Anda di halaman 1dari 6

Gratifikasi adalah akar dari korupsi, jadi harus di tolak… stop gratifikasi

3) Permintaan informasi (inquiry) dapat dilakukan untuk menggali informasi dari berbagai pihak
yang berkompeten.

4) Evaluasi adalah cara untuk memperoleh suatu simpulan atau pandangan/penilaian dengan
mencari pola hubungan atau dengan menghubungkan atau merakit berbagai informasi yang
telah diperoleh.

5) Investigasi adalah suatu upaya untuk mengupas secara intensif suatu permasalahan melalui
penjabaran, penguraian, atau penelitian secara mendalam.

6) Verifikasi adalah pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian perhitungan,
kesahihan, pembukuan, pemilikan dan eksistensi suatu dokumen.

7) Cek adalah menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu, dengan teliti.

8) Uji atau test adalah penelitian secara mendalam terhadap hal‐hal yang esensial atau
penting.

9) Footing adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari atas ke bawah

(vertikal).

10) Cross Footing adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari kiri ke kanan

(horizontal).

11) Vouching adalah menelusuri suatu informasi/data dalam suatu dokumen dari pencatatan
menuju kepada adanya bukti pendukung (voucher); atau menelusur mengikuti
ketentuan/prosedur yang berlaku dari hasil menuju awal kegiatan.

12) Trasir atau telusur adalah teknik audit dengan menelusuri suatu bukti transaksi/kejadian

(voucher) menuju ke penyajian/informasi dalam suatu dokumen.

13) Scanning adalah penelaahan secara umum dan dilakukan dengan cepat tetapi teliti untuk

menemukan hal‐hal yang tidak lazim atas suatu informasi/data.

14) Rekonsiliasi adalah mencocokkan dua data yang terpisah, mengenai hal yang sama yang

dikerjakan oleh instansi/unit/bagian yang berbeda.

15) Konfirmasi adalah memperoleh bukti sebagai peyakin bagi auditor, dengan cara

mendapatkan/meminta informasi yang sah dari pihak yang relevan, umumnya pihak di

luar auditi.

16) Pembandingan dilakukan antara data dari satu unit kerja dengan data dari unit kerja yang

lain atau pembandingan dengan periode sebelumnya, untuk kemudian ditarik

kesimpulannya.

17) Inventarisasi atau opname adalah pemeriksaan fisik dengan menghitung fisik barang,

menilai kondisinya (rusak berat, rusak ringan, atau baik) dan membandingkannya dengan
saldo menurut buku (administrasi), kemudian mencari sebab‐sebab terjadinya perbedaan

apabila ada.

18) Inspeksi adalah meneliti secara langsung ke tempat kejadian, yang lazim pula disebut on

the spot inspection, yang dilakukan secara rinci dan teliti.

Konsep PKA disiapkan oleh ketua tim. Kemudian, pengendali teknis (PT) mereviu untuk
memberikan tambahan informasi dan arahan. Setelah itu, PKA direviu kembali oleh pengendali mutu
(PM) untuk disetujui. Setelah sebuah prosedur diselesaikan auditor menandai dalam PKA bahwa
pekerjaan telah dilaksanakan dan menuliskan nomor KKA. Supervisor (PT) dapat melakukan
reviu KKA dan memonitor program audit yang belum diselesaikan.

1. Perencanaan, terdiri dari :

a. Penetapan tujuan dan lingkup penugasan

b. Pemahaman auditi  

c. Identifikasi dan penilaian risiko

d. Identifikasi pengendalian kunci

e. Evaluasi pengendalian

f. Penyusunan rencana pengujian

g. Penyusunan program audit

h. Pengalokasian sumber daya

2. Pelaksanaan, terdiri dari :

a. Pengujian dan pengumpulan bukti

b. Evaluasi bukti dan pengambilan kesimpulan

c. Pengembangan temuan dan rekomendasi

3. Pelaporan, terdiri dari :

a. Penyampaian simpulan sementara

b. Penyusunan laporan

c. Distribusi laporan

d. Monitoring tindak lanjut

Kondisi menunjukkan realitas yang ada dari suatu pelaksanaan kegiatan yang menunjukkan adanya
kekurangan atau kelemahan.
Konsep kertas kerja yang baik harus mencerminkan:

1. Kegiatan audit mulai dari perencanaan, survai pendahuluan, evaluasi pengendalian


manajemen, pengujian substantif, sampai dengan pelaporan dan tindak lanjut hasil audit.
Hal ini dikarenakan semua kegiatan audit didokumentasikan dalam bentuk KKA.
2. Langkah‐langkah audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh
dan simpulan‐simpulan hasil audit. Langkah‐langkah kerja dalam PKA yang telah
dilaksanakan menghasilkan data beserta penarikan simpulan hasil audit didokumentasikan
dalam KKA. sebagai bukti yang mendukung kesimpulan apakah pengendalian telah berjalan
dengan efektif.

Untuk mengetahui efektifitas pengedandalian intern di unit auditi, auditor harus mampu menjawab
beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah pengendalian kunci telah didesain dengan baik?

2. Apakah pengendalian kunci telah berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan?

3. Apakah risiko terkait telah berhasil di tekan pada tingkat yang dapat diterima?

4. Apakah pengendalian yang telah didesain dan diterapkan membantu pencapaian tujuan
organisasi?

Langkah‐langkah pengembangan temuan adalah sebagai berikut :

1. Kenali secara khusus apa yang kurang dalam hubungan dengan kriteria/tolok ukur yang lazim.

2. Pada dasarnya dalam suatu audit, auditor membandingkan “apa yang sebenarnya terjadi” dengan
“apa yang seharusnya terjadi”.

3. Kenali batas wewenang dan tanggung jawab pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan,
program dan fungsi yang diaudit.

4. Auditor perlu mengenali batas wewenang pejabat yang bertanggung jawab langsung terhadap
kegiatan, program dan fungsi yang diaudit dan juga mengetahui pejabat yang bertanggung jawab
pada tingkat yang lebih tinggi untuk mengetahui pada siapa laporan dan rekomendasi ditujukan.

5. Pastikan sebab kelemahannya.

6. Tentukan apakah kelemahan tersebut merupakan kasus yang berdiri sendiri atau tersebar luas.

7. Tentukan akibat atau arti pentingnya kelemahan.

8. Mintakan komentar pejabat yang kompeten.

9. Mintakan kesediaan untuk menindaklanjuti.


Langkah‐langkah pengembangan rekomendasi adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi masalah.

2. Menguraikan masalah. Seberapa besar? Dimana? Kapan? Apakah sering terjadi?

3. Mencari kemungkinan penyebabnya. Apakah penyebab menggambarkan situasi keseluruhan atau


hanya sebagian?

4. Buatlah alternatif‐alternatif tindakan untuk menyelesaikan masalah.

5. Analisis setiap alternatif, apa kebaikan dan kelemahan apabila suatu alternatif dipilih untuk
dilakukan.

6. Pilihlah alternatif tindakan yang paling baik.

7. Buatlah rekomendasi untuk dapat mengimplementasikan alternatif tindakan yang paling baik
tersebut.

Apabila kriteria audit tidak ditemukan auditor dapat melakukan beberapa hal antara lain:

a. melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga (misalnya dalam hal harga barang/jasa);

b. bersama dengan auditi melakukan formulasi kriteria yang akan dipakai sebagai tolok ukur;

c. norma standar yang sama atau sejenis dengan kegiatan auditi sehingga norma/standar
tersebut dapat digunakan sebagai pembanding; dan

d. menggunakan keterangan tenaga ahli. 

1. Syarat kualitas komunikasi pelaporan yang baik adalah sebagai berikut :

1) Akurat : Laporan yang dihasilkan harus sesuai dengan fakta yang terjadi dan bebas dari kesalahan.

2) Objektif : Laporan harus adil dan berimbang yang menyajikan penilaian seluruh fakta dan kejadian
yang relevan.

3) Jelas : Laporan harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus ditulis dengan bahasa yang jelas
dan sesederhana mungkin.

4) Ringkas : Laporan seharusnya berisi point‐point penting, dihindari bahasa bertele‐tele,detail dan
pengulangan yang tidak perlu.

