*Email: eka_rizky06@yahoo.co.id
Abstrak
Salah satu cara mengatasi halusinasi adalah dengan pemberian cognitive behavior therapy (CBT). Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh CBT terhadap halusinasi klien di sebuah rumah sakit di Medan. Desain penelitian quasi eksperimental
dengan jumlah sampel 56 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pelaksanaan cara
mengontrol halusinasi yang bermakna antara kelompok yang mendapat dan tidak mendapat CBT (p< 0,05). Halusinasi
menurun secara bermakna pada kelompok yang mendapat CBT (p< 0,05). Sedangkan pada kelompok yang tidak mendapat
CBT halusinasi menurun secara tidak bermakna (p> 0,05). CBT direkomendasikan dilakukan pada klien halusinasi sebagai
tindakan keperawatan spesialis.
Abstract
One way of dealing with the provision of hallucination is cognitive behavior therapy (CBT). This study aimed to verify the
effect of CBT on patient hallucinations at a hospital in Medan. Quasi experimental designs with a number of samples are 56
respondents. The results showed a difference in improving the implementation of a meaningful way of controlling the
hallucinations between groups that received and did not receive CBT (p< 0,05). Hallucinations were significantly decreased
in the group receiving CBT (p< 0,05), while in the group who did not receive CBT decreased hallucinations was not
significant (p> 0,05). CBT is recommended in patients with hallucinations as a specialist nursing intervention.
Pendahuluan
halusinasi tidak ditangani secara baik, maka dapat
Salah satu gejala positif yang sering pada klien menimbulkan resiko terhadap keamanan diri klien
skizofrenia adalah halusinasi. Menurut Stuart dan sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar.
Laraia (2005), yang menyatakan bahwa 70% klien Hal ini dikarenakan halusinasi dengar klien sering
skizofrenia mengalami halusinasi. Pada penelitian berisikan perintah melukai dirinya sendiri maupun
juga menunjukkan 90% klien halusinasi orang lain (Rogers, et al., 1990 dalam Dunn &
mengalami delusi, sedang pada klien delusi hanya Birchwood, 2009). Secara klinik dan evidence
35% yang mengalami halusinasi. Hal ini base, halusinasi dengar tersebut telah terbukti
didukung oleh Thomas (1991, dalam Mc-Leod, dapat menyebabkan distress pada individu
et al., 2006) yang menyatakan halusinasi secara (Garety & Hemsley, 1987 dalam Dunn &
umum ditemukan pada klien gangguan jiwa Birchwood, 2009).
salah satunya adalah pada klien skizofrenia.
Distress disebabkan karena frekuensi halusinasi
Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau yang sering muncul pada individu setiap harinya,
pengalaman indera yang tidak terdapat stimulasi kekerasan dari suara-suara yang didengarnya, isi
terhadap reseptornya. Halusinasi harus menjadi dari halusinasi dan juga keyakinan klien terhadap
fokus perhatian oleh tim kesehatan karena isi dari halusinasinya (Dunn & Birchwood, 2009).
apabila
186 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 185-192
Selain itu, halusinasi juga sering menyebabkan baik, meningkatkan fungsi sosial, mengurangi
ketakutan/ kecemasan bahkan depresi pada klien gejala-gejala positif dan negatif seperti halusinasi
gangguan jiwa. Dunn dan Birchwood (2009) juga dan juga delusi. Selain itu cognitive behaviour
menyebutkan 40% klien skizofrenia mengalami therapy juga telah terbukti efektif dalam
depresi akibat halusinasi dengar yang dialaminya. mengobati gejala positif akibat resistennya
individu terhadap obat-obatan skizofrenia
Pinikahana, Happell, dan Keks (2003, dalam (Kingdon & Turkington, 1997). Selain itu,
Stuart & Laraia, 2005) menyebutkan bahwa berdasarkan Chan dan Leung (2002), cognitive
sembilan sampai dengan 13% klien skizofrenia behaviour therapy juga memberi manfaat dan
mengalami suicide (bunuh diri). Selain itu, 20 – efek yang positif dalam menurunkan kejadian
50% klien skizofrenia melakukan percobaan kekambuhan pada klien gangguan jiwa.
bunuh diri. Hal tersebutlah yang menyebabkan
halusinasi harus ditangani sesegera mungkin Cognitive behaviour therapy telah terbukti
karena dampaknya akan menimbulkan masalah efektif dalam mengurangi gejala skizofrenia
yang lebih besar bagi klien maupun oranglain. khususnya halusinasi. Hal tersebut disebabkan
dalam proses pelaksanaannya cognitive
Salah satu terapi yang direkomendasikan dalam behaviour therapy memperkuat keyakinan dan
upaya mengatasi halusinasi adalah Cognitive kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi
behaviour therapy. Cognitive behaviour therapy yaitu dengan melatih melakukan strategi koping
adalah terapi yang digunakan untuk memodifikasi dalam mengontrol halusinasi secara konsisten
fungsi berpikir, merasa, dan bertindak dengan (Smith, et al., 2003).
