Askep Paru Obstruksi Kronis
Askep Paru Obstruksi Kronis
Askep Paru Obstruksi Kronis
“ASKEP PPOK”
DISUSUN OLEH:
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BULELENG
2021 /2022
1
KATA PENGATAR
Segala Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah dari kelompok kami dengan materi “Askep Keperawatan
PPOK Konsep Patofisiologi ” ini sanggup tersusun hingga selesai. Tak lupa penulis
sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yan mendorong terbentuknya makalah
ini, ucapan terima kasih kepada Ns.Ni Made Dwi Yunica Astriani , S.Kep.,M.Kep. sebagai
pengajar dalam kuliah ini.
Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu bagi para pembaca maupun pendengar. Sehingga untuk ke depannya sanggup
memperbaiki bentuk maupun meningkatkan isi makalah sehingga menjadi makalah yang
memiliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………5
1.3 Tujuan………………………………………………………………………..5
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………...6
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...7
2.1 Pengertian ppok……………………………………………………………..7
2.2 Etiologi ppok………………………………………………………………...7
2.3 Patofisiologi ppok……………………………………………………………8
2.4 Klasifikasi ppok……………………………………………………………...9
2.5 Manifestasi klinis ……………………………………………………………9
2.6 Pemeriksaan diagnostic……………………………………………………...10
2.7 Pemeriksaan fisik……………………………………………………………11
2.8 Diagnosis banding…………………………………………………………...12
2.9 Pemeriksaan penunjang……………………………………………………...13
2.10 Penatalaksanaan dari ppok………………………………………………15
2.11 Komplikasi ppok ……………………………………………………..…15
2.12 Pendidikan kesehatan……………………………………………..……..16
2.13 Fase penyembuhan……………………………………………………....16
2.14 Konsep dasar asuhan keperawatan …………………………………......18
BAB III PENUTUP…………………………………………………….………..36
3.1 KESIMPULAN ………………………………………………………..…….36
3.2 SARAN………………………………………………………………….…...36
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………37
Soal soal PPOK…………………………………………………………………..38
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Kronis atau PPOK sudah bukan suatu hal yang asing terdengar
di telinga masyarakat. PPOK adalah istilah yang menggambarkan sejumlah penyakit yang
menyerang paru paru dalam jangka waktu yang panjang dan ditandai dengan obstruksi
aliran udara dan hiperinflasi paru. PPOK tergolong penyakit tidak menular dan penyebab
kematian terbesar ke-4 di dunia, setelah penyakit kardiovaskuler, kanker, dan diabetes
(WHO,2010). Lebih dari 3 juta jiwa meninggal karena PPOK di tahun 2016 dan
menyumbang 6% dari seluruh kematian, sehingga diprediksi pada 2020 penyakit PPOK
akan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab utama kematian di dunia (Guide dan
Copd,2010).
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 mencatat sebesar 3,7% penduduk Indonesia
menderita PPOK dimana prevalensilebih tinggi pada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan
hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya keterkaitan penderita PPOK dengan
kebiasaan merokok dan keterpaan asap rokok secara pasif di Indonesia, yang mana semakin
tinggi prevalensi merokok akan semakin tinggi resiko terjadinya PPOK.
Permasalahan yang kerap kali ditemui yaitu penurunan nilai Arus Puncak Ekspirasi
(APE). APE menjadi salah satu indicator fungsi paru yang dapat mendiagnosis adanya
PPOK melalui pemeriksa Peak Expiratory Flow Rate (PEFR), yaitu parameter pada
spirometri yang mengukur kecepatan aliran udara maksimal yang terjadi pada tiupan paksa
maksimal yang dimulai dari paru dengan keadaan inspirasin maksimal.
Intervensi fisioterapi yang dapat digunakan untuk memperbaiki postur thoraks sehingga
mampu memaksimalkan kapasitas inspirasi pada penderita PPOK adalah pemasangan
taping. Taping merupakan salah satu intervensi fisioterapi yang diberikan dengan metode
pembalutan elastis pada permukaan kulit dan didesain sedemikian rupa sehingga
mempunyai efek terapeutik dan pengobatan (widiarti dan sukadarwanto, 2016). Salah satu
manfaat dari taping yaitu sebagai fasilitas dalam koreksi postur (capecci et al., 2014). Hal
ini diharapkan mampu membantu postur dalam kondisi upright sehingga kapasitas inspirasi
meningkat.
4
Melihat permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
pengaruh pemberian taping pada punggung atas terhadap arus puncak ekspirasi penderita
PPOK.
1.3 Tujuan
5
1.3.9 Untuk Mengetahui Pendidikan Kesehatan Pada PPOK
1.4 Manfaat
Semoga makalah ini bisa menjadi acuan atau panduan dalam melakukan proses
perawatan terhadap penderita PPOK
6
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah peradangan pada paru-paru yang
berkembang dalam jangka panjang. PPOK umumnya ditandai dengan sulit bernapas, batuk
berdahak, dan mengi (bengek). PPOK lebih sering menyerang orang berusia paruh baya
yang merokok. Seiring waktu, penyakit ini akan makin memburuk dan berisiko
menyebabkan penderitanya mengalami penyakit jantung dan kanker paru-paru. Selain itu,
penyakit paru obstruktif kronis juga bisa meningkatkan risiko penderitanya terkena
COVID-19. Menurut sebuah penelitian, orang yang menderita PPOK memiliki risiko 5 kali
lipat lebih tinggi terkena COVID-19 dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
PPOK. Penyakit paru obstruktif kronis terjadi ketika saluran pernapasan dan paru-paru
rusak serta mengalami peradangan. PPOK berkembang secara perlahan dan tidak
menunjukkan gejala khusus pada tahap awal. Gejalanya baru muncul setelah bertahun-
tahun, ketika sudah terjadi kerusakan yang signifikan pada paru-paru.
