Anda di halaman 1dari 24

1

Metode Pengajaran Bahasa Indonesia

METODE SOSIODRAMA

SUSIATI

susiatiuniqbu@gmail.com
2

PETA KONSEP

PENGERTIAN 1. BELAJAR
METODE BERTANGGUNG
SOSIODRAMA JAWAB
2. MENGHAYATI &
MENGHARGAI ORANG
LAIN
3. MERANGSANG
PIKIRAN
TUJUAN METODE NANA SUDJANA 2009
SOSIODRAMA

MUNJIH NASIH 2009 1. MENDAPATKAN


KETERAMPILAN
SOSIAL
PERMAINAN PENUH 2. MENAMBAH PERCAYA
JENIS METODE DIRI
SOSIODRAMA 3. BELAJAR
KREASI BARU MENGEMUKAKAN
PENDAPAT
4. SANGGUP MENERIMA
PLAYLET & MENGHARGAI
ORANG
METODE SYARAT-SYARAT 5. MERUBAH SIKAP
BLACKOUT
SOSIODRAMA METODE KEPRIBADIAN
SOSIODRAMA
PENENTUAN TEMA

PERSIAPAN PERAN
LANGKAH-LANGKAH
METODE PELAKSANAAN
SOSIODRAMA
EVALUASI

KEUNGGULAN
METODE
KEUNGGULAN DAN SOSIODRAMA
KELEMAHAN METODE
SOSIODRAMA KELEMAHAN METODE
SOSIODRAMA

PENERAPAN METODE
BAB I
SOSIODRAMA PADA
PELAJARAN BAHASA
INDONESIA
3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari upaya pembangunan kualitas

sumber daya manusia dan memegang peran paling penting. Oleh karena itu

pendidikan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sebagai sarana untuk

memperoleh pengetahuan dan pengembangan potensi dirinya. Sejauh ini pendidikan

telah mengalami perubahan dan sangat mengesankan. Pendidikan dikategorikan

menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal

diselenggarakan oleh lembagalembaga resmi pemerintahan yang mempunyai

kurikulum tertentu, sedangkan pendidikan non-formal diselenggarakan oleh lembaga-

lembaga non pemerintahan yang tidak mempunyai kurikulum tertentu. Menurut UU

No 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya.

Proses pembelajaran ini merupakan inti dari proses pembelajaran secara keseluruhan

dengan guru, diatur dan direncanakan supaya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

dapat tercapai yakni adanya perubahan-perubahan melalui pengalaman-pengalaman

belajar yang direncanakan untuk menunjang perkembangan siswa. Dalam proses

belajar mengajar, siswa menjadi subyek utama sehingga dimana siswa terlibat secara

aktif dalam mengkonstruksikan pengetahuan yang didapatnya. Dengan demikian

siswa tidak hanya duduk, diam dan hanya mendengarkan guru menyampaikan materi

layaknya ceramah, tetapi siswa berusaha untuk menggali atau menemukan

pengetahuan sendiri. Banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses
4

belajar interaktif di kelas, namun pemakain metode pembelajaran pada umumnya

masih terpaku pada satu metode saja yang membuat siswa mengalami kejenuhan dan

kebosanan dalam proses belajar. Inilah yang menyebabkan motivasi, partisipasi,

keaktifan dan minat belajar siswa rendah dalam pembelajaran sosiologi di kelas dan

belum menunjukkan hasil yang optimal.

Upaya peningkatan partisipasi siswa masih mengalami hambatan, karena masih

dominannya penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran. Berkenaan dengan hal

tersebut perlu dilakukan pendekatan atau metode pembelajaran yang bermakna bagi

siswa, yakni bagaimana mereka mampu melibatkan diri secara fisik, mental dan

intektual.

Proses pembelajaran di sekolah-sekolah masih banyak menggunakan metode

konvensional atau metode ceramah. Setiap kali guru memberikan materi di kelas

maka metode yang menjadi handalan untuk menjelaskan adalah dengan metode

ceramah. Sebenarnya metode seperti ini sudah tidak layak lagi digunakan untuk

menyampaikan materi ke siswa dalam suatu proses pembelajaran dan perlu diubah.

