Anda di halaman 1dari 10

PENURUNAN HALUSINASI PADA KLIEN JIWA

MELALUI COGNITIVE BEHAVIOR THERAPHY


Sri Eka Wahyuni1,2*, Budi Anna Keliat3, Yusron4, Herni Susanti3
1. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia
2. Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*Email: eka_rizky06@yahoo.co.id

Abstrak

Salah satu cara mengatasi halusinasi adalah dengan pemberian cognitive behavior therapy (CBT). Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh CBT terhadap halusinasi klien di sebuah rumah sakit di Medan. Desain penelitian quasi eksperimental
dengan jumlah sampel 56 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan peningkatan pelaksanaan cara
mengontrol halusinasi yang bermakna antara kelompok yang mendapat dan tidak mendapat CBT (p< 0,05). Halusinasi
menurun secara bermakna pada kelompok yang mendapat CBT (p< 0,05). Sedangkan pada kelompok yang tidak mendapat
CBT halusinasi menurun secara tidak bermakna (p> 0,05). CBT direkomendasikan dilakukan pada klien halusinasi sebagai
tindakan keperawatan spesialis.

Kata kunci: cara mengontrol halusinasi, cognitive behavior therapy, halusinasi

Abstract
One way of dealing with the provision of hallucination is cognitive behavior therapy (CBT). This study aimed to verify the
effect of CBT on patient hallucinations at a hospital in Medan. Quasi experimental designs with a number of samples are 56
respondents. The results showed a difference in improving the implementation of a meaningful way of controlling the
hallucinations between groups that received and did not receive CBT (p< 0,05). Hallucinations were significantly decreased
in the group receiving CBT (p< 0,05), while in the group who did not receive CBT decreased hallucinations was not
significant (p> 0,05). CBT is recommended in patients with hallucinations as a specialist nursing intervention.

Keywords: way of controlling hallucinations, cognitive behavioral therapy, hallucination

Pendahuluan
halusinasi tidak ditangani secara baik, maka dapat
Salah satu gejala positif yang sering pada klien menimbulkan resiko terhadap keamanan diri klien
skizofrenia adalah halusinasi. Menurut Stuart dan sendiri, orang lain dan juga lingkungan sekitar.
Laraia (2005), yang menyatakan bahwa 70% klien Hal ini dikarenakan halusinasi dengar klien sering
skizofrenia mengalami halusinasi. Pada penelitian berisikan perintah melukai dirinya sendiri maupun
juga menunjukkan 90% klien halusinasi orang lain (Rogers, et al., 1990 dalam Dunn &
mengalami delusi, sedang pada klien delusi hanya Birchwood, 2009). Secara klinik dan evidence
35% yang mengalami halusinasi. Hal ini base, halusinasi dengar tersebut telah terbukti
didukung oleh Thomas (1991, dalam Mc-Leod, dapat menyebabkan distress pada individu
et al., 2006) yang menyatakan halusinasi secara (Garety & Hemsley, 1987 dalam Dunn &
umum ditemukan pada klien gangguan jiwa Birchwood, 2009).
salah satunya adalah pada klien skizofrenia.
Distress disebabkan karena frekuensi halusinasi
Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau yang sering muncul pada individu setiap harinya,
pengalaman indera yang tidak terdapat stimulasi kekerasan dari suara-suara yang didengarnya, isi
terhadap reseptornya. Halusinasi harus menjadi dari halusinasi dan juga keyakinan klien terhadap
fokus perhatian oleh tim kesehatan karena isi dari halusinasinya (Dunn & Birchwood, 2009).
apabila
186 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 185-192