2.2 Etiologi
1. Merokok
Merokok merangsang makrofag melepaskan fator kemotaktik netrofil dan
elastase yang akan menyebabkan destruksi jaringan. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa penurunnan fungsi paru dan perubahan struktur paru pada
pasien yang merokok telah terjadi jauh sebelum gejala klinis PPOK muncul.
2. Faktor Lingkungan
PPOK dapat muncul pada pasien yang tidak pernah merokok. Faktor
lingkungan dicurigai dapat menjadi penyebabnya namun mekanisme belum
diketahui pasti. Pada negara dengan penghasilan sedang hingga tinggi, merokok
merupakan penyebab utama PPOK, namun pada negara dengan penghasilan rendah
paparan terhadap polusi udara merupakan penyebabnya. Faktor risiko yang berasal
dari lingkungan antara lain adalah polusi dalam ruangan, polusi luar ruangan, zat
kimia dan debu pada lingkungan kerja, serta infeksi saluran nafas bagian bawah
yang berulang pada usia anak.
7
3. Defisiensi enzim Alpha1-antitrypsin (AAT)
AAT merupakan enzim yang berfungsi untuk menetralisir efek elastase
neutrophil dan melindungi parenkim paru dari efek elastase. Defisiensi AAT
merupakan faktor predisposisi pada Emfisema tipe panasinar. Defisiensi AAT yang
berat akan menyebabkan emfisema prematur pada usia rata-rata 53 tahun untuk
pasien bukan perokok dan 40 tahun pada pasien perokok.
9
Gejala dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah seperti susah bernapas,
kelemahan badan, batuk kronik, nafas berbunyi, mengi atau wheezing dan
terbentuknya sputum dalam saluran nafas dalam waktu yang lama.
Pada PPOK tipe bronkhitis kronik, gejala khas yang sering muncul adalah :
a. Batuk produktif yang semakin parah seiring waktu dan menyebabkan sesak yang
hilang timbul
b. Infeksi paru yang sering berulang
c. Gagal nafas/gagal jantung yang berkembang secara progresif disertai edema dan
peningkatan berat badan
Pada PPOK tipe emfisema, gejala khas yang sering muncul adalah:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada PPOK fase awal umumnya normal atau hanya
menunjukkan ekspirasi yang memanjang. Pemeriksaan fisik akan semakin
bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan PPOK dan semakin bermakna pada
PPOK berat.
1. Inspeksi
Pada inspeksi dapat ditemukan :
a. Penampilan pink puffer (kurus, kulit kemerahan) atau blue bloater (gemuk,
sianosis, edema tungkai)
b. Bila telah terjadi gagal jantung kanan dapat terlihat denyut vena jugularis dan
edema tungkai.
c. Penggunaan dan hipertrofi otot bantu nafas
d. Pursed-lips breathing
e. Barrel chest( diameter antero-posterior dan transversal sebanding)
2. Palpasi
Pada tipe emfisema, fremitus paru dirasakan melemah dengan sela iga melebar.
3. Perkusi
Pada perkusi toraks akan ditemukan suara paru hipersonor, batas jantung mengecil,
dan letak diafragma rendah.
4. Auskultasi
Pada auskultasi toraks akan ditemukan ekspirasi memanjang, wheezing pada waktu
bernafas biasa atau ekspirasi paksa, penurunan suara nafas vesikuler, dan suara
jantung terdengar menjauh.
11
Diagnosis Banding
Diagnosis banding penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau chronic
obstructive pulmonary disease (COPD) bergantung dari presentasi klinis pasien.
Secara umum, PPOK dapat didiagnosis banding dengan:
1. Asma
Asma biasanya sudah muncul dari usia anak. Gejala asma biasanya muncul pada
malam atau dini hari dan bersifat reversibel. Dapat juga ditemukan alergi, rhinitis
dan/atau eczema. Namun dapat juga ditemukan kombinasi gejala dari PPOK dan
Asma.
3. Bronkiektasis
Merupakan pelebaran abnormal bronchus yang berhubungan dengan infeksi
kronik atau infeksi berulang. Gejala menyerupai PPOK, namun disertai dengan
sesak semakin berat dengan produksi sputum yang mukopurulen.
4. Tuberkulosis
Tuberkulosis dapat terjadi pada semua usia. Foto thoraks polos menunjukkan
gambaran infiltrat dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikrobiologis.
5. Bronkiolitis Konstriktif
Biasanya muncul pada usia muda, dan terjadi setelah trauma inhalasi,
transplantasi (sumsum tulang, paru), riwayat reumatoid arthritis atau inflammatory
bowel disease (IBS). Pasien akan mengalami batuk dan sesak yang dapat muncul
saat istirahat atau beraktifitas. Tes fungsi paru menunjukkan keterbatasan aliran
udara yang progresif dan ireversibel.
