Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia hidup di dunia tidak lepas dari masalah kehidupan. Ada yang bahagia,
maupun menderita, dan ada yang miskin dan adapula yang kaya. Dari perbedaan masalah
tersebut terkadang menyebabkan seseorang mengalami kegoncangan batin, bahkan terkadang
merasa putus asa. Untuk itu manusia akan mencoba atau berusaha untuk mencari pegangan
atau ide baru, dimana disitu dia bisa merasakan ketenangan jiwa.

Dampak yang paling menonjol dari modernitas adalah keterasingan (alienasi) yang
dialami oleh manusia. Alienasi muncul dari cara pandang dualisme, yaitu: jiwa-badan,
makhluk-Tuhan, aku-yang lain, kapitalis-proletar. Akhirnya terjadilah gejala reifikasi atau
pembedaan antar sisi dari dualitas tersebut. Ini disebut pula objektivikasi, yaitu manusia
memandang dirinya sebagai objek, seperti layaknya sebuah benda.

Dalam bahasa agama disebut pertobatan (taubat, metanoia). Konversi agama secara
umum dapat diartikan dengan berubah agama ataupun masuk agama. Konversi agama
sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung
perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindakan agama. Lebih
jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang
tiba-tiba ke arah mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja
sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara
berangsur-angsur.

Dari definisi tersebut dapat dibayangkan betapa sukarnya mengukur dan meneliti
fakta konversi tersebut. Sama halnya dengan fakta-fakta psikis lainnya. Kita tidak dapat
meneliti secara langsung proses terjadinya konversi tersebut, dan keadaan jiwa apa yang
memungkinkan terjadinya peralihan keyakinan secara mendadak itu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konversi agama ?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya konversi agama ?
3. Bagaimana kasus konversi agama dalam sudut pndang psikologi agama?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konversi Agama

Konversi berasal dari kata conversion yang berarti, tobat, pindah, berubah.


Sehingga converstion berarti berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama lain
(change from one state, or from one religius to another). Sedang kata religion yang biasa
dialih bahasakan menjadi “agama”, pada mulanya lebih berkonotasi sebagai kata kerja, yang
mencerminkan sikap  keberagamaan atau kesalehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan.1

Menurut Jalaluddin, konversi Agama (Religious Conversion) dapat diartikan dengan


berubah agama ataupun masuk agama, atau konversi agama berarti terjadinya suatu
perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula.
Konversi Agama adalah istilah  yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus 
kepada penerimaan suatu sikap keagamaan; proses itu bisa terjadi secara berangsur-angsur
atau secara tiba-tiba.2 Secara umum, konversi agama dapat diartikan berubah agama atau
masuk ke dalam sebuah agama. Mungkin saja diferensiasi dari berubah agama atau masuk ke
dalam agama, bertitik tolak dari kondisi keberagamaan sebelumnya. Jika seseorang pada
awalnya telah menetapkan sebuah agama kemudian mengganti agamanya itu, maka masuk
dalam pengertian berubah agama. Namun jika sebelumnya orang tersebut tidak beragama
kemudian memutuskan untuk beragama, maka orang tersebut masuk ke dalam
agama. Adapun kenversi agama secara etimologi dan terminologi dapat kita pahami sebagai
berikut:

Sedangkan menurut terminologi, Konversi agama menurut pengertian ini dikemukakan


beberapa pendapat, yakni:

Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan di mana seseorang
atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang
berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.

1
Atang ABD. Hakim, dan Jaih Mubarok, “Metodologi Studi Islam”, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya), hal.3

2
Jalaluddin, “Psikologi Agama; Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Pinsip-prinsip
Psikologi”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), Cetakan ke-16, hal.379

2
W.H.Clark mendefinisikan konversi agama merupakan sebagai suatu macam pertumbuhan
atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam
sikap terhadap ajaran dan tindakan agama.

William James mengatakan, konversi agama merupakan berubah, digenerasikan,


untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan
kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba,
yang dilakukan secara sadar dan terpisah-pisah, kurang bahagia dalam konsekuensi
penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama.3

