Anda di halaman 1dari 120

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH

DISUSUN OLEH :

NAMA : BESTI SINAGA

NIM : D1A016168

KELAS :L

JURUSAN : AGRONOMI

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ir. RAINIYATI, M.Si

Dr. Ir. ARYUNIS, M.P

TRIAS NOVITA, S.P, M.Si

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat allah subhanahu wata’ala, karena


atas berkat rahmat dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan praktikum ini. Dalam penyusunan laporan praktikum ini
tidak sedikit kami mengalami hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak serta kerja keras, alhamdulillah
laporan praktikum ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Atas bantuan, bimbingan serta dukungannya, kami ucapkan terimakasih
kepada asisten dosen mata kuliah TEKNOLOGI BENIH, kami juga menyadari
penyusunan laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, baik dalam segi isi,
maupun penulisan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
positif dan bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Dan
kami juga berharap semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Aamiin..

Jambi, 2019

penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

Praktikum I Pengenalan Alat ........................................................................ 1

Praktikum II Struktur Benih Dikotil dan Monokotil ……………………… 2

Praktikum III Struktur Biji dan Buah ............................................................ 3

Praktikum IV Tipe Pemunculan Bibit dan Struktur Bibit ............................. 4

Praktikum V Pengujian Kemurnian Benih .................................................... 5

Praktikum VI Pengukuran Kadar Air ............................................................ 6

Praktikum VII Penanaman Benih Dengan Metode Ukddp ........................... 7

Praktikum VIII Uji Ketahanan Bneih terhadap Kekeringan (NaCl)………... 7

Praktikum IX Uji Kekuatan Tumbuh Benih Dengan Metode UHDDP

(Uji Hoppe Dirubah Dalam Plastik).............................................................. 8

Praktikum X Uji Tetrazolium……………………………………...………... 7

Praktikum XI Uji Daya Kecamabah (SGT)……………………….………... 7

LAMPIRAN .................................................................................................. 9

ii
PRAKTIKUM I

PENGENALAN ALAT

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam praktikum teknologi benih khususnya dan dalam pelaksanaan program


perbenihan pada umumnya (sejak mempersiapkan benih, menanam, panen,
pengeringan dan prosesing, pengambilan contoh benih, dan pengujian benih)
digunakan alat-alat yang khusus untuk itu.
Bermacam-macam alat digunakan dalam pelaksanaan pengujian benih di
laboratorium, terutama dalam kebutuhan sertifikasi benih. Alat-alat tersebut
misalnya: pengukur kadar air benih, pembai contoh benih, timbangan elektrik, alat
perkecambahan, alat pengambil contoh benih, dan lain-lain.
Pengujian benih di laboratorium akan berhasil baik, apabila penguji
berpengatahuan cukup tentang benih dna berpengalaman menggunakan alat-aat
yang diperlukan. Kesalahan cara menggunakan alat akan memberikan hasil yang
salah, sehingga tidak akan mencerminkan kualitas contoh benih yang diuji dna
akhirnya tidak mencerminkan kelompok benihnya.
Sehingga diperlukan panduan untuk menggunakan setiap alat praktikum dan
peraturan penggunaan laboratorium serta untuk menjaga setiap alat tetap dalam
kondisi yang baik.

1.2 Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenali dan mengetahui
cara penggunaan dan fungsi setiap alat praktikum yang digunakan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi benih adalah ilmu pengetahuan mengenai cara-cara memperba


iki sifat genetik dan fisik dari suatu benih. Benih yaitu tanaman/bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Benih
diperoleh dari perkembangbiaka secara generatif maupun vegetatif. Kegiatannya
teknologi benih meliputi pengembangan varietas penilaian dan pelepasan varietas,
produksi benih, pengolahan atau processing benih, penyimpanan benih , dan
pengujian dan sertifikasi benih(Bisht and Ahlawat, 1999).
Proses pengolahan benih tidak sama dengan proses pengolahan biji.
Setelah proses berlangsung, benih harus tetap hidup dan memenuhi persyaratan
yang ditentukan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih(misalnya batas maksimal
kadar air, persentase viabilitas, kemurnian benih, kesehatan benih). Penyimpanan
dilakukan untuk benih yang tidak langsung dipakai (karena kelebihan ataupun
memang harus disimpan dulu sebelum ditanam). Untuk menghambat deteriorasi
(kemunduran) kualitas benih, harus disimpan dengan metode tertentu agar benih
tidak mengalami kerusakan/penurunan mutu. Pemeliharaan varietas adalah suatu
usaha agar varietas yang diproduksi memiliki sifat yg sama seperti pada saat
varietas ini dicipta oleh pemulia tanaman. Perubahan sifat genetik mempengaruhi
kepekaan benih terhadap hama penyakit dan ekologis, respon terhadap
pemupukan sehingga mempengaruhi kualitas dan hasil panen(Copeland, 1976).
Untuk memproduksi benih sama dengan produksi biji, tetapi harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan BPSB yang telah memberi persyaratan
untuk kelas benih tertentu. Teknologi benih pada dasarnya dilakukan untuk
mneghasilkan benih yang bermutu. Benih bemutu tinggi harus mampu
menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal dengan sarana teknologi yang
maju. Oleh karena itu pengujian mutu benih mutlak harus dilakukan. Pengujian
benih adalah suatu usaha untuk mengevaluasi kualitas benih tanaman budidaya
dengan tujuan tertentu dalam pertanian dan juga digunakan untuk menentukan
kualitas biji rumput, bunga maupun tanaman kayu. Pengujian benih sederhana
akan dapat menunjukkan kemampuan perkecambahan yang sebenarnya dan vigor

3
dari persediaan benih dan apakah takaran penyebaran perlu ditingkatkan sehingga
populasi tanaman yang tepat dapat tercapai(Feistritzer,1975).

Faktor-faktor yang menentukan kualitas benih ialah persentase dari benih


murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran, daya tumbuh, benih berkulit keras,
adanya biji herba yang noxious, bebas dari hama dan penyakit, kadar air dan hasil
pengujian berat seribu biji. Dalam pengujian untuk sertifikasi benih diperlukan
alat-alat yang mempunyai kegunaan dan cara menggunakan yang berbeda-beda,
sehingga perlu pengenalan tentang bentuk, fungsi dan cara penggunaannya.
Dengan mengetahui fungsi dan cara penggunaannya maka akan menekan kerugian
akibat pengujian benih misalnya kesalahan dalam menggunakan alat akan
mengakibatkan diperoleh hasil yang tidak sesuai(Risnawaty,2012).
Ada ketentuan dan syarat-syarat tertentu untuk memproduksi benih bermutu
yang harus mengacu pada suatu standar. Standar metode pengujian mutu benih
dianut produsen benih di Indonesia saat ini mengacu pada ketentuan Internasional
Seed Testing Association (ISTA). Penseragaman standar mutu dimaksudkan agar
mutu suatu benih yang diedarkan dan digunakan untuk penanaman bisa terjamin.
Dengan demikian, kemurnian dan mutu benih dari varietas unggul dapat
terjaga(Morla et al.,2011)

4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 12 Maret 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

 Timbangan Digital
 Kaca pembesar (lup)
 Moisture tester
 Oven
 Timbangan Analitik
 Sprayer
 Germinator
 Cawan Aluminium
 Cawan Petridish
 Beaker Glass
 Baskom perkecambahan
 Baki Plastik, Alat tulis, kamera HP
3.3 Cara kerja
1. Ambil alat-alat yang ingin di identifikasi
2. Identifikasi
3. Catat fungsi dan foto
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

No Nama Alat Gambar Keterangan

1 Timbangan Timbangan elektrik


Digital adalah produk baru
canggih, sangat akurat dan
memiliki banyak fungsi.
Penggunaannya dengan
cara meletakkan benih
secara langsung pada
tempat menimbang benih
tanpa wadah,
denganmsegera akan
diketahui berapa berat
benih tersebut

2 Kaca Alat ini digunakan untuk


Pembesar memeperbesar benda-
benda kecil, contohnya
untuk mengamati benih
yang kecil atau untuk
melihat kondisi fisik benih
supaya lebih jelas. Cara
penggunaanya benih atau
objek diletakkan dibawah
lup.

3 Moisture Alat ini digunakan untuk


Tester melihat kadar air dalam
benih secara langsung .
Dalam penggunaannya
benih dimasukkan pada
tempat benih dan ditekan
pada alat penekan,
kemudian ditentukan apa
yang akan kita lihat
dengan menekan tombol
pada alat tersebut

8
4 Oven Alat ini digunakan untuk
menguji kemurnian benih
dengan suhu 105 °C.
Benih dimasukkan
kedalam oven lalu setting
suhu yang diinginkan
sampai beberapa waktu
tertentu.

5 Timbangan Alat ini digunakan untuk


Analitik mengukur berat benih.
Namun bedanya
timbangan ini dapat
mengukur benda-benda
kecil, sehingga
ketelitiannya sampai 4
digit dan bobotnya hingga
milligram.

Alat ini digunakan untuk


tempat air yang akan
digunakan untuk
Sprayer
menyiram tanaman,
pembersih benih, alat-alat,
tangan, dll dalam lab

7 Germinator Alat ini digunakan untuk


tempat perkecambahan
benih pada suhu dan
pencahayaan tertentu.
Cara penggunaannya,
benih yang sudah didalam
media dimasukkan
kedalam bak
perkecambahan kemudian
dimasukkan kedalam
germinator.
8 Cawan Cawan aluminium ini
Alumunium digunakan pada saat
akan memasukkan
media/benih kedalam
oven.

9 Petridish Alat ini digunakan


sebagai tempat
perkecambahan benih
dengan media kapas,
juga dapat digunakan
untuk meletakkan benih
pada saaat pengujian
benih tertentu.

10 Bekker glass Beker glass digunakan


untuk tempat mengukur
media/aquades yang
akan diteliti . cara
menggunakannya ialah
benih/media/aquades
yang akan diamati atau
diukur dimasukkan
kedalam bekker glass
dan buat sesaui yang
diinginkan.

11 Baskom Alat ini sama seperti


media cawan petridish
Tanam digunakan sebagai
tempat perkecambahan,
namun biasanya
menggunakan media
tanah, pasir atau batu
bata dan untuk benih
yang cukup banyak.

10
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setiap alat praktikum memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing dengan setiap fungsinya masing-masing. Penggunaan dan fungsi setiap
alat sangat penting diketahui supaya hasil praktikumnya tidak salah atau tidak
keliru.

5.2 Saran
Pada saat praktikum diharapkan semua mahasiswa datang tepat waktu
DAFTAR PUSTAKA
Risnawaty,R.2012. Identifikasi cendawan terbawa benih pada padi lokal aromatik
pulu mandoti, pulu pinjan, dan pare lambau asal kabupaten Enrekang,
Sulawesi Selatan. Jurnal Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
FAPERTA UNHAS : 1-9.

12
PRAKTIKUM II STRUKTUR BENIH DIKOTIL DAN
MONOKOTIL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya


proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang. Benih dapat
berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses
perkecambahan.Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat
menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah & Plumula dan Radikula.
Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut
perkecambahannya, yaitu plumula dan radikula dan keduanya tumbuh normal
dalam jangka waktu tertentusesuai dengan ketentuan ISTA.

Struktur biji dikotil dan monokotil memiliki struktur biji yang


berbedadengan fungsinya masing-masing.Struktur biji erat kaitannya dengan
cadangan makanan karenaakumulasi cadangan makanan berhubungan dengan
tempat dimanacadangan tersebut akan disimpan. Derajat dan macam variasi
komponen dalam perkembangannya sama atau tidak semua tergantung
denganbeberapa struktur dasar yang berbeda untuk masing-masing tipe
biji.Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik
tentang perbedaan struktur biji antara tanaman monokotil dan dikotil.Maka dari
itu, diadakan praktikum mengenai struktur biji.

Adapun benih yang digunakan dalam praktikum ini adalah jagung (Zea
mays), Kacang Hijau (Vigna radiata), kacang tanah (Arachis hipogea), padi
(Oriza sativa), kedelai (Glycine max).