12
6. Panbronkiolitis Difusa
Biasanya ditemukan pada pasien dengan keturunan asia. Sebagian besar pasien
laki-laki dan tidak merokok. tes fungsi paru menunjukkan adanya gambaran
obstruktif, namun terkadang ditemukan juga campuan obstruktif-restriktif.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau
chronic obstructive pulmonary disease (COPD) yang bermanfaat diantaranya
adalah pemeriksaan fungsi paru dan pemeriksaan radiologis.
13
Pada foto rontgen thoraks anteroposterior-lateral, dapat ditemukan hiperinflasi
paru, hiperlusensi, diafragma tampak datar, bayangan jantung yang sempit, dan
gambaran jantung seperti pendulum (tear drop appearance). Pada PPOK tipe
bronkitis kronis dapat ditemukan pertambahan corak vascular paru dan
kardiomegali.
Pemeriksaan CT scan toraks dapat membantu dalam mendiagnosis berbagai tipe
dari PPOK. CT Scan lebih spesifik dalam mendiagnosa emfisema jika
dibandingkan foto thoraks polos.
3. Pemeriksaan Echokardiografi
Pada pasien dengan PPOK lama, dapat menyebabkan timbulnya hipertensi
pulmonal dan gagal jantung kanan (cor pulmonale). Echocardiografi dapat
digunakan untuk menilai tekanan sistolik arteri pulmonal dan fungsi sitolik
ventrikel kanan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium sebetulnya tidak ada yang spesifik untuk PPOK.
Apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium, maka akan didapatkan :
a. Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) dapat digunakan untuk memprediksi
tingkat keparahan dan serangan akut dari PPOK. Secara umum. pH < 7.3
menandakan adanya gangguan pernafasan akut. Biasanya juga ditemukan
kompensasi ginjal sehingga nilai pH mendekati normal.
b. Pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan untuk melihat apakah ada infeksi
sekunder pada PPOK yang ditandai dengan leukositosis
c. Pemeriksaan kimia darah pada pasien PPOK dapat menunjukkan retensi natrium.
Obat-obatan PPOK (agonis beta adrenergic, teofiline) memiliki efek penurunan
kadar kalium serum, sehingga harus dilakukan monitor berkala.
d. Pemeriksaan Sputum
Pada bronchitis kronis, biasanya sputum bersifat mukoid dan penuh dengan
makrofag. Pada PPOK eksaserbasi, sputum akan menjadi purulent dan penuh
dengan neutrofil. Perlu juga dilakukan pemeriksaan kultur mikroorganisme,
sehingga dapat diberikan antibiotik yang definitif.
14
a. Pemeriksaan Brain natriuretic peptide (BNP) dapat membantu dalam
membedakan sesak yang disebabkan oleh PPOK atau oleh gagal jantung kongestif.
Namun tetap harus memperhatikan gejala klinis pasien.
b. Pemeriksaan enzim alpha1-antitrypsin (AAT) dapat ditemukan defisiensi AAT.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien yang memiliki riwayat keluarga
menderita emfisema pada usia muda.
15
Hipoksia adalah kondisi dimana kurangnya oksigen bagi sel dan jaringan tubuh.
Kondisi ini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius lainnya yang terkadang
bisa mengancam nyawa.
2. Infeksi Pernapasan
Infeksi influenza merupakan salah satu penyebab pneumia. Oleh karena itu, Ketika
pertahanan tubuh di system pernapasan melemah akibat PPOK, infeksi influenza
yang mungkin menyerang cenderung lebih mudah mengakibatkan pneumia.
3. Gagal Jantung
Salah satu komplikasi yang paling fatal dari PPOK adalah gagal jantung. Hal ini
terjadi karena fungsi paru-paru sangat berkaitan dengan fungsi jantung. Ketika
paru-paru bermasalah, jantung juga akan terpengaruh seiring berjalannya waktu.
4. Kanker paru-paru
Kanker paru-paru biasanya merupakan kondisi yang berakibat fatal. Itu sebabnya,
penting untuk melakukan pencegahan komplikasi PPOK agar penyakit tak meluas
dan merusak paru-paru. Salah satu cara utama untuk melakukan pencegahan PPOK
adalah berhenti merokok.
16
menghambat perkembangan penyakit ini, sehingga pasien dapat menjalani aktivitas
dengan normal.
Berikut ini adalah beberapa metode penanganan PPOK:
1. Obat-obatan
Obat yang biasanya digunakan untuk meredakan gejala PPOK adalah obat hirup
(inhaler) berupa:
a. Bronkodilator, seperti salbutamol, salmeterol dan terbutaline
b. Kortikosteroid, seperti fluticasone dan budesonide
Tergantung pada kondisi pasien, dokter dapat meresepkan obat-obatan di atas
sebagai obat tunggal atau obat kombinasi.
Jika obat hirup belum dapat meredakan gejala PPOK, dokter akan meresepkan obat
minum berupa kapsul atau tablet. Obat yang dapat diberikan antara lain:
a. Teofilin, untuk mengurangi pembengkakan di saluran napas
b. Mukolitik, untuk mengencerkan dahak atau lendir
c. Penghambat enzim fosfodiesterase-4, untuk melegakan saluran napas
d. Kortikosteroid, untuk mengurangi peradangan saluran pernapasan
e. Antibiotik, jika terjadi tanda-tanda infeksi paru
2. Terapi oksigen
Terapi ini bertujuan untuk memberikan pasokan oksigen ke paru-paru. Pasien bisa
menggunakan tabung oksigen portabel yang bisa dibawa ke mana saja.
