Anda di halaman 1dari 8

NAMA FEBIOLA KALALO

NIM 19101102032

LAPORAN PRAKTKUM FISIOLOGI HEWAN


PEMERIKSAAN CLOTTING TIME ( CT ) & HEMOGLOBIN (Hb)

Pemeriksaan Clotting Time Dengan Metode Kapiler

A. Tujuan : Untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan darah untuk
membeku setelah dikeluarkan dari tubuh dalam kondisi standar
B. Dasar Teori :
Hemostatis merupakan suatu mekanisme yang dilakukan secara alami oleh tubuh
untuk mencegah kehilangan darah yang berlebihan. Evaluasi hemostasis pra operasi selalu
menjadi faktor penting dalam pikiran ahli bedah dan ahli anestesi sebelum mengambil
kasus apa pun untuk operasi.
Clotting Time adalah waktu yang diperlukan darah untuk membeku atau waktu
yang diperlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan, dalam tes ini
hasilnya menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor pembekuan darah, terutama faktor-faktor
yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit. Pemeriksaan CT
dilakukan dengan mengambil darah vena dan mencatat waktu pembekuan darah. Nilai
normal CT adalah 3-8 menit (Gandasoebrata, 2010).
Sistem pembekuan darah secara fisiologis akan membentuk sirkulasi ureto
plasenta kehamilan merupakan kegiatan normal sistem pembekuan darah secara
keseluruhan membaik, apabila proses kelahiran pada ibu hamil trimester III terjadinya
kehilangan darah pada saat melahirkan, diperlukan fungsi sistem koagulan baik. Proses
pembekuan darah terjadi dalam beberapa tahap yaitu primer, sekunder, tersier.

C. Alat dan Bahan


Lancet
Tabung kapiler
Stopwatch
Kapas alkohol
D. Cara Kerja
1) Siapkan tabung kapiler, kemudian dikikir dengan jarak 1 cm.
2) Lakukan diskinfeksi ujung jari tangan menggunakan kapas alkohol dan tunggu hingga
kering.
3) Kemudian tusuk ujung jari dengan lancet. Apabila darah sudah keluar nyalakan
stopwatch.
4) Darah yang keluar dihisap menggunakan tabung kapiler, sampai volume ±¾ tabung
dan diamkan selama 2 menit dalam posisi mendatar.
5) Patahkan tabung kapiler dan amati benang fibrin yang terbentuk.
6) Apabila belum terbentuk benang fibrin, diamkan kembali selama 30 detik, kemudian
amati kembali.
7) Jika sudah terbentuk benang fibrin, hentikan stopwatch dan catat waktunya.

E. Pembahasan
Untuk praktikum kali ini akan melakukan pemeriksaan Clotting Time dengan
metode kapiler seperti judul kita saat ini, dengan tujuan untuk menghitung berapa lama
waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku setelahh dikeluarkan dari tubuh dalam
kondisi standar. Metode yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu pertama sebelum kita
melakukan pemeriksaan siapkan tabung kapiler dengan memberi tanda kikiran dengan
jarak 1 cm untuk memudahkan saat akan dipatahkan nantinya. Setelah itu ujung jari jari
tangan dibersihkan dengan kapas alkohol dan tunggu hingga kering, kemudian ditusuk
dengan menggunakan lancet.

Apabila darah sudah keluar stopwatch dinyalakan. Darah yang keluar dihisap
dengan menggunakan tabung kapiler hingga volume ±¾ tabung dan di diamkan selama 2
menit dalam posisi mendatar.

Langkah terakhir yaitu amati terbentuknya benang fibrin dan catat waktu yang
dibutuhkan darah untuk membeku. Apabila pada waktu 2 menit belum terbentuk benang
fibrin, maka tunggu kembali selama 30 detik sampai adanya benang fibrin yang terbentuk.
A. Kesimpulan

Pada praktikum yang tela dilakukan kita dapat disimpulkan bahwa Clotting Time adalah
waktu yang diperlukan darah untuk membeku atau waktu yang diperlukan saat pengambilan
darah sampai saat terjadinya pembekuan. Data hasil praktikum yang diperoleh yaitu 3 menit
waktu yang dibutuhkan darah untuk membeku. Untuk waktu normal pembekuan darah yaittu
3-8 menit, sehingga data tersebut masih termasuk ke dalam kondisi normal.
Pemeriksaan Hemoglobin dengan Metode Sahli
A. Tujuan : Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
B. Dasar Teori :
Hemoglobin adalah suatu substansi protein dalam sel-sel darah merah yang terdiri
dari zat besi, yang merupakan pembawa oksigen (Joyce LeFever Kee, 1997). Kadar
hemoglobin merupakan salah satu pengukuran tertua dalam laboratorium kedokteran dan
tes darah yang sering dilakukan. Tetapi perdebatan terus berlanjut tentang kadar optimal,
dan dengan kontroversi yang sudah berlangsung lama, kemungkinan tidak ada kadar ideal
untuk semua kondisi. Kisaran normal dari hemoglobin, dipengaruhi oleh berbagai variable
dan kadar harus diinterpretasikan dalam hubungannya dengan faktor-faktor. Menurut
James
P. Isbister, M.D. dan D. Harmening Pittiglio, Ph.D.,MT (1999), berikut adalah beberapa
faktornya:
i. Kehamilan: Meskipun ada kenaikan dalam massa sel darah merah/eritrosit selama
kehamilan. Ada kenaikan yang lebih besar dari volume plasma. Darah mengalami
hemodilusi untuk memastikan aliran mikrosirkulasi ke plasenta.
ii. Penduduk pada daerah dengan ketinggian yang tinggi: Terjadi polisitemia
konpensatori akibat berkurangnya tegangan oksigen yang dihirup.
iii. Hipoksia akut : Perubahan cepat ke daerah yang tinggi menyebabkan peningkatan
hematokrit/hct akibat kontraksi volume plasma.
iv. Merokok: Pajanan kronis terhadap karbon monoksida mempunyai efek yang sama
seperti hipoksia, dalam menurunkan volume plasma atau meningkatkan massa sel
darah merah.
v. Latihan jasmani: Pengaruh dari latihan jasmani tetap belum jelas. Kadar hemoglobin
rendah yang dilaporkan pada beberapa atlet disebabkan karena tidak adanya pengaruh
merokok dan stress, tetapi pertanyaan tentang anemia “olahraga” masih belum
terpecahkan.
vi. Penyakit yang berkaitan: Setiap kondisi yang mempengaruhi transport oksigen atau
volume plasma dapat mengubah kadar hemoglobin.
C. Alat dan Bahan
Haemometer
HCl 0,1 N
Pipet tetes
Tabung sahli
Batang pengaduk
Aspirator
Sampel darah

D. Cara Kerja
1) Teteska HCl 0,1 N pada tabung sampai angka 2
2) Setelah itu hisap sampel darah dengan menggunakan pipet sahli dan aspirator hingga
anggka 20.
3) Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung sahli, kemudian homogenkan.
4) Inkubasi selama 5 menit.
5) Tambahkan aquades tetes demi tetes.
6) Penambahan aquades dihentikan apabila warna yang ada pada tabung sahli sama dengan
warna yang ada pada standar pembanding.

E. Pembahasan
Pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah bisa dilakukan dengan metode Sahli dan
metode Sianmeth. Perbedaan metode Sahli dan metode Sianmeth yaitu pada prinsip kerjanya.
Pada metode Sahli Hemoglobin diubah menjadi hematin asam oleh HCl 0,1 N, kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar warna dalam alat itu,

sedangkan pada metode Sianmeth darah diencerkan dengan larutan Drabkin. Potasium
fericyanida yang terdapat di dalam larutan Drabkin akan mengoksidasi Hb menjadi
methemoglobin dan potasium cyanida merubah methemoglobin menjadi hemoglobncyanida.
Hemoglobincyanida yang terbentuk diukur absorbannya pada panjang gelombang 540nm
dengan alat spektrofotometer. Hasil pengukuran dibandingkan dengan kurva standar HiCN
atau dengan perkalian faktor Hb.
Metode Sahli memiliki beberapa kekurangan, diantaranya kerusakan alat, produksi alat
yang tidak sama dari tiap pabrik, volume sampel yang diambil tidak seusai, pennglihatan dari
praktikan yang salah dan sebagainya. Sehingga metode ini kurang dianjurkan karena tingkat
ketelitian yang rendah. Sedangkan metode
Sianneth sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penetapan
kadar hemoglobin dengan teliti karena standar sianmethemoglobin yang ditanggung
kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli.

F. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah dengan menggunakan metode Sahli
merupakan pemeriksaan dasar yang tingkat ketelitiannya masih rendah jika dibandingkan
Menurut R. Gandasoebrata (2010) dengan tingkat ketelitian mencapai ± 2%.

Anda mungkin juga menyukai