5) Konstruktif : Laporan hasil penugasan hendaknya bermanfaat bagi auditi serta membawa kearah
perbaikan.

6) Lengkap : Laporan berisi seluruh informasi penting dan sesuai yang mendukung rekomendasi dan
kesimpulan.

7) Tepat waktu : Agar suatu informasi bermanfaat secara maksimal, maka laporan harus tepat
waktu, karena laporan yang terlambat disampaikan nilainya menjadi kurang bagi pengguna laporan
hasil audit.
2. Bukti yang ada dalam LHA harus masuk akal, merefleksikan hal yang benar dan akurat karena
untuk memberikan keyakinan kepada pengguna laporan bahwa apa yang dilaporkan memiliki
kredibilitas dan dapat diandalkan. Penggambaran yang benar berarti penjelasan secara akurat
tentang lingkup dan metodologi audit, serta penyajian temuan yang konsisten dengan lingkup audit.
Salah satu cara untuk meyakinkan bahwa laporan telah memenuhi standar pelaporan adalah dengan
menggunakan proses pengendalian mutu, seperti proses referensi.

Yang harus dimuat dalam laporan hasil audit intern adalah sebagai berikut :

1) Laporan berisi seluruh informasi penting dan sesuai yang mendukung rekomendasi dan
kesimpulan.
2) Laporan harus memuat semua informasi dan bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi
sasaran audit, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan
dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil audit.
3) laporan harus memasukkan informasi mengenai latar belakang permasalahan secara
memadai.
4) Laporan harus memberikan perspektif yang wajar mengenai aspek kedalaman dan
signifikansi temuan audit, seperti frekuensi terjadinya penyimpangan dibandingkan dengan
jumlah kasus atau transaksi yang diuji, serta hubungan antara temuan udit dengan
kegiatan entitas yang diaudit.

Yang harus dilakukan agar pelaksanaan tindak lanjut efektif adalah sebagai berikut :

1) Laporan hasil audit ditujukan kepada tingkatan manajemen yang dapat melakukan tindak lanjut

2) Tanggapan auditi diterima dan dievaluasi selama audit berlangsung atau dalam waktu yang wajar
setelah audit berakhir

3) Laporan perkembangan kemajuan tindak lanjut diterima dari auditi secara periodik

4) Status tindak lanjut dari pelaksanaan tindak lanjut dilaporkan kepada pimpinan auditi

1. Cara menetapkan penugasan konsultansi adalah sebagai berikut :

1) Penugasan diusulkan selama proses penilaian risiko tahunan dan, jika penugasan dikategorikan
prioritas tinggi, penugasan tersebut dimasukkan kedalam rencana audit internal tahunan

2) Penugasan spesifik yang diminta oleh manajemen

3) Kondisi terkini atau perubahan‐perubahan yang mengharuskan fungsi auditor internal memberi
perhatian.

2. Prosedur yang dilaksanakan saat penugasan konsultansi, adalah sebagai berikut :

1) pemahaman isu‐isu manajemen yang berkaitan dengan area yang sedang direviu

2) perolehan informasi
3) melakukan prosedur analitis

4) mereviu berbagai dokumen, termasuk struktur organisasi, bagan arus proses, dan prosedur
standar (SOP)

5) penggunaan teknik audit berbantuan komputer

6) pemahaman pengendalian dan penetapan pengendalian yang perlu ditingkatkan

7) evaluasi efisiensi pengendalian yang ada

3. Kapabilitas yang diperlukan auditor internal dalam melaksanakan kegiatan konsultansi, adalah
sebagai berikut :

1) Memiliki keahlian memfasilitasi dan kolaborasi

2) Memiliki pengalaman tugas secara umum maupun keahlian spesifik

3) Mampu membangun hubungan baik dengan cepat dan memiliki keahlian interpersonal yang kuat

4) Mampu berpikir analitis dalam menyelesaikan masalah‐masalah yang tidak terstruktur

5) Mampu belajar dan beradaptasi secara cepat di tengah lingkungan yang dinamik

6) Mampu memproses dan merespon informasi secara cepat

Anda mungkin juga menyukai