Lamanya penggunaan tabung oksigen tergantung pada kondisi pasien. Sebagian
pasien hanya menggunakannya saat sedang beraktivitas atau saat tidur. Namun,
sebagian lain harus menggunakannya sepanjang hari.
3. Rehabilitasi paru
Rehabilitasi paru-paru atau fisioterapi dada bertujuan untuk mengajarkan pasien
terapi fisik yang sesuai dengan kondisinya, pola makan yang tepat, serta untuk
memberikan dukungan secara emosional dan psikologis.
4. Alat bantu napas
Jika gejalanya cukup serius, pasien harus menggunakan alat bantu napas yaitu
mesin ventilator. Ventilator adalah mesin pemompa udara yang akan membantu
pasien bernapas. Ventilator terhubung dengan saluran pernapasan pasien lewat
selang yang dimasukkan hingga ke trakea dengan cara intubasi.
5. Operasi
17
Operasi dilakukan pada pasien yang gejalanya tidak dapat diredakan dengan obat-
obatan atau terapi. Jenis operasi yang dapat dilakukan antara lain:
1. Operasi pengurangan volume paru-paru
Operasi ini bertujuan untuk mengangkat bagian paru-paru yang sudah rusak,
sehingga jaringan paru-paru yang sehat bisa berkembang.
2. Transplantasi paru-paru
Transplantasi paru-paru adalah operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk
diganti dengan paru-paru sehat dari pendonor.
3. Bullektomi
Bullektomi adalah operasi untuk mengangkat kantong udara (bullae) yang
terbentuk akibat rusaknya alveolus, agar aliran udara menjadi lebih baik.
21
2. Jenis suara nafas tambahan adalan :
a) Wheezing
b) Ronchi
d) Crakles
- Fine crakles
- Coars crakles
3. Pengkajian psikososial
Pengkajian
1. DATA UMUM
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.Y
Umur : 64 Tahun
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pekerjaan : Pensiunan
22
Dx Medis : Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
Tanggal MRS :-
Ruangan :-
Gol. Darah :-
Umur : 33 Tahun
Nama : Tn.D
Pekerjaan : Wiraswasta
Telp :-
23
IV POLA FUNGSI KESEHATAN
a) Pola Nutrisi : Terjadi penurunan berat badan yang cukup drastic sebagai akibat
dan hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang makin melimpah
c) Pola Istirahat : Insomnia dan pada saat tidur dalam posisi duduk tinggi.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
A. Kesadaran : Composmentis, E = 4, V = 5, M = 6
2. Head to toe
a) Kepala
Inspeksi: simetris pada kepala, rambut terlihat kering dan kusam, warna
24
rambut hitam atau beruban, tidak adanya hematom pada kepala, tidak adanya
pedarahan pada kepala.
Palpasi: tidak teraba benjolan pada kepala, rambut teraba kasar.
b) Mata
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada mata, reaksi pupil
terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan lepas pada daerah mata, tidak teraba benjolan
disekitar mata
c) Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan pada telinga, tidak terjadi perdarahan, tidak ada
Palpasi : tidak teraba benjolan pada daun telinga, tidak ada nyeri saat diraba
bagian telinga, tidak ada perdarahan pada telinga baik luar maupun dalam.
d) Hidung
Inspeksi : simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada hidung, tidak ada
Palpasi : tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada perdarahan pada
hidung.
Inspeksi : mulut terlihat bersih, gigi lengkap atau sesuai dengan usia,
mukosa lembab/ kering, tidak ada stomatitis, dan terjadi kesulitan menelan.
f) Thoraks
Pemeriksaan paru
25
Inspeksi : batuk produktif non produktif, terdapat sputum yang kental dan sulit
dikeluarkan, bernafas menggunakan otot-otot tambahan, ada sianosis, Pernafasan
cuping hidung, penggunaan oksigen, sulit bicara karena sesak nafas.
Auskultasi : respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada fase
respirasi semakin menonjol.
g) Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, arteri carotis terlihat dengan jelas di leher.
Perkusi : pekak
Auskultasi : BJ1 dan BJ2 reguler atau terdapat suara tambahan seperti mur-mur
dan gallop.
h) Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran, tidak ada bekas operasi,
dan tidak adanya lesi pada abdomen. Auskultasi : bising usus 12x/mnt
Palpasi : tidak teraba adanya massa/ pembengkakan, hepar dan limpa tidak teraba,
tidak ada nyeri tekan dan lepas didaerah abdomen. pada kaki, akral teraba hangat.
i) Integumen
Inspeksi : Struktur kulit halus, kulit sawo matang, tidak ada benjolan
Pemeriksaan Penunjang
1) Spirometri
3) Radiografi
26
Therapy
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup berikut ini, sesuai dengan Nanda :
27
Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
N (NANDA)
Tujuan dan Intervensi Rasional
O Kriteria (NIC)
Hasil
(NOC)
1 Ketidak efektifan Status a) Manajemen - Memonitor
pembersihan respirasi; jalan nafas bersihan jalan
kepatenan b) Penurunan napas efektif
jalan nafas yang jalan nafas kecemasan - Membantu
berhubungan dengan : dengan skala c) Pencegahan untuk melakukan
3 setelah aspirasi batuk efektif dan
Domain : 11
diberikan d) Melakukan suara napas yang
Keamanan/perlindungan, perawatan fisioterapi dada bersih
kelas : 2 Cedera fisik, selama 4 hari e)
dengan Menginstrusika
Halaman : 384 NANDA kriteria: n cara
a) Bronkospasme d) tidak ada melakukan
demam batuk efektif
b)Peningkatan
e) tidak ada f) Terapi
produksi secret ( secret cemas oksigen
yang ter tahan, kental) f) respiratory g) Pemberian
rate dalam posisi
c) Menurunnya energi atau batas normal h) Memonitor
fatigue g) irama tanda vital
nafas dalam
data – data:
batas normal
a) pasien mengeluh sulit h)
untuk bernafas pergerakan
sputum
b) perubahan kedalam atau keluar dari
jumlah nafas dan jalan nafas
i) bebas dari
penggunaan otot bantu
suara
pernafasan j) nafas
c) suara nafas abnormal tambahan
seperti: wheezing, ronchi,
dan crakles
d) batuk (parsisten) dengan
atau tanpa produksi sputum
28
2 Gangguan pertukaran gas Status a) Manajemen - Memonitor
yang berhubungan dengan; respirasi: asam dan basa peningkatan
Pertukaran tubuh ventilasi dan
Domain: 3 Eliminasi dan gas dengan b) Manajemen oksigen yang
pertukaran, Kelas: 4 skala 3 jalan nafas adekuat
diberikan c) Latihan batuk - batuk afektif
Fungsi Respirasi,
perawatan d) Peningkatan dan suara suara
Halaman: 207 NANDA selama 4 hari aktivitas napas yang
a) Kurangnya suplai O²: dengan e) Terapi bersih, tidak ada
kriteria : oksigen sianosis dan
(obstruksi jalan nafas oleh a) status f) Memonitor dispnea
secret, bronkospasme dan mental dalam respirasi - Membantu
batas normal g) Memonitor pemasangan alat
terperangkapnya udara)
b) bernafas tanda vital jalan napas
b) Destruksi alveoli dengan bantuan
Data – data: mudah
c) tidak ada
a) Dispnea sipnosis
b) Bingung, lemah d) P02 dan
POC2 dalam
c) Tidak mampu
batas normal
mengeluarakan secret e) saturasi
d) Nilai ABGs abnormal O2 dalam
rentang
e) Perubahan tanda vital normal
f) Menurunnya toleransi
aktivitas
29
3 Ketidak seimbangan nutrisi Klien akan 1. Kaji 1. Pasien distress
kurang dari kebutuhan menunjukan kebiasaan diit. pernapasan
kemajuan Catat derajat sering anoreksia
tubuh yang berhubungan atau kesulitan dan juga sering
dengan : peningkatan makan. mempunyai pola
status nutrisi Evaluasi BB. makan yang
Domain : 4
2. Berikan buruk sehingga
Aktivitas/istirahat, Kelas Kriteria hasil perawatan oral. cenderung BB
: 4 Respons a) Klien 3. Hindari menurun.
tidak makanan 2. Kebersihan
Kardiovaskular/Pulmona mengalami penghasil gas oral bau mulut
l, Halaman 226 NANDA kehilangan dan meminum dan
BB lebih karbont. meningkatkan
a) Penyakit kronis
lanjut 4. Sajikan menu ransangan atau
b) Kesulitan mengunyah b) Masukan dalam keadaan nafsu makan.
atau menelan makanan dan hangat. 3. Menimbulkan
cairan 5. Anjurkan distensia
c) Intoleransi makanan meningkat makan sedikit abdomen dan
d) Hilang nafsu makan c) Urine tapi sering. meningkatkan
tidak pekat 6. Kaloborasi dispnea.
e) Mual muntah
d) Output tim medis untuk 4. Menu hangat
urine menentukan mempengaruhi
meningkat diet. relaksasi
e) Membran spingter/saluran
mukosa pencernaan
lembab sehingga respon
f) Kulit tidak mual muntah
kering berkurang.
g) Tonus otot 5. Mencegah
membaik perut penuh dan
menurunkan
resiko mual.
6. Menentukan
diet yang tepat
sesuai
perhitungan ahli
gizi
4. Intoleransi aktivitas, yang - Energy 1. Jelaskan 1. Merokok, suhu
berhubungan dengan : conservation aktivitas dan ekstream dan
- Activity factor yang stress
Domain : 2 Nutrisi, Kelas tolerance dapat menyebabkan
: 1 Makan, Halaman 153 - Self care : meningkatkan vasokontriksi
ADLs kebutuhan pembuluh darah
NANDA
Kriteria oksigen. dan
a) Kelemahan umum Hasil : meningkatkan
beban jantung.
30
b) Ketidak seimbangan a) 2. Ajarkan 2. Mencegah
antara suplai dan Berpartisipas program hemat penggunaan
i dalam energy. energi
kebutuhan oksigen aktivitas fisik 3. Buat jadwal berlebihan.
tanpa disertai aktivitas harian, 3.
peningkatan tingkatkan Mempertahankan
tekanan secara bertahap.
darah, nadi, 4. Ajarkan pernafasan
dan RR. 31atiha nafas lambat dengan
b) Mampu efektif.
tetap
melakukan 5. Pertahankan
aktivitas terapi oksigen memperhatikan
sehari hari tambahan. 31atihan fisik
(ADLs) 6. Kaji respons
secara abnormal yang
mandiri. setelah memungkinkan
c) Tanda aktivitas.
peningkatan
tanda vital 7. Beri waktu
normal istirahat yang kemampuan otot
cukup. bantu.
4. Meningkatkan
oksigenasi tanpa
mengorbankan
banyak energi.
5.
Mempertahankan
, memperbaiki
dan
meningkatkan
konsentrasi
oksigen darah.
6. Respon
abnormal
meliputi nadi,
tekanan darah,
dan
pernafasanyang
meningkat.
31
7. Meningkatkan
daya tahan klien,
mencegah
kelelahan.
32
wheezing, ronchi, dan
crakles
d) batuk (parsisten)
dengan atau tanpa
produksi sputum
2 Gangguan pertukaran 1. Posisikan klien untuk DS : Pasien
Oktober gas yang berhubungan mendapatkan ventilasi yang mengatakan
2021 perlu
dengan; adekuat menggunakkan
a) Kurangnya suplai 2. Monitor pola pernafasan alat bantu nafas.
O²: (obstruksi jalan 3. Berikan oksigen tambahan
DO : Pasien
nafas oleh secret, seperti yang diperintahkan terlihat perlu
bronkospasme dan 4. Monitor aliran oksigen alat bantu nafas.
terperangkapnya
udara)
b) Destruksi alveoli
Data – data:
a) Dispnea
b) Bingung, lemah
c) Tidak mampu
mengeluarakan secret
d) Nilai ABGs
abnormal
e) Perubahan tanda
vital
f) Menurunnya
toleransi aktivitas
3 Ketidak seimbangan 1. Mengkaji adanya alergi DS : - Klien
Oktober nutrisi kurang dari makanan. mengatakan
2021 2. Berkolaborasi dengan ahli gizi nafsu makannya
kebutuhan tubuh yang untuk menentukan jumlah kalori berkurang
berhubungan dengan : dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. karena batuk.
3. Berikan informasi tentang - Klien
a) Penyakit kronis
kebutuhan nutrisi. mengatakan
b) Kesulitan tidak dapat
mengunyah atau menghabiskan
makanan karena
menelan tidak nafsu
c) Intoleransi makanan makan.
33
d) Hilang nafsu makan DO : Klien
e) Mual muntah tampak tidak
menghabiskan
makanan.
2.15 Evaluasi
34
3 Oktober Ketidak seimbangan nutrisi kurang DS : Klien mengatakan sudah
2021 dari kebutuhan tubuh yang tidak merasakan hilang nafsu
berhubungan dengan : makan
a) Penyakit kronis DO : Klien tampak sudah bisa
b) Kesulitan mengunyah atau menelan makan seperti biasa
c) Intoleransi makanan A : Masalah teratasi
d) Hilang nafsu makan P : Pertahankan kondisi pasien
e) Mual muntah
4 Oktober Intoleransi aktivitas, yang DS : Klien sudah bisa
2021 berhubungan dengan : melakukan aktivitas ringan
a) Kelemahan umum DO : Klien sudah bisa
b) Ketidak seimbangan antara suplai melakukan aktivitas ringan
dan kebutuhan oksigen A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebab dari penyakit ini yaitu dari kebiasaan sehari – hari seperti merokok,
lingkungan yang tidak bersih, mempunyai penyakit saluran pernafasan, dll. Penyakit ini
tidak dapat disembuhkan secara total karena penyakit ini merupakan penyakit komplikasi
asma, ephiema, bronkus kritis, dll. Hanya saja akan berkurang secara bertahap apabila
rutin berkunsultasi dengan dokter, mengubah pola hidup sehari – hari dan sering/rajin
berolahraga.
B. Saran
36
Daftar Pustaka
Somantri, Irman. 2008 . Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
37
Soal-Soal PPOK
1. perempuan 38 th datang ke puskesmas dg keluhan demam tinggi , batukberdahak kekuningan
dan sesak nafas selama 3 hari sebelumnya. Apakemungkinan diferential diagnosis pasien ini?
E
a. kanker paru
b. tumor mediastinum
c. tuberculosis (TB) paru
d. pneumothoraks
e. pneumonia
2. Seorang pasien laki – laki berusia 48 tahun menderita penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) sejak 8 tahun yang lalu datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Mawardi dengan
keluhan sesak nafas. Klien mengatakan sesaknya semakin bertambah berat sejak 1 minggu
terakhir sehingga menyebabkan klien sulit bernafas dan saat beraktivitas. Hasil pemeriksaan
faal paru diketahui hasil VEP1/KVP < 70% VEP1<30% prediksi, hasil pemeriksaan X- Ray
tampak hipertrofi ventrikel kanan. Dari data diatas, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
yang diderita pasien termasuk dalam derajat berapa ?
a.Derajat I
b.Derajat II
c.Derajat III
d.Derajat IV
e.Derajat V
JAWABAN : d. Derajat IV
3.Seorang ibu berusia 60 tahun di antar ke klinik dengan keluhan batuk dan sesak nafas yang
semakin berat sejak 2 hari terakhir. Pada anamnesa didapatkan riwayat merokok dan di
diagnose PPOK. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/90mmHg. Nadi 97 x/menit,
frekuensi pernafasan 34x/menit, dan edema tungkai kaki. Manakah dari data diatas yang
menunjukkan pasien mengalami komplikasi lanjutan ?
a.Edema tungkai
d.Batuk Produktif
e.Peningkatan nadi.
38
JAWABAN : a. Edema Tungkai
4.Seorang pasien berusia 44 tahun yang menderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
sejak 4 tahun yang lalu datang ke Puskesmas dengan keluhan sesak nafas yang semakin berat
saat klien bekerja. Klien mendapatkan terapi farmakologi dengan obat bronkodilator golongan
agonis beta – 2 untuk jangka panjang. Dari obat – obatan di bawah ini manakah yang termasuk
kedalam jenis golongan agonis beta – 2 jangka Panjang ?
a. Prokaterol
b. Terbutalin
c. Aminofillin
d. Salbutamol
e. Indacaterol
JAWABAN : e. Indacaterol
5. Saat dilakukan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh 2 orang perawat puskesmas X di kampung
Wonorejo terkait bahaya merokok didapatkan data 70% pria dewasa di kampung tersebut adalah
perokok aktif dan 30 % diantaranya mengidap penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Setelah
dilakukan penyuluhan hampir semua pria dewasa yang merokok ingin berusaha berhenti merokok
setelah mengetahui bahaya merokok. Kegiatan perawat tersebut dalam penatalaksaan PPOK termasuk
dalam strategi apa ?
a. Ask
b. Assess
c. Advice
d. Assist
e. Arrange
JAWABAN : c. advice
6.Tn. F adalah karyawan di sebuah pabrik rokok selama 10 tahun. Hampir semua karyawan
adalah perokok aktif. Setiap hari hampir sebagian karyawan mengalami batuk tidak terkecuali
Tn. F. bagi karyawan pabrik rokok tersebut batuk merupakan hal yang biasa karena sudah
sering terjadi dan mereka tidak menggunakan masker. 2 hari yang lalu Tn. F dibawa oleh
istrinya ke puskesmas karena batuk yang dialami pasien secara terus menerus selama 3 bulan
terakhir dan sesak nafas yang dirasakan klien selama 1 bulan ini. Sesak dirasakan semakin
berat apabila klien beraktivitas. Saat dilakukan pemeriksaan klien didiagnosa mengidap PPOK.
Dari data diatas, manakan faktor yang paling mempengaruhi klien mengidap penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) ?
39
c.Paparan lingkungan kerja
e.Semua benar
7. Seorang laki-laki berusia 44 tahun dirawat dengan PPOK. Klien mengeluh sesak napas,
batuk berdahak, lemas. Dari hasil pengkajian didapatkan data seperti pernapasan 24 x/menit,
terdapat bunyi ronchi pada paru-paru kanan dan kiri, produksi sputum banyak. Indeks massa
tubuh 16, pucat dan terlihat sesak serta kelelahan. Apakah prioritas diagnosa keperawatan yang
tepat dari kasus di atas?
8. Seorang ibu usia 45 tahun dating ke poli paru dengan keluhan batuk berdahak dan
mengatakan susah sekali untuk mengeluarkan dahaknya. Dari hasil pengkajian di dapatkan
frekuensi pernapasan 23x/menit, terdengan suara napas tambahan yaitu ronchi, suhu 36,3oC,
TD 120/90 mmHg. Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan pada pasien ?
9. Tn. W berusia 67 tahun dirawat di Rumah Sakit Siloam Hospital dengan diagnose PPOK.
Tn. W mengeluh batuk berdahak dan dahaknya sulit untuk dikeluarkan. Data dari hasil
pengkajian di dapatkan hasil seperti tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 36,3oC, frekuensi napas
22x/menit, terdapat suara napas tambahan ronchi pada lapang paru. Setelah dikaji mengenai
tindakan apa yang telah dilakukan Tn. W untuk mengeluarkan dahaknya, Tn. W pun menjawab
bahwa dirinya hanya batuk biasa saja karena sulit mengeluarkan dahaknya. Akhirnya perawat
40
telah melakukan tindakan keperawatan berupa mengajarkan teknik batuk efektif. Kriteria
evaluasi apa yang menunjukkan bahwa klien paham terkait dengan teknik batuk efekti?
b.Klien mampu menunjukkan cara bagaimana teknik napas dalam dengan benar
JAWABAN : a. Klien mampu mendemonstrasikan kembali teknik batuk efektif dengan benar
10. Ny.R berusia 54 tahun memiliki riwayat penyakit PPOK di bawa ke IGD. Pernapasan
tampak dangkal, pireksia, batuk produktif terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat suara
napas tambahan yaitu crackles dan mengi pada lobus paru bawah, frekuensi nadi 91x/menit.
Dari hasil pemeriksaan AGD didapat hasil sebagai berikut pH 7,3 PaCO2 68 mmHg PaO2 60
mmHg HCO3 28 mmol/L. Apakah interpretasi dari hasil tersebut?
a.Asidosis respiratorik
c.Alkalosis metabolic
11. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di Ruang Penyakit Dalam dengan keluhan sesak
nafas dan batuk. Hasil pengkajian didapatkan dahak tidak bisa keluar, badan terasa lemas, mual
dan nafsu makan turun, belum tahu tentang penyakitnya, suhu : 37,5 oC, tekanan darah : 130/70
mmHg, frekuensi nadi 90x/menit, frekuensi nafas 30 kali /menit, terdapat bunyi napas
tambahaan yaitu wheezing. Apa kriteria hasil yang tepat terkait masalah keperawatan pada
pasien tersebut?
41
JAWABAN : c. Sesak napas berkurang
12.perempuan 24 tahun datang ke IGD puskesmas rawat inap dengankeluhan batuk bercampur
darah merah segar dan berbuih. Selama 1 bulanterakhir, perempuan tersebut mengeluh batuk
berdahak, disertai keringatmalam dan penurunan berat badan. Apa kemungkinan
kumanpenyebabnya ? e
a.staphylococcu
b.himfilus influenza
c.mycobacterium lepra
d.legionall SPP
e.mycobacterium tuberculosis
13. Seorang laki-laki berusia 40 tahun dirawat di ruang interna dengan keluhan sesak nafas, batuk
berdahak, dahak tidak bisa keluar. Pada pengkajian ditemukan pasien merasa nyaman dengan posisi
duduk, tidak ada nafsu makan dan cepat lelah. Dari pemeriksaan fisik terdengar ronchi paru lobus
kanan atas, pernafasan 28 kali permenit, nadi 90 kali permenit, tekanan darah 130/80mm Hg. Hasil
pemeriksaan AGD : pH 7,40, pO2 80 mmHg, pCO2 35 mmHg, HCO3 26
mmol.Apakah masalah keperawatan utama pada pasien?
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
d. Pola nafas tidak efektif
e. Intoleransi aktivitas
14.Seorang laki-laki berusia 38 tahun dirawat diruang interna dengan diagnosa medis asma. Pada
pengkajian ditemukan saat ini kondisinya sudah membaik dan diperbolehkan untuk pulang. Pada saat
perawatan, didapatkan data faktor penyebab timbulnya asma adalah karena alergi dan merokok sudah
10 tahun. Apakah pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien sebelum pulang ?
a. Hindari stress
b. Berolah raga, makan secara teratur
c. Berhenti merokok, menghindari alergen
d. Berolah raga, menghindari makanan merangsang
e. Melakukan kontrol dan minum obat secara teratur
15. Seorang laki-laki berusia 47 tahun dirawat diruang interna dengan keluhan sesak nafas, batuk
berdahak, lemah dan banyak mengeluarkan keringat. Pada pengkajian ditemukan pasien mengatakan
batuk lebih dari satu bulan, selama dirumah pasien pernah batuk bercampur darah, mual dan tidak nafsu
makan. Hasil pemeriksaan fisik pernafasan 26 kali permenit, nadi 88 kali permenit, tekanan darah
130/80 mmHg. Apakah pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan untuk melengkapi data
pengkajian pasien?
42
a. Foto thorak
b. Darah rutin
c. CT scan
d. MRI
e. BTA
16. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang interna dengan diagnosis medis TBC Paru. Pada
pengkajian ditemukan adanya batuk berdahak, demam, keringat dingin, dan tidak nafsu makan.
Pemeriksaan fisik ditemukan BB 50 kg, TB 155 cm, pernafasan 26 kali permenit, suhu 27.8ºC, tekanan
darah 110/70 mmHg, hasil BTA +. Pasien sedang dilakukan pemeriksaan laboratorium darah.Apakah
hasil pemeriksaan darah yang mungkin muncul pada pasien tersebut?
a. Trombosit menurun
b. Elektrolit meningkat
c. Sel darah putih meningkat
d. Sel darah merah menurun
e. Laju endap darah meningkat
17. Seorang perempuan berusia 35 tahun, dirawat di ruang interna dengan keluhan batuk berdahak dan
sesak nafas. Dari pengkajian didapat dahak tidak bisa keluar, ronchi pada paru kanan, pernafasan 26
kali permenit. Menurut rencana pasien akan dilakukan tindakan fisioterapi dada untuk membantu
mengeluarkan dahak.
Apakah tindakan pertama yang dilakukan perawat pada pasien tersebut?
a. Memberikan posisi duduk
b. Memberikan minum air hangat
c. Meletakan kepala pasien lebih tinggi dari kaki
d. Memeriksa nadi dan tekanan darah setiap 30 menit
e. Meletakan dua bantal pada pergelangan kaki dan leher
18.Seorang laki-laki berusia 35 tahun di rawat diruang interna dengan keluhan sesak nafas sejak dua
hari yang lalu dan didiagnosis bronchitis. RR : 24 kali per menit, saturasi 92%. Apakah teknik
pemberian oksigen yang tepat diberikan kepada pasien tersebut?
a. Masker
b. Nasal kanul
c. Masker venturi
d. Rebreathing masker
e. Nonrebreathing masker
43
19. Seorang laki-laki berusia 77 datang ke IGD mengeluh sesak napas walaupun dengan aktifitas
ringan, tidur dengan 3 bantal,batuk pada malam hari,pasien mengatakan sudah seminggu tidak makan
obat furosemide dan lanoxin, karena tidak ada biaya untuk membeli obat. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 110 kali/menit, pernapasan
22 kali/menit, edema pada kedua tungkai, peningkatan tekanan vena jugularis, terdengar ronkhie, Dari
data foto thoraks ditemukan adanya bendungan paru. Apa diagnosa keperawatan utama dari kasus
diatas?
a. Penurunan curah jantung
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan oksigenisasi
d. Penurunan kemampuan aktifitas
e. Gangguan bersihan jalan napas
20. Seorang laki-laki di rawat dengan diagnosa medis Bronchopneumonia. Hasil pengkajian didapatkan
pasien batuk disertai dahak, bernafas dengan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung,
terdengar suara ronkhi dilobus bagian kanan, frekuensi nafas 35 x/menit, Suhu 38,8°C. Apakah tindakan
mandiri perawat pada pasien tersebut?
a. Melakukan suction
b. Melakukan nebulizer
c. Pemberian obat mukolitik
d. Pemberian obat ekspetoran
e. Melakukan Fisioterapi dada
44