1.2 Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari struktur benih
dikotil dan monokotil.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Biji merupakan ovule yang dewasa, terbentuk satu atau lebih didalam satu
ovari pada legume, namun tidak pernah terbentuk lebih dari satu biji didalam
ovari pada tanaman yang termasuk subkelas monokotil. Setiap biji matang selalu
terdiri dari sedikitnya 3 bagian utama, diantaranya :
(1) Kulit Benih (Seed Coat; Testa)
Bagian luar benih dibatasi oleh sebuah struktur pembungkus atau lapisan
pelindung yang berkembang dari integument atau perpaduan dari kulit buah
(dinding ovary) atau pericarp dengan kulit biji yang sesungguhnya bersatu
dengan tangkai ovule. Kulit biji memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan dalam tipis,
berselaput dan lunak sedangkan lapisan luar tebal dan keras. Fungsi dari kulit
biji diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Melindungi bagian luar benih dari benturan, gesekan, sentuhan mekanis
dan kondisi lingkungan.
b) Mengatur kondisi benih agar terhindar dari OPT dan menghambat
masuknya jasad renik kedalam benih.
c) Mengatur kecepatan penyerapan air komponen bagian dalam benih.
d) Mengatur kecepatan masuknya oksigen, karbondioksida, dan gas lain yang
dibutuhkan untuk metabolisme.
e) Mengatur waktu perkecambahan dengan menyebabkan benih mengalami
dormansi.

2. Kotiledon

Kotiledon ini terdapat pada kacang-kacangan (Legumes), semangka


(Citrulus vulgaris Schard), labu (Cucurbita pepo L.). Pada biji kedelai, kacang
tanah, alfalfa, clover, bunga matahari, peas yang sudah matang ,endosperm tidak
ditemukan lagi karena sudah habis diserap oleh embrio untuk pertumbuhannya
sebelum perkecambahan. Biji-biji ini pada waktu matang hanya mempunyai:
kotiledon, embrio (terdiri dari plumulae dan radikula), dan kulit biji (seed
coat/testa). Pada biji-biji ini makanan cadangan disimpan pada kotiledon atau juga
sedikit pada embryonic axis sendiri. Biji-biji tipe ini akan berkecambah relatif
lebih cepat, karena proses pencernaan sudah terjadi lebih dahulu.

Pada tanaman monokotil, misalnya jagung, kotiledon mengalami


modifikasi menjadi skutelum dan koleoptil. Skutelum berfungsi sebagai alat
penyerap makanan yang terdapat di dalam endosperma, sedangkan koleoptil
berfungsi melindungi plumula. Selain itu, pada jagung juga terdapat koleoriza
yang berfungsi melindungi radikula.

3. Plumula : merupakan calon daun pada embrio yang terletak di ujung epikotil

4. Radikula : merupakan calon akar pada embrio yang terletak di ujung hipokotil

16
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tangga l9 Maret 2019 pukul
07:15 - 08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

 Jagung (Zea mays)


 Kacang Hijau (Vigna radiata)
 kacang tanah (Arachis hipogea)
 padi (Oriza sativa)
 kedelai (Glycine max).
 Pisau kater, silet, kamera HP, Tissue, cawan petri, alat tulis
3.3 Cara kerja
1. Pisahkan benih dikotil dan monokotil
2. Buat irisan melintang dan membujur dari benih-benih yaang akan diamati
3. Foto bagian pandangan luar dan dalam benih
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar Keterangan Ciri-ciri biji


No Nama Bahan
1. Kotiledon

Jagung (Zea 2. Seed cout


1 Monokotil
mays) 3. Radikula

4. Plumula

1. Plumula

Kacang Hijau 2. Kotileedon


2 Dikotil
(Vigna radiata) 3. Radikula

4. Seed cout

1. Kotiledon
kacang tanah
2. Seed cout
3 (Arachis Dikotil
hipogea) 3. Radikula

4. Plumula

1. Radikula
padi (Oriza
4 2. Seed cout Monokotil
sativa)
3. Kotiledon

1. Seed cout

kedelai 2. Radikula
5 Dikotil
(Glycine max). 3. Plumula

4. Kotiledon

18
4.2 Pembahasan
Benih monokotil adalah tumbuhan yang memiliki satu kotiledon,
sedangkan benih dikotil adalah benih yang memepunyai dua jeping kotiledon.
Untuk sampel monokotil digunakan benih jagung, padi, sedangkan untuk dikotil
digunakan sampel benih kacang tanah, kacang hijau dan kedelai.

Dari hasil praktikum terlihat bahwa terdapat perbedaan struktur benih


antara benih dikotil dan monokotil. Sampel monokotil pada jagung dan padi dapat
dilihat bentuk plumula yang lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji
posisinya menenjol. Endosperm dan embrio dibungkus oleh kulit biji (seed cout).
Pada sampel benih dikotil terlihat jelas bahwa selaput benih dan plumula yang
menjadi bakal daun serta radikula yang menjadi bakal akar.

Struktur benih inilah yang akan menyebabkan atau mencirikan bagaimana


proses perkecambahan benih tersebut terjadi. Letak radikula dan plumula akan
sangat berpengaruh apakah benih itu berkecambah secara hipogeal atau epigeal.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Struktur benih monokotil dan dikotil dapat dilihat dari bentuk atau letak
bagian-bagian benih yakni seed cout, kotiledon, plumula dan radikula.
5.2 Saran
Pada saat praktikum diharapkan agar mahasiswa lebih menjaga
kedisiplinan baik dalam hal berbicara dan waktu memulai praktikum supaya
hasilnya dapat lebih maksimal.

20
DAFTAR PUSTAKA
Suena, W M.Sc., Ph.D.2005. Modul I Teknologi Benih. Dikses online melalui
http://www.fp.unud.ac.id/ind/wp-
content/uploads/mk_ps_agroekoteknologi/teknologi_benih/MODUL_I_TE
KNOLOGI_BENIH_2005.pdf, pada hari Selasa tanggal 05 Mei 2019, jam
05.30 WIB.
PRAKTIKUM III STRUKTUR BIJI DAN BUAH

22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Buah penting bagi tumbuhan, terutama jika dikaitkan dengan pembentukan


biji untuk mempertahankan kelsaan jenisnya. Buah telah banyak mengalami
perubahan atau modifikasi sehingga dengan mepelajarinya dapat memberikan
informasi yang berguna mengenai kekerabatan antara tumbuhan beserta
evolusinya.

Bagi tumbuhan berbunga, buah adalah alat untuk menyebar luaskan biji-
bijinya; adanya biji di dalam dapat mengindikasikan bahwa organ tersebut adalah
buah, meski ada pula biji yang tidak berasal dari buah. Buah adalah organ pada
tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah
(ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan
bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai
pemencar biji tumbuhan.

Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah


lebih luas daripada pengertian buah di atas. Karena buah dalam pengertian ini
tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah, melainkan dapat pula berasal dari
perkembangan organ yang lain. Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai
bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai
macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari
segala hal tentang buah dinamakan pomologi (Ashari, 2004).

1.2 Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memepelajari struktur biji
dan buah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina (putik)

yang disebut bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap

tersusun atas biji, daging buah, dan kulit buah. Kulit buah ada yang dapat

dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epikarp, mesokarp dan endokarp sebelum

biji masak (Sutopo, 2002).

Buah adalah suatu hasil dari proses akhir yang mulai dari penyerbukan

atau persarian. Pada hakikatnya buah hanya dibedakan kedalam 2 jenis, yang

pertama adalah buah semu dan yang kedua adalah buah sejati. Tak lepas dari

penamaan buah tersebut menjadi buah sejati dan buah semu dapat dilihat dari

struktur buah dan bagian – bagian buah yang ada pada buah. Misalnya dikatakan

buah sejati atau buah sebenarnya adalah ketika bentuk buah tidak terhalangi oleh

bagian – bagian buah yang ada, pengecualian tetap ada, seperti pada buah jambu

mete terlihat tangkai bunga yang membesar seperti buah, padahal bagianyang

membesar itu bukan buah tapi tangkai buah (Sutopo, 2002).

Menurut Tjitrosoepomo (1985) buah pada tumbuhan umumnya dapat

dibedakan dalam empat golongan yaitu:

1. Buah Tunggal (Sejati)

Buah tunggal (sejati) adalah buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu

bakal buah, yang berisi satu biji atau lebih.

2. Buah Ganda

24
Buah berganda adalah buah yang terbentuk dari satu kuntum bunga yang memiliki

banyak bakal buah. Tiap-tiap bakal buah itu tumbuh menjadi buah yang tersendiri,

lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak seperti satu

buah. Sesuai dengan bentuk-bentuk buah penyusunnya, maka dikenal beberapa

macam buah berganda. Misalnya:

buah kurung berganda, misalnya pada buah mawar (Rosa).

buah bumbung berganda, misalnya pada cempaka (Michelia).

buah buni berganda, misalnya pada sirsak (Annona).

buah batu berganda, misalnya pada murbei (Morus).

3. Buah Majemuk
Buah majemuk adalah buah hasil perkembangan bunga majemuk. Dengan
demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang
tumbuh sedemikian sehingga pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja.
4. Buah Semu
Buah semu atau buah tertutup adalah, yaitu jika buah itu terbentuk dari bakal
buah beserta bagian-bagian lain pada bunga itu yang malahan menjadi bagian
utama buah ini (lebih besar, lebih menarik perhatian dan seringkali merupakan
bagian buah yang bermanfaat dapat dimakan) sedang buah yang sesungguhnya
kadang-kadang tersembunyi.

Bagian-bagian buah adalah sebagai berikut :

1. Pericarp (Dinding buah )

- Eksokarp, l a p i s a n p a l i n g l u a r b i a s a n ya d i s e b u t k u l i t b u a h . Lapisan
ini mengandung pigmen yang menentukan warna buah.

- Mesokarp, lapisan tengah antara endocarp dan eksocarp, lapisan buah ini yang
sering kita makan disebut dengan daging buah.

- Endocarp, lapisan paling dalam yang membungkus biji.

2. Biji, terletak dibagian inti buah.


BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 26 Maret 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

1. Bahan 2. Alat

 Buah mentimun (Cucumis  Pisau


sativus)  Alat Tulis
 Buah Tomat (Solanum  Tissue
lycopersicum)  Kamera Hp
 Buah cabai merah (Capsicum
annum)
 Buah Coklat (Theobroma
cacao)

3.3 Cara kerja

1. ambil bahan kemudian potong/belah. Lalu amati dan foto.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Nama Bahan Gambar Keterangan

1 Buah mentimun 1. Eksocarp


(Cucumis sativus) 2. Mesocarp
3. Plasenta
4. Biji

Buah Tomat 1. Pedacle


(Solanum 2. Eksocarp
lycopersicum)
3. Mesocarp
4. Plasenta
5. Biji

Buah cabai merah 1. Pedacle


(Capsicum annum) 2. Eksocarp
3. Plasenta
4. Biji
Buah Coklat 1. Eksocarp
(Theobroma cacao) 2. Mesocarp
3. Plasenta
4. Biji

4.2 Pembahasan
Buah memiliki bagian yang disebut sebagai perikarp, yaitu dinding buah
yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga. Perikarp ini
dibagi ke dalam beberapa lapisan yaitu, lapisan paling luar yang disebut exocarp
atau epikarp, lapisan pada bagian tengah yang disebut mesocarp, dan lapisan
paling dalam yang disebut endocarp.
Dari hasil pengamatan, tipe buah pada buah banyak ragamnya, seperti
buah yang telah diamati yaitu buah coklat, cabai merah, tomat merupakan berry
(buah buni). Kemudian untuk mentimun adalah tipe buah pepo.
Selain tipe buah yang berbeda-beda dari setiap buah, terdapat juga
perbedaan yang lain yaitu dari tipe plasentasinya. Untuk tipe plasentasi ditentukan
dari posisi asal biji yang ada pada buah tersebut. Pada umumnya, tipe plasentasi
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: sentral (menuju ke tengah), parietal (menuju ke
pinggir), dan axile (membentuk daerah seperti bintang dan menuju ke tengah).
Dari irisan melintang dan membujur dari buah-buah yang dipraktikumkan,
maka terdapat beberapa penggolongan menurut tipe plasentasinya. Untuk tipe
plasentasi parietal adalah buah mentimun. Sedangkan untuk tipe plasentasi sentral
adalah tomat dan cabai.
Dari hasil yang kami dapat juga terdapat pedacle pada buah atau sering
disebut dengan tangkai buah. Namun yang kami dapatkan hanya buah tomat dan
cabai yang ada pedaclenya, hal ini deisebabkan karna dalam pengambilan sampel
kami tidak mengambil sampai ke pedclenya.

28
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bardasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kami berkesimpulan
bahwa:
1. Buah merupakan bagian dari tumbuhan yang sangat penting. Buah dapat
disamakan dengan sumbu tubuh dari tumbuhan.
2. Adapun fungsi dari buah diantaranya yaitu tempat terbentuknya embryo yang
merupakan calon tumbuhan baru, yang nantinya akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru.
3. Bagian-bagian buah adalah sebagai beriku : Pedacle, Eksocarp, Endocarp,
Mesocarp , Plasenta dan Biji.