Tetapi untuk merubah model pembelajaran tersebut sangatlah sulit bagi guru, karena

guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan metode lain.

Seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan di paragraf sebelumnya bahwa banyak

sekali metode yang bisa digunakan namun kebanyakkan hanya terpaku pada satu

metode saja melainkan metode ceramah. Hal ini jika dibiarkan akan sangat

berpengaruh pada siswa.

Untuk itu cara yang ditempuh untuk mewujudkan dengan memberikan metode

pembelajaran yang efektif dan menjadikan proses pembelajaran lebih aktif dan efekif,

sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar. Metode pembelajaran

sosiodrama adalah metode bermain drama atau cara mendramatisasikan tingkah laku
5

dalam hubungan sosial, dan diharapkan siswa dapat menghayati dan menghargai

perasaan orang lain. Sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang menekankan

pada permainan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan

manusia. Jadi metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran dengan

mendramatisasikan tingkah laku manusia, yang melibatkan interaksi antara dua orang

atau lebih tentang suatu tema.

Di sekolah-sekolah juga interaksi pembelajaran masih rendah, terlihat bahwa

sedikitnya siswa yang mendengarkan penjelasan guru, bahkan ada siswa yang masih

main-main sendiri atau mengobrol dengan teman sebangku saat guru sedang

menerangkan. Guru dalam mengajar dan menyampaikan materi yang masih

menggunakan metode ceramah dan sesekali dikaloborasi dengan tanya jawab

membuat siswa merasa jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran. Selain itu,

disebabkan keterbatasan fasilitas yang tidak memadai, seperti OHP, LCD yang tidak

terdapat diruang kelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya partisipasi

siswa dikarenakan dikelas tersebut tidak diterapkannya metode yang inovatif yang

dapat menunjang meningkatnya partisipasi siswa.

Untuk mengatasi hal-hal diatas, dalam makalah ini akan membahas bagaimana

menerapkan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa senang saat proses

pembelajaran berlangsung yaitu dengan menerapkan metode sosiodrama.

PEMBAHASAN

Pengertian Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar

yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam
6

pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio atau

sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan

manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang

atau lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang

dimainkannya, misalnya berperan sebagai guru, anak yang sombong, orang tua dan

sebagainya.

Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama” yang

merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang

masalah-masalah hubungan sosial, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Masalah hubungan sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan

guru. Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam

hubungan antara sesama. Sosio drama yaitu siswa dapat mendramatisasikan tingkah

laku manusia atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial

antar manusia. Sosio drama menurut Drs. Soelaiman Joesoef dan Drs. Slamet Santoso

dimaksudkan mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Oemar

Hamalik berpendapat bahwa kegiatan drama atau ekspresi pada umumnya disenangi

anak.

Pendapat lain, mengemukakan bahwa semacam drama sosial berguna untuk

menanamkan kemampuan menganalisis situasi sosial tertentu. Dalam sosiodrama ini

guru menyajikan sebuah cerita yang diangkat dari kehidupan sosial. Kemudian siswa

memainkan peran-peran tertentu dengan isi cerita dalam sebuah drama. Sosiodrama

yang dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan

bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sumiati dan Asra, 2002:100). Jadi

sosiodrama merupakan salah satu metode pembelajaran yang diterapkan untuk

membantu pembelajaran. Metode Sosiodrama juga adalah metode pembelajaran


7

bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena

sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti

masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain

sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan

akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk

memecahkanya. Dalam metode sosiodrama tersebut siswa diharapkan untuk terlibat

aktif dan berpartisipasi dengan motivasi belajar yang dimiliki saat pembelajaran.

Dengan beberapa pengertian dari para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa

metode sosiodrama adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan

mempertunjukkan dan mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku

dalam hubungan sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam

pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan

suatu situasi social yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat

memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.

Tujuan Metode Sosiodrama

Ada beberapa tujuan yang diharapkan melalui sosiodrama, antara lain

dikemukakan Nana Sudjana (2009: 84) sebagai berikut:

(1) Dapat belajar bertanggung jawab

(2) Siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain

(3) Dapat mengambil keputusan.

