METODE SOSIODRAMA
SUSIATI
susiatiuniqbu@gmail.com
2
PETA KONSEP
PENGERTIAN 1. BELAJAR
METODE BERTANGGUNG
SOSIODRAMA JAWAB
2. MENGHAYATI &
MENGHARGAI ORANG
LAIN
3. MERANGSANG
PIKIRAN
TUJUAN METODE NANA SUDJANA 2009
SOSIODRAMA
PERSIAPAN PERAN
LANGKAH-LANGKAH
METODE PELAKSANAAN
SOSIODRAMA
EVALUASI
KEUNGGULAN
METODE
KEUNGGULAN DAN SOSIODRAMA
KELEMAHAN METODE
SOSIODRAMA KELEMAHAN METODE
SOSIODRAMA
PENERAPAN METODE
BAB I
SOSIODRAMA PADA
PELAJARAN BAHASA
INDONESIA
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
sumber daya manusia dan memegang peran paling penting. Oleh karena itu
pendidikan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sebagai sarana untuk
menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Proses pembelajaran ini merupakan inti dari proses pembelajaran secara keseluruhan
dengan guru, diatur dan direncanakan supaya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
belajar mengajar, siswa menjadi subyek utama sehingga dimana siswa terlibat secara
siswa tidak hanya duduk, diam dan hanya mendengarkan guru menyampaikan materi
pengetahuan sendiri. Banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam proses
4
masih terpaku pada satu metode saja yang membuat siswa mengalami kejenuhan dan
keaktifan dan minat belajar siswa rendah dalam pembelajaran sosiologi di kelas dan
tersebut perlu dilakukan pendekatan atau metode pembelajaran yang bermakna bagi
siswa, yakni bagaimana mereka mampu melibatkan diri secara fisik, mental dan
intektual.
konvensional atau metode ceramah. Setiap kali guru memberikan materi di kelas
maka metode yang menjadi handalan untuk menjelaskan adalah dengan metode
ceramah. Sebenarnya metode seperti ini sudah tidak layak lagi digunakan untuk
menyampaikan materi ke siswa dalam suatu proses pembelajaran dan perlu diubah.
Tetapi untuk merubah model pembelajaran tersebut sangatlah sulit bagi guru, karena
guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menggunakan metode lain.
Seperti yang sudah dijelaskan pada penjelasan di paragraf sebelumnya bahwa banyak
sekali metode yang bisa digunakan namun kebanyakkan hanya terpaku pada satu
metode saja melainkan metode ceramah. Hal ini jika dibiarkan akan sangat
Untuk itu cara yang ditempuh untuk mewujudkan dengan memberikan metode
pembelajaran yang efektif dan menjadikan proses pembelajaran lebih aktif dan efekif,
sosiodrama adalah metode bermain drama atau cara mendramatisasikan tingkah laku
5
dalam hubungan sosial, dan diharapkan siswa dapat menghayati dan menghargai
pada permainan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan
mendramatisasikan tingkah laku manusia, yang melibatkan interaksi antara dua orang
sedikitnya siswa yang mendengarkan penjelasan guru, bahkan ada siswa yang masih
main-main sendiri atau mengobrol dengan teman sebangku saat guru sedang
membuat siswa merasa jenuh dan bosan dalam proses pembelajaran. Selain itu,
disebabkan keterbatasan fasilitas yang tidak memadai, seperti OHP, LCD yang tidak
siswa dikarenakan dikelas tersebut tidak diterapkannya metode yang inovatif yang
Untuk mengatasi hal-hal diatas, dalam makalah ini akan membahas bagaimana
menerapkan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa senang saat proses
PEMBAHASAN
Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar
yang mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam
6
pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio atau
sosial dan drama. Kata drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan
manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang
atau lebih. Sedangkan bermain peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang
dimainkannya, misalnya berperan sebagai guru, anak yang sombong, orang tua dan
sebagainya.
guru. Melalui metode ini guru ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam
hubungan antara sesama. Sosio drama yaitu siswa dapat mendramatisasikan tingkah
laku manusia atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial
antar manusia. Sosio drama menurut Drs. Soelaiman Joesoef dan Drs. Slamet Santoso
Hamalik berpendapat bahwa kegiatan drama atau ekspresi pada umumnya disenangi
anak.
guru menyajikan sebuah cerita yang diangkat dari kehidupan sosial. Kemudian siswa
memainkan peran-peran tertentu dengan isi cerita dalam sebuah drama. Sosiodrama
bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial (Sumiati dan Asra, 2002:100). Jadi
masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain
aktif dan berpartisipasi dengan motivasi belajar yang dimiliki saat pembelajaran.
