TEKNOLOGI BENIH
DISUSUN OLEH :
NIM : D1A016132
KELAS :L
JURUSAN : AGRONOMI
DOSEN PENGAMPU:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan laporan
praktikum ini. Dalam penyusunan laporan praktikum ini tidak sedikit kami mengalami
hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak serta kerja keras, alhamdulillah laporan praktikum ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Atas bantuan, bimbingan serta dukungannya, kami ucapkan terimakasih kepada
asisten dosen mata kuliah TEKNOLOGI BENIH, kami juga menyadari penyusunan
laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, baik dalam segi isi, maupun penulisan.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun
demi perbaikan dimasa yang akan datang. Dan kami juga berharap semoga laporan
praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..
Jambi, 2019
penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
Praktikum 7 uji kekuatan tumbuh benih dengan substrat pasir dan batu bata 84
3
PRAKTIKUM 0
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
benih misalnya kesalahan dalam menggunakan alat akan mengakibatkan diperoleh hasil
yang tidak sesuai (Copeland, 1976).
Secara umum, fungsi setiap alat telah diberikan, karea tidak mungkin semua fungsi
diutarakan dalam melakukan kegiatan di laboratorium. Untuk memudahkan dalam
memahami alat- alat laboratorium yang dapat digunakan dalam waktu relative lama dan
dalam keadaan baik, maka diperlukan pemeliharaan dan penyimpanan yang memadai
(Wirjosoemarto, 2004).
7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin,, tanggal 11 maret 2019 pukul 07.15 s/d
selesai.. Di Laboraturium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas jambi.
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, kamera
handphone, dan alat-alat laboraorium.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
9
4. Timbangan Untuk menimbang
Analitik berat media benih
6. Sprayers Untuk
menyemprotkan
larutan dan
mensterilkan alat dan
tangan agar tidak
terkontaminasi
10
7. Oven Untuk mengeringkan
benih
11
10. Petridish Sebagai tempat
menguji daya tumbuh
perkecambahan
4.2 Pembahasan
Alat alat yang kami jumpai di laboratorium teknologi benih antara lain adalah :Lup,
berfungsi untuk melihat benda yang berukuran kecil. Germinator berfungsi sebagai tempat
perkecambahan benih pada suhu dan intensitas cahaya yang tertentu,.Oven befungsi
sebagai tempat pemanas atau mengeringkan alat lab bisa nuga untuk perkecambahan benih.
Gran moisture tester berfungsi sebagai mengukur kadar air dalam benih. Cawan berfungsi
sebagai wadah untuk mengurangi kadar air pada benih yang dimasukan kedalam oven.
Petridish berfungsi sebagai tempat pembiakan sel atau bisa juga untuk mengkultur bakteri,
12
khamir, spora adan biji-bijian. Timbangan digital berfungsi sebagai mengukur massa benda
atau benih secara elektrik. Baskom petak media tanah berfungsi sebagai tempat
perkecambahan benih pada media tanah. Timbangan analitik berfungsi sebagai menimbang
bahan atau benda yang perlu ketelitian tinggi seperti bahan kimia. Spray befungsi sebagai
menyemprotkan larutan dan strelisasi alat dan tangan tidak terkontaminasi. Glass beker
berfungsi sebagai wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk , mencampurkan
dan memanaskan cairan atau larutan
Laboraturium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun
pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan
dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Pastinya didalam lab terdapat
ruangan yang dipilah pilah berdasarkan kebutuhannya, tidak terkecuali di laboratutium
benih. Kebersihan alat-alat yang digunakan dan adanya ketelitian praktikan dalam
melakukan pengukuran atau perhitungan yang dilakukan. Penggunaan alat-alat dalam
laboraturium diharapkan dalam keadaan steril. Penggunaan alat-alat yang tidak steril dapat
menyebabkan kegagalan pada pratikum yang dilakukan.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Alat – alat yang menunjang kegiatan praktikum sebaiknya ditambah, sehingga tidak
saling berebut untuk menggunakan. Dalam melakukan uji atau percobaan perludilakukan
dengan hati-hati dan teliti. Jika tidak serius dan bermain-main maka hasil yang diperoleh
tidak akan benar atau tepat. Selain itu penting juga untuk menggunakan alat sesuai dengan
fungsinya agar hasil percobaan tepat dan tidak merusak alat itu sendiri.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andrew hutabarat. 2016. Laporan praktikum dasar-dasar teknologi benih acara i mengenal
alat-alat teknologi benih (Http://agrilecture.blogspot.com/2016/04/laporan-
praktikum-dasar-dasar-teknologi.html) Diakses pada tanggal 05 Mei 2019
Desilia martinda. Dkk. 2016. Mengenal Beberapa Alat di Laboratorium Teknologi Benih
(Http://desiliamartinda.blogspot.com/2016/10/laporan-praktikum-benih-mengenal.html)
Diakses pada tanggal 05 Mei 2019
15
PRAKTIKUM 1
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur biji dikotil dan monokotil memiliki struktur biji yang berbedadengan
fungsinya masing-masing.Struktur biji erat kaitannya dengan cadangan makanan
karenaakumulasi cadangan makanan berhubungan dengan tempat dimanacadangan tersebut
akan disimpan. Derajat dan macam variasi komponen dalam perkembangannya sama atau
tidak semua tergantung denganbeberapa struktur dasar yang berbeda untuk masing-masing
tipe biji.
1.2 Tujuan
Untuk mempelajari struktur benih dikotil dan monokotil
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perbedaan biji dikotil dan monokotil dapat dicermati dari tabel berikut.
Endosperma adalah cadangan makanan yang dimiliki oleh biji. Baik dikotil dan
monokotil awalnya sama-sama memiliki endosperma namun ketika biji dikotil telah
masak, endosperma tersebut biasanya telah hilang. Endosperma pada dikotil hilang karena
semua cadangan makanan di dalamnya telah diserap semuanya hingga masuk ke kotiledon.
Namun pada monokotil, cadangan makanan tetap terdapat pada endosperma, dan kotiledon
berperan sebagai penghubung antara embrio dengan cadangan makanan dalam
endosperma.
18
Embrio monokotil dilindungi 2 jaringan yaitu seludang yang melingkupi seluruh
bagian embrio dan kulit biji , sedangkan embrio dikotil hanya dilindungi kulit biji saja.
Oleh karena itu, embrio monokotil akan sulit dilihat dari luar karena ditutupi beberapa
selaput, sedangkan embrio dikotil dapat dilihat dengan mudah setelah mengelupas kulit biji
atau membuka bagian kotiledonnya. Biji-biji yang tidak mengandung endosperma atau
hanya mengandung sedikit endosperma disebut biji exalbuminous, sedangkan biji yang
mengandung banyak endosperma disebut biji albuminous.
Ketika berkecambah, monokotil akan akan menghasilkan daun tunggal sedangkan
dikotil akan menghasilkan daun ganda. Daun pertama yang dihasilkan monokotil biasanya
memiliki bentuk yang hampir sama dengan daun kedua dan berikutnya. Sedangkan pada
dikotil, daun pertama biasanya memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan daun kedua
dan berikutnya.
Tumbuhan dikotil contohnya tanaman kacang.
19
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Maret 2019 pada pukul 07.15 s/d
selesai di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa
Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : Carter, lup, ATK
Bahan : kacang hijau, jagung, kacang tanah, padi, kedelai
3.3 Cara Kerja
Amati dan perhatikanlah pandangan luar dan pandangan dalam dari benih dengan
membuat irisan melintang atau membujur dari benih – benih yang diamati. Kemudian beri
nama bagian – bagiannya.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4. Kotiledon
4 3. Plamula
4. Kotiledon
4. Kotiledon
4 3. Plamula
4. Kotiledon
4
3. Plamula
4. Kotiledon
21
1.2 Pembahasan
Biji merupakan alat perkembangbiakan dari tanaman induk atau hasil peleburan gamet
jantan dan gamet betina, belum mendapatkan perlakuan, dan dapat dikonsumsi oleh
manusia. Sedangkan benih sudah mendapatkan perlakuan dari manusia dan tidak bisa
dimakan. Struktur benih monokotil , yaitu terdapat satu kotiledon atau disebut juga
endosperm, plumula dan radikula dan memiliki kulit biji, sedangkan struktur benih dikotil,
yaitu terdapat dua kotiledon, plumula radikula, dan juga memiliki kulit biji.
Kotiledon merupakan cadangan makanan yang terdapat pada biji, kotiledon sering
juga disebut sebagai daun lembaga, monokotil memiliki satu kotiledon atau berkepin satu,
sedangkan dikotil brkeping dua, bila benih sudah berkecambah kotiledon pada monokotil
akan tinggal di dalam tanah sedangkan dikotil ikut terangkat ke atas permukaan tanah.
Radikula atau sering juga disebut calon akar, yang berasal dari dalam biji dan sering juga
disebut akar lembaga, pada monokotil akar ini akan tumbuh terus dan menjadi akar
serabut, sedangkan dikotil menjadi akar tuggang. Dan plamula merupaka bakal calon
batang yang tumbuh selama masa perkembangan dan memiliki fungsi sebagai bagian
tanaman yang akan mengalami perkembangan keatas untuk membentk batang. Dan yang
terakhir adalah kulit biji, kulit biji ini berfungsi untk melindungi biji dari gangguan yang
ada di luar.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami laksanakan maka dapt disimpulkan
bahwa Struktur biji monokotil yaitu kulit biji, radikula, plamila dan terdapat satu kotiledon
atau disebut juga endosperm. Sedangkan unutuh struktur benih dikotol terdiri dari kulit
biji, radikula, plamila dan kotiledon yang berkeping dua.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan
terhadap objek yang diamati, agar tidak terjadi kesalahan. Dan diharapkan pada praktikum
yang akan datang agar lebih teliti dan serius lagi.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
PRAKTIKUM 2
25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah adalah suatu hasil dari proses akhir yang mulai dari penyerbukan atau persarian.
Pada hakikatnya buah hanya dibedakan kedalam 2 jenis, yang pertama adalah buah semu dan
yang kedua adalah buah sejati. Tak lepas dari penamaan buah tersebut menjadi buah sejati dan buah
semu dapat dilihat dari struktur buahdan bagian-bagian buah yang ada pada buah.
Misalnya dikatakan buah sejati atau buah sebenarnya adalah ketika bentuk buah
tidak terhalangi oleh bagian-bagianbuah yang ada, pengecualian tetap ada, seperti pada
buah jambu mete terlihat tangkai bunga yang membesar seperti buah, padahal bagian yang
membesar itu bukan buah tapi tangkai buah.. Dikatakan buah semu karena terlihat bagian-
bagian yang menghalangi atau membungkus buah yang sebenarnya, seperti pada buah ciplukan
bagian buahnyaterhalang oleh kelopak bunga yang ikut tumbuh dalam proses pembuahan
dankemudian tumbuh dan membungkus bagian buah yang sebenarnya .Selain itu, ada juga
pengkhususan-pengkhususan pada buah, seperti buahsemu dibagi lagi menjadi buah semu
tunggal, buah semu ganda, dan buah semu majemuk. pada buah semu kadangkala bentuknya dapat
menipu dan membuat keliru khususnya bagi orang-orang AWAM yang tidak mengenal
bagian mana yangdisebut buah pada buah semu, kadang kita juga suka tertipu oleh bentuk buah.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari struktur biji dan buah.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biji
Biji adalah alat perkembangbiakan yang diproduksi tumbuhan berbunga untuk
dapat menghasilkan keturunan baru. Biji dihasilkan setelah terjadi pembuahan pada bunga,
pembuahan diawali dengan jatuhnya serbuk sari pada kepala putik dan terjadinya
penyatuan gamet jantan dan betina .
Biji umumnya berisi cadangan makanan yang digunakan untuk pertumbuhan calon
individu baru tersebut. Pada angiosperma, biji dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu biji
dikotil dan biji monokotil. Biji dikotil adalah biji yang memiliki 2 atau lebih keping biji,
sedangkan biji monokotil hanya memiliki 1 keping biji saja.
Selain dari perbedaan jumlah keping bijinya, perbedaan biji dikotil dan monokotil
dapat dilihat dari struktur jaringan yang terdapat di dalamnya. Perhatikanlah tabel di
bawah ini untuk melihat perbedaan biji dikotil dan monokotil.
2.2. Buah
Pengertian buah dalam lingkup pertanian (hortikultura) atau pangan adalah
lebih luas daripada pengertian buah di atas dan biasanya disebut sebagai buah-
buahan. Buah dalam pengertian ini tidak terbatas yang terbentuk dari bakal buah,
melainkan dapat pula berasal dari perkembangan organ yang lain. Karena itu,
untuk membedakannya, buah yang sesuai menurut pengertian botani biasa disebut
buah sejati. Buah seringkali memiliki nilai
ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya
disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang
mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomologi (Anonim, 2012).
27
Struktur Morfologi Buah
1. Monokotil : Keras, licin, bulat, dan
mempunyai warna hijau & kuning. Contoh,
buah kelapa sawit
2. Dikotil : Tidak keras, licin, lonjong, dan
mempunyai warna hijau & kuning. Contoh,
buah mangga.
Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina (putik) yang
disebut bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang lengkap tersusun atas biji,
daging buah, dan kulit buah. Kulit buah yang masih mudah belum mengalami pemisahan
jaringan. Setelah masak, kulit buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan,
yaitu epikarp, mesokarp, dan endokarp.
1. Epikarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, misalnya buah
kelapa.
2. Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya bersabut
(kelapa), berdaging (mangga dan pepaya).
3. Endokarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel yang
sangat keras dan tebal, misalnya tempurung (kelapa), berupa selaput tipis
(rambutan).
28
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 19 Maret 2019 , pikul 07.15 sampai
dengan 08.25 di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi,
Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : LUP, ATK, tissu, cutter
Bahan : kakao, tmat, mentimun, cabai merah,
3.3 Cara Kerja
Amati dan perhatikanlah pandangan luar dan pandangan dalam dari masing masing
bahan yang telah disediakan dengan membuat irisan melintang atau membujur. Kemudian
beri catat dan nama bagian – bagiannya.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1 Kakao 1 1. Eksoderm
2. Mesoderm
2
(Theobroma cacao) 3. Endoderm
3 4. Cairan plasenta
4 5. Biji
5
2 Tomat 1 1. Eksoderm
2
2. Mesoderm
(Solanum opersicum) 3
3. Endoderm
4. Cairan plasenta
4
5 5. Biji
3 Mentimun 1 1. Eksoderm
2
2. Mesoderm
(Cucumis sativus) 3. Endoderm
3
4. Cairan plasenta
4
5. Biji
5
4 Cabai 1 1. Eksoderm
2. Mesoderm
2
(Capsicum annum) 3. Endoderm
3
4. Cairan plasenta
4
5. Biji
5
30
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, maka dapat diketahui bahwa struktur
biji monokotil yaitu kulit biji, radikula, plamila dan terdapat satu kotiledon atau disebut
juga endosperm. Struktur buah yaitu terdiri dari eksoderm, mesoderm, endoderm, cairan
plasenta, dan biji. Dimana eksoderm merupakan bagin paling luar dari buah yang keras dan
kedap air. Kemudian mesoderm yaitu lapisan yang tebal dan umumnya bersifat bersrat atau
berdaging. Endocrp yang murpakan lapisan paling dalam. Airan plasenta merupakan cairan
yang berlendir yang ada pada buah.dan yang terakhir adalah biji yang merupakan
merupakan alat perkembangbiakan dari tanaman induk atau hasil peleburan hgamet jantan
dan gamet betina.
Dari hasil pengamatan, buah kako memiliki buah lonjong dengan permukaan kasar dan
bergelobang, pada buah kakao diiris melintang daan membujur terdiri atas: eksoderm,
mesoderm, endoderm, cairan plasenta, dan biji. Buah kakao termasuk tanaman dikotil dan
buah semu. Buah mentimun memiliki bentuk buah lonjong memanjang dengan permukaan
yang halus da nada bintik kecil-kecil, berwarna hijau. Buah mentimun diiris mebujur dan
melintang terdapat beberapa bagian yaitu, dari eksoderm, mesoderm, endoderm, cairan
plasenta, dan biji. Buah mentimun termasuk sejati. Buah cabai mempunyai bentuk buah
bulat panjang atau silindris dengn permukaan kulit licin dan halus. Buah berwarnaa merah
setelah masak. Buah cabai termasuk buah sejati Bagian-bagian buah setelah diiris
membujur dan melintang terdiri dari dari eksoderm, mesoderm, endoderm, cairan plasenta,
dan biji. Buah tomat merupakan buah sejati yang memiliki bentuk bulat atau oval. Dengan
permukaan halus. Buah berwarna merah jika matang dan buah tomat termasuk buah sejati.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa
struktur biji biji monokotil yaitu kulit biji, radikula, plamila dan terdapat satu kotiledon
atau disebut juga endosperm. Dan struktur buah terdiri dari eksoderm, mesoderm,
endoderm, cairan plasenta, dan biji.
5.3 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan
terhadap objek yang diamati, agar tidak terjadi kesalahan
32
DAFTAR PUSTAKA
Pujiyanto, Sri.2008. Menjelajah Dunia Biologi 3. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Sudjadi, Bagod. 2005. Biologi, Sains dalam Kehidupan 3A. Surabaya: Yudhistira.
33
PRAKTIKUM 3
34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman
baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Perkecambahan
biji bergantung pada imbibisi. Imbibisi merupakan penyerapan air oleh biji. Air yang
berimbibisi menyebabkan biji mengembang, memecahkan kulit biji, dan memicu
perubahan metabolic pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan
pertumbuhannya. Munculnya plantula (tumbuhan kecil) dari dalam biji merupakan hasil
pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1)
Perkecambahan Epigeal: merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon
terangkat keatas tanah. Ruas batang di bawah daun lembaga (hipokotil) akan tumbuh lurus
mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan demikian epikotil dan kotiledon terangkat ke
atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai daun pertamanya. Sedang kotiledon
akan layu dan rontok karena cadangan makanannya telah habis oleh embrio yang
berkecambah. Contohnya pada perkecambahan kacang hijau dan kacang tanah. 2)
Perkecambahan Hypogeal: merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon
tetap tertanam di bawah. Tumbuhnya epikotil memanjang sehingga plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon tertinggal
di dalam tanah. Praktikum Tipe Bibit ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui
perbedaan antara bibit epigeal dan hipogeal.
1.2 Tujuan
1. Melihat tipe pemunculan bibit yang epigeal dan hypogeal
2. Mengetahui struktur – struktur penting dari bibit.
35
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tahap awal pertumbuhan pada monokotil berbeda dengan dikotil. Pada monokotil,
akan tumbuh koleoptil sebagai pelindung ujung bakal batang. Begitu koleoptil muncul di
atas permukaan tanah, pucuk daun pertama akan muncul menerobos koleoptil. Biji masih
tetap berada di dalam tanah dan memberi suplai makanan kepada kecambah yang sedang
tumbuh. Perkecambahan seperti ini dinamakan perkecambahan hypogeal. Pada koleptil
tidak muncul koleoptil. Dari dalam tanah, kotiledonnya akan muncul ke atas permukaan
tanah bersamaan dengan munculnya daun pertama. Kotiledon akan memberi makan bakal
daun dan bakal akar sampai keduanya dapat mengadakan fotosintasis. Itulah sebabnya
lama-kelamaan kotiledon menjadi kecil dan kisut. Perkecambahan yang kotiledonnya
terangkat ke permukaan tanah dinamakan perkecambahan epigeal (Ferdinand dan Mukti
2007).
Kacang kapri menunjukkan perkecambahan hypogeal: dua kotiledon (daun embrio)
tetap bawah tanah. Pembelahan mitosis sel dalam epicotyls (daerah tepat di atas kotiledon)
mendorong Plumula keluar dari tanah. Plumula mengadopsi bentuk bengkok untuk
melindungi ujung yang halus agar dapat tumbuh melalui tanah. Ujung bertindak sebagai
wilayah pertumbuhan utama (meristem), tunas setelah daun telah tumbuh dan mulai
photoshynthes. Dalam bunga matahari, dua kotiledon yang mendorong keluar dari tanah
dengan pertumbuhan hipokotil (daerah tepat di bawah kotiledon). Ini disebut
perkecambahan epideal. Selama pertumbuhan bulu kecil melalui tanah, ujung bulu kecil
yang terselip aman antara dua kotiledon (Kent 2000).
Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponenkomponen benih
yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman baru. Tipe
perkecambahan ada dua jenis dan yang membedakannya adalah letak posisi keping benih
(kotiledon) pada permukaan tanah. Tipe pertama adalah epigeal (epygeal germination) dan
kedua adalah tipe hipogeal (hypogeal germination). Apabila keping benih terangkat di atas
permukaan tanah dinamakan tipe epigeal. Namun bila keping benih tersebut tetap tinggal
di dalam tanah disebut hipogeal. Biji durian memiliki tipe perkecambahan epigeal (Sari et
al. 2012).Kotiledon modus ekspansi (epigeal / hypogeal perkecambahan)
dapat memainkan peran kunci untuk pembentukan awal. Cadangan makanan di kotiledon
36
tersedia untuk bibit hanya jika umur panjang mereka cukup panjang. Itu jumlah daun dan
tinggi bibit dicapai sebelumnya fase air selanjutnya dapat bertanggung jawab untuk
kelangsungan hidup dengan banjir. Karakteristik seperti waktu untuk perkecambahan dan
morfologi awal bibit terkait erat dengan strategi pembentukan spesies di lokasi tertentu
(Parolin et al. 2003).
Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang
merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat
berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan
radikula menjadi akar. Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal). Tipe ini terjadi, jika
plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Tipe perkecambahan di bawah
tanah (Hipogeal). Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan
kotiledon tinggal di dalam tanah. Makanan untuk pertumbuhan embrio diperoleh
daricadangan makanan karena belum terbentuknya klorofil yang diperlukan dalam
fotosintesis. Pada tumbuhan dikotil makana diperoleh dari kotiledon, sedangkan pada
tumbuhan monokotil diperoleh dari endosperm (Mustahib 2011).
37
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 26 Maret 2019 pada pukul 07.15 WIB
di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo
Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
39
N NAMA GAMBAR KETERANG TIPE
O BAHAN AN PERKECAMBAHA
N
4.2 Pembahasan
Epigeal: merupakan perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon terangkat
keatas tanah. Ruas batang di bawah daun lembaga (hipokotil) akan tumbuh lurus
mengangkat kotiledon dan epikotil. Dengan demikian epikotil dan kotiledon terangkat ke
40
atas permukaan tanah. Epikotil memunculkan helai daun pertamanya. Sedang kotiledon
akan layu dan rontok karena cadangan makanannya telah habis oleh embrio yang
berkecambah yaitu pada perkecambahan kacang panjang dan kacang hijau.
Perkecambahan Hypogeal: merupakan perkecambahan yang mengakibatkan
kotiledon tetap tertanam di bawah. Tumbuhnya epikotil memanjang sehingga plumula
keluar menembus kulit biji dan muncul di atas permukaan tanah, sedangkan kotiledon
tertinggal di dalam tanah. Dari pengamatan praktikum ini tipe hypogeal terdapat pada
jagung dan padi.
Tipe egigeal biasanya tanaman dikotil sedangkan Tipe hipogel merupakan tanaman
tipe monokotil, struktur bibit dari tipe dikotil, yaitu : daun pertama, epokotil, kotiledon,
hipokotil, dan akar. Tipe monokotil, yaitu: daun pertama, epikotil, kotiledon dan akar. Dari
pengamatn praktikum ini tipe epigeal terdapat pada tanaman kacang hijau, kedelai dan
kedelai hitam.
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasip praktikum yang telah dilakukan maka dapat dsimpulkan bahwa
tipe perkecambahan ada 2 yaitu hipogeal, dan epigeal. Tipe perkecambahan hipogeal
umumnya pada biji monokotil, dimana kotiledonnya tetap berada didalam tanah walau
tanaman sudah berkecambah, dan yang satu lagi yaitu epigeal pada biji yang dikotil,
dan kotiledonnya ikut terangkat keatas permukaan tanah.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan
terhadap objek yang diamati, agar tidak terjadi kesalahan
42
DAFTAR PUSTAKA
Sari AAA et al. 2012. Pengaruh Kedalaman Tanam Benih terhadap Perkecambahan dan
Pertumbuhan Bibit Durian (Durio zibethinus murr.). Jurnal Ilmu Pertanian.2(1):1–
11
43
PRAKTIKUM 4
44
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kadar air benih ialah berat air yang “dikandung” dan yang kemudian hilang karena
pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase
terhadap berat awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air
dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan
dalam % terhadap berat asal contoh benih.
Penyimpanan dan daya hidup suatu benih sangat erat hubungannya dengan kadar air.
Biasanya benih mengandung kadar air yang rendah pada bagian lapisan penutup atau
perikarp, jika dibandingkan dengan bagian embrio dan endosperma. Penyimpanan akan
menyebabkan perubahan kandungan kadar air dari suatu biji yang nantinya keadaan ini
akan mempengaruhi laju kemunduran benih tersebut.
Umumnya pada tanaman serealia (padi-padian) dan kacang-kacangan (legume), pada
saat mendekati masak kadar airnya konstan sekitar 20 %, tetapi sedikit naik turun seimbang
dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Benih setelah dipanen atau dipetik dari pohon
induknya perlu segera dikeringkan sampai kadar air tertentu yang aman, misalnya padi 11-
12 %, jagung 11-12 %, kedelai 10-11 %, kacang hijau 11-12 % dan kacang tanah 10-11 %.
Penurunan kadar air ini berhubungan dengan benih akan disimpan, beberapa hari, minggu,
bulan atau tahun. Tinggi rendahnya kadar air dalam benih memegang peranan yang
demikian penting dan berpengaruh besar terhadap mutu benih. Jumlah air dalam suatu
benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan berat basah atau berat kering
benihnya. Bila kadar air benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka
jumlah airnya merupakan persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan.
Selama perkembangan, pemasakan dan pematangan, kadar air benih menurun perlahan
–lahan hingga benih yang dipanen akhirnya mengering sampai batas yang tidak ada
lagi penurunan kelembaban, karena kadar airnya telah mencapai keseimbangan dengan
kelembaban nisbi lingkungan sekitarnya. Kadar air benih dapat diukur dengan
menggunakan metode langsung (menggunakan oven) maupun tidak langsung dengan
menggunakan moister tester. Prinsip kerja pada pengukuran kadar air secara tidak langsung
dengan menggunakan oven adalah pengurangan antara beret basah yakni berat benih
45
sebelum dioven dikurang dengan berat kering. Selisih tersebut dibagi dengan berat basah
dikalikan 100% sehingga bisa diperoleh kadar air. Sedangkan pengukuran tidak langsung
kadar air dapat segera diketahui setelah benih dilakukan pengukuran kadar air melalui
moiture tester. Penentuan kadar air wajib untuk dikuasai oleh praktikan, kedepan dengan
menguasai teknik pengukuran kadar air yang baik diharapkan didunia kerja dapat
dimanfaatkan sebagai pertimbangan penentuan kadar air sebelum panen dan penentuan
kadar air selama masa simpan benih.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari dua cara pengukuran kadar air benih dengan metode langsung dan
tidak langsung.
2. Untuk menetukan komposisi contoh kerja benih yang diuji
3. Untuk mengetahui identitas macam spesies benih dan bagian – bagian kotoran
benih dalam contoh kerja benih yang diuji.
46
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung dalam benih. Tinggi rendahnya
kandungan air dalam benih memegang peranan yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap vialibitas benih. Oleh karena itu pengujian terhadap kadar air benih perlu
dilakukan agar benih memiliki kadar air terstandar berdasarkan kebutuhannya (Sutopo,
2006) .
Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih.
Prinsip dari metode pengukuran kadar air benih adalah mengukur seluruh jenis air yang
ada di dalam benih. Pengukuran kadar air benih dapat dilakukan dengan metode oven suhu
tinggi konstan dan metode suhu rendah konstan maupun dengan menggunakan metode
cepat. Saat mengerjakan penetapan kadar air benih, kelembapan udara nisbi laboratorium
harus kurang dari 70%. Metode yang digunakan untuk menentukan kadar air benih padi
yaitu metode oven suhu tinggi konstan 130 – 133 ˚C (Kuswanto 2007).
Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih aman
diproses lebih lanjut, terhindar dari serangan hama dan penyakit serta tidak berkecambah
sebelum waktunya. Dalam pengeringan benih perlu diketahui sifat benih apakah ortodoks
atau rekalsitran. Pada benih ortodoks kadar air saat pembentukan benih seitar 35-80 % dan
pada saat tersebut benih belum cukup masak dipanen. Pada kadar air 18-40 % benih telah
mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi dan benih peka terhadap
detiorasi, cendawan, hama, dan kerusakan mekanis (Heuver 2006).
Metode pengukuran kadar air benih secara langsung, kadar air benih dihitung
secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan ini
yang sering disebut dengan metode oven, sedangkan pengukuran kadar air secara tidak
langsung kadar air di ukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan
hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air biaanya
dengan menggunakan alat yang bernama Steinlete Moisture Tester (Hasanah, 2006).
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih
tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara
6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum
ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang
47
dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu
merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu
diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio
(Mugnisjah, 1990).
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan
lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi
setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena
dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh
autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang
yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong dan Ellis , 2005).
48
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu hari selasa 02 april 2019 ,pukul 07 : 15
– 08 : 45 wib di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi,
Desa Mendalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
49
4.1 Hasil
(Oryza sativa)
(Oryza sativa)
(Glycme max).
50
U3 = 0,62 – 0,56 x 100% =9,67%
0,62
4.2 Pembahasan
Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap berat asal
contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk untuk mengetahui kadar air
benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan
dalam rangka mempertahankan viabilitas benih. Pengujian kadar air ini menggunakan
metode yaitu metode lansung yaitu dengan menggunakan oven.
Pada metode langsung ( oven/tanur ) disini bahan yang di gunakan adalah benih
Padi dan Kedelai yang dilakukan dengan kali ulangan. pada setiap kelompok yang berbeda
.Benih ditimbang dahulu, kemudian masukan kedalam oven dengan suhu 60 c, tunggu
hinggga 24 jam, periksa lalu timbang, jika berat yang ditimbang kurandg dari berat awal,
maka peng-ovenan dihentikan dan data tersebut digunakan untuk perhitugan, metode ini
digunakn untuk setiap benih yang diberika kapada kelompok masing – masing.
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Perhitungan menggunakan rumus : 𝑥 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Dimana berat basah ialah berat sebelun benih di oven dan berat kering merupaakn
berat benih yang setelah di oven, gunakakn rumus maka akan mendapatkan hasil untuk
setiap benih yang diuji.
51
Hasil yang didapatkan setiap kelompok bervariasi, angka yang ditunjukan dari hasil
perhitungan, merupakan kadar air benih tersebut, dari sana kita dapat menentukan benih
tersebut memiliki kadar air yang bagus atau tidak.
Dari kedua Metode terdapat hasil pengamatan pada perhitungan kadar air benih
padi dan kedelai yang diamati selama 4 hari dilakukan harus sampai konstan, dari metode
tidak langsung pada U1 = 10,76%, U2= 5% dan U3=9,67%, sedangkan pada metode
langsung yang menggunakan Oven terdapat nilai pada U1=15,16%, U2=4,63% dan Pada
U3=2,04%
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Pengukuran Kadar air ini adalah;
1. Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam prosentase (%) terhadap
berat asal contoh benih.
2. Pengujian kadar air ini menggunakan dua metode yaitu metode lansung
yaitu dengan menggunakan oven/tanur dan metode tidak langsung dengan
menggunakan alat Oga Digital TD-5.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan memperhatikan pada saat pengarahan, dan mengurangi
keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan
dapat memperoleh hasil yang akurat.
53
PRAKTIKUM 5
54
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat
dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan deskripsi
mutu benih yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak produsen
merupakan pengujian yang bertujuan untuk memperoleh persentase kemurnian suatu lot
benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan memisahkan benih ke dalam tiga komponen,
yaitu benih murni (benih yang dimaksud oleh pihak produsen), benih tanaman lain (benih
komoditas lain atau varietas lain yang masih satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk
memperoleh persentase kemurnian maka benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan
hasilnya dibandingkan dengan standar minimum benih murni.
Pengujian benih ini dilakukan untuk menetapkan nilai setiap contoh benih yang
diuji sehingga akan diketahui bagaimana keadaan faktor kualitas benihnya. Faktor kualitas
benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran
yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih. Ternyata usaha pengujian
benih ini telah dilaksanakan sejak zaman nenek moyang kita, walaupun hasilnya kurang
memuaskan tetapi berhasil menyelamatkan usaha taninya. Pengujian yang mereka
laksanakan biasanya menggunakan perasaan, melihat, meraba, mencium, dan menggigit
benih-benih tersebut, dengan patokan-patokan tradisional. Hasil dari usaha pengujian-
pengujian benih yang mereka lakukan adalah mereka dapat mempertahankan kelangsungan
usaha taninya, serta mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dalam jangka waktu panjang
(beratus-ratus tahun).
1.2 Tujuan
1. Untuk menetukan komposisi contoh kerja benih yang diuji
2. Untuk mengetahui identitas macam spesies benih dan bagian-bagian kotoran benih
dalm contoh kerja benih yag diuji
.
55
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang terdapat
dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan deskripsi
mutu benih yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak produsen
merupakan pengujian yang bertujuan untuk memperoleh persentase kemurnian suatu lot
benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan memisahkan benih ke dalam tiga komponen,
yaitu benih murni (benih yang dimaksud oleh pihak produsen), benih tanaman lain (benih
komoditas lain atau varietas lain yang masih satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk
memperoleh persentase kemurnian maka benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan
hasilnya dibandingkan dengan standar minimum benih murni. Uji kemurnian benih
sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh itu
baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu presentase kadar air dan viabilitas benih.
Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan
dari benih campuran (Kuswanto, 1997).
Faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari varietas-varietas yang memiliki
genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,
responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan terhadap cekaman
abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan kemurnian yang tinggi, daya
kecambah yang tinggi, bebasdari kotoran dan benih rerumputan serat bebas dari hama dan
penyakit, serta kadar air benih yang rendah (Kamil, 1986). Dalam pengertian benih murni
termasuk semua varietas dari species yang dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji
laboratorium. Yang termasuk ke dalam kategori benih murni dari suatu species adalah
benih masak dan utuh, benih yang berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah
berkecambah sebelum diuji dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh
benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke
dalam species yang dimaksud (Justice, 1990).
Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman pertanian
yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji. Benih gulma
mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang termasuk dalam kategori
gulma. Juga pecahan gulma yang berukuran setengah atau kurang dari setengah ukuran
56
yang sesungguhnya tetapi masih mempunyai embrio. Bahan lain atau kotoran, termasuk
semua pecahan benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni,
benih species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan
bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun (Sutopo, 1984).
Uji kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang
kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih
murni (pure seed), benih tanaman lain, dan kotoran pada masa benih.
Benih uji dipisahkan menjadi 3 komponen yaitu ;
1. Benih murni adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang
sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah: a) Benih masak utuh, b)
Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak, c) Benih yang telah berkecambah
sebelum diuji, d) Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang
sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam
spesies yang dimaksud, e) Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali
2. Benih varietas lain adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan
tidak dimaksudkan untuk diuji.
3. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh.
Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
a) Benih dan bagian benih, b) Benih tanpa kulit benih, c) Benih yang terlihat bukan benih
sejati, d) Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal, e) Cangkang benih
ataupun batu
Tahap selanjutnya adalah analisis kemurnian, setiap benih diidentifikasi satu
persatu secara visual menggunakan purity desk bedasarkan penampakan morfologi. Setelah
dilakukan analisis kemudian dilakukan penimbangan dengan menggunakan
timbangan pada setiap komponen tersebut, yaitu benih tanaman lain/ varietas lain dan
kotoran benih dipisahkan dimana kotoran benih yang dipisah yaitu kotoran fisis halus dan
kasar, dimana berat dari benih varietas lain yang berupa terdapat benih.
Dengan adanya hasil penimbangan tiap komponen dapat di
ketahui persentase benih, mulai dari berat fisis halus dan kasar. Kemudian persentase fisis
yang didapat dikurang 100 sehingga didapatkan hasil persentase benih bersih .Setelah
itu,dipisahkan lagi hal yang terdapat pada benih selanjutnya,yaitu spesies atau varietas
57
lain.Varietas lain yang didapatkan. Selanjutnya dicari perhitungan persentase varietas lain.
Sehingga dengan adanya hasil tersebut akan di dapatkan seberapa
benih murni yang ada pada benih . Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak
dan tidak berpenyakit. Kotoran atau benda mati merupakan bagian dari sejumlah benih
yang sedang diuji yang tidak berupa benih, melainkan benda-benda mati yang hanya
mengotori benih, seperti misalnya kerikil, gumpalan tanah, sekam serta bentuk-bentuk lain
yang menyerupai benih dan gulma serta benih yang rusak atau pecah dan terkena penyakit.
Benih yang memiliki kemurnian yang tinggi
merupakan salah satu takaran atau ukuran untuk menjadi benih bersertifikat. Oleh karena
itu pengujian kemurnian benih dilakukan untuk menentukan komposisi berdasarkan berat
dari contoh benih yang akan diuji atau dengan kata lain komposisi dari kelompok benih
identitas dari berbagai spesies benih dan partikel-partikel lain yang terdapat dalam benih
58
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa 2 April pada pukul 07.15 WIB di
Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Desa Mendalo Darat,
Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Alat : kantong plastik, meja analitik, timbangan analiti, kertas, ATK.
Bahan : kedelai (Glycine max), padi (Oryza sativa)
3.3 Cara Kerja
1, Timbang contoh kerja seberat 100 gr.
2. Letakkan contoh kerja tesebut diatas meja analisa yang dilapisi dengan plastic.
3. Tentukan (pisahkan) komponen – komponen sebagai berikut ;
a. Berat murni, BM dalam %
b. Kotoran benih, KB dalam %
c. Benih tanaman lain, BI dalam %
b. Benih rerumputan, BR dalam %
4. Timbang masing – masing komponen dan tentukan persentasenya. Pengamatan dibiuat
dalam bentuk table. Agar hasil dari masing – masing komponen tersebut tidak tercecer,
maka hasil pemisahan tersebut diletakkan dalam kantong plastic.
5. Hasil ; BM= %
KB= %
BI= %
BR= %
Berat komponen setelah ditimbang hendaknya tidak beselisih lebih dari 1% dengan
berat awal, seandainya terjadi selisih lebih besar 1% pengujian harus diulang lagi.
Perhitungan ;
Karena bck > 25 gram, maka cara menghitung persentase komponen-komponen
tesebut adalh sebagai berikut ;
59
a. Persentase berat dari masing – masing komponen ( kecuali berat benih murni )
dihitung terhadap berat hasil contoh kerja.
b. Komponen benih murni dihitung dengan mengurangi angka 100% dengan jumlah
% berat ke – 3 komponen lainnya.
𝑎
𝑥 100%
𝑏𝑐𝑘
a= berat komponen
b= berat contoh kerj
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Komponen Benih BM (g) KB (g) BL(g) BK(g)
( Oryza sativa)
( Glycine max L)
4.2 Pembahasan
Perhitungan : Rumus a x 100%
bck
a. Padi ( Oryza sativa)
• BM = 95,40 g
a x 100% = 9,540 x 100% = 95,4%
bck 100
• KB = 0,843 g
a x 100% = 0,843 x 100% = 0,843%
bck 100
• BL = 3,94 g
a x 100% = 3,94 x 100% = 3,94%
bck 100
61
• BK = 0 g
a x 100% = 0 x 100% =0
bck 100
• KB = 1.423 g
a x 100% = 1.423 x 100% =1,423%
bck 100
• BL = 4,418 g
a x 100% = 4,418 x 100% =4,418%
bck 100
• BK = 0 g
a x 100% = 0 x 100% =0
bck 100
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih
harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana
teknologi yang maju (Sadjad, 1977). Seiring petani mengalami kerugian yang
tidak sedikit baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat penggunaan
benih yang bermutu rendah. Oleh karena itu meskippun pertumuhan dan produksi
tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanamn, tetapi
harus diingat pentingnya pemilihan mutu benih yang akan digunakan. Hasil
pengamatan yang dilakukan bahwa persentase benih murni lebih besar
dibandingkan dengan kotoran benih. Benih murni kedelai selalu lebih besar dari
90 %, dan kotoran benih dibawah 10 %. Sedangkan benih murni padi selalu diatas
99 % dan kotoran benih dibawah 1%. Dengan demikian benih yang tersedia pada
pengamatan kali ini cukup baik.
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Manfaat kemurnian benih untuk menjaga kualitas benih dan mengetahui
presentase kemurnian benih.
2. Benih yang murni merupakan benih yang tidak rusak dan tidak
berpenyakit.
3. Benih varietas lain merupakan benih yang jenisnya tidak sama.
4. Kotoran benih merupakan bagian dari sejumlah benih yang sedang diuji
yang tidak berupa benih atau benih yang rusak atau pecah dan terkena
penyakit ataupun batu .
63
DAFTAR PUSTAKA
64
PRAKTIKUM 6
65
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai
alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan
fungsional tidak sama dengan biji. Biji bukan objek pasca panen karena benih
merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan sejak benih
sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya sampai menghasilkan benih
bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih. Pengujian daya
kecambah dan kekuatan tumbuh yaitu dengan mengecambahkan benih pada
kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu
menghitung presentase daya berkecambahnya.
Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih
yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu.
Prosedur uji daya kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan
menguntungkan bagi perkecambahan seperti letersediaan air, cahaya, suhu dan
oksigen. Pengujian benih tersebut sangat penting, karena dengan terujinya benih
berarti terhindarnya para petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dalam
pelaksanaan usaha taninya. Selain itu benih yang baik atau unggul ditunjang
dengan kultur teknik yang mantap, akan dapat meningkatkan berbagai produk
pertanian. Definisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan oleh
genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih memproduksi
bibit yang tumbuh cepat.
1.2 tujuan pratikum
66
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih,
hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah
hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan
dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan
tanah juga (Yaya, et al., 2003). Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan
selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara.
Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh
benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, kacang hijau,
dan lamtoro. Tipe perkecambahan hipogeal berbeda dengan tipe epigeal, pada
hipogeal kotiledon tidak terangkat keatas permukaan tanah namun tetap tinggal di
dalam tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan hipogeal yaitu padi,
jagung, kelapa dan lain sebagainya.
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai
alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan.
Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan
fungsional tidak sama dengan biji (Sadjad, 1993). Biji bukan objek pasca panen
karena benih merupakan komoditi pertanian yang proses produksi dan persiapan
sejak benih sumber yang ditanam harus jelas identitas genetiknya sampai
menghasilkan benih bermutu sesuai analisis benih ditangan konsumen benih
(BPMBTPH, 2006) .
Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih di dalam satu
ovari pada legume, tetapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari
pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian, yaitu:
(1) Embryo, (2) Kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo terbentuk atau berasal
dari telur yang dibuahi (zygote) dengan mengalami pembelahan sel di dalam
embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada
legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan
lunak, sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan
proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis.
67
Daya berkecambah (viabilitas) dan kekuatan tumbuh (vigor) merupakan
salah satu komponen dari mutu benih (selain, kemurnian dan kadar air). Viabilitas
benih harus diikuti dengan vigor yang tinggi, karena hanya dengan vigor tinggi
benih mampu untuk berkembangbiak atau menyebarkan spesiesnya pada kondisi
lingkungan yang optimum atau sub-optimum maupun dapat disimpan lama. Benih
yang mempunyai viabilitas dan vigor yang baik akan berdampak pada
produktivitas nantinya. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan
disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata
tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan
berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium
adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi di lapang yang sebenarnya
sangat beraneka ragam dan jarang didapati berada pada keadaan yang optimum.
Keadaan sub optimum yang tidak menguntungkan di lapangan tersebut dapat
menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sajad, 1993).
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap
tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih
di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing ‘kekuatan
tumbuh’ dan ‘daya simpan’ benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih
pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan di lapangan sub-optimum atau sesudah benih melampui suatu
periode simpan yang lama. (Mugnisjah, 1990)
Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari
performance fenotipe kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat
berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai
kondisi yang menimpanya (Bewley and Black. 1985). Sadjad (1994) menguraikan
vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada
kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang
suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Selanjutnya Perry
(2002) mendefinisikan vigor sebagai keadaan fisiologis yang ditentukan oleh
68
genotipe dan faktor lingkungan yang mengatur kemampuan benih memproduksi
bibit yang tumbuh cepat di tanah serta memiliki toleransi terhadap berbagai
kondisi lingkungan yang luas. Sementara itu, viabilitas benih merupakan daya
hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbubannya, gejala
metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas sedangkan viabilitas
potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih yang menunjukkan
kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada
kondisi lapang yang optitum (Harringto, 1972).
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena
terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh
karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara
kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya
vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis,
fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. (Sutopo, 1984)
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih.
Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter
viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi
parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih
adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi
normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi
yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002). Persentase daya berkecambah
merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan
dalam kondisi dan periode tertentu. Bila daya uji kecambah benih memberikan
hasil yang negatif maka perlu diadakan usaha lain untuk mengetahui faktor
apakah yang mengakibatkan kegagalan perkecambahan. Prosedur uji daya
kecambah dilakukan dengan menjamin agar lingkungan menguntungkan bagi
perkecambahan seperti ketersediaan air, cahaya, suhu dan oksigen (Throneberry
and Smith, 2001).
69
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 16 April 2019 pukul 07.15 –
09.00 WIB. Di Laboratorium Teknologi benih Fakultas Pertanian Universitas
Jambi.
3.2 Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
Kertas substrat, plastik, wadah air
Bahan yang digunakan :
Benih kedelai anjasmoro, padi air mas, padi SNI mas, padi kemangi,
kedelai detam 3 dan kacang hijau
3.3 Prosedur kerja
− Ambilah 3 lemberan kertas substrat ukuran 20x30cm yang etelah
dibasahi kemudian letakan diatas plastik berukuran 20x30cm
− Tanam benih diatas lembaran substrat dalam satu deretan, jarak tanam
benih sama dengan benih lainya yaitu 25 butir
− Tutup substrat tadi dengan kertas substrat yang telah dibasahi 2
lembar, kemudian digulung
− Letakan didalam germinator dengan posisi berdiri
− Amati setelah 4x24jam semua benih
70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
71
7 U2 = 21 21/25 x 100% = 84%
U1 = 2 2/25 x 100% = 8%
72
Anjasmoro 3 U2 = 0 0/25 x 100% = 0%
(Glycine max)
U3 = 0 0/25 x 100% = 0%
U1 = 0 0/25 x 100% = 0%
5 U2 = 0 0/25 x 100% = 0%
U3 = 0 0/25 x 100% = 0%
U1 = 0 0/25 x 100% = 0%
7 U2 = 1 1/25 x 100% = 4%
U3 = 0 0/25 x 100% = 0%
73
Tabel 2 : Uji Kecepatan Bekecambah
U3 = 2 2/2 = 1
U1 = 4 4/3 = 1,6
3 U2 = 3 3/3 = 1
U3 = 5 5/3 = 1,6
U1 = 6 6/4 = 1,5
4 U2 = 7 7/4 = 1,75
U3 = 6 6/4 = 1,6
U1 = 8 8/5 = 1,6
5 U2 = 9 9/5 = 1,8
U3 = 8 8/5 = 1,6
U1 = 20 20/6 = 3,3
6 U2 = 17 17/6 = 2,8
U3 = 14 14/6 = 2,3
U1 = 24 24/7 = 3,4
7 U2 = 20 20/7 = 2,8
U3 = 20 20/7 = 2,8
74
Pasi SNI Mas U1 = 2 2/2 = 1
(Oryza sativa)
2 U2 = 1 1/2 = 0,5
U3 = 1 1/2 = 0,5
U1 = 6 6/3 = 2
3 U2 = 4 4/3 = 1,3
U3 = 5 5/3 = 1,6
U1 = 9 9/4 = 2,2
4 U2 = 7 7/4 = 1,7
U3 = 9 9/4 = 2,2
U1 = 13 13/5 = 2,6
5 U2 = 12 12/5 = 2,4
U3 = 15 15/5 = 3
U1 = 17 17/6 = 2,8
6 U2 = 15 15/6 = 2,5
U3 = 20 20/6 = 3,3
U1 = 20 20/7 = 2,8
7 U2 = 21 21/7 = 3
U3 = 25 25/7 = 3,5
U3 = 2 2/2 = 1
75
U1 = 1 1/3 = 0,3
3 U2 = 1 1/3 = 0,3
U3 = 4 4/3 = 1,3
U1 = 1 1/4 = 0,25
4 U2 = 2 2/4 = 0,5
U3 = 5 5/4 = 1,2
U1 = 2 2/5 = 0,4
5 U2 = 3 3/5 = 0,6
U3 = 8 8/5 = 1,6
U1 = 3 3/6 = 0,6
6 U2 = 5 5/6 = 0,8
U3 = 10 10/6 = 1,6
U1 = 4 4/7 = 0,5
7 U2 = 6 6/7 = 0,8
U3 = 11 11/7 = 1,5
U3 = 1 1/2 = 0,5
U1 = 5 5/3 = 1,6
3 U2 = 6 6/3 = 2
U3 = 3 3/3 = 1
76
U1 = 7 7/4 = 1,7
4 U2 = 7 7/4 = 1,7
U3 = 8 8/4 = 2
U1 = 10 10/5 = 2
5 U2 = 8 8/5 = 1,6
U3 = 11 11/5 = 2,2
U1 = 16 16/6 = 2,6
6 U2 = 12 12/6 = 2
U3 = 17 17/6 = 2,8
U1 = 23 23/7 = 3,2
7 U2 = 18 18/7 = 2,5
U3 = 20 20/7 = 2,8
Kedele U1 = 0 0/2 = 0
Anjasmoro
2 U2 = 0 0/2 = 0
(Glycine max)
U3 = 0 0/2 = 0
U1 = 0 0/3 = 0
3 U2 = 0 0/3 = 0
U3 = 0 0/3 = 0
U1 = 0 0/4 = 0
4 U2 = 0 0/4 = 0
U3 = 0 0/4 = 0
77
U1 = 0 0/5 = 0
5 U2 = 0 0/5 = 0
U3 = 0 0/5 = 0
U1 = 0 0/6 = 0
6 U2 = 1 1/6 = 0,16
U3 = 0 0/57 = 0
U1 = 0 0/7 = 0
7 U2 = 1 1/7 = 0,14
U3 = 0 0/7 = 0
U3 = 4 4/2 = 2
U1 = 2 2/3 = 0,6
3 U2 = 5 5/3 = 1,6
U3 = 8 8/3 = 2,6
U1 = 3 3/4 = 0,75
4 U2 = 9 9/4 = 2,25
U3 = 10 10/4 = 2,5
U1 = 5 5/5 = 1
5 U2 = 15 15/5 = 3
U3 = 12 12/5 = 2,4
78
U1 = 7 7/6 = 1,1
6 U2 = 21 21/6 = 3,5
U3 = 19 19/6 = 3,1
U1 = 8 8/7 = 1,1
7 U2 = 25 25/7 = 3,5
U3 = 25 25/7 = 3,5
U1 U2 U3 U1 U2 U3
Ket.
• Tanaman monokotil = hari – 6
• Tanaman dikotil = hari – 4
79
Tabel 4 : Uji Berat Kering Kecambah
U1 U2 U3 U1 U2 U3
Padi Kemangi (Oryza sativa) 0,72 0,74 0,68 0,10 0,10 0,03
Padi SNI Mas (Oryza sativa 1,00 1,09 1,19 0,14 0,14 0,13
Padi Airmas (Oryza sativa) 0,07 0,10 0,4 0,07 0,02 0,13
Kacang Hijau (Vigna radiata) 3,36 18,45 15,78 0,27 0,78 0,83
4.2 Pembahasan
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang
sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya (Sutopo, 2002). Persentase daya
berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan
perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Dari hasil pemgamatan
yang diamati, bahwa perkecambahan serangkaian peristiwa penting sejak benih
dorman sampai kebibit dan pengamatan mendapatkan hasil yang berbeda.
hasil uji daya berkecambah benih yang menunjukkan jumlah rata-rata
yang berkecembah yakni kcang hijau dengan jumlah U1 8 U2 25 U3 25 yakni
pada hari ke7. adapun perhitungan uji kecepatan berkecambah yang di amati
yakni mengenai benih yang paling cepat muncul atau berkecambah, yang
dalam hal ini ditunjukkan benih mulai berkecambah rata-rata pada hari ke-2.
kecepatan kecambah perlu diketahui karena berhubungan dengan vigor benih.
benih yang mempunyai kecepatan kecambah yang tinggi maka tanaman yang
dihasilkan lebih tahan terhadap keaadaan yang kurang menguntungkan.
selanjutnya pada tabel 3 yakni mengenai uji kesempakan benih yang di amati
pada hari ke 4 untuk tanamn dikotil dan hari ke 6 untuk tanaman monokotil.
diketahu dalam tabel 3 yakni untuk tanaman monoktil yakni pada uji
keserempakan berkecambah yang baik ditunjukkan untyk varietas Snimas
80
dengan jumlah berkecambah U1 17 U2 15 U3 20, dan untuk tanaman dikotil
yakni Kacang hijau dengan jumlah brkecambah U1 8 U2 25 U3 25. selanjutnya
pada tabel 4 mengenai uji berat kering kecambah, yang mana dalam tahap ini
benih yang telah ditanam dikertas dalam germinator tersebut dipatahi bagian
tanamannya kecuali kotiledon. dan kemudian ditimbang berat basahnya lalu
dimasukkan dalam germinator pada suhu 77C. dan diamati setiap hari untuk
menimbang berat kering dari benih terebut hingga kotiledon.
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih.
Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter
viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi
parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih
adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi
normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan memperhatikan pada saat pengarahan, dan
mengurangi keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan
dengan lancar dan dapat memperoleh hasil yang akurat, dan agar tidak terjadi
kesalahan dalam penghitungan.
82
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2013. Metode Uji Daya Kecambah dan Uji Kekuatan Benih
(http://dodikpertanianagroteknologi.blogspot.com/2013/07/metode-uji-
dayakecambahdan-uji-kekuatan.html) diakses pada 08 Mei 2019
83
PRAKTIKUM 7
84
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum uji vigor yang dilakukan adalah deep soil test yaitu dengan
menanam benih pada kedalamaan berbeda dan red brick test yaitu menanam benih
pada media kerikil dan batu bata. Apabila benih mampu tumbuh dan berkecambah
dengan baik pada media dan kedalam tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa
kemampuan vigor benih tinggi. Pada praktek di lapangan, vigor benih
menentukan tingkat keserempakan tumbuh tanaman.
Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih berarti
terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari pelaksanaan
usaha taninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk
menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal.
Uji vigor merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-
macam. Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah
persentase kecambah normal.
Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, terujinya benih berarti
terhindarnya petani dari berbagai kerugian yang dapat timbul dari pelaksanaan
usaha taninya. Pengujian vigor benih merupakan salah satu cara untuk
menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor benih sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan benih untuk tumbuh normal pada kondisi lingkungan sub optimal.
Uji vigor merupakan parameter viabilitas absolute yang tolak ukurnya bermacam-
macam. Tolak ukur mengindikasikan benih yang cepat tumbuh lebih mampu
menghadapi kondisi lapang yang sub optimal dan yang digunakan adalah
persentase kecambah normal.
1.3 Tujuan
2 Menentukan presentasi dari perkecambahan benih
3 Menentukan kekuatan tumbuh benih pada kedalaman tanam tertentu
85
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi,
sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap
tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik. Vigor benih
di cerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing “kekuatan
tumbuh” dan “daya simpan” benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih
pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal
meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub oSecara umum vigor diartikan
sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang
sub optimal.
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium
adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang yang sebenarnya
jarang didapati berada pada keadaan yang optimum. Keadaan sub optimum yang
tidak menguntungkan di lapangan dapat menambah segi kelemahan benih dan
mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan
selanjutnya. Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang
tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragamakan
tetap tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Bagod
2006).
Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing –
masing “kekuatan tumbuh” dan daya simpan” benih. Tanaman dengan tingkat
vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau
bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk
ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk
kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi
kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan
pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih
secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi
sarana produksi secara maksimal sebelum panen (Sutopo 2011).
Pasir sering digunakan sebagai media alternatif untuk menggantikan
fungsi tanah. Pasir memiliki sifat cepat kering sehingga akan memudahkan proses
86
pengangkatan bibit/benih yang telah berkecambah. Sedangkan media bata merah
halus juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Media jenis ini juga
berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya ukuran batu bata dibuat kecil seperti
kerikil atau ditumbuk halus. Karena semakin kecil ukurannya, kemampuan daya
serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin baik.
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan
perkembangan akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat
dan mantap. Vigor adalah sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan
tingkat potensi aktivitas dan kinerja atau lot benih selama perkecambahan dan
munculnya kecambah. Vigor adalah suatu indikator yang menunjukan bagaimana
benih tumbuh pada kondisi lapang yang bervariasi. Vigor adalah gabungan antara
umur benih, ketahanan, kekuatan dan kesehatan benih yang diukur melalui
kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau memalui analisis biokimia (ISTA
2007)
87
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
88
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
89
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Untuk media pasir prosentase benih tumbuh 12
dengan prosentase 48% dibandingkan untu media batu bata merah dengan jumlah
benih yang tumbuh 7 dengan prosentase rata rata 28%.. Kemampuan kekuatan
tumbuh setiap varietas berbada – beda. Pada media pasir lebih unggul
dibandingkan dengan media batu bata merah
5.2 Saran
Diharapkan Praktikan lebih memperhatikan pada saat pengarahan, dan
mengurangi keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan
dengan lancar dan dapat memperoleh hasil yang akurat.
90
DARTAR PUSTAKA
91
PRAKTIKUM 8
92
BAB I
PENDAHULUAN
93
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
94
2. Pengamatan dan penilaian baru dilakukan pada saat kecambah mencapai suatu
fase perkembangan, di mana dapat dibedakan antara kecambah normal dan
kecambah abnormal.
3. Pertumbuhan dan perkembangan kecambah harus sedemikian sehingga dapat
dinilaimempunyai kemampuan tumbuh menjadi tanaman normal dan kuat pada
keadaan yangmenguntungkan di lapangan.
4. Lama pengujian harus dalam jangka waktu yang telah ditentukan.Umumnya
pelaksanaan uji perkecambahan berlangsung selama beberapa hari atau
minggusehingga kesimpulan dari suatu uji perkecambahan secara langsung tidak
dapat segera diketahui.
95
BAB III
METODEOLOGI PENELITAN
96
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Benih yang ditanam Benih yang tumbuh
U1 U2 U3
1 P.senimas (Oryza sativa) 24 24 24
2 P. airmas (Oryza sativa) 0 0 0
3 P. kemangi (Oryza sativa) 25 24 23
4 K.anjasmoro ( Glycine max) 2 0 5
5 K.Detam 3( Glycine max) 16 17 19
6 K.hijau ( Vigna radiata) 20 25 24
4.2 Pembahasan
Perhitungan
1. P.senimas (Oryza sativa)
SGT = U1= 24/25 x 100% = 96%
U2= 24/25 x 100% = 96%
U3=24/25 x 100% = 96%
97
4. K.anjasmoro ( Glycine max)
SGT = U1= 2/25 x 100% = 8%
U2= 0/25 x 100% = 0%
U3=5/25 x 100% = 20%
98
BAB V
PENUTUP
5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, dapat simpulkan bahwa :Vigor suatu
benih itu dapat mencerminkan vigor suatu kecambah, vigor bibit,maupun vigor
tanaman. Pada yang sebenarnya , vigor benih itu harus :
1.Perkecambahan cepat
2.Perkecambahan serempak dan tanaman mampu tumbuh dalam kondisi
subotimum
3.Kemampuan kecambah menembus tanah padat/keras
4.Mampu berkecambah pada kondisi suhu rendah, kelebihan air, atau tanah
terinfeksi pothogen
5.Menghasilkan produksi tinggi
6.Daya simpan tinggiUntuk itu benih yang terserang penyakit dapat dikatakan
sebagai benih yang memiliki vigor yang rendah, sedangkan untuk benih yang
sehat dikatakan benih yang memilikivigor yang tinggi. Selain dikarenakan vigor,
benih yang tidak normal dapat diakibatkan oleh peran penambahan tanah yang
terserang penyakit, sehingga berakibat pada kedelai terserang jamur putih.
99
DAFTAR PUSTAKA
http://andr4pratama.blogspot.co.id/2013/06/laporan-akhir-pratikum-teknologi-
benih_8357.html
100
PRAKTIKUM 9
101
BAB I
PENDAHULUAN
102
Benih yang kuat dapat tumbuh dengan baik dan merata dalam kondisi
kekuranagn air dan yang kurang kuat tidak tumbuh.Penilaian kekuatan tumbuh
benih digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuatr,abnormal dam mati. Untuk
memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilaiterlebih dahulu
digolongkan atas kecambah normal selanjutnya dibagi untuk kecambahkuat dan
kurang kuat. Kecambah yang abnormal digolongkan sebagai kecambah
mati.Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan dengan membandingkan kecambah
satudengan lainnya dalam substrat.
103
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Mengolah tanah yang didefinisikan sebagai perlakuan terhadap tanah
pertanian dengan menggunakan suatu alat pertanian sedemikian rupa sehingga
dapat diperoleh persiapan tanah sebaik-baiknya untuk keperluan budidaya.
Pengolahan tanah juga sangat membantu dalam perbaikkan struktur tanah dan
porositasnya serta membantu perkembangan perakaran dan perkecambahan di
dalam tanah. Keuntumgam lain dalam pengolahan tanah adalah juga dapat
menjaga keseimbangan antara air, udara, dan suhu di dalam tanah. Pengolahan
tanah perlu dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang cukup baik, sebagai
awal kegiatan budidaya (Anonim, 1989)
Biji merupakan suatu organisasi yang teratur rapi, mempunyai persediaan
bahan makanan yang cukup untuk melindungi serta memperpanjang
kehidupannya. Walaupun banyak hal yang terdapat pada biji, tetapi baik mengenai
jumlah, bentuk maupun strukturnya, mempunyai satu fungsi dan tujuan yang sama
yaitu menjamin kelansungan hidupnya. Dalam ilmu botani diketahui ada dua
kelas tumbuhan berbiji yaitu Angiospermae dan Gymnospermae. Angiospermae
sebagai kelas yang lebih tinggi terdiri dari dua sub kelas yaitu Monokotiledon dan
Dikotiledon. Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman
yang baik tentang perbedaan kedua struktur biji tersebut.( Gardner, 1991 )
Uji kedalaman tanam tergolong kedalam uji kekuatan tumbuh benih dengan
lingkungan sub optimal. Uji ini menggunakan substrat tanah atau pasir dengan
kedalaman tanah tertentu. Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan
pertumbuhan benih dilapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat air hujan
atau ntraktor. ( Coursey, 1979 )
Kedalaman tanam tergantung pada jenis tanah, kelembapan dan suhu.
Pada kondisi penanaman yang baik kedalaman ideal adalah 5 cm. Agar dapat
berkecambah dengan baik, setelah benih ditaburkan, benih ditekan -tekan dengan
kaki. Benih dapat masuk lebih dalam pada tanah berpasir dari 'padatanah
berlempung. ( Kramer, 1969 )
Tentunya dalam mengembangbiakkan tanaman, metode penancapan atau
kedalaman tanah juga harus disesuaikan supaya tanaman dapat tumbuh dan
104
berkembang dengan baik. Oleh karena itu diperlukan uji coba kedalaman tanam
menggunakan substrat tanah atau pasir dengan menanam benih pada berbagai
kedalam tertentu. Bibit normal dari benih yang vigor memiliki kekuatan tumbuh
pada tanah padat dengan asumsi benih yang mampu tumbuh normal pada
kedalaman tanam paling dalam, sedangkan kecambah dari benih yang kurang
vigor tidak memiliki kemampuan tersebut.( Harjadi, 1980)
Kedalaman beberapa benih seyogyanya disemai sangat tergantung kepada
sifat tanah, kandungan air tanah, keadaan musim dan tipe bibit. Bibit tipe epigeal
biasanya memerlukan penanaman yang lebih dangkal daripada bibit tipe hipogeal.
Air dan oksigen berada di dalam pori-pori tanah pada bagian atas tanah hampir
jenuh, oleh karena itu penanaman seyogyanya dangkal. Sedang pada musim
kering bibit lebih baik di tanam sedikit lebih dalam. (Erlan, 2005)
105
BAB III
METODEOLOGI PENELITAN
106
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Ketahanan Benih
Benih yang Benih Normal Benih kuat Benih lemah Benih mati
digunakan
U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3
1. P.senimas
(Oryza 24 14 10 4 25 25
sativa)
2. P.airmas
(Oryza 2 5 23 25 25
sativa)
3. P.kemangi
(Oryza 23 2 25 25
sativa)
4. K. anjasmoro
(Glycine 15 4 11 25 25 25
max)
5. K. detam3
(Glycine 23 19 4 10 25 25
max)
6. K.hijau
(Vigna
2 25 25
radiata)
• % perkecambahan
107
1. Benih normal 2. Benih kuat
U1 = P. Senimas U1 = P. Senimas
24 %100% =96% 14 %100% =56%
25 25
U1 = P. Airimas U1 = Detam 3
2 %100% =8% 4 %100% =16%
25 25
U1 = P.Kemangi U1 = Detam 3
23 %100% =92% 19 %100% =76%
25 25
U1 = Detam 3
15 %100% =48%
25
U1 = Detam 3
23 %100% =92%
25
Untuk benih padi airmas dan kedelai anjasmoro tidak dapat dihitung KN
karena tidak ada benih yang berkecambah
108
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Benih yang kuat dapat tumbuh dengan baik dan merata dalam kondisi
kekuranagn air dan yang kurang kuat tidak tumbuh.Penilaian kekuatan tumbuh
benih digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuatr,abnormal dam mati. Untuk
memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilaiterlebih dahulu
digolongkan atas kecambah normal selanjutnya dibagi untuk kecambahkuat dan
kurang kuat. Kecambah yang abnormal digolongkan sebagai kecambah
mati.Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan dengan membandingkan kecambah
satudengan lainnya dalam substrat.
5.2 Saran
Praktikan diharapkan memperhatikan pada saat pengarahan, dan
mengurangi keributan dalam praktikum agar pengamatan yang dilakukan berjalan
dengan lancar dan dapat memperoleh hasil yang akurat.
109
DAFTAR PUSTAKA
Coursey.D.G., J.P. Evenson and B.A. Keating. 1979. Root Crops Training Course
Faculty of Agriculture. Udayana Univercsity Australian, Asia University
Cooperation Scheme. 92p
http://www.tiomerauke.co.cc/2011/05/pengujian-daya-kecambah-benih.html
110
PRAKTIKUM 10
111
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viabilitas benih
secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pengujian ini menggunakan garam
tetrazolium. Garam tetrazolium ini merupakan senyawa kimia yang dapat
direduksi secara enzymatic didalam jaringan benih yang masih hidup. Reduksi
senyawa ini akan merubah senyawa formazan yang berwarna mwerah cerah
Garam tetrazoluim merupakan bahan yang tidak berwarna, di
dalam jaringan-jaringan sel hidup, zat ini ikut serta dalam proses reduksi.
Dengan proses hidrogenida, dalam sel hidup terbentuklah triphenyl formazan
yang berwarna merah stabil dan bersifat tidak difus. Dan ini kemungkinan
untuk dapat membedakan sel hidup yang berwarna merah dari bagian sel mati
yang tidak berwarna. Dari posisi dan ukuran daerah berwarna dan
tidak berwarna pada embrio dan atau endisperm dapat ditentuka apakah benih
tersebut digiolongkan sebagai vabel atau non viabel.
Prinsip kerja uji Tetrazolium adalah berdasarkan perbedaan warna dari
benih setelah direndam dalam larutan Tetrazolium. Jaringan dalam benih itu
hidup akan menghasilkan suatu reaksi pada benih dengan menimbulkan
Kriteria pewarnaan : merah cerah, jaringan masih hidup ; merah jambu,
jaringan sudah lemah ; merah tua, jaringan rusak ; tak berwarna, jaringan
sudah mati.
112
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uji tetrazolium disebut juga uji biokhemis dan uji cepat viability. Prinsip
metode Tetrazolium adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh
reduksi suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazon
merah sedangkan sel-sel yang mati akan berwarna putih. Adanya warna merah di
bagian-bagian penting pada embrio benih mengindiksikan benih mampu
menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal. Enzim yang mendorong
terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi. U j i
Tetrazolium mempunyai beberapa kelebihan meliputi waktu pengujian yang
singkat, sangat tepat diaplikasikan pada benih yang mengalami dormansi serta
benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after ripening), tingkat ketelitian
tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan pelatihan yang
intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat fungi atau
mikrobia lainnya dan bersifat merusak (AOSA 2011).
Pengujian tetrazolium memiliki batasan. Perkecambahan tidak dapat
dideteksi dengan pengujian tetrazolium. Pengujian tetrazoilum tidak dapat
mengukur kapasitas untuk fotosintesis normal dan noda albino secara normal.
Keberadaan pathogen dapat mengganggu perbandingan antara tetrazolium dan
hasil dari perkecambahan. Pengujian tetrazolium tidak dapat dideteksi sebagai
pathogene dalam biji yang dilapisi yang mempengaruhi perkecambahan. Hal
inilah yang jadi alasan mengapa pengujian perkecambahan masih dibutuhkan
sebagai informasi viabilitas yang utama.
(McDonald and Kwong 2005).
Menurut Burg (2008), prinsip metode tetrazolium adalah bahwa setiap sel
hidup akan berwarna merah oleh reduksi dari suatu pewarnaan garam tetrazolium
dan membentuk endapan formazon merah, sedangkan sel-sel mati akan berwarna
putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses ini adalah dehidrogenase yang
berkaitan dengan respirasi. Sedangkan menurut Zanzibar (2006).
113
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
B. ALAT:
• Oven
• Timbangan Analitik
• Saringan Teh
• Gelas Piala
• Pinset
3.3 Prosedur Kerja
• Rendam benih kedelai selama 1 jam yaitu:
✓ U1 1 g + 100 ml
✓ U2 0,5 g + 200 ml
• Masukan kedelai kedalam larutan yang dibuat dan masukan ke oven
• Setelah itu keluarkan dari oven dan amati perubahan warna benih kedelai.
114
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
1. Anjasmoro 1 29 10 10 1
(Glycine max)
2 2 21 25 3 11
1. U1
29
• Merah cerah = 50 𝑥 100% = 58%
10
• Merah muda = 50 𝑥 100% = 20%
10
• Coklat = 50 𝑥 100% = 20%
1
• Tidak bewarna = 50 𝑥 100% = 2%
2. U2
21
• Merah cerah = 50 𝑥 100% = 42%
25
• Merah muda = 50 𝑥 100% = 50%
3
• Coklat = 50 𝑥 100% = 6%
11
• Tidak bewarna = 50 𝑥 100% = 22%
4.2 Pembahasan
Uji tetrazolium merupakan pengujian terhadap viabilitas benih secara
cepat dan bersibenih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Pada hasil
praktikum dapat dilihat benih jagung berwarna merah cerah, merah sebagian dan
merah muda. Menunjukkan bahwa benih memiliki viabilitas tinggi, viabilitas
115
rendah dan viabilitas rendah. Perbedaan warna pada benih karena tingkat
viabilitas pada benih berbeda-beda. Pada jaringan benih yang masih hidup, garam
tetrazolium akan direduksi secara enzimatik yang kemudian berubah menjadi
senyawa formazen yang berwarna merah cerah. Oleh karena itu, warna merah
cerah diindikasikan sebagai benih yang masih hidup dam memiliki viabilitas yang
tinggiUji tetrazolium disebut juga uji biokhemis benih. Karena dengan uji ini akan
diketahui terjadinya proses biokimiawi yang berlangsung dalam sel, khususnya
dalam sel-sel embrio benih. Uji tetrazolium juga disebut uji cepat, karena
indikator pada uji ini adalah pola-pola pewarnaan pada embrio, bukan proses
perkecambahan yang umumnya memerlukan waktu yang lebih lama dalam
menentukan final count.
Benih yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik adalah benih
dengan viabilitas mencapai 80% ke atas. Benih dengan viabilitas tinggi tentunya
memiliki daya vigor benih yang kuat, karena didukung oleh komponen cadangan
makanan dalam biji yang cukup untuk menopang pertumbuhan awal dari biji
sebelum memperoleh makanan dari dalam tanah. Untuk dapat mengetahui hal –
hal tentang viabilitas dan daya vigor benih tentunya harus dilakukan dengan
sebuah penelitian.
Hasil dari pengujian tetrazolium menggunakan benih kedele varietas
anjasmoro yang dilakukan dengan 2x ulangan yaitu pada ulangan 1 didapatkan 29
benih berwarna merah cerah yang menandakan jaringan masih hidup atau viabel,
dan terapat pula 10 benih berwarna merah muda dan cokelat yang menandakan
jaringan atau viabilitas benih sudah lemah bahkan rusak. dan terdapat pula 1 benih
yang tidak berwarna yang menandakan benih sudah dalam keadaan mati.
sedangkan pada ulangan 2 didapatkan 21 benih berwarna merah cerah yang berarti
jaringan benih masih hidup, terdapat pula 25 benih benih berwarna merah muda
yang menunjukkan benih sudah lemah, dan 3 benih berwarna cokelat yang berarti
benih rusak, dan 11 benih tidak berwarna yang berarti menunjukkan jaringan
sudah mati
Dari kedua ulangan dapat dilihat bahwa pada ulangan 1 dengan perlakuan 100 gr
larutan tetrazolium + 100 ml aquadess lebih menunjukkan hasil yang lebuh
116
ungguh atau benih lebih vigor dibandingkan pada ulangan 2 dengan perlakuan 0,5
gr larutan tetrazolium + 200 ml aquadess.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah ditentukan maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain :
1. Benih yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik adalah benih
dengan viabilitas mencapai 80% ke atas.
2. Garam tetrazolium merupakan bahan yang tidak berwarna, di dalam
jaringan-jaringan sel hidup zat ini ikut serta dalam proses reduksi.
3. Hasil dari pengujian tetrazolium ulangan 2 lebih ungguh atau benih lebih
vigor dibandingkan dengan ulangan 1
4. Pengujian tetrazolium menunjukkan persentase kemampuan biji untuk
dapat hidup berdasarkan keadaan internal dari biji, pengujian germinasi,
yang dikombinasikan dengan peforma dari kualitas biji, ditunjukkan
dengan kemampuan fisiologikal untuk tumbuh dalam perkecambahan yang
normal.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan melakukan pembuatan larutan tetrazolium sehingga
mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan dan komposisi dari larutan tersebut.
Selain itu sebaiknya dalam praktikum ini diberi gradasi warna sebagai
pembanding untuk menentukan pewarnaan yang timbul, agar penentuan viabilitas
benih lebih akurat.
117
DAFTAR PUSTAKA
118
LAMPIRAN
120
SEMUA BAHAN YANG PENGAMATAN STRUKTUR PENGAMATAN
MAU DI AMATI BUAH PADA CABAI STRUKTUR BUAH PADA
STRUKTURNYA TOMAT
121
PENYIAPAN BENIH YANG PENANAMAN BENIH PENYIRAMAN BENIH
AKAN DITANAM PADA BAK DENGAN MEDIA TANAH PADA HARI KE 3 SETELAH
KECAMBAH PADA BAK KECAMBAH PENANAMAN
122
PROSESPENIMBANGAN PENIMBANGAN BENIH HASIL KEMURNIAN
BENIH HINGGA 100 GRAM BENIH KEDELE YANG
TELAH DI PISAHKAN
123
124
PENYIAPAN BENIH YANG PERENDAMAN KERTAS MENYUSUN BENIH
INGIN DI TANAM PADA SUBSTRAT PDA KERTAS SUBSTRAT
KERTAS SUBSTRAT SECARA ZIG- ZAG
PENUTUPAN BENIH YANG TELAH BENIH YANG TELAH DI BENIH DALAM KERTAS
DISUSUN DENGAN KERTAS GULUNG DALAM SUBSTRAT DIMASUKAN
SUBSTRAT KERTAS SUBSTRAT DALAM GERMINATOR
125
CAWAN YANG BERISI POTONGAN" HASIL PENGAMATAN TIAP HARI
TANAMAN DIMASUKAN DALAM UNTUK MENIMBANG BERAT KERING
OVEN DENGAN SUHU 105
126
PENYIAPAN MEDIA PASIR PENANAMAN BENIH HASIL BENIH KEDELE
DALAM MEDIA PASIR YANG TUMBUH HARI KE 7
FOTO BERSAMA HASIL KERJA SAMA DALAM PRAKTIKUM OLEH KELOMPOK DUA (2)
127
PROSES PENYIAPAN PROSES PENANAMAN BENIH BENIH KEDELE
KERTAS SUBSTRAT KEDELE ANJASMORO PADA ANJSMORO +
SUBSTRAT TANAHPENYAKIT
128
PENYIAPAN AQUADESS PENCAMPURAN AQUADESS PERENDAMAN KERTAS
+ GAM (NACL) UNTUK PERENDAMAN SUBSTRAT
KERTAS SUSTRAT DENGAN
GARAM SESUAI KETENTUAN
129
PENIMBANGAN TETRAZOLIUM
TETRAZOLIUM U1 DAN U2 PENUANGAN AQUADESS U1
SESUAI KETENTUAN
YANG TELAH DITIMBANG DAN U2 SESUAI KETENTUAN
130