(4) Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Selain beberapa tujuan diatas, tujuan sosio drama yang lain dikemukakan oleh

Ahmad Munjih Nasih (2009: 81) sebagai berikut :

(1) Supaya siswa mendapatkan keterampilan sosial.

(2) Menghilangkan perasaan malu dan rendah diri yang tidak pada tempatnya
8

(3) Mendidik dan mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat.

(4) Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai orang lain.

(5) Sosiodrama ini akan lebih banyak berpengaruh terhadap perubahan-perubahan

sikap kepribadian.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan metode

sosio drama dapat menumbuhkan sikap positif.

Jenis Metode Sosiodrama

Adapun jenis-jenis metode sosiodrama adalah :

a. Permainan Penuh

Permainan penuh dapat digunakan untuk proyek besar yang tidak dibatasi

waktu dan sumber. Permainan penuh ini merupakan alat yang sangat baik untuk

menangani masalah yang kompleks dan kelompok yang berhubungan dengan masalah

itu. Permainan mungkin asli atau disesuaikan dengan situasi, untuk memenuhi

permintaan distributor komersial atau organisasi perjuangan, keagamaan, sosial,

pendidikan, industri, dan professional.

b. Pementasan situasi atau kreasi baru

Teknik ini mungkin setingkat dengan permainan penuh, tetapi dirancang hanya

untuk memainkan sebagian masalah atau situasi. Bentuk permainan drama

memerlukan orientasi awal dan diskusi tambahan atau pengembangan lanjutan

kesimpulan dengan menggunakan metode lain. Pementasan situasi dapat digunakan

untuk memerankan kembali persidangan pengadilan, pertemuan dan persidangan

badan legislative.

c. Playlet
9

Playlet adalah jenis permainan drama ketiga. Playlet meliputi kegiatan berskala

kecil untuk menangani masalah kecil atau bagian kecil dari masalah besar. Jenis ini

dapat digunakan secara tunggal atau untuk mengemas pementasan masalah yang

menggunakan metode lain, atau serangkaian playlet dapat digunakan bersama untuk

menggambarkan perkembangan masalah secara bertahap.

d. Blackout

Blackout adalah jenis permainan drama yang ke empat.Jenis ini biasanya hanya

meliputi dua atau tiga orang dengan dialog singkat mengembangkan latar belakang

secukupnya dalam pementasan yang cepat berakhir.

Syarat-syarat Metode Sosiodrama

Sosiodrama sebagai suatu metode mengajar hendaknya memenuhi 3 persyaratan

utama (menurut Prof. Dr. S. Nasution) dalam engkoswara (1989);

1) Kelas harus mempunyai perhatian masalah yang dikemukakan.

Ini berarti bahwa suatu persoalan hendaknya disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak-anak baik minat maupun kemampuan murid. Persoalan ini

terlalu mudah atau terlalu sukar mungkin tidak menarik minat anak-anak.

2) Para pelaku harus memunyai gambaran yang jelas tentang masalah yang dihadapi.

Ini berarti bahwa pelaku harus mengerti dan memahami isi cerita untuk kemudian

dapat dinyatakan dalam bentuk tingkah laku visual.

3) Sosiodrama hendaknya dipandang sebagai alat pelajaran dan bukan hanya sebagai

alat pelajaran dan bukan hanya alat hiburan. Karena itu, dalam sosiodrama tidak

terbatas pada mendramatisasikan tetapi supaya anak menanggapi, menilai, atau

memberikan kritik-kritik.

Langkah-langkah Metode Sosiodrama


10

Keberhasilan proses permainan peran sangat tergantung pada kecerdasan dan

kemampuan pimpinan membantu pemain dalam menjalankan peran mereka.

Pimpinan disini bisa ketua organisasi, ketua pertemuan, atau anggota kelompok yang

menguasai proses permainan peran. Kegiatan permainan peran itu sendiri sebenarnya

menjadi salah satu langkah dari proses permainan peran. Langkah yang lain berfungsi

mempersiapkan pemain dan pengamat, atau membantu menginterpretasikan

permainan.

Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Sosio drama

(1) Menentukan pokok tema yang akan disosiodramakan.

(2) Mempersiapkan peranan. Berikanlah waktu pada siswa untuk mempersiapkan

sebagai orang yang akan diperankannya.

