Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI ENDEMIS : FLU BURUNG

DI RUANG BOUGENVILLE RSUD PROVINSI NTB

TANGGAL 27 AGUSTUS 2020

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

ARDIANSYAH (P07120119008)

DEVI ROSANTI (P07120119011)

NADIRA HIJRIA (P07120119029)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

INFEKSI ENDEMIS : FLU BURUNG

A. Definisi Penyakit Flu Burung


Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh
unggas. Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia (Rahmat
Ilham, 2010).Flu burung adalah penyakit influenza (disebabkan oleh virus influenza
tipe A) yang terdapat pada unggas dan umumnya tidak menular pada manusia.
Namun beberapa tipe diantaranya ternyata dapat menyerang manusia khususnya
virus influenza subtipe H5N1. ( Tamher, Noorkasiani. 2008 : 6)
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian influenza) adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh
unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1.
(FAO, Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner). Jadi penyakit flu burung adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan
melalui unggas yang dapat menyerang makhluk hidup (burung dan mamalia). Flu
burung (avian influenza) ini yang dapat menyerang yaitu virus influenza dengan
subtipe H5N1.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan


1. Anatomi Pernafasan
a. Hidung
Terdapat bagian eksternal dan internal. Bagian internal hidung adalah
rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh
pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung dilapisi
membran mukosa yang banyak mengandung vaskular disebut mukosa hidung.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara yang mengalir ke dan dari paru-
paru sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirup ke dalam paru-paru.
b. Faring
Faring atau tenggorok adalah struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Fungsi faring adalah
untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif.
c. Laring
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi.
Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batuk.
d. Trakea
Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin
tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran
fibroelastic menempel pada dinding depan esofagus.
e. Bronkus
Merupakan percabangan trakea kanan dan kiri, menghubungkan paru-
paru dengan trakea. Terdiri dari lempengan tulang rawan dan dindingnya
terdiri dari otot halus.
f. Paru – Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior
sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap
lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe,
arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli,
sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat pertukaran
gas.
2. Fisiologi Pernafasan
Pernapasan merupakan pengambilan oksigen dari udara bebas melalui hidung,
oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli. Kemudian terjadi difusi oksigen
dari alveolus ke kapiler arteri paru-paru yang terletak di dinding alveolus,
disebabkan karena adanya perbedaan tekanan parsial di alveolus dan paru-paru.
Kemudian, oksigen di kapiler arteri akan diikat oleh eritrosit yang mengandung
hemoglobin lalu dibawa ke jantung dan dipompakan ke seluruh tubuh.

C. Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk
famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift,
Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri
dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai
identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya
terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada
binatang H1-H5 dan N1-N9.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari
subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu
22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C. Virus akan mati pada pemanasan 60°C selama
30 menit atau 56° C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya
formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

D. Klasifikasi
Penderita H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit
(MOPH Thailand, 2005)
Derajat I : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas
Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV: Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF).
Ada banyak sub tipe dari virus flu ini :
a. Tipe H1N1. Sub tipe ini lebih banyak ditemukan di babi sebagai vektor
utamanya. Di kemudian hari, virus tipe ini lebih dikenal sebagai penyebab flu
babi. Berbeda dengan penyebab flu unggas, sub tipe ini justru lebih efektif
ditularkan lewat manusia. Dalam setiap bersin pasien flu babi, setidaknya
terkandung 100.000 virus H1N1. Untungnya, daya bunuh H1N1 hanya 1/12 dari
flu burung. Flu babi hanya memiliki kemungkinan fatal sebesar 6%, jauh di
bawah angka 80 persen mili flu unggas.
b. H1N2 adalah sub tipe berikutnya. Sub tipe ini merupakan subtipe dari virus
influenza A yang juga disebut virus flu burung. Oleh para ahli, virus ini
dinyatakan sebagai virus pandemik pada manusia dan hewan, khususnya babi.
c. H2N2 adalah sub tipe yang lainnya. Virus H2N2 ini sudah termutasi menjadi
banyak sekali variasi virus flu ini. Salah satu bentuk mutasi dari H2N2 adalah
H3N2 dan banyak lagi subtipe virus flu lainnya yang sering ditemukan pada
unggas. Virus model ini dicurigai sebagai penyebab pandemik pada manusia di
tahun 1889.
d. H2N3. Berdasarkan struktur penyusunnya, H2N3 terdiri atas proteins sebagai
“casing”nya, hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Pada umumnya, virus
ini dapat menginfeksi manusia dan unggas.
e. Sub tipe virus Avian Influenza yang paling berbahaya. Dikenal sebagai penyebab
utama flu unggas. H5N1 adalah virus yang sangat berbahaya. Berdasarkan
penelitian para ahli, pasien yang terjangkiti virus H5N1 hanya memiliki
kemungkinan sembuh kurang dari 20%. Meskipun hanya ditularkan lewat
unggas, H5N1 merupakan pembunuh yang efektif. Daya bunuhnya 12 kali lebih
dahsyat dibanding sub tipe virus avian influenza yang lain. Virus ini merupakan
jenis virus yang bersifat epizootik atau bersifat epidemik untuk golongan di luar
manusia dan juga bersifat panzootik yang mampu mempengaruhi beragam
spesies hewan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa virus ini sudah “sukses”
membunuh setidaknya 10 juta unggas di seluruh dunia serta menginfeksi ratusan
juta lainnya.