Dengan pengertian konversi agama di atas, secara jelas menekankan pada peristiwa
perpindahan atau perubahan pemahaman, loyalitas keyakinan yang ditinggalkan dinilai salah
dan yang baru merupakan yang benar. Namun, pada dasarnya tindakan konversi agama sama
halnya dengan fakta-fakta psikis lainnya dan tidak dapat diteliti secara langsung proses
terjadinya konversi agama tersebut, dan keyakinan-secara mendadak itu yang diawali oleh
konflik batin dan perhelatan jiwa yang sangat panjang dalam perjalanan hidupnya.
Istilah konversi agama ada dua madzhab. Pertama, makna konversi sesuai asal
bahasa yakni perubahan. Semua perubahan disebut konversi, baik itu perubahan keyakinan
dari Islam ke non Islam ataupun dari non Islam ke Islam yang jelas mengalami perubahan
agama. Kedua, konversi agama juga banyak menyangkut masalah psikologi (kejiwaan)
manusia dan pengaruh lingkungan dimana manusia berada.
Ciri-ciri seseorang melakukan konversi agama menurut Ramayulis dalam buku Raharjo
adalah:
Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan, sehingga perubahan tersebut dapat
terjadi secara berproses atau secara mendadak.
Perubahan tersebut tidak hanya berlaku bagi pemindahan kepercayaan dari satu agama ke
agama lain, akan tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya
sendiri.
Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itu pun disebabkan oleh
faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.4
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konversi agama adalah
merupakan suatu tindakan di mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah
ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku ke sistem kepercayaaan yang lain.
3
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 104
4
Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002), hal. 139

3
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan.
Dari beberapa uraian di atas memuat beberapa pengertian tentang konversi agama dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Perubahan arah pandang atau keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang
dianutnya selama ini.
2.      Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi
karena berproses atau secara mendadak.
3.      Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke
agama lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya
sendiri.
4.      Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itu pun disebabkan faktor
petunjuk (hidayah) dari Yang Maha Kuasa.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, setidaknya dapat dipahami, bahwa
konversi agama menunjukan suatu perubahan emosi yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah
Allah SWT secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau
dangkal, dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.

B. Pengebab Terjadinya Konversi Agama


Faktor yang mendukung terjadinya konversi adalah petunjuk Ilahi (mendapat hidayah
dari Allah). Namun demikian terasa sulit untuk membuktikan secara empiris tentang faktor
ini, walau kita mempercayai bahwa petunjuk Ilahi memegang peranan penting dalam
perubahan perilaku keagamaan seseorang. Oleh karena itu, perlu ditelusuri faktor-faktor lain,
baik itu dilihat dari latar belakang sosiologis, faktor kejiwaan maupun pendidikan yang
didapatkan.
Sedangkan para ahli sosiologi berpendapat bahwa terjadinya konversi agama
disebabkan oleh pengaruh sosial. Dijelaskan oleh Carlk, pengaruh-pengaruh tersebut antara
lain :
1.      Hubungan antarpribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun yang
bersifat nonagama.
2.   Kebiasaan yang rutin. Sebagai contoh adalah menghadiri acara keagamaan atau
pertemuan-pertemuan yang bersifat kegamaan, baik pada lembaga formal maupun nonformal.
3.      Anjuran atau propagana dari orang-orang yang dekat seperti keluarga, sahabat karib
dan sebagainya.
4.      Pengaruh pemimpin agama.

4
5.      Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.
6.      Pengaruh kekuasaan pemimpin.5
Dalam redaksi yang hampir senada, Zakiah Daradjat mengungkapkan faktor-faktor
yang mempengaruhi konversi agama, sebagai berikut :
1.      Pertentangan batin (konflik jiwa) an ketegangan perasaan.
2.      Pengaruh dari tradisi agama.
3.      Ajakan (seruan) atau sugesti.
4.      Faktor-faktor emosi.
5.      Kemauan.6

Pada bagian lain, para ahli psikologi menyebutkan faktor psikologis yang
menyebabkan terjadinya konversi. Sebagai contoh adalah adanya tekanan batin, maka akan
mendorong seseorang untuk mencari jalan keluar, yaitu ketenangan batin, atau jiwa yang
kosong dan tidak berdaya kemudian mencari perlindungan pada kekuatan lain yang mampu
memberikan kehidupan jiwa yang yang tenang dan tentram. Dengan emikian terjadinya
konversi tidak hanya didorong oleh faktor luar saja, tetapi juga disebabkan oleh faktor
interen.
Yang dapat dikategorikan sebagai faktor intern antara lain:
1.      Kepribadian
Secara psikologis tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi kehidupan jiwa
seseorang. Dalam penelitian Willian James ditemukan bahwa tipe melankolis yang memiliki
kerentanagn perasaan lebih menalam dapat menyebabkan terjadinya konversi dalam dirinya.
2.      Pembawaan
Menurut penelitian Guy E. Swanson ditemukan semacam kecenderungan urutan
kelahiran yang mempengaruhi konversi agama. Anak sulung an anak bungsu biasanya tidak
mengalami tekanan batin. Sementara anak yang dilahirkan pada urutan tengah atau antara
sulung dan bungsu sering mengalami stres jiwa.
Sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstern antara lain:
1.      Faktor Keluarga
Diantara yang termasuk dalam faktor ini adalah
a.       Keretakan keluarga
5
Op. cit., Sururin, Ilmu Jiwa Agama, h. 106-107

