Anda di halaman 1dari 7

CERPEN

HABIS GELAP, TERBITLAH TERANG

Karya:
LUPITA ROSMA

PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS


DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 SUKAMANTRI
Alamat : JL. Raya Barat 218 Cibeureum Kec. Sukamantri Kab. Ciamis
CERPEN

Tema : Pendidikan
Judul : Habis Gelap Terbitlah Terang

Struktur/Tahapan alur :
1. Orientasi : Pembelajaran jarak jauh dalam mengantisifasi penyebaran
COVID-19
2. Komplikasi : Terpuruk dengan keadaan
3. Evaluasi : Kendala pembelajaran daring
4. Resolusi : Akhirnya tatap muka kembali
5. Koda : Selalu ada jalan keluar dari segala permasalahan
HABIS GELAP, TERBITLAH TERANG
Oleh: Lupita Rosma

Pembelajaran jarak jauh dalam mengantisifasi penyebaran Virus COVID


19, hal yang diwajibkan oleh pemerintah untuk semua jenjang pendidikan baik
sekolah tingkat dasar, menengah, tingkat SMA dan kejuruan, juga perguruan
tinggi di seluruh Indonesia. Ketika pembelajaran dilakukan dari jarak jauh tanpa
bertatap muka, tanpa bertemu guru maupun teman-teman, hanya berinteraksi
melalui handpone, dan media massa, sungguh sesuatu hal yang tidak pernah
terpikirkan, bahkan bermimpipun tak pernah.Dan tentu saja harus memiliki
handphone dengan quota yang mencukupi, untuk mengabsen melalui aplikasi,
mengumpulkan tugas melalui google classroom, atau ulangan melalui google
formulir.
Tak terasa satu tahun sudah berlalu, seringkali aku terpuruk dalam
kesedihan dan kepedihan yang mendalam, bagaimana tidak? Biasanya tiap
semester aku selalu mendapat peringkat pertama. Tapi sekarang nilaiku benar-
benar anjlok, rangkingpun jauh dari yang diharapakan. Pembelajaran melalui
daring, tidak sebahagia saat mengikuti pelajaran tatap muka di sekolah. Aku
hanya seorang anak dari keluarga yang hancur tercerai berai, ayah ibuku berpisah
saat aku menginjak sekolah kelas satu SD, ayah menikah lagi dan ibuku sakit
yang sukar disembuhkan karena ingatannya terganggu dan sudah lama tidak
bersama denganku, beliau berada di sebuah panti perawatan khusus .Ayahku?
ahhh..dia tidak menghiraukan aku, dia sibuk dengan keluarga barunya. Hidupku
terobang-ambing dari satu keluarga ke keluarga lain, yang merupakan keluarga
dari ibuku. Pertama aku ikut dengan kakak dari ibu (uwak), berpindah lagi sama
adik ibu (bibi), kemudian pindah lagi ikut sama adik ibuku yang bungsu sampai
sekarang. Yah mau gimana lagi, mungkin sudah takdir Tuhan yang berkehendak,
hanya sabar dan sabar, ikhlas dalam diam. Walau begitu aku merasa bersyukur
masih ada saudara dari ibu yang mau merawatku .Namun yang namanya numpang
banyak hal yang kurasakan, walau mereka baik tapi tetap saja aku merassa risi,
dan rendah diri.