menekankan pada peran otak dalam menganalisa,
memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan Turkington, Kingdon, dan Weiden (2006) juga
kembali sehingga dengan merubah status pikiran menyatakan bahwa dengan pemberi-an cognitive
dan perasaannya, klien diharapkan dapat merubah behaviour therapy memberikan perubahan yang
tingkah lakunya dari hal negatif menjadi positif sangat besar terhadap jumlah dan kekuatan
(Oemarjoedi, 2003). gejala- gajala positif. Turkington, Kingdon, dan
Weiden (2006) juga menyebutkan bahwa dengan
British Association for Behavioural and cognitive behaviour therapy dapat menolong
Cognitive Psychotherapies (2006) menyatakan gejala-gejala skizofrenia secara efektif. Hasil
cognitive behaviour therapy adalah terapi yang observasi perawat di United Kingdom
membantu individu merubah cara berfikir dan menyebutkan ada keuntungan dari pemberian
perilakunya sehingga perubahan itu membuat cognitive behaviour therapy dalam mengurangi
individu merasa lebih baik, dan terapi ini halusinasi dengar, depresi dan gejala lainnya.
berfokus pada here and now serta kesulitan
yang dihadapi. Dengan demikian cognitive Tujuan penelitian ini yaitu diperoleh gambaran
behaviour therapy merupakan suatu terapi yang tentang pengaruh cognitive behaviour therapy
membantu individu mengevaluasi kembali terhadap tanda dan gejala halusinasi pada klien,
persepsi, keyakinan, cara berfikir, dan perilaku pengetahuan dan pelaksanaan cara mengontrol
yang tidak adaptif yang disebabkan oleh masalah halusinasi di sebuah rumah sakit di Medan.
yang dihadapinya.
Metode
Keefektifan terapi ini telah dibuktikan penelitian
Granholm, et al. (2005) yang mengungkapkan Penelitian ini adalah penelitian quasi
bahwa dengan cognitive behaviour therapy pada experimental dengan metode kuantitatif
klien skizofrenia kronis dapat meningkatkan menggunakan desain “Quasi experimental pre-
kemampuan koping, mengevaluasi pengalaman post test control group” dengan intervensi
yang salah, pencapaian kognitif insight yang cognitive behavior therapy pada bulan Februari
sampai dengan Juni 2010. Teknik pengambilan
sampel secara consecutive sampling.
Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behaviour therapy (CBT)(Sri Eka Wahyuni, Budi Anna Keliat, Yusron, Herni Susanti) 187
0, Selisih
0
0 Kontrol Pelaksanaan Cara
0 a. Sebelum 28
28 10,36 4,466
* b. 1,013
Sesudah 28
28 16,71
6,36 Selisih
4,279
28
dan setelah intervensi
8,32
dengan
4,269
setelah
0,000 28 naik menjadi
14,25menjadi intervensi
2,914 pada
* 36,79. 5,93Selanjutnya, kelompok yang
4,784
berdasar hasil uji mendapat cognitive
statistik disimpulkan behaviour therapy
28 bahwa ada perbedaan
33,21 (p= 0,004; α= 0,05).
10,553
0,000 yang bermakna pada Pada kelompok yang
28 55,68 12,341
*
rerata pelaksanaan tidak mendapat
cara mengontrol cognitive behaviour
halusinasi antara therapy dengan rerata
sebelum dengan halusiansi sebelum
setelah intervensi intervensi rerata
pada kelompok yang 18,86, dan setelah
tidak mendapatkan intervensi menurun
cognitive behaviour menjadi 16,36.
therapy (p= 0,024; α= Selanjutnya, berdasar
0,05). Ada perbedaan hasil uji statistik
yang bermakna pada disimpulkan bahwa
rerata pelaksanaan tidak ada perbedaan
cara mengontrol yang bermakna rerata
halusinasi setelah halusinasi antara
intervensi antara sebelum dengan
kelompok yang setelah intervensi pada
mendapat dan tidak kelompok yang tidak
mendapat cognitive mendapat cognitive
behaviour therapy behaviour therapy (p=
(p= 0,000; α= 0,05). 0,336; α= 0,05). Tidak
ada perbedaan yang
Pada kelompok yang bermakna rerata
mendapatkan halusinasi setelah
cognitive behaviour intervensi antara
therapy rerata kelompok yang
halusinasi klien mendapat dan tidak
sebelum intervensi mendapat cognitive
22,75, dan setelah behaviour therapy
intervensi menurun (p= 0,510; α= 0,05).
