Anda di halaman 1dari 10

DESKRIPSI MATERI

PERTEMUAN KE-16: ANGGARAN PIUTANG


Mata Kuliah : Anggaran Perusahaan (Budgeting)
Dosen Pengampu: Ibram Pinondang Dalimunthe, S.E.Sy., M.M.

PENGANTAR:
Memberikan kredit memiliki beberapa risiko, di antaranya adalah risiko
tertanamnya harta dalam piutang dan risiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh
piutang. Oleh karena itu, perlu ditentukan besarnya piutang tidak tertagih dengan cara
menyediakan cadangan penghapusan piutang sebagai akibat kemungkinan tidak
tertagih. Dengan demikian, kerugian piutang tidak tertagih tidak dianggap sebagai hal
yang tidak terduga. Untuk memperkecil risiko kerugian piutang perlu dilakukan
penyarian pelanggan yang akan diberikan kredit, misalnya diadakan penyelidikan
mengenai 5C dan 3S.

Hal-hal yang termasuk dalam 5C, yaitu: (1) character [karakter] yaitu tabiat,
kejujuran, niat baik calon konsumen (debtor), (2) capacity [kapasitas] yaitu
kemampuan membayar calon debitur, (3) capital [modal] yaitu posisi keuangan calon
debitur, (4) condition [kondisi] yaitu keadaan politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan nasional, (5) collateral [jaminan] yaitu adanya jaminan
kredit, baik jaminan pokok maupun jaminan tambahan. Jaminan pokok misalnya dari
usaha yang dibiayai secara kredit. Jaminan tambahan adalah jaminan selain jaminan
pokok.

Hal-hal yang termasuk dalam 3S, yaitu: (1) solidaritas komersial, yaitu
mengenai kepercayaan kepada calon debitur atas kejujurannya dalam memenuhi
kewajibannya secara tepat waktu, (2) solidaritas finansial, yaitu mengenai
kepercayaan kepada calon debitur atas kondisi keuangannya untuk mampu melunasi
utangnya secara tepat waktu, (3) solidaritas moral, yaitu mengenai kepercayaan

1
kepada calon debitur atas moralnya yang baik untuk mampu memenuhi kewajibannya
sesuai janji.

TUJUAN PERKULIAHAN:
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu:
 Memahami faktor yang mempengaruhi anggaran piutang
 Menyusun anggaran piutang

URAIAN MATERI:
1.1. Jenis dan Manfaat Anggaran Piutang
Piutang (receivable) adalah hak menagih sejumlah harta dari kreditur
(pemberi pinjaman) kepada debitur (penerima pinjaman) yang bersedia
melunasinya pada waktu mendatang. Jadi, piutang itu ada karena (1) terdapat
dua pihak, yaitu kreditur dan debitur, (2) ada kesediaan debitur untuk melunasi
kewajibannya kepada debitur, (3) ada jarak waktu mulai timbul piutang sampai
saat pelunasannya, (4) ada hak menagih yang dimiliki kreditur.
1. Jenis piutang
Ada beberapa jenis piutang, yaitu piutang surat berharga (contoh:
bilyet giro belum jatuh tempo, bilyet giro kosong, cek kosong, dan cek
mundur), beban bayar di muka (contoh: sewa dibayar di muka, iklan
bayar di muka, dan bunga bayar di muka), setoran jaminan (contoh: untuk
keperluan garansi (jaminan) bank dan untuk keperluan menjalin
hubungan bisnis lainnya), piutang pajak (contoh: angsuran pajak, pajak
masukan, kelebihan bayar pajak, dan lain-lain), pinjaman pekerja, piutang
uang muka, piutang wesel, piutang usaha, dan piutang lainnya.
Piutang wesel (notes receivable) adalah piutang yang didukung janji
tertulis dalam bentuk wesel. Piutang wesel dan piutang surat berharga
dapat terjadi karena menjual barang secara kredit atau pemberian

