TEKNOLOGI BENIH
DISUSUN OLEH :
NIM : D1A016168
KELAS :L
JURUSAN : AGRONOMI
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Jambi, 2019
penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN .................................................................................................. 9
ii
PRAKTIKUM I
PENGENALAN ALAT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenali dan mengetahui
cara penggunaan dan fungsi setiap alat praktikum yang digunakan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dari persediaan benih dan apakah takaran penyebaran perlu ditingkatkan sehingga
populasi tanaman yang tepat dapat tercapai(Feistritzer,1975).
4
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 12 Maret 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
Timbangan Digital
Kaca pembesar (lup)
Moisture tester
Oven
Timbangan Analitik
Sprayer
Germinator
Cawan Aluminium
Cawan Petridish
Beaker Glass
Baskom perkecambahan
Baki Plastik, Alat tulis, kamera HP
3.3 Cara kerja
1. Ambil alat-alat yang ingin di identifikasi
2. Identifikasi
3. Catat fungsi dan foto
BAB IV
8
4 Oven Alat ini digunakan untuk
menguji kemurnian benih
dengan suhu 105 °C.
Benih dimasukkan
kedalam oven lalu setting
suhu yang diinginkan
sampai beberapa waktu
tertentu.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setiap alat praktikum memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing dengan setiap fungsinya masing-masing. Penggunaan dan fungsi setiap
alat sangat penting diketahui supaya hasil praktikumnya tidak salah atau tidak
keliru.
5.2 Saran
Pada saat praktikum diharapkan semua mahasiswa datang tepat waktu
DAFTAR PUSTAKA
Risnawaty,R.2012. Identifikasi cendawan terbawa benih pada padi lokal aromatik
pulu mandoti, pulu pinjan, dan pare lambau asal kabupaten Enrekang,
Sulawesi Selatan. Jurnal Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
FAPERTA UNHAS : 1-9.
12
PRAKTIKUM II STRUKTUR BENIH DIKOTIL DAN
MONOKOTIL
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun benih yang digunakan dalam praktikum ini adalah jagung (Zea
mays), Kacang Hijau (Vigna radiata), kacang tanah (Arachis hipogea), padi
(Oriza sativa), kedelai (Glycine max).
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari struktur benih
dikotil dan monokotil.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Biji merupakan ovule yang dewasa, terbentuk satu atau lebih didalam satu
ovari pada legume, namun tidak pernah terbentuk lebih dari satu biji didalam
ovari pada tanaman yang termasuk subkelas monokotil. Setiap biji matang selalu
terdiri dari sedikitnya 3 bagian utama, diantaranya :
(1) Kulit Benih (Seed Coat; Testa)
Bagian luar benih dibatasi oleh sebuah struktur pembungkus atau lapisan
pelindung yang berkembang dari integument atau perpaduan dari kulit buah
(dinding ovary) atau pericarp dengan kulit biji yang sesungguhnya bersatu
dengan tangkai ovule. Kulit biji memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan dalam tipis,
berselaput dan lunak sedangkan lapisan luar tebal dan keras. Fungsi dari kulit
biji diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Melindungi bagian luar benih dari benturan, gesekan, sentuhan mekanis
dan kondisi lingkungan.
b) Mengatur kondisi benih agar terhindar dari OPT dan menghambat
masuknya jasad renik kedalam benih.
c) Mengatur kecepatan penyerapan air komponen bagian dalam benih.
d) Mengatur kecepatan masuknya oksigen, karbondioksida, dan gas lain yang
dibutuhkan untuk metabolisme.
e) Mengatur waktu perkecambahan dengan menyebabkan benih mengalami
dormansi.
2. Kotiledon
3. Plumula : merupakan calon daun pada embrio yang terletak di ujung epikotil
4. Radikula : merupakan calon akar pada embrio yang terletak di ujung hipokotil
16
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tangga l9 Maret 2019 pukul
07:15 - 08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
4.1 Hasil
4. Plumula
1. Plumula
4. Seed cout
1. Kotiledon
kacang tanah
2. Seed cout
3 (Arachis Dikotil
hipogea) 3. Radikula
4. Plumula
1. Radikula
padi (Oriza
4 2. Seed cout Monokotil
sativa)
3. Kotiledon
1. Seed cout
kedelai 2. Radikula
5 Dikotil
(Glycine max). 3. Plumula
4. Kotiledon
18
4.2 Pembahasan
Benih monokotil adalah tumbuhan yang memiliki satu kotiledon,
sedangkan benih dikotil adalah benih yang memepunyai dua jeping kotiledon.
Untuk sampel monokotil digunakan benih jagung, padi, sedangkan untuk dikotil
digunakan sampel benih kacang tanah, kacang hijau dan kedelai.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Struktur benih monokotil dan dikotil dapat dilihat dari bentuk atau letak
bagian-bagian benih yakni seed cout, kotiledon, plumula dan radikula.
5.2 Saran
Pada saat praktikum diharapkan agar mahasiswa lebih menjaga
kedisiplinan baik dalam hal berbicara dan waktu memulai praktikum supaya
hasilnya dapat lebih maksimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
Suena, W M.Sc., Ph.D.2005. Modul I Teknologi Benih. Dikses online melalui
http://www.fp.unud.ac.id/ind/wp-
content/uploads/mk_ps_agroekoteknologi/teknologi_benih/MODUL_I_TE
KNOLOGI_BENIH_2005.pdf, pada hari Selasa tanggal 05 Mei 2019, jam
05.30 WIB.
PRAKTIKUM III STRUKTUR BIJI DAN BUAH
22
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi tumbuhan berbunga, buah adalah alat untuk menyebar luaskan biji-
bijinya; adanya biji di dalam dapat mengindikasikan bahwa organ tersebut adalah
buah, meski ada pula biji yang tidak berasal dari buah. Buah adalah organ pada
tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah
(ovarium). Buah biasanya membungkus dan melindungi biji. Aneka rupa dan
bentuk buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi utama buah, yakni sebagai
pemencar biji tumbuhan.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memepelajari struktur biji
dan buah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina (putik)
yang disebut bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap
tersusun atas biji, daging buah, dan kulit buah. Kulit buah ada yang dapat
dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epikarp, mesokarp dan endokarp sebelum
Buah adalah suatu hasil dari proses akhir yang mulai dari penyerbukan
atau persarian. Pada hakikatnya buah hanya dibedakan kedalam 2 jenis, yang
pertama adalah buah semu dan yang kedua adalah buah sejati. Tak lepas dari
penamaan buah tersebut menjadi buah sejati dan buah semu dapat dilihat dari
struktur buah dan bagian – bagian buah yang ada pada buah. Misalnya dikatakan
buah sejati atau buah sebenarnya adalah ketika bentuk buah tidak terhalangi oleh
bagian – bagian buah yang ada, pengecualian tetap ada, seperti pada buah jambu
mete terlihat tangkai bunga yang membesar seperti buah, padahal bagianyang
Buah tunggal (sejati) adalah buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu
2. Buah Ganda
24
Buah berganda adalah buah yang terbentuk dari satu kuntum bunga yang memiliki
banyak bakal buah. Tiap-tiap bakal buah itu tumbuh menjadi buah yang tersendiri,
lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan buah yang nampak seperti satu
3. Buah Majemuk
Buah majemuk adalah buah hasil perkembangan bunga majemuk. Dengan
demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak bakal buah), yang
tumbuh sedemikian sehingga pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah saja.