Selain itu, halusinasi juga sering menyebabkan baik, meningkatkan fungsi sosial, mengurangi
ketakutan/ kecemasan bahkan depresi pada klien gejala-gejala positif dan negatif seperti halusinasi
gangguan jiwa. Dunn dan Birchwood (2009) juga dan juga delusi. Selain itu cognitive behaviour
menyebutkan 40% klien skizofrenia mengalami therapy juga telah terbukti efektif dalam
depresi akibat halusinasi dengar yang dialaminya. mengobati gejala positif akibat resistennya
individu terhadap obat-obatan skizofrenia
Pinikahana, Happell, dan Keks (2003, dalam (Kingdon & Turkington, 1997). Selain itu,
Stuart & Laraia, 2005) menyebutkan bahwa berdasarkan Chan dan Leung (2002), cognitive
sembilan sampai dengan 13% klien skizofrenia behaviour therapy juga memberi manfaat dan
mengalami suicide (bunuh diri). Selain itu, 20 – efek yang positif dalam menurunkan kejadian
50% klien skizofrenia melakukan percobaan kekambuhan pada klien gangguan jiwa.
bunuh diri. Hal tersebutlah yang menyebabkan
halusinasi harus ditangani sesegera mungkin Cognitive behaviour therapy telah terbukti
karena dampaknya akan menimbulkan masalah efektif dalam mengurangi gejala skizofrenia
yang lebih besar bagi klien maupun oranglain. khususnya halusinasi. Hal tersebut disebabkan
dalam proses pelaksanaannya cognitive
Salah satu terapi yang direkomendasikan dalam behaviour therapy memperkuat keyakinan dan
upaya mengatasi halusinasi adalah Cognitive kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi
behaviour therapy. Cognitive behaviour therapy yaitu dengan melatih melakukan strategi koping
adalah terapi yang digunakan untuk memodifikasi dalam mengontrol halusinasi secara konsisten
fungsi berpikir, merasa, dan bertindak dengan (Smith, et al., 2003).
menekankan pada peran otak dalam menganalisa,
memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan Turkington, Kingdon, dan Weiden (2006) juga
kembali sehingga dengan merubah status pikiran menyatakan bahwa dengan pemberi-an cognitive
dan perasaannya, klien diharapkan dapat merubah behaviour therapy memberikan perubahan yang
tingkah lakunya dari hal negatif menjadi positif sangat besar terhadap jumlah dan kekuatan
(Oemarjoedi, 2003). gejala- gajala positif. Turkington, Kingdon, dan
Weiden (2006) juga menyebutkan bahwa dengan
British Association for Behavioural and cognitive behaviour therapy dapat menolong
Cognitive Psychotherapies (2006) menyatakan gejala-gejala skizofrenia secara efektif. Hasil
cognitive behaviour therapy adalah terapi yang observasi perawat di United Kingdom
membantu individu merubah cara berfikir dan menyebutkan ada keuntungan dari pemberian
perilakunya sehingga perubahan itu membuat cognitive behaviour therapy dalam mengurangi
individu merasa lebih baik, dan terapi ini halusinasi dengar, depresi dan gejala lainnya.
berfokus pada here and now serta kesulitan
yang dihadapi. Dengan demikian cognitive Tujuan penelitian ini yaitu diperoleh gambaran
behaviour therapy merupakan suatu terapi yang tentang pengaruh cognitive behaviour therapy
membantu individu mengevaluasi kembali terhadap tanda dan gejala halusinasi pada klien,
persepsi, keyakinan, cara berfikir, dan perilaku pengetahuan dan pelaksanaan cara mengontrol
yang tidak adaptif yang disebabkan oleh masalah halusinasi di sebuah rumah sakit di Medan.
yang dihadapinya.
Metode
Keefektifan terapi ini telah dibuktikan penelitian
Granholm, et al. (2005) yang mengungkapkan Penelitian ini adalah penelitian quasi
bahwa dengan cognitive behaviour therapy pada experimental dengan metode kuantitatif
klien skizofrenia kronis dapat meningkatkan menggunakan desain “Quasi experimental pre-
kemampuan koping, mengevaluasi pengalaman post test control group” dengan intervensi
yang salah, pencapaian kognitif insight yang cognitive behavior therapy pada bulan Februari
sampai dengan Juni 2010. Teknik pengambilan
sampel secara consecutive sampling.
Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behaviour therapy (CBT)(Sri Eka Wahyuni, Budi Anna Keliat, Yusron, Herni Susanti) 187

