Pancreas adalah sebuah kelenjar saluran cerna berwarna merah muda keabuan
yang berbentuk memanjang dengan panjang 12-15 cm dan terletak melintang pada
dinding abdomen dorsal, membelakangi lambung, Pancreas menghasilkan :
1. Sekret eksokrin (getah pankreas) yang dicurahkan ke dalam duodenum melalui
ductus pancreaticus
2. Sekret endokrin (glukagon dan insulin) yang dicurahkan langsung ke dalam darah.
Pankreas terdiri dari lobulus-lobulus, masing- masing terdiri dari satu pembuluh
kecil yang mengarah pada duktus utama dan berakhir pada sejumlah alveoli, Alveoli
dilapisi sel-sel yang mensekresi enzim yang disebut tripsinogen, amilase dan lipase.
Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang disekresi usus
halus, dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan protein menjadi asam amino.
Amilase mengubah zat pati menjadi maltosa, dan Lipase mengubah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol setelah empedu mengemulsi lemak.(Smeltzer, 2001)
Caput pancreatis terletak dalam lengkungan duodenum. Caput pancreatis
memiliki bagian yang menonjol ke arah kranial kiri, dorsal dari pembuluh mesenterica
superior, dan dikenal sebagai processus uncinatus. Ke arah dorsal caput pancreatis
berbatas langsung pada vena cava inferior, arteria renalis dextra dan vena renalis dextra
dan vena renalis sinistra. Ductus choledochus yang melintas ke duodenum, terletak dalam
alur pada permukaan dorsokranial caput pancreatis.(Smeltzer, 2001)
Collum pancreatis di sebelah dorsal beralur, disebabkan oleh pembuluh
mesenterica superior. Permukaan ventralnya tertutup oleh peritoneum dan berbatas pada
pylorus. Persatuan vena mesenterica superior dengan vena splenica (lienalis) menjadi
vena portae hepatis terdapat dorsal dari collum pancreatis. (Smeltzer, 2001)
Corpus pancreatis meluas ke kiri dengan melintasi Aorta dan vertebra L2, dorsal
dari bursa omentalis. Corpus pancreatis berhubungan erat dengan pembuluh splenica
(lienalis). Permukaan ventral pancreas tertutup oleh peritoneum dan turut membentuk
palungan gaster (stomach bed). Permukaan dorsal pancreas yang sama sekali tidak
memiliki lapisan peritoneum, berhubungan dengan Aorta, Arteria mesenterica superior,
glandula suprarenalis sinistra dan ren sinistra serta pembuluh renalis.(Smeltzer, 2001)
Cauda pancreatis terletak antara kedua lembar ligamentum splenorenale
(lienorenale) bersama pembuluh splenica (lienalis). Ujung cauda pancreatis biasanya
menyentuh hilum splenicum.
Ductus pancreaticus berawal dalam cauda pancreatis dan melalui massa kelenjar
ke caput pancreatis untuk membelok ke kaudal dan mendekati ductus choledochus
(biliaris). Biasanya kedua ductus ini bersatu, membentuk ampulla hepatopancreatica,
sebuah pelebaran pendek yang bermuara melalui ductus bersama ke dalam duodenum
pada puncak papilla duodeni major. Musculus sphincter ductus pancreatici mengitari
bagian akhir ductus pancreaticus (ductus Wirsung) juga terdapat musculus sphincter
ampullae hepatopancreaticae (sphincter Oddi) mengitari ampulla hepatopancreatica.
