Anda di halaman 1dari 11

ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS

(Acute Pseudomembranous Candidiasis (tanpa penyakit sistemik))

Oleh:

Nama : Masita Fajriani

NIM : J014201060

Dokter : Prof. Dr. drg. Harlina, M.Kes

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama Pasien : Intan Fauziah

Umur Pasien : 26 tahun

Alamat : Jl. Kumala

Pekerjaan : Ibu RT

Status Pernikahan : Menikah

Kunjungan Pertama

Subyektif: Seorang pasien perempuan usia 26 tahun datang ke RSGM Unhas

Bagian Penyakit Mulut dengan keluhan dengan keluhan kekasaran,

jaringan mulut terkelupas, sensasi terbakar di lidah dan sakit mulut

sejak satu bulan yang lalu. Riwayat medis dan obat pasien

mengungkapkan bahwa dia menjalani operasi pengangkatan lesi kistik

(kista) intrakranial sejak tiga bulan lalu, dan sejak itu dia menjalani
terapi kortikosteroid sistemik (deksametason 10mg / hari) sampai

seminggu sebelum kunjungannya ke departemen.

Obyektif:

Ekstra Oral : T.A.K

Intra Oral :

 Pada pemeriksaan intraoral, hampir seluruh mukosa mulutnya (bukal,

labial, mukosa palatal) ditutupi oleh bercak putih yang meninggi, eritema

yang menyebar di atas langit-langit lunak, uvula, dan orofaring, dengan

bercak putih yang dapat dikikis. Saat menghilangkan plak putih dengan

lembut bercak putih ini, area eritematosa yang terlihat terlihat.

Pemeriksaan Tambahan :

 Laporan pemeriksaan darah lengkap menunjukkan angka normal, apusan

dibuat dari kerokan lesi ini untuk evaluasi sitologi, dan hasil

menunjukkan kandidiasis. Kultur Candida menggunakan agar dekstrosa

Sabouraud juga dilakukan untuk membantu identifikasi definitif dari

organisme jamur.

Assessment:

 Acute pseudomembranous Candidiasis akibat kortikosteroid sistemik

jangka panjang

Planning:

a. Pro KIE

1. Diagnosis Kasus
2. Tanda dan gejala klinis

3. Perawatan

4. Informasi terkait penyebab lesi tersebut, dan merupakan efek samping dari

obat kortikosteroid jangka panjang

5. Penggunaan obat yang diresepkan

6. Menjaga kesehatan gigi dan mulut

7. Mengonsumsi air mineral 2L/hari

8. Bila ada keluhan segera ke dokter

b. Pro medikasi

1. Ketokonazol R/ Chlorhexidine Gluconate 0,2% 150 mg fl No.I


2 dd 10-15 ml coll. or
2. Chlorhexidine Gluconate

R/ Ketokonazol 200mg tab No. XIV


1 dd tab I p.c

c. Pro Kontrol

 5-7 hari setelah kunjungan pertama


PEMBAHASAN

A. Definisi

Acute Pseudomembranous Candidiasis atau Thrush adalah infeksi yang

ditandai dengan daerah plak putih pada mukosa mulut yang melibatkan

lapisan superfisial epitel dan dapat diseset. Penghilangan plak putih ini akan

menunjukkan area eritematosa atau erosi. Plak ini terdiri dari sel epitel

deskuamasi, sel inflamasi, fibrin, dan koloni jamur. Thrush termasuk bagian

dari kandidiasis oral primer dan dikenal sebagai infeksi jamur Candida.

Infeksi ini terutama menyerang pasien dengan penggunaan obat antibiotic,

obat imunosupresan, atau penyakit yang menekan sistem kekebalan tubuh.1,2,3,

B. Epidemiologi

Candida adalah bagian dari flora normal rongga mulut pada sekitar 30 -

50% populasi, dan mampu menghasilkan infeksi oportunistik di dalam rongga

mulut jika terdapat faktor predisposisi yang sesuai. Insiden kandidiasis di

rongga mulut dengan isolasi C. albicans dominan telah dilaporkan menjadi

45% pada neonatal, 45-65% pada anak-anak, 30-45% pada orang dewasa

sehat, 50-65 % dalam kasus pemakai gigitiruan jangka panjang, 90% pada

pasien dengan leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% dari

pasien dengan infeksi HIV.3,4 Sariawan yang terjadi pada orang dewasa

biasanya karena adanya kekurangan zat besi (sideropenia), diskrasia darah,

infeksi HIV, atau akibat terapi obat antibiotik atau steroid.5


C. Etiologi

Perubahan dari keberadaan Candida yang tidak berbahaya menjadi

keadaan patogen dapat terjadi setelah perubahan lingkungan rongga mulut

menjadi lingkungan yang mendukung pertumbuhan Candida. Penyebab

perubahan tersebut paling sering berkaitan dengan melemahnya pertahanan

kekebalan tubuh. Faktor predisposisi yang terlibat diklasifikasikan ke dalam

faktor lokal yang meliputi: Gangguan fungsi kelenjar saliva, steroid inhalasi,

gigi tiruan, kanker mulut/leukoplakia, OH buruk, dan diet tinggi karbohidrat.

Faktor sistemik meliputi: Obat-obatan seperti penggunaan jangka panjang

antibiotik spektrum luas, Imunosupresif, kortikosteroid, diabetes, infeksi

HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi seperti vitamin B12,

merokok, dan stress.2,6

D. Patomekanisme

Infeksi jamur candida albicans merupakan sebuah infeksi oportunistik

yang sangat sering terjadi dalam rongga mulut, candida albicans merupakan

sebuah oragnisme yang sifatnya adalah flora normal yang apabila terjadi

ketidak seimbangan dapat menjadi pathogen. C. albicans, C. tropicalis, dan C.

glabrata merupakan gabungan lebih dari 80% spesies yang diisolasi dari

infeksi Candida pada manusia. Untuk menjadikannya sebagai infeksi

oportunistik tentu diakibatkan dengan kemampuan dari jamur candida itu

sendiri melakukan dimorfisme morfologi, dan melakukan adhesi. Adanya

penurunan imunitas dari seseorang akan mengakibatkan jamur candida

menghasilkan infeksi salah satu faktor penybab adalah konsumsi obat-obatan


seperti antibiotik spectrum luas yang berkepanjangan, dengan konsumsi

antibiotik tersebut maka dapat menurunkan populasi dari bakteri yang

normalnya harus imbang dengan jamur karena merupakan orgnisme

komensal. Penurunan populasi dari bakteri tadi akan mengakibatkan

peningkatan populasi dari jamur candida sehingga laju pertumbuhannya

meningkat.

Prosedur terjadinya infeksi diawali dengan adhesi pada epitel mukosa

ataupun pada dorsal lidah, kemudian akan menghasilkan kolonisasi dari

jamur candida selanjutnya akan melakukan morfogenesis yaitu melakukan

perubahan dari awal yeast kemudian berubah menjadi pseudohifa dan pada

nantinya akan menjadi hifa sejati sehingga dengan menghasilkan hifa ini akan

melakukan invasi hingga mencapai sel epitel stratum basalis dan akan

menghasilkan sebuah kolonisasi yang bersifat pseudomembran yang sulit

untuk dikerok dan memiliki karakteristik lesi yang berwarna putih. Neville et

al telah mengidentifikasi tiga faktor umum yang dapat menyebabkan

kandidiasis oral yang terbukti secara klinis. Faktor-faktor ini adalah: (i) status

kekebalan tubuh inang, (ii) lingkungan mukosa mulut, dan (iii) strain tertentu

C. albicans (bentuk hifa biasanya dikaitkan dengan infeksi patogen).

Kandidiasis rongga mulut telah dianggap sebagai penyakit dari penyakit.1,4,6

Kandidiasis pseudomembran dapat berkembang sebagai akibat

penggunaan kortikosteroid sistemik jangka panjang, atau kasus di mana

seseorang mengalami gangguan kekebalan untuk jangka panjang. Bersamaan

dengan sifat terapeutiknya terdapat banyak efek samping, termasuk


kerentanan terhadap infeksi. Mereka menghasilkan beberapa efek pada

imunosit yang berbeda, seperti menekan aktivasi sel dendritik, mengurangi

pelepasan sitokin makrofag, limfosit B dan produksi imunoglobulin /

antibodi, meningkatkan jumlah neutrofil yang bersirkulasi, tetapi menunda

apoptosisnya, dan mengubah sitokin limfosit-T produksi. Antijamur sistemik

biasanya diindikasikan pada kasus penyakit diseminata (infeksi yang tersebar

diseluruh tubuh) dan / atau pada pasien immunocompromised.6

E. Penegakan Diagnosis1,5

 Riwayat kemungkinan penyebab kandidiasis, seperti terapi antibiotik

yang berkepanjangan atau faktor sistemik dan lokal lainnya

 Pemeriksaan klinis yang menunjukkan gambaran khas lesi: Tampak

plak (krim) putih kekuningan yang luas pada mukosa mulut dan dapat

diseset dengan meninggalkan daerah eritematosa. Beberapa penderita

mengalami perubahan sensari rasa atau rasa terbakar pada mulut dan

sakit tenggorokan sebelum berkembangnya lesi yang khas.

 Smear (apusan) dan kultur: diwarnai dengan pewarnaan Gram atau

periodic acid- Schiff reagent untuk menunjukkan sejumlah besar hifa

jamur atau blastospora (tunas sel-sel khamir)

 Pemeriksaan lesi secara mikroskopis

F. Diagnosis Banding7,8

a. Reaksi Lichenoid

Secara klinis, lesi tampak berwarna putih dan atau eritematosa,

biasanya disertai stria putih halus di perifer. Erosi juga dapat


terjadi. Ciri khas lesi ini adalah letaknya pada mukosa yang

berkontak langsung dengan bahan restorasi, dan tidak berpindah

ke lokasi lain. Lesi akan menghilang setelah etiologinya

dieliminasi. Peyebab umum lesi ini adalah reaksi hipersensitivitas

terhadap bahan restorasi gigi, amalgam, komposit. Kada juga

akibat reaksi obat-obatan tertentu, namun hal ini jarang

ditemukan.

b. Leukoplakia

Leukoplakia didefinisikan sebagai bercak putih atau plak, yang

melekat pada mukosa mulut. Bagian yang paling sering terkena

adalah lidah, bibir bawah, region retromolar, dan lantai dasar

mulut. Etiologinya belum diketahui secara pasti, namun

tembakau, alcohol, dan Candida albicans merupakan faktor

predisposisi yang penting. Human Papiloma Virus juga

memungkinkan terlibat dalam patogenesisnya.

G. Penatalaksanaan

 Perawatan melibatkan identifikasi dan eliminasi faktor-faktor yang

mendasari penyebab kandidiasis.

 Pemeliharaan kebersihan rongga mulut dan protesa jika ada

 Langkah kedua dalam pengobatan adalah terapi antijamur.

Antijamur sistemik biasanya diindikasikan pada kasus penyakit diseminata

dan/atau pada pasien immunocompromised. Selain itu penggunaan obat

kumur Chlohexidine gluconate menunjukkan peningkatan yang signifikan


dalam pengurangan, dan pencegahan infeksi kandida. Chlorhexidine

mengikat permukaan sel mikroba bermuatan negatif yang menyebabkan

gangguan membran sel mikroorganisme. Dengan demikian, aktivitas

antijamur dari klorheksidin karena aktivitas fungisida dan efek mekanisnya

menghambat adhesi jamur ke sel epitel mukosa.

Antijamur topikal biasanya merupakan obat pilihan untuk kandidiasis lokal

tanpa komplikasi pada pasien dengan fungsi kekebalan normal. Larutan

nistatin atau amfoterisin B digunakan selama 4 minggu. Dalam kasus

berulang, durasi pengobatan harus paling sedikit 4-6 minggu. Sebagian besar

infeksi diobati secara sederhana dan efektif dengan aplikasi salep antijamur

topikal. Namun pada kandidiasis mukokutan kronis dengan imunosupresi,

agen topikal mungkin tidak efektif. Dalam kasus seperti itu, pemberian obat

secara sistemik diperlukan.1,4,6


DAFTAR PUSTAKA

1. John RP. Textbook of oral medicine. 3rd ed. USA:Jaypee. 2014. p. 201-2

2. Greenberg M., Glick M., Ship J. Burket’s oral medicine. 11th ed. India:BC

Decker. 2008. p. 79-80

3. Ongole R., Praveen BN. Textbook of oral medicine, oral diagnosis and

oral radiology. 2nd ed. New Delhi:Elsevier. 2013. p. 101,153

4. Sharma A. Oral candidiasis: An opportunistic infection. A review. Int Jou

of App Dent Sci 2019;5(1):23-7

5. Lewis MA., Jordan RC. A colour handbook. Oral medicine. 2 nd ed.

UK:Manson Pub. 2012. p. 74

6. Majid ZS., Taher EM. A case report of: Pseudomembranous candidiasis

induced by long term systemic corticosteroids therapy. Int Jou of Dent and

Health Sci 2015;2(2):454-8

7. Patil S., Sao RS., Majumdar B., Anil S. Clinical appearance of oral

candida infection and therapeutic strategies. Front Microbiol 2015;6.

8. Laskaris G. Atlas saku penyakit mulut. 2 ed. Jakarta:EGC. 2012. p. 2, 8

9.

Anda mungkin juga menyukai