(3) Pelaksanaan sosiodrama sesuai dengan peran masing-masing.

(4) Mengadakan Evaluasi.

Adapun dalam menerapkan atau melaksanakan metode sosiodrama agar berhasil

harus memperhatikan langkah-langkahnya yaitu :

(1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai.

(2) Memberi gambaran masalah dalam situasi yang akan dimainkan

(3) Menetapkan pemain dan waktu yang disediakan

(4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sendiri sesuai dengan

daya imajinasi siswa.

Syaiful Bahri dan Zain (1995: 100) mengemukakan lagkah-langkah metode

sosiodrama yaitu:

(1) Tetapkan dulu masalah-masalah social yang menarik perhatian siswa dibahas
11

(2) Ceritakan kepada siswa mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita

tersebut.

(3) Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan peranannya di

depan kelas.

(4) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama

sedang berlangsung.

(5) Beri kesempatan kepada pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum.

(6) Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.

(7) Akhiri sosiodrama dengan diksusi kelas untuk bersama-sama memecahkan

persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut.

(8) Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih

lanjut.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam pelaksnaan metode

sosiodrama terdapat langkah-langkah yang menjadi pertimbangan oleh setiap guru,

karena dengan memerhatikan langkah-langkah tersebut metode sosiodrama dapat

dilksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan dalam pembelajaran.

Permainan peran sebagai proses pendidikan meliputi beberapa langkah. Pimimpin

harus menguasai setiap langkah dan memberitahukannya kepada anggota kelompok.

Langkah-langkah yang biasa berhubungan dengan proses permainan peran antara

lain:

Menentukan Masalah. Partisipan kelompok dalam memilih dan menentukan

masalah sangat diperlukan. Masalah harus signifikan dan cukup dikenal oleh pemain

maupun pengamat. Masalah harus valid, jelas, dan sederhana sehingga peserta dapat

mendiskusikan secara rasional. Diperlukan kehati-hatian untuk menghindari masalah

yang dapat mengungkapkan isu yang tersembunyi, tetapi menyimpang dari tujuan
12

permainan peran. Dalam hal ini, baik pengamat maupun pemain harus benar-benar

mengerti permasalahannya. Sebagai contoh, petani penyewa mencoba meyakinkan

tuan tanah untuk membantu mereka membeli benih unggul untuk meningkatkan

produksi.

Membentuk Situasi. Desain peran yang dimainkan atau situasi tergantung pada

hasil yang diinginkan. Kehati-hatian perlu diambil untuk menghindari situasi yang

kompleks, yang mungkin mengacaukan perhatian pengamat dari masalah yang

dibahas. Situasi harus memberikan sesuatu yang nyata kepada pemain dan kelompok,

dan dapat saat yang sama memberikan pandangan umum dan pengetahuan yang

diinginkan.

Membentuk Karakter . Keberhasilan proses permainan peran sering ditentukan

oleh peran dan pemain yang layak dipilih. Peran yang akan dimainkan harus dipilih

secara hati-hati. Pilihlah peran yang akan memberikan sumbangan untuk mencapai

tujuan pertemuan. Biasanya, permainan peran melibatkan peran yang sedikit. Pemain

yang terbaik harus dipilih untuk setiap peran. Peran-peran harus diberikan kepada

mereka yang mampu membawakannya dengan baik dan mau melakukannya. Orang

tidak seharusnya dipaksa memainkan suatu peran, tidak pula harus diminta untuk

memainkan peran yang mungkin membuat bingung setelah penyajian.

Mengarahkan Pemain. Permainan yang spontan tidak memerlukan pengarahan.

Akan tetapi, permainan peran yang terencana memerlukan pengarahan dan

perencanaan yang matang. Penting bagi pemain untuk dapat memainkan perannya

pada saat yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Pengarahan

diperlukan untuk memberitahukan tanggungjawab mereka sebagai pemain.

Pengarahan mungkin dilakukan secara resmi atau tidak resmi, tergantung situasi dan

pengarahan tidak harus menentukan apa yang harus dikatakan atau dilakukan.
13

Memahami Peran. Biasanya, suatu hal yang baik bagi pengamat untuk tidak

mengetahui peran apa yang sedang dimainkan. Permainan harus diatur waktunya

secara hati-hati dan spontan. Penting untuk diketahui, apabila ada beberapa pemain,

hendaknya mereka mulai bermain pada saat yang sama dan berakhir pada saat yang

sama pula, yaitu ketika permainan dihentikan.

Menghentikan/memotong. Efektifitas permainan peran mungkin sangat

berkurang jika permainan dihentikan terlalu cepat atau dibiarkan berlangsung terlalu

lama. Pengaturan waktu sangat penting. Permainan peran yang lama tidak efektif, jika

sebenarnya hanya diperlukan beberapa menit untuk memainkan peran yang

diinginkan. Permainan harus dihentikan sesegera mungkin setelah permainan

dianggap cukup bagi kelompok untuk menganalisis situasi dan arah yang ingin

dimabil. Dalam beberapa kasus, perminan dapat dihentikan apabila kelompok sudah

dapat memperkirakan apa yang akan terjadi jika permainan tetap diteruskan, dan

permainan harus dihentikan jika pemain mengalami kebuntuan yang disebabkan

penugasan atau pengarahan yang kurang memadai.

Mendiskusikan dan menganalisis permainan. Langkah terakhir ini harus

menjadi “pembersih”. Jika peranan dimainkan dengan baik, pengertian pengamat

terhadap masalah yang dibahas akan semakin baik. Diskusi harus lebih difokuskan

pada fakta dan prinsip yang terkandung daripada evaluasi pemain. Suatu ide yang

baik, jika membiarkan pemain mengekspresikan pandangan mereka terlebih dahulu.

Ada saatnya bagi pengamat untuk menganalisis, yaitu setelah pemain

mengekspresikan diri. Ketua mempunyai tanggungjawab untuk menyimpulkan fakta

yang telah disajikan selama permainan peran dan diskusi, dan merumuskan

kesimpulan untuk pemecahan masalah.


14

Dalam melaksanakan strategi ini agar berhasil dengan efektif maka perlu

memperhatikan langkah-langkah :

a. Guru harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkan strategi ini,

bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah

hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat, maka kemudian guru menunjuk

beberapa siswa yang akan berperan, masing-masing akan mencari pemecahan

masalah sesuai dengan perannya. Dan siswa yang lain jadi penonton dengan

tugas-tugas tertentu pula.

b. Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu

menjelaskan dengan menarik sehingga siswa terangsang untuk berusaha

memecahkan masalah itu.

c. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan

sambil untuk mengatur dengan adegan yang pertama.

d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi

tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya. Bila tidak

ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman

seperti yang diperankan itu.

e. Jelaskan pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya sehingga mereka tahu tugas

perannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog.

f. Siswa yang tidak turut hasil menjadi penonton yang aktif, disamping

mendengarkan dan melihat mereka harus bisa memberi saran dan kritik pada

apa yang akan dilakukan setelah sosiodrama selesai.

g. Bila siswa belum terbiasa perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama

dalam dialog.
15

h. Setelah dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan agar kemungkinan-

kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara umum. Sehingga

para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan, dan

sebagainya. Sosiodrama dapat dihentikan pula bila sedang menemui jalan buntu.

i. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi walau mungkin masalahnya belum

terpecahkan, maka perlu dibuka tanya jawab, diskusi atau membuat karangan

yang berbentuk sandiwara.

Agar pelaksanaan metode simulasi ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu

dilakukan langkah-langkah yang berkaitan dengan persiapan yang meliputi penetapan

topik atau masalah pokok dan tujuannya, peranan yang harus dimainkan oleh masing-

masing siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Sedangkan

pelaksanaannya dilakukan oleh kelompok siswa yang memerankan permainan,

mengikuti dengan penuh perhatian, memberikan bantuan, dorongan, serta diskusi

tentang pelaksanaan simulasi yang yang didalamnya dibahas tentang berbagai aspek

yang terkait dengan simulasi untuk dilakukan perbaikan, laporan, kritik, saran dan

sebagainya untuk kemudian disimpulkan.