4. Buah Semu
Buah semu atau buah tertutup adalah, yaitu jika buah itu terbentuk dari bakal
buah beserta bagian-bagian lain pada bunga itu yang malahan menjadi bagian
utama buah ini (lebih besar, lebih menarik perhatian dan seringkali merupakan
bagian buah yang bermanfaat dapat dimakan) sedang buah yang sesungguhnya
kadang-kadang tersembunyi.
- Eksokarp, l a p i s a n p a l i n g l u a r b i a s a n ya d i s e b u t k u l i t b u a h . Lapisan
ini mengandung pigmen yang menentukan warna buah.
- Mesokarp, lapisan tengah antara endocarp dan eksocarp, lapisan buah ini yang
sering kita makan disebut dengan daging buah.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 26 Maret 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
1. Bahan 2. Alat
26
BAB IV
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Buah memiliki bagian yang disebut sebagai perikarp, yaitu dinding buah
yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah pada bunga. Perikarp ini
dibagi ke dalam beberapa lapisan yaitu, lapisan paling luar yang disebut exocarp
atau epikarp, lapisan pada bagian tengah yang disebut mesocarp, dan lapisan
paling dalam yang disebut endocarp.
Dari hasil pengamatan, tipe buah pada buah banyak ragamnya, seperti
buah yang telah diamati yaitu buah coklat, cabai merah, tomat merupakan berry
(buah buni). Kemudian untuk mentimun adalah tipe buah pepo.
Selain tipe buah yang berbeda-beda dari setiap buah, terdapat juga
perbedaan yang lain yaitu dari tipe plasentasinya. Untuk tipe plasentasi ditentukan
dari posisi asal biji yang ada pada buah tersebut. Pada umumnya, tipe plasentasi
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: sentral (menuju ke tengah), parietal (menuju ke
pinggir), dan axile (membentuk daerah seperti bintang dan menuju ke tengah).
Dari irisan melintang dan membujur dari buah-buah yang dipraktikumkan,
maka terdapat beberapa penggolongan menurut tipe plasentasinya. Untuk tipe
plasentasi parietal adalah buah mentimun. Sedangkan untuk tipe plasentasi sentral
adalah tomat dan cabai.
Dari hasil yang kami dapat juga terdapat pedacle pada buah atau sering
disebut dengan tangkai buah. Namun yang kami dapatkan hanya buah tomat dan
cabai yang ada pedaclenya, hal ini deisebabkan karna dalam pengambilan sampel
kami tidak mengambil sampai ke pedclenya.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bardasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan, maka kami berkesimpulan
bahwa:
1. Buah merupakan bagian dari tumbuhan yang sangat penting. Buah dapat
disamakan dengan sumbu tubuh dari tumbuhan.
2. Adapun fungsi dari buah diantaranya yaitu tempat terbentuknya embryo yang
merupakan calon tumbuhan baru, yang nantinya akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru.
3. Bagian-bagian buah adalah sebagai beriku : Pedacle, Eksocarp, Endocarp,
Mesocarp , Plasenta dan Biji.
5.2 Saran
Disarankan agar dalam pengamatan di lakukan dengan baik dan teliti, juga
dalam melakukan pemotongan buah terutama biji dilakukan dengan hati-hati agar
saat mengamati struktur buah dan biji mudah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
30
PRAKTIKUM VI TIPE PEMUNCULAN BIBIT DAN
STRUKTUR BENIH
BAB I
PENDAHULUAN
Benih sering disama artikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai
alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Benih adalah suatu bagian dari tanaman yang merupakan calon suatu tumbuhan
baru yang memiliki ciri atau sifat seperti induknya. Benih
memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat
dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pada tanaman dikotil
kebanyakan memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil
mempunyai tipe perkecambahan hipogeal. Benih memiliki beragam jenis, dengan
perbedaan segi bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya (Sutopo, 2002).
Benih yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut: a)Benih utuh,
artinya tidak luka atau tidak cacat. b) Benih harus bebas hama dan penyakit. c)
Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain serta
bersih dari kotoran. d) Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e) Mempunyai daya kecambah 80%. f) Benih yang baik akan tenggelam bila
direndam dalam air. Perkecambahan biji dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Epigeal
dan Hipogeal. Perkecambahan epigeal adalah apabila terjadi pembentangan ruas
batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun
lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau
(Phaseoulus radiatus). Perkecambahan hipogeal adalah apabila terjadi
pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik
ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang
kapri (Pisum sativum) (Pratiwi. 2006).
Pertumbuhan dan perkembangan pada pertumbuhan biji dimulai dengan
perkecambahan. Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari
biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalam biji (Gardner,
dkk., 1991). Jika suatu biji tanaman ditempatkan pada lingkungan yang
32
menunjang dan memadai, biji tersebut akan berkecambah. Perkecambahan
merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tanaman
berbiji. Perkecambahan biji monokotil dan dikotil memiliki perbedaan dari segi
struktur maupun pertumbuhannya. Berdasarkan hal tersebut percobaan ini perlu
dilakukan untuk mengidentifikasi struktur setiap benih dan tipe perkecambahan
benih sehingga praktikan dapat mengetahui struktur benih dan tipe
perkecambahan benih.
TINJAUAN PUSTAKA
34
umumnya mempunyai lebih dari 2 kotiledon misalnya pinus, yang mempunyai
sampai sebanyak 15 kotiledon. Pada rerumputan (grasses) kotiledon yang seperti
ini disebut scutellum, kuncup embrioniknya disebut plumulle yang ditutupi oleh
upih pelindung yang disebut koleoptil, sedangkan pada bagian bawah terdapat
akar embrionik yang disebut radicule yang ditutupi oleh upih pelindung yang
disebut coleorhiza (Sadjad, 1997).
Penggunaan cadangan makanan terdapat bebeapa perbedaan diantara
subkelas monokotiledon dan dikotiledon dimana pada subkelas monokotiledon
cadangan makanan dalam endosperm baru akan dicerna setelah biji masak dan
dikecambakan serta telah menyerap air, contoh jagung, padi, gandum. Sub kelas
dikotiledon cadangan makanan yang terdapat dalam kotiledon atau perisperm
sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio sebelum biji masak, sepeti Kacang-
kacangan, Bunga Matahari dan Labu (Sutopo, 2002).
Fase perkecambahan dimulai dari adanya imbibisi yaitu penyerapan air yang
disebabkan oleh potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang telah
berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan meretakkan kulit pembungkusnya
serta memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut
melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mencerna bahan-bahan yang
disimpan pada endosperma atau kotiledon (Campbell, 2003).
Proses perkecambahan selanjutnya yaitu dengan munculnya radikula (akar
embrionik) (Salisbury dan Ross, 1995). Pada umumnya radikula pertama muncul
dari kulit biji yang retak pertumbuhan radikula lebih cepat daripada pucuk
lembaga (plumula) (Gardner, dkk., 1991). Pada proses selanjutnya ujung tunas
harus menembus permukaan tanah. Koleoptil yang merupakan lapisan yang
membungkus dan melindungi tunas embrionik, mendesak naik ke atas melalui
tanah menuju udara hingga tumbuh membentuk calon daun pertama yang disebut
plumulae (Campbell, 2003), selain itu akar tumbuh ke bawah menerobos tanah
dan membentuk akar cabang (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 02 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
1. Bahan 2. Alat
36
BAB IV
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari gambar diatas dapat dibahas bahwa kacang tanah
merupakan jenis benih dari tanaman dikotil. Tipe perkecambahannya yaitu
epigeal. Ciri-ciri benih kacang tanah yang normal yaitu kecambah utuh, bagian
akar sekunder terlihat jelas, batang berkembang dengan baik dan kotiledonnya
sempurna. Sedangkan untuk benih yang abnormal ciri-cirinya adalah sebagai
berikut yaitu kecambah kerdil, akar dan batang busuk, kotiledon rusak dan
terserang jamur.
38
Sedangkan pada benih jagung merupakan jenis benih dari tanaman
monokotil dengan tipe perkecambahannya adalah hypogeal. Ciri-ciri benih jagung
yang normal yaitu kecambah utuh, bagian akar sekunder terlihat jelas, batang
berkembang dengan baik, dan kotiledonya sempurna. Sedangkan untuk benih
jagung yang abnormal yaitu daun rusak/tidak utuh, batang busuk dan rebah dan
terserang jamur.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Biji tanaman Kacang Tanah, kacang hijau dan Kedelai merupakan tanaman
dikotil yang mempunyai struktur biji yaitu plumula, hipokotil, radikal, dan
embrio. Sedangkan biji Jagung dan Padi merupakan tanaman monokotil
dengan struktur biji yaitu kleoptil, plumula, radikal, koleoriza dan
endosperm.
2. Tipe perkecambahan kedelai adalah epigeal sedangkan biji jagung dan padi
termasuk tipe perkecambahan hypogeal.
5.2 Saran
Mengingat dalam kegiatan praktikum menggunakan lup sebaiknya praktikan
mengamati dengan teliti bagian-bagian struktur benih maupun tipe perkecamba-
han.
40
DAFTAR PUSTAKA
Kartasapoetra,A. G. 1986. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. PT Bina Aksara. Jakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang.
PRAKTIKUM V PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH
42
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan komposisi contoh
kerja benih yang diuji dan untuk mengetahui identitas macam spesies benih dan
bagian-bagian kotoran benih dalam contoh kerja benih yang diuji.
44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih
benih
berkesinambungan
5. Untuk melindungi konsumen benih (Agrawal, 1982).
Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan.
Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu
presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin
diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran(Kuswanto,
1997).
Benih bermutu tinggi ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan
faktor fisik. Menurut Kartasapoetra (1992), faktor – faktor genetik adalah benih
yang berasal dari varietas-varietas yang memiliki genotipe yang baik seperti hasil
produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, responsif terhadap kondisi
pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik
adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang
tinggi, bebas dari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari hama dan
46
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 02 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
1. Bahan 2. Alat
4.1 Hasil
Keterangan :
BM= Benih Murni
KB = Kotoran Benih
BI = Benih Lain
BR = Benih rumputan
Perhitungan :
Rumus :
BM
KB
BI
BR = 0
BM
KB
BI
BR = 0
48
4.2 Pembahasan
Kemurnian benih adalah tingkatan kebersihan benih dari materi – materi
non benih / seresah, atau benih varietas lain yang tidak diharapkan. Biasanya
kemurnian benih dinyatakan dalam persentase (%). Pengujian kemurnian benih
adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih
murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung
presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah
untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh
benih yang mewakili lot benih (Heddy. G. 2000).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan
memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih
yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut
(xxxx,xxxx). Uji kemurnian benih merupakan tahapan yang harus dilakukan untuk
mengendalikan mutu genetik suatu lot benih (Mulsanti et.al, 2013). Uji kemurnian
benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang
diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase kadar air
dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah
nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto, 1997).
Pada pengujian benih satu , yakni beni padi (Oryza sativa) diperoleh data
Berat murni 89,01 gr (89,01%), Kotoran benih1,04 gr (1,04%), Benih Lain 9,64 gr
(9,64%), sedangkan untuk benih rerumputan tidak ditemukan dalam sampel ini.
Sedangkan pada sampel benih kedelai (Glycine max) ) diperoleh data
Berat murni 77,01 gr (877,01%), Kotoran benih 18,22 gr (18,22%), Benih Lain
1,91 gr (1,91%), sedangkan untuk benih rerumputan tidak ditemukan dalam
sampel ini.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Kemurnian benih adalah merupakan persentase berdasarkan berat benih
benih.
5.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum sebaiknya meja pemurnian dibersihkan
terlebih dahulu dan pada saat melakukan uji kemurnian praktikan lebih teliti
dalam memisahkan komponen pada benih murni, varitas benih lain dan kotoran
lain agar hasilnya sesuai yang diharapakan.
50
DAFTAR PUSTAKA
Budi, D. W . 2008. Pengujian Benih. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Desmawan. 2010. Panduan Teknik Pemurnian. Fakultas Pertanian Gadjah Mada.
Yogyakarata.
PRAKTIKUM VI KADAR AIR BENIH
52
BAB I
PENDAHULUAN
Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik
untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa
kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan.
Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko mempercepat mundurnya
benih selama dalam penyimpanan. Kadar air biji atau benih berfungsi untuk
menentukan saat panen yang tepat dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus
dilakukan pada tingkat kadar air tertentu pada masing-masing spesies atau
varietas.
1.2 Tujuan praktikum
Untuk mempelajari dua cara pengukuran kadar air benih dengan metode
langsung dan tidak langsung.
54
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup
benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih
adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya
aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan
makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di
dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu
rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada
perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas,
karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk
diuapkan (Anonim 2009).
Benih merupakan material yang higroskopis, memiliki susunan yang kompleks
dan heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat demikian rupa
dalam benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena
keadaan yang higroskopis itu tergantung pada lembab relatif dan temperatur.
Lembab relatif dan temperatur demikian menentukan dalam adanya tekanan uap
dalam benih dan dalam udara di sekitarnya. Apabila tekanan uap dalam benih
ternyata lebih besar daripada tekanan udara di sekitarnya, maka uap air akan
menerobos dan keluar dari dalam benih. Sebaliknya jika tekanan uap air di luar
benih lebih tinggi, maka uap akan menerobos masuk ke dalam benih. Dan apabila
tekanan uap di dalam benih sama kuatnya dengan tekanan uap di luar benih, maka
dalam keadaan demikian tidak akan terjadi pergerakan uap serta dalam keadaan
demikian inilah terjadinya kadar air yang seimbang (Kartasapoetra 2006).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik
atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang
untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap
bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Metode
pengeringan oven merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar
(ISTA 2006).
Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah
akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan
kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air
inilahyang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan
(Anonim 2009).
Yang dimaksud kadar air benih, adalah berat air yang "dikandung" dan yang
kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang
dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih.Penetapan
Penilaian Air adalah banyaknya konten air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya konten air tersebut & dinyatakan dalam% terhadap berat asal contoh
benih.Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air
benih sebelum disimpan dan untuk mengatur kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Rejesus
2008).
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Dipandang dari individu
benih, sifat-sifat itu mencakup kebenaran-varietas, viabilitas, vigor, kerusakan
mekanis, infeksi penyakit, cakupan perawatan, ukuran, dan keragaan. Jika
dipandang dari populasi benih yang membentuk kelompok (lot), sifat-sifat mutu
mencakup kadar air, daya simpan, besaran kontaminan (benih gulma dan tanaman
lainnya), keseragaman lot, dan potensi keragaan.
Benih merupakan bahan perbanyakan tanaman yang erat hubungannya dengan
usaha peningkatan produksi tanaman yang membawa sifat dan informasi nilai
genetik dari pohon induknya. Benih bermutu tinggi atau benih berkualitas
memiliki beberapa komponen penting yang menjadikannya sebagai benih unggul
yang layak dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman. Komponen-
komponen benih tersebut ialah daya kecambah, kecepatan kecambah, kadar air,
lama penyimpanan serta kemurnian benih. Daya kecambah benih akan mengalami
kemunduran yang disebabkan oleh lamanya periode penyimpanan, kadar air yang
tinggi sehingga viabilitasnya rendah (Nurwansyah 2011).
56
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 09 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
1. Bahan 2. Alat
4.1 Hasil
Tabel 1.
Tabel 2
BB BK
No Nama benih Metode
U1 U2 U3 U1 U2 U3
Padi (Oryza
1 0,62 0,62 0,65 0,52 0,55 0,55
sativa)
Langsung
Kedelai(Glycine
(Oven)
2 4,24 3,58 3,92 3,55 3,50 3,50
max)
KA U1 = = 16,13%
KA U2 =9,84%
KA U3 =15,38%
KA U1 = = 19,68%
58
KA U2 =2,23%
KA U3 =10,71%
4.2 Pembahasan
Dalam pengujian kadar air benih terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu metode dasar atau yang sering disebut dengan metode langsung
(oven) dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah cara pengujian
dengan menggunakan alat oven, sedangkan metode tidak langsung adalah
pengujian kadar air dengan cara menggunakan peralatan praktis. Metode yang
sering digunakan adalah metode langsung.
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan
teknik atau metode tertentu. Kadar air benih atau biji berfungsi untuk menentukan
menentukan saat panen yang tepat dan penyimpanan benih. Kadar air optimum
dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 11% – 13%. Kadar
air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas respirasi yang dapat
berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.
Dari pengamatan kadar air benih yang telah dilakukan dengan
menggunakan metode dasar didapatkan kadar air benih tertinggi untuk padi adalah
16,3% Sedangkan kadar air tertinggi benih kedelai dari yang kami amati adalah
19,68%. Kadar air benih tersebut menunjukkan bahwa benih siap disimpan. Dari
pengamatan, didapatkan kadar air yang berbeda-beda. Untuk air dibawah ataupun
diatas standar kurang baik untuk disimpan, karena belum memasuki saat panen
yang tepat.
Metode pengukuran kadar air baik secara langsung maupun tidak langsung
mempunyai beberapa kelebihan maupun kekurangan, oleh karena itu perlu
dilakukan validasi alat uji seperti yang dilakukan dalam prektikum kali ini.
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian, artinya validasi merupakan suatu
pekerjaan dokumentasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktikum Pengujian Kadar Air Benih dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Kadar air benih yang tepat untuk penyimpanan benih adalah 11-13%.
b. Kadar air dengan metode tidak langsung yaitu menghasilkan kadar air
dengan rata-rata sebanyak 17,1 (padi), 16,3(kedelai)
c. Persentase kadar air dengan menggunakan metode langsung
menghasilkan kadar air rata-rata sebesar 13,4 % untuk padi dan 10,8%
untuk kedelai
d. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas
pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan
makanan dalam benih.
e. Benih yang mempunyai kadar air yang sangat rendah juga dapat
meningkatkan kerusakan bagian penting dari benih.
5.2 Saran
a. Dalam pengujian menggunakan metode dasar, oven yang akan digunakan
sebaiknya dicek terlebih dahulu berfungsi atau tidak, sehingga proses
pengovenan tidak terhambat.
b. Alat – alat yang menunjang kegiatan praktikum sebaiknya ditambah, agar
dalam praktikum tidak saling menunggu dan agar tidak ramai sendiri.
c. Dalam penimbangan, diharapkan praktikan lebih teliti.
60
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2009. Analisis Kemurnian Benih. http://www.leonheart45.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 27 April 2019
Nasrudin 2009. Kadar Air Benih. http://teknologibenih.blogspot.com. Diakses 27
April 2019
PRAKTIKUM VII UJI KEKUATAN DIGULUNG DALAM
PLASTIK (UKDDP)
62
BAB I
PENDAHULUAN
64
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas
genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari
varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya
ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman.
b. Mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih
meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih.
c. Mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih
lain atau gulma, dan kadar air.
66
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 16 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . yang berlokasi di laboratorium teknologi benih Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
Bahan Alat
Padi air mas ( 0ryza sativa ) Kotak plastik
Padi seni mas (Oryza sativa) Media Kertas
Kacang Hijau (Vigna radiata) Plastik
Kedelai Detam 3 (glycine max) Alat Tulis
Kedelai anjasmoro (glycine Kamera dan Kater
max) Label
4.1 Hasil
Nama Benih Hari Jumlah Perhitungan Uji Daya
yang ditanam Pengamatan Perkecambahan Perkecambahan
Air Mas 3 U1 = 7 7/25 X 100% = 28 %
U2 = 5 5/25 X 100% = 20 %
U3 = 6 6/25 X 100% = 24 %
5 U1 = 8 8/25 X 100% = 32 %
U2 = 5 5/25 X 100% = 20 %
U3 = 8 8/25 X 100% = 32 %
7 U1 = 8 8/25 X 100% = 32 %
U2 = 6 6/25 X 100% = 24 %
U3 = 9 9/25 X 100% = 36 %
Seni Mas 3 U1 = 14 14/25 X 100% = 56 %
U2 = 12 12/25 X 100% = 48 %
U3 = 13 13/25 X 100% = 52 %
5 U1 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U2 = 18 18/25 X 100% = 72 %
U3 = 18 18/25 X 100% = 72 %
7 U1 = 23 23/25 X 100% = 92 %
U2 = 23 23/25 X 100% = 92 %
U3 = 21 21/25 X 100% = 84 %
Kemangi 3 U1 = 14 14/25 X 100% = 56 %
U2 = 13 13/25 X 100% = 52 %
U3 = 11 11/25 X 100% = 44 %
5 U1 = 18 18/25 X 100% = 72 %
U2 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U3 = 20 20/25 X 100% = 80 %
7 U1 = 23 23/25 X 100% = 92 %
U2 = 24 24/25 X 100% = 96 %
U3 = 25 25/25 X 100% = 100 %
Kacang Hijau 3 U1 = 15 15/25 X 100% = 60 %
U2 = 16 16/25 X 100% = 64 %
U3 = 15 15/25 X 100% = 60 %
5 U1 = 24 24/25 X 100% = 96 %
U2 = 23 23/25 X 100% = 92 %
U3 = 24 24/25 X 100% = 96 %
7 U1 = 25 25/25 X 100% = 100 %
U2 = 25 25/25 X 100% = 100%
U3 = 24 24/25 X 100% = 96 %
Kedelai Detam 3 U1 = 10 10/25 X 100% = 40 %
3 U2 = 18 18/25 X 100% = 72 %
68
U3 = 17 17/25 X 100% = 68 %
5 U1 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U2 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U3 = 21 21/25 X 100% = 84 %
7 U1 = 22 22/25 X 100% = 88 %
U2 = 19 19/25 X 100% = 76 %
U3 = 23 23/25 X 100% = 92 %
Kedelai 3 U1 = 3 3/25 X 100% = 12 %
Anjasmoro U2 = 0 0/25 X 100% = 0 %
U3 = 0 0/25 X 100% = 0 %
5 U1 = 3 3/25 X 100% = 12 %
U2 = 0 0/25 X 100% = 0 %
U3 = 0 0/25 X 100% = 0 %
7 U1 = 4 4/25 X 100% = 16 %
U2 = 0 0/25 X 100% = 0 %
U3 = 0 0/25 X 100% = 0 %
TABEL 2
Nama Benih Hari Jumlah Benih IVT
Yang di Tanam Pengamatan
Padi Air Mas 2 U1 = 3 3/2 = 1,5
U2 = 3 3/2 = 1,5
U3 = 3 3/2 = 1,5
3 U1 = 7 7/3 = 2,3
U2 = 5 5/3 = 1,6
U3 = 6 6/3 = 2
4 U1 = 7 7/4 = 1,75
U2 = 5 5/4 = 1,25
U3 = 8 8/4 = 2
5 U1 = 8 8/5 = 1,6
U2 = 5 5/5 =1
U3 = 8 8/5 = 1,6
6 U1 = 8 8/6 = 1,33
U2 = 6 6/6 = 1
U3 = 8 8/6 = 1,33
7 U1 = 8 8/7 = 1,14
U2 = 6 6/7 = 0,85
U3 = 9 9/7 = 1,28
Padi Seni Mas 2 U1 = 3 3/2 = 1,5
U2 = 2 2/2 = 1
U3 = 3 3/2 = 1,5
3 U1 = 14 14/3 =4,6
U2 = 12 12/3 = 4
U3 = 13 13/3 = 4,3
4 U1 = 15 15/4 = 3,75
U2 = 16 16/4 = 4
U3 = 16 16/4 = 4
5 U1 = 19 19/5 = 3,8
U2 = 18 18/5 =3,6
U3 = 18 18/5 = 3,6
6 U1 = 21 21/6 = 3,5
U2 = 23 23/6 = 3,8
U3 = 21 21/6 = 3,5
7 U1 = 23 23/7 = 3,28
U2 = 23 23/7 = 3,28
U3 = 21 21/7 = 3
Padi Kemangi 2 U1 = 2 2/2 = 1
U2 = 4 4/2 = 2
U3 = 2 2/2 = 1
3 U1 = 14 14/3 = 4,66
U2 = 13 13/3 = 4,33
U3 = 11 11/3 = 3,66
4 U1 = 16 16/4 = 4
U2 = 17 17/4 = 4,25
U3 = 18 18/4 = 4,5
5 U1 = 18 18/5 = 3,6
U2 = 19 19/5 = 3,8
U3 = 24 24/5 = 4,8
6 U1 = 23 23/6 = 3,83
U2 = 24 24/6 = 4
U3 = 25 25/6 = 4,16
7 U1 = 23 23/7 = 3,28
U2 = 24 24/7 = 3,4
U3 = 25 25/7 = 3,57
Kacang Hijau 2 U1 = 3 3/2 = 1,5
U2 = 4 4/2 = 2
U3 = 5 5/2 = 2,5
3 U1 = 15 15/3 = 5
U2 = 16 16/3 = 5,33
U3 = 15 15/3 = 5
4 U1 = 17 17/4 = 4,25
U2 = 18 18/4 = 4,5
U3 = 19 19/4 = 4,75
5 U1 = 24 24/5 = 4,8
U2 = 23 23/5 =4,6
U3 = 24 24/5 = 4,8
6 U1 = 25 25/6 = 4,16
U2 = 25 25/6 = 4,16
U3 = 24 24/6 = 4
7 U1 = 25 25/7 = 3,57
U2 = 25 25/7 = 3,57
U3 = 24 24/7 = 3,42
70
Kedelai Detam 2 U1 = 3 3/2 = 1,5
3 U2 = 2 2/2 = 1
U3 = 4 4/2 = 2
3 U1 = 10 10/3 = 3,33
U2 = 18 18/3 = 6
U3 = 17 17/3 = 5,66
4 U1 = 18 18/4 = 4,5
U2 = 18 18/4 = 4,5
U3 = 21 21/4 = 5,25
5 U1 = 19 19/5 = 3,8
U2 = 19 19/5 = 3,8
U3 = 21 21/5 = 4,2
6 U1 = 21 21/6 = 3,5
U2 = 19 19/6 = 3,16
U3 = 23 23/6 = 3,83
7 U1 = 21 21/7 = 3
U2 = 19 19/7 = 2,71
U3 = 23 23/7 = 3,28
Kedelai 2 U1 = 1 1/2 = 0,5
Anjasmoro U2 = 0 0/2 = 0
U3 = 0 0/2 = 0
3 U1 = 3 3/3 = 1
U2 = 0 0/3 = 0
U3 = 0 0/3 = 0
4 U1 = 3 3/4 = 0,75
U2 = 0 0/4 = 0
U3 = 0 0/4 = 0
5 U1 = 3 3/5 = 0,6
U2 = 0 0/5 = 0
U3 = 0 0/5 = 0
6 U1 = 4 4/6 = 0,66
U2 = 0 0/6 = 0
U3 = 0 0/6 = 0
7 U1 = 4 4/7 = 0,57
U2 = 0 0/7 = 0
U3 = 0 0/7 = 0
TABEL 3
Nama Benih Yang di Benih Yang di Benih yang Berkecambah
Tanam Tanam
U1 U2 U3 U1 U2 U3
Padi Air Mas 25 25 25 8 6 8
Padi Seni Mas 25 25 25 21 23 21
Padi Kemangi 25 25 25 23 24 23
Kacang Hijau 25 25 25 17 18 19
Kedelai Detam 3 25 25 25 18 18 21
Kedelai Anjasmoro 25 25 25 3 0 0
Nb: Tanaman Monokotil hari ke-6
Tanaman Dikotil hari ke-4
TABEL 4
Nama Benih Yang BB BK
di Tanam U1 U2 U3 U1 U2 U3
Padi Air Mas 0,01 0,02 0,07 0,07 0 0,03
Padi Seni Mas 0,09 1,05 1,06 1,15 0,14 0,13
Padi Kemangi 0,78 0,90 1 0,10 0,11 0,13
Kacang Hijau 17,60 16,84 10,91 0,82 0,72 0,74
Kedelai Detam 3 18,56 15,56 19,78 1,91 1,69 1,98
Kedelai Anjasmoro 2,82 0 0 0,40 0 0
4.2 Pembahasan
Perhitungan untuk SGT :
SGT = x 100%
Pada uji daya berkecambah ini, benih yang digunakan adalah benih kedelai
detam 3 dan benih kedelai anjasmoro. Pada Air Mas dan Seni Mas dan Kacang
Hijau dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Pada benih kedelai dan lain lain dapat
disimpulkan bahwa daya berkecambahnya baik karena pada hasil dapat kita lihat