Penelitian dilakukan setelah intervensi


untuk menganalisa pada kelompok yang intervensi naik behaviour therapy
halusinasi, mendapatkan menjadi menjadi rerata pelaksanaan
pengetahuan, dan cognitive behaviour 14,25. Selanjutnya cara mengontrol
pelaksanaan cara therapy (p= 0,000; berdasarkan hasil uji halusinasi sebelum
mengontrol α= 0,05). Kelompok statistik disimpulkan intervensi rerata
halusinasi dengan yang tidak mendapat bahwa ada 33,21, dan setelah
membandingkan pada cognitive behaviour perbedaan yang intervensi naik
kelompok yang therapy didapatkan bermakna terhadap menjadi menjadi
mendapatkan dan rerata pengetahuan rerata pengetahuan 55,68. Selanjutnya,
yang tidak klien dalam dalam mengontrol berdasarkan hasil uji
mendapatkan mengontrol halusinasi antara statistik disimpulkan
cognitive behavior halusinasi sebelum sebelum dan setelah ada perbedaan yang
therapy. Pada tiap intervensi yaitu rerata intervensi pada bermakna rerata
kelompok berjumlah 8,32, dan setelah kelompok yang tidak pelaksanaan cara
28 responden. mendapat cognitive dalam mengontrol
Analisis statistik behaviour therapy halusinasi antara
yang dipergunakan (p= 0,000; α= 0,05). sebelum dengan
yaitu univariat dan Ada perbedaan yang setelah intervensi
bivariat dengan bermakna pada pada kelompok yang
analisis dependent rerata pengetahuan mendapat cognitive
dan independent klien dalam behaviour therapy
sample t- Test serta mengontrol (p= 0,000; α= 0,05).
Chi-square dengan halusinasi setelah
tampilan dalam intervensi antara Pada kelompok yang
bentuk tabel dan kelompok yang tidak mendapat
distribusi frekuensi. mendapat dan tidak cognitive behaviour
mendapat terapi (p= therapy, pelaksanaan
0,000; α= 0,05). cara mengontrol
Hasil halusinasi sebelum
Pada kelompok yang Pada kelompok intervensi reratanya
mendapat cognitive yang mendapatkan yaitu 30,21,
behaviour therapy cognitive
rerata pengetahuan
klien dalam Tabel 1. Analisis Perbedaan Pengetahuan dan Pelaksanaan
Cara Mengontrol Halusinasi Sebelum dan Sesudah
mengontrol Intervensi Cognitive Behaviour Therapy
halusinasi sebelum
intervensi rerata Kelompok Kemampuan N
10,36, dan setelah
Intervensi Pengetahuan
intervensi naik a. Sebelum a. Se
menjadi menjadi b. Sesudah b. Se
16,71. Selanjutnya, Selisih Selis
berdasar hasil uji K
statistik disimpulkan a. Se
on
b. Se
ada perbedaan yang tr
bermakna rerata ol
pengetahuan klien Pe
dalam mengontrol ng
halusinasi antara eta
sebelum dengan hu
an
188 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 185-192

0, Selisih
0
0 Kontrol Pelaksanaan Cara
0 a. Sebelum 28
28 10,36 4,466
* b. 1,013
Sesudah 28
28 16,71
6,36 Selisih
4,279

