar terbuat dari kayu. Jenis kayu
yang digunakan dalam pembuatan rumah limas adalah jenis kayu
bermutu baik, misalnya: sebagai bahan tiang digunakan jenis
petanang, unglen besi dan tembesu; dan untuk lantai dan dinding
menggunakan kayu merawan.
Belah buluh. Belah buluh adalah bambu yang dibelah dua. Bahan ini
digunakan untuk membuat atap rumah.
Genteng. Selain belah buluh, genteng juga seringkali digunakan
sebagai atap.
d) Ornamen
Terdapat beberapa ciri khas dari rumah adat Limas ini yang
membedakan dengan rumah adat lainnya di Indonesia. Ciri khas tersebut
bukan hanya terletak pada segi bentuk bangunannya, namun juga dalam
nilai-nilai filosofis yang disimbolkan ke dalam aturan-aturan khusus.
1) Selasar. Selasar pada umumnya ada tiga macam, yaitu Selasar Luar,
Selasar Jatuh, dan Selasar Dalam. Selasar yang berada di depan
Rumah Induk disebut Selasar Luar. Jika lantai Selasar Luar lebih
1) Bagian Bawah. Bagian bawah rumah Belah Bubung terdiri dari tiang,
rasuk, bendul, gelegar, dan lantai.
2) Bagian Tengah. Pembangunan bagian tengah rumah ditandai dengan
pemasangan balok-balok jenang, santo kusen, dan kasau. (proses
d) Ornamen
Flora. Hiasan yang menstilisasi
tumbuh-tumbunan banyak
digunakan. Secara umum,
penggunaan stilisasi tumbuh-
tumbuhan dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kelompok induk,
yaitu: kelompok kaluk pakis, kelompok bunga-bungaan, dan kelompok
pucuk rebung. Kelompok kaluk pakis memiliki dua motif utama, yaitu
motif daun-daunan dan motif akar-akaran. Hiasan berbentuk daun
meliputi motif daun susun, daun tunggal dan daun bersanggit.
Sedangkan hiasan berbentuk akar-akaran meliputi motif akar pakis,
akar rotan, dan akar tunjang.
Adapun bagian-bagian utama dari rumah adat Jambi Kajang Lako ini
sebagai berikut:
1. Pertama adalah bubungan atau atap. Bagian ini lazim juga dikenal
dengan nama Gajah Mabuk. Nama ini diambil dari pembuat rumah ini
yang konon katanya sedang dimabuk asmara namun tidak mendapat
restu. Bubungan atau atap ini kadang juga dikenal dengan nama Lipat
Kajang atau Potong Jerambah. Atap rumah ini biasanya dibuat dari
ijuk atau mengkuang. Ijuk ini dianyam dan selanjutnya dilipat menjadi
dua bagian.
2. Kasau Bentuk. Bagian ini merupakan atap rumah yang ada di ujung
paling atas. Kasau Bentuk ini ada di depan dan belakang rumah. Jika
diperhatikan, bentuknya miring. Adapun fungsinya unutk mencegah
air memasuki rumah di musim penghujan. Kasau Bentuk ini dibikin
dengan panjang 60 cm dan lebar yang mengikuti bubungan rumah.
3. Masinding. Bagian rumah yang satu ini berupa dinding. Umumnya
terbuat dari papan. Dinding ini dilengkapi dengan pintu. Uniknya,
2. Ruang gaho. Ruangan ini juga terletak di sebelah kiri bangunan tapi
dengan posisi memanjang. Ruang gaho berfungsi sebagai tempat
menyimpan barang, persediaan makanan, sekaligus dapur. Pada
ruangan ini kita dapat menemukan ukiran-ukiran motif ikan di
dindingnya.
5. Ruang balik menalam atau ruang dalam. Ruangan ini dibagi menjadi
beberapa kamar untuk ruang tidur anak gadis, ruang makan, dan
ruang tidur orang tua. Para tamu tidak diijinkan untuk memasuki
ruangan ini.
d) Ornamen
e) Ciri Khas/Tipologi
Rumah tinggal adat Jambi disebut Kajang Lako atau Rumah Lamo.