Adapun langkah-langkah simulasi menurut Wina Sanjaya dalam bukunya yang

berjudul Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan adalah :

1. Persiapan Simulasi

a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi

b. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.

c. Guru menetapkan pemain yang akan diterlibat dalam simulasi, peranan yang

harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada

siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.


16

2. Pelaksanaan Simulasi

a. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.

b. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.

c. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat

kesulitan.

d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk

mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang

disimulasikan.

3. Penutup

a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang

disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan

tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

b. Merumuskan kesimpulan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode sosiodrama dalam

pembelajaran adalah :

1. Masalah yang akan dijadikan tema cerita hendaknya dialami, oleh sebagian siswa.

2. Penentuan peran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari diri sendiri.

3. Jangan banyak menyutradarai/mengatur, biarkan anak mengembangkan

kreatifitas mereka.

4. Diskusi diarahkan pada penyelesaian akhir

5. Kesimpulan diskusi dapat dirumuskan oleh guru.

Keunggulan dan Kelemahan Metode Sosiodrama

Metode ini meliputi penggunaan dialog dan tindakan menginterpretasikan situasi

dan peristiwa. Permainan drama berbeda dari permainan peran, drama memerlukan
17

waktu yang lebih lama dan tempat yang lebih luas. Permainan drama dilatihkan lebih

dahulu dan biasanya lebih ditekankan pada emosi peserta.

Kelebihan dan kelemahan metode sosiodrama adalah :

1) Kelebihan Metode Sosiodrama

a. Dapat mengembangkan kreatifitas siswa (dengan peran yang

dimainkan siswa dapat berfantasi).

b. Memupuk kerjasama antara siswa.

c. Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.

d. Kerjasama antara pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-

baiknya.

e. Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati sendiri.

f. Siswa memeroleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab

dengan sesamanya.

g. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah

dipahami orang lain.( Syaiful Bahri dan Zain 1995: 101)

h. Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.

i. Melatih siswa untuk menganalisis masalah dan mengambil kesimpulan dalam

waktu singkat.

j. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam

menghadapi situasi sosial yang problematis.

2) Kelemahan Metode Sosiodrama

a. Sosiodrama dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif

panjang.
18

b. Memerlukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun

murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya. melalui metode sosiodrama dan

bermain peran ini.

c. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk

memerlukan suatu adegan tertentu.

d. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain peran mengalami kegagalan,

bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan

pengajaran tidak tercapai.

e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

f. Pada pelajaran agama masalah keimanan, sulit disajikan

A. Peranan Metode Sosiodrama dalam Pelajaran Bahasa Indonesia

Dalam dunia pendidikan baik itu di SD, SMP, SMA pelajaran Bahasa Indonesia

meliputi empak aspek yairu berbicara, menyimak/mendengarkan, menulis. Dengan

melihat kenyataan di lapangan, diduga kurangnya kemampuan siswa dalam

berbicara/mengungkapkan perasaan disebabkan oleh penyajian guru dalam

pembelajaran yang sebagian besar menggunakan metode ceramah, tanpa peragaan

atau gerakan-gerakan dan ekspresi wajah yang sesuai.

Apabila hal di atas dibiarkan berlarut-larut maka dapat mengakibatkan dampak

seperti menurunnya prestasi belajar siswa untuk berbicara/mengungkapkan perasaan

dengan nada dan gerak serta mimic wajah yang sebenarnya.

Penerapan metode sosiodrama dalam pelajaran Bahasa Indonesia sangat penting

karena dengan menggunakan metode sosiodrama ini siswa akan mengembangkan

kemampuan berbicara mereka rserta dapat melatih mengungkapkan ide atau kritik

terhadap apa yang didengarnya dari tiap adegan dalam pengaplikasian metode
19

sosiodrama. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar para siswa mampu

menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran

bahasa indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan benar (Diknas, 2003: 11) hal

ini terkait dengan fungsi utama bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

Penerapan metode sosiodrama ini dalam pelajaran bahasa indonesia ditekankan

pada materi-materi yang mempunyai kompetensi tentang berbicara, sastra (karya

sastra), mendengarkan, jika dilapangan ditemukan penggunaan metode sosiodrama

dalam kompetensi menulis, hal ini sah-sah saja karena tujuan utama dari penerapan

metode sosiodrama ini adalah agar siswa dapat mengungkapkan/menuliskan

konklusi/pendapat serta kritik secara terbuka (percaya diri).

