(LAPORAN KASUS)
Stomatitis Apthosa Rekuren Minor
Oleh:
NIM : J014201012
1. Nama : Lala
2. Jenis kelamin :P
3. Usia : 21 Tahun
4. Alamat : Jl Hertasning
5. Pekerjaan : Mahasiswa
B. KUJUNGAN PASIEN
(Kunjungan Pertama)
Gambar 1. Tampilan klinis pada mukosa bukan dan lidah pasien dikunjungan pertama
1. Pemeriksaan Subjektif
keluhan sariawan yang sakit di lidah hingga lidah terasa kaku dan sulit berbicara.
Pasien mengatakan bahwa dahulu sering mengalami sariawan dan bahkan 6 tahun
yang lalu muncul berjumlah 13 buah secara bersamaan. Dahulu berbagai terapi
telah dicoba, seperti minum susu, obat kumur povidon iodin, dan konsumsi
suplemen makanan yang mengandung zinc dan vitamin B12. Perbaikan dirasakan
setelahnya dengan kemunculan sariawan hanya 1-2 buah setiap akan menstruasi.
Satu tahun yang lalu pasien merasakan telah terbebas dari serangan sariawan,
namun 2 bulan yang lalu sariawan muncul kembali setiap sebelum dan setelah
menstruasi. Sariawan yang muncul langsung berukuran besar dan butuh waktu 1
minggu untuk sembuh. Pasien merasa lemas saat sebelum kemunculan sariawan
yang lalu berjumlah 3 buah. Sariawan telah berusaha diobati dengan obat kumur
predisposisi yang berhasil diketahui ialah adanya riwayat sariawan dari ibu pasien.
bagian keuangan pada pagi hari dan mengajar les pada sore hingga malam hari.
Sayuran dan buah tidak dikonsumsi rutin setiap hari. Pasien tidak merokok dan
sering mengkonsumsi teh. Pasien merasa memiliki riwayat sakit maag. Serangan
2. Pemeriksaan Objektif
1. Ekstra oral
2. Intra oral
Terlihat lesi ulser tunggal pada mukosa bukal dan lateral lidah dalam
eritema, berbatas tegas dan kondisi jaringan sekitar tidak mengalami hiperemi.
Dan pada pemeriksan intra oral pasien didapatkan oral hygine yang baik
3. Assesment
4. Planning
a. Pro KIE
diberikan.
bersoda.
b. Pro Medikasi
c. Peresepan
S. coll oris 2 dd
d. Pro Konsul
e. Pro Kontrol
(Kunjungan Kedua)
1. Pemeriksaan Subjektif
juga dirasakan saat mengkonsumsi kapsul suplemen besi berupa mual dan
2. Pemeriksaan Klinis
Terlihat ulser dangkal (2x2 mm) pada lateral lidah kiri dan pada mukosa bukal
3. Pemeriksaan Lab
4. Asesment
5. Planning
a. Pro KIE
zat besi
b. Pro medikasi
ferrazono
c. Pro Peresepa
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
kata dari stomatitis yang berarti inflamasi pada rongga mulut, Apthosa adalah
dapat didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada oral mukosa yang
biasanya membentuk sebuah ulserasi pada mukosa pipi bagian dalam, bibir
bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam rongga mulut yang dapat
berulang atau rekuren. Gejala awal SAR bisa dirasakan penderita sebagai rasa
sakit dan ditandai dengan adanya ulser tunggal atau multiple yang terjadi
secara kambuhan pada mukosa mulut, berbentuk bulat atau oval, batas jelas,
2.2 Epidemiologi
Prevalensi SAR pada populasi dunia bervariasi antara 5% sampai 66%. SAR
paling sering terjadi pada dekade kedua dan ketiga kehidupan seseorang. Hal ini
terbukti pada penelitian (Abdullah, 2018) yang menyebutkan bahwa terjadi prevalensi
SAR paling tinggi pada usia 20-29 tahun, yaitu sebesar 36,28%. Berdasarkan jenis
kelamin SAR lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki pernyataan
ini dukung oleh penelitian Abdullah yang didapatkan banyaknya penderita SAR
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 55,4%, sedangkan pada pria hanya sebesar
44,6%.
Etiologi penyakit ini masih belum jelas, adapaun predisposisi SAR yang berhasil
diidentifikasi antara lain adanya keterlibatan faktor keturunan, dimana ibu pasien
pada anak dengan orang tua yang juga memiliki riwayat SAR lebih dari 42% penderita
SAR memiliki hubungan kekerabatan garis pertama (first degree relative) dengan
penderita SAR lainnya. Sebanyak 54,2% penderita SAR memiliki riwayat SAR dalam
keluarga. Belum dapat dipastikan apakah nilai yang tinggi ini terkait dengan pengaruh
genetik atau status sosial yang serupa atau tradisi dan kebiasaan yang serupa antar
anggota keluarga.
defisiensi hematinik, yakni defisiensi besi yang diduga juga merupakan predisposisi
SAR pada pasien. Hal ini terlihat dari nilai feritin yang jauh di bawah rentang
normal .Nilai ini disertai juga penurunan nilai Hb, Ht, MCV, MCH, dan MCHC.