2
pinjaman dalam bentuk uang. Piutang uang muka dapat terjadi sebagai
uang muka beli barang atau uang muka kerja (seperti: pasang iklan atau
membuat baleho).
Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul sebagai
akibat menjual barang atau jasa secara kredit dari usaha pokok
perusahaan. Piutang usaha berbeda dengan piutang dagang. Piutang usaha
meliputi piutang dagang, sedangkan piutang dagang hanya terdapat pada
perusahaan dagang yang menjual barang dagangannya secara kredit.
Piutang usaha meliputi seluruh macam/ jenis perusahaan yang menjual
barang atau jasa dari usaha pokoknya secara kredit.
Anggaran piutang yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah
anggaran piutang usaha. Hal ini bukan berarti jenis piutang lainnya tidak
penting untuk dianggarkan, melainkan karena piutang usaha timbul oleh
kebijakan perusahaan untuk memperlancar kegiatan penjualan dan
kegiatan penjualan merupakan ujung tombak maju mundurnya suatu
perusahaan.
2. Manfaat anggaran piutang
Piutang usaha sebagai investasi yang biasanya terdapat pada harta
lancar mempunyai beberapa manfaat, antara lain dapat memperlancar dan
memperbesar omzet barang yang dijual, mampu bersaing, memperluas
pelanggan, dan meningkatkan kemampuan laba perusahaan.
Pemberian piutang usaha dimaksudkan agar dapat memperlancar dan
memperbesar omzet barang yang dijual karena kegiatan penjualan
merupakan ujung tombak maju mundurnya suatu perusahaan.
Keberhasilan perusahaan dimulai dari kemampuan perusahaan menjual
barang atau jasa dari usaha pokoknya.
Kebijakan pemberian piutang usaha agar perusahaan mampu bersaing
dalam menjual produknya. Dalam kebijakan pemberian piutang perlu
diperhatikan:

3
a. Mengenai batas maksimal (plafon) piutang yang diberikan untuk
berbagai tingkatan debitur. Tingkatan debitur digolongkan
berdasarkan risiko tidak memenuhi kewajibannya sesuai janji.
Misalnya, debitur yang tingkat risikonya 20% tidak diberikan
piutang, debitur yang tingkat risikonya 15% diberikan piutang
maksimal Rp1.000.000, debitur dengan tingkat risiko 10%
diberikan piutang maksimal Rp2 juta, debitur dengan tingkat risiko
5% diberikan piutang maksimal Rp5 juta, dan seterusnya.
b. Penentuan jangka waktu kredit, yaitu berapa lama debitur harus
melunasi utangnya. Contoh: 2/ 10/ net 30, artinya pembayaran
dilakukan dalam waktu 10 hari sesudah waktu penyerahan barang
maka debitur mendapatkan potongan sebesar 2% dari harga jual dan
pembayaran selambat-lambatnya dilakukan dalam waktu 30 hari
sesudah penyerahan barang.
Pemberian piutang usaha dapat memperluas pelanggan dan dapat
menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan bila pelanggan tersebut
lancar dalam pembayaran.
Apabila piutang yang diberikan tersebut lancar pembayarannya dan
dapat memperbesar tingkat barang yang dijual, maka piutang yang
diberikan dapat meningkatkan kemampuan laba (profitabilitas)
perusahaan. Berdasarkan manfaat pemberian piutang tersebut maka
diperlukan adanya penganggaran piutang agar piutang yang diberikan
terencana dan terarah sehingga mempermudah pengembalian piutang.

1.2. Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Piutang


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya anggaran
piutang, antara lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit,
jangka waktu kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan
penagihan piutang.

4
1. Volume barang yang dijual secara kredit
Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar daripada tunai
dapat semakin memperbesar anggaran dalam piutang usaha, dan
sebaliknya. Contoh: sebulan dijual barang Rp100.000 dengan syarat 10%
dibayar tunai dan 90% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang
usaha yang tertanam 90% x Rp100.000 = Rp90.000.
Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai
dapat memperkecil anggaran dalam piutang usaha. Contoh: sebulan dijual
barang Rp100.000 dengan syarat 90% dibayar tunai dan 10% dilakukan
secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha tertanam 10% x
Rp100.000 = Rp10.000. Kesimpulannya, semakin besar piutang usaha
yang tertanam semakin besar risiko dalam piutang.
2. Standar kredit
Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha
yang tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan maka
semakin besar piutang yang tertanam dan semakin besar risiko kerugian
piutang. Standar kredit yang longgar dan ekstrim misalnya tidak perlu
jaminan kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh diberikan
fasilitas kredit, tanpa batas umur, dan tanpa mempertimbangkan apakah
calon debitur berpengalaman atau tidak dalam bekerja. Dengan kata lain,
analisis 5C dan 3S diabaikan.
Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin
kecil piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian
piutang. Standar kredit yang ketat dan ekstrim artinya calon debitur
diseleksi secara ketat.
3. Jangka waktu kredit
Jangka waktu kredit mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar
piutang usaha yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit yang