Dengan beberapa pengertian dari para ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa
dalam hubungan sosial. Jadi sosiodrama ialah metode mengajar yang dalam
suatu situasi social yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat
Selain beberapa tujuan diatas, tujuan sosio drama yang lain dikemukakan oleh
(2) Menghilangkan perasaan malu dan rendah diri yang tidak pada tempatnya
8
(4) Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai orang lain.
sikap kepribadian.
a. Permainan Penuh
Permainan penuh dapat digunakan untuk proyek besar yang tidak dibatasi
waktu dan sumber. Permainan penuh ini merupakan alat yang sangat baik untuk
menangani masalah yang kompleks dan kelompok yang berhubungan dengan masalah
itu. Permainan mungkin asli atau disesuaikan dengan situasi, untuk memenuhi
Teknik ini mungkin setingkat dengan permainan penuh, tetapi dirancang hanya
badan legislative.
c. Playlet
9
Playlet adalah jenis permainan drama ketiga. Playlet meliputi kegiatan berskala
kecil untuk menangani masalah kecil atau bagian kecil dari masalah besar. Jenis ini
dapat digunakan secara tunggal atau untuk mengemas pementasan masalah yang
menggunakan metode lain, atau serangkaian playlet dapat digunakan bersama untuk
d. Blackout
Blackout adalah jenis permainan drama yang ke empat.Jenis ini biasanya hanya
meliputi dua atau tiga orang dengan dialog singkat mengembangkan latar belakang
terlalu mudah atau terlalu sukar mungkin tidak menarik minat anak-anak.
2) Para pelaku harus memunyai gambaran yang jelas tentang masalah yang dihadapi.
Ini berarti bahwa pelaku harus mengerti dan memahami isi cerita untuk kemudian
3) Sosiodrama hendaknya dipandang sebagai alat pelajaran dan bukan hanya sebagai
alat pelajaran dan bukan hanya alat hiburan. Karena itu, dalam sosiodrama tidak
memberikan kritik-kritik.
Pimpinan disini bisa ketua organisasi, ketua pertemuan, atau anggota kelompok yang
menguasai proses permainan peran. Kegiatan permainan peran itu sendiri sebenarnya
menjadi salah satu langkah dari proses permainan peran. Langkah yang lain berfungsi
permainan.
(1) Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai.
(4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sendiri sesuai dengan
sosiodrama yaitu:
(1) Tetapkan dulu masalah-masalah social yang menarik perhatian siswa dibahas
11
(2) Ceritakan kepada siswa mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita
tersebut.
(3) Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan peranannya di
depan kelas.
(4) Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama
sedang berlangsung.
(5) Beri kesempatan kepada pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum.
(8) Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan lebih
lanjut.
lain:
masalah sangat diperlukan. Masalah harus signifikan dan cukup dikenal oleh pemain
maupun pengamat. Masalah harus valid, jelas, dan sederhana sehingga peserta dapat
yang dapat mengungkapkan isu yang tersembunyi, tetapi menyimpang dari tujuan
12
permainan peran. Dalam hal ini, baik pengamat maupun pemain harus benar-benar
tuan tanah untuk membantu mereka membeli benih unggul untuk meningkatkan
produksi.
Membentuk Situasi. Desain peran yang dimainkan atau situasi tergantung pada
hasil yang diinginkan. Kehati-hatian perlu diambil untuk menghindari situasi yang
dibahas. Situasi harus memberikan sesuatu yang nyata kepada pemain dan kelompok,
dan dapat saat yang sama memberikan pandangan umum dan pengetahuan yang
diinginkan.
oleh peran dan pemain yang layak dipilih. Peran yang akan dimainkan harus dipilih
secara hati-hati. Pilihlah peran yang akan memberikan sumbangan untuk mencapai
tujuan pertemuan. Biasanya, permainan peran melibatkan peran yang sedikit. Pemain
yang terbaik harus dipilih untuk setiap peran. Peran-peran harus diberikan kepada
mereka yang mampu membawakannya dengan baik dan mau melakukannya. Orang
tidak seharusnya dipaksa memainkan suatu peran, tidak pula harus diminta untuk
perencanaan yang matang. Penting bagi pemain untuk dapat memainkan perannya
pada saat yang tepat dan sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Pengarahan
Pengarahan mungkin dilakukan secara resmi atau tidak resmi, tergantung situasi dan
pengarahan tidak harus menentukan apa yang harus dikatakan atau dilakukan.
