Anda di halaman 1dari 29

HIPERTIROIDISME

Nama Kelompok :

1. Ni Kadek Ayu Sri Anjeli (20089014011)


2. I Gusti Ayu Dea Maharani Kusuma (20089014017)
3. Ni Luh Putu Evaliana (20089014024)

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hipertiroidisme” tepat waktu.
Makalah “Hipertiroidisme” disusun guna memenuhi tugas pada bidang studi/mata
kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya karena tugas yang telah


diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini, terimakasih.

Singaraja, 5 September 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………....1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...2
1.3 Tujuan………………………………………………………………….3
1.4 Manfaat…………………………………………………………...……3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertiroidisme …...…………………………………….....4
2.2 Etiologi Hipertiroidisme ………………………………………….........4
2.3 Patofisiologi Hipertiroidisme ………………………………………….5
2.4 Klasifikasi Hipertiroidisme ……………………………………………6
2.5 Manifestasi Klinis Hipertiroidisme ……………………………………6
2.6 Pemeriksan Diagnostic Hipertiroidisme …………….…………….......7
2.7 Penatalaksanaan Hipertiroidisme ……………………………………...7
2.8 Komplikasi Hipertiroidisme …………………………………………...7
2.9 Fase Penyembuhan Hipertiroidisme …………………………....……...8
2.10 Obat Yang Digunakan ………………………………….....................8
2.11 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertiroidisme …....……..........9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………..........13
3.2 Saran……………………………………………………………....……13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertiroidisme merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua terbesar
di Indonesia setelah diabetes. Hipertiroidisme suatu penyakit yang tidak menular yang
dapat ditemukan di masyarakat. Hipertiroidisme salah satu dari penyebab penyakit
kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon tiroid
yang disebut Hipotiroid dan kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid. Kelebihan
suatu hormon tiroid (Hipertiroidisme) dapat menyebabkan gangguan berbagai fungsi
tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh (Sulistyani,
2013).Prevalensi kasus Hipertiroidisme banyak ditemukan pada seluruh populasi.
Berdasarkan data dari hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 mendapatkan 12,8%
laki-laki dan 14% perempuan memiliki kadar TSHrendah yang menunjukkan kecurigaan
adanya hipertiroidisme, meskipun secara persentase kecil namun secara kuantitas cukup
besar. Pada provinsi jawa tengah prevalensi yang terdoagnosis Hipertiroidisme 0,5%
(Infodantin, 2015).Proporsi segmen masyarakat kota semarang khususnya yang
mengonsumsi 300 μg/L atau lebih, cukup besar yaitu 47,8 persen (Riskesdas, 2007).
Konsumsi iodium di atas 300 μg/L berisiko hipertiroid yang dipicu oleh indium (Iodine
Induced Hyperthyroid, IIH). Hasil pemeriksaan di Indonesia sudah banyak yang memiliki
kadar iodium dalam urine >300 μg/L, artinya memiliki kecenderungan menderita
hipertiroid (Supadmi dkk, 2007) .
Meningkatnya kualitas hidup pasien bisa dipengaruhi oleh kepatuhan seorang pasien
dalam menjalani suatu terapi.Kepatuhan merupakan suatu sikap pasien mengikuti
instruksi penggunaan obat. Kepatuhan meliputi kebiasaan yang berhubungan dengan
kesehatan tentang penggunaan obat berdasarkan resep (WHO, 2003). Kepatuhan dalam
mengkonsumsi obat merupakan aspek utama dalam penanganan penyakit-penyakit
kronis,memperhatikan kondisi-kondisi tersebut diatas, kepatuhan dalam mengkonsumsi
obat harian menjadi salah satu fokus dalam mencapai derajat kesehatan pasien, dalam hal
ini perilaku ini dapat dilihat dari sejauh mana pasien mengikuti atau mentaati perencanaan
pengobatan yang telah disepakati oleh pasien dan profesional medis untuk menghasilkan
sasaran-sasaran terapeutik (Frain dkk, 2009).Menurut Uchida dkk (2014) Penggunaan
obat Amiodarone dapat menyebabkan hipertiroid sebesar 20,1%-37,8%. Saranya dkk
(2016) menyebutkan bahwa kepatuhan penggunaan obat pasien dengan gangguan tiroid

1
pada hipertiroid dan hipotiroid kepatuhannya sebesar 30%, kemudian menurut Siswanto
dkk (2015) bahwa Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pasien TB paru
dan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien dalam minum obat anti tuberkulosis di
Puskesmas Andalas Kota Padang. Berdasarkan uraian di atas masih sedikit penelitian
terkait dengan penyakit hipertiroid sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan antara kepatuhan penggunaan obat terhadap keberhasilan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Hipertiroidisme?