Kedua sphincter tersebut mengatur aliran empedu dan getah pancreas ke dalam
duodenum.(Smeltzer, 2001)
Ductus pancreaticus accesorius (ductus Santorini) menyalurkan getah pancreas
dari proccesus uncinatus dan bagian kaudal caput pancreatis. Biasanya ductus
pancreaticus accessorius berhubungan dengan ductus pancreaticus major, tetapi pada
sekitar 9% dari populasi ductus pancreaticus accessorius tetap terpisah. Secara khas pipa
ini bermuara ke dalam duodenum pada papilla duodeni minor.(Smeltzer, 2001)
Arteri-arteri pancreas berasal dari arteria pancreaticoduodenalis. Sampai 10
cabang arteria splenica (lienalis) mengantar darah kepada corpus pancreatis dan cauda
pancreatis. Arteria pancreaticoduodenalis anterior dan posterior, yakni cabang arteria
gastroduodenalis, dan ramus anterior arteria pancreaticoduodenalis inferior dan ramus
posterior arteria pancreaticoduodenalis inferior, yakni cabang arteria mesenterica
superior, mengantar darah kepada caput pancreatis. Vena-vena pancreas menyalurkan
darah ke vena portae hepatis, vena splenica (lienalis) dan vena mesenterica superior,
tetapi yang terbanyak ke vena splenica (lienalis). (Smeltzer, 2001)
Pembuluh limfe pancreas mengikuti pembuluh darah. Terbanyak pembuluh ini
berakhir pada nodi lymphoidei pancreaticoduodenales sepanjang arteria splenica
(lienalis), tetapi beberapa pembuluh berakhir pada nodi lymphoidei pylorici. Pembuluh
eferen dari kelenjar-kelenjar itu ditampung oleh nodi lymphoidei coeliaci, nodi
lymphoidei hepatici, nodi lymphoidei mesenterici superiores. Saraf-saraf pancreas berasal
dari nervus vagus dan nervi splanchnici thoracici. Serabut parasimpatis dan simpatis dari
plexus coeliacus dan plexus mesentericus superior mencapai pancreas dengan mengikuti
arteri-arteri. (Soeparman, 2005).
C. Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat insufisiensi
insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas
DM.(Smeltzer,2001)
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
sel beta melepas insulin.
2. Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan
sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel
yang responsir terhadap insulin (Wong, 2007).
D. Patofisiologi
Diabetes Melitus disebabkan oleh penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau
langerhans, sebagian besar patologi Diabetes Melitus dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut : (Engram, 2005)
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah setinggi 300-1200 mg%/ml, peningkatan
nyata mobilisasi lemak dari penyimpanan lemak dapat menyebabkan kelainan
metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskular yang
mengakibatkan artetiosklerosis dan pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Tetapi selain itu dapat terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes Melitus
yang tidak tampak, yaitu :
Kehilangan glukosa dalam urin pada penderita Diabetes Melitus, yang masuk ke
dalam tubulus ginjal dalam filtrat glomerulus meningkat kira-kira 225 mg/menit, glukosa
dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urin, dan jika jumlah filtrasi glomerulus
yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa darah
meningkat melebihi 180 mg% akibatnya sering disebut bahwa ambang darah untuk
timbulnya glukosa dalam urin adalah sekitar 180 mg%.(Engram,2005)
Kehilangan glukosa di dalam urin dapat menyebabkan diuresis karena efek osmotik
glukosa di dalam tubulus adalah mencegah reabsorbsi cairan oleh tubulus, keseluruhan
efeknya adalah dehidrasi ruangan intrasel yang kemudian menyebabkan dehidrasi
ruangan extrasel juga, jadi salah satu gambaran Diabetes yang paling penting adalah
kecenderungan timbulnya dehidrasi ekstra sel dan intra sel, dan ini juga sering disertai
dengan kolapsnya sirkulasi dalam tubuh.(Ignatavicius, 2007).
Asidosis terjadi pada diabetes bila tubuh menggantungkan hampir seluruh energinya
pada lemak, kadar asam asetat dan asam hidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat
meningkat dari 1 meq/L sampai setinggi 10 meq/L, dan jelas ini mudah menyebabkan
asidosis, efek kedua yang biasanya lebih penting dalam menyebabkan asidosis adalah
pada peningkatan langsung asam amino keto dimana asam amino keto adalah penurunan
konsentrasi natrium yang disebabkan oleh efek asam-asam keto yang mempunyai
ambang eksresi ginjal yang rendah, oleh karena itu bila kadar asam amino pada diabetes
meningkat sebanyak 100-200 gram maka akan dieksresikan ke dalam urin setiap hari, dan
karena mengandung asam amino yang kuat yang sangat sedikit bisa dieksresikan dalam
bentuk asam, dan sebagai gantinya maka terjadi ikatan dengan natrium yang berasal dari
cairan intra sel, sebagai akibatnya konsentrasi natriun diganti oleh ion hidrogen, jadi
sangat meningkatkan terjadinya asidosis, dan jelas semua reaksi yang terjadi dalam
asidosis metabolik berlangsung pada asidosis diabetika, termasuk pernafasan cepat dan
dalam, namun yang terpenting adalah asidosis dapat menyebabkan koma dan kematian.