rata rata kecabahannya serentak kecuali pada tanaman kedelai anjasmoro pada
ulangan 1 hnaya tumbuh/berkecambah sebanyak 12 % di ulangan 2 dan 3 pada
hari ke 3,5,7 tidak berkecambah sama sekali. Hal ini mungkin disebabkan pleh
faktor genetik benih ataupun lama penyimpanannya yang kurang baik.
Uji kecepatan benih yaitu untuk menentukan kekuatan tumbuh suatu benih
yang dikecambahkan. Pengamatan dilakukan setiap hari. Hari pertama sampai
harui ke 7. Pada benih Padi Air Mas kecepatan berkecambahan yang paling tinggi
adalah pada U1 hari ke 3 sebanyak 2,3 dan yang paling rendah pada U2 hari ke 7
yaitu 0,85. Pada benih Padi Seni Mas yang paling tinggi pada U1 hari ke 3 yaitu
4,6 dan yang terendah pada U2 hari ke 2 yaitu 1. Pada benih Padi Kemangi yang
paling tinggi pada U3 hari ke 5 yaitu 4,8 dan yang terendah adalah pada U1 dan U3
hari ke 2 yaitu 1. Pada benih Kacang Hijau yang paling tinggi pada U 2 hari ke
72
3yaitu 5,33 dan yang terendah pada U1 hari ke 2 yaitu 1,5. Pada benih Kedelai
Detam 3 yang paling tinggi adalah U3 hari ke 3 yaitu 5,66 dan yang terendah U2
hari ke 2 yaitu 1. Pada benih Kedelai Anjasmoro yang tertinggi ialah U1 pada hari
ke 3 yaitu 1 dan yang terendah adalah 0.
Pada uji keserempakan berkecambahan yaitu mengetahui berapa banyak
benih yang berkecambah dan diamati pada hari ke 4 saja. Pada benih terdapat 3
kali ulangan.
Padi Air Mas, Ulangan 1 (8), ulangan 2 (6), ulangan 3 (8).
Padi Seni Mas, Ulangan 1 (21), ulangan 2 (23), ulangan 3 (21)
Padi Kemangi, Ulangan 1 (23), ulangan 2 (24), ulangan 3 (23)
Kacang Hijau, Ulangan 1 (17), ulangan 2 (18), ulangan 3 (19)
Kedelai Detam 3, Ulangan 1 (18), ulangan 2 (18), ulangan 3 (21)
Kedelai Anjasmoro, Ulangan 1 (3), ulangan 2 (0), ulangan 3 (0)
Pengamatan yang terakhir adalah pengamatan uji berat kering kecambah
untuk melihat perbandingan antara berat kering dan berat basah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
Uji kali ini menggunakan metode UKDdp (uji kertas digulung didalam plastik)
efektif untuk melihat perbedaan antara uji daya kecambah dan keserempakan
berkecambah serta untuk melihat perbandingan untuk berat kering dan berat
berkecambah.
5.2 Saran
74
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, AM.2013. Laporan Praktikum Pengujian Daya Tumbuh Benih.
Purwokerto. http://www.anakagronomy.com/2013/01/laporan-praktikum-
pengujian-dayatumbuh.html (Diakses Rabu, 05 Mei 2019)
PRAKTIKUM VIII UJI KEKUATAN TERHADAP
KEKERINGAN (NaCl)
76
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tanah yang mengandung kadar garam tinggi, terutama NaCl dapat
menyebabkan terhambatnya perkecambahan, hal ini disebabkan oleh pengaruh
osmose.
78
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
Praktikum ini di laksanakan pada hari Selasa, 23 April 2019 pada pukul
07.15 – 09.00 WIB di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian
Universitas Jambi
Benih padi kemangi, benih padi air mas, benih padi sni mas, benih kedelai
anjasmoro, benih kacang hijau, dan benih kedelai detam 3.
4.1 Hasil
Padi
kemangi
23 0 0 14 0 0 9 0 0 2 25 25
(Oryza
sativa)
Padi air
mas
3 0 0 3 0 0 0 0 0 22 25 25
(Oryza
sativa
Padi sni
mas
19 0 0 7 0 0 12 0 0 6 25 25
(Oryza
sativa)
Kdl
anjasmro
3 0 0 0 0 0 3 0 0 0 25 25
(Glycine
max)
Kacang
hijau
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 25
(Vigna
radiata)
Kdl
detam 3
20 0 0 17 0 0 3 0 0 0 25 25
(Glycine
max)
Perhitungan
80
% Perkecambahan :
Normal : Normal :
U1 = U1=
U2= U2=
U3= U3=
Kuat : Kuat :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
Lemah : Lemah :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
Mati : Mati :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
Normal : Normal :
U1= U1=
U2= U2=
U2= U3=
Kuat : Kuat :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
Lemah : Lemah :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
Mati : Mati :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U2=
82
Kacang hijau (Vigna radiata) Kedelai detam 3 (Glycine max)
Normal : Normal :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
Kuat : Kuat :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
Lemah : Lemah :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
Mati : Mati :
U1= U1=
U2= U2=
U3= U3=
4.2 Pembahasan
84
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Saat praktikum berlangsung, diharapkan lebih serius dan teliti lagi agar
menghasilkan data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
86
PRAKTIKUM IX UHDDP (UJI HOPPE DIRUBAH DALAM
PLASTIK)
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari struktur biji dan buah
88
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
90
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 25 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
Bahan
Media kertas substrat berukuran 20 x 30 cm
Plastik berukuran 20 x 30 cm
Tanah bekas pertanaman yang terserang suatu penyakit
Pinset, kertas label, alat tulis dan kamera
Germinator
Alat
Kedelai ( Glycine Max )
- Anjasmoro
- Detam 3
Padi ( Oryza Sativa )
- Air Mas
- Kemangi
- Seni Mas
Kacang Hijau ( Vigna radiata )
3.3 Cara kerja
Siapakan alat dan bahan
Ambil benih masing masing varietas
Ambil kertas substrat dan plastik (sesuaikan ukurannya)
Untuk membuat satu sampel basahi 3 kertas substrat dan kemudian
letakkan di tas plastik
Letakkan benih secara zig zag sebanyak 25 butir di atas kertas substrat
dan laukakan masing masing 3 ulangan untuk setiap benih yang di
ambil.