13
Memahami Peran. Biasanya, suatu hal yang baik bagi pengamat untuk tidak
mengetahui peran apa yang sedang dimainkan. Permainan harus diatur waktunya
secara hati-hati dan spontan. Penting untuk diketahui, apabila ada beberapa pemain,
hendaknya mereka mulai bermain pada saat yang sama dan berakhir pada saat yang
berkurang jika permainan dihentikan terlalu cepat atau dibiarkan berlangsung terlalu
lama. Pengaturan waktu sangat penting. Permainan peran yang lama tidak efektif, jika
dianggap cukup bagi kelompok untuk menganalisis situasi dan arah yang ingin
dimabil. Dalam beberapa kasus, perminan dapat dihentikan apabila kelompok sudah
dapat memperkirakan apa yang akan terjadi jika permainan tetap diteruskan, dan
terhadap masalah yang dibahas akan semakin baik. Diskusi harus lebih difokuskan
pada fakta dan prinsip yang terkandung daripada evaluasi pemain. Suatu ide yang
yang telah disajikan selama permainan peran dan diskusi, dan merumuskan
Dalam melaksanakan strategi ini agar berhasil dengan efektif maka perlu
memperhatikan langkah-langkah :
hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat, maka kemudian guru menunjuk
masalah sesuai dengan perannya. Dan siswa yang lain jadi penonton dengan
b. Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu
d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap ditanggapi
tetapi guru harus mempertimbangkan apakah ia tepat untuk perannya. Bila tidak
ditunjuk saja siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman
f. Siswa yang tidak turut hasil menjadi penonton yang aktif, disamping
mendengarkan dan melihat mereka harus bisa memberi saran dan kritik pada
g. Bila siswa belum terbiasa perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama
dalam dialog.
15
sebagainya. Sosiodrama dapat dihentikan pula bila sedang menemui jalan buntu.
i. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi walau mungkin masalahnya belum
terpecahkan, maka perlu dibuka tanya jawab, diskusi atau membuat karangan
Agar pelaksanaan metode simulasi ini dapat berjalan dengan baik, maka perlu
topik atau masalah pokok dan tujuannya, peranan yang harus dimainkan oleh masing-
masing siswa, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Sedangkan
tentang pelaksanaan simulasi yang yang didalamnya dibahas tentang berbagai aspek
yang terkait dengan simulasi untuk dilakukan perbaikan, laporan, kritik, saran dan
1. Persiapan Simulasi
a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi
c. Guru menetapkan pemain yang akan diterlibat dalam simulasi, peranan yang
2. Pelaksanaan Simulasi
kesulitan.
d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk
disimulasikan.
3. Penutup
a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang
disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan
b. Merumuskan kesimpulan.
pembelajaran adalah :
1. Masalah yang akan dijadikan tema cerita hendaknya dialami, oleh sebagian siswa.
2. Penentuan peran hendaknya secara sukarela dan motivasi dari diri sendiri.
kreatifitas mereka.
dan peristiwa. Permainan drama berbeda dari permainan peran, drama memerlukan
17
waktu yang lebih lama dan tempat yang lebih luas. Permainan drama dilatihkan lebih
baiknya.
dengan sesamanya.
g. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
waktu singkat.
panjang.
18
b. Memerlukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya. melalui metode sosiodrama dan
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan
Dalam dunia pendidikan baik itu di SD, SMP, SMA pelajaran Bahasa Indonesia
kemampuan berbicara mereka rserta dapat melatih mengungkapkan ide atau kritik
terhadap apa yang didengarnya dari tiap adegan dalam pengaplikasian metode
19
berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan benar (Diknas, 2003: 11) hal
ini terkait dengan fungsi utama bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.
dalam kompetensi menulis, hal ini sah-sah saja karena tujuan utama dari penerapan
dalam pelajaran bahasa indonesia adalah: 1) Siswa mampu menyapa orang dengan
bahasa yang baik dan benar, 2) Mampu memperkenalkan diri, 3) Mampu menjelaskan
32).