28
dan setelah intervensi
8,32
dengan
4,269
setelah
0,000 28 naik menjadi
14,25menjadi intervensi
2,914 pada
* 36,79. 5,93Selanjutnya, kelompok yang
4,784
berdasar hasil uji mendapat cognitive
statistik disimpulkan behaviour therapy
28 bahwa ada perbedaan
33,21 (p= 0,004; α= 0,05).
10,553
0,000 yang bermakna pada Pada kelompok yang
28 55,68 12,341
*
rerata pelaksanaan tidak mendapat
cara mengontrol cognitive behaviour
halusinasi antara therapy dengan rerata
sebelum dengan halusiansi sebelum
setelah intervensi intervensi rerata
pada kelompok yang 18,86, dan setelah
tidak mendapatkan intervensi menurun
cognitive behaviour menjadi 16,36.
therapy (p= 0,024; α= Selanjutnya, berdasar
0,05). Ada perbedaan hasil uji statistik
yang bermakna pada disimpulkan bahwa
rerata pelaksanaan tidak ada perbedaan
cara mengontrol yang bermakna rerata
halusinasi setelah halusinasi antara
intervensi antara sebelum dengan
kelompok yang setelah intervensi pada
mendapat dan tidak kelompok yang tidak
mendapat cognitive mendapat cognitive
behaviour therapy behaviour therapy (p=
(p= 0,000; α= 0,05). 0,336; α= 0,05). Tidak
ada perbedaan yang
Pada kelompok yang bermakna rerata
mendapatkan halusinasi setelah
cognitive behaviour intervensi antara
therapy rerata kelompok yang
halusinasi klien mendapat dan tidak
sebelum intervensi mendapat cognitive
22,75, dan setelah behaviour therapy
intervensi menurun (p= 0,510; α= 0,05).
menjadi menjadi
14,50. Selanjutnya, Pembahasan
berdasarkan hasil uji
statistik disimpulkan Hasil analisis
bahwa ada perbedaan menunjukkan rerata
yang bermakna pada pengetahuan klien
rerata halusinasi klien mengontrol halusinasi
antara sebelum sebelum dilakukan
Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behaviour therapy (CBT)(Sri Eka Wahyuni, Budi Anna Keliat, Yusron, Herni Susanti) 189

terapi secara ditampilkan atau itu, pemberian pengetahuan individu


keseluruhan 9,34, dihasilkan tidak akan informasi akan itu sendiri.
nilai terendah 0 dan bertahan lama. meningkatkan
tertinggi 17. Menurut
Kesimpulannya Notoatmodjo (2007), Tabel 2. Analisis Perbedaan Pengetahuan dan Pelaksanaan
rerata pengetahuan menyatakan bahwa Cara Mengontrol Halusinasi Setelah Cognitive Behaviour
klien dalam pengetahuan Therapy
mengontrol merupakan hasil
Variabel Kelompok N
halusinasi bervariasi dari tahu dan terjadi
dari yang rendah setelah orang Pengetahuan Intervensi 28
sampai tinggi. melakukan Kontrol 28
Rerata pelaksanaan penginderaan Pelaksanaan cara Intervensi 28
cara mengontrol terhadap objek Kontrol 28
halusinasi sebelum tertentu.
dilakukan terapi Pengetahuan Selanjutnya, klien dalam hal
secara keseluruhan merupakan domain pengetahuan yang mengontrol
31,71 dengan nilai yang sangat penting didapat melalui halusinasinya,
terendah 19 dan dalam membentuk informasi akan sedangkan
tertinggi 73. tindakan seseorang, menimbulkan kemampuan
Kesimpulannya sehingga dapat kesadaran dan pada psikomotor
rerata pelaksanaan disimpulkan sebelum akhirnya individu merupakan
cara mengontrol individu melakukan akan berperilaku pelaksanaan cara
halusinasi bervariasi sesuatu tindakan, sesuai dengan mengontrol halusinasi
dari yang rendah individu tersebut pengetahuan yang dalam keseharian
sampai yang tinggi, harus mengetahui dapatnya. Hasil klien. Ketika perawat
rerata halusinasi terlebih dahulu perubahan perilaku melakukan asuhan
klien secara manfaat tindakan itu akan bersifat keperawatan pada
keseluruhan 20,80 tersebut bagi dirinya langgeng karena klien halusinasi,
dengan nilai melalui proses didasari oleh perawat memberi
terendah 4 dan pemberian kesadaran individu informasi terlebih
tertinggi 42. informasi atau sendiri dan bukan dahulu mengenai
Kesimpulannya peningkatan karena paksaan. halusinasi dan cara
rerata halusinasi pengetahuan. mengontrol
klien bervariasi Asuhan keperawatan halusinasi, kemudian
dari halusinasi Pernyataan tersebut pada klien halusinasi melatih klien untuk
ringan sampai diperkuat oleh WHO baik yang generalis mampu mengontrol
sangat berat. (dalam maupun spesialis halusinasinya secara
Notoatmodjo, bertujuan untuk mandiri.
Pengetahuan klien 2007), yang meningkatkan
dalam mengontrol menyatakan bahwa kemampuan klien Peningkatan
halusinasi strategi merubah dalam mengontrol pengetahuan terjadi
merupakan suatu perilaku individu halusinasinya. karena pada saat
hal yang paling dikelompokkan Menurut Varcarolis pelaksanaan cognitive
mendasar dalam menjadi tiga antara (1990), bahwa behavior therapy
proses perubahan lain; menggunakan kemampuan yang klien diberi informasi
dari perilaku klien. kekuatan atau harus dimiliki klien dan belajar
Tanpa dasar kekuasaan, meliputi 3 aspek yaitu keterampilan baru
pengetahuan yang pemberian informasi, kognitif, psikomotor dalam mengontrol
kuat, maka perilaku dan diskusi dan juga afektif. halusinasinya. Hal ini
klien yang partisipasi. Selain Kemampuan kognitif sesuai dengan
meliputi pengetahuan
190 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 185-192