Setelah itu taburi tanah penyakit secara merata
Gulung kertas, beri label dan masukkan ke germinator
Lakukan pengamatan pada hari ke 7
92
BAB IV
4.1 Hasil
No Nama Benih yang Benih Yang Persen (%)
di Tanam Berkecambah Kecambah
U1 U2 U3 U1 U2 U3
1 Kedelai Detam 3 16 17 23 64 68 92
2 Kedelai Anjasmoro 3 2 1 12 8 4
3 Padi Seni Mas 24 25 21 96 100 84
4 Padi Air Mas 7 6 5 28 24 20
5 Padi Kemangi 22 19 18 88 76 72
6 Kacang Hijau 17 21 15 68 84 60
4.2 Pembahasan
Pengujian kekuatan tumbuh benih merupakan suatu tindakan yang
dilakukan untuk memastikan ada tidaknya mikroorganisme patogenik yang
terbawa oleh benih dilahan karena penyakit pada tanah yang yang berpenyakit
dapat menggangu pertumbuahn perkecambahan benih sehngga merugikan kualitas
dan kuantitas hasil.
Dengan dilakukannya praktikum ini juga kita akan melihat benih mana
yang paling kuat/resisten terhadap penyakit / patogen yang terdapat pada tanah
yang diberikan saat ingin berkecambah. Dari hasil praktikum dapat diketahui
bahwa kedelai anjasmoro dan padi air mas memiliki tingkat tumbuh berkecambah
paling rendah dan paling tinggi. tingkat kecambah paling rendah yaitu U1 = 12 % ,
U2 = 8 %, U3 = 4 % namun hal ini berbanding terbalik dengan padi seni mas yang
memiliki tingkat perkecambahan paling tinggi yaitu U1 = 96 %, U2 = 100 %, U3 =
84 %
94
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum ini dapat disimpulkan bahwa percobaan pada ke enam
sampel yang dilakukan, semua benih tidak memiliki viabilitas yang maksimum,
viabilitas terbaik yaitu benih padi varietas Seni mas sebesar 100%. Sedangkan
kedelai varietas Anjasmoro memiliki persentase perkecambahan terendah yakni
sebesar 4%.
5.2 Saran
Pada praktikum mengenai uji viabilitas benih disarankan agar membaca
materi terlebih dahulu sebelum praktikum dimulai, agar kita bisa menjalankan
praktikum dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Danuarti. 2003. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa jenis Tanaman
yang Beredar di Pasar Ambon. Jurnal Agrologia. Vol 2 No 1. Halaman
3,5 dan 9.
Kuswant. 2007. Analisis Benih. Yogyakarta: Kanisius.
96
PRAKTIKUM X UJI TETRAZOLIUM
BAB I
PENDAHULUAN
98
Untuk mempelajari metode uji tidak langsung dengan tetrazolium terhadap
viabilitas berbagai benih dan Untuk mengetahui daya hidup benih secara
cepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi
adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama.Vigor fisiologi
dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya,
ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya
terhadap Tetrazolium Test (Kamil 2006).
Uji viabilitas benih atau daya hidup benih yang dicerminkan oleh dua
informasi masing-masing daya kecambah dan kekuatan tumbuh dapat ditunjukan
melalui gejala-gejala metabolisme benih dan/atau gejala pertumbuhan. Uji
viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung, misalkan dengan mengukur
gejala-gejala metabolisme ataupun secara langsung dengan mengamati dan
membandingkan unsur-unsur tumbuh tertentu. stuktur pertumbuhan yang dinila
dari akar, batang, daun dan daun lembaga. Nilai hasil pengujian daya kecambah
merupakan nilai minimum. Harga tengah antara kedua nilai pengujian di
laboratorium akan menjadi nilai tumbuh di lapangan (Anonim 2008).
100
Viabilitas benih didefinisikan sebagai kemampuan benih untuk berkembang
atau daya kecambah pada tanaman muda (misal perkecambahan) di bawah kondisi
lingkungan yang menguntungkan setelah dormansi. Pengeringan terlalu lama pada
temperature yang tinggi akan menyebabkan viabilitas benih mengalami degradasi
pada enzim dan hidrolisis pada pati. Semakin lama pada temperature tinggi akan
menyebabkan benih mati (Gine 2006).
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 24 April 2019 pukul
07:00-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
Bahan Alat
- Benih kedelai (Glycine - Oven
max) - Timbangan
- Tetrazolium - Saringan
- Aquades - Bekker glas
- Petridis
- Alat tulis dan kamera
102
BAB IV
4.1 Hasil
Kedelai U1 24 16 7 3
1 Anjasmoro
(Glycine max) U2 26 14 8 2
Perhitungan :
1. U1
Merah cerah = 24/50 x 100% = 48%
Merah Muda =16/50 x 100% = 32%
Coklat = 7/50 x 100% = 14%
Tidak berwarna = 3/50 x 100% = 6%
2. U2
Merah Cerah = 26/50 x 100% = 52%
Merah Muda =14/50 x 100% = 28%
Coklat = 8/50 x 100% = 16%
Tidak berwarna = 2/50 x 100% = 4%
4.2 Pembahasan
Pengujian viabilitas benih dengan menggunakan metode tetrazolium
merupakan suatu metode pengujian untuk mengetahui viabilitas benih secara
cepat, karena benih yang diuji tidak perlu dikecambahkan yang akan memerlukan
waktu lebih lama sehingga sering disebut metode quick test.
Perbedaan warna pada benih karena tingkat viabilitas pada benih berbeda-
beda. Pada jaringan benih yang masih hidup, garam tetrazolium akan direduksi
secara enzimatik yang kemudian berubah menjadi senyawa formazen yang
berwarna merah cerah. Oleh karena itu, warna merah cerah diindikasikan sebagai
benih yang masih hidup dam memiliki viabilitas yang tinggi.