1
Sekolah melalui daring, aku merasa sangat berat, hp butut, memori
sedikit, dan batrenya sering lowbat, harus selalu sedia paket data, walau ada
sumbangan paket dari pemerintah tapi kadang ada kadang tidak. Sedangkan aku
tidak berani dan merasa malu harus minta pada bibi. Tugas setiap hari, semakin
banyak mata pelajaran yang tidak kupahami dengan baik, sampai-sampai aku
sering menyalahkan keadaan, aku tahu bahwa semua ini sudah ada yang
mengatur dengan baik. Tapi bagaimana ya? Ketidakberdayaan yang membelenggu
hidupku. “Anak-anak tugas agar segera lengkapi, karena sebentar lagi PAT, agar
nilai raport kalian bagus!” guru mapel mengingatkan. ”Baik bu..!Siap Bu..”.sahut
teman-temanku di grup mapel whatsapp. Aku hanya diam saja karena paketanku
cuma sedikit, tak mungkin bisa mengumpulkan di google classroom, bahkan
kadang whatsapp tidak aktif beberapa waktu.
“ Ya Allah..sepuluh tugas, aku cuma mengumpulkan empat? Coba sms
ayah saja”, pikirku.Aku misscall ayah, tapi tidak aktip.” Ahhh...ayahhh kenapa
disaat ku butuh kau tidak pernah ada!” tangisku tak terbendung lagi, terisak
ditutupi bantal, agar tak terdengar oleh bibiku. Hujan deras turun, membuat sendu
malam hariku. ”Ibuuu,, cepat sembuh Buu, cepat pulang Buuu....!!” Namun
ratapanku hanya suara terlindas hujan. “Wi-Fi? Ya besok numpang wi-fi saja ke
rumah temen, tapi malu kalau keseringan, gimana besok saja lah”, menggunam
sendirian. Malam yang risau dan susah tuk tertidur, kulihat di cermin mataku
sembab memerah.
Terbangun saat suara adzan berkumandang, kuambil air wudlu,
sembahyang dan berdoa “ Ya Allah semoga semua rintangan ini cepat berlalu,
semoga covid segera enyah dari permukaan bumi, Ibuku sayang segera kembali
seperti dulu, Ayahku sayang ingatlah anakmu yang selalu mengingatmu, semoga
Bibi dan keluarga sehat panjang umur...aminnn!” Rutinitasku beres-beres rumah
dan mencuci, “Mandi ah, biar cepat-cepat bisa ke rumah teman numpang Wi-Fi,
semangat buat aku..!”
“Puntennn...!” kuketuk pintu rumah yang kelihatan sepi. “Sebentar...ehhh
Nak Rani, ada apa?” Ibu Leni menghampiri dengan ramah. “ Leninya ada Bu?”
melirik ke dalam tapi kayanya tidak ada suara Leni. “ Aduhhh baru saja Leni

2
keluar katanya mau ke Panjalu ada yang harus dibeli, kenapa tidak WA dulu
Nak”, sambil memegang pundakku. ” Oh iya ga apa-apa Bu kalau tidak ada, lain
kali saya kemari lagi, ”Mana bisa WA paketanku abis, bergunam dalam hati.”Iya
Nak jangan lupa kesini lagi”, Ya bu permisi..!” Langkahku lemas, mataku
berlinang, tak tahu kemana kaki harus melangkah. Pulang dan termenung di
kamar. Tugas Bahasa Indonesia musikalisasi puisi harus menyimak dan menulis
syairnya dari youtube, kalau tugas dari buku paket sih mudah, tinggal menulis.
Tapi tetap saja harus dikirim via GC. “ Tau ah...gelap??” Sebetulnya tugas yang
ditulis sudah beres semua di buku tugas mapel, cuma tugas yang dari youtube
yang belum. “Siapa lagi ya temen yang punya Wi-Fi? Ada sih tapi rumahnya jauh
tak mungkin dengan jalan kaki, di sekolah juga ada tapi ya gitu, jauh”. Aku
menggunam sendiri. Mau ikut teman mengirimkan foto tugas untuk ke GC tapi ya
takut merepotkan karena kuota mereka juga terbatas. Berdoa saja mudah-mudahan
ada jalan keluarnya. Aminnn.
Beberapa hari sudah berlalu, ketika asyik menyiram bunga ada yang
memanggilku, ”Rajin amat nih Rani!” ternyata Sandi teman sekelasku. “Hey
Sandi tumben?”, menghampiri Sandi yang lagi memegang kertas, dan berniat
salaman. “ Eett ga boleh salaman, ingat protokol kesehatan, Rani ini ada surat
dari sekolah untuk orang tua.” Memberikan secarik kertas.” Surat apa San?” aku
bertanya-tanya.” Ini surat izin orang tua untuk pembelajaran tatap muka, harus
dikembalikan besok ke sekolah, kamu ko ga aktip WA-nya Ran?” mengerutkan
kening. ” Iya maaf Sandi paketanku habis, makasih ya sudah mengantarkan. ”
Tak sabar rasanya ingin segera melihat isi surat itu. ” Alhamdulilah Ya Allah
akhirnya pembelajaran tatap muka juga.” aku sangat girang sambil mencium surat
itu berkali-kali, rupanya Tuhan mendengar semua doaku.
Seminggu kemudian dapat kabar dari teman bahwa hari Senin mulai
pembelajaran tatap muka, bahkan jadwal pelajaranpun sudah ada dan dibagikan di
grup Whasapp oleh wali kelas. Pembelajaran dibagi dua sesi pagi dan siang,
dengan mewajibkan protokol kesehatan terutama masker. Aku dengan semangat
menyiapkan segala kebutuhan buat besok Senin, mulai dari pakaian, sepatu,
masker, dan alat tulis. Menyetrika baju, mengelap sepatu yang berdebu karena

3
sudah setahun tidak dipakai. Untung saja pakaian dan sepatuku masih cukup,
karena badanku tidak mengalami perubahan.
Hari yang indah, bunga-bunga di halaman berseri-seri disinari mentari
pagi, seolah merasakan apa yang aku rasakan. Berlenggang, berlari kecil sembari
bersenandung, walau sekolahku lumayan jauh, tapi aku sudah terbiasa berjalan
kaki, ambil positifnya saja, anggaplah sambil berolah raga. Tiba juga di gerbang
sekolah, kurapikankan kerudung dan masker, sudah banyak juga siswa yang
berkumpul di halaman sekolah, dan alhamdulilah semua memakai masker, sesuai
prokes.
Kamipun disuruh berbaris dan menjaga jarak, kemudian diukur suhu satu
persatu, alhamdulillah suhu badanku normal-normal saja. Kami menuju kelas
masing-masing dengan rute perjalanan yang sudah diberi tanda. Tiba di halaman
kelas kami diwajibkan cuci tangan memakai sabun yang sudah tersedia, disana
sudah ada guru yang mengajar jam pertama, setelah itu berbaris dengan jaga jarak
dan tangan saya diberi handsanitizer oleh guru, kemudian masuk kelas setelah
memberi salam dan membuka sepatu.dan duduk satu bangku satu orang yang
sudah diberi nomor dan nama masing-masing, untuk setiap sesi.
“ Selamat pagi anak-anak, bagaimana kabar kalian..?” bu guru mulai
membuka percakapan. “Pagiii ... Bu Guru ..!”siswa menjawab serentak. ”
Alhmdulilah baik Bu ”, sahut beberapa siswa. ” Ohh iya anak-anak pembelajaran
tatap muka sekarang dibagi dua sesi, sesuai jadwal yang sudah di share di grup
Whatsapp“. guru menjelaskan. ”Baik buuu terimakasih”, jawab sebagian siswa.
”Untuk pembelajaran sekarang cuma ada waktu dua minggu, dan dalam durasi
yang hanya sebentar, jadi untuk pembelajaran ibu akan mengulang pelajaran yang
belum kalian mengerti waktu daring, juga menagih tugas yang belum
mengerjakan, karena dua minggu lagi akan melaksanakan PAT, yaitu mulai
tanggal 7 Juni sampai dengan 14 Juni 2021 dan sama dibagi 2 sesi’. lanjutnya.”Ya
buuu..!! jawab siswa.Kebetulan aku mau menanyakan masalah tugas. ”Bu..! aku
mengacungkan tangan.”Ya Rani ada apa?” jawab guru. ”Bu saya sudah
mengerjakan semua tugas, apakah bisa menyerahkan sekarang tapi tidak daring,
ini saya bawa buku tugasnya Bu.” aku mengambil buku tugas dari tas. ”Ya boleh

4
Rani, bawa sini, untuk tugas mapel lain serahkan saja ke gurunya ya.” mengambil
buku dari tanganku. ”Maap Bu untuk tugas mapel ibu yang dari youtube saya
belum mengerjakan, karena tidak ada kuota, kalau boleh diganti dengan tugas tulis
saja Bu”, aku memohon berharap-harap cemas. ”Baiklah, yang bab VII ya, yang
ini saja kerjakan dari buku paket halaman 120, besok kumpulkan ya”, menunjuk
materi yang ada di buku paket Bahahasa Indonesia. ”Alhamdulilah, terima kasih
Bu”, kataku sambil membungkukkan badan. Bel pelajaran akhirpun berbunyi,
kami keluar satu persatu setelah tangan kami diberi handsanitizer oleh guru.
Tiba saatnya PAT, alhamdulillah aku sudah siap, dengan menghapal
semua mata pelajaran. PAT selesai, tinggal menunggu pembagian raport. Aku
sangat lega dan bisa bernapas panjang, akhirnya semua kesulitanku dapat
terpecahkan, nilai tugasku sudah beres semua, PAT juga dapat diisi dengan lancar.
Semoga saja hasilnya baik sesuai yang diharapakan. Seperti dulu lagi, dengan
nilai baik, dan peringkat pertama di kelas. Tuhan mendengar dan mengabukan
semua doa-doaku.Aku sangat berharap yang terbaik untuk masa depanku, masih
banyak mimpi-mimpi yang ingin ku raih, ingin membanggakan keluarga, ibuku,
ayah, dan bibi.
Intinya segala hal yang dialami dalam hidup harus dijalani dengan
kesabaran, ikhlas dan tawakal. Tak ada hal sulit yang tidak bisa terpecahkan, akan
ada jalan keluar selama kita teguh dan gigih dalam menghadapinya. Selalu berdoa
pada Tuhan, yang Maha Mendengar, Maha Melihat,, Maha Pengasih dan
Penyayang. Selama kita ada di jalan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai