Anda di halaman 1dari 130

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH

DISUSUN OLEH :

NAMA : DARMAYANTY SARAGI

NIM : D1A016132

KELAS :L

JURUSAN : AGRONOMI

DOSEN PENGAMPU:

1. Dr. Ir. RAINIYATI, M.Si.

2. Dr. Ir. ARYUNIS, M.P.

3. TRIAS NOVITA, S.P., M.Si.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan
praktikum ini. Dalam penyusunan laporan praktikum ini tidak sedikit kami mengalami
hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak serta kerja keras, alhamdulillah laporan praktikum ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Atas bantuan, bimbingan serta dukungannya, kami ucapkan terimakasih kepada
asisten dosen mata kuliah TEKNOLOGI BENIH, kami juga menyadari penyusunan
laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, baik dalam segi isi, maupun penulisan.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun
demi perbaikan dimasa yang akan datang. Dan kami juga berharap semoga laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..

Jambi, 2019

penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

Praktikum 0 Pengenalan Alat Laboratorium ................................................. 4

Praktikum 1 Struktur Benih Dikotil dan Monokotil ...................................... 16

Praktikum 2 Struktur Biji dan Buah……………………… .......................... 25

Praktikum 3 Tipe Pemunculan Benih dan Struktur Benih ............................ 34

Praktikum 4 Pengukuran Kadar Air Benih .................................................... 44

Praktikum 5 Pengujian Kemurnian Benih ..................................................... 54

Praktikum 6 UKDDP ................................................................................... 65

Praktikum 7 uji kekuatan tumbuh benih dengan substrat pasir dan batu bata 84

Praktikum 8 Uji kekuatan tumbuh benih dengan metode uhdp ................... 92

Praktikum 9 Uji ketahanan tumbuh benih terhadap kekeringan ................... 101

Praktikum 10 Uji Tetrazolium ....................................................................... 111

LAMPIRAN .................................................................................................. 119

3
PRAKTIKUM 0

PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam praktikum Teknologi Benih dan pelaksanaan program perbenihan


digunakan alat-alat khusus untuk melakukan berbagai kegiatan misalnya mempersiapkan
benih, menanam, pengeringan dan prosesing, pengambilan contoh benih, pengujian benih,
dan lain-lain. Alat-alat tersebut misalnya pengukur kadar air benih, pembagi contoh benih,
timbangan elektrik, alat perkecambahan, alat pengambil contoh benih, dan lain-lain.
Berbagai macam alat tersebut digunakan dalam pelaksanaan pengujian benih di
laboratorium terutama dalam kebutuhan sertifikasi benih.
Pengujian benih di laboratorium akan berhasil baik jika penguji mempunyai
pengatahuan yang cukup mengenai benih dan terampil menggunakan alat-alat yang
diperlukan. Kesalahan pada saat menggunakan alat akan memberikan hasil yang tidak tepat
sehingga tidak akan mencerminkan kualitas contoh benih yang diuji. Pengenalan alat
laboratorium sangatlah penting untuk praktikan karena pada mata kuliah Teknologi Benih,
Ilmu Penyakit Tumbuhan Umum, dll, pasti akan ada praktikum yang berhubungan dengan
laboratorium. Setiap melaksanakan praktikum, kita akan menjumpai alat-alat yang kita
gunakan dalam praktikum. Namun, terkadang kita tidak mengetahui nama dan fungsi dari
alat-alat tersebut.
Untuk kegiatan penelitian dan pengujian benih di laboratorium ada ada beberapa
alat yang bisa di gunakan. Dilaboratorium teknologi benih, untuk penilaian mutu viabilitas
biasanya di gunakan substrat kertas, antara lain : kertas merang, kertas kimpak, towell den
kertas saring. Disamping itu juga digunakan media tanah, pasir dan bata merah.

1.2 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui dan mengenal alat-alat laboratorium.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan alat-alat laboratorium sangat penting dilakukan untuk keselamatan


kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan
berbahaya jika tidak sesuai dengan prosedur pemakaian. Untuk itu, kita harus mengetahui
nama, fungsi, dan prinsip kerja alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan
dan guna memperlancar pemakaian pada praktikum-praktikum mendatang (Sadjad, 1993).
Teknologi benih yaitu produksi benih dalam rangka pengadaan benih yang terwujud
dengan praktek-praktek dalam jangkauan penyelamatan benih sejak dipungut, dikelola,
dipelihara sampai benih-benih tersebut ditanam kembali sesuai dengan cara-cara yang
semestinya dengan mengingat unsur-unsur musim yang mendorong pertumbuhannya
(Akbar et.al,2009). Pengujian untuk sertifikasi benih diperlukan alat-alat yang mempunyai
kegunaan dan cara menggunakan yang berbeda-beda, sehingga perlu pengenalan tentang
bentuk, fungsi dan cara penggunaannya. Dengan mengetahui fungsi dan cara
penggunaannya, maka akan menekan kerugian akibat pengujian benih misalnya kesalahan
dalam menggunakan alat sehingga akan diperoleh hasil yang tidak sesuai. Pengujian benih
adalah suatu usaha untuk mengevaluasi kualitas benih tanaman budidaya dengan tujuan
tertentu dalam pertanian dan juga digunakan untuk menentukan kualitas biji rumput, bunga
maupun tanaman kayu (Copeland, 1976).
Laboratorium berasal dari kata latin laborare yang berarti bekerja. Kemudian kata
itu berkembang pada tahun 1605, yangvartinya menjadi suatu tempat yang disiapkan untuk
tujan percobaan dan pengkajian, atau pengembangan ilmu, atau untuk tujuan pengujian
atau penyidikan (analisis). Secara luas, sekarang laboratorium adalah tempat bekerja
melakukan percobaan, pengamatan, dan penelitian (Pramono Eko, 2011).
Pengujian benih adalah suatu usaha untuk mengevaluasi kualitas benih tanaman
budidaya dengan tujuan tertentu dalam pertanian dan juga digunakan untuk menentukan
kualitas biji rumput, bunga maupun tanaman kayu. Dalam pengujian untuk sertifikasi benih
diperlukan alat-alat yang mempunyai kegunaan dan cara menggunakan yang berbeda-beda,
sehingga perlu pengenalan tentang bentuk, fungsi dan cara penggunaannya. Dengan
mengetahui fungsi dan cara penggunaannya maka akan menekan kerugian akibat pengujian

6
benih misalnya kesalahan dalam menggunakan alat akan mengakibatkan diperoleh hasil
yang tidak sesuai (Copeland, 1976).
Secara umum, fungsi setiap alat telah diberikan, karea tidak mungkin semua fungsi
diutarakan dalam melakukan kegiatan di laboratorium. Untuk memudahkan dalam
memahami alat- alat laboratorium yang dapat digunakan dalam waktu relative lama dan
dalam keadaan baik, maka diperlukan pemeliharaan dan penyimpanan yang memadai
(Wirjosoemarto, 2004).

7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin,, tanggal 11 maret 2019 pukul 07.15 s/d
selesai.. Di Laboraturium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, kamera
handphone, dan alat-alat laboraorium.

3.3 Prosedur Kerja

1. Amati Alat praktikum di dalam laboraturium


2. Foto dan catat fungsi dari alat tersebut

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

NO Gambar NAMA ALAT FUNGSI

1. Kaca Pembesar Untuk melihat media


(Loop) yang diamati

2. Moisture Tester Untuk mengukur atau


melihat kadar air
yang terkandung
dalam bemih

3. Timbangan Untuk menimbang


Digital berat media benih

9
4. Timbangan Untuk menimbang
Analitik berat media benih

5. Cawan Untuk wadah atau


tempat benih yang di
akan dikeringkan

6. Sprayers Untuk
menyemprotkan
larutan dan
mensterilkan alat dan
tangan agar tidak
terkontaminasi

10
7. Oven Untuk mengeringkan
benih

8. Germinator Untuk melembabkan


benih

9. Beker Glass Sebagai wadah


penampung yang
dugunakan untuk
mengaduk atau
mencampur dan
memanaskan media

11
10. Petridish Sebagai tempat
menguji daya tumbuh
perkecambahan

11. Baskom Petak Untuk menguji daya


Media tumbuh benih

4.2 Pembahasan
Alat alat yang kami jumpai di laboratorium teknologi benih antara lain adalah :Lup,
berfungsi untuk melihat benda yang berukuran kecil. Germinator berfungsi sebagai tempat
perkecambahan benih pada suhu dan intensitas cahaya yang tertentu,.Oven befungsi
sebagai tempat pemanas atau mengeringkan alat lab bisa nuga untuk perkecambahan benih.
Gran moisture tester berfungsi sebagai mengukur kadar air dalam benih. Cawan berfungsi
sebagai wadah untuk mengurangi kadar air pada benih yang dimasukan kedalam oven.
Petridish berfungsi sebagai tempat pembiakan sel atau bisa juga untuk mengkultur bakteri,

12
khamir, spora adan biji-bijian. Timbangan digital berfungsi sebagai mengukur massa benda
atau benih secara elektrik. Baskom petak media tanah berfungsi sebagai tempat
perkecambahan benih pada media tanah. Timbangan analitik berfungsi sebagai menimbang
bahan atau benda yang perlu ketelitian tinggi seperti bahan kimia. Spray befungsi sebagai
menyemprotkan larutan dan strelisasi alat dan tangan tidak terkontaminasi. Glass beker
berfungsi sebagai wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk , mencampurkan
dan memanaskan cairan atau larutan
Laboraturium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun
pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan
dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Pastinya didalam lab terdapat
ruangan yang dipilah pilah berdasarkan kebutuhannya, tidak terkecuali di laboratutium
benih. Kebersihan alat-alat yang digunakan dan adanya ketelitian praktikan dalam
melakukan pengukuran atau perhitungan yang dilakukan. Penggunaan alat-alat dalam
laboraturium diharapkan dalam keadaan steril. Penggunaan alat-alat yang tidak steril dapat
menyebabkan kegagalan pada pratikum yang dilakukan.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengenalan laboratorium benih dan perlengkapannya sangat penting dilakukan


untuk menghindari adanya kesalahan dalam cara penggunaan dan hasilnya.
2. untuk memproduksi benih yang baik dibutuhkan alat yang sesuai dengan kebutuhan
dan alat yang memadai.
3. Alat- alat laboratorium basah ada dua kelompok yaitu laboratorium basah dan
kering.
4. Setiap peralatan laboratorium memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda- beda.
5. Setiap laboratorium memiliki alat- alat yang berbeda sesuai jenis laboratoriumnya.

5.2 Saran
Alat – alat yang menunjang kegiatan praktikum sebaiknya ditambah, sehingga tidak
saling berebut untuk menggunakan. Dalam melakukan uji atau percobaan perludilakukan
dengan hati-hati dan teliti. Jika tidak serius dan bermain-main maka hasil yang diperoleh
tidak akan benar atau tepat. Selain itu penting juga untuk menggunakan alat sesuai dengan
fungsinya agar hasil percobaan tepat dan tidak merusak alat itu sendiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andrew hutabarat. 2016. Laporan praktikum dasar-dasar teknologi benih acara i mengenal
alat-alat teknologi benih (Http://agrilecture.blogspot.com/2016/04/laporan-
praktikum-dasar-dasar-teknologi.html) Diakses pada tanggal 05 Mei 2019

Desilia martinda. Dkk. 2016. Mengenal Beberapa Alat di Laboratorium Teknologi Benih

(Http://desiliamartinda.blogspot.com/2016/10/laporan-praktikum-benih-mengenal.html)
Diakses pada tanggal 05 Mei 2019

Triono. 12016. Pengenalan Laboratorium Benih dan Peralatannya (laporan praktikum


teknologi benih) (http://trionoagtunila.blogspot.com/2016/11/pengenalan-
laboratorium-benih-dan_24.html#) Diakses pada tanggal 05 Mei 2019

15
PRAKTIKUM 1

STRUKTUR BENIH DIKOTIL DAN MONOKOTIL

16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan jumlah kotiledonnya tumbuhan berbiji dapat digolongkan menjadi dua


macam, yaitu tumbuhan biji dikotil dan tumbuhan biji monokotil. Biji dikotil (berkeping
dua) memiliki dua kotiledon sedangkan biji monokotil (berkeping satu) hanya memiliki
satu kotiledon.Biji dikotil dan biji monokotil memiliki struktur biji yang berbeda, maka
perbedaan tersebut akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan masing-
masing biji ketika proses perkecambahan.
Secara morfologi, biji dapat dibedakan menjadi dua, apakah biji yang dihasilkan oleh
tumbuhan tersebut berupa biji belah atau bukan. Karena karekteristik dari suatu biji
sangatlah mempengaruhi morfologi dan anatomi akar, batang, dan daun yang akan
dibentuk pada waktu pertumbuhan.
Pada observasi kali ini, akan diamati berbagai macam tumbuhan dikotil dan monokotil.
Dengan pengamatan ini diharapkan agar dapat membedakan ciri-ciri dari tumbuhan dikotil
dan tumbuhan monokotil. Selain itu, dapat pula menganalisis adanya suatu penyimpangan
baik secara morfologi maupun secara anatomi pada ciri-ciri tumbuhan dikotil dengan
monokotil terhadap ciri-ciri tumbuhan lain.

Struktur biji dikotil dan monokotil memiliki struktur biji yang berbedadengan
fungsinya masing-masing.Struktur biji erat kaitannya dengan cadangan makanan
karenaakumulasi cadangan makanan berhubungan dengan tempat dimanacadangan tersebut
akan disimpan. Derajat dan macam variasi komponen dalam perkembangannya sama atau
tidak semua tergantung denganbeberapa struktur dasar yang berbeda untuk masing-masing
tipe biji.

1.2 Tujuan
Untuk mempelajari struktur benih dikotil dan monokotil

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Biji adalah alat perkembangbiakan yang diproduksi tumbuhan berbunga untuk


dapat menghasilkan keturunan baru. Biji dihasilkan setelah terjadi pembuahan pada bunga,
pembuahan diawali dengan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik dan terjadinya
penyatuan gamet jantan dan betina .Biji umumnya berisi cadangan makanan yang
digunakan untuk pertumbuhan calon individu baru tersebut. Pada angiosperma, biji dapat
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu biji dikotil dan biji monokotil. Biji dikotil adalah biji yang
memiliki 2 atau lebih keping biji, sedangkan biji monokotil hanya memiliki 1 keping biji
saja.
Selain dari perbedaan jumlah keping bijinya, perbedaan biji dikotil dan monokotil
dapat dilihat dari struktur jaringan yang terdapat di dalamnya. Perhatikanlah tabel di
bawah ini untuk melihat perbedaan biji dikotil dan monokotil.

Perbedaan biji dikotil dan monokotil dapat dicermati dari tabel berikut.

Pembeda Dikotil Monokotil


Jumlah keping (kotiledon) Dua atau lebih Satu
Endosperma Tidak ada Ada
Embrio Tidak dilindungi Dilindungi seludang
Radikula dan plumula Tidak dilindungi Radikula dilindungi koleoriza,
dan plumula dilindungi koleoptil

Endosperma adalah cadangan makanan yang dimiliki oleh biji. Baik dikotil dan
monokotil awalnya sama-sama memiliki endosperma namun ketika biji dikotil telah
masak, endosperma tersebut biasanya telah hilang. Endosperma pada dikotil hilang karena
semua cadangan makanan di dalamnya telah diserap semuanya hingga masuk ke kotiledon.
Namun pada monokotil, cadangan makanan tetap terdapat pada endosperma, dan kotiledon
berperan sebagai penghubung antara embrio dengan cadangan makanan dalam
endosperma.

18
Embrio monokotil dilindungi 2 jaringan yaitu seludang yang melingkupi seluruh
bagian embrio dan kulit biji , sedangkan embrio dikotil hanya dilindungi kulit biji saja.
Oleh karena itu, embrio monokotil akan sulit dilihat dari luar karena ditutupi beberapa
selaput, sedangkan embrio dikotil dapat dilihat dengan mudah setelah mengelupas kulit biji
atau membuka bagian kotiledonnya. Biji-biji yang tidak mengandung endosperma atau
hanya mengandung sedikit endosperma disebut biji exalbuminous, sedangkan biji yang
mengandung banyak endosperma disebut biji albuminous.
Ketika berkecambah, monokotil akan akan menghasilkan daun tunggal sedangkan
dikotil akan menghasilkan daun ganda. Daun pertama yang dihasilkan monokotil biasanya
memiliki bentuk yang hampir sama dengan daun kedua dan berikutnya. Sedangkan pada
dikotil, daun pertama biasanya memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan daun kedua
dan berikutnya.
Tumbuhan dikotil contohnya tanaman kacang.

Tumbuhan dikotil memiliki struktur


biji yang terdiri atas:plumula,
hipokotil, radikula, kotiledon, embrio

Tumbuhan monokotil contohnya tanaman jagung.


Tumbuhan monokotil memiliki struktur
biji yang terdiri atas: koleoptil,
plumula, radikula, koleoriza, skutelum,
endosperma. Plumula pada biji
tanaman dikotil maupun monokotil
adalah merupakan poros embrio yang
tumbuh ke atas yang selanjutnya akan tumbuh menjadi daun pertama, sedangkan radikula
adalah poros embrio yang tumbuh ke bawah dan akan menjadi akar primer. Pada tanaman
monokotil, misalnya jagung, kotiledon mengalami modifikasi menjadi skutelum dan
koleoptil. Skutelum berfungsi sebagai alat penyerap makanan yang terdapat di dalam
endosperma, sedangkan koleoptil berfungsi melindungi plumula. Selain itu, pada jagung
juga terdapat koleoriza yang berfungsi melindungi radikula.

19
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Maret 2019 pada pukul 07.15 s/d
selesai di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa
Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : Carter, lup, ATK
Bahan : kacang hijau, jagung, kacang tanah, padi, kedelai
3.3 Cara Kerja
Amati dan perhatikanlah pandangan luar dan pandangan dalam dari benih dengan
membuat irisan melintang atau membujur dari benih – benih yang diamati. Kemudian beri
nama bagian – bagiannya.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

NO NAMA BAHAN GAMBAR KETERANGAN CIRI BIJI

1 Kacang hujau 1 1. Kulit biji Dikotil

(Vigna radiata) 2 2. Radikula


3
3. Plamula
4

4. Kotiledon

2 Jagung 1 1. Kulit biji Monokotil


2
(Zea mays) 2. Radikula
3

4 3. Plamula
4. Kotiledon

3 Kacang tanah 1 1. Kulit biji Dikotil


2
(Arachis 2. Radikula
3
hypogaea) 3. Plamula
4

4. Kotiledon

4 Padi 1 1. Kulit biji Monokotil


2
(Oryza sativa. L ) 2. Radikula
3

4 3. Plamula
4. Kotiledon

5 Kedelai 1 1. Kulit biji Dikotil


2
(Glycine max) 2. Radikula
3

4
3. Plamula
4. Kotiledon

21
1.2 Pembahasan
Biji merupakan alat perkembangbiakan dari tanaman induk atau hasil peleburan gamet
jantan dan gamet betina, belum mendapatkan perlakuan, dan dapat dikonsumsi oleh
manusia. Sedangkan benih sudah mendapatkan perlakuan dari manusia dan tidak bisa
dimakan. Struktur benih monokotil , yaitu terdapat satu kotiledon atau disebut juga
endosperm, plumula dan radikula dan memiliki kulit biji, sedangkan struktur benih dikotil,
yaitu terdapat dua kotiledon, plumula radikula, dan juga memiliki kulit biji.
Kotiledon merupakan cadangan makanan yang terdapat pada biji, kotiledon sering
juga disebut sebagai daun lembaga, monokotil memiliki satu kotiledon atau berkepin satu,
sedangkan dikotil brkeping dua, bila benih sudah berkecambah kotiledon pada monokotil
akan tinggal di dalam tanah sedangkan dikotil ikut terangkat ke atas permukaan tanah.
Radikula atau sering juga disebut calon akar, yang berasal dari dalam biji dan sering juga
disebut akar lembaga, pada monokotil akar ini akan tumbuh terus dan menjadi akar
serabut, sedangkan dikotil menjadi akar tuggang. Dan plamula merupaka bakal calon
batang yang tumbuh selama masa perkembangan dan memiliki fungsi sebagai bagian
tanaman yang akan mengalami perkembangan keatas untuk membentk batang. Dan yang
terakhir adalah kulit biji, kulit biji ini berfungsi untk melindungi biji dari gangguan yang
ada di luar.

22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami laksanakan maka dapt disimpulkan
bahwa Struktur biji monokotil yaitu kulit biji, radikula, plamila dan terdapat satu kotiledon
atau disebut juga endosperm. Sedangkan unutuh struktur benih dikotol terdiri dari kulit
biji, radikula, plamila dan kotiledon yang berkeping dua.

5.2 Saran

Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan
terhadap objek yang diamati, agar tidak terjadi kesalahan. Dan diharapkan pada praktikum
yang akan datang agar lebih teliti dan serius lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://www.wikipedia.com./perkecambahan Perbedaan-monokotil-dan-


dikotil.html. Diakses pada 20/03/2019.

Dimas. 2013. Struktur biji tumbuhan dikotil dan monokotil.


http://dimasupdate.blogspot.co.id/2013/12/struktur-biji-tumbuhan-dikotil-dan.htm.
Diakses pada 20/03/2019.

Panji.2015. Perbedaan biji monokotii dan


dikotil.http://www.edubio.info/2015/02/perbedaan-biji-dikotil-dan-monokotil.html.
Diakses pada tanggal 20/03/2019.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNIBRAW

24
PRAKTIKUM 2

STRUKTUR BIJI DAN BUAH

25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah adalah suatu hasil dari proses akhir yang mulai dari penyerbukan atau persarian.
Pada hakikatnya buah hanya dibedakan kedalam 2 jenis, yang pertama adalah buah semu dan
yang kedua adalah buah sejati. Tak lepas dari penamaan buah tersebut menjadi buah sejati dan buah
semu dapat dilihat dari struktur buahdan bagian-bagian buah yang ada pada buah.
Misalnya dikatakan buah sejati atau buah sebenarnya adalah ketika bentuk buah
tidak terhalangi oleh bagian-bagianbuah yang ada, pengecualian tetap ada, seperti pada
buah jambu mete terlihat tangkai bunga yang membesar seperti buah, padahal bagian yang
membesar itu bukan buah tapi tangkai buah.. Dikatakan buah semu karena terlihat bagian-
bagian yang menghalangi atau membungkus buah yang sebenarnya, seperti pada buah ciplukan
bagian buahnyaterhalang oleh kelopak bunga yang ikut tumbuh dalam proses pembuahan
dankemudian tumbuh dan membungkus bagian buah yang sebenarnya .Selain itu, ada juga
pengkhususan-pengkhususan pada buah, seperti buahsemu dibagi lagi menjadi buah semu
tunggal, buah semu ganda, dan buah semu majemuk. pada buah semu kadangkala bentuknya dapat
menipu dan membuat keliru khususnya bagi orang-orang AWAM yang tidak mengenal
bagian mana yangdisebut buah pada buah semu, kadang kita juga suka tertipu oleh bentuk buah.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari struktur biji dan buah.

26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biji
Biji adalah alat perkembangbiakan yang diproduksi tumbuhan berbunga untuk
dapat menghasilkan keturunan baru. Biji dihasilkan setelah terjadi pembuahan pada bunga,
pembuahan diawali dengan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik dan terjadinya
penyatuan gamet jantan dan betina .
Biji umumnya berisi cadangan makanan yang digunakan untuk pertumbuhan calon
individu baru tersebut. Pada angiosperma, biji dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu biji
dikotil dan biji monokotil. Biji dikotil adalah biji yang memiliki 2 atau lebih keping biji,
sedangkan biji monokotil hanya memiliki 1 keping biji saja.
Selain dari perbedaan jumlah keping bijinya, perbedaan biji dikotil dan monokotil
dapat dilihat dari struktur jaringan yang terdapat di dalamnya. Perhatikanlah tabel di
bawah ini untuk melihat perbedaan biji dikotil dan monokotil.

2.2. Buah
Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah
lebih luas daripada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-
buahan. Buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah,
melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu,
untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut
buah sejati. Buah seringkali memiliki nilai
ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya
disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang
mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi (Anonim, 2012).

27
Struktur Morfologi Buah
1. Monokotil : Keras, licin, bulat, dan
mempunyai warna hijau & kuning. Contoh,
buah kelapa sawit
2. Dikotil : Tidak keras, licin, lonjong, dan
mempunyai warna hijau & kuning. Contoh,
buah mangga.

Struktur Anatomi Buah

1. Monokotil : eksokarp, mesocarp, endocarp, cairan


plasenta, biji.
2. Dikotil : . eksocarp, mesocarp, endocarp, cairan
plasenta, biji

Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina (putik) yang
disebut bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap tersusun atas biji,
daging buah, dan kulit buah. Kulit buah yang masih mudah belum mengalami pemisahan
jaringan. Setelah masak, kulit buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan,
yaitu epikarp, mesokarp, dan endokarp.
1. Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, misalnya buah
kelapa.
2. Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya bersabut
(kelapa), berdaging (mangga dan pepaya).
3. Endokarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel yang
sangat keras dan tebal, misalnya tempurung (kelapa), berupa selaput tipis
(rambutan).

28
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 19 Maret 2019 , pikul 07.15 sampai
dengan 08.25 di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi,
Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : LUP, ATK, tissu, cutter
Bahan : kakao, tmat, mentimun, cabai merah,
3.3 Cara Kerja
Amati dan perhatikanlah pandangan luar dan pandangan dalam dari masing masing
bahan yang telah disediakan dengan membuat irisan melintang atau membujur. Kemudian
beri catat dan nama bagian – bagiannya.

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

NO NAMA GAMBAR KETERANGAN

1 Kakao 1 1. Eksoderm
2. Mesoderm
2
(Theobroma cacao) 3. Endoderm
3 4. Cairan plasenta
4 5. Biji
5

2 Tomat 1 1. Eksoderm
2
2. Mesoderm
(Solanum opersicum) 3
3. Endoderm
4. Cairan plasenta
4
5 5. Biji

3 Mentimun 1 1. Eksoderm
2
2. Mesoderm
(Cucumis sativus) 3. Endoderm
3
4. Cairan plasenta
4
5. Biji
5

4 Cabai 1 1. Eksoderm
2. Mesoderm
2
(Capsicum annum) 3. Endoderm
3
4. Cairan plasenta
4
5. Biji
5

5 Kakao 1 1. Kulit biji


2 2. Kotiledon
(Theobroma cacao) 3 3. Radikula
4 4. Plamula

30
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, maka dapat diketahui bahwa struktur
biji monokotil yaitu kulit biji, radikula, plamila dan terdapat satu kotiledon atau disebut
juga endosperm. Struktur buah yaitu terdiri dari eksoderm, mesoderm, endoderm, cairan
plasenta, dan biji. Dimana eksoderm merupakan bagin paling luar dari buah yang keras dan
kedap air. Kemudian mesoderm yaitu lapisan yang tebal dan umumnya bersifat bersrat atau
berdaging. Endocrp yang murpakan lapisan paling dalam. Airan plasenta merupakan cairan
yang berlendir yang ada pada buah.dan yang terakhir adalah biji yang merupakan
merupakan alat perkembangbiakan dari tanaman induk atau hasil peleburan hgamet jantan
dan gamet betina.
Dari hasil pengamatan, buah kako memiliki buah lonjong dengan permukaan kasar dan
bergelobang, pada buah kakao diiris melintang daan membujur terdiri atas: eksoderm,
mesoderm, endoderm, cairan plasenta, dan biji. Buah kakao termasuk tanaman dikotil dan
buah semu. Buah mentimun memiliki bentuk buah lonjong memanjang dengan permukaan
yang halus da nada bintik kecil-kecil, berwarna hijau. Buah mentimun diiris mebujur dan
melintang terdapat beberapa bagian yaitu, dari eksoderm, mesoderm, endoderm, cairan
plasenta, dan biji. Buah mentimun termasuk sejati. Buah cabai mempunyai bentuk buah
bulat panjang atau silindris dengn permukaan kulit licin dan halus. Buah berwarnaa merah
setelah masak. Buah cabai termasuk buah sejati Bagian-bagian buah setelah diiris
membujur dan melintang terdiri dari dari eksoderm, mesoderm, endoderm, cairan plasenta,
dan biji. Buah tomat merupakan buah sejati yang memiliki bentuk bulat atau oval. Dengan
permukaan halus. Buah berwarna merah jika matang dan buah tomat termasuk buah sejati.

31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa
struktur biji biji monokotil yaitu kulit biji, radikula, plamila dan terdapat satu kotiledon
atau disebut juga endosperm. Dan struktur buah terdiri dari eksoderm, mesoderm,
endoderm, cairan plasenta, dan biji.
5.3 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan
terhadap objek yang diamati, agar tidak terjadi kesalahan

32
DAFTAR PUSTAKA

Anonim http://www.wikipedia.com./perkecambahan Perbedaan-monokotil-dan-


dikotil.html.diakses pada 21 maret 2018.

Panji. 2015. Perbedaan biji monokotii dan


dikotil.http://www.edubio.info/2015/02/perbedaan-biji-dikotil-dan-monokotil.html.
Diakses pada tanggal 21 maret 2019.

Pujiyanto, Sri.2008. Menjelajah Dunia Biologi 3. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Sudjadi, Bagod. 2005. Biologi, Sains dalam Kehidupan 3A. Surabaya: Yudhistira.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNIBRAW

33
PRAKTIKUM 3

TIPE PEMUNCULAN BIBIT DAN STRUKTUR BIBIT

34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman
baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Perkecambahan
biji bergantung pada imbibisi. Imbibisi merupakan penyerapan air oleh biji. Air yang
berimbibisi menyebabkan biji mengembang, memecahkan kulit biji, dan memicu
perubahan metabolic pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan
pertumbuhannya. Munculnya plantula (tumbuhan kecil) dari dalam biji merupakan hasil
pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1)
Perkecambahan Epigeal: merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon
terangkat keatas tanah. Ruas batang di bawah daun lembaga (hipokotil) akan tumbuh lurus
mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan demikian epikotil dan kotiledon terangkat ke
atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai daun pertamanya. Sedang kotiledon
akan layu dan rontok karena cadangan makanannya telah habis oleh embrio yang
berkecambah. Contohnya pada perkecambahan kacang hijau dan kacang tanah. 2)
Perkecambahan Hypogeal: merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon
tetap tertanam di bawah. Tumbuhnya epikotil memanjang sehingga plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal
di dalam tanah. Praktikum Tipe Bibit ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui
perbedaan antara bibit epigeal dan hipogeal.
1.2 Tujuan
1. Melihat tipe pemunculan bibit yang epigeal dan hypogeal
2. Mengetahui struktur – struktur penting dari bibit.

35
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tahap awal pertumbuhan pada monokotil berbeda dengan dikotil. Pada monokotil,
akan tumbuh koleoptil sebagai pelindung ujung bakal batang. Begitu koleoptil muncul di
atas permukaan tanah, pucuk daun pertama akan muncul menerobos koleoptil. Biji masih
tetap berada di dalam tanah dan memberi suplai makanan kepada kecambah yang sedang
tumbuh. Perkecambahan seperti ini dinamakan perkecambahan hypogeal. Pada koleptil
tidak muncul koleoptil. Dari dalam tanah, kotiledonnya akan muncul ke atas permukaan
tanah bersamaan dengan munculnya daun pertama. Kotiledon akan memberi makan bakal
daun dan bakal akar sampai keduanya dapat mengadakan fotosintasis. Itulah sebabnya
lama-kelamaan kotiledon menjadi kecil dan kisut. Perkecambahan yang kotiledonnya
terangkat ke permukaan tanah dinamakan perkecambahan epigeal (Ferdinand dan Mukti
2007).
Kacang kapri menunjukkan perkecambahan hypogeal: dua kotiledon (daun embrio)
tetap bawah tanah. Pembelahan mitosis sel dalam epicotyls (daerah tepat di atas kotiledon)
mendorong Plumula keluar dari tanah. Plumula mengadopsi bentuk bengkok untuk
melindungi ujung yang halus agar dapat tumbuh melalui tanah. Ujung bertindak sebagai
wilayah pertumbuhan utama (meristem), tunas setelah daun telah tumbuh dan mulai
photoshynthes. Dalam bunga matahari, dua kotiledon yang mendorong keluar dari tanah
dengan pertumbuhan hipokotil (daerah tepat di bawah kotiledon). Ini disebut
perkecambahan epideal. Selama pertumbuhan bulu kecil melalui tanah, ujung bulu kecil
yang terselip aman antara dua kotiledon (Kent 2000).
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponenkomponen benih
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Tipe
perkecambahan ada dua jenis dan yang membedakannya adalah letak posisi keping benih
(kotiledon) pada permukaan tanah. Tipe pertama adalah epigeal (epygeal germination) dan
kedua adalah tipe hipogeal (hypogeal germination). Apabila keping benih terangkat di atas
permukaan tanah dinamakan tipe epigeal. Namun bila keping benih tersebut tetap tinggal
di dalam tanah disebut hipogeal. Biji durian memiliki tipe perkecambahan epigeal (Sari et
al. 2012).Kotiledon modus ekspansi (epigeal / hypogeal perkecambahan)
dapat memainkan peran kunci untuk pembentukan awal. Cadangan makanan di kotiledon

36
tersedia untuk bibit hanya jika umur panjang mereka cukup panjang. Itu jumlah daun dan
tinggi bibit dicapai sebelumnya fase air selanjutnya dapat bertanggung jawab untuk
kelangsungan hidup dengan banjir. Karakteristik seperti waktu untuk perkecambahan dan
morfologi awal bibit terkait erat dengan strategi pembentukan spesies di lokasi tertentu
(Parolin et al. 2003).
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang
merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat
berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan
radikula menjadi akar. Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal). Tipe ini terjadi, jika
plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Tipe perkecambahan di bawah
tanah (Hipogeal). Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan
kotiledon tinggal di dalam tanah. Makanan untuk pertumbuhan embrio diperoleh
daricadangan makanan karena belum terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam
fotosintesis. Pada tumbuhan dikotil makana diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada
tumbuhan monokotil diperoleh dari endosperm (Mustahib 2011).

Gambar 1. Tipe Epigeal

Gambar 2. Tipe hipogeal

37
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 26 Maret 2019 pada pukul 07.15 WIB
di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo
Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat : Pot (wadah media tanam), tanah, pasir, timbanagn digital
Bahan : Padi (Oryza satifa) varietas air mas,seni mas, kemangi, jagung (Zea
mays), kacang panjang (Vigna unguiculata), kacang hujau (Vigna
readiata), kedelai (Glycine max) varietas Detam 3 dan anjarmoro
3.3 Cara Kerja
1. Sediakan medium perkecambahan ( tanah dan pasir ) di dalam pot.
2. Timbang tanah dan pasir masing-masing 5 kg, dan masukkan ke dalam media
perkecambahan.
3. Tanamlah setiap bahan diatas dengan susunan 10 baris dan 8 kolom yang mana tiap
jenis biji yang ditanam sebanyak 10 biji, dengan jarak tanam 2x5 cm, dan
kedalaman ±2cm
4. Siram dengan air menggunakan sprayer
5. Setelah satu minggu lakukan pengamatan tipe perkecambahan dan struktur penting
kecambah.

38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

N NAMA GAMBAR KETERANGA TIPE


O BAHAN N PERKECAMBAH
AN

1 Padi 4 1. Akar HIPOGEAL


2. Kotiledon
(Orzya sativa) 3 3. Kleoptil
4. Daun utama
v.air mas 2
1

2 Padi 4 1. Akar HIPOGEAL


2. Kotiledon
(Orzya sativa) 3 3. Kleoptil
2 4. Daun utama
v. seni mas
1

3 Padi 1. Akar HIPOGEAL


4
2. Kotiledon
(Orzya sativa) 3 3. Kleoptil
4. Daun utama
v. kemangi 2
1

4 Jagung 4 1. Akar HIPOGEAL


2. Kotiledon
(Zea mays) 3 3. Kleoptil
2 4. Daun utama

39
N NAMA GAMBAR KETERANG TIPE
O BAHAN AN PERKECAMBAHA
N

5 Kacang 4 1. Akar EPIGEAL


Panjang 2. Kotiledo
Kutilang 3 3. Kleoptil
4. Daun
2 utama
(vigna
unguiculata 1
ssp.sequipedali
)

6 Kacang Hijau 4 1. Akar EPIGEAL


2. Kotiledo
( vigna radiate) 3 3. Kleoptil
2 4. Daun
utama
1

7 Kedelai 1. Akar EPIGEAL


4
Anjasmoro 2. Kotiledo
(glycine max) 3 3. Kleoptil
4. Daun
2 utama
1

8 Kedelai Detam 4 1. Akar EPIGEAL


3 (glycine max) 2. Kotiledo
3 3. Kleoptil
2 4. Daun
utama
1

4.2 Pembahasan
Epigeal: merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon terangkat
keatas tanah. Ruas batang di bawah daun lembaga (hipokotil) akan tumbuh lurus
mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan demikian epikotil dan kotiledon terangkat ke

40
atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai daun pertamanya. Sedang kotiledon
akan layu dan rontok karena cadangan makanannya telah habis oleh embrio yang
berkecambah yaitu pada perkecambahan kacang panjang dan kacang hijau.
Perkecambahan Hypogeal: merupakan perkecambahan yang mengakibatkan
kotiledon tetap tertanam di bawah. Tumbuhnya epikotil memanjang sehingga plumula
keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon
tertinggal di dalam tanah. Dari pengamatan praktikum ini tipe hypogeal terdapat pada
jagung dan padi.
Tipe egigeal biasanya tanaman dikotil sedangkan Tipe hipogel merupakan tanaman
tipe monokotil, struktur bibit dari tipe dikotil, yaitu : daun pertama, epokotil, kotiledon,
hipokotil, dan akar. Tipe monokotil, yaitu: daun pertama, epikotil, kotiledon dan akar. Dari
pengamatn praktikum ini tipe epigeal terdapat pada tanaman kacang hijau, kedelai dan
kedelai hitam.

41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasip praktikum yang telah dilakukan maka dapat dsimpulkan bahwa
tipe perkecambahan ada 2 yaitu hipogeal, dan epigeal. Tipe perkecambahan hipogeal
umumnya pada biji monokotil, dimana kotiledonnya tetap berada didalam tanah walau
tanaman sudah berkecambah, dan yang satu lagi yaitu epigeal pada biji yang dikotil,
dan kotiledonnya ikut terangkat keatas permukaan tanah.

5.2 Saran

Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan
terhadap objek yang diamati, agar tidak terjadi kesalahan

42
DAFTAR PUSTAKA

Ferdinand F dan Moekti A 2007. Biologi. Jakarta: Visindo Media Persada

Kent M 2000. Advanced Biology. England: Oxford University Press

Mustahib 2011. Epigeal dan Hipogeal. http://biologi.blogsome.com. Diakses pada tanggal


28 Mei 2019

Parolin P 2003. Germination Characteristics and Establishment of Trees from Central


Amazonian Flood Plains. International Society for Tropical Ecology. 44(2):157–169

Rachmawati F et al. 2009. Biologi. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan


Nasional.

Sari AAA et al. 2012. Pengaruh Kedalaman Tanam Benih terhadap Perkecambahan dan
Pertumbuhan Bibit Durian (Durio zibethinus murr.). Jurnal Ilmu Pertanian.2(1):1–
11

43
PRAKTIKUM 4

PENGUKURAN KADAR AIR BENIH

44
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadar air benih ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena
pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase
terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air
dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan
dalam % terhadap berat asal contoh benih.
Penyimpanan dan daya hidup suatu benih sangat erat hubungannya dengan kadar air.
Biasanya benih mengandung kadar air yang rendah pada bagian lapisan penutup atau
perikarp, jika dibandingkan dengan bagian embrio dan endosperma. Penyimpanan akan
menyebabkan perubahan kandungan kadar air dari suatu biji yang nantinya keadaan ini
akan mempengaruhi laju kemunduran benih tersebut.
Umumnya pada tanaman serealia (padi-padian) dan kacang-kacangan (legume), pada
saat mendekati masak kadar airnya konstan sekitar 20 %, tetapi sedikit naik turun seimbang
dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Benih setelah dipanen atau dipetik dari pohon
induknya perlu segera dikeringkan sampai kadar air tertentu yang aman, misalnya padi 11-
12 %, jagung 11-12 %, kedelai 10-11 %, kacang hijau 11-12 % dan kacang tanah 10-11 %.
Penurunan kadar air ini berhubungan dengan benih akan disimpan, beberapa hari, minggu,
bulan atau tahun. Tinggi rendahnya kadar air dalam benih memegang peranan yang
demikian penting dan berpengaruh besar terhadap mutu benih. Jumlah air dalam suatu
benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan berat basah atau berat kering
benihnya. Bila kadar air benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka
jumlah airnya merupakan persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan.
Selama perkembangan, pemasakan dan pematangan, kadar air benih menurun perlahan
–lahan hingga benih yang dipanen akhirnya mengering sampai batas yang tidak ada
lagi penurunan kelembaban, karena kadar airnya telah mencapai keseimbangan dengan
kelembaban nisbi lingkungan sekitarnya. Kadar air benih dapat diukur dengan
menggunakan metode langsung (menggunakan oven) maupun tidak langsung dengan
menggunakan moister tester. Prinsip kerja pada pengukuran kadar air secara tidak langsung
dengan menggunakan oven adalah pengurangan antara beret basah yakni berat benih

45
sebelum dioven dikurang dengan berat kering. Selisih tersebut dibagi dengan berat basah
dikalikan 100% sehingga bisa diperoleh kadar air. Sedangkan pengukuran tidak langsung
kadar air dapat segera diketahui setelah benih dilakukan pengukuran kadar air melalui
moiture tester. Penentuan kadar air wajib untuk dikuasai oleh praktikan, kedepan dengan
menguasai teknik pengukuran kadar air yang baik diharapkan didunia kerja dapat
dimanfaatkan sebagai pertimbangan penentuan kadar air sebelum panen dan penentuan
kadar air selama masa simpan benih.

1.2 Tujuan

1. Mempelajari dua cara pengukuran kadar air benih dengan metode langsung dan
tidak langsung.
2. Untuk menetukan komposisi contoh kerja benih yang diuji
3. Untuk mengetahui identitas macam spesies benih dan bagian – bagian kotoran
benih dalam contoh kerja benih yang diuji.

46
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya
kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu
dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya (Sutopo,
2006) .
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih.
Prinsip dari metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis air yang
ada di dalam benih. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan dengan metode oven suhu
tinggi konstan dan metode suhu rendah konstan maupun dengan menggunakan metode
cepat. Saat mengerjakan penetapan kadar air benih, kelembapan udara nisbi laboratorium
harus kurang dari 70%. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar air benih padi
yaitu metode oven suhu tinggi konstan 130 – 133 ˚C (Kuswanto 2007).
Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman
diproses lebih lanjut, terhindar dari serangan hama dan penyakit serta tidak berkecambah
sebelum waktunya. Dalam pengeringan benih perlu diketahui sifat benih apakah ortodoks
atau rekalsitran. Pada benih ortodoks kadar air saat pembentukan benih seitar 35-80 % dan
pada saat tersebut benih belum cukup masak dipanen. Pada kadar air 18-40 % benih telah
mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi dan benih peka terhadap
detiorasi, cendawan, hama, dan kerusakan mekanis (Heuver 2006).
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung
secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini
yang sering disebut dengan metode oven, sedangkan pengukuran kadar air secara tidak
langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan
hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya
dengan menggunakan alat yang bernama Steinlete Moisture Tester (Hasanah, 2006).
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih
tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara
6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum
ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang

47
dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu
merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu
diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio
(Mugnisjah, 1990).
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan
lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi
setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena
dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh
autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang
yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong dan Ellis , 2005).

48
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu hari selasa 02 april 2019 ,pukul 07 : 15
– 08 : 45 wib di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi,
Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


Alat : cawan, oven, moisture testr, timbangan analitik, OGA Digital model TD-
5, alat – alat tulis, Timbangan analitik, kantong platik, meja analisi.
Bahan : benih padi (Oryza satva), kedelai (Glycine max)

3.3 Cara kerja


1. Kadar air benih diukur dengan alat pengukur kadar air benih ,yaitu moisture tester dan
OGA digital TD-S, sebelum kadar air benih ditentukan terlebihdahulu alat yang
digunakan diambil secara random.
2. Setelahitucatathasilpengamatannya
3. Ambil 25 – 50 biji kedelai dan padi secara acak kemudian menentukan kadarairnya
dengan oven pada suhu 105 C selama 1 x 24 jam
4. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali ulang
5. Untuk menentukan pengukuran kadar air benih dengan metode oven dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Berar basah – berat kering  100 %
Berat kering

49
4.1 Hasil

METODE NAMA BENIH KADAR AIR BENIH RATA-


RATA
U1 U2 U3

Tidak Langsung Padi 16,5 16,2 16,5 16,4

(Oryza sativa)

(Mousture Kedelai 16,3 16,4 16,4 16,36


Tester)
(Glycme max).

METODE NAMA Berat Basah ( g) Berat Kering (g)


BENIH
U1 U2 U3 U1 U2 U3

Langsung Padi 0,65 0,60 0,62 0,58 0,57 0,56

(Oryza sativa)

Oven Kedelai 3,89 3,88 3,92 3,30 3,70 3,84

(Glycme max).

• Perhitungan Kadar Air Benih diperoleh sebagai berikut:


1. Padi (Oryza sativa)
U1 = 0,65 – 0,58 x 100% = 10,76%
0,65

U2 = 0,60 – 0,57 x 100% = 5%


0,60

50
U3 = 0,62 – 0,56 x 100% =9,67%
0,62

2. Kedelai (Glycme max)


U1 = 3,89 – 3,30 x 100% =15,16%
3,89
U2 = 3,88 – 3,70 x 100% =4,63%
3,88
U3 = 3,92 – 3,84 x 100% =2,04%
3,92

4.2 Pembahasan
Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal
contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air
benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan
dalam rangka mempertahankan viabilitas benih. Pengujian kadar air ini menggunakan
metode yaitu metode lansung yaitu dengan menggunakan oven.
Pada metode langsung ( oven/tanur ) disini bahan yang di gunakan adalah benih
Padi dan Kedelai yang dilakukan dengan kali ulangan. pada setiap kelompok yang berbeda
.Benih ditimbang dahulu, kemudian masukan kedalam oven dengan suhu 60 c, tunggu
hinggga 24 jam, periksa lalu timbang, jika berat yang ditimbang kurandg dari berat awal,
maka peng-ovenan dihentikan dan data tersebut digunakan untuk perhitugan, metode ini
digunakn untuk setiap benih yang diberika kapada kelompok masing – masing.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Perhitungan menggunakan rumus : 𝑥 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Dimana berat basah ialah berat sebelun benih di oven dan berat kering merupaakn
berat benih yang setelah di oven, gunakakn rumus maka akan mendapatkan hasil untuk
setiap benih yang diuji.

51
Hasil yang didapatkan setiap kelompok bervariasi, angka yang ditunjukan dari hasil
perhitungan, merupakan kadar air benih tersebut, dari sana kita dapat menentukan benih
tersebut memiliki kadar air yang bagus atau tidak.
Dari kedua Metode terdapat hasil pengamatan pada perhitungan kadar air benih
padi dan kedelai yang diamati selama 4 hari dilakukan harus sampai konstan, dari metode
tidak langsung pada U1 = 10,76%, U2= 5% dan U3=9,67%, sedangkan pada metode
langsung yang menggunakan Oven terdapat nilai pada U1=15,16%, U2=4,63% dan Pada
U3=2,04%

52
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Pengukuran Kadar air ini adalah;
1. Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap
berat asal contoh benih.
2. Pengujian kadar air ini menggunakan dua metode yaitu metode lansung
yaitu dengan menggunakan oven/tanur dan metode tidak langsung dengan
menggunakan alat Oga Digital TD-5.

5.2 Saran
Praktikan diharapkan memperhatikan pada saat pengarahan, dan mengurangi
keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan
dapat memperoleh hasil yang akurat.

53
PRAKTIKUM 5

PENGUJIAN KEMURNIAAN BENIH

54
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat
dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan deskripsi
mutu benih yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak produsen
merupakan pengujian yang bertujuan untuk memperoleh persentase kemurnian suatu lot
benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan memisahkan benih ke dalam tiga komponen,
yaitu benih murni (benih yang dimaksud oleh pihak produsen), benih tanaman lain (benih
komoditas lain atau varietas lain yang masih satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk
memperoleh persentase kemurnian maka benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan
hasilnya dibandingkan dengan standar minimum benih murni.
Pengujian benih ini dilakukan untuk menetapkan nilai setiap contoh benih yang
diuji sehingga akan diketahui bagaimana keadaan faktor kualitas benihnya. Faktor kualitas
benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran
yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih. Ternyata usaha pengujian
benih ini telah dilaksanakan sejak zaman nenek moyang kita, walaupun hasilnya kurang
memuaskan tetapi berhasil menyelamatkan usaha taninya. Pengujian yang mereka
laksanakan biasanya menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium, dan menggigit
benih-benih tersebut, dengan patokan-patokan tradisional. Hasil dari usaha pengujian-
pengujian benih yang mereka lakukan adalah mereka dapat mempertahankan kelangsungan
usaha taninya, serta mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dalam jangka waktu panjang
(beratus-ratus tahun).
1.2 Tujuan
1. Untuk menetukan komposisi contoh kerja benih yang diuji
2. Untuk mengetahui identitas macam spesies benih dan bagian-bagian kotoran benih
dalm contoh kerja benih yag diuji
.

55
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat
dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan deskripsi
mutu benih yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak produsen
merupakan pengujian yang bertujuan untuk memperoleh persentase kemurnian suatu lot
benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan memisahkan benih ke dalam tiga komponen,
yaitu benih murni (benih yang dimaksud oleh pihak produsen), benih tanaman lain (benih
komoditas lain atau varietas lain yang masih satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk
memperoleh persentase kemurnian maka benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan
hasilnya dibandingkan dengan standar minimum benih murni. Uji kemurnian benih
sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh itu
baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase kadar air dan viabilitas benih.
Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan
dari benih campuran (Kuswanto, 1997).
Faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari varietas-varietas yang memiliki
genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,
responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap cekaman
abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya
kecambah yang tinggi, bebasdari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari hama dan
penyakit, serta kadar air benih yang rendah (Kamil, 1986). Dalam pengertian benih murni
termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji
laboratorium. Yang termasuk ke dalam kategori benih murni dari suatu species adalah
benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah
berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh
benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke
dalam species yang dimaksud (Justice, 1990).
Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian
yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma
mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori
gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran

56
yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk
semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni,
benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan
bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun (Sutopo, 1984).
Uji kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang
kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih
murni (pure seed), benih tanaman lain, dan kotoran pada masa benih.
Benih uji dipisahkan menjadi 3 komponen yaitu ;
1. Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang
sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah: a) Benih masak utuh, b)
Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak, c) Benih yang telah berkecambah
sebelum diuji, d) Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang
sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam
spesies yang dimaksud, e) Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
2. Benih varietas lain adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan
tidak dimaksudkan untuk diuji.
3. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh.
Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
a) Benih dan bagian benih, b) Benih tanpa kulit benih, c) Benih yang terlihat bukan benih
sejati, d) Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal, e) Cangkang benih
ataupun batu
Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu
persatu secara visual menggunakan purity desk bedasarkan penampakan morfologi. Setelah
dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan dengan menggunakan
timbangan pada setiap komponen tersebut, yaitu benih tanaman lain/ varietas lain dan
kotoran benih dipisahkan dimana kotoran benih yang dipisah yaitu kotoran fisis halus dan
kasar, dimana berat dari benih varietas lain yang berupa terdapat benih.
Dengan adanya hasil penimbangan tiap komponen dapat di
ketahui persentase benih, mulai dari berat fisis halus dan kasar. Kemudian persentase fisis
yang didapat dikurang 100 sehingga didapatkan hasil persentase benih bersih .Setelah
itu,dipisahkan lagi hal yang terdapat pada benih selanjutnya,yaitu spesies atau varietas

57
lain.Varietas lain yang didapatkan. Selanjutnya dicari perhitungan persentase varietas lain.
Sehingga dengan adanya hasil tersebut akan di dapatkan seberapa
benih murni yang ada pada benih . Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak
dan tidak berpenyakit. Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih
yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya
mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain
yang menyerupai benih dan gulma serta benih yang rusak atau pecah dan terkena penyakit.
Benih yang memiliki kemurnian yang tinggi
merupakan salah satu takaran atau ukuran untuk menjadi benih bersertifikat. Oleh karena
itu pengujian kemurnian benih dilakukan untuk menentukan komposisi berdasarkan berat
dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih
identitas dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam benih

58
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 2 April pada pukul 07.15 WIB di
Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Darat,
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : kantong plastik, meja analitik, timbangan analiti, kertas, ATK.
Bahan : kedelai (Glycine max), padi (Oryza sativa)
3.3 Cara Kerja
1, Timbang contoh kerja seberat 100 gr.
2. Letakkan contoh kerja tesebut diatas meja analisa yang dilapisi dengan plastic.
3. Tentukan (pisahkan) komponen – komponen sebagai berikut ;
a. Berat murni, BM dalam %
b. Kotoran benih, KB dalam %
c. Benih tanaman lain, BI dalam %
b. Benih rerumputan, BR dalam %
4. Timbang masing – masing komponen dan tentukan persentasenya. Pengamatan dibiuat
dalam bentuk table. Agar hasil dari masing – masing komponen tersebut tidak tercecer,
maka hasil pemisahan tersebut diletakkan dalam kantong plastic.
5. Hasil ; BM= %
KB= %
BI= %
BR= %
Berat komponen setelah ditimbang hendaknya tidak beselisih lebih dari 1% dengan
berat awal, seandainya terjadi selisih lebih besar 1% pengujian harus diulang lagi.

Perhitungan ;
Karena bck > 25 gram, maka cara menghitung persentase komponen-komponen
tesebut adalh sebagai berikut ;

59
a. Persentase berat dari masing – masing komponen ( kecuali berat benih murni )
dihitung terhadap berat hasil contoh kerja.
b. Komponen benih murni dihitung dengan mengurangi angka 100% dengan jumlah
% berat ke – 3 komponen lainnya.
𝑎
𝑥 100%
𝑏𝑐𝑘
a= berat komponen
b= berat contoh kerj

60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Komponen Benih BM (g) KB (g) BL(g) BK(g)

Padi 95.40 0,843 3,94 0

( Oryza sativa)

Kedelai 92.73 1.423 4,41 0

( Glycine max L)

4.2 Pembahasan
Perhitungan : Rumus a x 100%
bck
a. Padi ( Oryza sativa)
• BM = 95,40 g
a x 100% = 9,540 x 100% = 95,4%
bck 100

• KB = 0,843 g
a x 100% = 0,843 x 100% = 0,843%
bck 100

• BL = 3,94 g
a x 100% = 3,94 x 100% = 3,94%
bck 100

61
• BK = 0 g
a x 100% = 0 x 100% =0
bck 100

b. Kedelai ( Glycine max L)


• BM = 9,873 g
a x 100% = 9,873 x 100% = 9,873%
bck 100

• KB = 1.423 g
a x 100% = 1.423 x 100% =1,423%
bck 100

• BL = 4,418 g
a x 100% = 4,418 x 100% =4,418%
bck 100

• BK = 0 g
a x 100% = 0 x 100% =0
bck 100
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih
harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana
teknologi yang maju (Sadjad, 1977). Seiring petani mengalami kerugian yang
tidak sedikit baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat penggunaan
benih yang bermutu rendah. Oleh karena itu meskippun pertumuhan dan produksi
tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanamn, tetapi
harus diingat pentingnya pemilihan mutu benih yang akan digunakan. Hasil
pengamatan yang dilakukan bahwa persentase benih murni lebih besar
dibandingkan dengan kotoran benih. Benih murni kedelai selalu lebih besar dari
90 %, dan kotoran benih dibawah 10 %. Sedangkan benih murni padi selalu diatas
99 % dan kotoran benih dibawah 1%. Dengan demikian benih yang tersedia pada
pengamatan kali ini cukup baik.

62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Manfaat kemurnian benih untuk menjaga kualitas benih dan mengetahui
presentase kemurnian benih.
2. Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak dan tidak
berpenyakit.
3. Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama.
4. Kotoran benih merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji
yang tidak berupa benih atau benih yang rusak atau pecah dan terkena
penyakit ataupun batu .

63
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, M dan D Rusmin 2006. Teknologi Pengelolaan Benih Beberapa


Tanaman Obat Di Indonesia. Balai Penelitian Pangan dan Obat. Jurnal
Litbang Pertanian. Volume 25 (2) : 68 – 73. Bogor.

Hong T D and R H Ellis 2005. A protocol to determine seed storage behaviour


IPGRI Technical Bulletin No1. Dept. of Agric. The University of Reading,
UK.

Justice, Oren L. dan Louis N. B. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih.

Kartasapoetra, A. G. 1986. Teknologi Benih, Pengolahan Benih danTuntunan


Praktikum. Bina aksara. Jakarta.

Kamil, J. 1986. Teknologi Benih 1 cetakan ke 10. Angkasa Raya, Padang.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta.

Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press. Jakarta.

Sutopo L 2006. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.

Rajawali Press. Jakarta.

Sutopo, L. 1984. Teknologi Benih cetakan ke empat. PT Raja Grafindo


Persada.Jakarta.

64
PRAKTIKUM 6

UKDDP ((UJI KERTAS DIGULUNG DIDALAM PLASTIK)

65
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai
alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan
fungsional tidak sama dengan biji. Biji bukan objek pasca panen karena benih
merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan sejak benih
sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya sampai menghasilkan benih
bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih. Pengujian daya
kecambah dan kekuatan tumbuh yaitu dengan mengecambahkan benih pada
kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu
menghitung presentase daya berkecambahnya.
Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih
yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan
menguntungkan bagi perkecambahan seperti letersediaan air, cahaya, suhu dan
oksigen. Pengujian benih tersebut sangat penting, karena dengan terujinya benih
berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam
pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang
dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk
pertanian. Definisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan oleh
genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih memproduksi
bibit yang tumbuh cepat.
1.2 tujuan pratikum

1. Menentukan prosentase dari perkecambahan benih


2. Untuk menentukkan daya berkecambah benih ( seed vability )
3. Untuk menentukan index value dari perkecambahan benih
4. Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih ( seed vigor )
5. Untuk menentukan kekuatan tumbuh ( seed vigor ) benih yang
diuji

66
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih,
hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah
hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan
dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan
tanah juga (Yaya, et al., 2003). Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan
selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara.
Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh
benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
dan lamtoro. Tipe perkecambahan hipogeal berbeda dengan tipe epigeal, pada
hipogeal kotiledon tidak terangkat keatas permukaan tanah namun tetap tinggal di
dalam tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan hipogeal yaitu padi,
jagung, kelapa dan lain sebagainya.
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai
alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan
fungsional tidak sama dengan biji (Sadjad, 1993). Biji bukan objek pasca panen
karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan
sejak benih sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya sampai
menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih
(BPMBTPH, 2006) .
Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih di dalam satu
ovari pada legume, tetapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari
pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian, yaitu:
(1) Embryo, (2) Kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo terbentuk atau berasal
dari telur yang dibuahi (zygote) dengan mengalami pembelahan sel di dalam
embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada
legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan
lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan
proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis.

67
Daya berkecambah (viabilitas) dan kekuatan tumbuh (vigor) merupakan
salah satu komponen dari mutu benih (selain, kemurnian dan kadar air). Viabilitas
benih harus diikuti dengan vigor yang tinggi, karena hanya dengan vigor tinggi
benih mampu untuk berkembangbiak atau menyebarkan spesiesnya pada kondisi
lingkungan yang optimum atau sub-optimum maupun dapat disimpan lama. Benih
yang mempunyai viabilitas dan vigor yang baik akan berdampak pada
produktivitas nantinya. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan
disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata
tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium
adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi di lapang yang sebenarnya
sangat beraneka ragam dan jarang didapati berada pada keadaan yang optimum.
Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan tersebut dapat
menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sajad, 1993).
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap
tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih
di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing ‘kekuatan
tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih
pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan di lapangan sub-optimum atau sesudah benih melampui suatu
periode simpan yang lama. (Mugnisjah, 1990)
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari
performance fenotipe kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat
berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai
kondisi yang menimpanya (Bewley and Black. 1985). Sadjad (1994) menguraikan
vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada
kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang
suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Selanjutnya Perry
(2002) mendefinisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan oleh

68
genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih memproduksi
bibit yang tumbuh cepat di tanah serta memiliki toleransi terhadap berbagai
kondisi lingkungan yang luas. Sementara itu, viabilitas benih merupakan daya
hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala
metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas
potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan
kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada
kondisi lapang yang optitum (Harringto, 1972).
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena
terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh
karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara
kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya
vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984)
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih.
Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter
viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi
parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih
adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi
normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi
yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002). Persentase daya berkecambah
merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan
dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan
hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor
apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya
kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi
perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen (Throneberry
and Smith, 2001).

69
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 16 April 2019 pukul 07.15 –
09.00 WIB. Di Laboratorium Teknologi benih Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.
3.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
Kertas substrat, plastik, wadah air
Bahan yang digunakan :
Benih kedelai anjasmoro, padi air mas, padi SNI mas, padi kemangi,
kedelai detam 3 dan kacang hijau
3.3 Prosedur kerja
− Ambilah 3 lemberan kertas substrat ukuran 20x30cm yang etelah
dibasahi kemudian letakan diatas plastik berukuran 20x30cm
− Tanam benih diatas lembaran substrat dalam satu deretan, jarak tanam
benih sama dengan benih lainya yaitu 25 butir
− Tutup substrat tadi dengan kertas substrat yang telah dibasahi 2
lembar, kemudian digulung
− Letakan didalam germinator dengan posisi berdiri
− Amati setelah 4x24jam semua benih

70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Tabel 1 : Uji Daya Berkecambah


Nama Benih Hari Jumlah Perhitungan uji daya
yang ditanam pengamatan Berkecambah kecambah (SGT)

Padi Kemangi U1 = 4 4/25 x 100% = 16%


(Oryza sativa)
3 U2 = 3 3/25 x 100% = 12%

U3 = 5 5/25 x 100% = 20%

U1 = 8 8/25 x 100% = 32%

5 U2 = 9 9/25 x 100% = 36%

U3 = 8 8/25 x 100% = 32%

U1 = 24 24/25 x 100% = 96%

7 U2 = 20 20/25 x 100% = 80%

U3 = 20 20/25 x 100% = 80%

Padi SNI Mas U1 = 6 6/25 x 100% = 24%


(Oryza sativa)
3 U2 = 4 4/25 x 100% = 16%

U3 = 5 5/25 x 100% = 20%

U1 = 13 13/25 x 100% = 52%

5 U2 = 12 12/25 x 100% = 48%

U3 = 15 15/25 x 100% = 60%

U1 = 20 20/25 x 100% = 80%

71
7 U2 = 21 21/25 x 100% = 84%

U3 = 25 25/25 x 100% = 100%

Padi Air mas U1 = 1 1/25 x 100% = 4%


(Oryza sativa)
3 U2 = 1 1/25 x 100% = 4%

U3 = 4 4/25 x 100% = 16%

U1 = 2 2/25 x 100% = 8%

5 U2 = 3 3/25 x 100% = 12%

U3 = 8 8/25 x 100% = 32%

U1 = 4 4/25 x 100% = 16%

7 U2 = 6 6/25 x 100% = 24%

U3 = 11 11/25 x 100% = 44%

Kedele Detam 3 U1 = 5 5/25 x 100% = 20%


(Glycine max)
3 U2 = 6 6/25 x 100% = 24%

U3 = 3 3/25 x 100% = 12%

U1 = 10 10/25 x 100% = 40%

5 U2 = 8 8/25 x 100% = 32%

U3 = 11 11/25 x 100% = 44%

U1 = 23 23/25 x 100% = 92%

7 U2 = 28 28/25 x 100% = 72%

U3 = 20 20/25 x 100% = 80%

Kedele U1 = 0 0/25 x 100% = 0%

72
Anjasmoro 3 U2 = 0 0/25 x 100% = 0%
(Glycine max)
U3 = 0 0/25 x 100% = 0%

U1 = 0 0/25 x 100% = 0%

5 U2 = 0 0/25 x 100% = 0%

U3 = 0 0/25 x 100% = 0%

U1 = 0 0/25 x 100% = 0%

7 U2 = 1 1/25 x 100% = 4%

U3 = 0 0/25 x 100% = 0%

Kacang Hijau U1 = 2 2/25 x 100% = 8%


(Vigna radiata)
3 U2 = 5 5/25 x 100% = 20%

U3 = 8 8/25 x 100% = 32%

U1 = 5 4/25 x 100% = 20%

5 U2 = 15 3/25 x 100% = 60%

U3 = 12 5/25 x 100% = 48%

U1 = 8 8/25 x 100% = 16%

7 U2 = 25 25/25 x 100% = 100%

U3 = 25 25/25 x 100% = 100%

73
Tabel 2 : Uji Kecepatan Bekecambah

Nama benih yang Hari Jumlah IVT


ditanam pengamatan berkecambah

Padi Kemangi U1 = 1 1/2 = 0,5


(Oryza sativa)
2 U2 = 1 1/2 = 0,5

U3 = 2 2/2 = 1

U1 = 4 4/3 = 1,6

3 U2 = 3 3/3 = 1

U3 = 5 5/3 = 1,6

U1 = 6 6/4 = 1,5

4 U2 = 7 7/4 = 1,75

U3 = 6 6/4 = 1,6

U1 = 8 8/5 = 1,6

5 U2 = 9 9/5 = 1,8

U3 = 8 8/5 = 1,6

U1 = 20 20/6 = 3,3

6 U2 = 17 17/6 = 2,8

U3 = 14 14/6 = 2,3

U1 = 24 24/7 = 3,4

7 U2 = 20 20/7 = 2,8

U3 = 20 20/7 = 2,8

74
Pasi SNI Mas U1 = 2 2/2 = 1
(Oryza sativa)
2 U2 = 1 1/2 = 0,5

U3 = 1 1/2 = 0,5

U1 = 6 6/3 = 2

3 U2 = 4 4/3 = 1,3

U3 = 5 5/3 = 1,6

U1 = 9 9/4 = 2,2

4 U2 = 7 7/4 = 1,7

U3 = 9 9/4 = 2,2

U1 = 13 13/5 = 2,6

5 U2 = 12 12/5 = 2,4

U3 = 15 15/5 = 3

U1 = 17 17/6 = 2,8

6 U2 = 15 15/6 = 2,5

U3 = 20 20/6 = 3,3

U1 = 20 20/7 = 2,8

7 U2 = 21 21/7 = 3

U3 = 25 25/7 = 3,5

Padi Airmas U1 = 0 0/2 = 0


(Oryza sativa)
2 U2 = 0 0/2 = 0

U3 = 2 2/2 = 1

75
U1 = 1 1/3 = 0,3

3 U2 = 1 1/3 = 0,3

U3 = 4 4/3 = 1,3

U1 = 1 1/4 = 0,25

4 U2 = 2 2/4 = 0,5

U3 = 5 5/4 = 1,2

U1 = 2 2/5 = 0,4

5 U2 = 3 3/5 = 0,6

U3 = 8 8/5 = 1,6

U1 = 3 3/6 = 0,6

6 U2 = 5 5/6 = 0,8

U3 = 10 10/6 = 1,6

U1 = 4 4/7 = 0,5

7 U2 = 6 6/7 = 0,8

U3 = 11 11/7 = 1,5

Kedele Detam 3 U1 = 3 3/2 = 0,3


(Glycine max)
2 U2 = 2 2/2 = 1

U3 = 1 1/2 = 0,5

U1 = 5 5/3 = 1,6

3 U2 = 6 6/3 = 2

U3 = 3 3/3 = 1

76
U1 = 7 7/4 = 1,7

4 U2 = 7 7/4 = 1,7

U3 = 8 8/4 = 2

U1 = 10 10/5 = 2

5 U2 = 8 8/5 = 1,6

U3 = 11 11/5 = 2,2

U1 = 16 16/6 = 2,6

6 U2 = 12 12/6 = 2

U3 = 17 17/6 = 2,8

U1 = 23 23/7 = 3,2

7 U2 = 18 18/7 = 2,5

U3 = 20 20/7 = 2,8

Kedele U1 = 0 0/2 = 0
Anjasmoro
2 U2 = 0 0/2 = 0
(Glycine max)
U3 = 0 0/2 = 0

U1 = 0 0/3 = 0

3 U2 = 0 0/3 = 0

U3 = 0 0/3 = 0

U1 = 0 0/4 = 0

4 U2 = 0 0/4 = 0

U3 = 0 0/4 = 0

77
U1 = 0 0/5 = 0

5 U2 = 0 0/5 = 0

U3 = 0 0/5 = 0

U1 = 0 0/6 = 0

6 U2 = 1 1/6 = 0,16

U3 = 0 0/57 = 0

U1 = 0 0/7 = 0

7 U2 = 1 1/7 = 0,14

U3 = 0 0/7 = 0

Kacang Hijau U1 = 1 1/2 = 0,5


(Vigna radiata)
2 U2 = 2 2/2 = 1

U3 = 4 4/2 = 2

U1 = 2 2/3 = 0,6

3 U2 = 5 5/3 = 1,6

U3 = 8 8/3 = 2,6

U1 = 3 3/4 = 0,75

4 U2 = 9 9/4 = 2,25

U3 = 10 10/4 = 2,5

U1 = 5 5/5 = 1

5 U2 = 15 15/5 = 3

U3 = 12 12/5 = 2,4

78
U1 = 7 7/6 = 1,1

6 U2 = 21 21/6 = 3,5

U3 = 19 19/6 = 3,1

U1 = 8 8/7 = 1,1

7 U2 = 25 25/7 = 3,5

U3 = 25 25/7 = 3,5

Tabel 3 : Uji Keserempakan Berkecambah

Nama Benih Benih yang dikecambah Benih yang berkecambah

U1 U2 U3 U1 U2 U3

Padi Kemangi (Oryza sativa) 25 25 25 20 17 14

Padi SNI Mas (Oryza sativa 25 25 25 17 15 20

Padi Airmas (Oryza sativa) 25 25 25 3 5 10

Kedele Detam 3 (Glycine max) 25 25 25 7 7 8

Kedele Anjasmoro (Glycine 25 25 25 0 0 0


max)

Kacang Hijau (Vigna radiata) 25 25 25 8 25 25

Ket.
• Tanaman monokotil = hari – 6
• Tanaman dikotil = hari – 4

79
Tabel 4 : Uji Berat Kering Kecambah

Nama Benih BB (g) BK (g)

U1 U2 U3 U1 U2 U3

Padi Kemangi (Oryza sativa) 0,72 0,74 0,68 0,10 0,10 0,03

Padi SNI Mas (Oryza sativa 1,00 1,09 1,19 0,14 0,14 0,13

Padi Airmas (Oryza sativa) 0,07 0,10 0,4 0,07 0,02 0,13

Kedele Detam 3 (Glycine 20,11 14,98 16,24 1,73 1,56 1,71


max)

Kedele Anjasmoro (Glycine 0 0,74 0 0 0,11 0


max)

Kacang Hijau (Vigna radiata) 3,36 18,45 15,78 0,27 0,78 0,83

4.2 Pembahasan
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang
sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002). Persentase daya
berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan
perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Dari hasil pemgamatan
yang diamati, bahwa perkecambahan serangkaian peristiwa penting sejak benih
dorman sampai kebibit dan pengamatan mendapatkan hasil yang berbeda.
hasil uji daya berkecambah benih yang menunjukkan jumlah rata-rata
yang berkecembah yakni kcang hijau dengan jumlah U1 8 U2 25 U3 25 yakni
pada hari ke7. adapun perhitungan uji kecepatan berkecambah yang di amati
yakni mengenai benih yang paling cepat muncul atau berkecambah, yang
dalam hal ini ditunjukkan benih mulai berkecambah rata-rata pada hari ke-2.
kecepatan kecambah perlu diketahui karena berhubungan dengan vigor benih.
benih yang mempunyai kecepatan kecambah yang tinggi maka tanaman yang
dihasilkan lebih tahan terhadap keaadaan yang kurang menguntungkan.
selanjutnya pada tabel 3 yakni mengenai uji kesempakan benih yang di amati
pada hari ke 4 untuk tanamn dikotil dan hari ke 6 untuk tanaman monokotil.
diketahu dalam tabel 3 yakni untuk tanaman monoktil yakni pada uji
keserempakan berkecambah yang baik ditunjukkan untyk varietas Snimas

80
dengan jumlah berkecambah U1 17 U2 15 U3 20, dan untuk tanaman dikotil
yakni Kacang hijau dengan jumlah brkecambah U1 8 U2 25 U3 25. selanjutnya
pada tabel 4 mengenai uji berat kering kecambah, yang mana dalam tahap ini
benih yang telah ditanam dikertas dalam germinator tersebut dipatahi bagian
tanamannya kecuali kotiledon. dan kemudian ditimbang berat basahnya lalu
dimasukkan dalam germinator pada suhu 77C. dan diamati setiap hari untuk
menimbang berat kering dari benih terebut hingga kotiledon.

81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih.
Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter
viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi
parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih
adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi
normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan memperhatikan pada saat pengarahan, dan
mengurangi keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan
dengan lancar dan dapat memperoleh hasil yang akurat, dan agar tidak terjadi
kesalahan dalam penghitungan.

82
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2013. Metode Uji Daya Kecambah dan Uji Kekuatan Benih
(http://dodikpertanianagroteknologi.blogspot.com/2013/07/metode-uji-
dayakecambahdan-uji-kekuatan.html) diakses pada 08 Mei 2019

Pratama, Andra. 2013. Laporan Akhir Praktikum Teknologi Benih


(https://andr4pratama.wordpress.com/2013/06/05/laporan-akhir-pratikum-
teknologi-benih/) diakses pada 08 Mei 2019

83
PRAKTIKUM 7

UJI KEKUATAN TUMBUH BENIH DENGAN SUBSTRAT


PASIR DAN BATU BATA

84
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum uji vigor yang dilakukan adalah deep soil test yaitu dengan
menanam benih pada kedalamaan berbeda dan red brick test yaitu menanam benih
pada media kerikil dan batu bata. Apabila benih mampu tumbuh dan berkecambah
dengan baik pada media dan kedalam tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa
kemampuan vigor benih tinggi. Pada praktek di lapangan, vigor benih
menentukan tingkat keserempakan tumbuh tanaman.
Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih berarti
terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari pelaksanaan
usaha taninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk
menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal.
Uji vigor merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-
macam. Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah
persentase kecambah normal.
Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih berarti
terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari pelaksanaan
usaha taninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk
menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal.
Uji vigor merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-
macam. Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah
persentase kecambah normal.
1.3 Tujuan
2 Menentukan presentasi dari perkecambahan benih
3 Menentukan kekuatan tumbuh benih pada kedalaman tanam tertentu

85
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap
tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih
di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing “kekuatan
tumbuh” dan “daya simpan” benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih
pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub oSecara umum vigor diartikan
sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang
sub optimal.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium
adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya
jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang
tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan
mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan
selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Bagod
2006).
Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing –
masing “kekuatan tumbuh” dan daya simpan” benih. Tanaman dengan tingkat
vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk
kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi
kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan
pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih
secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi
sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2011).
Pasir sering digunakan sebagai media alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Pasir memiliki sifat cepat kering sehingga akan memudahkan proses

86
pengangkatan bibit/benih yang telah berkecambah. Sedangkan media bata merah
halus juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Media jenis ini juga
berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya ukuran batu bata dibuat kecil seperti
kerikil atau ditumbuk halus. Karena semakin kecil ukurannya, kemampuan daya
serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin baik.
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan
perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat
dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan
tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan
munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang menunjukan bagaimana
benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor adalah gabungan antara
umur benih, ketahanan, kekuatan dan kesehatan benih yang diukur melalui
kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis biokimia (ISTA
2007)

87
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 23 April 2019 pukul 07.15
WIB . Di Laboraturium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas jambi.

A.2Bahan dan alat


A. Bahan: Jagung (Zea nays)
B. Alat : Bak kecambah, Pasir, Batu Bata, Air, Alat tulis, Kamera

3.3 Cara kerja


1. Isi bak masing masing dengan pasir dan batu bata hancur
2. Basahin substrat secukupnya
3. Tanam bak dengan masing-masing 25 benih jagung
4. Siram benih tanaman
5. Amati dan catat berapa benih yang tumbuh

88
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

No. Media Benih Jumlah benih Kekuatan kecambah


tumbuh benih

1. Pasir Jagung (Zea 12 12/25 x 100% = 48%


mays)

2. Batu bata Jagung (Zea 7 7/25 x 100% = 28%


mays)

4.2 4.2 Pembahasan


Rumus untuk mencari % Perkecambahan = Jumlah benih normal / jumlah
benih yang ditanam x 100 % .Berdasarkan praktikum yang kami lakukan maka
daat diketahui prosentase benih tumbuh maka untuk yang mengunakan media
pasir 38% sedangkan pada media yang mengunakan pecan batu bata bilah di
prosentasekan benih yang tumbuh adalah 28%. Pasir = 12/25 x 100%
= 48%
Batu bata = 7/25 x 100% = 28%
Pada praktikum yang telah kami lakukan dapatterlihat bahwa benih paling
banyak berkecambah pada media pasir dibandingkan dengan media bata. Pasir
memiliki sifat cepat kering sehingga akan memudahkan proses pengangkatan
bibit/benih yang telah berkecambah. Sedangkan media bata merah halus juga
dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Media jenis ini juga berfungsi
untuk melekatkan akar. Sebaiknya ukuran batu bata dibuat kecil seperti kerikil
atau ditumbuk halus. Karena semakin kecil ukurannya, kemampuan daya serap
batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin baik. Benih dikatakan
vigor apabila menunjukkan kekuatan dan keserempakan tumbuh yang homogen.
Namun, pada praktikum ini, kekuatan dan keserempakan benih rendah, yaitu pada
pasir hanya 48 % dan batu bata hanya 28 %. Dengan demikian, jelas bahwa
kecepatan berkecambah benih merupaka aspek penting dari vigor tanaman.

89
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Untuk media pasir prosentase benih tumbuh 12
dengan prosentase 48% dibandingkan untu media batu bata merah dengan jumlah
benih yang tumbuh 7 dengan prosentase rata rata 28%.. Kemampuan kekuatan
tumbuh setiap varietas berbada – beda. Pada media pasir lebih unggul
dibandingkan dengan media batu bata merah

5.2 Saran
Diharapkan Praktikan lebih memperhatikan pada saat pengarahan, dan
mengurangi keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan
dengan lancar dan dapat memperoleh hasil yang akurat.

90
DARTAR PUSTAKA

Uknow. 2015 Laporan Uji dDaya Kecambah.


(http://surbaya.blogspot.com/2015/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none.html) diakses pada 13 Mei 2019

Pratama, Andra. 2013. Laporan Akhir Praktikum Teknologi Benih


(https://andr4pratama.wordpress.com/2013/06/05/laporan-akhir-pratikum-
teknologi-benih/) diakses pada 13Mei 2019

91
PRAKTIKUM 8

UJI KEKUATAN TUMBUH BENIH DENGAN METODE UHDP

(UJI HOPPE DIUBAH DALAM PLASTIK)

92
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukan
olehmetabolismenya atau pertumbuhanya. Oleh orang benih, viabilitas benih
dipandangtidak sekadar gejala hidup yang dapt diamati tetapi daya hidup itu harus
dapatdijadikan indikasi mutu benih, khususnya mutu fisiologis benih.Secara
umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambahatau
daya tumbuh dan pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya berkecambahdan
vigor benih adalah bila informasi daya berkecambah ditetuka noleh
kecambahyang tumbuh normal pada lingkungan yang optimum, sedangkan vigor
ditentukanoleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang
suboptimum atau bibityang tumbuh di lapangan.
Pada tanah yang mengandung kadar garam tinggi,
terutama NaCl dapat menyababkan terhambatnya perkecambahan, hal ini terutama
disebabkan oleh pengaruh tekanan osmose.Semakin tinggi konsentrasi atau kental
larutan itu (garam/NaCl)maka tekanan osmose yang semakin tinggi, dengan
demikin semakin banyak molekul-molekul air diikat oleh NaCl tersebut, sehingga
semakin sedikit air yang masuk ke dalam benih dalam proses imbibisinya.
Metode tekanan osmose tinggi dapat digunakan untukmenduga ketahanan
benih terhadap salinitas. Benih yang kuat dapat tumbuh dengan kuatdan baik serta
merata dalam kondisi kekurangan air, sedangkan benih yang tidak kuat tidakakan
tumbuh.Penilaian kekuatan tumbuh benih digolongkan atas kecambah kuat,
kurang kuat, abnormal,dan mati. Untuk memudahkan penilaian kelompok
kecambah yang dinilai, terlebih dahuludigolongkan atas kecambah kuat dan krang
kuat. Kecambah yan abnomal digolongkan sebagai mati.

1.2 Tujuan Pratikum


Untuk mengetahui ketahanan benih terhadap kekeringan dan salinitas
tinggi

93
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan


dan perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapan
g yang luas.Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses
perkecambahan dan perkembangan kecambah.
Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi merupakan
sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang
berhubugandengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :1. Kecepatan
dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.2.Kemampuan
munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidaksesuai
untuk pertumbuhan.3. Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami
penyimpanan.Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik.
Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai “kekuatan tumbuh” untuk menjadi
tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik lapangan kurang
menguntungkan(suboptimal).
Metoda perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya
menentukanpersentase perkecambahan total. Dan dibatasi pada pemunculan dan p
erkembangan strukturstruktur penting dari embrio, yang menunjukkan kemampua
n untuk menjadi tanaman normal padakondisi lapangan yang optimum.
Sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan tersebut dinilai
sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidaktumbuh
setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati.Agar hasil persentase
perkecambahan yang didapat dengan metoda uji daya kecambah dilaboratorium
mempunyai korelasi positif dengan kenyataan nantinya di lapangan maka
perludiperhatikan factor-faktor berikut ini:

1. Kondisi lingkungan di laboratorium harus menguntungkan bagi perkecambahan


benih danterstandardisasi.

94
2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah mencapai suatu
fase perkembangan, di mana dapat dibedakan antara kecambah normal dan
kecambah abnormal.
3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian sehingga dapat
dinilaimempunyai kemampuan tumbuh menjadi tanaman normal dan kuat pada
keadaan yangmenguntungkan di lapangan.
4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentukan.Umumnya
pelaksanaan uji perkecambahan berlangsung selama beberapa hari atau
minggusehingga kesimpulan dari suatu uji perkecambahan secara langsung tidak
dapat segera diketahui.

95
BAB III
METODEOLOGI PENELITAN

3.1 Waktu Dan Tempat


Pratikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 25 April 2019,
dilaboratarium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian , Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Germinator, kertas stensil pinset, bak dan lain-lain
3.2.2 Bahan
• Benih Kedelai ( Glycine max L)
• Benih Padi ( Oryza sativa)
• Benih kacang hijau ( Vigna radiata) dan tanah penyakit

3.3 Cara Kerja


1. Siapkan Alat Dan Bahan yang akan digunakan
2. Ambil susbrat basahi dengan menggunkan kertas tersebut diatas plastik
yang ukurannya sama yang disiapkan terlebih dahulu
3. Lalu tanamkan benih diats kertas yang sudah dibasahi dan taburi tanah
penyakit diatasnya
4. Kemudian tutup kembali dengan 2 lembar susbrat kertas yang telah
dibasahi gulung dan masukkan dalam germinator
5. Setelah itu amati setelah satu minggu

96
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No Benih yang ditanam Benih yang tumbuh
U1 U2 U3
1 P.senimas (Oryza sativa) 24 24 24
2 P. airmas (Oryza sativa) 0 0 0
3 P. kemangi (Oryza sativa) 25 24 23
4 K.anjasmoro ( Glycine max) 2 0 5
5 K.Detam 3( Glycine max) 16 17 19
6 K.hijau ( Vigna radiata) 20 25 24

4.2 Pembahasan
Perhitungan
1. P.senimas (Oryza sativa)
SGT = U1= 24/25 x 100% = 96%
U2= 24/25 x 100% = 96%
U3=24/25 x 100% = 96%

2. P. airmas (Oryza sativa)


SGT = U1= 0
U2= 0
U3= 0

3. P. kemangi (Oryza sativa)


SGT = U1= 25/25 x 100% = 100%
U2= 24/25 x 100% = 96%
U3=23/25 x 100% = 92%

97
4. K.anjasmoro ( Glycine max)
SGT = U1= 2/25 x 100% = 8%
U2= 0/25 x 100% = 0%
U3=5/25 x 100% = 20%

5. K.Detam 3( Glycine max)


SGT = U1= 16/25 x 100% = 64%
U2= 17/25 x 100% = 68%
U3=19/25 x 100% = 76%

6. K.hijau ( Vigna radiata)


SGT = U1= 20/25 x 100% = 80%
U2= 25/25 x 100% = 100%
U3=14/25 x 100% = 56%

Pada pratikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa Perbedaan


akan adanya benih yang sehat dan terserang penyakit setelahdidalam germinator ,
menandakan kaitan suatu benih terhadap ketahanan dirinya yang biasa kita
katakana benih yang memiliki vigor.
Vigor benih : suatu ukuran kemampuan potensial benih untuk
berkecambah dantumbuh cepat , serta menghasilkan kecambah normal pada saat
kondisi yang kurang menguntungkan.

98
BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, dapat simpulkan bahwa :Vigor suatu
benih itu dapat mencerminkan vigor suatu kecambah, vigor bibit,maupun vigor
tanaman. Pada yang sebenarnya , vigor benih itu harus :
1.Perkecambahan cepat
2.Perkecambahan serempak dan tanaman mampu tumbuh dalam kondisi
subotimum
3.Kemampuan kecambah menembus tanah padat/keras
4.Mampu berkecambah pada kondisi suhu rendah, kelebihan air, atau tanah
terinfeksi pothogen
5.Menghasilkan produksi tinggi
6.Daya simpan tinggiUntuk itu benih yang terserang penyakit dapat dikatakan
sebagai benih yang memiliki vigor yang rendah, sedangkan untuk benih yang
sehat dikatakan benih yang memilikivigor yang tinggi. Selain dikarenakan vigor,
benih yang tidak normal dapat diakibatkan oleh peran penambahan tanah yang
terserang penyakit, sehingga berakibat pada kedelai terserang jamur putih.

99
DAFTAR PUSTAKA

http://andr4pratama.blogspot.co.id/2013/06/laporan-akhir-pratikum-teknologi-
benih_8357.html

Kamil , jurnalis . 1979 . Dasar Teknologi Benih . Angkasa Raya , Padang .

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan


Benih. Kanisius: Yogyakarta.

Mugnisjah, W. Q. Setiawan, A., Suwarto, dan C. Santiwa. 1994. Panduan


Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.

Sutopo , lita. 1993. Teknologi Benih . Fakultas Pertanian UNIBRAW . Pt raja


grafindo Persada , Jakarta

100
PRAKTIKUM 9

UJI KETAHAN TUMBUHBENIH TERHADAP KEKERINGAN

101
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita tentu sudah mengenal istilah viabilitas suatu benih.Selain viabilitas,
didalam jiwa benih juga terdapat suatu istilah yang dinamakan vigor benih.Vigor
benih adalah kemampuan benih untuk bertahan hidup maupun daya kecambahnya
pada kondisi lingkungan suboptimum. Kondisi suboptimum bisa berupa tanah
salin , tanah asam maupun kekeringan.Benih yang mampu mengatasi kondisi
tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi.Benih yang vigor akan dapat tumbuh
cepat dan serempak.
Uji vigor dapat dilakukan pada media tumbuh yang optimum dengan
menilai kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuhnya. Uji vigor dapat
dilakukan dengan menanam benih pada media suboptimum. Tolak ukur kecepatan
tumbuh (KCT) mengindikasikan Vigor Kekuatan Tumbuh (Vkt) karena benih
yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang
suboptimum.KCT diukur dengan jumlah tambahan perkecambahan setiap hari
atau etmal pada kurun waktu perkecambahan dalam kondisi optimum. Secara
teoritis, KCT maksimal ialah 50% per etmal apabila benih tumbuh normal 100%
sesudah dua etmal.
Kemampuan tumbuh secara normal yaitu ketika benih tersebut
menunjukkankemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman
dan tanaman yangbaik dan normal, pada lingkungan yang telah disediakan yang
sesuai bagi kepentinganpertumbuhan dan perkembangannya.Kekuatan tumbuh
benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah normal dalamkondisi
lingkungan yang kurang menguntungan sehingga diharapkan dapat tumbuhsecara
normal meskipun lingkungan pada kondisi sub optimum.Pada tanah yang
mengandung kadar garam tinggi terutama NaCl dapat menyebabkanterhambatnya
perkecambahan hal ini dipengaruhi oleh tekanan osmose. Metode tekanan osmose
tinggi dapat digunakan untuk menduga ketahanan benih terhadap kekeringan
danketahanan terhadap salinitas.

102
Benih yang kuat dapat tumbuh dengan baik dan merata dalam kondisi
kekuranagn air dan yang kurang kuat tidak tumbuh.Penilaian kekuatan tumbuh
benih digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuatr,abnormal dam mati. Untuk
memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilaiterlebih dahulu
digolongkan atas kecambah normal selanjutnya dibagi untuk kecambahkuat dan
kurang kuat. Kecambah yang abnormal digolongkan sebagai kecambah
mati.Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan dengan membandingkan kecambah
satudengan lainnya dalam substrat.

1.2 Tujuan Pratikum


Uji kekuatan tumbuh benih terhadap kekeringan

103
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Mengolah tanah yang didefinisikan sebagai perlakuan terhadap tanah
pertanian dengan menggunakan suatu alat pertanian sedemikian rupa sehingga
dapat diperoleh persiapan tanah sebaik-baiknya untuk keperluan budidaya.
Pengolahan tanah juga sangat membantu dalam perbaikkan struktur tanah dan
porositasnya serta membantu perkembangan perakaran dan perkecambahan di
dalam tanah. Keuntumgam lain dalam pengolahan tanah adalah juga dapat
menjaga keseimbangan antara air, udara, dan suhu di dalam tanah. Pengolahan
tanah perlu dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang cukup baik, sebagai
awal kegiatan budidaya (Anonim, 1989)
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan
bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang
kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenai
jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama
yaitu menjamin kelansungan hidupnya. Dalam ilmu botani diketahui ada dua
kelas tumbuhan berbiji yaitu Angiospermae dan Gymnospermae. Angiospermae
sebagai kelas yang lebih tinggi terdiri dari dua sub kelas yaitu Monokotiledon dan
Dikotiledon. Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman
yang baik tentang perbedaan kedua struktur biji tersebut.( Gardner, 1991 )
Uji kedalaman tanam tergolong kedalam uji kekuatan tumbuh benih dengan
lingkungan sub optimal. Uji ini menggunakan substrat tanah atau pasir dengan
kedalaman tanah tertentu. Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan
pertumbuhan benih dilapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat air hujan
atau ntraktor. ( Coursey, 1979 )
Kedalaman tanam tergantung pada jenis tanah, kelembapan dan suhu.
Pada kondisi penanaman yang baik kedalaman ideal adalah 5 cm. Agar dapat
berkecambah dengan baik, setelah benih ditaburkan, benih ditekan -tekan dengan
kaki. Benih dapat masuk lebih dalam pada tanah berpasir dari 'padatanah
berlempung. ( Kramer, 1969 )
Tentunya dalam mengembangbiakkan tanaman, metode penancapan atau
kedalaman tanah juga harus disesuaikan supaya tanaman dapat tumbuh dan

104
berkembang dengan baik. Oleh karena itu diperlukan uji coba kedalaman tanam
menggunakan substrat tanah atau pasir dengan menanam benih pada berbagai
kedalam tertentu. Bibit normal dari benih yang vigor memiliki kekuatan tumbuh
pada tanah padat dengan asumsi benih yang mampu tumbuh normal pada
kedalaman tanam paling dalam, sedangkan kecambah dari benih yang kurang
vigor tidak memiliki kemampuan tersebut.( Harjadi, 1980)
Kedalaman beberapa benih seyogyanya disemai sangat tergantung kepada
sifat tanah, kandungan air tanah, keadaan musim dan tipe bibit. Bibit tipe epigeal
biasanya memerlukan penanaman yang lebih dangkal daripada bibit tipe hipogeal.
Air dan oksigen berada di dalam pori-pori tanah pada bagian atas tanah hampir
jenuh, oleh karena itu penanaman seyogyanya dangkal. Sedang pada musim
kering bibit lebih baik di tanam sedikit lebih dalam. (Erlan, 2005)

105
BAB III
METODEOLOGI PENELITAN

3.1 Waktu Dan Tempat


Pratikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggalm 30 April 2019,
dilaboratarium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian , Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Media kertas, germinator, pinset, plastik,pisau cater, cawan, alat tulis,
camera
3.2.2 Bahan
• Benih Kedelai ( Glycine max L)
• Benih Padi ( Oryza sativa)
• Benih kacang hijau ( Vigna radiata)

3.3 Cara Kerja


6. Siapkan Alat Dan Bahan yang akan digunakan
7. Buatlah larutan NaCl untuk kontrol,U2 58,5 100 ml aquades dan U3 11,7
200 ml aquades
8. Susbrat kertas direndam dalam larutan garam Nacl sampai rata sebanyak 3
larutan
9. Taburkan benih diatas kertas sebanyak 25 masing-maisng dan disusun
zigzag mengunkan metode UKDPP
10. Kemudian dikecambahkan dalam germinator dan larutkan penyemprotan
dan larutan garam agar kondisi tetap lembab
11. Dan dihitung pada hari ke 7 jumlah benih sesuai parameter yang diamati

106
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

No Ketahanan Benih

Benih yang Benih Normal Benih kuat Benih lemah Benih mati
digunakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3

1. P.senimas

(Oryza 24 14 10 4 25 25
sativa)

2. P.airmas

(Oryza 2 5 23 25 25
sativa)

3. P.kemangi

(Oryza 23 2 25 25
sativa)

4. K. anjasmoro

(Glycine 15 4 11 25 25 25
max)

5. K. detam3

(Glycine 23 19 4 10 25 25
max)

6. K.hijau
(Vigna
2 25 25
radiata)

• % perkecambahan

107
1. Benih normal 2. Benih kuat
U1 = P. Senimas U1 = P. Senimas
24 %100% =96% 14 %100% =56%
25 25

U1 = P. Airimas U1 = Detam 3
2 %100% =8% 4 %100% =16%
25 25

U1 = P.Kemangi U1 = Detam 3
23 %100% =92% 19 %100% =76%
25 25

U1 = Detam 3
15 %100% =48%
25

U1 = Detam 3
23 %100% =92%
25

• KN = Benih Kuat dan benih lemah


P. senimas U1 = 14+10=24
P. Kemangi U1 = 0+5 = 0
K.detam 3 U1= 4+11 = 15
Kacang hujau U1 = 19+4 = 23

Untuk benih padi airmas dan kedelai anjasmoro tidak dapat dihitung KN
karena tidak ada benih yang berkecambah

108
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Benih yang kuat dapat tumbuh dengan baik dan merata dalam kondisi
kekuranagn air dan yang kurang kuat tidak tumbuh.Penilaian kekuatan tumbuh
benih digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuatr,abnormal dam mati. Untuk
memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilaiterlebih dahulu
digolongkan atas kecambah normal selanjutnya dibagi untuk kecambahkuat dan
kurang kuat. Kecambah yang abnormal digolongkan sebagai kecambah
mati.Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan dengan membandingkan kecambah
satudengan lainnya dalam substrat.

5.2 Saran
Praktikan diharapkan memperhatikan pada saat pengarahan, dan
mengurangi keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan
dengan lancar dan dapat memperoleh hasil yang akurat.

109
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Penerbit Kanisius, Yogyakarta


Harjadi, S. S., 1980. Pengantar Agronomi. Penerbit Gramedia, Jakarta. 180 hal
Kramer, P.J. 1969 Plant and Soil Relation Ship T.M.H. et Tata Me Graw. Hill
Publising Company ltd. 428p

Coursey.D.G., J.P. Evenson and B.A. Keating. 1979. Root Crops Training Course
Faculty of Agriculture. Udayana Univercsity Australian, Asia University
Cooperation Scheme. 92p

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell, 1991. Fisiologi Tanaman


Budidaya. Universitas Indonesia (UI ) Press, Jakarta. 428 hal

http://www.tiomerauke.co.cc/2011/05/pengujian-daya-kecambah-benih.html

Erlan. 2005. Pengaruh Berbagai Media terhadap Pertumbuhan Bibit Mahkota


Dewa (Phaleria macrocarpha (Scheff.) Boerl.) di Polibag The Influence of
Various Media on The Growth of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpha
(Scheff.) Boerl .) Seedling in Polybag [serial online].
http://bdpunib.org/akta/artikelakta/2004/72.pdf.[20 maret]

110
PRAKTIKUM 10

UJI TETRAZOLIUM (UJI CEPAT VIABILITAS BENIH


SECARA BIOKIMIA DENGAN TETRAZOLIUM)

111
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas benih
secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pengujian ini menggunakan garam
tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang dapat
direduksi secara enzymatic didalam jaringan benih yang masih hidup. Reduksi
senyawa ini akan merubah senyawa formazan yang berwarna mwerah cerah
Garam tetrazoluim merupakan bahan yang tidak berwarna, di
dalam jaringan-jaringan sel hidup, zat ini ikut serta dalam proses reduksi.
Dengan proses hidrogenida, dalam sel hidup terbentuklah triphenyl formazan
yang berwarna merah stabil dan bersifat tidak difus. Dan ini kemungkinan
untuk dapat membedakan sel hidup yang berwarna merah dari bagian sel mati
yang tidak berwarna. Dari posisi dan ukuran daerah berwarna dan
tidak berwarna pada embrio dan atau endisperm dapat ditentuka apakah benih
tersebut digiolongkan sebagai vabel atau non viabel.
Prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari
benih setelah direndam dalam larutan Tetrazolium. Jaringan dalam benih itu
hidup akan menghasilkan suatu reaksi pada benih dengan menimbulkan
Kriteria pewarnaan : merah cerah, jaringan masih hidup ; merah jambu,
jaringan sudah lemah ; merah tua, jaringan rusak ; tak berwarna, jaringan
sudah mati.

1.2 Tujuan praktikum


1. Mempelajari metode uji tidak langsung dengan tetrazolium terhadap
viabilitas berbagai benih
2. Untuk mengetahui (daya hidup) benih secara cepat.

112
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Uji tetrazolium disebut juga uji biokhemis dan uji cepat viability. Prinsip
metode Tetrazolium adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh
reduksi suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazon
merah sedangkan sel-sel yang mati akan berwarna putih. Adanya warna merah di
bagian-bagian penting pada embrio benih mengindiksikan benih mampu
menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal. Enzim yang mendorong
terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi. U j i
Tetrazolium mempunyai beberapa kelebihan meliputi waktu pengujian yang
singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta
benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian
tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang
intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau
mikrobia lainnya dan bersifat merusak (AOSA 2011).
Pengujian tetrazolium memiliki batasan. Perkecambahan tidak dapat
dideteksi dengan pengujian tetrazolium. Pengujian tetrazoilum tidak dapat
mengukur kapasitas untuk fotosintesis normal dan noda albino secara normal.
Keberadaan pathogen dapat mengganggu perbandingan antara tetrazolium dan
hasil dari perkecambahan. Pengujian tetrazolium tidak dapat dideteksi sebagai
pathogene dalam biji yang dilapisi yang mempengaruhi perkecambahan. Hal
inilah yang jadi alasan mengapa pengujian perkecambahan masih dibutuhkan
sebagai informasi viabilitas yang utama.
(McDonald and Kwong 2005).
Menurut Burg (2008), prinsip metode tetrazolium adalah bahwa setiap sel
hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium
dan membentuk endapan formazon merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna
putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang
berkaitan dengan respirasi. Sedangkan menurut Zanzibar (2006).

113
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa,, tanggal 25 April 2019 pukul
07.15 s/d selesai. Di Laboraturium Teknologi Benih Fakultas Pertanian
Universitas jambi.

3.2 Bahan dan alat


A. BAHAN:
• Kedele (Glycine max)

B. ALAT:
• Oven
• Timbangan Analitik
• Saringan Teh
• Gelas Piala
• Pinset
3.3 Prosedur Kerja
• Rendam benih kedelai selama 1 jam yaitu:
✓ U1 1 g + 100 ml
✓ U2 0,5 g + 200 ml
• Masukan kedelai kedalam larutan yang dibuat dan masukan ke oven
• Setelah itu keluarkan dari oven dan amati perubahan warna benih kedelai.

114
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

No. Nama bahan Ulangan Benih yang berubah warna

Merah Merah coklat Tidak


cerah muda bewarna

1. Anjasmoro 1 29 10 10 1
(Glycine max)
2 2 21 25 3 11

𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ


% warna = 𝑤𝑎𝑟𝑛𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ 𝑥 100%

1. U1
29
• Merah cerah = 50 𝑥 100% = 58%
10
• Merah muda = 50 𝑥 100% = 20%
10
• Coklat = 50 𝑥 100% = 20%
1
• Tidak bewarna = 50 𝑥 100% = 2%

2. U2
21
• Merah cerah = 50 𝑥 100% = 42%
25
• Merah muda = 50 𝑥 100% = 50%
3
• Coklat = 50 𝑥 100% = 6%
11
• Tidak bewarna = 50 𝑥 100% = 22%

4.2 Pembahasan
Uji tetrazolium merupakan pengujian terhadap viabilitas benih secara
cepat dan bersibenih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pada hasil
praktikum dapat dilihat benih jagung berwarna merah cerah, merah sebagian dan
merah muda. Menunjukkan bahwa benih memiliki viabilitas tinggi, viabilitas

115
rendah dan viabilitas rendah. Perbedaan warna pada benih karena tingkat
viabilitas pada benih berbeda-beda. Pada jaringan benih yang masih hidup, garam
tetrazolium akan direduksi secara enzimatik yang kemudian berubah menjadi
senyawa formazen yang berwarna merah cerah. Oleh karena itu, warna merah
cerah diindikasikan sebagai benih yang masih hidup dam memiliki viabilitas yang
tinggiUji tetrazolium disebut juga uji biokhemis benih. Karena dengan uji ini akan
diketahui terjadinya proses biokimiawi yang berlangsung dalam sel, khususnya
dalam sel-sel embrio benih. Uji tetrazolium juga disebut uji cepat, karena
indikator pada uji ini adalah pola-pola pewarnaan pada embrio, bukan proses
perkecambahan yang umumnya memerlukan waktu yang lebih lama dalam
menentukan final count.
Benih yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik adalah benih
dengan viabilitas mencapai 80% ke atas. Benih dengan viabilitas tinggi tentunya
memiliki daya vigor benih yang kuat, karena didukung oleh komponen cadangan
makanan dalam biji yang cukup untuk menopang pertumbuhan awal dari biji
sebelum memperoleh makanan dari dalam tanah. Untuk dapat mengetahui hal –
hal tentang viabilitas dan daya vigor benih tentunya harus dilakukan dengan
sebuah penelitian.
Hasil dari pengujian tetrazolium menggunakan benih kedele varietas
anjasmoro yang dilakukan dengan 2x ulangan yaitu pada ulangan 1 didapatkan 29
benih berwarna merah cerah yang menandakan jaringan masih hidup atau viabel,
dan terapat pula 10 benih berwarna merah muda dan cokelat yang menandakan
jaringan atau viabilitas benih sudah lemah bahkan rusak. dan terdapat pula 1 benih
yang tidak berwarna yang menandakan benih sudah dalam keadaan mati.
sedangkan pada ulangan 2 didapatkan 21 benih berwarna merah cerah yang berarti
jaringan benih masih hidup, terdapat pula 25 benih benih berwarna merah muda
yang menunjukkan benih sudah lemah, dan 3 benih berwarna cokelat yang berarti
benih rusak, dan 11 benih tidak berwarna yang berarti menunjukkan jaringan
sudah mati
Dari kedua ulangan dapat dilihat bahwa pada ulangan 1 dengan perlakuan 100 gr
larutan tetrazolium + 100 ml aquadess lebih menunjukkan hasil yang lebuh

116
ungguh atau benih lebih vigor dibandingkan pada ulangan 2 dengan perlakuan 0,5
gr larutan tetrazolium + 200 ml aquadess.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah ditentukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain :
1. Benih yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik adalah benih
dengan viabilitas mencapai 80% ke atas.
2. Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam
jaringan-jaringan sel hidup zat ini ikut serta dalam proses reduksi.
3. Hasil dari pengujian tetrazolium ulangan 2 lebih ungguh atau benih lebih
vigor dibandingkan dengan ulangan 1
4. Pengujian tetrazolium menunjukkan persentase kemampuan biji untuk
dapat hidup berdasarkan keadaan internal dari biji, pengujian germinasi,
yang dikombinasikan dengan peforma dari kualitas biji, ditunjukkan
dengan kemampuan fisiologikal untuk tumbuh dalam perkecambahan yang
normal.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan melakukan pembuatan larutan tetrazolium sehingga
mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan dan komposisi dari larutan tersebut.
Selain itu sebaiknya dalam praktikum ini diberi gradasi warna sebagai
pembanding untuk menentukan pewarnaan yang timbul, agar penentuan viabilitas
benih lebih akurat.

117
DAFTAR PUSTAKA

Balai teknologi pembenihan 2005. Pedoman Standardisasi Pengujian Mutu


Fisikdan Fisiologis Benih Tanaman Hutan. Jakarta: BSN

Gine LO 2006. Principle of Seed Science and Technology. USA:Burgess


Publishing Co.

Kamil jurnalis . 2006 . Dasar Teknologi Benih.Padang : Angkasa Raya.

Kolasinska K, Szyrmer J, Dul S 2006. Relationship between laboratory seed


quality tests and field emergence of common bean seed. J. Crop Science
Society of America.4 0: 470-475.

Sadja2004. PrinsipPrinsip dalam Mempertahankan Mutu Benih dalam Penyimpan


an. Makalah Pada Pelatihan Pengawas BenihTanamanPangan dan
Hortikultura Propinsi Jawa Timur. Malang:BALITKABI.

Soejadi G, Sadiman I 2007. Identifikasi Tingkat Kemunduran Benih


KedelaiMelalui daya hantar listrik dan Viabilitas.Agrijurnal VIII(2) : 38-
49Yuni 2011. Uji Tetrazolium.

118
LAMPIRAN

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN SELAMA PRAKTIKUM DI DALAM LABORATURIUM


TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 119
BENIH YANG INGIN DI BENIH JAGUNG UTUH BENIH JAGUNG
AMATI STRUKTUR DIKOTIL SEBELUM DI AMATI SETELAH DI BELAH
DAN MONOKOTIL UNTUK DI AMATI

BENIH KACANG HIJAU BENIH KACANG HIJAU BENIH KACANG


UTUH SEBELUM DI AMATI SETELAH DI BELAH UNTUK DI KEDELE UTUH
AMATI SEBELUM DI AMATI

BENIH KACANG HIJAU BENIH KACANG HIJAU BENIH PADI SETELAH DI


SETELAH DI BELAH UNTUK UTUH SEBELUM DI AMATI BELAH UNTUK DI AMATI
DI AMATI

BENIH PADI SETELAH DI BELAH UNTUK DI AMATI

120
SEMUA BAHAN YANG PENGAMATAN STRUKTUR PENGAMATAN
MAU DI AMATI BUAH PADA CABAI STRUKTUR BUAH PADA
STRUKTURNYA TOMAT

PENGAMATAN PENGAMATAN STRUKTUR PENGAMATAN


STRUKTUR BUAH PADA BIJI PADA CABAI STRUKTUR BUAH
TIMUN PADA KAKAO

BIJI TIMUN BIJI CABE BIJI TOMAT

121
PENYIAPAN BENIH YANG PENANAMAN BENIH PENYIRAMAN BENIH
AKAN DITANAM PADA BAK DENGAN MEDIA TANAH PADA HARI KE 3 SETELAH
KECAMBAH PADA BAK KECAMBAH PENANAMAN

HASIL BENIH YANG PENGAMATAN PENGAMATAN


BERKECAMBAH STRUKTUR BIJI JAGUNG STRUKTUR BIJI PADI

PENGAMATAN PENGAMATAN PENGAMATAN


STRUKTUR BIJI KACANG STRUKTUR BIJI KEDELE STRUKTUR BIJI
HIJAU KACANG PANJANG

122
PROSESPENIMBANGAN PENIMBANGAN BENIH HASIL KEMURNIAN
BENIH HINGGA 100 GRAM BENIH KEDELE YANG
TELAH DI PISAHKAN

BENIH PADI SEBELUM PROSES PEMISAHAN HASIL KEMURNIAN


DI PISAHKAN KEMURNIAN BENIH PADI BENIH PADI YANG
TELAH DI PISAHKAN

PROSES PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH DENGAN PEMISAHAN


BENIH PADI DAN BENIH KEDELE

123
124
PENYIAPAN BENIH YANG PERENDAMAN KERTAS MENYUSUN BENIH
INGIN DI TANAM PADA SUBSTRAT PDA KERTAS SUBSTRAT
KERTAS SUBSTRAT SECARA ZIG- ZAG

PENUTUPAN BENIH YANG TELAH BENIH YANG TELAH DI BENIH DALAM KERTAS
DISUSUN DENGAN KERTAS GULUNG DALAM SUBSTRAT DIMASUKAN
SUBSTRAT KERTAS SUBSTRAT DALAM GERMINATOR

HASIL BENIH BERKECAMBAH YANG TELAH BAGIAN TANAMAN YANG


DIMASUKAN DALAM GRMINATORPADA HARI BERKECAMBAH DI POTONG"
KE 7 KECUALI KOTILEDON

125
CAWAN YANG BERISI POTONGAN" HASIL PENGAMATAN TIAP HARI
TANAMAN DIMASUKAN DALAM UNTUK MENIMBANG BERAT KERING
OVEN DENGAN SUHU 105

FOTO BERSAMA SEBAGIAN ANGGOTA DARI KELOMPOK DUA


(2) SETELAH MENYELESAIKAN PENGGULUNGAN KERTAS
SUBSTRAT UKDPP

126
PENYIAPAN MEDIA PASIR PENANAMAN BENIH HASIL BENIH KEDELE
DALAM MEDIA PASIR YANG TUMBUH HARI KE 7

PENYIAPAN MEDIA PENANAMAN BENIH PADA HASIL BENIH KEDELE


BATU BATA MERAH MEDIA BATU BATA YANG TUMBUH HARI KE 7
MERAH

FOTO BERSAMA HASIL KERJA SAMA DALAM PRAKTIKUM OLEH KELOMPOK DUA (2)

127
PROSES PENYIAPAN PROSES PENANAMAN BENIH BENIH KEDELE
KERTAS SUBSTRAT KEDELE ANJASMORO PADA ANJSMORO +
SUBSTRAT TANAHPENYAKIT

PROSES PENUTUPAN PROSES PENGGULUNGAN HASIL SELURUH ULANGAN


BENIH PADA SUBSTRAT KERTAS SUBSTRAT BENIH YANG TELAH DI
TANAMN PADA KERTAS
SUBSTRAT

HASIL BENIH YANG BERKECAMBAH TELAH DIMASUKKAN DALAM GERMINATOR PADA


HARI KE 7 PENGAMATAN

128
PENYIAPAN AQUADESS PENCAMPURAN AQUADESS PERENDAMAN KERTAS
+ GAM (NACL) UNTUK PERENDAMAN SUBSTRAT
KERTAS SUSTRAT DENGAN
GARAM SESUAI KETENTUAN

PENYUSUNAN BENIH PENGGULUNGAN KERTAS BENIH DALAM KERTAS


PADA KERTAS SUBSTRAT SUBSRAT YANG TELAH DI SUBSTRAT DIMASUKAN
ISI BENIH DALAM GERMINATOR

BENIH DALAM KERTAS HASIL BENIH YANG BERKECAMBAH SETELAH


SUBSTRAT DIMASUKAN DIMASUKKAN DALAM GERMINATOR SELAM A 7 HARI
DALAM GERMINATOR

129
PENIMBANGAN TETRAZOLIUM
TETRAZOLIUM U1 DAN U2 PENUANGAN AQUADESS U1
SESUAI KETENTUAN
YANG TELAH DITIMBANG DAN U2 SESUAI KETENTUAN

AQUADESS U1 DAN U2 PROSES MEMASUKAN HASIL KEDELE YANG


YANG TELAH DICAMPUR KEDELE KEDALAM TELAH DIMASUKKAN
TETRAZOLIUM AQUADESS + TETRAZOLIUM DALAM OVEN

HASIL PERUBAHAN HASIL U2 BENIH YANG TELAH HASIL U1 BENIH YANG


WARNA PADA BENIH DI PISAHKAN SESUAI TELAH DI PISAHKAN SESUAI
KEDELE PERUBAHAN WARNA PERUBAHAN WARNA

130

Anda mungkin juga menyukai