5
panjang dapat meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual, di
samping juga mengakibatkan piutang usaha semakin besar. Contoh pada
syarat pembayaran 10% diangsur sebulan, 20% diangsur dua bulan, 20%
diangsur tiga bulan, 20% diangsur empat bulan, 15% diangsur lima bulan,
dan 15% diangsur enam bulan.
Piutang bulan barang dijual = Rp100.000
Piutang bulan pertama 90% x Rp100.000 = Rp 90.000
Piutang bulan kedua 70% x Rp100.000 = Rp 70.000
Piutang bulan ketiga 50% x Rp100.000 = Rp 50.000
Piutang bulan keempat 30% x Rp100.000 = Rp 30.000
Piutang bulan kelima 15% x Rp100.000 = Rp 15.000
Piutang bulan keenam 0% x Rp100.000 = Rp 0
Sebaliknya, dengan jangka waktu yang pendek, misalkan barang yang
dijual secara kredit juga Rp100.000 dengan syarat pembayaran 10%
diangsur seblum, 90% diangsur dua bulan.
Piutang bulan barang dijual = Rp100.000
Piutang bulan pertama 90% x Rp100.000 = Rp 90.000
Piutang bulan kedua 0% x Rp100.000 = Rp 0
Dari contoh jangka waktu yang panjang masih terdapat piutang pada
bulan kedua (sebesar Rp70.000) sampai bulan kelima (sebesar Rp15.000),
sementara dengan jangka waktu yang pendek pada bulan kedua sampai
bulan kelima tidak terdapat piutang.
Pengaruh kebijakan jangka waktu kredit juga mempengaruhi terhadap
kemampuan laba perusahaan (berupa laba investasi), yaitu kemampuan
perusahaan memperoleh laba dengan modal sendiri seperti contoh
berikut:

6
Kredit Kredit Kredit
Keterangan Tunai
3 bulan 6 bulan 12 bulan
Jualan 1.000 1.000 1.000 1.000
Laba 15% x jualan 150 150 150 150
Kas 110 110 110 110
Piutang usaha - 250 500 1.000
Persediaan 200 200 200 200
Harga tetap bersih 500 500 500 500
Aset 810 1.060 1.310 1.810
Utang usaha 300 300 300 300
Modal sendiri 510 760 1.010 1.510
Laba investasi 29,41% 19,74% 14,85% 9,93%
Terlihat dari tabel bahwa dengan cara menjual tunai maka laba
investasi yang diperoleh sebesar 29,41%; dengan cara menjual kredit
selama 3 bulan maka laba investasi turun menjadi 19,74%; dengan cara
menjual kredit selama 6 bulan maka laba investasi turun lagi 14,85%’ dan
dengan menjual kredit selama 12 bulan maka laba investasi semakin turun
menjadi 9,93%. Jadi, dengan menjual tunai berarti laba investasi menjadi
lebih tinggi dibandingkan menjual secara kredit. Menjual kredit dengan
jangka waktu yang pendek mengakibatkan laba investasi yang lebih
tinggi bila tingkat laba, jualan, kas, persediaan, utang usaha tidak
berubah.
4. Pemberian potongan
Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya
investasi dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan
memperkecil piutang usaha yang tertanam. Sebaliknya, pemberian
potongan yang kecil memperbesar piutang yang tertanam.