6
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: Bulan Bintang,1991), h.137

5
b.      Ketidakserasian
c.       Berlainan agama
d.      Kesepian
e.       Kesulitan seksual
f.       Kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat dan sebagainya.
Kondisi demikian menyebabkan batin seseorang akan mengalami tekanan batin sehingga
sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang
menimpa dirinya.
2.      Faktor Lingkungan Tempat Tinggal
Yang termasuk dalam faktor ini adalah keterasingan dari tempat tinggal atau
terasingkan dari tempat tinggal atau tersingkir ari kehidupan disuatu tempet yang
menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari tempat untuk bergantung
guna menenangkan jiwanya. Dengan demikian kegelisahan yang menggelayutinya akan
hilang.
3.      Perubahan Status
Perubahan status yang dimaksu bisa disebabkan oleh berbagaimacam persoalan,
seperti perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, kawin dengan
orang yang berlainan agama dan sebagainya. Biasanya perubahan status tersebut berlangsung
secara mendadak an mempengaruhi terjadinya konversi agama.
4.      Kemiskinan
Seringkali terjadi masyarakat awam yang miskin terpengaruh untuk memeluk agama
yang menjanjikan dunia yang lebih baik, seperti kehidupan sandang dan pangan yang
mendesak. Faktor kemiskinan tersebut sangat relevan hadis Nabi : “kemiskinan sangat ekat
dengan kekufuran”.7
Para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh
kondisi pendidikan. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan argumentasi, bahwa
suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat
dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga penidikan terhadap konversi agama,
namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dibawah yayasan agama tentunya
mempunyai tujuan agama pula.
Sedangkan penyebab konversi agama menurut tokoh agama adalah :

7
Ramayulis, “Psikologi Agama”, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), cet. 9, hal. 79-80

6
1.    Para  tokoh agama, berpandangan bahwa penyebab utama dari berpindahnya agama
seseorang adalah kehendak Tuhan. Sebuah dorongan dari luar yang memiliki kehendak luar
biasa pada dalam diri manusia. Hal tersebut tidak bisa dikontrol secara penuh oleh manusia.
Karena pada hakikatnya hidayah, atau petunjuk merupakan milik Tuhan.
Dalam tradisi keilmuan serta kepercayaan Islam misalnya, Allah memegang peranan
sentral bagi keislaman seseorang. Seseorang yang beragama dan memilih agama Islam
sebagai agamanya, merupakan bentuk hidayah Allah. Tidak ada satu faktor pun yang dapat
memaksakan hidayah. Seseorang tidak bisa memberi hidayah kepada orang lain, meskipun
dia adalah seorang nabi. Firman Allah yang artinya:
“Sesungguhnya kamu (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah
(petunjuk) kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada
siapa saja yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.” (QS. al-Qoshosh: 56)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman yang artinya:
"Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat
petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan
seorang pemimpin pun  yang dapat memberi petunjuk kepadanya." (QS. al-Kahfi: 17)

Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat,8 faktor-faktor konversi agama meliputi:


1.    Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan, orang-orang yang gelisah, di
dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya
menghadapi persoalan atau problema, itu mudah mengalami konversi agama. Di samping itu
sering pula terasa ketegangan batin, yang memukul jiwa , merasa tidak tenteram, gelisah yang
kadang-kadang terasa tidak ada sebabnya dan kadang-kadang tidak diketahui. Dalam semua
konversi agama, boleh dikatakan, latar belakang yang terpokok adalah konflik jiwa
(pertentangan batin) dan ketegangan perasaan, yang mungkin disebabkan oleh berbagai
keadaan
2.    Pengaruh hubungan dengan tradisi agama, diantara faktor-faktor penting dalam riwayat
konversi itu, adalah pengalaman-pengalaman yang mempengaruhinya sehingga terjadi
konversi tersebut. Diantara pengaruh yang terpenting adalah pendidikan orang tua di waktu
kecil mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri orang-orang, yang kemudian terjadi
padanya konflik konversi agama, adalah keadaan mengalami ketegangan yang konflik batin

8
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: Bulan Bintang,1991), h.137