1.2.2 Apa Saja Etiologi Hipertiroidisme?

1.2.3 Bagaimana Patofisiologi Hipertiroidisme?

1.2.4 Apa saja Klasifikasi Hipertiroidisme?

1.2.5 Apa saja Manifestasi Klinis Hipertiroidisme?

1.2.6 Apa saja Pemeriksaan Diagnostic Hipertiroidisme?

1.2.7 Apa saja Penatalaksanaan Hipertiroidisme?

1.2.8 Apa saja Komplikasi Hipertiroidisme?

1.2.9 Apa saja Fase Penyembuhan Pada Hipertiroidisme?

1.2.10 Apa saja Obat Yang Digunakan Pada Hipertiroidisme?

1.2.11 Apa saja Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertiroidisme?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Pengertian Hipertiroidisme !

1.3.2 Agar mengetahui apa saja Etiologi dari Hipertiroidisme !

1.3.3 Untuk mengetahui Patofisiologi dari Hipertiroidisme !

1.3.4 Untuk mengetahui Klasifikasi pada Hipertiroidisme !

1.3.5 Untuk mengetahui Manifestasi Klinis pada Klien Hipertiroidisme !

1.3.6 Untuk mengetahui pemeriksaan Diagnostik pada Hipertiroidisme!

2
1.3.7 Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Hipertiroidisme!

1.3.8 Untuk mengetahui Komplikasi dari Hipertiroidisme!

1.3.9 Untuk mengetahui Fase Penyembuhan pada Hipertiroidisme!

1.3.10 Untuk megetahui Obat yang digunakan pada pasien Hipertiroidisme!

1.3.11 Untuk mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Hipertiroidisme!

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan lebih mengembangkan pengetahuan yang dimiliki
mengenai Hipertiroidisme
1.4.2 Bagi Pembaca
Semoga makalah ini bisa menjadi acuan atau panduan dalam melakukan proses
perawatan terhadap penderita Hipertiroidisme
1.4.3 Bagi Instansi
Dapat menjadi acuan dalam pembelajaran proses keperawatan terutama terhadap
penderita Hipertiroidisme dan bahan untuk menyeleksi seorang perawat yang tangguh
dan bertanggung jawab dan sebagai sharing agar kita bisa mengoreksi diri kita sendiri.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertiroidisme


Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh
metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337).Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi
akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296).
Penyakit hipertiroidisme atau hipertiroid adalah penyakit akibat kadar hormon tiroid
terlalu tinggi di dalam tubuh. Kondisi kelebihan hormon tiroid ini dapat menimbulkan
gejala jantung berdebar, tangan gemetar, dan berat badan turun drastis. Kelenjar tiroid
terletak di bagian depan leher dan berperan sebagai penghasil hormon tiroid. Hormon ini
berfungsi untuk mengendalikan proses metabolisme, seperti mengubah makanan menjadi
energi, mengatur suhu tubuh, dan mengatur denyut jantung. Kerja dari kelenjar tiroid juga
dipengaruhi oleh kelenjar di otak yang dinamakan kelenjar pituitari atau kelenjar
hipofisis. Kelenjar hipofisis akan menghasilkan hormon yang dinamakan TSH dalam
mengatur kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Ketika kadar hormon tiroid
dalam tubuh terlalu tinggi, maka proses metabolisme akan berlangsung semakin cepat dan
memicu berbagai gejala. Penanganan perlu segera dilakukan untuk mencegah
memburuknya gejala hyperthyroidism atau hipertiroid yang muncul.
2.2 Etiologi
Gangguan yang dapat menyebabkan hipertiroid bermacam-macam, mulai dari
penyakit autoimun hingga efek samping obat. Berikut ini adalah berbagai penyebab
penyakit dan kondisi yang bisa menyebabkan hipertiroidisme:
1. Penyakit Graves akibat autoimun atau kekebalan tubuh sendiri yang menyerang
sel normal.
2. Peradangan kelenjar tiroid atau tiroiditis.
3. Benjolan, seperti toxic nodular tiroid, atau tumor jinak di kelenjar tiroid atau
kelenjar pituitari (hipofisis).

4
4. Kanker tiroid.
5. Tumor di testis atau ovarium.
6. Konsumsi obat dengan kandungan iodium tinggi, misalnya amiodarone.
7. Penggunaan cairan kontras dengan kandungan iodium dalam tes pemindaian.
8. Terlalu banyak konsumsi makanan yang mengandung iodium tinggi, seperti
makanan laut, produk susu, dan telur.
2.3 Patofisiologi hipertiroidisme
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel
ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya
beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.

5
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

2.4 Klasifikasi
Hyperthyroidism atau hipertiroidisme juga dapat terjadi selama masa kehamilan.
Selama masa kehamilan, tubuh menghasilkan hormon alami yang dikenal dengan HCG
(human chorionic gonadotropin). Kadar hormon ini akan semakin meningkat, terutama
pada usia kehamilan 12 minggu. Tingginya hormon HCG dalam tubuh dapat merangsang
kelenjar tiroid untuk menghasilkan lebih banyak hormon tiroid, sehingga memicu
munculnya gejala hipertiroidisme. Hipertiroidisme juga rentan terjadi pada kehamilan
kembar dan pada kasus hamil anggur.
2.5 Manifestasi Klinis
 Peningkatan frekuensi denyut jantung.
 Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan
terhadap Katekolamin.
 Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
 Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik
 Peningkatan frekuensi buang air besar
 Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
 Gangguan reproduksi
 Tidak taahan panas dan Cepat lelah
 Pembesaran kelenjar tiroid
 Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan
zat dalam orbit mata

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH,
dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi
masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
c. Bebas T4 (tiroksin)
d. Bebas T3 (triiodotironin)
e. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk

6
memastikan pembesaran kelenjar tiroid
f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.