(Syamsuhidayat, 2007).
a. Pada Diabetes tipe I: Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pangkreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun, hiperglikemia saat puasa yang terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
diukur oleh hati, disamping itu glukosa yang berasal dari makanan yang tidak bisa
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan dapat menimbulkan
postprandial yaitu puncak peningkatan kadar gula dalam darah pada 2 jam sesudah
makan. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi ginjal tidak dapat
menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin yang disebut Glukosuria dan ketika glukosa yang berlebihan itu
dieksresikan ke dalam urin, eksresinya ini biasanya akan disertai dengan pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, dan keadaan ini dinamakan Diuresis Osmotik
yang terjadi sebagai akibat terjadinya kehilangan cairan tubuh yang berlebihan, yang
ditandai dengan klien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) yang secara
langsung dapat menyebabkan peningkatan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin
juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan, sehingga tidak jarang ditemukan penderita Diabetes yang
kurus, akibat terjadinya penurunan berat badan.(Brunner&Suddarth,2001)
b. Diabetes tipe II: Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut terjadinya suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah
insulin yang disekresi. (Brunner&Suddarth,2001)
c. Diabetes pada kehamilan/ Diabetes Gestasional : terjadi pada wanita yang tidak
menderita Diabetes Melitus sebelum kehamilannya, dan Hiperglikemia terjadi selama
kehamilan adalah akibat sekresi hormon-hormon plasenta sehingga pada saat wanita
tersebut hamil dianjurkan memulai program terapi yang intensif (pemeriksaan kadar
glukosa darah empat kali per hari dan pemberian suntikan insulin tiga hingga empat
kali perhari), dengan maksud untuk mencapai kadar hemoglobin dan glukosa darah
yang normal tiga bulan sebelum pembuahan. Pemantauan yang ketat dan pemeriksaan
oleh dokter spesialis untuk kehamilan beRisiko tinggi padi ibu dengan Diabetes
Melitus sangat dianjurkan. (Brunner&Suddarth,2001)
E. Pathway
2.1.3.2
Insulin
2.1.3.6
menjadi Penin
tidak gkata
n
Jumlah
2.1.3.7 Peningkat
insulin
an Pening
yang katan
glukosa
darah osmol
aritas
2.1.3.8
Sel beta
gagal Memper
membagi
2.1.3.9 cepat - Polid
terjadin ipsi
- Polip
ketidak
Penurun Penurun D seimban
an an aliran i gan Diit
sensitifit dengan
darah a
as
ischemia Hipoglikemia/
jaringan Hiperglikemia
Penurunan Resik
o - Kekakuan/
fungsi
kerus kelemahan exstrimitas
imunitas
akan - Perubahan Mual,
kartilago dalam munta
persendian h,
G Nafsu
a
Resi n
ko Ga I Nurisi
tingg ng n kurang
gu t dari
F. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut:
1. DM tipe I (destruksi sel beta biasanya menjurus ke defisiensi insulin absolut):
Autoimun, Idiopatik.
Diabetes tipe ini hanya disebabkan oleh rusaknya sel-sel pada pankreas karena infeksi
virus dan sebagainya, sehingga kelenjar ini hanya dapat menghasilkan sedikit sekali
insulin atau tidak ada sama sekali. Diabetes tipe ini termasuk tipe keturunan dan
biasanya diderita sejak masih kanak-kanak, mereka bergantung sepenuhnya kepada
suntikan insulin.
2. DM tipe II (biasanya berawal dari resistensi insulin yang predominan dengan
defisiensi insulin relatif menuju ke defek sekresi insulin yang predominan dengan
resistensi insulin).
Diabetes tipe ini memiliki sel-sel pankreasnya yang masih utuh tetapi tidak dapat
menghasilkan insulin dalam jumlah yang dibutuhkan, lagi pula insulin yang hanya
sedikit ini tidak secepatnya tersalurkan/dialirkan ke dalam peredaran darah, berkat diet
yang tepat, olah raga teratur, dan tablet insulin, penyakit ini bisa ditanggulangi.
3. DM tipe spesifik lain:
Diabetes tipe ini, penderita memiliki pankreas yang masih berfungsi
menghasilkan insulin, tetapi insulin ini tidak berfungsi secara efisien. Hal ini
disebabkan terlalu banyak lemak di dalam tubuh, jenis diabetes ini sangat umum pada
mereka yang menderita kegemukan (obesitas).
a. Defek genetik fungsi sel beta
1) Maturiti Onset of The Young (MODY) 1.2.3.4.5.6 (yang terbanyak MODY 3)
2) DNA mitokondria
3) dan lain-lain
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokin pankreas
1) Pankreatitis
2) Tumor pankreatomi
3) Pankreatopati fibrokalkulus
4) dan lain-lain
d. Endokrinopati
1) Akromegali
2) Sindrom cushing
3) Feokromositoma
4) Hipertiroidisme
5) dan lain-lain
e.Karena obat/zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukokortiroid, hormon tiroid
3) Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
f.Infeksi
1) Rubella kongenital, Cytomegalovirus(CMV)
g. Sebab imunologi yang jarang
1) Antibodi anti insulin
2) Lain-lain
h.Sindrom genetik yang lain berkaitan dengan DM
1) Sindrom down, sindrom klinefleter, sindrom turner dan lain-lain. (Ignatavicius,
2007).
k. Spiritual
Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien masih sehat dengan saat
kilen sakit, biasanya tidak mengalami hambatan dalam melakukan ibadah, pada
keadaan spiritual ini perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah
tetap melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena penyakit
yang dialami.
l. Aktivitas
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah pola aktivitas klien
mengalami gangguan, karena pada klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu
karena kebiasaan sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat terpenuhi dengan
baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.
m. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan adalah hal-hal apa saja yang
membuat klien merasa tenang, biasanya klien tidak bisa memenuhi kebutuhan
bermain dan rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien dengan
Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain dan rekreasi karena
dalam kondisi lemah
n. Kebutuhan Bekerja
Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan dalam bekerja jika keadaan
umumnya sudah lemah dan buruk, disertai dengan komplikasi. (Doenges, 2000)
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum :
Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan mengeluh kuat makan,
kuat minum, kuat kencing, dan jika telat berobat maka keluhan klien menjadi
nafsu makan menurun bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit
sembuh, gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk lama,
mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.
Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan, sering bertanya
tentang penyakit dan kesembuhan lukanya, mengeluh tidak bisa tidur, tatapan
mata kosong, tegang.
b. Pemeriksaan Fisik
Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian keadaan umum dan status
generalis (Head to toe)
1) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah,
keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada tulang kering, meringis,
gugup, ngantuk, gemetar.
2) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila
disertai neuropatik maka akan ada sensasi terhadap jarum, rasa getar serta
reflek pergerakan kaki akan hilang.
3) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang
paru-paru, hipertensi atau hipotensi.
c. PemeriksaanPenunjang
a) Pemeriksaan Darah
Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl
Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl
Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl
b) Urin
Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan 30 menit sebelum
makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih lazim dilakukan 3 kali sehari
sebelum makan.
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan/resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito, 2007).
Adapun diagnosa yang bias muncul pada klien dengan Diabetes Melitus menurut
Nanda (2006) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka gangren yang melebar
sehingga mengenai syaraf tepi ditandai dengan klien mengeluh kesakitan, tampak
meringis, ada luka gangren.
2. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan terganggunya sirkulasi darah ditandai
dengan klien mengeluh gatal-gatal, adanya luka gangren.
3. Risiko tinggi infeksi sehubungan dengan tingginya kadar glukosa dalam darah,
menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga dapat merusak jaringan kulit seperti
gangren.
4. Nutrisi berhubungan dengan terjadinya Hipoglikemia/ Hiperglilkemia ditandai
dengan terjadinya peningkatan/penurunan kadar glukosa/gula darah, mengeluh cepat
lapar dan cepat kenyang, tidak mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan.
5. Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren, dan
ketidakseimbangan antara diit dengan terapi insulin, ditandai dengan klien
mengatakan badannya lemas, luka pada ekstimitas, klien tampak gugup, gemetar,
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL) dibantu.
6. Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan, ketidaktahuan klien
tentang penyakitnya dan luka komplikasinya ditandai dengan klien mengatakan sulit
tidur, sering bertanya tentang penyakitnya, dan kesembuhan lukanya, klien tampak
tegang, dan gelisah, tatapan mata kosong.