7
itu, sangat tidak bisa, tidak mau, pengalaman di waktu kecil, dekat dengan orang tua dalam
suasana yang tenang dan aman damai akan teringat dan membayang-bayang secara tidak
sadar dalam dirinya. Keadaan inilah yang dlam peristiwa-peristiwa tertentu menyebabkan
konversi tiba-tiba terjadi. Faktor lain yang tidak sedikit pengaruhnya adalah lembaga-
lembaga keagamaan, masjid-masjid atau gerejagereja. Melalui bimbingan lembaga-lembaga
keagamaan itu, termasuk salah satu faktor penting yang memudahkan terjadinya konversi
agama jika pada umur dewasanya ia kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama dan
mengalamkonflik jiwa atau ketegangan batin yang tidak teratasi.
3.    Ajakan/seruan dan sugesti, banyak pula terbukti, bahwa diantara peristiwa konversi agama
terjadi karena pengaruh sugesti dan bujukan dari luar. Orang-orang yang gelisah, yang sedang
mengalami kegoncangan batin, akan sangat mudah menerima sugesti atau bujukan-bujukan
itu. Karena orang-orang yang sedang gelisah atau goncangan jiwanya itu, ingin segera
terlepas dari penderitaannya, baik penderitaan itu disebabkan oleh keadaan ekonomi, sosial,
rumah tangga, pribadi atau moral.
4.    Faktor-faktor emosi, orang-orang yang emosionil (lebih sensitif atau banyak dikuasai oleh
emosinya), mudah kena sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan. Kendatipun faktor
emosi, secara lahir tampaknya tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan
bahwa, emosi adalah salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya konversi
agama, apabila ia sedang mengalami kekecewaan.
5.    Kemauan, kemauan yang dimaksudkan adalah kemauan seseorang itu sendiri untuk
memeluk kepercayaan yang lain Selain faktor-faktor diatas, Sudarno (2000) menambahkan
empat factor pendukung, yaitu:
6.    Cinta, cinta merupakan anugrah yang harus dipelihara, tanpa cinta hidup tidak akan menjadi
indah dan bahagia, cinta juga merupakan salah satu fungsi sebagai psikologi dan merupakan
fitrah yang diberikan kepada manusia ataupun binatang yang banyak mempengaruhi
hidupnya, seseorang dapat melakukan konversi agama karena dilandaskan perasaan cinta
kepada pasangannya.
7.    Pernikahan, adalah salah suatu perwujudan dari perasaan saling mencintai dan menyayangi.
8.    Hidayah, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang
kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikendaki- Nya, dan
Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al-Qasas: 56)
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki
Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia

8
sedang mendaki kelangit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman”. (QS. Al An’am: 125) Ayat-ayat Al-Qur’an diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
bagaimanapun usaha orang untuk mempengaruhi seseorang untuk mengikuti keyakinannya,
tanpa ada kehendak dari Allah SWT tidak akan bisa. Manusia diperintah oleh Allah SWT
untuk berusaha, namun jangan sampai melawankehendak Allah SWT dengan segala
pemaksaan.
Kebenaran agama, menurut Djarnawi agama yang benar adalah yang tepat memilih
Tuhannya, tidak keliru pilih yang bukan Tuhan dianggap Tuhan. Kebenaran agama yang
dimaksud tidak karena paksaan, bujukan dari orang lain, akan tetapi lewat kesadaran dan
keinsyafan antara lain melalui dialog-dialog, ceramah, mempelajari literatur, buku-buku dan
media lain.
Pengaruh-pengaruh tersebut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu
pengaruh yang mendorong secara persuasif (ajakan/tidak memaksa) dan pengaruh yang
bersifat koersif ( paksaan).

C. Bagaimana Kasus Konversi Agama Dalam Perspektif Agama


Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses

konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan

lama dibongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain sama sekali

dari bangunan sebelmunya.

Demikian pula seseorang atau kelompok yang mengalami proses konversi agama ini.

Segala benttuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan

pandangan yang dianut nya (agama) , amak setelah terjadi konversi agama pada dirinya

secara spontan pula yang lama ditinggalkan sama sekali. Segaal bentuk perasaan batin

terhadap kepercayaan lama, seperti: harapan, rasa bahagia , keselamatan, dan kemantapan

berubah menjadi berlawanan arah. Timbulah gejala-gejala baru berupa, perasaan tidak

lengkap dan tidak sempurna. Gejala ini menunjukkan adanya hal yang timbul berupa proses

kejiwaan dalam bentuk merenung, timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, rasa berdosa,

cemas terhadapmasa depan, dan perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.