2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon
tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid. Digunakan dengan indikasi:
 Terapi untuk memperpaqjang remisi atau mendapatkan remisi yang
menetap, pada pasien mudah dengan struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikusis
 Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan,
atau sesudah pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
 Persiapan tiroidektomi
 Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
 Pasien dengan krises tiroid

2.8 Komplikasi

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis


tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau
terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati,
kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves,
infeksi.

2.9 Fase penyembuhan Hipertiroidisme

7
Cara terbaik untuk mencegah hipertiroidisme adalah dengan menghindari
kondisi yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini. Sebagai contoh
bila Anda menderita penyakit diabetes tipe 1 yang berisiko menimbulkan hipertiroid,
Anda perlu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Selain mencegah
hipertiroidisme muncul, pencegahan agar gejala yang timbul menjadi tidak lebih
buruk juga tidak kalah penting. Ada beberapa pola hidup sehat yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan gejala dari hipertiroidisme, yaitu:

 Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang


 Berolahraga secara teratur
 Mengelola stres dengan baik
 Tidak merokok

2.10 Obat yang digunakan untuk Hipertiroidisme

Pemberian obat bertujuan untuk menghambat atau menghentikan fungsi


kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon berlebih dalam tubuh. Jenis obat
yang digunakan adalah methimazole, carbimazole dan propylthiouracil. Dokter
juga akan memberikan obat yang dapat menurunkan detak jantung untuk
mengurangi gejala jantung berdebar. Dokter akan menurunkan dosis obat
apabila kadar hormon tiroid dalam tubuh telah kembali normal, biasanya 1-2
bulan setelah mulai kosumsi obat. Diskusikan dengan dokter endokrin
mengenai lamanya penggunaan obat.

1. Terapi iodium radioaktif

Terapi iodium radioaktif bertujuan untuk menyusutkan kelenjar tiroid,


sehingga mengurangi jumlah hormon tiroid yang dihasilkan. Penderita akan
diberikan cairan atau kapsul yang mengandung zat radioaktif dan iodium dosis
rendah, yang kemudian akan diserap oleh kelenjar tiroid. Terapi iodium radioaktif
berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Meski dosis yang diberikan
rendah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan penderita setelah menjalani
pengobatan hipertiroid ini, di antaranya:

- Hindari kontak dengan anak-anak dan ibu hamil selama beberapa hari atau
minggu untuk mencegah penyebaran radiasi.

8
- Tidak dianjurkan untuk hamil setidaknya selama enam bulan setelah pengobatan.

2. Operasi

Operasi pengangkatan kelenjar tiroid atau tiroidektomi dilakukan pada beberapa


kondisi sebagai berikut:

 Pemberian obat dan terapi iodium radioaktif tidak efektif untuk mengatasi
hipertiroidisme.
 Pembengkakan yang terjadi pada kelenjar tiroid cukup parah.
 Kondisi penderita tidak memungkinkan untuk menjalani pengobatan dengan obat-
obatan atau terapi iodium radioaktif, misalnya sedang hamil atau menyusui.
 Penderita mengalami gangguan penglihatan yang cukup parah.
 Prosedur tiroidektomi dapat bersifat total atau sebagian, tergantung kondisi
penderita. Namun, sebagian besar tiroidektomi dilakukan dengan mengangkat
seluruh kelenjar tiroid untuk mencegah risiko hipertiroidisme kambuh atau
muncul kembali.
 Penderita yang menjalani operasi pengangkatan kelenjar tiroid total dan terapi
radioaktif iodium dapat mengalami hipotiroidisme. Kondisi ini dapat diatasi
dengan mengonsumsi obat berisi hormon tiroid. Akan tetapi, konsumsi obat ini
mungkin perlu dilakukan seumur hidup.
2.11 Konsep dasar asuhan keperawatan

2.12.1 Identitas Pasien


a. Keluhan utama: Keluhan utamanya adalah tubuhnya terasa lemas

b. Riwayat kesehatan sekarang: Rasa lemas dirasakan di seluruh tubuh


a. Riwayat kesehatan dahulu : Ada tidaknya riwayat gula darah naik pada
masa lalu yang akan mempengaruhi proses perawatan
b. Riwayat kesehatan keluarga : klien mengatakan keluarga tidak ada yang
kena penyakit hipertiroidisme
 Pola Kebiasan
a. Pola Nutrisi : Tidak mengalami perubahan
b. Pola Eliminasi : Pasien Tidak mengalami gangguan eliminasi BAB
c. Pola Istirahat : Kebutuhan istirahat atau tidur pasien tidak mengalami perubahan
d. Pola Aktivitas : seluruh aktivitas dilakukan sendiri