pendapat Oemarjoedi instruksi diri, mengatasi masalah


(2003), yang diajarkan penguatan diri, dan (Sundberg,
menyebutkan bahwa keterampilan baru kemampuan dalam Winebarger, &
pada proses untuk mengatasi merubah lingkungan Taplin, 2007). Dari
cognitive behaviour masalah secara (Oemarjoedi, 2003). pernyataan tersebut
therapy terdapat praktis agar dapat dapat dilihat bahwa
proses cognitive diterapkan dalam Bentuk cognitive dalam proses
behaviour kehidupan sehari- behavior therapy cognitive behavior
modification. Salah hari. Smith, et al. juga dapat berupa therapy terdapat
satu dari proses (2003) menyebutkan problem solving proses belajar antara
cognitive behaviour bahwa proses therapies, coping terapis dan klien,
modification adalah pelaksanaan skills therapies dimana terapis
klien cognitive behaviour dimana ditekankan melakukan transfer
therapy memperkuat pada cara-cara pengetahuan
keyakinan dan belajar terhadap klien
kemampuan klien meningkatkan mengenai bagaimana
dalam mengontrol keterampilan adaptif cara klien
halusinasi yaitu dan asertif dan mengontrol
dengan cara melatih memperluas halusinasinya.
melakukan strategi kemampuan
koping dalam
mengontrol Tabel 3. Analisis Perbedaan Halusinasi Klien Sebelum dan
halusinasinya secara Sesudah Intervensi Cognitive Behaviour Therapy
konsisten.
Kelompok Kemampuan N
Selain itu, pada
proses cognitive Halusinasi
Intervensi a. Sebelum 28
behaviour therapy, b. Sesudah 28
klien dipersiapkan Selisih
agar dapat Kontrol Halusinasi
melakukan intervensi a. Sebelum 28
dan memotivasi b. Sesudah 28
dirinya sendiri untuk Selisih
berubah, serta
mampu berhadapan Hal ini terjadi karena tenaga yang ada
dengan dalam proses dengan mengulang-
kemungkinan cognitive behavior ulang aktivitas
resistensi dan therapy dan asuhan tertentu, latihan
relapse melalui keperawatan umum/ merupakan kegiatan
pelatihan stress generalis halusinasi pokok dalam proses
inoculation. terjadi proses latihan. belajar, sama halnya
Pelatihan ini terdiri Latihan itu sendiri seperti pembiasaan
dari kombinasi merupakan suatu hal atau pembudayaan.
antara pemberian penting dalam proses Latihan maupun
informasi, diskusi, pembelajaran. pembiasan terjadi
restrukturisasi Menurut dalam taraf biologis,
kognitif, problem Notoatmodjo (2007) tetapi apabila
solving, relaksasi, bahwa latihan adalah selanjutnya
pengulangan tingkah penyempurnaan berkembang ke arah
laku, monitor diri, potensi tenaga- psikis maka akan
Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behaviour therapy (CBT)(Sri Eka Wahyuni, Budi Anna Keliat, Yusron, Herni Susanti) 191