Bentuk bubungan Rumah Kajang Lako seperti perahu dengan ujung
bubungan bagian atas melengkung ke atas. Tipologi rumah Kajang Lako
berbentuk bangsal, empat persegi panjang dengan ukuran panjang 12 m
dan lebar 9 m. Bentuk empat persegi panjang tersebut dimaksudkan untuk
mempermudah penyusunan ruangan yang disesuaikan dengan fungsinya,
dan dipengaruhi pula oleh hukum Islam.
Sebagai suatu bangunan tempat tinggal, rumah Kajang Lako terdiri
dari beberapa bagian, yaitu bubungan/atap, kasau bentuk, dinding,
pintu/jendela, tiang, lantai, tebar layar, penteh, pelamban, dan tangga.
Tipologi
Rumah Panggung Kajang Leko adalah konsep arsitektur dari Marga
Bathin. Sampai sekarang orang Bathin masih mempertahankan adat
istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka, bahkan
peninggalan Kajang Leko masih bisa dinikmati keindahannya dan masih
dipergunakan hingga kini.
Rumah Adat Kep. Bangka Belitung Adat budaya masyarakat asli Provinsi
Bangka Belitung sendiri tak dapat dilepaskan dari budaya Melayu. Beragam
ikon budaya yang dimilikinya kental dengan ciri khas Melayu, termasuk
rumah adatnya yang bernama Rumah Panggung atau Rumah Panggong.
Di ruang utama kita tidak akan menemukan kursi dan meja. Saat ada
tamu datang, pemilik rumah akan menghamparkan tikar sebagai tempat
duduknya. Dibanding bagian lainnya, ruang utama adalah yang paling
luas. Melewati ruang utama, kita akan masuk ke bagian yang bernama
Loss. Loss adalah ruangan pemisah antara ruang utama dan ruang
belakang. Di bagian ini terdapat pintu-pintu yang mengarah ke kamar-
kamar penghuni rumah. Dan ruangan terakhir adalah dapur. Di ruangan
inilah aktivitas masak memasak dilakukan. Kita juga dapat menemukan
d) Ornamen
e) Ciri Khas/Tipologi
a) Latar Belakang/Filosofi
Nuwou Sesat yang menjadi nama rumah adat Lampung berasal dari 2
kata, yaitu Nuwou yang berarti rumah dan sesat yang berarti adat. Nuwou
Sesat sebetulnya memiliki fungsi utama sebagai balai atau tempat
pertemuan bagi seluruh warga kampung (purwatin).
Nuwou Sesat secara struktur hampir sama dengan rumah adat suku
asli Sumatera lainnya. Rumah adat Lampung ini berbentuk panggung
dengan bahan utama berupa kayu atau papan.
Struktur rumah panggung pada rumah Nuwou Sesat pada masa silam
ditujukan sebagai upaya untuk menghindari serangan binatang buas bagi
penghuninya. Seperti diketahui bahwa dahulu hutan-hutan di Lampung
memang mengandung kekayaan hayati yang tinggi, sehingga
memungkinkan berbagai jenis binatang buas tinggal berdampingan
dengan manusia. Selain itu, struktur panggung juga sengaja digunakan
sebagai desain rumah tahan gempa. Sebagaimana diketahui, beberapa
daerah di Lampung juga dikenal berada di lempeng perbatasan antar
benua sehingga sering mengalami bencana gempa.
Atap
Ujung bubungan atap Rumah Adat Lampung memusat ke titik tengah
bagian paling atas yang terbuat dari kayu bulat (disebut dengan
button). Di atas kayu bulat tersebut diletakkan satu kayu bulat lagi
yang berlapis tembaga kemudian di atasnya ada 2 tingkat dari
tembaga atau kuningan. Dan bagian paling atasnya diletakkan
perhiasan dari batu sesuai selera pemilik rumah.
Lantai
Nuwou Sesat berlantaikan bamboo atau bisa disebut khesi atau
papan yang berasal dari kayu klutum, bekhatteh dan belasa.
Dinding
Dinding rumah merupakan susunan papan-papan kayu yang
dipasang berjajar di setiap rangka rumah dalam posisi berdiri.