9
e. Personal Hygiene : Pasien masih mampu melakukan personal hygienenya, namun
harus ada bantuan dari orang lain, aktivitas ini sering dilakukan pasien ditempat
tidur.
f. Riwayat Psikologis : Biasanya dapat timbul rasa takut dan cemas, selain itu dapat
juga terjadi ganggguan konsep diri body image, psikologis ini dapat muncul pada
pasien yang masih dalam perawatan dirumah sakit.
g. Riwayat Spiritual : Pada pasien riwayat spiritualnya tidak mengalami gangguan
yang berarti
h. Riwayat Sosial : Adanya ketergantungan pada orang lain dan sebaliknya pasien
dapat juga menarik diri dari lingkungannya karena merasa dirinya tidak berguna
i. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan setelah riwayat
kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik yang lengkap biasanya dimulai secara
berurutan dari kepala sampai kejari kaki.
1. Inspeksi : Pengamatan lokasi pembengkakan, kulit pucat, laserasi
2. Palpasi : Pemeriksaan dengan perabaan, penolakan otot oleh sentuhan kita
adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah yang sakit
3. Perkusi : Perkusi Pemeriksaan dengan mengetuk daerah bagian adomen
4. Auskultasi ; Pemeriksaan dengan cara mendengarkan daerah bagian adomen

2.12.2 Diagnosa Keperawatan


Pasien mengalami naiknya tekanan gula darah

2.12.3 Intervensi Keperawatan


Tujuan dan Intervensi Rasional
No Diagnosa TTD
Kriteria Hasil
Keperawatan

10
 Melaporkan  Observasi  Untuk
1 Gula Darah
bahwa gula dari memonitor
naik
darah ketidak- respon
berkurang nyamanan terhadap
dengan pasien gula darah
menggunakan  Kurangi  Untuk
manajemen p faktor membantu
ola makan makan mengurangi
sehat makanan rasa lemas
 Wajah rileks yang  Untuk
 Menyatakan menyebabk memberikan
rasa nyaman an gula alternative
setelah lemas darah naik penanganan
berkurang  Ajarkan naiknya gula
tentang darah
 Tanda vital
pola
dalam  Untuk
makan
rentang membantu
sehat
normal dalam
 Libatkan penanganan
keluarga gula darah
dalam
memberi
pila makan

2.12.3.1 Implementasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan Respon Klien


28 juni 2020  Mengobservasi DS: Pasien
Gula darah naik
reaksi ketidak- masih merasa
nyamanan lemas ketika
pasien beraktifitas atau
mengangkat

11
 Mengurangi faktor benda berat
naiknya gula
darah DO: Pasien masih
 Mengajarkan tampak lemas
tentang pola hidup
sehat

 Melibatkan keluarga
dalam memberi
asupan pola makan
sehat

2.12.4 Evaluasi

Tanggal Diagnosa Evaluasi


Ds : klien mengatakan sudah tidak lemas
28 juni 2020 Gula darah naik
lagi

Do : Pasien tampak tenang, dan tampak


lebih rileks

12
“ KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT HIPERTEROIDISME”

Kasus :

Seorang pensderita laki-laki Tn “M” 47 tahun , suku Bugis Makassar, Agama Islam
,bertempat tinggal di Semata ,MRS tanggal 31 maret 2013 diruang interna 2 dengan keluhan
utama dengan panas badan .Dari hasil anamnesis ditemukan klien mengatakan panas badan
dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit , panas tidak tinggi dan tidak naik
disertai mual ,tidak muntah, klien mengatakan nafsu makan menurun ,mulut terasa kering
sehingga sering minum dan berat badan turun 48kg menjadi 41kg saat masuk rumah sakit.
Klien mengeluh sesak nafas disertai dada berdebar - debar sejak 3 bulan dan memberat 2
minggu sebelum masuk rumah sakit, sesak bertambah dengan aktivitas sehari- hari dan
berkurang dengan istirhat. Selama 2 minggu ini sering buang air kecil terutama pada malam
hari sampai 5x/hari.

Selama 3 bulan ini klien mengeluh badan teras lemas dan cepat lelah terutama jika
melakukan aktivitas agak berat ,sering pusing , nyeri seluruh badan . Tn “M” sering
mengeluh gugup ,mudah gelisah,sulit tidur dan kadang- kadang disertai dada berdebar –
debar , rambut penderita normal dan tidak mudah rontok ,kulit berkeringat normal. Penderita
sering diare sebanyak rata- rata 3-5 x dalam sehari, cair bercampur ampas berwarna kuning
tanpa darah dan lendir . Saat masuk rumah sakit tidak ada keluhan BAB . Sebelumnya tidak
ada riwayat penyakit kencing manis, hipertensi, penyakit gondok maupun asma. Merokok
selama 15 tahun berhenti 1 tahun yang lalu . Tanggal 18 februari 2013 penderita kadang ke
poli jantung karena keluhan sesak nafas terutama jika aktivitas disertai berdebar-debar .
Dilakukan pemeriksaan EKG dan hasilnya normal. Foto rongen toraks PA dengan hasil
normal.

