Anda di halaman 1dari 4

Campuran Limbah Plastik

Ternyata Buat Aspal Lebih


Kuat
Kamis 22 Feb 2018 15:32 WIB

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih

 0

 0
  
Sejumlah pekerja melakukan pengaspalan jalan bercampur limbah plastik, di Jalan Sultan Agung, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (16/9).
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) melakukan penerapan uji coba pengaspalan jalan raya itu
sebagai lokasi kedua infrastruktur jalan yang menggunakan aspal bercampur limbah plastik sepanjang 300 meter, guna mengatasi
permasalahan limbah plastik di Indonesia.
Foto: ANTARA/Risky Andrianto
Rata-rata proyek menggunakan campuran 6 persen plastik agak aspal tak
mudah retak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Limbah plastik bisa digunakan


sebagai campuran aspal. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) sejak 2008, melalui Badan Penelitian dan
Pengembangan PUPR telah melakukan penelitian adanya manfaat
dari limbah tersebut.

Kepala Balitbang PUPR Danis H. Sumadilaga mengatakan, biasanya


sebanyak 10 persen limbah plastik yang bisa dijadikan campuran
aspal. Penggunaan aspal campuran limbah plastik ini bahkan telah
diuji coba pada beberapa ruas jalan nasional di Jakarta, Maros
(Sulawesi Selatan), Bekasi (Jawa Barat), Denpasar (Bali) sepanjang
700 meter dan Tol Tangerang-Merak (Banten) sepanjang 90 meter.
Rata-rata proyek tersebut menggunakan campuran enam persen
limbah plastik untuk mengurangi risiko aspal mudah retak.

"Campuran dengan plastik kresek ini lebih tahan terhadap deformasi


dan retak lelah dibandingkan dengan campuran beraspal panas
biasa," katanya.

Cukai Plastik  Diprioritaskan Berjalan Tahun Ini

Berdasarkan hasil uji laboratorium tahun 2017 oleh Pusat Litbang


Jalan, Balitbang PUPR, campuran beraspal panas dengan tambahan
limbah plastik menunjukkan peningkatan nilai stabilitas dan lebih
tahan terhadap deformasi dan retak lelah dibandingkan dengan
campuran beraspal panas standar.
Limbah plastik bisa menambah kerekatan jalan. Saat dihampar
sebagai aspal panas, ketika diukur suhunya yaitu 150-180 derajat
celcius, yang artinya plastik tidak terdegradasi dan masih jauh dari
batas degradasi sampah yaitu 250-280 derajat Celcius atau suhu
ketika plastik mengeluarkan racun.

Sayangnya, pencampuran 6 hingga 10 persen dinilai Menteri PUPR


Basuki Hadimuljono kurang berdampak signifikan pada melimpahnya
limbah plastik kresek di Indonesia. Seperti mendapat angin segar,
dalam kunjungannya tengah pekan ini ke Yogyakarta, Basuki
menemukan adanya inovasi pencacah plastik yang dibuat
mahasiswa.

Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT-UGM)


membuat purwarupa alat pencacah limbah plastik yang hasilnya
dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal hingga 20 persen.
Alat pencacah limbah plastik ini yang merupakan inovasi FT UGM
bekerjasama dengan BUMN PT Barata Indonesia yang akan
memproduksinya secara massal.

Dengan pencampuran 20 persen limbah plastik kresek, Basuki


optimis bisa berkontribusi pada pengurangan limbah plastik di
Indonesia.

"Pantai kita paling kotor kedua di dunia. Pemanfaatan sampah plastik


adalah dengan mengolahnya, salah satunya sebagai bahan
campuran aspal," kata dia.

Ia menambahkan, Kementerian PUPR siap membeli 1.000 alat


pencacah hasil produksi PT Barata Indonesia dan FT UGM tersebut.
Nantinya, alat pencacah plastik itu akan didistribusikan ke tempat
pembuangan akhir sampah di berbagai daerah. Limbah plastik kresek
akan dicacah menjadi ukuran kurang lebih 4 milimeter (mm) dengan
harga jual sekitar Rp 4.000 per kilogram (kg).
 Kome

Anda mungkin juga menyukai