Pada bulan Desember tahun 2009, badan kesehatan dunia, WHO mengumumkan
bahwa setidaknya terjadi 447 kasus flu yang terjadi pada manusia dan tingkat
kematian pada periode ini sangat tinggi, lebih dari 50% dengan angka kematian
mencapai 267 orang.

f. Sub tipe lain yang dianggap patogenik untuk manusia adalah H7N3, H7N7 dan
H9N2. Ketiga jenis ini dianggap sebagai virus avian influenza yang memiliki
daya rusak tingga hingga dapat membunuh pengidapnya. Menurut update terbaru
dari FAO, virus-virus ini secara perlahan tapi pasti memperkuat kemampuan
merusak mereka. Untuk virus H7N7 sendiri bisa menginfeksi manusia, burung,
babi, anjing laut serta kuda. Pada uji laboratorium, virus ini bisa mengifeksi
tikus yang digunakan dalan percobaan. Virus H9N2 merupakan jenis virus yang
menginfeksi bebek. Pada perkembangannya, virus ini juga menginfeksi manusia.
Pada Desember 2009, ditemukan kasus anak-anak terinfeksi H9N2 di Hongkong.

E. Patofisiologi.
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam
atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan
unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang
kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup
oleh manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular
dari unggas ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti
penyebaran dari manusia ke manusia, dan juga belum terbukti penularan pada
manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu burung dapat
menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung
tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui
saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya
karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan (termasuk melalui
pakan ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para
peternak yang langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli
ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3
kemungkinan mekanisme penularan dari unggas ke manusia.Dalam hal penularan dari
unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal dari
unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng
dan lain-lain, tidak menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu
burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan
respon "bunuh diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu
tereplikasi, makin banyak pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu
peningkatan respons imunitas dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang
membanjiri aliran darah karena virus yang bertambah banyak, justru melukai jaringan
tubuh (efek bunuh diri). Flu Burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12
tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena
sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.
Masa Inkubasi
a. Pada Unggas : 1 minggu
b. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
Penularan
Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke
manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini dapat
menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran
atau sekret burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas
ke manusia juga dapat terjadi jika terjadi kontak langsung dengan unggas yang
terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam , pemotong
ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
Penyebaran
Mekanisme penyerangan virus flu burung pada unggas dan ruminansia
hampir sama. Virus memiliki inti virus yang di dalamnya mengandung asam
inti yang dapat memproduksi protein. Dalam istilah ilmu penyakit, asam inti
yang dimiliki oleh virus mempunyai variasi jenis virus. Semakin banyak
protein yang dihasilkan berarti semakin banyak pula variasi jenis virusnya.
Virus pertama kali akan menyerang selaput lendir dengan menempel
menggunakan rambut-rambut tajam yang terdapat pada dinding luar
(envelope).Pada saat menempel, virus merusak dinding pelindung selaput
lendir dan memasukkan asam inti virus. Asam inti virus yang dimasukkan ini
akan merubah susunan protein yang dibentuk selaput lendir sehingga terjadi
perubahan struktur protein. Protein selaput lendir yang telah terkontaminasi
inilah yang kemudian disebarkan keseluruh jaringan dan organ melalui darah.
Bersamaan dengan dimulainya peredaran protein ke seluruh tubuh maka saat
itu juga virus mulai menyebar.

F. Manifestasi Klinik.
1. Tanda dan Gejala pada unggas
Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala
ringan (nyaris tanpa gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari
keganasan virus, lingkungan, dan keadaan unggas sendiri. Gejala yang timbul
seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata bengkak, demam,
diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan pernafasan berupa batuk
dan bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan reproduksi berupa penurunan
produksi telur. Gangguan sistem saraf dalam bentuk depresi. Pada beberapa
kasus, unggas mati tanpa gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul
gejala. Pada kalkun, kematian dapat terjadi dalam 2 sampai 3 hari.
2. Tanda dan Gejala pada manusia
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya,
hanya cenderung lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara
mulai tertular dan timbul gejala adalah sekitar 3 hari; sementara itu masa
infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari sesudah gejala
timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu > 38oC, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit
kepala, nyeri otot dan sendi, sampai infeksi selaput mata ( conjunctivitis ).
Bila keadaan memburuk, dapat terjadi severe respiratory distress yang ditandai
dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar oksigen darah serta meningkatnya
kadar CO.