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah kesehatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang timbul atau telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien. (Nursalam, 2008).
d. Beri d. Pe
obat antidiabetika mberian obat
sesuai program antidiabetika dapat
pengobatan mencegah terjadinya
infeksi berlanjut.
e. Anj e. keb
urkan pada klien ersihan diri yang terjaga
untuk selalu menjaga dapat mengurangi Risiko
kebersihan dirinya terjadinya kerusakan
integritas kulit
3Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan a. Observasi tanda- a. Deteksi dini
3 sehubungan dengan tindakan tanda infeksi untuk penanganan lebih
tingginya kadar keperawatan selama dini
glukosa dalam darah 3x 24 jam tidak b. Lakukan cuci
, menyebabkan terjadi penyebaran tangan sebelum b. Mencegah
aliran darah infeksi, dengan berhubungan dengan timbulnya infeksi silang
terganggu, sehingga kriteria : klien
dapat merusak - Tidak terdapat c. Pertahankan
jaringan kulit seperti tanda-tanda infeksi tehnik aseptik pada c. Mencegah
gangren ditandai - Perubahan gaya prosedur infasif. terjadinya infeksi
dengan Klien hidup untuk d. Beri perawatan
mengeluh gatal, mencegah infeksi kulit dan massage d. sirkulasi
terasa panas dan, diharapkan tulang yang tertekan perifer dapat terganggu
kulit menegang yang dapat
Didaerah sekitar menempatkan Risiko ter-
luka tampak e. Jaga kulit agar jadinya ke-rusakan pada
kemerahan, tampak tetap kering,seprai kulit
bengkak, ada nyeri kering dan tetap e. Iritasi pada
tekan di daerah kencang kulit dapat meningkatkan
sekitar luka f. Anjurkan untuk Risiko infeksi
makan dan minum f. menurunka
secara adekuat n terjadinya infeksi
dengan mem-
g. Pertahankan pertahankan asupan
tehnik aseptik pada nutrisi
prosedur infasif g. Penanganan
awal dapat membantu
mencegah timbulnya
sepsis.
4 Nutrisi kurang dari Setelah diberikan a. Beri a. Dapat
kebutuhan tubuh tindakan perawatan diit sesuai terapi menyeimbangkan kadar
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x gula darah sehingga akan
terjadinya 24 jam) klien tidak mencapai kadar gula
hipoglikemia mengalami darah sekitar normal,
dengan pemberian gangguan atau sekitar normal,
obat anti diabetika pemenuhan mengarahkan keberat
dan terapi insulin kebutuhan nutrisi, badan normal dan
ditandai dengan dengan mencegah terjadinya
terjadinya Kriteria Hasil: komplikasi
peningkatan - Nafsu makan klien b. Beri b. Pemberian
glukosa darah, dan baik, klien mampu penjelasan kepada makanan tambahan dari
klien mengeluh menghabiskan keluarga agar tidak luar yang tidak sesuai
cepat lapar, nafsu porsi makan yang memberikan dengan diit dapat
makan klien disediakan, klien makanan tambahan mengacaukan terapi diit
berkurang klien makan secara dari luar yang telah diberikan
tidak teratur sesuai dirumah sakit
mampu.menghabisk jadwal makannya. c. Beri c. Penyuluhan tentang
an semua porsi penyuluhan tentang diit bagi klien Diabetes
yang di sediakan di diit Melitus sangat penting
rumah sakit sebab diet yang benar
dapat mencegah
komplikasi
hiperglikemia/
hipoglikemia
d. Dengan
d. Observa mengobservasi keadaan
si keadaan umum dan umum dan gejala-gejala
tanda-tanda hipoglikemia perawat
hipoglikemia/hipergli dapat mengetahui tingkat
kemia perkembangan klien
sehingga bila ada
komplikasi cepat
diketahui dan bisa diatasi
e. Terapi insulin
e. Pember bertujuan untuk
ian terapi insulin memudahkan
penggunaan glukosa oleh
sel dan jaringan
f. Periksa f. Dengan melakukan
gula darah setiap 3 pemeriksaan gula darah
hari sekali dan dan urin secara teratur
monitor reduksi urin akan memberikan
3 kali sehari gambaran keadaan klien
selama dirawat serta
mengetahui sejauh mana
perkembangan status
kesehatan klien.
4 Keterbatasan Setelah a. Beri penjelasan a. Prosedur meminta
5 aktivitas dilakukan tindakan mengenai prosedur bantuan yang dijelaskan
sehubungan dengan perawatan selama 3 meminta bantuan kepada klien, agar klien
adanya luka hari (3 x 24 jam) jika klien tidak me-maksakan
gangren, dan klien dapat membutuhkan dirinya melakukan
ketidakseimbangan melakukan bantuan. aktivitas yang belum
antara diit dengan aktivitas ringan. Mampu
terapi insulin Dengan dilaksanakan.