20
PENUTUP
Simpulan
sedikitnya siswa yang mendengarkan penjelasan guru, bahkan ada siswa yang
masih main-main sendiri atau mengobrol dengan teman sebangku saat guru
sedang menerangkan. Ini merupakan fenomena yang butuh perhatian dari tim
3. Ada beberapa tujuan sosio drama antara lain dikemukakan Nana Sudjana (2009:
84) sebagai berikut dapat belajar bertanggung jawab, siswa dapat menghayati dan
Saran
untuk perbaikan isi dari makalah ini. Isi dari makalah ini hanyalah sebagian kecil
ilmu-ilmu tentang penerapan metode sosiodrama, namun penulis berharap ada setitik
21
DAFTAR PUSTAKA
Andi Offset.
Nasih, Ahmad Munjin dkk. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Amanto, B. S., Umanailo, M. C. B., Wulandari, R. S., Taufik, T., & Susiati, S. (2019).
Local Consumption Diversification. Int. J. Sci. Technol. Res, 8(8), 1865-1869.
Iye, R., & Susiati, S. (2018). NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL SEBAIT CINTA DI BAWAH
LANGIT KAIRO KARYA MAHMUD JAUHARI ALI (Educative Values in Sebait Cinta di
Bawah Langit Kairo by Mahmud Jauhari Ali). Sirok Bastra, 6 (2), 185-191.
Iye, R., Susiati, S., & Karim, K. (2020). Citra Perempuan dalam Iklan Sabun Shinzui.
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton, 6(1), 1-7.
Andini, K. NILAI BUDAYA SUKU BAJO SAMPELA DALAM FILM THE MIRROR NEVER LIES
KARYA KAMILA ANDINI.
Nurhayati, N., & Said, I. (2019). Emosi Verbal Suku Bajo Sampela. Sosial Budaya,
16(2), 114-126.
RUSDI, M., & RUSDI, M. (2017). Dinamika Sosial Masyarakat Di Sekiat Bukit
Karampuang Desa Barugae Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba (Doctoral
dissertation, Pascasarjana).
22
Susiati, S., & Iye, R. (2018). Kajian Geografi Bahasa dan Dialek di Sulawesi Tenggara:
Analisis Dialektometri. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan. 6 (2),
137-151.
Susiati, S., Iye, R., & Suherman, L. O. A. (2019). Hot Potatoes Multimedia Applications
in Evaluation of Indonesian Learning In SMP Students in Buru District. ELS Journal on
Interdisciplinary Studies in Humanities, 2(4), 556-570.
Susiati, S., & Iye, R. (2018). Kajian Geografi Bahasa dan Dialek di Sulawesi Tenggara:
Analisis Dialektometri. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan, 6(2),
137-151.
Susiati, S. PERWUJUDAN SIMILE OLEH MERARI SIREGAR DALAM NOVEL AZAB DAN
SENGSARA.
Susiati, S. (2020, June 14). Fenomena Tuturan Emosi Verbal Bahasa Indonesia Suku Bajo
Sampela. https://doi.org/10.31219/osf.io/vbeh7
Susiati, S. (2020, June 11). Pengaplikasian Multimedia Hot Potatoes Dalam Evaluasi
Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa SMP Negeri 9 Buru.
https://doi.org/10.31219/osf.io/zhmwb
Susiati, S. (2020, June 11). Nilai Budaya Suku Bajo Sampela Dalam Film The Mirror Never Lies
Karya Kamila Andini. https://doi.org/10.26499/ttbng.v6i2.105
Susiati, S. (2020, June 11). Gaya Bahasa Secara Umum dan Gaya Bahasa Pembungkus Pikiran:
Stilistika. https://doi.org/10.31219/osf.io/8sc9f
Susiati, S. (2020, June 11). Morfologi Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia.
https://doi.org/10.31219/osf.io/jc6yv
23
Susiati, S. (2019). HUMAN EXISTENCE IN THE FILMS “AISYAH BIARKAN KAMI BERSAUDARA”
BY HERWIN NOVIANTO. Gramatika: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 7(1), 50-63.
https://doi.org/10.31813/gramatika/7.1.2019.173.50--63
Sudjana, Nana. 2006. Proses Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Remaja Rosdakarya.
Sumiati dan Asra, M.Ed . 2007. Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima.
Yumiati, Roestiyah NR. 1985. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Bina Aksara.
Rosdakarya.
Zamroni. 2003. Metode dan Proses Belajar Mengajar. Maluku Utara: UMMU Press.
24
http/id.shvoong.com/writingand-spiking/presenting/2231778-tujuan-kelebihandan-
kelemahan