5.2 Saran
Disarankan agar dalam pengamatan di lakukan dengan baik dan teliti, juga
dalam melakukan pemotongan buah terutama biji dilakukan dengan hati-hati agar
saat mengamati struktur buah dan biji mudah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Diakses pada tanggal 29 Maret 2019

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNBRAW. Malang.


Diakses pada tanggal 29 Maret 2019

30
PRAKTIKUM VI TIPE PEMUNCULAN BIBIT DAN
STRUKTUR BENIH
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih sering disama artikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai
alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Benih adalah suatu bagian dari tanaman yang merupakan calon suatu tumbuhan
baru yang memiliki ciri atau sifat seperti induknya. Benih
memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat
dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pada tanaman dikotil
kebanyakan memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil
mempunyai tipe perkecambahan hipogeal. Benih memiliki beragam jenis, dengan
perbedaan segi bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya (Sutopo, 2002).
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: a)Benih utuh,
artinya tidak luka atau tidak cacat. b) Benih harus bebas hama dan penyakit. c)
Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta
bersih dari kotoran. d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e) Mempunyai daya kecambah 80%. f) Benih yang baik akan tenggelam bila
direndam dalam air. Perkecambahan biji dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Epigeal
dan Hipogeal. Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas
batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun
lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau
(Phaseoulus radiatus). Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi
pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik
ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang
kapri (Pisum sativum) (Pratiwi. 2006).
Pertumbuhan dan perkembangan pada pertumbuhan biji dimulai dengan
perkecambahan. Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari
biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji (Gardner,
dkk., 1991). Jika suatu biji tanaman ditempatkan pada lingkungan yang

32
menunjang dan memadai, biji tersebut akan berkecambah. Perkecambahan
merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tanaman
berbiji. Perkecambahan biji monokotil dan dikotil memiliki perbedaan dari segi
struktur maupun pertumbuhannya. Berdasarkan hal tersebut percobaan ini perlu
dilakukan untuk mengidentifikasi struktur setiap benih dan tipe perkecambahan
benih sehingga praktikan dapat mengetahui struktur benih dan tipe
perkecambahan benih.

1.2 Tujuan praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat tipe pemunculan
bibit yang epigeal dan hipogeal dan mengetahui struktur-struktur penting dari
bibit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses


pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang. Benih dapat berkecambah
bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan.
Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat menghasilkan
pertumbuhan dari komponen kecambah ( Plumula dan Radikula ). Definisi
perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya, yaitu
plumula dan radikula dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan ketentuan ISTA ( Taiz and Zeiger 2002).
Setiap biji yang dikecambahkan ataupun yang diujikan tidak selalu
prosentase pertumbuhan kecambahnya sama, hal ini dipengaruhi bebagai macam
faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan. Perkecambahan secara umum
ditandai dengan munculnya radikula dari permukaan kulit biji, sedangkan proses
perkecambahan sudah dimulai sejak benih melakukan imbibisi air melalui kulit
sampai terjadi pembentukan dan perkembangan sel – sel dari embrio. Kecepatan
dan karakteristik perkecambahan setiap benih biasanya berkaitan dengan adanya
factor dormansi, factor lingkungan dan factor genetis ( Taiz and Zeiger 2002).
Bagian-bagian biji terdiri dari 3 bagian dasar embrio, Jaringan penyimpan
cadangan makanan dan pelindung biji. Embrio adalah suatu tanaman baru yang
terjadi dari bersatunya gamet-gamet jantan dan betina pada suatu proses
pembuahan. Embrio yang berkembangnya sempurna terdiri dari struktur-struktur
sebagai berikut (Sutopo, 2002).
a. Epikotil (calon pucuk).
b. Hipokotil (calon batang).
c. Kotiledon (calon daun).
d. Radikula (calon akar).
Tanaman di dalam kelas Angiospermae diklasifikasikan oleh banyaknya
jumlah kotiledon. Tanaman monokotiledon mempunyai satu kotiledon misalnya
rerumputan dan bawang. Tanaman dikotiledon mempunyai dua kotiledon
misalnya pada kacang-kacangan sedangkan pada kelas Gymnospermae pada

34
umumnya mempunyai lebih dari 2 kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai
sampai sebanyak 15 kotiledon. Pada rerumputan (grasses) kotiledon yang seperti
ini disebut scutellum, kuncup embrioniknya disebut plumulle yang ditutupi oleh
upih pelindung yang disebut koleoptil, sedangkan pada bagian bawah terdapat
akar embrionik yang disebut radicule yang ditutupi oleh upih pelindung yang
disebut coleorhiza (Sadjad, 1997).
Penggunaan cadangan makanan terdapat bebeapa perbedaan diantara
subkelas monokotiledon dan dikotiledon dimana pada subkelas monokotiledon
cadangan makanan dalam endosperm baru akan dicerna setelah biji masak dan
dikecambakan serta telah menyerap air, contoh jagung, padi, gandum. Sub kelas
dikotiledon cadangan makanan yang terdapat dalam kotiledon atau perisperm
sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio sebelum biji masak, sepeti Kacang-
kacangan, Bunga Matahari dan Labu (Sutopo, 2002).
Fase perkecambahan dimulai dari adanya imbibisi yaitu penyerapan air yang
disebabkan oleh potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang telah
berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan meretakkan kulit pembungkusnya
serta memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut
melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mencerna bahan-bahan yang
disimpan pada endosperma atau kotiledon (Campbell, 2003).
Proses perkecambahan selanjutnya yaitu dengan munculnya radikula (akar
embrionik) (Salisbury dan Ross, 1995). Pada umumnya radikula pertama muncul
dari kulit biji yang retak pertumbuhan radikula lebih cepat daripada pucuk
lembaga (plumula) (Gardner, dkk., 1991). Pada proses selanjutnya ujung tunas
harus menembus permukaan tanah. Koleoptil yang merupakan lapisan yang
membungkus dan melindungi tunas embrionik, mendesak naik ke atas melalui
tanah menuju udara hingga tumbuh membentuk calon daun pertama yang disebut
plumulae (Campbell, 2003), selain itu akar tumbuh ke bawah menerobos tanah
dan membentuk akar cabang (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 02 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

1. Bahan 2. Alat

 Jagung (Zea mays)  Baki perkecambahan


 Kedelai (Glycine max)  Pot
(varietas detam 3 , anjasmoro  Tanah
 Kacang panjang (Vigna  Pasir
cylindrica)  Pingset ,sprayer,
 Padi (Oryza sativa) (varietas
seni mas dan air mas dan
kemangi)
 Kacang Hijau (Vigna radiata)

3.3 Cara kerja

- Siapkan alat dan bahan


- Ambil tanah dan pasir masukkan kedalam pot , aduk dan ratakan.
- Pilihlah bibit yang bagus dari setiap varietas
- Buatlah lubang tanam sebanyak 6 kali ulangan
- Kemudian tanam benih
- Lakukan pengamatan dan penyemprotan

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No Nama Gambar Keterangan Tipe


perkecambahan

1 Jagung (Zea 1. Daun Pertama Hipogeal


mays) 2. Koleoptil
3. Kotiledon
4. Akar

2 Kedelai 1. Daun Pertama Epigeal


(Glycine
max) detam 2. Epikotil
3
3. Kotiledon
4. Hipokotil
5. Akar

3 Kedelai 1. Daun Pertama Epigeal


(Glycine
max) 2. Epikotil
Anjasmoro
3. Kotiledon
4. Hipokotil
5. Akar

4 Kacang 1. Daun Pertama Epigeal


panjang 2. Epikotil
(Vigna
3. Kotiledon
cylindrica)
4. Hipokotil
5. Akar

5 Padi (Oryza 1. Daun Pertama Hipogeal


sativa) seni
mas 2. Koleoptil
3. Kotiledon
4. Akar

6 Padi (Oryza 1. Daun Pertama Hipogeal


sativa) air
mas 2. Koleoptil
3. Kotiledon
4. Akar

7 Padi (Oryza 1. Daun Pertama Hipogeal


sativa)
kemangi 2. Koleoptil
3. Kotiledon
4. Akar

8 Kacang 1. Daun Pertama Epigeal


Hijau
(Vigna 2. Epikotil
radiata
3. Kotiledon
4. Hipokotil
5. Akar

4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari gambar diatas dapat dibahas bahwa kacang tanah
merupakan jenis benih dari tanaman dikotil. Tipe perkecambahannya yaitu
epigeal. Ciri-ciri benih kacang tanah yang normal yaitu kecambah utuh, bagian
akar sekunder terlihat jelas, batang berkembang dengan baik dan kotiledonnya
sempurna. Sedangkan untuk benih yang abnormal ciri-cirinya adalah sebagai
berikut yaitu kecambah kerdil, akar dan batang busuk, kotiledon rusak dan
terserang jamur.

38
Sedangkan pada benih jagung merupakan jenis benih dari tanaman
monokotil dengan tipe perkecambahannya adalah hypogeal. Ciri-ciri benih jagung
yang normal yaitu kecambah utuh, bagian akar sekunder terlihat jelas, batang
berkembang dengan baik, dan kotiledonya sempurna. Sedangkan untuk benih
jagung yang abnormal yaitu daun rusak/tidak utuh, batang busuk dan rebah dan
terserang jamur.

Pada pengamatan terhadap tipe perkecambahan antara kacang tanah


(dikotil) dan benih jagung (monokotil), tampak benih kacang memiliki tipe
perkecambahan epigeal karena hipokotil mengalami perpanjangan dan membawa
serta kotiledon dan plumula naik keatas, sedangkan pada jagung memiliki tipe
perkecambahan hypogeal karena epikotilnya yang memanjang keatas sedangkan
kotiledon tetap beradah dibawah.
Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses
pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang Benih dapat berkecambah
bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan.
Perkembangan benih dipengaruhi oleh factor dalam (internal) misalnya: Tingkat
kemasakan benih, Ukuran benih, Dormansi, Penghambat perkecambahan dan
factor luar (eksternal) misalnya : Air, Suhu, Oksigen, danCahaya (Sutopo, 2009)
Hasil pengamatan biji tanaman dikotil berupa kacang tanah dan kedelai
terdiri beberapa bagian yaitu sebagai berikut.
1. Plumula yaitu embrio yang akan tumbuh menjadi batang dan daun.
2. Hipokotil yaitu calon batang yang terletak di bawah daun lembaga.
3. Radikula yaitu embrio yang akan tumbuh menjadi akar.
4. Embrio yaitu calon tanaman.
Sedangkan biji tanaman monokotil berupa padi dan jagung terdiri dari
beberapa bagian yaitu sebagai berikut.
1. Koleoptil yaitu selubung ujung plumula.
2. Plumula yaitu embrio yang akan tumbuh menjadi batang dan daun.
3. Radikula yaitu embrio yang akan tumbuh menjadi akar.
4. Koleoriza yaitu bagian yang menyelubungi akar.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Biji tanaman Kacang Tanah, kacang hijau dan Kedelai merupakan tanaman
dikotil yang mempunyai struktur biji yaitu plumula, hipokotil, radikal, dan
embrio. Sedangkan biji Jagung dan Padi merupakan tanaman monokotil
dengan struktur biji yaitu kleoptil, plumula, radikal, koleoriza dan
endosperm.
2. Tipe perkecambahan kedelai adalah epigeal sedangkan biji jagung dan padi
termasuk tipe perkecambahan hypogeal.
5.2 Saran
Mengingat dalam kegiatan praktikum menggunakan lup sebaiknya praktikan
mengamati dengan teliti bagian-bagian struktur benih maupun tipe perkecamba-
han.

40
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra,A. G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. PT Bina Aksara. Jakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang.
PRAKTIKUM V PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

42
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman. Pengujian
benih mengacu pada ISTA (International Seed Testing Association). Pengujian
benih merupakan cara untuk mengetahui benih yang berkualitas dan bermutu
tinggi. Menjamin penggunaan benih yang yang benar-benar murni, bersih dan
tidak tercampur dengan bahan lain adalah dengan melakukan pengujian
kemurnian benih.
Benih merupakan inti dari kehidupan di alam semesta dan satu yang paling
penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman secara
berkelanjutan. Benih dituntut untuk memiliki kemurnian dan bermutu tinggi jika
ditinjau dalam konteks agronomi, karena benih harus mampu menghasilkan
tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju.
Benih murni yang merupakan salah satu komponen dalam pengujian benih,
sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas tinggi. Pada pengujian
daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan
demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih
mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian
digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya
yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada berat
komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh kerja kemurnian
dipisahkan menjadi benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran.
Pengujian benih dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu pengujian
mutu secara fisik dan fisiologi benih. Pengujian kemurnian benih merupakan
kemurnian secara fisik. Pengujian ini dilakukan untuk menetapkan nilai pada
setiap contoh benih yang diuji sehingga akan diketahui keadaaan faktor kualitas
benih. Faktor yang mempengaruhi kualitas benih dapat ditentukan dalam
persentase dari kemurnian benih, benih tanaman lain, daya tumbuh benih.
Pengujian ini merupakan pengujian yang dilakukan dengan memisahkan
empat komponen benih diantaranya benih murni, varietas lain, dan benih lain atau
kotoran benih, dengan dilakukan pengujian ini kita bisa mengetahui apakah benih
ini layak untuk ditanam. Pengujian ini dapat mengetahui kualitas benih dan mutu
benih yang akan ditanam, sehingga petani dapat menghasilkan produksi yang
tinggi.
Pengujian benih di laboratorium bertujuan untuk mendapat keterangan
tentang mutu suatu benih yang dipergunakan untuk keperluan penanaman. Dalam
rangka sertifikasi benih, pengujian tersebut diperlukan guna pengisian label.
Tujuan dari pengujian kemurnian adalah mengetahui komposisi dari contoh yang
diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh
tersebut diambil dengan jenis / kultivar / varietas dan kotoran benih pada contoh
tersebut dengan identifikasi yang telah ditetapkan.
Pada prinsipnya, pengujian kemurnian benih di laboratorium merupakan
kemurnian secara fisik atau berdasarkan identitas fisik yang telah ditetapkan
dengan jalan memisahkan contoh kerja benih ke dalam komponen – komponen
benih murni, biji tanaman / varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.

1.2 Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan komposisi contoh
kerja benih yang diuji dan untuk mengetahui identitas macam spesies benih dan
bagian-bagian kotoran benih dalam contoh kerja benih yang diuji.

44
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Permasalahan dalam perbenihan yang berhubungan dengan mutu benih dapat


muncul pada saat proses produksi benih, prosessing, penyimpanan dan pada
proses pengujian mutu benih. Benih sebagai sarana produksi yang selalu
diharapkan tersedia tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis dan tepat harga, sangat
ditentukan oleh ketepatan dalam perencanaanjumlah dan jenis benih yang akan
diproduksi, distribusi dan pemasarannya (Kamil, 1979).
Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi – materi non
benih / seresah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya
kemurnian benih dinyatakan dalam persentase (%). Pengujian kemurnian benih
adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih
murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung
presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah
untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh
benih yang mewakili lot benih (Heddy. G. 2000).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan

memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih

yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut .

Adapun tujuan pengujian kemurnian benih adalah:

1. Untuk mengetahui komponen jenis benih yang ada dalam kelompoknya

2. Untuk mengetahui identitas dari berbagai spesies benih dan partikelpartikel

lainnya yang ada dalam kelompoknya

3. Untuk menjamin kemurnian (genuineness) mutu benih dan kualitas (quality)

benih

4. Mengetahui kebenaran varietas dan tersedianya benih bermutu secara

berkesinambungan
5. Untuk melindungi konsumen benih (Agrawal, 1982).

Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan.
Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu
presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin
diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran(Kuswanto,
1997).
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan

faktor fisik. Menurut Kartasapoetra (1992), faktor – faktor genetik adalah benih

yang berasal dari varietas-varietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil

produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi

pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik

adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang

tinggi, bebas dari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari hama dan

penyakit, serta kadar air benih yang rendah (Kamil, 1986).

46
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 02 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

1. Bahan 2. Alat

 Benih Kedelai (Glycine max)  Timbangan Analitik


 Benih Padi (Oryza sativa)  Timbangan Digital
 Cawan/cup
 Alat tulis

3.3 Cara kerja


- Siapkan alat dan bahan
- Ambil benih sebanyak 100 gr sebagai sampel
- Kemudian pisahkan untuk setiap karakter yang dibutuhkan
- Lalu timbang ketimbangan analitik dan digital
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

No komponen benih BM (gr) KB (gr) BI (gr) BR (gr)

1 Padi (Oryza sativa) 89,01 1,04 9,64 0

2 Kedelai (Glycine 77,01 18,22 4,91 0


max)

Keterangan :
BM= Benih Murni
KB = Kotoran Benih
BI = Benih Lain
BR = Benih rumputan

Perhitungan :

Rumus :

1. Padi (Oryza sativa)

 BM

 KB

 BI

 BR = 0

2. Kedelai (Glycine max)

 BM

 KB

 BI

 BR = 0

48
4.2 Pembahasan
Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi – materi
non benih / seresah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya
kemurnian benih dinyatakan dalam persentase (%). Pengujian kemurnian benih
adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih
murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung
presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah
untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh
benih yang mewakili lot benih (Heddy. G. 2000).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan
memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih
yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut
(xxxx,xxxx). Uji kemurnian benih merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk
mengendalikan mutu genetik suatu lot benih (Mulsanti et.al, 2013). Uji kemurnian
benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang
diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase kadar air
dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah
nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto, 1997).
Pada pengujian benih satu , yakni beni padi (Oryza sativa) diperoleh data
Berat murni 89,01 gr (89,01%), Kotoran benih1,04 gr (1,04%), Benih Lain 9,64 gr
(9,64%), sedangkan untuk benih rerumputan tidak ditemukan dalam sampel ini.
Sedangkan pada sampel benih kedelai (Glycine max) ) diperoleh data
Berat murni 77,01 gr (877,01%), Kotoran benih 18,22 gr (18,22%), Benih Lain
1,91 gr (1,91%), sedangkan untuk benih rerumputan tidak ditemukan dalam
sampel ini.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih

murni yang terdapat dalam suatu contoh benih.

2. Pengujian kemurnian benih merupakan suatu proses atau kegiatan yang

berfungsi untuk menelaah kepositifan fisik komponen – komponen pada

benih.

5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya meja pemurnian dibersihkan
terlebih dahulu dan pada saat melakukan uji kemurnian praktikan lebih teliti
dalam memisahkan komponen pada benih murni, varitas benih lain dan kotoran
lain agar hasilnya sesuai yang diharapakan.

50
DAFTAR PUSTAKA
Budi, D. W . 2008. Pengujian Benih. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Desmawan. 2010. Panduan Teknik Pemurnian. Fakultas Pertanian Gadjah Mada.
Yogyakarata.
PRAKTIKUM VI KADAR AIR BENIH

52
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih merupakan material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan


yang kompleks dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat
sedemikian rupa dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih.
Kadar air benih karena keadaan yang higroskopis itu tergantung pada kelembaban
relatif dan suhu udara lingkungan sekitarnya.

Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman,


artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan
tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu
berproduksi maksimal. Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu mutu genetik, yaitu
aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah
ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan,
identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi
juga fenotipe tanaman, mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan
oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih,
serta mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau
gulma, dan kadar air.

Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik
untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa
kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan.
Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko mempercepat mundurnya
benih selama dalam penyimpanan. Kadar air biji atau benih berfungsi untuk
menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus
dilakukan pada tingkat kadar air tertentu pada masing-masing spesies atau
varietas.
1.2 Tujuan praktikum
Untuk mempelajari dua cara pengukuran kadar air benih dengan metode
langsung dan tidak langsung.

54
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup
benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih
adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya
aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan
makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di
dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu
rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada
perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas,
karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk
diuapkan (Anonim 2009).
Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks
dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa
dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena
keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur.
Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap
dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih
ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan
menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar
benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila
tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka
dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan
demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang (Kartasapoetra 2006).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik
atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang
untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap
bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Metode
pengeringan oven merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar
(ISTA 2006).
Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah
akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan
kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air
inilahyang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan
(Anonim 2009).
Yang dimaksud kadar air benih, adalah berat air yang "dikandung" dan yang
kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang
dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih.Penetapan
Penilaian Air adalah banyaknya konten air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya konten air tersebut & dinyatakan dalam% terhadap berat asal contoh
benih.Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air
benih sebelum disimpan dan untuk mengatur kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Rejesus
2008).
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Dipandang dari individu
benih, sifat-sifat itu mencakup kebenaran-varietas, viabilitas, vigor, kerusakan
mekanis, infeksi penyakit, cakupan perawatan, ukuran, dan keragaan. Jika
dipandang dari populasi benih yang membentuk kelompok (lot), sifat-sifat mutu
mencakup kadar air, daya simpan, besaran kontaminan (benih gulma dan tanaman
lainnya), keseragaman lot, dan potensi keragaan.
Benih merupakan bahan perbanyakan tanaman yang erat hubungannya dengan
usaha peningkatan produksi tanaman yang membawa sifat dan informasi nilai
genetik dari pohon induknya. Benih bermutu tinggi atau benih berkualitas
memiliki beberapa komponen penting yang menjadikannya sebagai benih unggul
yang layak dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman. Komponen-
komponen benih tersebut ialah daya kecambah, kecepatan kecambah, kadar air,
lama penyimpanan serta kemurnian benih. Daya kecambah benih akan mengalami
kemunduran yang disebabkan oleh lamanya periode penyimpanan, kadar air yang
tinggi sehingga viabilitasnya rendah (Nurwansyah 2011).

56
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 09 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

1. Bahan 2. Alat

 Kedelai (Glycine max)  Cawan petridish


 Padi (Oryza sativa)  Alat tulis
 Oven
 Moisture Tester

3.3 Cara kerja


- siapkan alat dan bahan
- Ambil benih masing-masing tiga ulangan dan masukkan kedalam cawan petri
- Tuangkan benih padi atau kedelai seacara bergantian kedalam moisture tester
untuk mengetahui kadar air benih secara langsung
- setelah itu ambil masing-masing benih sejumlah 25 setiap ulangan dan
masukkan kedalam cawan petri.
- Hitung berat bersih benih dengan menggunakan timbangan untuk yang
langsungnya
- Untuk menentukan berat kering, masukkan benih kedalam oven dengan suhu
105 °C, selama 1x 24 jam dan lakukan 3x ulangan (sampai konstan).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1.

Kadar Air Benih


No Nama benih Metode Rata-rata
U1 U2 U3
Padi (Oryza
1 16,9 17,2 17,1 17,1
sativa)
Tidak langsung
Kedelai(Glycine
(moisture tester)
2 16,3 16,4 16,3 16,3
max)

Tabel 2

BB BK
No Nama benih Metode
U1 U2 U3 U1 U2 U3
Padi (Oryza
1 0,62 0,62 0,65 0,52 0,55 0,55
sativa)
Langsung
Kedelai(Glycine
(Oven)
2 4,24 3,58 3,92 3,55 3,50 3,50
max)

Perhitungan kadar air :

1. Padi (Oryza sativa)

 KA U1 = = 16,13%
 KA U2 =9,84%
 KA U3 =15,38%

2. Kedelai (Glycine max)

 KA U1 = = 19,68%

58
 KA U2 =2,23%
 KA U3 =10,71%

4.2 Pembahasan
Dalam pengujian kadar air benih terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu metode dasar atau yang sering disebut dengan metode langsung
(oven) dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah cara pengujian
dengan menggunakan alat oven, sedangkan metode tidak langsung adalah
pengujian kadar air dengan cara menggunakan peralatan praktis. Metode yang
sering digunakan adalah metode langsung.

Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan
teknik atau metode tertentu. Kadar air benih atau biji berfungsi untuk menentukan
menentukan saat panen yang tepat dan penyimpanan benih. Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 11% – 13%. Kadar
air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas respirasi yang dapat
berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.
Dari pengamatan kadar air benih yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode dasar didapatkan kadar air benih tertinggi untuk padi adalah
16,3% Sedangkan kadar air tertinggi benih kedelai dari yang kami amati adalah
19,68%. Kadar air benih tersebut menunjukkan bahwa benih siap disimpan. Dari
pengamatan, didapatkan kadar air yang berbeda-beda. Untuk air dibawah ataupun
diatas standar kurang baik untuk disimpan, karena belum memasuki saat panen
yang tepat.
Metode pengukuran kadar air baik secara langsung maupun tidak langsung
mempunyai beberapa kelebihan maupun kekurangan, oleh karena itu perlu
dilakukan validasi alat uji seperti yang dilakukan dalam prektikum kali ini.
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian, artinya validasi merupakan suatu
pekerjaan dokumentasi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktikum Pengujian Kadar Air Benih dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Kadar air benih yang tepat untuk penyimpanan benih adalah 11-13%.
b. Kadar air dengan metode tidak langsung yaitu menghasilkan kadar air
dengan rata-rata sebanyak 17,1 (padi), 16,3(kedelai)
c. Persentase kadar air dengan menggunakan metode langsung
menghasilkan kadar air rata-rata sebesar 13,4 % untuk padi dan 10,8%
untuk kedelai
d. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas
pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan
makanan dalam benih.
e. Benih yang mempunyai kadar air yang sangat rendah juga dapat
meningkatkan kerusakan bagian penting dari benih.

