Anda di halaman 1dari 2

Perjuangan Meraih Lingkunganku Bersih

Mentari perlahan terbangun dari tidurnya. Tak terasa gelap malam, terganti pagi yang
masih sama seperti biasa. Tinggal di daerah yang bisa dibilang daerah kumuh membuatku
terbiasa terbangun lebih awal. Aku tinggal bersama seorang wanita tua yang telah melahirkan
dan membesarkanku, dengan kedua adik yang masih ingusan dan bersekolah yang merenggek
bila mengiginkan sesuatu. Semenjak kepergian ayah, ibu yang sakit-sakitan membuatku putus
sekolah dan dewasa lebih awal. Terlebih aku harus menjadi tulang punggung keluarga.

“Tok.. took… toookk…” terdengar suara dari belakang pintu. Kulihat dari balik
jendela depan, tak kusangka ternyata teman senasibku Rian. Anakseumurku yang biasa
menemaniku berjualan dipasar. “Sebentar aku akan menghampirimu!!.....” pintaku.
Terdengar suara menjawab.” Ya…. Aku tunggu kau tapi hanya beberapa menit saja”.
Akupun buru- buru keluar dan segera menghadapnya. “lama sekali …, hingga kaki ini
bergetar menunggumu…” kata Rian sambil memegang kakinya yang krempeng. Aku tak
menjawab kata –katanya dan bergegas pergi.

Sepanjang jalan yang kususuri. Ada saja yang dikatakan Rian hingga…., ia
menggatakan ada lomba kebersihan yang diadakan pemerintah untuk kampung- kampung
dekat wilayah kami. Memang aku dengar kampung kami juga akan mengikuti lomba itu.
Tetapi, warga di daerah kami tidak terlalu mementingkan lingkungan mereka paling –paling
mereka hanya menjadikan itu hal yang biasa atau remeh. Maka dari itu bahkan lurah, ketua
Rt, ketua Rw saja sudahlelah menyadarkan mereka. Dan lingkungan kami terbilang kumuh,
kotor ,dan tak layak huni.

“Yap…. Semoga saja mereka sadar akan perlakuan mereka ya Rian?.....” pintaku
dengan berharap itu akan terjadi . akhirnya sampai juga aku dipasar tetapi, sepertinya pasar
tutup karna tak ada kios ataupun toko kecil yang buka. Padahal, matahari sudah hampir diatas
kepala. Aku terkejut dan memutuskan bertanya kepada salah satu tukang becak diseberang
jalan. “permisi pak kenapa pasar tutup hari ini takseperti biasa?..” tanyaku. Tak lama bapak
kepala plontos itu menjawab “hari ini ada persiapan lomba kebersihan lingkungan jadi
petugas meminta pasar ditutup dan pedagang yang lingkungannya mengikuti lomba haru
bergotong royong membersihkan lingkungan mereka” jawabnya .

“ Hore…..!!!” sorak gembira yang kuucap. Akupun pulang dan rian pun ikut gembira
merayakan hari libur kami. Tetapi , beberapa saat kemudian aku meliha ada banyak warga
yang berkumpul di rumah kepala desa kami. “kami tidak ingin gotong royong membersihkan
hal yan remeh itu !...” pinta salah satu warga yang sepertinya pemimpin kegaduhan itu. “
tidak kita harus melakukan itu demi kebaikan warga desa dan anak –anak generasi kta
nanti!!.. apa kalian mau rumah kalian digusur karena dianggap masalah kota dan pemukiman
kumuh.” Jawab pak lurah dengan lantang .

Akhirnya saat beberapa menit warga berdiskusi dan saling beradu mulut. Mereka
memutuskan untuk bergabung membersihkan lingkungan mereka. “ maafkan kami pak
selama ini kami lalai menjaga lingkungan kami tak sadar bahwa hal ini dapat berdampak bagi
anak-anak kami …” seru mereka bersamaan. Aku pun ikut bersuara “iya seharusnya anak
seperti kami tak seharusnya bekerja ataupun mati kelaparan bahkan mati karna menahan
penyakit akibat lingkunga yang kotor” pintaku dengan keras dan lantang. Merekapun
memutuskan mulai sekarang akan menjaga lingkungan.

Keesokan harinya aku dan Rian bersama warga lain bekerja sama membersihkan
lingkungan dan ada beberapa warga terutama ibu-ibu menyiapkan makanan dan minuman.
Tak perlu lama kini lingkungan kami menjadi bersih, indah ,dan nyaman dipandang . tak
seperti dulu lingkungan yang kotor,jorok, kumal dan kata-kata lain yang tak pantas diucap.

Tiba-tiba dating petugas yang menilai perlombaan dan mereka bahkan terkejut akan
perubahan yang terjadi di kampung kami.” Alhamdullilah… akhirnya kampung ini bias
berubah.

Tidak lama kemudian hasil penantian kami segera diumumkan. “aku harap kampung
kita akan menang “ harapku.”ya semoga saja aldi katamu benar” pinta Rian , dan walikota
kamipun datang dan mengucapkan selamat” juara lomba tahun ini adalah kampung serdadu”.
Dengan bangga aku dan Rian bersorak bahagia karna kampung kamilah yang disebutbapak
wali kota.

Aku pergi keatas panggung dan mengambil hadiah piala tropi . sebagai perwakilan
dari warga. Aku pulang dengan riang dan berharap kampung kami akan menjadi kampung
terbaik.

Nama: Fatma Dwi Ningrum

Kelas:9-h

Nomor:17

Anda mungkin juga menyukai