terjadi proses tidak terlepas dari


otomatisme. latihan. Latihan yang meningkatkan keluarga, upaya
terus menerus akan kompetensi sosial rehabilitasi,
menghasilkan dan membantu intervensi krisis
Proses tersebut
tindakan yang individu mengurangi assertive mobile,
menghasilkan
otomatisasi, yaitu perilaku maladaptif pemberian
tindakan yang tidak
tanpa disadari, cepat, serta membantu antipsikotik
disadari, cepat, dan
dan tepat. Hal ini individu dalam bermanfaat dalam
tepat. Pernyataan di
diperkuat oleh mengatasi stress dan mengatasi halusinasi.
atas juga diperkuat
pernyataan masalah baru. Barrow- clough, et
oleh pernyataan
D’Zurilla (1988, al. (2001) dalam
Bandura (1986,
dalam Sundberg, Peningkatan secara hasil penelitiannya
dalam Woolfolk,
Winebarger, & bermakna pada menunjukkan bahwa
2009), yang
Taplin, 2007) yang pelaksanaan cara program perawatan
mengungkapkan
menjelaskan bahwa mengontrol yang terintegrasi
bahwa dalam antara motivational
observational proses latihan halusinasi terhadap
keterampilan klien yang mendapat interviewing,
learning, terdapat cognitive behaviour
empat elemen mengatasi masalah cognitive behavior
yang terdapat dalam therapy juga dapat therapy, dan terapi
penting yaitu keluarga lebih efektif
meliputi; proses cognitive disebabkan dalam
behavior therapy proses pembentukan mengurangi gejala
memperhatikan, positif dan negatif
menyimpan akan perilaku baru,
terapis menerapkan pada klien skizofrenia
informasi, dibandingkan dengan
menghasilkan prinsip-prinsip teori
belajar dengan pada perawatan
perilaku, dan umum.
termotivasi dalam memberi penguatan
mengulangi perilaku. (reinforcement) dan
hukuman (punish- Hasil penelitian yang
Selain itu, dalam
ment) (Oemarjoedi, dilakukan oleh
proses menghasilkan
2003). Penguatan Granholm, et al.
perilaku, individu
dan hukuman ini (2005), yang
membutuhkan
dapat menguatkan mengungkapkan
banyak latihan, dan
perilaku yang bahwa dengan
umpan balik, karena
dihasilkan oleh cognitive behaviour
akan membuat
individu. therapy pada klien
perilaku menjadi
skizofrenia kronis
lebih lancar/ mahir.
Hal ini sesuai dapat mengurangi
dengan penelitian gejala positif. Selain
Proses latihan yang
yang dilakukan itu, penelitian oleh
terdapat didalam
Jenner, et al. (2006), Kingdon dan
proses cognitive
yang membuktikan Turkington (1994),
behaviour therapy
bahwa dengan yang menyatakan
dapat meningkatkan
Hallucination bahwa cognitive
pelaksanaan cara
Fokuced Integrative behaviour therapy
mengontrol
yang menggunakan efektif dalam
halusinasi. Menurut
berbagai terapi mengobati gejala
Notoatmodjo (2007)
modalitas seperti positif akibat
bahwa tingkah laku
cognitive behaviour resistennya individu
atau psikomotor
therapy, pelatihan terhadap obat-obatan
merupakan hasil dari
koping, terapi skizofrenia.
belajar, serta belajar
192 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 185-192