5.2 Saran
a. Dalam pengujian menggunakan metode dasar, oven yang akan digunakan
sebaiknya dicek terlebih dahulu berfungsi atau tidak, sehingga proses
pengovenan tidak terhambat.
b. Alat – alat yang menunjang kegiatan praktikum sebaiknya ditambah, agar
dalam praktikum tidak saling menunggu dan agar tidak ramai sendiri.
c. Dalam penimbangan, diharapkan praktikan lebih teliti.

60
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2009. Analisis Kemurnian Benih. http://www.leonheart45.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 27 April 2019
Nasrudin 2009. Kadar Air Benih. http://teknologibenih.blogspot.com. Diakses 27
April 2019
PRAKTIKUM VII UJI KEKUATAN DIGULUNG DALAM
PLASTIK (UKDDP)

62
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih


dorman sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih,
lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha
pemecahan dormansi. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pengujian benih
untuk mengetahui viabilitas benih atau kemampuam benih untuk tumbuh
menjadi bibit pada kondisi lingkungan yang optimum. Uji perkecambahan itu
meliputi uji daya kecambah, yang erat kaitanya dengan viabilitas benih dan uji
kecepatan berkecambah yang berhubungan erat dengan vigor benih.

Perkecambahan biji adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan


embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit
(seedling). Biji untuk dapat berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam
biji itu sendiri maupun persyaratan lingkungan. Persyaratan untuk
berkecambah yang berbeda-beda dari bermacam-macam biji adalah penting
diketahui untuk pedoman penanaman biji, pedoman penetapan treatment
tertentu dan pengontrolan pertumbuhan. Persyaratan untuk berkecambah yang
berbeda-beda dari bermacam-macam biji adalah penting diketahui untuk
pedoman penanaman biji, pedoman penetapan treatment tertentu, dan
pengontrolan pertumbuhan.

Setiap benih memiliki kemampuan yang berbeda untuk berkecambah,


meskipun kondisi genetis dan fisiologisnya sama. Hal ini disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang dapat menentukan suatu kecambah. Dengan
memberikan perlakuan yang berbeda pada satu jenis benih yang sama akan
dapat diketahui kemampuan tumbuh dari masing-masing benih tersebut.
Kemampuan benih tersebut dinyatakan dengan daya kecambah dan kecepatan
kecambah dapat aktifnya Syarat luar utama yang dibutuhkan untuk kembali
pertumbuhan embryonic exis adalah : air yang cukup, suhu yang pantas,
oksigen yang cukup, serta cahaya yang cukup. Pengujian perkecambahan
benih yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan substratum kertas
dan pasir. Beberapa metode yang dikenal antara lain : pada kertas (PK), pada
pasir (PP), dalam pasir (DP), antar kertas (AK), dan pada kertas digulung
dalam plastic (PKDp).

Daya tumbuh atau Daya berkecambah ialah jumlah benih yang


berkecambah dari se jumlah benih yang di kecambahkan pada media tumbuh
optimal ( kondisi laboratorium ) pada waktu yang telah ditentukan, dan
dinyatakan dalam persen. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan
benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih
tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya
berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah
menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian daya berkecambah benih


Padi air mas dan seni mas ( 0ryza sativa ), Kacang Hijau (Vigna radiata), Kedelai
Detam 3 dan anjasmoro (glycine max). Penentuan daya berkecambah merupakan
salah satu cara untuk mengetahui mutu fisiologi suatu benih. Dengan mengetahui
daya kecambah suatu benih maka kita akan bisa memperkirakan jumlah benih
yang akan tumbuh nantinya. Uji daya berkecambah benih dapat dilakukan di
laboratorium dengan media kertas dan berbagai metode, seperti UKDdp (uji kertas
digulung dilapisi plastik).
1.2 Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah


1. Menentukan persentase dan perkecambahan benih
2. Untuk menentukan daya kecambahbenih ( seed viabilitas )
3. menentukan indeks value dan perkecambahan benih
4. Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih ( seed vigor ) yang di uji

64
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan


suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di
dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah
perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan
muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.

Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit


tanaman, sebelum berkecambah benih relatif kecil dan dorman.
Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule.
Biasanya radicle keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan
membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem
tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan
yang tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormon
auxin terbentuk pada endosperm dan kotiledon. Hormon tersebut
dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru
dan membebaskan energi kinetik (Edmondet al., 1975).

Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja


berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini
disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan
tumbuhan.

Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar


embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan
berbunga dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil.
Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya.
Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga.
Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut
akotiledon.
Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biologi.
Sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel
mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Ukuran radikula makin
besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya
pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak
bagi embrio untuk dipecah.

Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan


pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang
diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan
tanaman yang mampu berproduksi maksimal.

Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu :

a. Mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas
genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari
varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya
ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman.

b. Mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih
meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih.

c. Mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih
lain atau gulma, dan kadar air.

66
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 16 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . yang berlokasi di laboratorium teknologi benih Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

Bahan Alat
 Padi air mas ( 0ryza sativa )  Kotak plastik
 Padi seni mas (Oryza sativa)  Media Kertas
 Kacang Hijau (Vigna radiata)  Plastik
 Kedelai Detam 3 (glycine max)  Alat Tulis
 Kedelai anjasmoro (glycine  Kamera dan Kater
max)  Label

3.3 Cara kerja


1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil media kertas sebanyak 15 (5 x 3) dan letakkan diatas meja yang telah
dipotong sesuai ukuran plastik
3. Ambil kertas sebanyak substratnya lalu rendam ke dalam baskom yang sudah di
isi air dan tanam setiap benih diatasnya sebanyak 25 benih radikulang di bawah (
kearah penanaman ) dengan teknik zig – zag
4. tutup substrat dengan substrat yang sudah di basahi pula dan alasi dengan
plastik kembali.
5. lipat bagian bawah dan samping kanan lalu gulung secara bersamaan lakukan
sampai 3 kali ulangan setiap jenis benih
6. Masukkan ke germinator
7. Amati selama 7 hari
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Nama Benih Hari Jumlah Perhitungan Uji Daya
yang ditanam Pengamatan Perkecambahan Perkecambahan
Air Mas 3 U1 = 7 7/25 X 100% = 28 %
U2 = 5 5/25 X 100% = 20 %
U3 = 6 6/25 X 100% = 24 %
5 U1 = 8 8/25 X 100% = 32 %
U2 = 5 5/25 X 100% = 20 %
U3 = 8 8/25 X 100% = 32 %
7 U1 = 8 8/25 X 100% = 32 %
U2 = 6 6/25 X 100% = 24 %
U3 = 9 9/25 X 100% = 36 %
Seni Mas 3 U1 = 14 14/25 X 100% = 56 %
U2 = 12 12/25 X 100% = 48 %
U3 = 13 13/25 X 100% = 52 %
5 U1 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U2 = 18 18/25 X 100% = 72 %
U3 = 18 18/25 X 100% = 72 %
7 U1 = 23 23/25 X 100% = 92 %
U2 = 23 23/25 X 100% = 92 %
U3 = 21 21/25 X 100% = 84 %
Kemangi 3 U1 = 14 14/25 X 100% = 56 %
U2 = 13 13/25 X 100% = 52 %
U3 = 11 11/25 X 100% = 44 %
5 U1 = 18 18/25 X 100% = 72 %
U2 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U3 = 20 20/25 X 100% = 80 %
7 U1 = 23 23/25 X 100% = 92 %
U2 = 24 24/25 X 100% = 96 %
U3 = 25 25/25 X 100% = 100 %
Kacang Hijau 3 U1 = 15 15/25 X 100% = 60 %
U2 = 16 16/25 X 100% = 64 %
U3 = 15 15/25 X 100% = 60 %
5 U1 = 24 24/25 X 100% = 96 %
U2 = 23 23/25 X 100% = 92 %
U3 = 24 24/25 X 100% = 96 %
7 U1 = 25 25/25 X 100% = 100 %
U2 = 25 25/25 X 100% = 100%
U3 = 24 24/25 X 100% = 96 %
Kedelai Detam 3 U1 = 10 10/25 X 100% = 40 %
3 U2 = 18 18/25 X 100% = 72 %

68
U3 = 17 17/25 X 100% = 68 %
5 U1 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U2 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U3 = 21 21/25 X 100% = 84 %
7 U1 = 22 22/25 X 100% = 88 %
U2 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U3 = 23 23/25 X 100% = 92 %
Kedelai 3 U1 = 3 3/25 X 100% = 12 %
Anjasmoro U2 = 0 0/25 X 100% = 0 %
U3 = 0 0/25 X 100% = 0 %
5 U1 = 3 3/25 X 100% = 12 %
U2 = 0 0/25 X 100% = 0 %
U3 = 0 0/25 X 100% = 0 %
7 U1 = 4 4/25 X 100% = 16 %
U2 = 0 0/25 X 100% = 0 %
U3 = 0 0/25 X 100% = 0 %

TABEL 2
Nama Benih Hari Jumlah Benih IVT
Yang di Tanam Pengamatan
Padi Air Mas 2 U1 = 3 3/2 = 1,5
U2 = 3 3/2 = 1,5
U3 = 3 3/2 = 1,5
3 U1 = 7 7/3 = 2,3
U2 = 5 5/3 = 1,6
U3 = 6 6/3 = 2
4 U1 = 7 7/4 = 1,75
U2 = 5 5/4 = 1,25
U3 = 8 8/4 = 2
5 U1 = 8 8/5 = 1,6
U2 = 5 5/5 =1
U3 = 8 8/5 = 1,6
6 U1 = 8 8/6 = 1,33
U2 = 6 6/6 = 1
U3 = 8 8/6 = 1,33
7 U1 = 8 8/7 = 1,14
U2 = 6 6/7 = 0,85
U3 = 9 9/7 = 1,28
Padi Seni Mas 2 U1 = 3 3/2 = 1,5
U2 = 2 2/2 = 1
U3 = 3 3/2 = 1,5
3 U1 = 14 14/3 =4,6
U2 = 12 12/3 = 4
U3 = 13 13/3 = 4,3
4 U1 = 15 15/4 = 3,75
U2 = 16 16/4 = 4
U3 = 16 16/4 = 4
5 U1 = 19 19/5 = 3,8
U2 = 18 18/5 =3,6
U3 = 18 18/5 = 3,6
6 U1 = 21 21/6 = 3,5
U2 = 23 23/6 = 3,8
U3 = 21 21/6 = 3,5
7 U1 = 23 23/7 = 3,28
U2 = 23 23/7 = 3,28
U3 = 21 21/7 = 3
Padi Kemangi 2 U1 = 2 2/2 = 1
U2 = 4 4/2 = 2
U3 = 2 2/2 = 1
3 U1 = 14 14/3 = 4,66
U2 = 13 13/3 = 4,33
U3 = 11 11/3 = 3,66
4 U1 = 16 16/4 = 4
U2 = 17 17/4 = 4,25
U3 = 18 18/4 = 4,5
5 U1 = 18 18/5 = 3,6
U2 = 19 19/5 = 3,8
U3 = 24 24/5 = 4,8
6 U1 = 23 23/6 = 3,83
U2 = 24 24/6 = 4
U3 = 25 25/6 = 4,16
7 U1 = 23 23/7 = 3,28
U2 = 24 24/7 = 3,4
U3 = 25 25/7 = 3,57
Kacang Hijau 2 U1 = 3 3/2 = 1,5
U2 = 4 4/2 = 2
U3 = 5 5/2 = 2,5
3 U1 = 15 15/3 = 5
U2 = 16 16/3 = 5,33
U3 = 15 15/3 = 5
4 U1 = 17 17/4 = 4,25
U2 = 18 18/4 = 4,5
U3 = 19 19/4 = 4,75
5 U1 = 24 24/5 = 4,8
U2 = 23 23/5 =4,6
U3 = 24 24/5 = 4,8
6 U1 = 25 25/6 = 4,16
U2 = 25 25/6 = 4,16
U3 = 24 24/6 = 4
7 U1 = 25 25/7 = 3,57
U2 = 25 25/7 = 3,57
U3 = 24 24/7 = 3,42

70
Kedelai Detam 2 U1 = 3 3/2 = 1,5
3 U2 = 2 2/2 = 1
U3 = 4 4/2 = 2
3 U1 = 10 10/3 = 3,33
U2 = 18 18/3 = 6
U3 = 17 17/3 = 5,66
4 U1 = 18 18/4 = 4,5
U2 = 18 18/4 = 4,5
U3 = 21 21/4 = 5,25
5 U1 = 19 19/5 = 3,8
U2 = 19 19/5 = 3,8
U3 = 21 21/5 = 4,2
6 U1 = 21 21/6 = 3,5
U2 = 19 19/6 = 3,16
U3 = 23 23/6 = 3,83
7 U1 = 21 21/7 = 3
U2 = 19 19/7 = 2,71
U3 = 23 23/7 = 3,28
Kedelai 2 U1 = 1 1/2 = 0,5
Anjasmoro U2 = 0 0/2 = 0
U3 = 0 0/2 = 0
3 U1 = 3 3/3 = 1
U2 = 0 0/3 = 0
U3 = 0 0/3 = 0
4 U1 = 3 3/4 = 0,75
U2 = 0 0/4 = 0
U3 = 0 0/4 = 0
5 U1 = 3 3/5 = 0,6
U2 = 0 0/5 = 0
U3 = 0 0/5 = 0
6 U1 = 4 4/6 = 0,66
U2 = 0 0/6 = 0
U3 = 0 0/6 = 0
7 U1 = 4 4/7 = 0,57
U2 = 0 0/7 = 0
U3 = 0 0/7 = 0

TABEL 3
Nama Benih Yang di Benih Yang di Benih yang Berkecambah
Tanam Tanam
U1 U2 U3 U1 U2 U3
Padi Air Mas 25 25 25 8 6 8
Padi Seni Mas 25 25 25 21 23 21
Padi Kemangi 25 25 25 23 24 23
Kacang Hijau 25 25 25 17 18 19
Kedelai Detam 3 25 25 25 18 18 21
Kedelai Anjasmoro 25 25 25 3 0 0
Nb: Tanaman Monokotil hari ke-6
Tanaman Dikotil hari ke-4

TABEL 4
Nama Benih Yang BB BK
di Tanam U1 U2 U3 U1 U2 U3
Padi Air Mas 0,01 0,02 0,07 0,07 0 0,03
Padi Seni Mas 0,09 1,05 1,06 1,15 0,14 0,13
Padi Kemangi 0,78 0,90 1 0,10 0,11 0,13
Kacang Hijau 17,60 16,84 10,91 0,82 0,72 0,74
Kedelai Detam 3 18,56 15,56 19,78 1,91 1,69 1,98
Kedelai Anjasmoro 2,82 0 0 0,40 0 0

4.2 Pembahasan
Perhitungan untuk SGT :

SGT = x 100%

Pada uji daya berkecambah ini, benih yang digunakan adalah benih kedelai
detam 3 dan benih kedelai anjasmoro. Pada Air Mas dan Seni Mas dan Kacang
Hijau dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Pada benih kedelai dan lain lain dapat
disimpulkan bahwa daya berkecambahnya baik karena pada hasil dapat kita lihat
rata rata kecabahannya serentak kecuali pada tanaman kedelai anjasmoro pada
ulangan 1 hnaya tumbuh/berkecambah sebanyak 12 % di ulangan 2 dan 3 pada
hari ke 3,5,7 tidak berkecambah sama sekali. Hal ini mungkin disebabkan pleh
faktor genetik benih ataupun lama penyimpanannya yang kurang baik.

Perhitungan untuk IVT


IVT =

Uji kecepatan benih yaitu untuk menentukan kekuatan tumbuh suatu benih
yang dikecambahkan. Pengamatan dilakukan setiap hari. Hari pertama sampai
harui ke 7. Pada benih Padi Air Mas kecepatan berkecambahan yang paling tinggi
adalah pada U1 hari ke 3 sebanyak 2,3 dan yang paling rendah pada U2 hari ke 7
yaitu 0,85. Pada benih Padi Seni Mas yang paling tinggi pada U1 hari ke 3 yaitu
4,6 dan yang terendah pada U2 hari ke 2 yaitu 1. Pada benih Padi Kemangi yang
paling tinggi pada U3 hari ke 5 yaitu 4,8 dan yang terendah adalah pada U1 dan U3
hari ke 2 yaitu 1. Pada benih Kacang Hijau yang paling tinggi pada U 2 hari ke

72
3yaitu 5,33 dan yang terendah pada U1 hari ke 2 yaitu 1,5. Pada benih Kedelai
Detam 3 yang paling tinggi adalah U3 hari ke 3 yaitu 5,66 dan yang terendah U2
hari ke 2 yaitu 1. Pada benih Kedelai Anjasmoro yang tertinggi ialah U1 pada hari
ke 3 yaitu 1 dan yang terendah adalah 0.
Pada uji keserempakan berkecambahan yaitu mengetahui berapa banyak
benih yang berkecambah dan diamati pada hari ke 4 saja. Pada benih terdapat 3
kali ulangan.
 Padi Air Mas, Ulangan 1 (8), ulangan 2 (6), ulangan 3 (8).
 Padi Seni Mas, Ulangan 1 (21), ulangan 2 (23), ulangan 3 (21)
 Padi Kemangi, Ulangan 1 (23), ulangan 2 (24), ulangan 3 (23)
 Kacang Hijau, Ulangan 1 (17), ulangan 2 (18), ulangan 3 (19)
 Kedelai Detam 3, Ulangan 1 (18), ulangan 2 (18), ulangan 3 (21)
 Kedelai Anjasmoro, Ulangan 1 (3), ulangan 2 (0), ulangan 3 (0)
Pengamatan yang terakhir adalah pengamatan uji berat kering kecambah
untuk melihat perbandingan antara berat kering dan berat basah.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Uji kali ini menggunakan metode UKDdp (uji kertas digulung didalam plastik)
efektif untuk melihat perbedaan antara uji daya kecambah dan keserempakan
berkecambah serta untuk melihat perbandingan untuk berat kering dan berat
berkecambah.

5.2 Saran

Sebelum praktikum ini sebaiknya praktikan dapat mengetahui


pertumbuhan
benih dan ciri – ciri benih yang tumbuh normal dan abnormal.

74
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AM.2013. Laporan Praktikum Pengujian Daya Tumbuh Benih.
Purwokerto. http://www.anakagronomy.com/2013/01/laporan-praktikum-
pengujian-dayatumbuh.html (Diakses Rabu, 05 Mei 2019)
PRAKTIKUM VIII UJI KEKUATAN TERHADAP
KEKERINGAN (NaCl)

76
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan tumbuh secara normal yaitu ketika benih tersebut
menunjukkankemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman
dan tanaman yangbaik dan normal, pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai bagi
kepentinganpertumbuhan dan perkembangannya.Kekuatan tumbuh benih adalah
kemampuan benih untuk berkecambah normal dalamkondisi lingkungan yang
kurang menguntungan sehingga diharapkan dapat tumbuhsecara normal meskipun
lingkungan pada kondisi sub optimum.Pada tanah yang mengandung kadar garam
tinggi terutama NaCl dapat menyebabkanterhambatnya perkecambahan hal ini
dipengaruhi oleh tekanan osmose.

Metode tekananosmose tinggi dapat digunakan untuk menduga ketahanan


benih terhadap kekeringan danketahanan terhadap salinitas. Benih yang kuat dapat
tumbuh dengan baik dan meratadalam kondisi kekuranagn air dan yang kurang
kuat tidak tumbuh.Penilaian kekuatan tumbuh benih digolongkan atas kecambah
kuat, kurang kuatr,abnormal dam mati. Untuk memudahkan penilaian kelompok
kecambah yang dinilaiterlebih dahulu digolongkan atas kecambah normal
selanjutnya dibagi untuk kecambahkuat dan kurang kuat. Kecambah yang
abnormal digolongkan sebagai kecambah mati.Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan
dengan membandingkan kecambah satudengan lainnya dalam substrat.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui ketahanan benih terhadap kekeringan dan salinitas tinggi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kekuatan tumbuh benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah


normal dalam kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, sehingga di
harapkan benih tersebut dapat menjadi tanaman normal meskipun kondisi
lingkungan sub optimum.

Pada tanah yang mengandung kadar garam tinggi, terutama NaCl dapat
menyebabkan terhambatnya perkecambahan, hal ini disebabkan oleh pengaruh
osmose.

Semakin tinggi konsentrasi tinggi atau kental larutan itu (garam/NaCl)


maka tekanan osmose yang semakin tinggi, dengan demikian semakin banyak
molekul – molekul air di ikat oleh NaCl tersebut, sehingga semakin sedikit air
yang masuk ke dalam benih dalam proses imbibisinya.

Metode tekanan asmose tinggi dapat digunakan untuk menduga ketahanan


benih terhadap kekeringan dan ketahanan terhadap salinitas. Benih yang kuat
dapat tumbuh dengan kuat dan baik serta merata dalam kondisi kekurangan air,
sedangkan benih yang tidak kuat akan tumbuh.

Penilaian kekuatan tumbuh benih digolongkan atas kecambah kuat, kurang


kuat, abnormal, dan mati. Untuk memudahkan penilaian kelompok kecambah
yang di nilai, terlebih dahulu di golongkan atas kecamba kuat dan kurang kuat.
Kecamba yang abnormal di golongkan sebagai mati.

Penilaian kuat dan kurang kuat di lakukan dengan membandingkan


kecambah satu dengan yang lainnya dalam satu subtrat. Benih – benih yang dapat
bekecambah normal dalam kondisi larutan NaCl dan demikian diharapkan juga
dapat berkecambah normal dalam keadaan lingkungan kekeringan. disamping itu
juga dapat digunakan untuk uji pertanaman di daerah rawa di mana pada daerah
ini salinitasnya tinggi.

78
BAB III

METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini di laksanakan pada hari Selasa, 23 April 2019 pada pukul
07.15 – 09.00 WIB di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian
Universitas Jambi

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan :

Germinator, kertas subtrat, garam dapur (NaCl), plastik kecil, pengaris,


dan cutter.

Bahan yang di gunakan :

Benih padi kemangi, benih padi air mas, benih padi sni mas, benih kedelai
anjasmoro, benih kacang hijau, dan benih kedelai detam 3.

3.3 Prosedur kerja

 Buat 58,5 g NaCl/liter (1 M ) setara dengan 49,2 atm tekanan osmose,


NaCl 0,2 M, (11,7 g NaCl perliter air (yang setara dengan 7,6 atm tekanan
osmose.
 Substrat kertas direndam dalam larutan garam NaCl sampai merata
sebanyak 3 lembar
 Letakan benih diatas kertas tersebut masing-masing sebanyak 25butir
dengan menggunakan metode UKDdp, sebanyak 3x ulangan
 Kemudian dikecambahkan pada alat perkecambahan germinator
 Lakukan penyemprotan dengan larutan garam, agar kondisi tetap lembab
 Sebagai indikator dibuat pembanding sebagai kontrol (substrat dibasahi
dengan air biasa)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel. Uji benih terhadap kekeringan

Nama Normal Kuat Lemah Mati


benih U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3

Padi
kemangi
23 0 0 14 0 0 9 0 0 2 25 25
(Oryza
sativa)

Padi air
mas
3 0 0 3 0 0 0 0 0 22 25 25
(Oryza
sativa

Padi sni
mas
19 0 0 7 0 0 12 0 0 6 25 25
(Oryza
sativa)

Kdl
anjasmro
3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 25 25
(Glycine
max)

Kacang
hijau
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 25
(Vigna
radiata)

Kdl
detam 3
20 0 0 17 0 0 3 0 0 0 25 25
(Glycine
max)

Perhitungan

80
% Perkecambahan :

Kecambah normal : normal kuat + normal lemah

Padi kemangi (Oryza sativa) Padi air mas (Oryza sativa)

Normal : Normal :

U1 = U1=

U2= U2=

U3= U3=

Kuat : Kuat :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U3=

Lemah : Lemah :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U3=

Mati : Mati :

U1= U1=

U2= U2=
U3= U3=

Padi sni mas (Oryza sativa) Kdl anjsmro (Glycine max)

Normal : Normal :

U1= U1=

U2= U2=

U2= U3=

Kuat : Kuat :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U3=

Lemah : Lemah :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U3=

Mati : Mati :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U2=

82
Kacang hijau (Vigna radiata) Kedelai detam 3 (Glycine max)

Normal : Normal :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U3=

Kuat : Kuat :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U3=

Lemah : Lemah :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U3=

Mati : Mati :

U1= U1=

U2= U2=

U3= U3=
4.2 Pembahasan

Dari data pengamatan dapat diketahui bahwa uji keserempakan dan


kekuatan tumbuh sangat mempengaruhi tingkat vigor suatu benih. Vigor benih
dapat diamati melalui perlakuan NaCl pada benih. Toleransi tanaman terhadap
salinitas tergantung pada jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman
mempunyai batas toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas. Benih yang
ditanam diaerah denngan keadaan salinitas tinggi sangat sulit berkecambah.
Pengaruh salinitas terhadap perkecambahan mencakup dua hal, yaitu pengaruh
tekanan osmosis yang tinggi sehingga benih sulit menyerap air dan pengaruh
kimia atau keracunan ion-ion spesifik yang menyusun garam.

84
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Toleransi tanaman terhadap salinitas tergantung pada jenis dan tingkat


pertumbuhan tanaman. Setiap tanaman mempunyai batas toleransi yang berbeda-
beda terhadap salinitas. Benih yang ditanam diaerah denngan keadaan salinitas
tinggi sangat sulit berkecambah. Pengaruh salinitas terhadap perkecambahan
mencakup dua hal, yaitu pengaruh tekanan osmosis yang tinggi sehingga benih
sulit menyerap air dan pengaruh kimia atau keracunan ion-ion spesifik yang
menyusun garam.

5.2 Saran

Saat praktikum berlangsung, diharapkan lebih serius dan teliti lagi agar
menghasilkan data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2009. Analisis Kemurnian Benih. http://www.leonheart45.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 27 April 2019

86
PRAKTIKUM IX UHDDP (UJI HOPPE DIRUBAH DALAM
PLASTIK)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman,


artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan
tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu
berproduksi maksimal (Kartasapoetra, 1992).
Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh
secara normal pada kondisi optimum. Secara umum pengujian viabilitas benih
mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor
benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih adalahbila
informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada
lingkungan yang optimum, yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang.
Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih antara lain: air, suhu, oksigen, cahaya,
medium (kamil, 1982).
Dengan mengetahui daya kecambah suatu benih maka kita akan bisa
memperkirakan jumlah benih yang akan tumbuh nantinya. Uji daya berkecambah
benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat
pengecambah benih) dengan media kertas dan berbagai metode
Berdasarkan uraian di atas maka dari itu dilakukan praktikum uji viabilitas
benih dengan metode Uji Hoppe Dirubah Dalam Kertas (UHDDP). Khususnya
dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan penanaman agar dalam praktiknya
kualitas benih viabilitas.

1.2 Tujuan praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari struktur biji dan buah

88
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan


pengembangan usaha tani dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu
adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang bekualitas tinggi. Benih
yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya
baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Rineka, 1986).
Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman
muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan
bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali.
Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman,
jaringan cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif.
Benih berasal dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek
daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman
dewasa (Purwanti, 2004).
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih
harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana
teknologi yang maju. Seiring petani mengalami kerugian yang tidak sedikit baik
dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat penggunaan benih yang
bermutu rendah. Oleh karena itu meskippun pertumuhan dan produksi tanaman
sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanamn, tetapi harus
diingat pentingnya pemilihan mutu benih yang akan digunakan (Sukarman, 2000).
Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih,
persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Viabilitas benih merupakan
daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme atau
gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolok ukur
parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1994).
Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh
benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang
lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan
presentase perkecambahan. Persentase kecambah yang tinggi sangat diinginkan
oleh para petugas persemaian, dan segala sesuatu selain benih murni yang
berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak berguna, oleh karena itu
pegujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan kecambah yang
potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang secara langsung
didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas
digunakan, baik untuk pengujian benih standard maupun untuk pengujian
informal secara sederhana di persemaian (Ryastika, 2011).
Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya
kecambah benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih.
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari
viabilitas benih (Danuarti, 2003).
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum
tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas
maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai
dengan keadaan lingkungan. Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang
digunakan adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan
perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang
dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Penilaian dilakukan dengan
membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya sesuai kriteria
kecambah normal, abnormal dan mati. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara
tak langsung, misalkan dengan mengukur gejala-gejala metabolisme ataupun
secara langsung dengan mengamati dan membandingkan unsur-unsur tumbuh
tertentu (Danuarti, 2003).

90
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

 Bahan
 Media kertas substrat berukuran 20 x 30 cm
 Plastik berukuran 20 x 30 cm
 Tanah bekas pertanaman yang terserang suatu penyakit
 Pinset, kertas label, alat tulis dan kamera
 Germinator
 Alat
 Kedelai ( Glycine Max )
- Anjasmoro
- Detam 3
 Padi ( Oryza Sativa )
- Air Mas
- Kemangi
- Seni Mas
 Kacang Hijau ( Vigna radiata )
3.3 Cara kerja
 Siapakan alat dan bahan
 Ambil benih masing masing varietas
 Ambil kertas substrat dan plastik (sesuaikan ukurannya)
 Untuk membuat satu sampel basahi 3 kertas substrat dan kemudian
letakkan di tas plastik
 Letakkan benih secara zig zag sebanyak 25 butir di atas kertas substrat
dan laukakan masing masing 3 ulangan untuk setiap benih yang di
ambil.
 Setelah itu taburi tanah penyakit secara merata
 Gulung kertas, beri label dan masukkan ke germinator
 Lakukan pengamatan pada hari ke 7

92
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No Nama Benih yang Benih Yang Persen (%)
di Tanam Berkecambah Kecambah
U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 Kedelai Detam 3 16 17 23 64 68 92
2 Kedelai Anjasmoro 3 2 1 12 8 4
3 Padi Seni Mas 24 25 21 96 100 84
4 Padi Air Mas 7 6 5 28 24 20
5 Padi Kemangi 22 19 18 88 76 72
6 Kacang Hijau 17 21 15 68 84 60

 Kedelai Detam 3  Padi Air Mas


U1 = 16/25 x 100% = 64 % U1 = 7/25 x 100% = 28 %
U2 = 17/25 x 100% = 68 % U2 = 6/25 x 100% = 24 %
U3 =23/25 x 100% = 92 % U3 =5/25 x 100% = 20 %

 Kedelai Anjasmoro  Padi Kemangi


U1 = 3/25 x 100% = 12 % U1 = 22/25 x 100% = 88 %
U2 = 2/25 x 100% = 8 % U2 = 19/25 x 100% = 76 %
U3 =1/25 x 100% = 4 % U3 = 18/25 x 100% = 72 %

 Padi Seni Mas  Kacang Hijau


U1 = 24/25 x 100% = 96 % U1 = 17/25 x 100% = 68 %
U2 = 25/25 x 100% = 100 % U2 = 21/25 x 100% = 84 %
U3 =21/25 x 100% = 84 % U3 =15/25 x 100% = 60 %

4.2 Pembahasan
Pengujian kekuatan tumbuh benih merupakan suatu tindakan yang
dilakukan untuk memastikan ada tidaknya mikroorganisme patogenik yang
terbawa oleh benih dilahan karena penyakit pada tanah yang yang berpenyakit
dapat menggangu pertumbuahn perkecambahan benih sehngga merugikan kualitas
dan kuantitas hasil.
Dengan dilakukannya praktikum ini juga kita akan melihat benih mana
yang paling kuat/resisten terhadap penyakit / patogen yang terdapat pada tanah
yang diberikan saat ingin berkecambah. Dari hasil praktikum dapat diketahui
bahwa kedelai anjasmoro dan padi air mas memiliki tingkat tumbuh berkecambah
paling rendah dan paling tinggi. tingkat kecambah paling rendah yaitu U1 = 12 % ,
U2 = 8 %, U3 = 4 % namun hal ini berbanding terbalik dengan padi seni mas yang
memiliki tingkat perkecambahan paling tinggi yaitu U1 = 96 %, U2 = 100 %, U3 =
84 %

94
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum ini dapat disimpulkan bahwa percobaan pada ke enam
sampel yang dilakukan, semua benih tidak memiliki viabilitas yang maksimum,
viabilitas terbaik yaitu benih padi varietas Seni mas sebesar 100%. Sedangkan
kedelai varietas Anjasmoro memiliki persentase perkecambahan terendah yakni
sebesar 4%.

5.2 Saran
Pada praktikum mengenai uji viabilitas benih disarankan agar membaca
materi terlebih dahulu sebelum praktikum dimulai, agar kita bisa menjalankan
praktikum dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Danuarti. 2003. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa jenis Tanaman
yang Beredar di Pasar Ambon. Jurnal Agrologia. Vol 2 No 1. Halaman
3,5 dan 9.
Kuswant. 2007. Analisis Benih. Yogyakarta: Kanisius.

96
PRAKTIKUM X UJI TETRAZOLIUM
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas benih
secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pengujian ini menggunakan garam
tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang dapat
direduksi secara enzymatic didalam jaringan benih yang masih hidup. Reduksi
senyawa ini akan merubah senyawa formazan yang berwarna mwerah cerah.
Garam tetrazoluim merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam
jaringan-jaringan sel hidup, zat ini ikut serta dalam proses reduksi. Dengan proses
hidrogenida, dalam sel hidup terbentuklah triphenyl formazan yang berwarna
merah stabil dan bersifat tidak difus. Dan ini kemungkinan untuk dapat
membedakan sel hidup yang berwarna merah dari bagian sel mati yang tidak
berwarna. Dari posisi dan ukuran daerah berwarna dan tidak berwarna pada
embrio dan atau endisperm dapat ditentuka apakah benih tersebut digiolongkan
sebagai vabel atau non viabel.
Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara
sekitar 40oC dan dalam larutan denagn pH 7. Dasar dari pertimbangan uji
tetrazolium adalah keterbatasan waktu, benih bersifat dorman dan kepentingan
riset. Kriteria pewarnaan untuk uji tetrazolim meliputi : jika warna merah cerah
maka jaringan masih hidup, warna merah jambu maka jaringan sudah lemah, jika
warna merah tua maka jaringan rusak, dan jika tidak berwarna maka jaringan
sudah mati.
Prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari
benih setelah direndam dalam larutan Tetrazolium. Jaringan dalam benih itu hidup
akan menghasilkan suatu reaksi pada benih dengan menimbulkan Kriteria
pewarnaan : merah cerah, jaringan masih hidup ; merah jambu, jaringan sudah
lemah ; merah tua, jaringan rusak ; tak berwarna, jaringan sudah mati.
1.2 Tujuan praktikum

98
 Untuk mempelajari metode uji tidak langsung dengan tetrazolium terhadap
viabilitas berbagai benih dan Untuk mengetahui daya hidup benih secara
cepat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Viabilitas adalah kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi yang


optimum (Anonim 2008). Viabilitas adalah kemampuan benih berkecambah dan
menghasilkan kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum.
Viabilitas suboptimum (vigor) merupakan kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi tanaman yang berproduksi normal dalam keadaan optimum atau mampu
disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan tahan simpan lama dalam
keadaan yang optimum. Uji Viabilitas Dapat melalui indikasi langsung ataupun
indikasi tidak langsung, yaitu Uji Daya Kecambah (%) uji viabilitas langsung
(menguji kinerja pertumbuhan /perkecambahan benih) dan Uji Secara Biokimia
uji viabilitas tidak langsung (gejala kehidupan atau kapasitas metabolisme).
Contoh: Uji Tetrazolium, Uji FeCl3, Uji DHL (Daya Hantar Listrik), dll (Sadjad
2004).

Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi
adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama.Vigor fisiologi
dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya,
ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya
terhadap Tetrazolium Test (Kamil 2006).

Uji viabilitas benih atau daya hidup benih yang dicerminkan oleh dua
informasi masing-masing daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat ditunjukan
melalui gejala-gejala metabolisme benih dan/atau gejala pertumbuhan. Uji
viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung, misalkan dengan mengukur
gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan
membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu. stuktur pertumbuhan yang dinila
dari akar, batang, daun dan daun lembaga. Nilai hasil pengujian daya kecambah
merupakan nilai minimum. Harga tengah antara kedua nilai pengujian di
laboratorium akan menjadi nilai tumbuh di lapangan (Anonim 2008).

100
Viabilitas benih didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk berkembang
atau daya kecambah pada tanaman muda (misal perkecambahan) di bawah kondisi
lingkungan yang menguntungkan setelah dormansi. Pengeringan terlalu lama pada
temperature yang tinggi akan menyebabkan viabilitas benih mengalami degradasi
pada enzim dan hidrolisis pada pati. Semakin lama pada temperature tinggi akan
menyebabkan benih mati (Gine 2006).

Semua kekurangan-kekurangan uji perkecambahan secara langsung dapat


diatasi apabila viabilitas benih dapat diukur dengan suatu penduga biokimia di
aktivitas metabolisme benih. Di dalam suatu uji biokimia tanda terjadinya proses
reduksi dalam sel hidup dihasilkan oleh reduksi di suatu indikator. Garam
tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam jaringan sel hi bahan
ini akan ikut serta dalam proses reduksi (Soejadi dan Sadiman 2007).
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 April 2019 pukul
07:00-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

 Bahan  Alat
- Benih kedelai (Glycine - Oven
max) - Timbangan
- Tetrazolium - Saringan
- Aquades - Bekker glas
- Petridis
- Alat tulis dan kamera

3.3 Cara kerja


1. Rendam benih kedelai selama 1 jam dalam dua perlakuan :
U1 =1 g + 100 ml
U2 = 0,5 g + 200 ml
2. timbang tetrazolium sebanyak yang diatas menggunakan timbangan analitik
3. kemudian masukkan aquades sebanyak yang diatas kedalam gelas piala lalu
campurkan tetrazolium larutkan dan aduk.
4. rendam benih dalam larutan dan masukkan kedalam oven
5. keluarkan dari oven dan tiriskan.
6. masukkan kedalam cawan petri
7. amati menurut kriteria dan kelompok

102
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Benih yang berubah warna


No Nama benih Ulangan Merah Merah Tidak
Coklat
Cerah Muda berwarna

Kedelai U1 24 16 7 3
1 Anjasmoro
(Glycine max) U2 26 14 8 2

Perhitungan :
1. U1
 Merah cerah = 24/50 x 100% = 48%
 Merah Muda =16/50 x 100% = 32%
 Coklat = 7/50 x 100% = 14%
 Tidak berwarna = 3/50 x 100% = 6%
2. U2
 Merah Cerah = 26/50 x 100% = 52%
 Merah Muda =14/50 x 100% = 28%
 Coklat = 8/50 x 100% = 16%
 Tidak berwarna = 2/50 x 100% = 4%

4.2 Pembahasan
Pengujian viabilitas benih dengan menggunakan metode tetrazolium
merupakan suatu metode pengujian untuk mengetahui viabilitas benih secara
cepat, karena benih yang diuji tidak perlu dikecambahkan yang akan memerlukan
waktu lebih lama sehingga sering disebut metode quick test.

Pada hasil praktikum dapat dilihat benih Kedelai Anjasmoro (Glycine


max) berwarna merah cerah, merah sebagian dan merah muda. Menunjukkan
bahwa benih memiliki viabilitas tinggi, viabilitas rendah dan viabilitas rendah.

Perbedaan warna pada benih karena tingkat viabilitas pada benih berbeda-
beda. Pada jaringan benih yang masih hidup, garam tetrazolium akan direduksi
secara enzimatik yang kemudian berubah menjadi senyawa formazen yang
berwarna merah cerah. Oleh karena itu, warna merah cerah diindikasikan sebagai
benih yang masih hidup dam memiliki viabilitas yang tinggi.

Uji tetrazolium adalah uji cepat viabilitas benih secara biokimia yang
didasarkan kepada pewarnaan yang menggunakan garam tetrazolium yang
membentuk endapan formazan merah pada setiap sel hidup dan warna putih pada
sel mati. Kriteria pewarnaan yaitu (1)Merah cerah : jaringan masih hidup (2)
Merah Muda : jaringan sudah lemah (3) coklat : jaringan rusak (4) Tidak berwarna
: jaringan sudah mati (Balai teknologi pembenihan 2005).

Benih yang memiliki vigor tinggi dari hasil praktikum uji tetrazolium
adalah kedelai, karena semua ulangan satu terdapat benih yang sehat sebanyak 40
biji(merah cerah dan merah muda) dan terdapat benih yang sakit atau mati
sebanyak 10 biji (coklat dan tidak berwarna). Sedangkan pada ulangan kedua
terdapat benih yang sehat sebanyak 40 biji dan yang sakit 8 biji dan mati 2 biji.

104
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kesimpulan
a. Uji Tetrazolium bertujuan untuk mengetahui viabilitas dari benih.
b. Uji tetrazolium disebut metode cepat dan tidak langsung karena
pengujian hanya memasukkan benih ke dalam garam tetrazolium.
c. Benih jagung memiliki viabilitas lebih tinggi daripada benih kedelai.
d. Warna merah cerah menunjukkan benih variabel, merah muda benih
sudah lemah dan benih tidak berwarna menunjukkan jaringan benih
sudah mati.
5.2 Saran

 Pada pelaksanaan praktikum, praktikan harus benar-benar teliti dalam


mengidentifikasi warna yang menunjukkan viabilitas benih.
 Sebaiknya co-ass lebih tegas agar praktikan tidak bermain-main sendiri
ketika praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Anomim 2008. Vigor dan Viabilitas. http://veganojustice.wordpress.com.
Diunduh pada tanggal 05 Mei 2019

Yuni 2011. Uji Tetrazolium. yuniartiweni.blogspot.com. Diakses pada tanggal 05


Mei 2019

106
PRAKTIKUM XI UJI DAYA PERKECAMBAHAN (SGT=
STANDARD GERMINATION TEST)
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih sangat menentukan hasil suatu budidaya petanian. Untuk dapat
menjaga kualiatas beih dapat dilakukan berbagai pengujian, diantaranya uji vigor
benih. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan
dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi
lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama
proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Kebanyakan petani belum
mengetahui manfaat vigor benih yang diantaranya dapat menekan kegagalan
budidaya. Ditambah manfaat lain dengan adanya efektifitas dan efisiensi dalam
penyemaian benih untuk menghasilkan bibit yang maksimal.
Praktikum uji vigor yang dilakukan adalah deep soil test yaitu dengan
menanam benih pada kedalamaan berbeda dan red brick test yaitu menanam benih
pada media batu bata. Apabila benih mampu tumbuh dan berkecambah dengan
baik pada media dan kedalam tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan
vigor benih tinggi. Pada praktek di lapangan, vigor benih menentukan tingkat
keserempakan tumbuh tanaman.
Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih berarti
terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari pelaksanaan
usahataninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk menentukan
kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal. Uji vigor
merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-macam.
Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi
kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah persentase kecambah
normal.
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan persentase
kekuatan perkecambahan benih dan kekuatan tumbuh benih (seed vigor) pada
suatu keadaan tananh tertentu.

108
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh


normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan antara vigor
genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik
yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan
dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari
indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan
penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test. Informasi
tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada
kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya jarang didapati
berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang tidak
menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan
mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan
selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Bagod
2006).

Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing –


masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Tanaman dengan tingkat vigor
yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk
kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi
kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan
pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih
secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi
sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2004).
Vigor benih dapat diketahui dari kekuatan tumbuh benih melalui
kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuh benih. Kecepatan tumbuh
benih adalah jumlah % kecambah normal. Keserempakan tumbuh benih adalah %
kecambah normal kuat pada periode perkecambahan tertentu. Keduanya dilakukan
dalam kondisi optimum (Kartasapoetra 2003).
Budidaya pertanian selain memperhatikan ukuran biji perlu juga
mengamati kedalaman penanaman, sebab kedua faktor tersebut sangat
berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman agar tanaman dapat tumbuh seragam
dan meminimalisir penyulaman. Kedalaman tanam berhubungan dengan vigor
tanaman, bibit normal dari benih yang memiliki kekuatan tumbuh yang baik pada
kedalaman optimal namun sebaliknya jika kedalaman kurang optimal benih tidak
akan tumbuh dengan baik karena benih memerlukan ruang yang optimal agar
dapat berkecambah serta tumbuh. Vigor berhubungan dengan bobot benih, dimana
kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi
yang tidak menguntungkan serta bebas mikroorganisme atau berpengaruh dalam
perkecambahan (Pratama et al. 2014).
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedangkan vigor
fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor
fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar (pada red brick test
yang digunakan untuk ketahanan terhadap kekeringan), dari plumula atau
koleoptilnya (pada deep soil test terhadap kedalaman tanaman), ketahanan
terhadap serangan penyakit (corn cold test terhadap serangan Pythium sp.), warna
kotiledon dalam efeknya terhadap tetrazolium test (Sutopo 2004).

110
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 28 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

1. Bahan 2. Alat

 Benih Jagung (Zea mays)  Baskom perkecambahan


 Pasir  Sprayer
 Pecahan batu bata merah  Alat tulis
 Kamera

3.3 Cara kerja

- Menyiapkan alat dan bahan


- Mengisi baskom perkecambahan dengan pasir dan batu bata merah
- Basahi atau siram kedua media dengan menggunakan sprayer yang diisi air
- Ratakan untuk setiap media baik pasir ataupun batu bata
- Buat lubang tanam pada kedua media sebanyak 25 lubang tanaman
- Masukkan benih jagung kedalam masing-masing lubang lalu tutup
- siram dan amati.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Jumlah benih
No Media Nama Benih Kekuatan tumbuh benih
berkecambah

1 Pasir 10
Jagung (Zea
mays)
2 Batu bata 14

Keterangan :

% Perkecambahan =

4.2 Pembahasan
Menurut Bagod (2006) vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan
antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari
galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat
dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain
dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap
serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test.
Maka Uji vigor merupakan serangkaian pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan sub optimal.
Uji vigor dengan red brick test yakni metode dengan menggunakan
pecahan batu bata merah yang kemudian ditanami benih agar berkecambah.
Penggunaan batu bata merah diharapkan untuk menguji ketahanan benih pada
kekeringan. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat
merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh
bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola
tanam permakultur. Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi
kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum
panen (Sutopo 2004).

112
Vigor benih yang tinggi dicirikan dengan daya tahan simpan yang lama,
tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan tumbuh merata, mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi baik dalam keadaan
yang sub optimal. Benih yang memiliki vigor yang tinggi merupakan benih yang
berkualitas dan dapat dijadikan salah satu parameter untuk sertifikasi benih. Selain
itu vigor benih juga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk meramalkan berapa
lama benih dapat disimpan sebelum dilakukan penanaman.
Tipe kecambah yang kuat adalah benih yang memiliki vigor yang baik
karena benih dapat tumbuh pada kondisi sub optimal (kurang ideal). Selain itu
benih juga memiliki ketahanan terhadap penyakit serta serangan organisme yang
mengganggu. Tipe perkecambahan yang lemah berarti benih tersebut tidak dapat
tumbuh pada kondisi yang sub optimum, tidak tahan terhadap serangan hama dan
penyakit serta tidak tahan lama apabila disimpan. Adanya tipe kecambah tersebut
dapat disebabkab karena faktor genetis maupun fisiologis yang ditandai dengan
pemanenan hasil yang belum pada waktu yang tepat.
Kedalaman tanam berpengaruh nyata terhadap tolak ukur kecepatan
tumbuh, panjang akar, dan bobot kering. Kedalaman tanah mempunyai
keterkaitan dengan pertumbuhan benih di lapangan yang mengalami pemadatan
tanah akibat air hujan. Berdasarkan hasil pengamatan praktikum dapat diketahui
bahwa kedalaman tanam 7 cm jauh lebih baik daripada 3 cm dilihat dari
persentase DK dan KK nya. Namun memiliki panjang akar yang jauh lebih kecil
dibanding kedalaman tanam 3 cm.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Uji Vigor Benih adalah
sebagai berikut:

a. Uji vigor dilakukan untuk menguji kecambah benih pada keadaan sub
optimal.
b. Uji vigor metode red brick test menggunakan pecahan batu bata untuk
menguji ketahanan terhadap kekeringan
c. Vigor benih yang baik dicirikan dengan daya tahan simpan yang lama,
tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan tumbuh merata, mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi baik
dalam keadaan yang sub optimal.
d. Tipe kecambah yang kuat memiliki vigor yang tinggi sedangkan tipe
perkecambahan yang lemah memiliki vigor yang rendah.
e. Kedalaman tanah pada penanaman berpengaruh terhadap
perkecambahan benih.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum Uji Vigor Benih hendaknya praktikan
mengingatkan hari pengamatan dan perawatan tanaman agar praktikan tidak lupa
dan tabel pengamatan dapat lengkap sehingga peghitungan dapat lebih akurat.

114
DAFTAR PUSTAKA
Sutopo L. 2004. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali.
LAMPIRAN

116
118

Anda mungkin juga menyukai