Tanggal 31 maret 2013 penderita masuk rumah sakit di ruang interna 2. Pemeriksaan
fisik didapatkan data sebagai berikut : kesadaran kompos mentis , gizi kurang dan keadaan
umum cukup baik. TB 161 cm , BB 41 kg , (BBR :...dan BMI :......) TD 130/80 mmHg, N
120 x/i irreguler, suhu badan 36,5 C , pernafasan 24 x/i. Pada pemeriksaan mata nampak
adanya eksophtalmus ringan. Pada leher dijumpai sedikit pembesaran kelenjar tiroid
,difus,kanan lebih besar daripada kiri ( ukuran 8x7 cm dan 6x6 cm) , padat kenyal , yang
nyata ketika penderita menengadah dan ikut bergerak jika menelan. Tidak di dapatkan nyeri
tekan maupun bruit. JVP tidak meningkat , pemeriksaan dada : tidak terjadi pembesaran
jatung S1 dan S2 tunggal , tidak ada suara tamnbahan , frekuensi 120 x/I , tidak teratur , tidak
tedapat bising jatung . Suara perkusi sonor pada lapang paru , suara napas vesikuer , tidak ada
ronchi maupun whezzing . Pada abdomen tidak terjadi asites dan tidak terjadi hepatomegali.
Pada pemeriksaan ekstermitas didapatkan adanya tremor halus pada jari- jari tangan , tidak
ada jari tabuh , tidak di dapatkan edema dan akral hangat.

Adapun hasil pemeriksaan laboratorium adalah Hb 15,0 g/dl, leukosit 6,1 x 10 L ,


trombosit 258 x 10/ L , SGPT 110 U/l , biliburin indirect 0,61 mg/dl,albumin 4,4 g/dl, HbsAg
(-) , BUN 24 mg/dl, kreatini serum 1,07mg/dl , Pco2 25,8, Po2 94,4, Widal test tipe 0:1/100 ,
tipe H : 1/200. Urinalis didapatkan eritrosit 0-8 plp , epitel 2-4 plp , glukosa +3 , keton (-),
protein (-). Hasil pemeriksaan GDP 400mg/dl, GD 2 PP 300 mg/dl , K 4,6 mEq/I , Na 133
mEq , kolesterol total 94 mg/dl , kolesterol HDL 46mg/dl , kolesterol LDL 85mg/dl.
A.PENGKAJIAN

I.Biodata
a. Identitas Klien
1. Nama / Nama Panggila : Tn. “M”
2. Usia : 47 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Suku : Bugis
6. Pendidikan : :-
7. Alamat : Samata
8. Tgl Masuk : 31 Maret 2013
9. Tgl Pengkajian : 11 April 2013
10. Diagnosa medik : Hiperteroid
11. Rencana terapi : :-

b.Riwayat Kesehatan Sekarang


1. Alasan Masuk RS :
Klien masuk rumah sakit karena klien mersakan panas badan dirasakan sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit , panas tidak tinggi dan tidak naik turun disertai mual ,
tidak muntah , klien mengatakan nafsu makan menurun ,mulut terasa kering sehingga
sering minum dan berat badan turun dari 48 kg menjadi 41 kg saat MRS.
2. Keluhan Utama : klien mengatakan panas badan
3. Riwayat Keluhan Utama
Klien mengatakan panas badan dirasakan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit , panas tidak tinggi dan tidak naik turun disertai mual, tidak muntah , klien mengatakan
nafsu makan menurun , mulut terasa kering sehingga sering minum dan berat badan turun.
Klien mengatakan sesak napas disertai dada berdebar- debar sejak 3 bulan dan
memberat 2 minggu sebelum MRS.
Selama 3 bulan ini klien mengatakan badan terasa lemas dan cepat lelah terutama jika
melakukan aktivitas agak berat , sering pusing , nyeri seluruh badan.
4.Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Tidak ada riwayat penyakit kencing manis ,hipertensi ,penyakit gondok maupun
asma . Akan tetapi klien memiliki riwayat merokok selama 15 tahun berhenti 1 tahun yang
lalu.
5.Aktivitas Sehari-Hari
Klien selama 2 minggu sering buang air kecil terutama pada malam hari sampai 5 x
/hari dan kurangnya aktivitas sehari-hari dari klien.
6.Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas
Gejala : Badan terasa lemas dan cepat lelah , jika melakukan aktivitas berat.
b.Sirkulasi
Gejala :
Tanda : Tidak terjadi pembessaran jantung S1 dan S2 tunggal tidak ada suara

Tambahan ,frekuensi 120x/I , tidak teratur ,tidak terdapat bising jantung.