menjadi menjadi
14,50. Selanjutnya, Pembahasan
berdasarkan hasil uji
statistik disimpulkan Hasil analisis
bahwa ada perbedaan menunjukkan rerata
yang bermakna pada pengetahuan klien
rerata halusinasi klien mengontrol halusinasi
antara sebelum sebelum dilakukan
Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behaviour therapy (CBT)(Sri Eka Wahyuni, Budi Anna Keliat, Yusron, Herni Susanti) 189
Tabel 4. Analisis Perbedaan Halusinasi Klien Setelah Hiu, dan Pau (2008),
Cognitive Behaviour Therapy tentang observasi Kesimpulan
Variabel Kelompok
yang dilakukan Hasil penelitian
setelah enam bulan menunjukkan
Halusinasi a. Intervensi 28 pelaksanaan halusinasi menurun
b. Kontrol 28 cognitive behaviour secara bermakna
therapy. Sedangkan, pada kelompok yang
Hasil penelitian ini pada hasil penelitian penelitian oleh
juga sesuai dengan ini juga didapatkan mendapat cognitive
Tarrier, et al. (1998) behaviour therapy
penelitian yang bahwa dengan menjelaskan bahwa
dilakukan oleh cognitive behaviour sedangkan halusinasi
observasi dilakukan pada kelompok yang
Trower, et al. therapy klien dapat 10 minggu setelah
(2004) dalam Dunn mengurangi tidak mendapat
pelaksanaan cognitive behaviour
dan Birchwood frekuensi dan cognitive behaviour
(2009), yang telah kekuatan halusinasi therapy menurun
therapy. Artinya, secara tidak
membuktikan bahwa serta distress dan bahwa perlu adanya
dengan pemberian depresi yang dihadapi bermakna.
waktu klien untuk Pengetahuan dan
cognitive behaviour klien dalam melakukan proses
therapy dapat menghadapi gejala pelaksanaan cara
pengulangan perilaku, mengontrol
mengurangi psikotik yang sehingga perilaku
kepercayaan dialaminya. halusinasi pada
tersebut menjadi kelompok yang
terhadap kekuatan budaya bagi klien dan
halusinasi dan Hasil penelitian juga mendapat cognitive
akhirnya secara tidak behaviour therapy
meningkatkan menunjukkan bahwa
langsung dapat meningkat secara
efektifitas tidak ada perbedaan
menurunkan bermakna dan
interpersonal. yang bermakna rerata
halusinasinya. kelompok yang tidak
Perubahan halusinasi halusinasi setelah
yang tampak setelah intervensi antara mendapat cognitive
pemberian cognitive kelompok yang behaviour therapy
behaviour therapy mendapat cognitive meningkat secara
adalah menurunnya behaviour therapy bermakna juga.
tanda dan gejala dengan kelompok Secara deskriptif
halusinasi klien. yang tidak mendapat didapat skor
cognitive behaviour peningkatan
Hasil yang mengacu therapy. Hal ini pelaksanaan cara
pada pre-test, terjadi karena waktu mengontrol
didapat rerata skor yang singkat dimana halusinasi pada
halusinasi klien 4,8, halusinasi klien kelompok yang
tetapi setelah diobservasi kembali mendapat cognitive
dilakukan cognitive setelah 2 (dua) behaviour therapy
behaviour therapy minggu atau selesai lebih tinggi dari
didapatkan bahwa intervensi, sehingga kelompok yang tidak
skor halusinasi belum terjadi proses mendapat terapi (DN,
menurun menjadi yang optimal dalam NN, MK).
1,8. Hal ini menurunkan skor
menunjukkan bahwa halusinasi.
Referensi
cognitive behaviour
therapy efektif Pernyataan tersebut Barrowclough, C.,
menurunkan tanda di atas didukung Haddock, G.,
dan gejala halusinasi penelitian yang Tarrier, N., et al.
dilakukan oleh Ng, (2001).
klien. Selain itu,
Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behaviour therapy (CBT)(Sri Eka Wahyuni, Budi Anna Keliat, Yusron, Herni Susanti) 193
Varcarolis. (1990).
Foundations of
psychitric mental
health nursing.
United States of
America:
Saunders
Company.
Woolfolk, A. (2009).
Educational
psychology:
Active learning
edition. Boston:
Pearson
Educational, Inc.