Hiperteroidisme
Hiperteroidisme
Nama Kelompok :
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hipertiroidisme” tepat waktu.
Makalah “Hipertiroidisme” disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi/mata
kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...2
1.3 Tujuan………………………………………………………………….3
1.4 Manfaat…………………………………………………………...……3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertiroidisme …...…………………………………….....4
2.2 Etiologi Hipertiroidisme ………………………………………….........4
2.3 Patofisiologi Hipertiroidisme ………………………………………….5
2.4 Klasifikasi Hipertiroidisme ……………………………………………6
2.5 Manifestasi Klinis Hipertiroidisme ……………………………………6
2.6 Pemeriksan Diagnostic Hipertiroidisme …………….…………….......7
2.7 Penatalaksanaan Hipertiroidisme ……………………………………...7
2.8 Komplikasi Hipertiroidisme …………………………………………...7
2.9 Fase Penyembuhan Hipertiroidisme …………………………....……...8
2.10 Obat Yang Digunakan ………………………………….....................8
2.11 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertiroidisme …....……..........9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………..........13
3.2 Saran……………………………………………………………....……13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada hipertiroid dan hipotiroid kepatuhannya sebesar 30%, kemudian menurut Siswanto
dkk (2015) bahwa Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pasien TB paru
dan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam minum obat anti tuberkulosis di
Puskesmas Andalas Kota Padang. Berdasarkan uraian di atas masih sedikit penelitian
terkait dengan penyakit hipertiroid sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan antara kepatuhan penggunaan obat terhadap keberhasilan.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Pengertian Hipertiroidisme !
2
1.3.7 Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Hipertiroidisme!
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan lebih mengembangkan pengetahuan yang dimiliki
mengenai Hipertiroidisme
1.4.2 Bagi Pembaca
Semoga makalah ini bisa menjadi acuan atau panduan dalam melakukan proses
perawatan terhadap penderita Hipertiroidisme
1.4.3 Bagi Instansi
Dapat menjadi acuan dalam pembelajaran proses keperawatan terutama terhadap
penderita Hipertiroidisme dan bahan untuk menyeleksi seorang perawat yang tangguh
dan bertanggung jawab dan sebagai sharing agar kita bisa mengoreksi diri kita sendiri.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
4. Kanker tiroid.
5. Tumor di testis atau ovarium.
6. Konsumsi obat dengan kandungan iodium tinggi, misalnya amiodarone.
7. Penggunaan cairan kontras dengan kandungan iodium dalam tes pemindaian.
8. Terlalu banyak konsumsi makanan yang mengandung iodium tinggi, seperti
makanan laut, produk susu, dan telur.
2.3 Patofisiologi hipertiroidisme
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel
ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya
beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
5
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
2.4 Klasifikasi
Hyperthyroidism atau hipertiroidisme juga dapat terjadi selama masa kehamilan.
Selama masa kehamilan, tubuh menghasilkan hormon alami yang dikenal dengan HCG
(human chorionic gonadotropin). Kadar hormon ini akan semakin meningkat, terutama
pada usia kehamilan 12 minggu. Tingginya hormon HCG dalam tubuh dapat merangsang
kelenjar tiroid untuk menghasilkan lebih banyak hormon tiroid, sehingga memicu
munculnya gejala hipertiroidisme. Hipertiroidisme juga rentan terjadi pada kehamilan
kembar dan pada kasus hamil anggur.
2.5 Manifestasi Klinis
Peningkatan frekuensi denyut jantung.
Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap Katekolamin.
Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik
Peningkatan frekuensi buang air besar
Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
Gangguan reproduksi
Tidak taahan panas dan Cepat lelah
Pembesaran kelenjar tiroid
Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan
zat dalam orbit mata
6
memastikan pembesaran kelenjar tiroid
f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid. Digunakan dengan indikasi:
Terapi untuk memperpaqjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien mudah dengan struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikusis
Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan,
atau sesudah pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
Persiapan tiroidektomi
Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
Pasien dengan krises tiroid
2.8 Komplikasi
7
Cara terbaik untuk mencegah hipertiroidisme adalah dengan menghindari
kondisi yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini. Sebagai contoh
bila Anda menderita penyakit diabetes tipe 1 yang berisiko menimbulkan hipertiroid,
Anda perlu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Selain mencegah
hipertiroidisme muncul, pencegahan agar gejala yang timbul menjadi tidak lebih
buruk juga tidak kalah penting. Ada beberapa pola hidup sehat yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan gejala dari hipertiroidisme, yaitu:
- Hindari kontak dengan anak-anak dan ibu hamil selama beberapa hari atau
minggu untuk mencegah penyebaran radiasi.
8
- Tidak dianjurkan untuk hamil setidaknya selama enam bulan setelah pengobatan.
2. Operasi
Pemberian obat dan terapi iodium radioaktif tidak efektif untuk mengatasi
hipertiroidisme.
Pembengkakan yang terjadi pada kelenjar tiroid cukup parah.
Kondisi penderita tidak memungkinkan untuk menjalani pengobatan dengan obat-
obatan atau terapi iodium radioaktif, misalnya sedang hamil atau menyusui.
Penderita mengalami gangguan penglihatan yang cukup parah.
Prosedur tiroidektomi dapat bersifat total atau sebagian, tergantung kondisi
penderita. Namun, sebagian besar tiroidektomi dilakukan dengan mengangkat
seluruh kelenjar tiroid untuk mencegah risiko hipertiroidisme kambuh atau
muncul kembali.
Penderita yang menjalani operasi pengangkatan kelenjar tiroid total dan terapi
radioaktif iodium dapat mengalami hipotiroidisme. Kondisi ini dapat diatasi
dengan mengonsumsi obat berisi hormon tiroid. Akan tetapi, konsumsi obat ini
mungkin perlu dilakukan seumur hidup.
2.11 Konsep dasar asuhan keperawatan
9
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun
harus ada bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat
tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas, selain itu dapat
juga terjadi ganggguan konsep diri body image, psikologis ini dapat muncul pada
pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit.
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien riwayat spiritualnya tidak mengalami gangguan
yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya pasien
dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat
kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara
berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
1. Inspeksi : Pengamatan lokasi pembengkakan, kulit pucat, laserasi
2. Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan kita
adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit
3. Perkusi : Perkusi Pemeriksaan dengan mengetuk daerah bagian adomen
4. Auskultasi ; Pemeriksaan dengan cara mendengarkan daerah bagian adomen
10
Melaporkan Observasi Untuk
1 Gula Darah
bahwa gula dari memonitor
naik
darah ketidak- respon
berkurang nyamanan terhadap
dengan pasien gula darah
menggunakan Kurangi Untuk
manajemen p faktor membantu
ola makan makan mengurangi
sehat makanan rasa lemas
Wajah rileks yang Untuk
Menyatakan menyebabk memberikan
rasa nyaman an gula alternative
setelah lemas darah naik penanganan
berkurang Ajarkan naiknya gula
tentang darah
Tanda vital
pola
dalam Untuk
makan
rentang membantu
sehat
normal dalam
Libatkan penanganan
keluarga gula darah
dalam
memberi
pila makan
11
Mengurangi faktor benda berat
naiknya gula
darah DO: Pasien masih
Mengajarkan tampak lemas
tentang pola hidup
sehat
Melibatkan keluarga
dalam memberi
asupan pola makan
sehat
2.12.4 Evaluasi
12
“ KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HIPERTEROIDISME”
Kasus :
Seorang pensderita laki-laki Tn “M” 47 tahun , suku Bugis Makassar, Agama Islam
,bertempat tinggal di Semata ,MRS tanggal 31 maret 2013 diruang interna 2 dengan keluhan
utama dengan panas badan .Dari hasil anamnesis ditemukan klien mengatakan panas badan
dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit , panas tidak tinggi dan tidak naik
disertai mual ,tidak muntah, klien mengatakan nafsu makan menurun ,mulut terasa kering
sehingga sering minum dan berat badan turun 48kg menjadi 41kg saat masuk rumah sakit.