ditandai kriteri hasil: b. Jelaskan pada b. Penjelasan kepada
dengan:Klien - Klien bisa makan, keluarga untuk keluarga klien
mengatakan melap tubuhnya membantu klien bila untuk membantu klien
badannya terasa sendiri, tidak. tidak bisa memenuhi jika belum bisa di-
lemas, lemas, pusing, kebutuhan sehari- lakukan klien, dengan
Klien mengeluh ngantuk, gugup, hari, seperti BAK, tujuan agar tidak
pusing bila berdiri gemetar, dan luka Makan, minum, dan memperburuk keadaan
setelah duduk yang membaik mandi klien yang sudah lemah.
lama, Klien tampak
mengantuk, sering c. Beri bantuan c. Memberikan bantuan
tertidur dipagi hari, kepada klien dalam kepada klien dalam
adanya luka memenuhi memenuhi kebutuhan
gangren pada jari kebutuhan sehari- sehari-hari bagi perawat
kaki kiri hari merupakan salah satu
(osmetatarsal 3,4,5) cara untuk mengevaluasi
pemenuhan tingkat perkembangan
kebutuhan sehari- klien
hari (ADL) dibantu d. Anjurkan klien d. Kegiatan-kegiatan
oleh untuk memenuhi yang dilakukan klien
perawat dan kebutuhanny-a secara dapat melatih pergerakan
keluarga bertahap otot secara bertahap
e. Motivasi klien e. Menghabiskan diit
untuk menghabiskan yang disediakan sangat
diit yang diberikan. penting untuk
metabolisme tubuh,
karena gejala-gejala
seperti lemas, gugup,
gemetar, disamping
dipengaruhi oleh insulin
dan pemasukan nutrisi
5 Kecemasan Setelah dilakukan a. Observasi tingkat a. Dengan mengkaji
6 sehubungan dengan tindakan kecemasan klien tingkat kecemasan klien
perubahan status keperawatan sehingga dapat
kesehatan dan selama 3 hari (3 x menentukan tindakan
kurangnya 24 jam) diharapkan perawatan yang
informasi mengenai kecemasan klien diberikan.
penyakitnya dapat berkurang, b. Beri penjelasan b. Penjelasan
ditandai dengan dengan kriteria tentang penyebab mengenai penyakit dan
klien sering hasil: terjadinya luka dan luka yang timbul dapat
bertanya tentang Klien dapat cara penyembuhannya memberikan gambaran
penyakit dan tidur nyenyak, yang terarah pada klien
kesembuhan klien dapat sehingga dapat
lukanya, klien mengerti tentang mengurangi kecemasan
tampak gelisah dan penjelasan yang. dan meningkatkan
tatapan mata diberikan, klien partisipasi klien dalam
kosong tampak santai dan pengobatan serta
tidak gelisah lagi tindakan perawatan
c. Lakukan pendekatan c. Pendekatan yang
tiap melakukan diberikan tiap melakukan
tindakan tindakan bertujuan agar
klien lebih yakin atas
tindakan yang diberikan
perawat
d. Ajarkan klien tehnik d. Dengan tehnik
relaksasi dengan cara pengallihan perhatian
memikirkan hal- hal diharapkan kecemasan
yang tidak membuat dapat terkontrol
kecemasan bertambah
e. Observasi rasa e. Mengobservasi
cemas klien sebelum rasa cemas klien
dan setelah melakukan bertujuan apakah
tindakan penjelasan dan tindakan
yang telah diberikan
mampu mengurangi
kecemasan sebelumnya
f. Mendengarkan f. Dengan
keluhan-keluhan klien. mendengarkan keluhan-
keluhan klien bertujuan
untuk memulihkan rasa
percaya diri klien pada
perawat dan menandakan
bahwa perawat
memperhatikan klien
D. Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi
diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional (Tarwoto dan
Wartonah, 2006)
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksankan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahayafisik dan perlindungan bagi klien,
teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klien (Hidayat, 2007)
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang kelima dan terakhir dalam proses keperawatan,
evaluasi dalam proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi merupakan aspek yang penting dari proses keperawatan, karena
kesimpulan yang didapat dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan
dihentikan/ dilanjutkan/diubah (dimodivikasi). (Hidayat, 2007).
Tolak ukur yang digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini adalah
kriteria-kriteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dengan patokan pada kriteria
tersebut, dinilai apakah masalah teratasi sebelumnya, sebagian, atau belum sama sekali
atau malah timbul masalah baru, jika masalah telah teratasi maka intervensi keperawatan
dihentikan, jika masalah belum teratasi atau malah timbul masalah baru, maka intervensi
keperawatan diubah atau dimodivikasi.(Nursalam, 2008).