Tabel 4. Analisis Perbedaan Halusinasi Klien Setelah Hiu, dan Pau (2008),
Cognitive Behaviour Therapy tentang observasi Kesimpulan
Variabel Kelompok
yang dilakukan Hasil penelitian
setelah enam bulan menunjukkan
Halusinasi a. Intervensi 28 pelaksanaan halusinasi menurun
b. Kontrol 28 cognitive behaviour secara bermakna
therapy. Sedangkan, pada kelompok yang
Hasil penelitian ini pada hasil penelitian penelitian oleh
juga sesuai dengan ini juga didapatkan mendapat cognitive
Tarrier, et al. (1998) behaviour therapy
penelitian yang bahwa dengan menjelaskan bahwa
dilakukan oleh cognitive behaviour sedangkan halusinasi
observasi dilakukan pada kelompok yang
Trower, et al. therapy klien dapat 10 minggu setelah
(2004) dalam Dunn mengurangi tidak mendapat
pelaksanaan cognitive behaviour
dan Birchwood frekuensi dan cognitive behaviour
(2009), yang telah kekuatan halusinasi therapy menurun
therapy. Artinya, secara tidak
membuktikan bahwa serta distress dan bahwa perlu adanya
dengan pemberian depresi yang dihadapi bermakna.
waktu klien untuk Pengetahuan dan
cognitive behaviour klien dalam melakukan proses
therapy dapat menghadapi gejala pelaksanaan cara
pengulangan perilaku, mengontrol
mengurangi psikotik yang sehingga perilaku
kepercayaan dialaminya. halusinasi pada
tersebut menjadi kelompok yang
terhadap kekuatan budaya bagi klien dan
halusinasi dan Hasil penelitian juga mendapat cognitive
akhirnya secara tidak behaviour therapy
meningkatkan menunjukkan bahwa
langsung dapat meningkat secara
efektifitas tidak ada perbedaan
menurunkan bermakna dan
interpersonal. yang bermakna rerata
halusinasinya. kelompok yang tidak
Perubahan halusinasi halusinasi setelah
yang tampak setelah intervensi antara mendapat cognitive
pemberian cognitive kelompok yang behaviour therapy
behaviour therapy mendapat cognitive meningkat secara
adalah menurunnya behaviour therapy bermakna juga.
tanda dan gejala dengan kelompok Secara deskriptif
halusinasi klien. yang tidak mendapat didapat skor
cognitive behaviour peningkatan
Hasil yang mengacu therapy. Hal ini pelaksanaan cara
pada pre-test, terjadi karena waktu mengontrol
didapat rerata skor yang singkat dimana halusinasi pada
halusinasi klien 4,8, halusinasi klien kelompok yang
tetapi setelah diobservasi kembali mendapat cognitive
dilakukan cognitive setelah 2 (dua) behaviour therapy
behaviour therapy minggu atau selesai lebih tinggi dari
didapatkan bahwa intervensi, sehingga kelompok yang tidak
skor halusinasi belum terjadi proses mendapat terapi (DN,
menurun menjadi yang optimal dalam NN, MK).
1,8. Hal ini menurunkan skor
menunjukkan bahwa halusinasi.
Referensi
cognitive behaviour
therapy efektif Pernyataan tersebut Barrowclough, C.,
menurunkan tanda di atas didukung Haddock, G.,
dan gejala halusinasi penelitian yang Tarrier, N., et al.
dilakukan oleh Ng, (2001).
klien. Selain itu,
Penurunan halusinasi pada klien jiwa melalui cognitive behaviour therapy (CBT)(Sri Eka Wahyuni, Budi Anna Keliat, Yusron, Herni Susanti) 193

Randomized mental health Dovey,


controlled trial nursing practice. A. (2006). Stuart, G.W., & Laraia,
of motivational Journal of Cognitive M.T. (2005).
interviewing: Clinical Nursing, behaviour therapy Principle and
Cognitive 11 (2), 214–224. group work with practice of
behavior therapy voices hearers. psychiatric
and family Dunn, G., & British Journal of nursing (8th Ed.).
intervention for Birchwood, M. Nursing, 16 (4), Philadelphia:
patients with (2009). 248–252. Mosby, Inc.
comorbid Improving
schizophrenia psychological Ng, R.M.K., Hui, L.K., Sundberg, Winebarger,
and substance adjustment & Pau, L. (2008). & Taplin. (2007).
use disorders. following a first Cognitive Clinical
Am J Psychiatry, episode of behavioural psychology. New
158 (10), 1706– psychosis: A therapy by novices Jersey: Prentice
1713. randomised for supervised Hall.
controlled trial of community hostel
British Association cognitive therapy residents with Tarrier, N., Yusupoff,
for Behavioural to reduce post treatment resistent L., Kinney, C.,
and Cognitive psy- chotic schizofrenia in McCarthy, E.,
Psychotherapies. trauma hongkong: A pilot Gledhill, A.,
(2006). symptoms. study. Hong Kong Haddock, G., &
Cognitive Behaviour Journal of Morris, J. (1998).
behaviour Research and Psychiatry, 18 (2), Randomised
therapy. Therapy, 47, 454– 49–54. controlled trial of
Diperoleh dari 462. intensive
http://www.maki Notoatmodjo, S. cognitive
ng Granholm, E., (2007). Promosi behaviour
space.co.uk/docu McQuaid, J.R., kesehatan dan therapy for
ment_library/do McClure, F.S., et ilmu perilaku. patients with
wnloads/CBT- al. (2005). A Jakarta: PT. chronic
FACTSHEET.pd Randomized Rineka Cipta. schizophrenia.
f. controlled trial of BMJ, 317 (7154),
cogni- tive Oemarjoedi. (2003). 303–307.
Chan, S.W., & behavioralsocial Pendekatan
Leung, J.K. skills training for cognitive Trower, P., Birchwood,
(2002). middle- aged and behaviour therapy M., Meaden, A.,
Cognitive older outpatients dalam psikoterapi. Byrne, S., et al.
behavioural with chronic Jakarta: Penerbit (2004). Cognitive
therapy for schizophrenia. Kreativ Medika. therapy for
clients with Am J Psychiatry, command
schizophrenia: 162, 520–529. hallucinations:
Smith, L., Nathan, P.,
Implications for Randomised
Juniper, U.,
Kingsep, P., & controlled trial.
Jenner, J.A., et al. Canadian Journal The British
(2006). Hitting of Psychiatry, 51 Lim, L. (2003).
Cognitive Journal of
voices of (3), 169–177. Psychiatry, 184,
schizophrenia Behaviour
therapy for 312– 320.
patients may Kingdon, D., &
lastingly reduce Turkington, D. psychotic
symptoms: A Turkington, D.,
persistent (1994). Cognitive Kingdon, D., &
auditory therapy of therapists manual.
Perth, Australia: Weiden, P.J.
hallucinations schizophrenia. (2006). Cognitive
and their burden: New York: Centre for Clinical
Interventions. behavioral therapy
18 month Guilford Press. for schizophrenia:
outcome of a A review. Am J
randomized McLeod, T., Morris, Psychiatry, 163,
controlled trial. M., Birchwood, M., & 365–373.
194 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 3, November 2011; hal 185-192

Varcarolis. (1990).
Foundations of
psychitric mental
health nursing.
United States of
America:
Saunders
Company.

Woolfolk, A. (2009).
Educational
psychology:
Active learning
edition. Boston:
Pearson
Educational, Inc.

Anda mungkin juga menyukai