Uji tetrazolium adalah uji cepat viabilitas benih secara biokimia yang
didasarkan kepada pewarnaan yang menggunakan garam tetrazolium yang
membentuk endapan formazan merah pada setiap sel hidup dan warna putih pada
sel mati. Kriteria pewarnaan yaitu (1)Merah cerah : jaringan masih hidup (2)
Merah Muda : jaringan sudah lemah (3) coklat : jaringan rusak (4) Tidak berwarna
: jaringan sudah mati (Balai teknologi pembenihan 2005).
Benih yang memiliki vigor tinggi dari hasil praktikum uji tetrazolium
adalah kedelai, karena semua ulangan satu terdapat benih yang sehat sebanyak 40
biji(merah cerah dan merah muda) dan terdapat benih yang sakit atau mati
sebanyak 10 biji (coklat dan tidak berwarna). Sedangkan pada ulangan kedua
terdapat benih yang sehat sebanyak 40 biji dan yang sakit 8 biji dan mati 2 biji.
104
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kesimpulan
a. Uji Tetrazolium bertujuan untuk mengetahui viabilitas dari benih.
b. Uji tetrazolium disebut metode cepat dan tidak langsung karena
pengujian hanya memasukkan benih ke dalam garam tetrazolium.
c. Benih jagung memiliki viabilitas lebih tinggi daripada benih kedelai.
d. Warna merah cerah menunjukkan benih variabel, merah muda benih
sudah lemah dan benih tidak berwarna menunjukkan jaringan benih
sudah mati.
5.2 Saran
106
PRAKTIKUM XI UJI DAYA PERKECAMBAHAN (SGT=
STANDARD GERMINATION TEST)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih sangat menentukan hasil suatu budidaya petanian. Untuk dapat
menjaga kualiatas beih dapat dilakukan berbagai pengujian, diantaranya uji vigor
benih. Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan
dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi
lapang yang luas. Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama
proses perkecambahan dan perkembangan kecambah. Kebanyakan petani belum
mengetahui manfaat vigor benih yang diantaranya dapat menekan kegagalan
budidaya. Ditambah manfaat lain dengan adanya efektifitas dan efisiensi dalam
penyemaian benih untuk menghasilkan bibit yang maksimal.
Praktikum uji vigor yang dilakukan adalah deep soil test yaitu dengan
menanam benih pada kedalamaan berbeda dan red brick test yaitu menanam benih
pada media batu bata. Apabila benih mampu tumbuh dan berkecambah dengan
baik pada media dan kedalam tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan
vigor benih tinggi. Pada praktek di lapangan, vigor benih menentukan tingkat
keserempakan tumbuh tanaman.
Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih berarti
terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari pelaksanaan
usahataninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk menentukan
kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan
benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal. Uji vigor
merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-macam.
Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi
kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah persentase kecambah
normal.
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan persentase
kekuatan perkecambahan benih dan kekuatan tumbuh benih (seed vigor) pada
suatu keadaan tananh tertentu.
108
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
110
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 28 April 2019 pukul
07:15-08:45 WIB . Ditempat lokasi Teaching and Research Fram Fakultas
Pertanian Universitas jambi.
1. Bahan 2. Alat
4.1 Hasil
Jumlah benih
No Media Nama Benih Kekuatan tumbuh benih
berkecambah
1 Pasir 10
Jagung (Zea
mays)
2 Batu bata 14
Keterangan :
% Perkecambahan =
4.2 Pembahasan
Menurut Bagod (2006) vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk
tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor dipisahkan
antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari
galur genetik yang berbeda-beda, sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat
dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain
dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap
serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test.
Maka Uji vigor merupakan serangkaian pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan sub optimal.
Uji vigor dengan red brick test yakni metode dengan menggunakan
pecahan batu bata merah yang kemudian ditanami benih agar berkecambah.
Penggunaan batu bata merah diharapkan untuk menguji ketahanan benih pada
kekeringan. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat
merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh
bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola
tanam permakultur. Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi
kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum
panen (Sutopo 2004).
112
Vigor benih yang tinggi dicirikan dengan daya tahan simpan yang lama,
tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan tumbuh merata, mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi baik dalam keadaan
yang sub optimal. Benih yang memiliki vigor yang tinggi merupakan benih yang
berkualitas dan dapat dijadikan salah satu parameter untuk sertifikasi benih. Selain
itu vigor benih juga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk meramalkan berapa
lama benih dapat disimpan sebelum dilakukan penanaman.
Tipe kecambah yang kuat adalah benih yang memiliki vigor yang baik
karena benih dapat tumbuh pada kondisi sub optimal (kurang ideal). Selain itu
benih juga memiliki ketahanan terhadap penyakit serta serangan organisme yang
mengganggu. Tipe perkecambahan yang lemah berarti benih tersebut tidak dapat
tumbuh pada kondisi yang sub optimum, tidak tahan terhadap serangan hama dan
penyakit serta tidak tahan lama apabila disimpan. Adanya tipe kecambah tersebut
dapat disebabkab karena faktor genetis maupun fisiologis yang ditandai dengan
pemanenan hasil yang belum pada waktu yang tepat.
Kedalaman tanam berpengaruh nyata terhadap tolak ukur kecepatan
tumbuh, panjang akar, dan bobot kering. Kedalaman tanah mempunyai
keterkaitan dengan pertumbuhan benih di lapangan yang mengalami pemadatan
tanah akibat air hujan. Berdasarkan hasil pengamatan praktikum dapat diketahui
bahwa kedalaman tanam 7 cm jauh lebih baik daripada 3 cm dilihat dari
persentase DK dan KK nya. Namun memiliki panjang akar yang jauh lebih kecil
dibanding kedalaman tanam 3 cm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Uji Vigor Benih adalah
sebagai berikut:
a. Uji vigor dilakukan untuk menguji kecambah benih pada keadaan sub
optimal.
b. Uji vigor metode red brick test menggunakan pecahan batu bata untuk
menguji ketahanan terhadap kekeringan
c. Vigor benih yang baik dicirikan dengan daya tahan simpan yang lama,
tahan terhadap hama dan penyakit, cepat dan tumbuh merata, mampu
menghasilkan tanaman dewasa yang normal, dan berproduksi baik
dalam keadaan yang sub optimal.
d. Tipe kecambah yang kuat memiliki vigor yang tinggi sedangkan tipe
perkecambahan yang lemah memiliki vigor yang rendah.
e. Kedalaman tanah pada penanaman berpengaruh terhadap
perkecambahan benih.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum Uji Vigor Benih hendaknya praktikan
mengingatkan hari pengamatan dan perawatan tanaman agar praktikan tidak lupa
dan tabel pengamatan dapat lengkap sehingga peghitungan dapat lebih akurat.
114
DAFTAR PUSTAKA
Sutopo L. 2004. Teknologi benih. Jakarta: Rajawali.
LAMPIRAN
116
118