G. Komplikasi
1. Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane
atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan
berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke
dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.
2. Encephalitis ( bulbar )
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari
encephalitis, kebanyakan disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-
infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh
penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
3. Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau Pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada
umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat
reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi
(FKUI, 1999).
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui mekanisme
dasar yaitu :
a. Invasi langsung ke miokard
b. Proses immunologis terhadap miokard.
c. Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
d. Paralisis akut flaksid.
e. Pneumonia ( peradangan paru )
Penyakit pada paru-paru dengan kondisi pulmonary alveolus (alveoli)
yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang
dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh
beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur, atau
pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh
kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau
sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau
berlebihan minum alkohol.
f. Kematian : terjadi jika mengalami gagal nafas akut.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkataan daya
tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respirasi, anti
inflamasi, imunomodulators. Untuk penatalaksanaan umum dapat dilakukan
pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujukan flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya
adalah :
a. Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg
(jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu
burung.
b. Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir
sesuai skoring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak
terpencil pasien langsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian
oseltamivir dengan sistem skoring, dimodifikasi dari hasil pertemuan
workshop “Case Management” & pengembangan laboratorium
regional Avian Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006.
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
a. Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke
ruang pemeriksaan.
b. Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD dan
melakukan kewaspadaan standar.
c. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
d. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia)
diulang setiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada
waktu pasien pulang.
e. Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga
perawatan.
f. Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap
lima hari.
g. Penatalaksanaan di ruang rawat inap.
3. Keperawatan
a. Perhatikan :
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu)
- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse
oxymetry
b. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal
infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
- Penghambat M2 : Amantadin (symadine), Rimantidin (flu
madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama
3-5 hari.
- Penghambatan neuramidase (WHO) : Zanamivir (relenza),
Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.

Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai


berikut :

a. Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari,


simptomatik dan antibiotik jika ada indikasi.
b. Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama
5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan
atipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat,
ARDS. Respiratory care di ICU sesuai indikasi
Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan
Oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari
(hingga 6 minggu).
4. Pengobatan
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah :
a. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
b. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
c. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama
7 hari.
d. Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir.
e. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam
waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB
perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg
diberikan 100 mg 2 kali sehari.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk
sesegera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah
rutin (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi
nasofaringeal.
Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
a. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction)
untuk H5.
b. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
c. Uji Serologi :
- Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1
dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut
( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan titer
antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
- Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen
serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset
penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer
HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5
positif.
- Uji penapisan
Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total.
Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis
Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan
SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis
Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai dengan
perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka
flu burung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah
pneumonia. Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk
kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai
langkah diagnostik dini.
5. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan,
dianjurkan untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat
(necropsi), specimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

II. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Asuhan Keperawatan pada Pasien Flu Burung
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Brunner dan
Suddart,2002).
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang
akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan
dalam standar praktik keperwatan dari ANA (American Nursing Association)
(Nursalam, 2001).
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, keluhan
utama, pengumpulan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
1. Identitas /biodata klien : meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, bahasa/suku,
cara masuk, diagnose medis, alasan dirawat dan penanggung jawab/wali.
2. Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama : panas tinggi 38,7℃ lebih dari 3 hari, pilek, batuk,
sesak napas, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan.
b. Keluhan saat dikaji : Klien mengatakan sesak napas, sakit kepala, nyeri
pada bagian otot, sakit tenggorokan dengan suhu badan 38,7℃.
c. Riwayat penyakit sekarang : badannya terasa panas lebih dari 3 hari
yang lalu, pilek, batuk, sesak napas, sakit kepala & nyeri otot. Dengan
factor pencetus di halaman rumahnya terdapat unggas yang mati
mendadak. Ia mengatasi rasa sakit dengan meminum parasetamol yang
dibeli di Warung dekat rumahnya kemudian datang ke Puskesmas
Taliwang.
d. Riwayat penyakit sebelumnya : Klien mengatakan tidak ada riwayat
penyakit sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang memiliki penyakit menular maupun penyakit keturunan.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Klien mengatakan di halaman
rumahnya memelihara unggas.
3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spritual
a. Pola Respirasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan bernapas secara normal dan tidak
merasakan sesak.
Saat sakit : Klien mengatakan kesulitan saat bernapas karena dada
terasa sesak dan disertai batuk pilek
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3x sehari dengan jenis
makanan : lauk, pauk, sayur & buah. Nafsu makan
baik, tidak ada mual ataupun muntah & tidak ada
alergi makanan.
Saat sakit : Klien mengatakan frekuensi makan dirumah sakit 2x
sehari, nafsu makan klien tidak baik karena merasa
sakit saat menelan & mual
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan defekasi 2x sehari dengan
karakteristik setengah padat, tidak pernah terjadi
defekasi, tidak ada keluhan defekasi sedangkan
frekuensi miksi 5-6x sehari dengan karakteristik urin
kuning, tidak ada keluhan saat miksi
Saat sakit : Klien mengatakan BAB 1x sehari dan miksi 4-5x
sehari tanpa ada gangguan
d. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan
memenuhi kebutuhan secara mandiri tanpa bantuan
orang lain
Saat sakit : Selama di RS klien tidak bekerja, tidak melakukan
olahraga, klien mengatakan sesak saat beraktivitas &
terkadang sesak saat tidur
e. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidur dengan nyenyak dan jarang
terbangun ketika malam hari
Saat sakit : Klien mengatakan tidak nyenyak saat tidur karena
kesulitan bernapas disertai batuk dan pilek
f. Personal Hygine
Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2x sehari dan mengganti
pakaiannya 1x sehari
Saat sakit : Klien mengatakan selama di RS belum pernah mandu,
hanya di lap oleh suaminya dengan tisu basah atau lap
basah
g. Pola Nyeri
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri pada
tubuhnya
Saat sakit : Klien mengatakan nyeri pada sendi, otot dan
tenggorokan
h. Pola Sosial
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu berkomunikasi dengan
keluarga dan teman-temannya dengan baik
Saat sakit : Klien mengatakan jarang berkomunikasi seperti
biasanya karena flu & batuk.
i. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu menjalankan kewajiban
dalam beribadah
Saat sakit : Klien mengatakan tetap beribadah dan mendekatkan
diri kepada Tuhan
j. Pola Konsep Diri
Sebelum sakit : Klien sangat percaya diri melakukan aktivitasnya baik
di dalam rumah maupun luar rumah
Saat sakit : Klien mengatakan kurang percaya diri karena batuk &
Pilek serta penglihatan kabur
k. Pola Kognitif
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada gangguan pada kelima
inderanya
Saat sakit : Klien mengatakan nyeri pada otot dan penglihatan
Kabur
l. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan sering melakukan rekreasi dengan
keluarga ataupun teman – teman saat hari libur
Saat sakit : Klien mengatakan tidak bisa berekreasi karena di RS
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 32x/menit
S : 38,7℃
Antropometri : TB : 156 cm
BB : 45 kg
Pemeriksaan Fisik
- Sistem Pernapasan : Membran mukosa hidung-faring tampak
kemerahan, Tonsil tampak kemerahan dan edema, terdapat secret
atau lendir pada daerah hidung, hidung tampak kemerahan, Adanya
batuk. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfe, Tidak adanya
pembesaran kelenjar tiroid. Area paru sonor/ hipersonor/ dullness.
Suara napas ronci
- Sistem Persyarafan : pasien tampak lemah
- System Penginderaan :
 Mata : Simetris antara kiri dan kanan, konjungtivitas dan sklera
tidak ada perubahan warna. Bentuk simetris dan tidak ada nyeri
tekan.
 Telinga : Terdapat serumen, tidak terdapat benjolan, tidak
terdapat hiperpigmentasi & tidak ada nyeri tekan.
 Hidung : bentuk simtetris, terdapat serumen & tidak ada nyeri
tekan
 Mulut : mukosa bibir kering & tidak ada nyeri tekan.
- System Kardiovaskuler : Tidak terdapat nyeri tekan. Pada dinding
torax teraba lemah. Terjadinya takikardi akibat takipneau
- System Pencernaan : Bentuk abdomen simetris kiri & kanan,
adanya nyeri tekan dan frekuensi peristaltic usus 20x/menit.
- System Perkemihan : peningkatan ureum & kreatinin
- System Muskuluskletal : terjadi kelemahan otot karena kurangnya
daya tahan tubuh & mengalami nyeri, terjadi kelemahan otot
karena kurangnya daya tahan tubuh & mengalami nyeri.
- System Integumen : Kulit kehitaman / keabuan & turgor tidak
kembali dalam 2 detik
g. Pemeriksaaan penunjang : pemeriksaan laboratorium penting artinya
dalam menegakkan diagnosa yang tepat, sehingga dapat memberikan
terapi yang tepat pula, pemeriksaan yang perlu dilakukan pada orang
yang mengalami flu burung, yaitu pemeriksaan laboratorium dilakukan
dengan pemeriksaaan darah.

RENTANG
INDIKATOR HASIL INTEPRETASI
NORMAL
Hemoglobin 14 – 18 gr% 16,5 gr/dL Normal
Hematokrit 40 – 48% 40,1 % Normal
Leukosit 4700 – 10300 µ/l 10.250 mg/dl Normal
Trombosit 150.000 – 450.000 366.000 mg/dl Nornal
5.380.000
Erytrosit 4 – 5,5 jt µ/l Normal
mg/dL
Urea 15 – 45 mg/dl 43 mg/dl Normal
Creatinin 0,6 – 1,3 mg/dl 5,1 mg/dl Tinggi
SGOT 10 – 50 µ/l 53,1 µ/l Normal
SGPT 10 – 50 µ/l 55 µ/l Tinggi
Albumin 3,5 – 5,2 g/dl 2 g.dl Rendah

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito,2000).
Gordon (1976) mendefinisikan bahwa diagnosa keperawatan adalah
“masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya, dia mampu dan mempunyai kewenangan untuk memberikan
tindakan keperawatan”.
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan metabolism basal meningkat,
O2 ke otak menurun dan kurangnya konsentrasi yang ditandai dengan klien
mengatakan pusing, sakit kepala, dan demam sejak 3 hari.
b. Gangguan bersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan
produksi sputum berlebihan, iritasi mukosa saluran pernapasan, potensial
tidak efektifnya jalan napas yang ditandai dengan terdapat sputum di
batuknya berwarna hijau kental serta nafas klien terdengan ronci.
c. Nyeri berhubungan dengan kerusakan sel, pelepasan mediator nyeri dan
persepsi nyeri yang ditandai dengan skala nyeri 2, klien terlihat dibantu
keluarga saat beraktivitas dan meringis kesakitan.
3. Rencana Keperawatan