Bagian bagian dari bangunan ini disebut ijan geladak (tangga masuk
yang dilengkapi dengan atap), atap bangunan disebut Rurung Agung. Di
dalam bangunan ini terdapat anjungan (serambi yang digunakan untuk
pertemuan kecil, pusiban (ruang dalam tempat musyawarah resmi), ruang
tetabuhan (tempat menyimpan alat musik tradisional), dan ruang Gajah
Merem (tempat istirahat bagi para penyimbang).
d) Ornamen
e) Ciri Khas
Hal lain yang khas di rumah sesat ini adalah hiasan payung-payung
besar di atapnya (rurung agung), yang berwarna putih, kuning, dan merah,
yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi masyarakat tradisional
Lampung Pepadun. Secara fisik, Nowou Sesat berbentuk rumah
panggung bertiang, sebagian besar materialnya terbuat dari papan kayu.
Dahulu, rumah Nuwou Sesat beratap anyaman ilalang, seiring
perkembangan jaman, sekarang atap rumah adat ini sudah menggunakan
genting. Setiap motif khas memiliki makna sekaligus pesan bagi
masyarakat Ulun Lampung. Pesan untuk menjaga kehidupan
bermasyarakat dan sikap bergotongroyong sangat terlihat dalam setiap
sisi Rumah Adat Lampung.
a) Latar Belakang
1. Bubungan Lima
2. Bubungan Limas
3. Bubungan Haji
1. Berendo
Tempat menerima tamu
yang belum dikenal, atau tamu
yang hanya menyampaikan
suatu pesan (sebentar). Selain
itu juga dipergunakan
untuk relax pada pagi atau sore
hari. Bagi anak-anak, berendo
juga sering dipergunakan untuk bermain congkak, karet, dll.
2. Hall
Ruang untuk menerima tamu yang sudah dikenal baik, keluarga
dekat,atau orang yang disegani. Ruangan ini juga digunakan untuk
tempat cengkrama keluarga pada malam hari, ruangan belajar bagi
3. Bilik gedang
Bilik gedang atau bilik induk merupakan kamar tidur bagi kepala
keluarga(suami istri) serta anak-anak yang masih kecil.
4. Bilik gadis
Biasanya terdapat pada keluarga yang memiliki anak gadis,
merupaka nkamar bagi si anak gadis. Selain untuk tidur juga
digunakan untuk bersolak. Bilik gadis biasanya berdampingan dengan
bilik gedang, demi keamanan dan kemudahan pengawasan terhadap
anak gadis mereka.
5. Ruang tengah
Biasanya dikosongkan dari perabot rumah, dan di sudutnya
disediakan beberapa helai tikar bergulung karena fungsi utamanya
adalah untuk menerima tamu bagi ibu rumah tangga atau keluarga
dekat bagi si gadis.Di samping itu juga sering dipakai sebagai tempat
belajar mengaji. Bagikeluarga yang tidak memilki kamar bujang
tersendiri, kadang-kadang dipakai untuk tempat tidur anak bujang.
6. Ruang makan
Tempat makan keluarga. Pada rumah kecil biasanya tidak
terdapat ruang makan, mereka makan di ruang tengah. Bila ada tamu
bukan keluarga dekat, maka untuk mengajak tamu makan bersama
digunakan hal, bukandi ruang makan.
7. Garang
Tempat penyimpanan tempayan air atau gerigik atau tempat air
lainnya, juga dipakai untuk tempat mencuci piring dan mencuci kaki
sebelum masuk rumah atau dapur .
9. Berendo belakang
Serambi belakang, tempat istirahatbagi kaum wanita pada siang
atau sore hari.
d) Ornamen
e) Ciri Khas
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Brawijaya
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Bolon
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Gadang
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Krong_Bade#Bahan-bahan_bangunan
http://www.becaksiantar.com/2013/08/rumah-adat-batak-makna-dan-filosofi.html
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1919
http://budaya-indonesia.org/Rumah-Krong-Bade
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/2014/01/26/rumah-aceh-atau-
rumoh-aceh/
http://www.tradisikita.my.id/2015/10/rumah-adat-bangka-belitung.html