9
M.T.L. Penindo berpendapat , bahwa konversi agama mengandung dua unsur yaitu:

a. Unsur dfari dalam diri ( endegenos origin ) , yaitu proses perubahan yang terjadi

pada diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu

kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi yang disebabkan oleh krisis yang terjadi dan

keputusan yang diambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi

menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang

lama dan seiring denagn proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.

b. Unsur dari luar (exogenos origin) yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri

atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok yang

bersangkutan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap

kesadaran , mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang

bersangkutan.

Perubahan yang terjadi tetap pentahapan yang sama dalam bentuk kerangka secara

proses umum kerangka proses itu dikemukakan antara lain oleh :

a. H.Carrier, membagi proses tersebut dalam pentahapan sebagai berikut :

1) Terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat dari krisis

yang dialami.

2) Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru. Dengan

adanya reintegrasi ini maka tersciptalah kepribadian baru yang berlawanan

dengan struktur lama.

3) Tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang dituntut

oleh ajarannya.

4) Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci

petunjuki tuhan.

10
b. Dr. Zakiyah Darajat memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan

yang terjadi melalui lima tahap , yaitu:

1) Masa tenang

Disaat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang , karena masalah

agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi sikap apriori terhadap agama. Terhadap

keadaan yang demikian ini dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan

batinnya , sehingga ia berada dalam keadaan tenang dan tentram.

2) Masa ketidaktenangan

Masa dalam tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi batinnya.

Mungkin dikarenakan suatu krisis, musibah atau perasaan berdosa yang dialaminya. Hal ini

menimbulkan semacam kegoncangan dalammkehidupan batinnya , sehingga mengakibatkan

terjadinya kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah , panik, rasa putus asa,

ragu dan bimbang,. Persaan seperti itu menyebabkan orang menjadi lebih sensitif sugesibel.

Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi

konflik batinnya

3) Masa konversi

tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan , karena kemantapan

batin telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang

dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberiakn makna dalam

menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi , sehingga terciptalah ketenangan dalam

bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk ilahi. Karena disaat

ketenanngan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu perubahahan sikap kepercayaan yang

bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka setelah itu terajdilah proses

konversi agama.

11
4) Masa tenang dan tentram

Masa tenang dan tentram yang kedua ini berbeda dengan tahap yang sebelumnya. Jika

pada tahap yang pertama keadaan itu dialami karena sikap acuh tak acuh , maka ketenangan

dan ketentraman pada tahap ketiga ini ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang

telah diambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap

sebagai pertannyaan menerima konsep baru.

5) Masa ekspresi konversi

Sebagai ungkapan dari sikap menerima terhadap konsep baru dalam ajaran agama

yang diyakininya tadi , maka tindak tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan denagn ajaran

dan peraturan agama yang dipilihnya tersebut. Pencerminan tersebut pada ajaran dalam

bentuk amal dan perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pertanyaan konversi

agama itu dalam kehidupan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konversi agama adalah merupakan suatu tindakan di mana seseorang atau


sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku ke sistem
kepercayaaan yang lain. Starbuck sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard Splika
membagi konversi menjadi 2 (dua) macam, yaitu: type valitional (perubahan secara bertahap)
dan Ttype self surrender (perubahan secara drastis).

Faktor penyebab konversi agama adalah pertama faktor intern meliputi: kepribadian,
emosi, kemauan, konflik jiwa, kebenaran agama, hidayah. Kedua faktor ekstern meliputi:
faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pengaruh hubungan tradisi agama, cinta, dan
pernikahan.

Menurut Dr. Zakiah Daradjat bahwa tiap-tiap konversi agama itu melalui proses-
proses jiwa sebagai berikut: masa tenang, masa ketidaktenangan, peristiwa konversi, keadaan
tentram dan tenang, dan ekspresi konversi dalam hidup.

Sedangkan H. Carrier, membagi proses konversi agama dalam pentahapan sebagai


berikut: Terjadi disentegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang
dialami. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru. Tumbuh sikap
menerima konsepsi agama baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya. Timbul kesadaran
bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.

Konversi agama ada terjadi melalui perubahan drastis (seperti kisah Khalifah Umar
bin Khattab ra) dan ada juga yang terjadi secara bertahap misalnya melalui lingkungan sekitar
karena terpengaruh kebiasaan di sekitar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Atang ABD. Hakim, dan Jaih Mubarok, “Metodologi Studi Islam”, (Bandung:PT


Remaja Rosdakarya)
Jalaluddin, “Psikologi Agama; Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Pinsip-
prinsip Psikologi”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012)

Ramayulis, “Psikologi Agama”, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), cet. 9

Raharjo, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002)

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)


Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: Bulan Bintang,1991)

14

Anda mungkin juga menyukai