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 I Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan 1. Mengetahui
tindakan umum klien keadaan umum
keperawatan selama klien
1x24 jam diharapkan 2. Kaji TTV 2. Mengetahui
masalah peningkatan perubahan suhu
suhu tubuh dapat tubuh
teratasi dengan 3. Beri kompres 3. Menjaga
kriteria hasil : dengan air hangat kebersihan badan
- Suhu tubuh pada daerah
kembali normal axila, lipatan
36-37,5℃ paha, temporal
- Tanda – tanda bila terjadi panas
infeksi tidak 4. Kolaborasi 4. Menurunkan
terjadi dengan dokter panas/demam
- TTV normal dalam pemberian
120/80 mmHg, obat antipiretik
nadi 60-
80x/menit,
pernapasan 18-
20x/menit, dan
suhu 36-37,5℃
2 II Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi 1. Beberapa derajat
tindakan napas spasme bronkus
keperawatan 1x24 terjadi dengan
jam diharapkan obstruksi jalan
masalah bersihan napas dan dapat /
jalan napas tidak tak
efektif dapat teratasi dimanifestasikan
dengan kriteria hasil: adanya bunyi
- Mempertahankan napas adventisius
jalan napas 2. Kaji/pantau 2. Takipnea
dengan bunyi frekuensi biasanya ada
napas bersih atau pernapasan pada beberapa
jelas derajat dan dapat
- Bunyi napas ditemukan pada
vesikuler penerimaan atau
- Produksi sputum selama stress
kembali normal /adanya proses
infeksi akut
3. Kaji pasien untuk 3. Membantu suplai
posisi semi oksigen
fowler
4. Kolaborasi 4. Membersihkan
dengan dokter sputum
dalam pemberian
obat seperti
inhalasi dengan
obat combivent
3 III Setelah dilakukan 1. Kaji TTV klien 1. Mengetahui
tindakan selama & sesudah keadaan umum
keperawatan selama beraktivitas klien
1x24 jam diharapkan 2. Kaji respon klien 2. Mengetahui
masalah intoleransi sebelum & reaksi klien
aktivitas dapat sesudah aktivitas sewaktu
teratasi dengan melakukan
kriteria hasil : aktivitas & tidak
- Klien dapat 3. Kaji adanya 3. Mengetahui
melakukan factor yang pembatasan
aktivitas mandiri menyebabkan aktivitas klien
- Tidak merasa kelelahan
nyeri 4. Ajarkan klien 4. Mengurangi rasa
- Skala nyeri klien teknik relaksasi nyeri
0 napas dalam
- 5. Bantu aktivitas 5. Meminimalkan
klien kelelahan

4. Implementasi / tindakan

Dx Waktu Implementasi Respon Hasil Paraf


I 1. Mengkaji keadaan umum 1. KU : Baik
klien
2. Mengkaji TTV 2. N = 98x/menit
RR : 18x/menit
S : 37,5℃
3. Memberikan kompres 3. Badan pasien lebih
dengan air hangat pada bersih
daerah axila, lipatan paha,
temporal bila terjadi panas
4. Mengkolaborasi dengan 4. Nyeri berkurang dari
dokter untuk memberikan 2 menjadi 0
obat antipiretik
II 1. Mengauskultasi bunyi 1. Bunyi napas klien
napas ronci
2. Mengkaji TTV 2. TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 37,5℃
3. Mengkaji pasien untuk 3. Klien mengatakan
posisi semifowler nyaman dengan
posisinya
4. Memberikan obat inhalasi 4. Klien mengatakan
combivent 2,5 ml tidak sesak lagi
III 1. Mengkaji TTV 1. TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 37,5℃
2. Mengkaji respon klien 2. Klien mengatakan
sebelum & sesudah sesak saat melakukan
berativitas aktivitas berat
3. Mengkaji adanya factor 3. Klien mengatakan
yang menyebabkan nyeri & sesak saat
kelelahan banyak bergerak
4. Mengajarkan klien teknik 4. Klien mengatakan
relaksasi napas dalam nyeri berkurang
5. Membantu aktivitas klien 5. Klien tidak merasakan
nyeri

5. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah suhu tubuh kembali normal,
gangguan pola nafas tidak efektif teratasi & nyeri berkurang.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.B

DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI ENDEMIS : FLU BURUNG

DI RUANG BOUGENVILLE RSUD PROVINSI NTB

TANGGAL 27 AGUSTUS 2020

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 27 Agustus 2020
Jam masuk : 10.00 WITA
Ruangan : Bougenville
Kamar No : 303
Rumah Sakit : RSUP NTB
No RM : 582672
Tanggal Pengkajian : 27 Agustus 2020
A. DATA BIOGRAFI
1. Klien
a. Nama : Ny. B
b. Umur : 35 Tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Kekalek
e. Agama : Islam
f. Status perkawinan : Menikah
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan : Wiraswasta
i. Bahasa / suku : Sasak
j. Cara masuk : Melalui rujukan dari Puskesmas Taliwang
k. Diagnose medis : Infeksi Endemis ; Flu Burung
l. Alasan dirawat : Myalgia, demam tinggi, sakit kepala, nyeri
sendi & otot, pilek, batuk & gangguan
pernapasan
2. Penanggung Jawab
a. Nama : Tn.S
b. Umur : 36 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Kekalek
e. Agama : Islam
f. Status perkawinan : Menikah
g. Pendidikan : SMA
h. Pekerjaan : Wiraswasta
i. Bahasa / suku : Sasak
j. Hubungan : Suami

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatakan demam tinggi 38,7℃ disertai pilek, batuk, sesak napas,
sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri sendi & otot, dan sakit tenggorokan
sudah 3 hari.
2. Keluhan Saat Dikaji
Klien mengatakan sesak napas, sakit kepala, nyeri pada bagian otot, sakit
tenggorokan dengan suhu badan 38,7℃.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang melalui rujukan dari Puskesmas Taliwang dan mengatakan
badannya terasa panas lebih dari 3 hari yang lalu, pilek, batuk, sesak
napas, sakit kepala & nyeri otot. Dengan factor pencetus di halaman
rumahnya terdapat unggas yang mati mendadak. Ia mengatasi rasa sakit
dengan meminum parasetamol yang dibeli di Warung dekat rumahnya
kemudian datang ke Puskesmas Taliwang.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
menular maupun penyakit keturunan.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan di halaman rumahnya memelihara unggas.

C. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
1. Pola Respirasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan bernapas secara normal dan tidak
merasakan sesak.
Saat sakit : Klien mengatakan kesulitan saat bernapas karena dada
terasa sesak dan disertai batuk pilek
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3x sehari dengan jenis
makanan : lauk, pauk, sayur & buah. Nafsu makan
baik, tidak ada mual ataupun muntah & tidak ada
alergi makanan.
Saat sakit : Klien mengatakan frekuensi makan dirumah sakit 2x
sehari, nafsu makan klien tidak baik karena merasa
sakit saat menelan & mual
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan defekasi 2x sehari dengan
karakteristik setengah padat, tidak pernah terjadi
defekasi, tidak ada keluhan defekasi sedangkan
frekuensi miksi 5-6x sehari dengan karakteristik urin
kuning, tidak ada keluhan saat miksi
Saat sakit : Klien mengatakan BAB 1x sehari dan miksi 4-5x
sehari tanpa ada gangguan
4. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas dan
memenuhi kebutuhan secara mandiri tanpa bantuan
orang lain
Saat sakit : Selama di RS klien tidak bekerja, tidak melakukan
olahraga, klien mengatakan sesak saat beraktivitas &
terkadang sesak saat tidur
5. Pola Istirahat Tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidur dengan nyenyak dan jarang
terbangun ketika malam hari
Saat sakit : Klien mengatakan tidak nyenyak saat tidur karena
kesulitan bernapas disertai batuk dan pilek
6. Personal Hygine
Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 2x sehari dan mengganti
pakaiannya 1x sehari
Saat sakit : Klien mengatakan selama di RS belum pernah mandu,
hanya di lap oleh suaminya dengan tisu basah atau lap
basah
7. Pola Nyeri
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak pernah merasakan nyeri pada
tubuhnya
Saat sakit : Klien mengatakan nyeri pada sendi, otot dan
tenggorokan
8. Pola Sosial
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu berkomunikasi dengan
keluarga dan teman-temannya dengan baik
Saat sakit : Klien mengatakan jarang berkomunikasi seperti
biasanya karena flu & batuk.
9. Pola Spiritual
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu menjalankan kewajiban
dalam beribadah
Saat sakit : Klien mengatakan tetap beribadah dan mendekatkan
diri kepada Tuhan
10. Pola Konsep Diri
Sebelum sakit : Klien sangat percaya diri melakukan aktivitasnya baik
di dalam rumah maupun luar rumah
Saat sakit : Klien mengatakan kurang percaya diri karena batuk &
Pilek serta penglihatan kabur
11. Pola Kognitif
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada gangguan pada kelima
inderanya
Saat sakit : Klien mengatakan nyeri pada otot dan penglihatan
Kabur
12. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan sering melakukan rekreasi dengan
keluarga ataupun teman – teman saat hari libur
Saat sakit : Klien mengatakan tidak bisa berekreasi karena di RS

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 32x/menit
S : 38,7℃
Antropometri : TB : 156 cm
BB : 45 kg
2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi


Sistem Pernapasan Membran mukosa Tidak teraba Area paru Suara napas
hidung-faring tampak adanya sonor/ ronci
kemerahan, Tonsil pembesaran hipersonor/
tampak kemerahan dan kelenjar limfe, dullness
edema, terdapat secret Tidak adanya
atau lendir pada daerah pembesaran
hidung, hidung tampak kelenjar tiroid.
kemerahan, Adanya
batuk
Sistem Pasien tampak lemah
Persyarafan
System
Penginderaan
- Mata Simetris antara kiri dan Tidak terdapat - -
kanan, konjungtivitas nyeri tekan
dan sklera tidak ada
perubahan warna.
Bentuk simetris,
- Telinga Terdapat serumen, Tidak terdapat - -
tidak terdapat benjolan, nyeri tekan
tidak terdapat
hiperpigmentasi.
- Hidung Bentuk simetris, Tidak terdapat
terdapat secret nyeri tekan
- Mulut Mukosa bibir kering Tidak terdapat
nyeri tekan
System Tidak terdapat nyeri Pada dinding Terjadinya -
Kardiovaskuler tekan torax teraba takikardi
lemah akibat
takipneau
System Bentuk abdomen Adanya nyeri Frekuensi
Pencernaan simetris kiri & kanan tekan peristaltic
usus
20x/menit
System Peningkatan ureum &
Perkemihan kreatinin
System Terjadi kelemahan otot Terjadi
Muskuluskletal karena kurangnya daya kelemahan otot
tahan tubuh & karena kurangnya
mengalami nyeri daya tahan tubuh
& mengalami
nyeri
System Integumen Kulit kehitaman / Turgor tidak
keabuan kembali dalam 2
detik

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No. RM : 582672
Tanggal Pemeriksaan : 27 Agustus 2020

RENTANG
INDIKATOR HASIL INTEPRETASI
NORMAL
Hemoglobin 14 – 18 gr% 16,5 gr/dL Normal
Hematokrit 40 – 48% 40,1 % Normal
Leukosit 4700 – 10300 µ/l 10.250 mg/dl Normal
Trombosit 150.000 – 450.000 366.000 mg/dl Nornal
5.380.000
Erytrosit 4 – 5,5 jt µ/l Normal
mg/dL
Urea 15 – 45 mg/dl 43 mg/dl Normal
Creatinin 0,6 – 1,3 mg/dl 5,1 mg/dl Tinggi
SGOT 10 – 50 µ/l 53,1 µ/l Normal
SGPT 10 – 50 µ/l 55 µ/l Tinggi
Albumin 3,5 – 5,2 g/dl 2 g.dl Rendah
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny.B Ruang : Bougenville
Umur : 35 Tahun RM : 582672
a. Analisa Data

N SYMPTOMP ETIOLOGI PROBLEM


O
1 DS : Metabolisme basal Peningkatan suhu tubuh
- Klien mengatakan meningkat
pusing, sakit kepala,
demam sudah 3 hari

DO : O2 ke otak menurun
- Tubuh klien teraba ↓
panas, terlihat lemas, Kurangnya konsentrasi
pucat, TTV dengan
suhu 38,7℃

2 DS : Produksi sputum Gangguan bersihan


Klien mengatakan susah berlebihan jalan napas tidak efektif
nafas, batuk nya terdapat
sputum

DO : Iritasi mukosa saluran
Terdapat sputum di pernapasan
batuknya dan berwarna ↓
hijau kental serta nafas klien Potensial tidak efektifnya
terdengar ronci, jalan napas
3 DS : Kerusakan sel Nyeri
Klien mengatakan nyeri
pada sendi & otot seperti

ditusuk-tusuk pada kaki kiri Pelepasan mediator nyeri
& kanan sehingga badannya ↓
lemas Persepsi nyeri
DO :
Skala nyeri 2, klien terlihat
dibantu keluarga jika
beraktivitas dan meringis
kesakitan
Rumusan Diagnosa Keperawatan :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan metabolism basal meningkat,
O2 ke otak menurun dan kurangnya konsentrasi yang ditandai dengan
klien mengatakan pusing, sakit kepala, dan demam sejak 3 hari
2. Gangguan bersihan jalan nafas yang tidak efektif berhubungan dengan
produksi sputum berlebihan, iritasi mukosa saluran pernapasan, potensial
tidak efektifnya jalan napas yang ditandai dengan terdapat sputum di
batuknya berwarna hijau kental serta nafas klien terdengan ronci
3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan sel, pelepasan mediator nyeri dan
persepsi nyeri yang ditandai dengan skala nyeri 2, klien terlihat dibantu
keluarga saat beraktivitas dan meringis kesakitan.