Kadar serum feritin yang rendah disertai kadar Hb atau Ht yang rendah,
2.4 Patomekanisme
Hubungan antara SAR dan defisiensi besi, mungkin dapat dijelaskan sebagai
berikut, bahwa mikronutrien seperti tembaga, besi, dan zinc diperlukan oleh sistem
imun untuk dapat berfungsi dengan baik. Mikronutrien berperan pada pertahanan
tubuh melalui fungsinya pada barier fisik kulit/mukosa, imunitas selular, dan produksi
Pada kasus, gangguan gastrointestinal diduga berperan pada defisiensi besi yang
terjadi. Dugaan ini terlihat dari pengakuan pasien yang memiliki riwayat sakit maag
dan juga respon intoleransi terhadap kapsul fero glukonat yang diberikan, berupa mual
dan sendawa selama 5 jam setelah mengkonsumsinya. Selain itu, diet juga mungkin
berperan pada defisiensi besi pada pasien. Kebiasaan konsumsi teh secara berlebihan
yang dimiliki pasien akan menghambat absorbsi besi non-heme (dari sumber non
hewani), namun tidak mempengaruhi absorbsi besi heme (sumber hewani). Hal ini
terjadi akibat reaksi besi dengan tannin yang terdapat dalam teh, sehingga terjadi
Ga
Karakteristik SAR ialah adanya ulserasi berulang (rekurensi) pada mukosa oral
tanpa disertai tanda-tanda adanya penyakit lainnya.Ulserasi pada SAR tampak sebagai
putih keabu-abuan dan dikelilingi margin yang kemerahan. SAR muncul pada mukosa
oral nonkeratin seperti pada tepi lateral lidah, mukosa bukal, dan mukosa labial.
mayor (> 1 cm), dan herpertiformis (klaster ulser pinpoint multipel yang dapat
menyatu menjadi besar).SAR minor merupakan salah satu ulserasi oral yang sering
terjadi, diperkirakan penderitanya sebanyak 15-20% penduduk dunia. Pada tipe ini
diameter ulser berukuran kurang dari 1 cm, bulat, berbatas jelas, sakit, dan sembuh
dengan sendirinya dalam waktu 10-14 hari tanpa diikuti jaringan parut. Pada kasus,
gambaran khas dari SAR, dimana terdapat ulser yang membulat, nyeri, dikelilingi area
eritema, dan juga muncul pada mukosa oral non- keratin, yakni lateral lidah dan
mukosa bukal. Berdasarkan diameter ulser yang kurang dari 1 cm, maka disimpulkan
Salah satu diagnose banding pada RAS adalah traumatic ulcer, namun
dari protesa ataupun pada pengguna ortodontik yang dapat menyebabkan ulcer.
Ulser tunggal yang tidak teratur, l esi cekung dan oval, bagian tengah lesi
biasanya kuning kelabu, batasnya tidak jelas Berwarna merah atau putih
Terapi SAR ialah simptomatik dan umumnya berdasarkan empiris. Hal ini
fungsional, menghambat reaksi peradangan akut, dan juga mengurangi frekuensi dan
adanya kemungkinan peranan faktor sistemik seperti pada kasus diatas yakni
defisiensi besi dan kondisi yang melatarbelakanginya. Pada kasus, edukasi pasien
ditujukan pada keadaan SAR dan keadaan defisiensi besi. Pasien diinstruksikan
secara teratur dan seimbang, serta berupaya mengendalikan stres. Pada pasien SAR,
konsumsi makanan sumber zat besi. Diet kaya besi meliputi daging, ikan, unggas,
kacang lentil, kacang kering, sayur-sayuran, buah kering, dan molasses. Sumber besi
heme dari hemoglobin dan mioglobin yang ditemukan pada daging, ikan, dan unggas
dapat diabsorbsi dengan efektif oleh reseptor di usus. Sedangkan bioavailabilitas besi
konsumsi kopi, teh, minuman berkarbonasi, makanan rendah gizi, dan konsumsi susu
yang berlebihan (lebih dari 4 cangkir per hari); karena akan menghambat penyerapan
besi .
Rujukan
Ronal A, Aliyah S. Strategi Penatalaksanaan Stomatitis Aftosa Rekuren Pada Anemia
Defisiensi Besi (Laporan Kasus). Majalah Sainstekes.2017;4 (2):033-042