7
Contoh:
Barang yang dijual Rp100.000
Pembelian tunai mendapat potongan 10% Rp 10.000
Uang yang harus dibayar pembeli Rp 90.000
Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan
timbulnya piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan)
mengakibatkan piutang usaha sebesar Rp100.000
5. Pembatasan kredit
Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit
dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit
maksimal yang akan diberikan. Pembatasan kredit juga dapat
mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan
(plafon) kredit maka semakin besar piutang usaha yang tertanam dan
semakin rendah batasan kredit maka semakin kecil piutang yang
tertanam.
6. Kebijakan penagihan piutang
Kebijakan penagihan piutang mempengaruhi besar kecilnya piutang
usaha yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan penagihan
piutang secara aktif ataupun pasif. Kebijakan penagihan piutang secara
aktif dapat memperkecil piutang usaha yang tertanam, sebaliknya
kebijakan penagihan piutang secara pasif dapat memperbesar piutang
usaha yang tertanam. Kebijakan penagihan piutang usaha secara aktif
memerlukan biaya (beban) yang besar dibandingkan kebijakan penagihan
secara aktif. Biaya yang dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang
secara aktif meliputi biaya perjalanan, biaya telepon, biaya surat-
menyurat, biaya administrasi piutang, dan lain-lain.

8
1.3. Ilustrasi Penyusunan Anggaran Piutang
Penyusunan anggaran piutang usaha merupakan tanggung jawab divisi
kredit. Divisi kredit dalam penyusunan anggaran piutang harus bekerja sama
dengan divisi penjualan. Divisi penjualan biasanya di bawah manajer
pemasaran, sedangkan divisi kredit biasanya di bawah manajer keuangan.
Penyusunan anggaran piutang dalam bahasan pokok ini berupa anggaran
piutang usaha.
1. Data yang diperlukan
Sebagai ilustrasi, data realisasi dan anggaran jualan PT Wijaya Asem
selama triwulan pertama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Realisasi anggaran Desember Rp80.000
Januari Rp85.000
Februari Rp90.000
Maret Rp95.000
Syarat pembayaran 50% tunai, 40% kredit sebulan, 10% kredit dua
bulan, dan 1% ditaksir tidak tertagih dari piutang usaha bulan yang
bersangkutan.
2. Penyusunan anggaran piutang
Sebelum menyusun anggaran piutang perlu dilakukan perhitungan
anggaran piutang usaha bersih dan taksiran piutang usaha tak tertagih
sebagai berikut:
Perhitungan anggaran piutang usaha bersih:
Januari = 9% x Rp80.000 + 49% x Rp85.000 = Rp48.850
Februari = 9% x Rp85.000 + 49% x Rp90.000 = Rp51.750
Maret = 9% x Rp90.000 + 49% x Rp95.000 = Rp54.650
Perhitungan taksiran piutang tak tertagih (penghapusan piutang):
Desember = 1% x Rp80.000 = Rp800
Januari = 1% x Rp85.000 = Rp850
Februari = 1% x Rp90.000 = Rp900

9
Maret = 1% x Rp95.000 = Rp950
Anggaran piutang usaha diperoleh dari piutang usaha bersih ditambah
cadangan penghapusan piutang usaha. Cadangan penghapusan piutang
usaha dihitung dari penghapusan piutang usaha periode (bulan) lalu
ditambah penghapusan piutang usaha periode (bulan) ini. Cadangan
penghapusan piutang usaha perhitungannya sebagai berikut:
Januari = Rp800 (bulan Desember) + Rp850 = Rp1.650
Februari = Rp850 (bulan Januari) + Rp900 = Rp1.750
Maret = Rp900 (bulan Februari) + Rp950 = Rp1.850
Anggaran piutang usaha juga dapat dihitung sebagai berikut:
Januari = 10% x Rp80.000 + 50% x Rp85.000 = Rp50.500
Februari = 10% x Rp85.000 + 50% x Rp90.000 = Rp53.500
Maret = 10% x Rp90.000 + 50% x Rp95.000 = Rp56.500
Keterangan: 9% + 1% = 10%
49% + 1% = 50%
Anggaran piutang usaha dapat disusun seperti tabel berikut:
PT Wijaya Asem
Anggaran Piutang Usaha
Triwulan Pertama Tahun 2015
Keterangan Januari Februari Maret
Piutang usaha 50.500 53.500 56.500
Cadangan penghapusan 1.650 1.750 1.850
Piutang usaha bersih 48.850 51.750 54.650

10

Anda mungkin juga menyukai