c.Eliminasi
Gejala : urine : buang air kecil terutama malam hari sampai feses, sering diare
. sebanyak rata-rata 3-5x sehari , cair bercampur ampas berwarna
Kuning tanpa darah dan lendir.
Saat masuk rumah sakit tidak ada keluhan BAB.
d.Integritas ego
Gejala : Keadaan umum cukup baik , kesadaran komposmentis
Tanda : -
e.Makanan / Cairan
Gejala : Kehilangan BB ( 48 kg menjadi 41 kg) , mulut terasa kering dan sering
Minum ,nafsu makan menurun,disertai mual dan tidak muntah.
f.Neurosensori
Gejala : adanya tremor halus pada jari-jari tangan . Tidak ada jari tabuh, tidak di
Dapatkan edema dan akral hangat.
g.Pernafasan
Tanda : frekuensi pernafasan meningkat (24x/m)
h.Keamanan
Gejala : kulit berkeringat normal
Tanda : eksostalmus ringan
i.Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : Sebelum tidak ada riwayat penyakit kencing manis ,hipertensi ,
Hipertensi ,penyakit gondok maupun asma . Merokok selama 15 tahun
Berhenti 1 tahun lalu.
7.Pemeriksaan fisik
1. Tingkat kesadaran : komposmentis , keadaan umum cukup baik
2. Tanda-tanda vital meliputi : Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 120x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu Badan : 36,5 C
3.Pemeriksaan Head to too
a.Kulit
inspeksi : nampak kulit berkeringat normal
b.Kepala
inspeksi : Nampal simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh ,tidak ada luka ,kulit
kepala bersih,rambut penderita normal dan tidak mudah rontok.
c.Mata
inspeksi : nampak adanya eksophtalmus ringan,ikterus (-) , pupil isokhor kiri dan
kanan refleks cahaya (+),tanda-tanda anemis tidak dijumpai .
d.Telinga
inspeksi : Nampak bentuk simetris kiri dan kanan ,pendengaran tidak terganggu dan
tidak ada nyeri ,serumen sedikit , tidak menggunkan pendengaran dan tidak ditemu
kan cairan.
e.Hidung
inspeksi : Nampak bentuk simentris ,fungsi penciuman baik , polip (-), tidak
ditemukan darah / cairan keluar dari hidung.
f.Mulut dan tenggorkan
inspeksi : Nampak mulut terasa kering.
g.Leher
Palpasi : teraba pembengkakan kelenjar teroid dan leher dapat digerakan dengan
Bebas.
h.Dada
Bentuk dada simetris ,Klien selalu merasakan dada berdebar-debar.
i.Ekstremitas atas :
Bentuk ekstremitas simetris , dan klien selalu merasakan lemah dan cepat lelah
Sehingga terjadi penurunan aktivitas gerak.
j.Ekstremitas bawah
Bentuk ekstremitas simetris dan klien selalu merasakan lemah dan cepat lelah sehingga
Terjadi penurunan aktivitas gerak.

8.PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN HASIL LAB.PASIEN NILAI NORMAL

HB 15,0 g/dl 13 gr

Leukosit 6,1 x L 5000 -10.000 mm3

Trombosit 258x L 150.000-400.000mm3

SGOT 59u/L 5-40 u/L

SGPT 110u/L 5-41u/L

Bilirubin Direct 1,89mg/dl 0-0,2mg/dl

Bilirubin Indirect 0,61 mg/dl 0,2-0,8mg/dl

Albumin 4,4 g/dl 3,8-5,6mg/dl

HBsAG (-)

BUN 24 mg/dl 6-20 mg/dl

Kreatinin Serum 1,07 mg/dl 0,7-1,2 mg /dl

Pco2 25,8 mmHg 35-45mmHg

Po2 94,9mmHg 80-100mmHg

Widal test (tipe O :1/100 Tipe O : 1/100 dan Tipe H :


dan Tipe H : 1/200) 1/200

Urinalisis
Eritrosit 0-8 plp <5 plp
Leukosit 1,3 plp , 2-4 plp <5 plp
Epitel +3
Glukosa (-)
Keton (-)
protein