Adapun sasaran utama manfaat metode sosiodrama setelah setelah diterapkan

dalam pelajaran bahasa indonesia adalah: 1) Siswa mampu menyapa orang dengan

bahasa yang baik dan benar, 2) Mampu memperkenalkan diri, 3) Mampu menjelaskan

isi gambar, 4) Mampu menceritakan pengalaman, 5) Mampu mendeskripsikan benda;

tumbuhan; binatang; tempat, 6) Mampu melakukan percakapan sederhana, 7) Mampu

bertanya, 8) Mampu melakukan percakapan melalui telepon, 9) Mampu menjelaskan

wacana prosedural (urutan), 10) Mampu menjelaskan petunjuk, 11) Menceritakan

kembali isi dongeng, 12) Berwawancara dengan narasumber, 13) Mampu

mengeluarkan pendapat atau kritik terhadap masalah-masalah sosial (Suyoto, 2003:

32).
20

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya, maka simpulan dari penulisan

makalah ini adalah

1. Metode pembelajaran sosiodrama adalah metode bermain drama atau cara

mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungan sosial, dan diharapkan siswa

dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

2. Di sekolah-sekolah interaksi pembelajaran masih rendah, terlihat bahwa

sedikitnya siswa yang mendengarkan penjelasan guru, bahkan ada siswa yang

masih main-main sendiri atau mengobrol dengan teman sebangku saat guru

sedang menerangkan. Ini merupakan fenomena yang butuh perhatian dari tim

pengajar di sekolah-sekolah agar memperbaiki metode yang mereka terapkan.

Disinilah inovasi terbaru hadir yaitu menerapkan metode sosiodrama.

3. Ada beberapa tujuan sosio drama antara lain dikemukakan Nana Sudjana (2009:

84) sebagai berikut dapat belajar bertanggung jawab, siswa dapat menghayati dan

menghargai perasaan orang lain, dapat mengambil keputusan, merangsang kelas

untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Saran

Penulis mengharapkan adanya kontribusi pemikiran dari peserta diskusi/pembaca

untuk perbaikan isi dari makalah ini. Isi dari makalah ini hanyalah sebagian kecil

ilmu-ilmu tentang penerapan metode sosiodrama, namun penulis berharap ada setitik
21

asa agar peserta diskusi/pembaca dapat mengembangkan dan mengaplikasikan

metode sosiodrama ini dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar . 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Muhibbin, Syah.1999. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:

Andi Offset.

Nasih, Ahmad Munjin dkk. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Bandung : Refika Aditama.

Amanto, B. S., Umanailo, M. C. B., Wulandari, R. S., Taufik, T., & Susiati, S. (2019).
Local Consumption Diversification. Int. J. Sci. Technol. Res, 8(8), 1865-1869.

BURU, I. PENGEMBANGAN APLIKASI MULTIMEDIA HOT POTATOES DALAM EVALUASI


PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA SMP NEGERI 9 BURU
(DEVELOPMENT OF HOT POTATOES MULTIMEDIA APPLICATIONS IN EVALUATION OF
INDONESIAN LEARNING IN SMP 9 STUDENTS.

Iye, R., & Susiati, S. (2018). NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL SEBAIT CINTA DI BAWAH
LANGIT KAIRO KARYA MAHMUD JAUHARI ALI (Educative Values in Sebait Cinta di
Bawah Langit Kairo by Mahmud Jauhari Ali). Sirok Bastra, 6 (2), 185-191.

Iye, R., Susiati, S., & Karim, K. (2020). Citra Perempuan dalam Iklan Sabun Shinzui.
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton, 6(1), 1-7.

Andini, K. NILAI BUDAYA SUKU BAJO SAMPELA DALAM FILM THE MIRROR NEVER LIES
KARYA KAMILA ANDINI.

Nurhayati, N., & Said, I. (2019). Emosi Verbal Suku Bajo Sampela. Sosial Budaya,
16(2), 114-126.