III. INTERVENSI

NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1 I Setelah dilakukan 5. Kaji keadaan 5. Mengetahui
tindakan umum klien keadaan umum
keperawatan selama klien
1x24 jam diharapkan 6. Kaji TTV 6. Mengetahui
masalah peningkatan perubahan suhu
suhu tubuh dapat tubuh
teratasi dengan 7. Beri kompres 7. Menjaga
kriteria hasil : dengan air hangat kebersihan badan
- Suhu tubuh pada daerah
kembali normal axila, lipatan
36-37,5℃ paha, temporal
- Tanda – tanda bila terjadi panas
infeksi tidak 8. Kolaborasi 8. Menurunkan
terjadi dengan dokter panas/demam
- TTV normal dalam pemberian
120/80 mmHg, obat antipiretik
nadi 60-
80x/menit,
pernapasan 18-
20x/menit, dan
suhu 36-37,5℃
2 II Setelah dilakukan 5. Auskultasi bunyi 5. Beberapa derajat
tindakan napas spasme bronkus
keperawatan 1x24 terjadi dengan
jam diharapkan obstruksi jalan
masalah bersihan napas dan dapat /
jalan napas tidak tak
efektif dapat teratasi dimanifestasikan
dengan kriteria hasil: adanya bunyi
- Mempertahankan napas adventisius
jalan napas 6. Kaji/pantau 6. Takipnea
dengan bunyi frekuensi biasanya ada
napas bersih atau pernapasan pada beberapa
jelas derajat dan dapat
- Bunyi napas ditemukan pada
vesikuler penerimaan atau
- Produksi sputum selama stress
kembali normal /adanya proses
infeksi akut
7. Kaji pasien untuk 7. Membantu suplai
posisi semi oksigen
fowler
8. Kolaborasi 8. Membersihkan
dengan dokter sputum
dalam pemberian
obat seperti
inhalasi dengan
obat combivent
3 III Setelah dilakukan 6. Kaji TTV klien 6. Mengetahui
tindakan selama & sesudah keadaan umum
keperawatan selama beraktivitas klien
1x24 jam diharapkan 7. Kaji respon klien 7. Mengetahui
masalah intoleransi sebelum & reaksi klien
aktivitas dapat sesudah aktivitas sewaktu
teratasi dengan melakukan
kriteria hasil : aktivitas & tidak
- Klien dapat 8. Kaji adanya 8. Mengetahui
melakukan factor yang pembatasan
aktivitas mandiri menyebabkan aktivitas klien
- Tidak merasa kelelahan
nyeri 9. Ajarkan klien 9. Mengurangi rasa
- Skala nyeri klien teknik relaksasi nyeri
0 napas dalam
- 10. Bantu aktivitas 10. Meminimalkan
klien kelelahan
IV. IMPLEMENTASI

Dx Waktu Implementasi Respon Hasil Paraf


I 5. Mengkaji keadaan umum 5. KU : Baik
klien
6. Mengkaji TTV 6. N = 98x/menit
RR : 18x/menit
S : 37,5℃
7. Memberikan kompres 7. Badan pasien lebih
dengan air hangat pada bersih
daerah axila, lipatan paha,
temporal bila terjadi panas
8. Mengkolaborasi dengan 8. Nyeri berkurang dari
dokter untuk memberikan 2 menjadi 0
obat antipiretik
II 5. Mengauskultasi bunyi 5. Bunyi napas klien
napas ronci
6. Mengkaji TTV 6. TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 37,5℃
7. Mengkaji pasien untuk 7. Klien mengatakan
posisi semifowler nyaman dengan
posisinya
8. Memberikan obat inhalasi 8. Klien mengatakan
combivent 2,5 ml tidak sesak lagi
III 6. Mengkaji TTV 6. TD : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 37,5℃
7. Mengkaji respon klien 7. Klien mengatakan
sebelum & sesudah sesak saat melakukan
berativitas aktivitas berat
8. Mengkaji adanya factor 8. Klien mengatakan
yang menyebabkan nyeri & sesak saat
kelelahan banyak bergerak
9. Mengajarkan klien teknik 9. Klien mengatakan
relaksasi napas dalam nyeri berkurang
10. Membantu aktivitas klien 10. Klien tidak merasakan
nyeri
V. EVALUASI
Nama pasien : Ny.B NO RM : 582672
Umur : 35 tahun Ruangan : Bougenville

Hari/tanggal Jam Dx Evaluasi Paraf


I S : Klien mengatakan suhu tubuh kembali
Normal
O : klien terlihat bersih & tidak pucat lagi

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
II S : Klien mengatakan pola nafas kembali
normal
O : Klien tidak memegangi dadanya lagi
dan bernafas dengan normal

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
III S : Klien mengatakan nyeri berkurang
saat melakukan aktivitas berat
O : Skala nyeri 0

A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Kelompok 6

TTD
DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes,M.E.2008.Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC
2. Samoke.15 September 2018. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FLU
BURUNG. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2020 melalui
https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/15/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
pasien-flu-burung/
3. Sihombing,Octavia.9 Oktober 2015. ASUHAN KEPERAWATAN FLU BURUNG.
Diakses pada tanggal 27 Agustus 2020 melalui
https://www.academia.edu/29336832/Asuhan_Keperawatan_ASUHAN_KEPERAWATAN_FL
U_BURUNG
4. Gunawan, Candra.24 Februari 2013. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FLU
BURUNG. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2020 melalui
http://nursechandrakicot.blogspot.com/2013/02/asuhan-keperawatan-pada-pasien-flu.html
5. Laili,Nur Qomariyah.7 Januari 2016. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
FLU BURUNG. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2020 melalui
http://nurql.blogspot.com/2016/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai