Anda di halaman 1dari 3

Kemudian Agastia (1997:6) menjelaskan bahwa Saraswati dalam bahasa sanskerta bermakna sesuatu

yang mengalir, percakapan, kata-kata. Di dalam kitab suci weda dipuja sebagai dewi sungai dengan
permohonan mendapatkan vitalitas hidup dan kesehatan. Posisinya sebagai Wach atau Dewa Kata-kata
baru ditemui dalam kitab-kitab Brahmana, Ramayana, dan Mahabharata. Belakangan Saraswati dikenal
sebagai “sakti” dewa Brahma atau Dewi kata-kata atau Dewi Ilmu Pengetahuan. Nama lain dari
Saraswati adalah Bharati, Brahmi, Putkari, Sarada, Wagiswari (John Dowson, 1979: 285; Davane, 1968).

Di Bali, Dewi Saraswati disebut Hyangyangning Pangaweruh atau Dewa ning Pangaweruh yaitu dewa
yang menguasai ilmu pengetahuan yang linggastana di Aksara atau huruf. Dewi saraswati yang dipuja
sebagai penguasa ilmu pengetahuan yang linggastana-Nya adalah aksara, mempunyai berbagai
keutamaan. Di dalam pustaka suci Weda terdapat beberapa puja dan pujian mengenai keutamaan
Beliau. Seperti misalnya dalam Reg Veda I.3.10 yang berbunyi demikian.

“Pavaka nah Saraswati Vajebhir Vajinivari Yajnam vastu dhiyavasuh”

Terjemahan:

“Semoga Saraswati, yang menyucikan, yang amat kaya, yang memiliki sumber ilmu pengetahuan,
mendatangi persembahan kami”. (Agastia.1997:52)

Arti Simbol Atribut Dewi Saraswati

Di Indonesia, Dewi Saraswati digambarkan sebagai seorang puteri yang sangat Cantik, anggun dan
menarik. Beliau membawa wina/rebab, ganitri, pustaka suci, teratai, duduk diatas angsa dan
disampinynya terdapat burung merak (mayura). Adapun arti dan makna simbol-simbol tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Dewi, melambangkan kekuatan yang indah, dan lemah lembut.

Ganitri melambangkan bahwa ilmu pengetahuan tidak ada habisnya untuk dipelajari sepanjang zaman.

Pustaka suci melambangkan sarana untuk mengabadikan ilmu-ilmu tersebut, sehingga dapat diwariskan
ke generasi-generasi berikutnya.

Wina/rebab melambangkan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi dan memperluas rasa estetika dan
keindahan.

Teratai melambangkan ilmu pengetahuan itu suci. Mengapa bunga teratai, karena meskipun tubuhnya
di dalam lumpur, ia tetap bersih. Selain itu teratai atau Padma ini akarnya di tanah, batang daunya di air
dan bunganya di udara, melambangkan kemampuan hidup di tiga alam (bhur-bhuah-swah).

Angsa melambangkan kekuatan di tiga dunia (bhur-bhuah-swah), sebab ia dapat hidup pada ketiga
unsur alam (di air, darat dan udara). Demikianlah ilmu-ilmu pengetahuan menguasai ketiga alam
tersebut. Selain itu angsa juga melambangkan kearifan/kebijaksanaan untuk membedakan yang baik
dan mana yang buruk. Meskipun ia mencari makan di tempat-tempat yang keruh, ia dapat
membedakann mana yang boleh ia makan dan mana yang tidak. Angsa juga peka terhadap rangsangan
dari luar. Demikian diharapkan bagi mereka yang berilmu.

Burung merak melambangkan kewibawaan. Burung merak itu memang terlihat anggun dan berwibawa.
(Ngurah Nala dan Sudharta. 2009:177)

Mengenai makna simbol-simbol dan atribut Dewi saraswati juga dijelaskan dalam Kamus Istila Dalam
Agama Hindu (Kondra.2015:121-122). Dikatakan bahwa Hari Saraswati atau Hari Dewanya Ilmu
Pengetahuan juga sebut hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati. Beliau dilambangkan dengan seorang
Dewi membawa wina, genitri, pustaka suci, serta duduk diatas angsa. Adapun arti simbul-simbul
tersebut antara lain:

Dewi adalah simbol kekuatan yang indah, cantik, menarik, lemah lembut, dan mulia sebagaimana sifat
dari ilmu pengetahuan itu.

Alat Musik (wina) adalah simbul seni budaya yang agung.

Genitri adalah simbul dari kekekalan dan tak terbatasnya ilmu pengetahuan itu.

Pustaka Suci adalah simbul dari ilmu pengetahuan suci.

Teratai adalah simbul kesucian ilmu pengetahuan yang bersumber dari Sang Hyang Widhi.

Angsa adalah simbul dari kebijaksanaan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa ilmu-ilmu kesucian dan pengetahuan tidak ada habis-
habisnya. Meskipun manusia mampu mengumpulkan berbagai ilmu sebanyak-banyaknya sepanjang
hidupnya, tetapi itu hanya sekelumit saja dari yang ada. Jadi kemampuan manusia hanya terbatas. Oleh
karena itu, janganlah manusia menyia-nyiakan kehidupanya sebagai manusia. Kumpulkan sebanyak-
banyaknya ilmu-ilmu yang menjadi minatnya, tidak hanya ketika manusia masih dalam masa
brahmacarya, tetapi seterusnya, hingga tiba saatnya ke asalnya.

Semua pengetahuan kesucian dan ilmu pengetahuan adalah suci, sangat menarik, lemah-lembut, indah
memperluas rasa aestetika, mengasah akal/kecerdasan, mempertinggi kemampuan bertindak
arif/bijaksana, mendidik, berwibawa, dapat diteruskan ke generasi-generasi yang akan datang, tidak ada
habis-habisnya sepanjang saman. Dengan demikian diharapkan, manusia akan makin mampu
mewujudkan kehidupan Jagadhita tersebut.

Referensi:

Agastia. 1997. Saraswati Simbol Penyadaran dan Pencerahan. Denpasar: Warta Hindu Dharma.

Kondra, I Nengah. 2015. Kamus Istilah Dalam Agama Hindu. ….:…

Ngurah Nala, I Gusti dan Sudharta, Tjokorda Rai. 2009. Sanatana Hindu Dharma. Denpasar: Widya
Dharma.

Susila, I Nyoman. Dkk. 2009. Materi Pokok Acara Agama Hindu Modul 1-9. Jakarta: Depag RI Bimas
Hindu

Anda mungkin juga menyukai