GDP 400 mg/dl 126mg/dl

GD 2 PP 300 mg/dl 80-140 mg/dl

K 4,6 mEq/L 3,5-5 mEq/L

Na 133 mEq 135-145 mEq

Kolesterol Total 94 mg/dl <200mg/dl

Kolesterol HDL 46 mg/dl >55 mg/dl

Kolesterol LDL 85 mg/dl <150mg/dl

KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
1.Klien mengatakan panas badan dirasakan 1.Penurunan BB dari 48kg menjadi 41kg.
sebelum masuk rumah sakit.
2.Hasil BBR : 67 % (kurus).
2.Klien mengatakan panas tinggi dan tidak
naik turun,disertai mual,namun tidak 3.Hasil IMT : 15,8 % (kurus).
muntah.
4.Tanda –tanda vital
3.Klien mengatakan mengeluh sesak nafas a. TD : 130/80 mmHg
disertai dada berdebar-debar sejak 3 bulan
b. N : 120x/i
dan memberat 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit ,sesak bertambah dengan c. Suhu Badan : 36,5 C
aktivitas sehari-hari dan berkurang dengan d. Pernafasan : 24 x/i
istirahat.
5.Pada leher dijumpai sedikit pembesaran
4.Klien mengatakan sering buang air kecil kelenjar teroid,difus,dan kanan lebih besar
terutama pada malam hari sampai 5x/ hari daripada kiri (kanan 8x7 cm dan kiri : 6x6
selama 2 minggu ini. cm), konsistensinya padat kenyal ,yang
nyata jika penderita menengadah dan ikut
bergerak jika menelan.
5.Klien mengatakan badan tersa lemas dan
cepat lelah terutama jika meklakukan
aktivitas yang berat ,sering pusing, dan nyeri 6.Pemeriksaan ekstremitas : ada tremor
seluruh badan dalam 3 bulan ini. halus pada jari-jari tangan.

6.Klien mengatakan sering gugup, mudah 7.Pemeriksaan mata nampak adanya


gelissh ,sulit tidur,dan kadang-kadang ekspotalmus ringan.
disertai dada berdebar-debar.
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DO : Suhu 36,3 C Laju Metabolisme Kelelahan
DS : Klien mengatakan badannya terasa Meningkat
panas sejak 2 minggu sebelum masuk >Hipermetabolik
rumah sakit ,panas tidak tinggi dan tidak
naik turun.
2. DO : BB menurun 48kg menjadi 41kg Penurunan berat badan > Nutrisi kurang dari
DS : Klien mengatakan nafsu makan Nafsu makan menurun kebutuhan.
menurun,ada mual namun tidak ada
muntah.
3. DO : nadi : 120x/menit Status hipermetabolik> Ansietas
DS : Klien mengatakan sering gugup , sulit stimulasi ssp > efek
tidur,dan kadang-kadang disertai dada pseudokotekolamin dari
berdebar-debar. hormon tiroid.
4. DO : Tidak mengenal sumber Kurang pengetahuan
DS : Klien sering menegeluh mudah informasi tentang ,mengenal kondisi,
gelisah penyakitnya. prognosis, dan
kebutuhan
pengobatan.

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN :

1.Kelahan b/d hipermetabolik dan peningkatan kebutuhan energi.


2.Nutrisi kurang dan kebutuhan b/d menurunnya nafsu makan.
3.Anietas.
4.Kurang pengetahuan ,mengenal kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
( HARUS SMART)

Nama Pasien : Tn. M Nama Mahasiswa : Kelompok 16


Ruang : Interna 2 NPM :
No.M R :

NO. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan dan
Kriteria Evaluasi
1. Kelelahan b/d Tujuan : a.Pantau tanda vital dan a.Nadi secara luas
hipermetabolik dan Kelelahan klien dapat catat nadi baik istirahat meningkat dan bahkan
peningkatan kebutuhan teratasi dan terjadi maupun saat aktivitas istirahat , takikardia
energi. peningkatan energi. mungkin ditemukan.
Kriteria hasil : b.Ciptakan lingkungan
Klien akan yang tenang b.Menurunkan stimulasi
mengungkapkam secara yang kemungkinan besar
verbal tentang c.Sarankan pasien untuk dapat menimbulkan
peningkatan tingkat mengurangi aktivitas. agitasi ,hiperaktif , dan
energi. insomnia.
d.Berikan tindakan yang
membuat pasien merasa c.Membantu melawan
nyaman seperti massage. pengaruh dari
peningkatan
metabolisme.

d.Meningkatkan
relaksasi.

2. a.Pantau masukan
Nutrisi kurang dari Tujuan : a.Penurunan berat badan
kebutuhan b/d Berat badan klien stabil makanan setiap hari
terus menerus dalam
menurunnya nafsu Kriteria hasil : ,timbang berat badan
keadaan masukan kalori
makan. Klien akan menunjukan setiap hari
yang cukup merupakan
berat badan stabil dengan indikasi kegagalan
kriteria : b.Kaloborasi untuk terhadapn terapi
a.Nafsu makan baik pemberian diet tinggi antitiroid.
b.Berat badan normal kalori ,protein
,kaebhohidrat ,dan
c.Tidak ada tanda-tanda b.Mungkin memerlukan
vitamin.
malnutris. bantuan untuk menjamin
pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat
dan mengidentifikasi
makanan pengganti yang
sesuai.

3. Ansietas b/d status Tujuan : a.Pantau respon fisik


hipermetabolik Tampak rileks ,palpitasi ,gerakan , yang a.Peningkatan
(stimulasi SSP,efek berulang-ulanng pengeluaran penyekat
Kriteria hasil : beta-adrenergik pada
pseudokotekolamin) Melaporkan ansietas ,hiperventilasi,insomnia
daerah reseptor
berkurang sampek tingkat ,bersamaan dengan efek-
yang dapat diatasi nadi b.Observasi tingkah laku efek kelebihan hormon
dalam batas normal : 80- yang menunjukan tingkat teroid ,menimbulkan
100x/i mampu antientas. manisfestasi klinik dari
mengidentifikasika cara peristiea kelebihan
hidup yang sehat. c.Jelaskan prosedur katekolamin ketika
,lingkungan sekeliling kadar epinefrin / nore
atau suara yang mungkin pinefrin dalam keadaan
di dengar oleh klien . normal.

d.Bicara singkat dengan b.Asientas ringan dapat


kata yang sederhana. ditunjukan dengan peka
rangsangan dan
e.Kurang stimulasi dari insomnia .Ansietas berat
luar : tempatkan pada yang berkembang
ruangan yang tenang kedalam panik dapat
,berikan kelembutan menimbulkan ketidak
,musik yang nyaman mampuan untuk bicara
,kurangi lampu yang dan bergerak , berteriak-
terlalu terang,kurangi teriak/berseumpah.
jumlah orang yang
berhubungan dengan c.Memberi informasi
klien. akurat yang dapat
menurunkan distorsi /
f.Diskusikan dengan klien kesalahan interpretasi
atau orang terdekat yang dapat berperanan
penyebab emosional yang pada reaksi ansietas.
labil/ reaksi psikotik.
d.Rentang perhatian
g.Tekankan harapan mungkin menjadi
bahwa pengendalian pendek ,konsentrasi
emosi itu harus tetap berkurang , yang
diberikan sesuai dengan membatasi kemampuam
perkembangan terapi obat untuk mengasimilasi
informasi.
h.Kalaborasi dengan
pemberian obat e.Menciptakan
antiansietas (transquilizer , lingkungan yang
siroid yang edatif) dan terpeutik menunjukan
pantau efeknya. penerimaan bahwa
aktivitas unit / personel
dapat meningkatkan
ansientas klien.

f.Memahami bahwa
tinngkah laku
didasarkan atas
fisiologis dapat
memungkinkan respon/
pendekatan yang
berbeda ,penerima
terhadap situasi.

g.Memberikan informasi
dan meyakinkan pasien
bahwa keadaan itu
adalah sementara dan
akan membaik dengan
pengobatan.

h.Dapat digunakan
bersamaan dengan
pengobatan untuk
menurunkan pengaruh
dari sekresi hormon
tiroid yang berlebihan.

4. Kurang pengetahuan Tujuan : a.Tinjauan ulang proses


mengenal kondisi Klien dapat mengerti penyakit dan harapan a.Memberikan
masa dating. pengetahuan dasar
,prognosis,kebutuhan tentang keadaan dimana pasien dapat
pengobatan b/d kurang penyakitnya dari menentukan pilihan
pemanjanan ,kesalahan informasi yang diberikan. b.Berikan informasi yang berdasarkan informasi.
interpretasi informasi Kriteria hasil : tepat dengan keadaan
Pasien mengatakan individu.
b.Berat ringannya
mengerti tentang proses keadaan penyebab ,usia
penyakit dan c.Identifikasi sumber stres dan komplikasi yang
pengobatannya dan diskusikan faktor muncul akan
.mengidentifikasikan pencetus krisis tiroid yang menentukan tindakan
hubungan antara tanda terjadi. pengobatan.
dan gejala pada proses
penyakit dan hubungan d.Tekankan pentingnya c.Faktor psikogenik
gejala dengan faktor perencanaan waktu seringkali sangat penting
penyebabnya. istirahat. dalam memunculkan
/eksaserbasi dari
e.Tekankan pentingnya prnyakit ini.
evaluasi medik secara
teratur . d.Mencegah munculnya
kelelahan ,menurunkan
kebutuhan metabolisme.
e.Penting sekali untuk
menentukan efektivitas
dari terapi dan
pencegahan terhadap
kompliaksi fatal yang
sangat potensial terjadi.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit hipertiroidisme atau hipertiroid adalah penyakit akibat kadar hormon tiroid
terlalu tinggi di dalam tubuh. Kondisi kelebihan hormon tiroid ini dapat menimbulkan gejala
jantung berdebar, tangan gemetar, dan berat badan turun drastis. Kelenjar tiroid terletak di
bagian depan leher dan berperan sebagai penghasil hormon tiroid. Hormon ini berfungsi
untuk mengendalikan proses metabolisme, seperti mengubah makanan menjadi energi,
mengatur suhu tubuh, dan mengatur denyut jantung.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami memahami segala kekurangan dari apa yang ada
pada karya tulis kami sehingga kami sangat mengharapkan kritik atau saran guna
membangun karya tulisan kamu kedepan
DAFTAR PUSTAKA
13
Alodokter. Hipertiroidisme.https://www.alodokter.com/hipertiroidisme.diakses pada
tanggal 6 september 2021

Indra TeanRiot.Asekep Hipertiroidisme.https://id.scribd.com.diakses pada tanggal 6


september 2021

Redaksi Halodoc.Hipertiroidisme.https//www.halodoc.com.diakses pada tanggal


6september 2021

EZ Syakal. https://id.scribd.com/document/139354156/ASKEP-KASUS-
HIPERTIROID. Di akses pada tanggal 6 oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai