Anda di halaman 1dari 1

Mutiara Febrianti Ambarita

190424964/Kelas E
Perekonomian Indonesia (Ringkasan Pertemuan 9)
Di negara berkembang ini pungtuan pendapatan terpengaruh penggelapan, pemaksaan, dan
juga korupsi. Korupsi menciptakan system pajak yang tidak efisien yang menyebabkan
menurunkan tingkat pengumpulan pajak. Suap tipikal yang dibayarkan oleh perusahaan Indonesia
adalah antar 10-15% biaya produksi tahunan, dan hasil survey dari Global Laporan Daya Saing
2016-2017 juga menunjukkan bahwa korupsi adalah yang terbanyak faktor bermasalah dalam
menjalankan bisnis di Indonesia dan Indonesia diklasifikasikan sebagia negara berkembang utama
negara dengan masalah kepatuhan berkelanjutan. Rasio pajak Indonesia diklasifikasikan sebagai
lebih rendah dibandingkan dengan negara berpenghasilan rendah lainnya, dan persentase
penerimaan pajak orang pribadi terhadap PDB di Indonesia, sebagian karena korupsi dan
pemerintahan yang buruk, merupakan yang terendah di antara negara tetangga yaitu 1,3%
dibandingkan dengan 1,9% di Thailand; 2,1% di Filipina dan 2,7% di Malaysia.
Upaya Indonesia yaitu telah memperkenalkan dan menawarkan program pengampunan
pajak Sembilan bulan untuk menghasilkan lebih banyak pendaptan dan memperluas basis pajak,
temuan empiris dari makalah ini hanya terbatas di Indonesia saja, tetapi model teoritis memiliki
generalitas dan ketahanan yang cukup untuk dapat diterapkna pada negara berkembang lainnya
terutama kawasan Asia Pasifik. Ada lima jenis persepsi korupsi yang berbeda : korupsi besar,
korupsi besar-besaran, korupsi kecil-kecilan, korupsi pajak kecil, dan kategori yang mencakup dari
keempat hal tersebut/korupsi umum. Selalu ada kemungkinan wajib pajak mau menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti itu dengan cara yang tidak sepenuhnya benar. Kesadaran dan
kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak merupakan faktor terpenting dari pelaksanaan system wajib
pajak. Kepatuhan ini tergantung pada tingkat moralitas wajib pajak. Semakin tinggi moralitas
wajib pajak orang pribadi, semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajaknya. Banyak upaya
pemerintah dilakukan melalui berbagai macam kebijakan untuk meningkatkan berbagai macam
kebijakan untuk meningkatkan moralitas wajib pajak.
Presepsi korupsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi karyawan. Artinya semakin tinggi presepsi korupsi pajak yang diiringi dengan hukuman
berat bagi para koruptor berpengaruh meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi
khususnya karyawan. Iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi yang artinya semakin baik iklim organisasi dimana individu bekerja atau
individu berada maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Pada jurnal ini
menjelaskan hubungan antara persepsi korupsi dan perilaku tidak melaporkan yang disengaja.
Tingkat persepsi yang tinggi juga korupsi yang berdampak buruk pada sikap pembayar pajak. Lalu
adanya tingkat yang raltif tinggi dri control perilaku yang dirasakan atas pajak. Dengan demikian,
efektifitas dan efisiensi strategi yang dibahas dalam jurnal ini dapat lebih optimal dalam mencapai
peningkatan kepatuhan.

Anda mungkin juga menyukai