NO. ABSEN : 22
MUNAKAHAT
Munakahat berarti pernikahan atau perkawinan. Dalam istilah syari’at nikah berarti melakukan suatu
akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan seorang perempuan serta
menghalalkan hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar sukarela dan persetujuan bersama
demi terwujudnya keluarga yang bahagia yang diridhai oleh Allah swt.
Hukum menikah :
1. Mubah/Jaiz, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah.
2. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah sedangkan bila tidak menikah khawatir
akan terjerumus ke dalam perzinaan.
3. Sunnah, yaitu orang yang sudah mampu menikah namun masih sanggup mengendalikan dirinya dari
godaan yang menjurus kepada perzinaan.
4. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki keinginan atau hasrat
tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan nafkah tanggungan-nya.
5. Haram, yaitu orang yang akan melakukan perkawinan tetapi ia mempunyai niat yang buruk, seperti
niat menyakiti perempuan atau niat buruk lainnya.
Tujuan menikah :
1. Sunnah Nabi
RUKUN
1. Calon Suami
Syarat :
Beragama Islam
Atas kehendak sendiri
Bukan muhrim
Tidak sedang ihrom haji
2. Calon Istri
Syarat :
Beragama Islam
Tidak terpaksa
Bukan Muhrim
Tidak bersuami
Tidak sedang dalam masa idah
Tidak sedang ihrom haji atau umroh
3. Adanya Wali
Syarat :
b. Laki-laki merdeka
c. Adil
Syarat :
Dengan kata-kata " nikah " atau yang semakna dengan itu.
Berurutan antara Ijab dan Qobul
Ada wali nikah. Yaitu wali yang menikahkan mempelai laki-laki dengan mempelai wanita atau
mengizinkan penikahannya.
a. Beragama islam
b. Laki-laki
e. Bersifat adil
Bapaknya
Hakim.
beragama islam
laki-laki
dapat mendengar
dapat melihat
dapat berbicara
adil
AKAD NIKAH
Ijab adalah ucapan wali (dari pihak mempelai wanita) sebagai penyerahan kepada laki-laki
1. Wanita yang dipilih bukan hanya karena kecantikannya, kekayaan, dan kebangsawanannya
tetapi semata-mata keshalehannya.
2. Wanita yang dipinang hendaknya mempuyai watak kasih sayang dan mempunyai banyak
keturunan.
B. Syarat lazimah adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum dilaksanakan peminangan;
1. Wanita yang tidak dipinang oleh laki-laki lain,atau laki-laki tersebut telah melepaskan hak
pinanannya.
meinang.
Memberi nafkah
Memimpin serta membimbing istri dan anak-anak
Bergaul dengan istri dan anak-anak yang baik
Menjaga istri dan anak dari bencana
Membantu istri dalam tugas sehari-hari
Kewajiban istri :
Taat pada suami dalam batas yang sesuai dengan ajaran islam
Memelihara diri serta kehormatan dan harta benda suami
Membantu suami dalam memimpin keselamatan dan kesejahteraan keluarga
Menerima dan menghormati pemberian suami
Hormat dan sopan pada suami dan keluarganya
Memelihara, mengasuh dan mendidik anak
Talak :
Talak dari bahasa Arab dari kata thalaqo berarti melepaskan , sedang yang dimaksudkan disini adalah
melepaskan ikatan perkawinan. Hukum talak antara lain :
1. Wajib, bila terjadi perselisihan suami–istri oleh hakim yang mengurusnya su-dah memandang perlu
supaya keduanya bercerai.
2. Sunnah, apabila suami tidak sangup memberi nafkah yang cukup atau perempuan tidak menjaga
kehormatan dirinya.
3. Haram (bid’ah) : Dalam dua keadaan : pertama; menjatuhkan talak istri dalam keadaan haid.
kedua ;menjatuhkan talak istri sewaktu dalam keadaan suci dan dia telah menggaulinya dalam keadaan
suci tersebut.
Bilangan talak :
Setiap orang merdeka berhak mentalak istrinya dari talak satu sampai talak tiga. talak satu atau dua
masih boleh rujuk (kembali) sebelum habis iddahnya dan boleh kawin kembali sesudah iddah. Adapun
talak tiga tidak boleh rujuk atau kawin kembali, kecuali apabila wanita tersebut telah menikah dengan
orang lain dan setelah di talak pula oleh suaminya kedua.
IDDAH :
Iddah berarti masa menunggu bagi istri yang ditinggal mati atau bercerai dari suaminya untuk bisa
meniikah kembali
Rujuk :
Rujuk berarti kembalinya suami kepada ikatan pernikahan dengan istrinya yang dicerai dalam masa
iddah
Rukun rujuk
a. Istri sudah bercampur dengan suami yang mentalaknya dan masih berada dalam masa iddah
Hukum Rujuk :
UU No : 1 tahun 1974 tentang Perkawinan terdiri dari 14 Bab dan 67 Pasal.
Pencatatan Perkawinan.
Dalam pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa : "Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku". Ketentuan tentang pelaksanaan pencatatan perkawinan ini tercantum dalam
PP No : 9 Tahun 1975 Bab II pasal 2 sampai 9.
Syahnya Perkawinan.
Tujuan Pekawinan.
Dalam Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa tujuan perkawina adalah untuk membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Talak.
· Dalam pasal 3 ayat 1 diljelaskan bahwa :"Pada dasarnya dalam suatu perkawinan seorang pria
hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami".
Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan.
ِّ َس ُك ْم َواتَّقُوا هَّللا َ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ ُك ْم ُماَل قُوهُ َوب
َش ِر ا ْل ُمؤْ ِمنِين ِ ث لَ ُك ْم فَأْتُوا َح ْرثَ ُك ْم أَنَّى
ِ ُش ْئتُ ْم َوقَ ِّد ُموا أِل َ ْنف ٌ سا ُؤ ُك ْم َح ْر
َ ِن
Artinya: Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dan
dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang beriman.
3. Al-Fathir 11
4. An-Nur 32
5. An-Nisa ayat 1
• }الحرائِ َر
َ ج ِ { َمنْ أ َرا َد أنْ يَ ْلقَى هللاَ طَا ِه ًرا ُمطَهَّرا فَ ْليَتَ َز َّو:ساَل ُم َّ َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال.
َّ صاَل ةُ َوال
1.
Nabi saw. bersabda, “Siapa yang ingin bertemu Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka
menikahlah dengan perempuan-perempuan merdeka.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu
Majah dari sahabat Anas bin Malik r.a. Imam An-Nawawi Al-Bantani menerangkan bahwa
maksud suci dalam hadis tersebut adalah selamat dari dosa-dosa yang berhubungan dengan
kemaluan.
ِ ق بِالنِّ َك
. }اح َ ال ِّر ْز ُ ا{ِ ْلتَ ِم: ساَل ُم
سوا َّ َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال
َّ صاَل ةُ َوال
Nabi saw. bersabda, “Carilah rezeki dengan menikah.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ad-
Dailami dari sahabat Ibnu ‘Abbas r.a. Imam An-Nawawi Al-Bantani menerangkan bahwa
pernikahan itu menarik keberkahan dan dekat kepada rezeki jika niatnya benar. Di mana pada
kenyataannya pernikahan menjadi suntikan semangat bagi pasangan suami istri untuk mencari
rezeki demi menghidupi kehidupan mereka.