Klien mengeluh sesak nafas disertai dada berdebar - debar sejak 3 bulan dan memberat 2
minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak bertambah dengan aktivitas sehari- hari dan
berkurang dengan istirhat. Selama 2 minggu ini sering buang air kecil terutama pada malam
hari sampai 5x/hari.
Selama 3 bulan ini klien mengeluh badan teras lemas dan cepat lelah terutama jika
melakukan aktivitas agak berat ,sering pusing , nyeri seluruh badan . Tn “M” sering
mengeluh gugup ,mudah gelisah,sulit tidur dan kadang- kadang disertai dada berdebar –
debar , rambut penderita normal dan tidak mudah rontok ,kulit berkeringat normal. Penderita
sering diare sebanyak rata- rata 3-5 x dalam sehari, cair bercampur ampas berwarna kuning
tanpa darah dan lendir . Saat masuk rumah sakit tidak ada keluhan BAB . Sebelumnya tidak
ada riwayat penyakit kencing manis, hipertensi, penyakit gondok maupun asma. Merokok
selama 15 tahun berhenti 1 tahun yang lalu . Tanggal 18 februari 2013 penderita kadang ke
poli jantung karena keluhan sesak nafas terutama jika aktivitas disertai berdebar-debar .
Dilakukan pemeriksaan EKG dan hasilnya normal. Foto rongen toraks PA dengan hasil
normal.
Tanggal 31 maret 2013 penderita masuk rumah sakit di ruang interna 2. Pemeriksaan
fisik didapatkan data sebagai berikut : kesadaran kompos mentis , gizi kurang dan keadaan
umum cukup baik. TB 161 cm , BB 41 kg , (BBR :...dan BMI :......) TD 130/80 mmHg, N
120 x/i irreguler, suhu badan 36,5 C , pernafasan 24 x/i. Pada pemeriksaan mata nampak
adanya eksophtalmus ringan. Pada leher dijumpai sedikit pembesaran kelenjar tiroid
,difus,kanan lebih besar daripada kiri ( ukuran 8x7 cm dan 6x6 cm) , padat kenyal , yang
nyata ketika penderita menengadah dan ikut bergerak jika menelan. Tidak di dapatkan nyeri
tekan maupun bruit. JVP tidak meningkat , pemeriksaan dada : tidak terjadi pembesaran
jatung S1 dan S2 tunggal , tidak ada suara tamnbahan , frekuensi 120 x/I , tidak teratur , tidak
tedapat bising jatung . Suara perkusi sonor pada lapang paru , suara napas vesikuer , tidak ada
ronchi maupun whezzing . Pada abdomen tidak terjadi asites dan tidak terjadi hepatomegali.
Pada pemeriksaan ekstermitas didapatkan adanya tremor halus pada jari- jari tangan , tidak
ada jari tabuh , tidak di dapatkan edema dan akral hangat.
I.Biodata
a. Identitas Klien
1. Nama / Nama Panggila : Tn. “M”
2. Usia : 47 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Suku : Bugis
6. Pendidikan : :-
7. Alamat : Samata
8. Tgl Masuk : 31 Maret 2013
9. Tgl Pengkajian : 11 April 2013
10. Diagnosa medik : Hiperteroid
11. Rencana terapi : :-
8.PEMERIKSAAN PENUNJANG
HB 15,0 g/dl 13 gr
HBsAG (-)
Urinalisis
Eritrosit 0-8 plp <5 plp
Leukosit 1,3 plp , 2-4 plp <5 plp
Epitel +3
Glukosa (-)
Keton (-)
protein
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
1.Klien mengatakan panas badan dirasakan 1.Penurunan BB dari 48kg menjadi 41kg.
sebelum masuk rumah sakit.
2.Hasil BBR : 67 % (kurus).
2.Klien mengatakan panas tinggi dan tidak
naik turun,disertai mual,namun tidak 3.Hasil IMT : 15,8 % (kurus).
muntah.
4.Tanda –tanda vital
3.Klien mengatakan mengeluh sesak nafas a. TD : 130/80 mmHg
disertai dada berdebar-debar sejak 3 bulan
b. N : 120x/i
dan memberat 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit ,sesak bertambah dengan c. Suhu Badan : 36,5 C
aktivitas sehari-hari dan berkurang dengan d. Pernafasan : 24 x/i
istirahat.
5.Pada leher dijumpai sedikit pembesaran
4.Klien mengatakan sering buang air kecil kelenjar teroid,difus,dan kanan lebih besar
terutama pada malam hari sampai 5x/ hari daripada kiri (kanan 8x7 cm dan kiri : 6x6
selama 2 minggu ini. cm), konsistensinya padat kenyal ,yang
nyata jika penderita menengadah dan ikut
bergerak jika menelan.
5.Klien mengatakan badan tersa lemas dan
cepat lelah terutama jika meklakukan
aktivitas yang berat ,sering pusing, dan nyeri 6.Pemeriksaan ekstremitas : ada tremor
seluruh badan dalam 3 bulan ini. halus pada jari-jari tangan.
d.Meningkatkan
relaksasi.
2. a.Pantau masukan
Nutrisi kurang dari Tujuan : a.Penurunan berat badan
kebutuhan b/d Berat badan klien stabil makanan setiap hari
terus menerus dalam
menurunnya nafsu Kriteria hasil : ,timbang berat badan
keadaan masukan kalori
makan. Klien akan menunjukan setiap hari
yang cukup merupakan
berat badan stabil dengan indikasi kegagalan
kriteria : b.Kaloborasi untuk terhadapn terapi
a.Nafsu makan baik pemberian diet tinggi antitiroid.
b.Berat badan normal kalori ,protein
,kaebhohidrat ,dan
c.Tidak ada tanda-tanda b.Mungkin memerlukan
vitamin.
malnutris. bantuan untuk menjamin
pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat
dan mengidentifikasi
makanan pengganti yang
sesuai.
f.Memahami bahwa
tinngkah laku
didasarkan atas
fisiologis dapat
memungkinkan respon/
pendekatan yang
berbeda ,penerima
terhadap situasi.
g.Memberikan informasi
dan meyakinkan pasien
bahwa keadaan itu
adalah sementara dan
akan membaik dengan
pengobatan.
h.Dapat digunakan
bersamaan dengan
pengobatan untuk
menurunkan pengaruh
dari sekresi hormon
tiroid yang berlebihan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit hipertiroidisme atau hipertiroid adalah penyakit akibat kadar hormon tiroid
terlalu tinggi di dalam tubuh. Kondisi kelebihan hormon tiroid ini dapat menimbulkan gejala
jantung berdebar, tangan gemetar, dan berat badan turun drastis. Kelenjar tiroid terletak di
bagian depan leher dan berperan sebagai penghasil hormon tiroid. Hormon ini berfungsi
untuk mengendalikan proses metabolisme, seperti mengubah makanan menjadi energi,
mengatur suhu tubuh, dan mengatur denyut jantung.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami memahami segala kekurangan dari apa yang ada
pada karya tulis kami sehingga kami sangat mengharapkan kritik atau saran guna
membangun karya tulisan kamu kedepan
DAFTAR PUSTAKA
13
Alodokter. Hipertiroidisme.https://www.alodokter.com/hipertiroidisme.diakses pada
tanggal 6 september 2021
EZ Syakal. https://id.scribd.com/document/139354156/ASKEP-KASUS-
HIPERTIROID. Di akses pada tanggal 6 oktober 2021