RUSDI, M., & RUSDI, M. (2017). Dinamika Sosial Masyarakat Di Sekiat Bukit
Karampuang Desa Barugae Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba (Doctoral
dissertation, Pascasarjana).
22

Susiati, S., & Iye, R. (2018). Kajian Geografi Bahasa dan Dialek di Sulawesi Tenggara:
Analisis Dialektometri. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. 6 (2),
137-151.

Susiati, S. (2018). Homonim bahasa kepulauan tukang besi dialek kaledupa di


kabupaten wakatobi [the homonymon of tukang besi island languange in kaledupa
dialect at wakatobi regency]. Totobuang, 6 (1), 109, 123.

Susiati, S., Iye, R., & Suherman, L. O. A. (2019). Hot Potatoes Multimedia Applications
in Evaluation of Indonesian Learning In SMP Students in Buru District. ELS Journal on
Interdisciplinary Studies in Humanities, 2(4), 556-570.

Susiati, S., & Iye, R. (2018). Kajian Geografi Bahasa dan Dialek di Sulawesi Tenggara:
Analisis Dialektometri. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, 6(2),
137-151.

Susiati, Y. T. Risman Iye. A. Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia Suku Bajo


Sampela: Balai Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2018. Kongres Bahasa
Indonesia (No. 12, pp. 1-6). Report.

Susiati, S. (2020, June 2). Wujud Morfologi Bahasa Indonesia.


https://doi.org/10.31219/osf.io/zsda4

Susiati, S. (2020). PENTINGNYA MELESTARIKAN BAHASA DAERAH.

Susiati, S. PERWUJUDAN SIMILE OLEH MERARI SIREGAR DALAM NOVEL AZAB DAN
SENGSARA.

Susiati, S. (2020, June 14). Fenomena Tuturan Emosi Verbal Bahasa Indonesia Suku Bajo
Sampela. https://doi.org/10.31219/osf.io/vbeh7

Susiati, S. (2020, June 11). Pengaplikasian Multimedia Hot Potatoes Dalam Evaluasi
Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa SMP Negeri 9 Buru.
https://doi.org/10.31219/osf.io/zhmwb

Susiati, S. (2020, June 11). Kaidah Fonologi Bahasa Indonesia.


https://doi.org/10.31219/osf.io/jtqpv

Susiati, S. (2020, June 11). Nilai Budaya Suku Bajo Sampela Dalam Film The Mirror Never Lies
Karya Kamila Andini. https://doi.org/10.26499/ttbng.v6i2.105

Susiati, S. (2020, June 11). Gaya Bahasa Secara Umum dan Gaya Bahasa Pembungkus Pikiran:
Stilistika. https://doi.org/10.31219/osf.io/8sc9f

Susiati, S. (2020, June 11). Morfologi Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia.
https://doi.org/10.31219/osf.io/jc6yv
23

Susiati, S. (2020, June 11). Kesantunan Imperatif Bahasa Melayu Ambon.


https://doi.org/10.31219/osf.io/gwu5e

Susiati, S. (2020, June 11). Makian Bahasa Wakatobi Dialek Kaledupa.


https://doi.org/10.26499/jk.v16i1.985

Susiati, S. (2019). HUMAN EXISTENCE IN THE FILMS “AISYAH BIARKAN KAMI BERSAUDARA”
BY HERWIN NOVIANTO. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 7(1), 50-63.
https://doi.org/10.31813/gramatika/7.1.2019.173.50--63

Tenriawali, A. Y. (2018). Representasi korban kekerasan dalam teks berita daring


tribun timur: analisis wacana kritis [the representation victims of violence in tribun
timur online news text: critical discourse analysis]. TOTOBUANG, 6 (1), 1, 15.

Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito.

Purwanto, Ngalim M. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Reneka Cipta.

Sudjana, Nana. 2006. Proses Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sumiati dan Asra, M.Ed . 2007. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.

Suryobroto.1997. Proses belajar Mengajar. Jakarta : Reneka Cipta.

Yumiati, Roestiyah NR. 1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.

Wiraatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Zamroni. 2003. Metode dan Proses Belajar Mengajar. Maluku Utara: UMMU Press.
24

http/id.shvoong.com/writingand-spiking/presenting/2231778-tujuan-kelebihandan-

kelemahan

Anda mungkin juga menyukai