Skripsi
DiajukankepadaFakultasSyariahdanHukumuntukmemenuhi
Salah SatuSyaratUntukmemperolehGelarSarjanaSyariah (S.H)
Oleh:
TAUFIQ REZEKY SARAGIH
NIM : 1111044100005
i
KAPASITAS DAN KEWENANGAN LURAH DALAM MENGELUARKAN
SURAT KETERANGAN WARIS
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi
Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.H)
Oleh:
TAUFIQ REZEKY SARAGIH
NIM : 1111044100005
Pembimbing
ii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayyatullah Jakarta.
2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orag lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
Jakarta 06April2016
iii
ABSTRAK
Kata Kunci : Hukum Waris, Kapasitas, Dan Kewenangan Lurah dalam pengeluaran SKW
Pembimbing : Sri Hidayati, M.Ag
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah semesta alam, tidak ada kata yang pantas di ucapkan selain
rasa syukur akan segala nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, baik nikmat kesehatan, nikmat
Islam, nikmat Iman, dan juga nikmat diberikan umur yang berkah. Sehingga kita masih bisa
melaksanakan segala aktivitas kita sebagai manusia yang taat terhadap perintah Allah, dan
menjauhi segala larangan Allah SWT. Semoga saya, dan kita semua termasuk golongan hamba
Allah yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT, dan akan masuk kedalam syurga Nya
Sholawat dan salam mari kita sampaikan kepada baginda kita Muhammad SAW, yang
menegakkan hukum dengan penuh kebersihan akal dan jiwa sehingga setiap keputusan sesuai
dengaan yang disyariat oleh Allah SWT, sehingga tidak ada yang menentangnya. Semoga
sholwat dan salam menolong hamba pada saat penghakiman di akhirat kelak.
Penulisan skripsi ini bukan lah akhir dari studi penulis lakukan mudah-mudahan penulis
akan terus melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi lagi. Itu semua penulis persembahkan kepada
al-marhum ayahanda dan ibunda tercinta semoga Allah, memelihara serta memberikan nikmat
terbaik Nya. Kepada kakak-kakak dan abang-abang semoga kita dilancarkan segala urusan kita,
amin
Tidak lupa juga, penulis sampaikan terimakasih kepada orang-orang yang turut
v
1. Dr. Asep Saepuddin Jahar MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah.
2. Dr. H. Abdul Halim MA. ketua Program Studi PA dan Arif Purqon MA..selaku
3. Sri Hidayati M.Ag selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini dengan penuh
4. Dr. KH. A. Juani Syukri Shofia. Lc. MA selaku dosen pembimbing akademik dari
5. Segenap Staf Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
dosen Program Studi Peradilan Agama yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan
tulus ikhlas, semoga ilmu pengetahuan yang saya dapatkan dapat bermanfaat.
6. Terima kasih juga buat abanganda abdul karim munthe yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini dan sudah memberikan masukan-
masukan dalam penulisan ini, semoga abanganda abdul karim munthe diberikan
7. Buat orang tua saya, al-marhum ayah terima kasih banyak atas perjungan dan doa serta
motivasinya buat anak mu ini semoga anak mu ini menjadi anak yang bermanfaat dan
menjadi anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tua. Dan buat umi tercinta
terima kasih juga atas kasih dan sayang serta nasehat, bimbingan, yang sudah umi
berikan kepada anak umi ini, sehingga semua berjalan dengan baik. Dan juga buat
padam, serta doa dan kasih sayangnya, khususnya buat adik saya Zay Saragih.
vi
9. Temen-temen seperjuangan Muhammad Azhar Rizki Dlmt, Mukhsin, Fisal Tanjung, Izul
Hsb yang bersama-sama berjuang dalam melanjutkan Studi diperguruan tinggi di ibu kota
ini.
10. Keluarga besar IKRH Jabodetabek, KMSU, HIMLAB Jakarta Raya, yang telah
memberikan ilmu, dan yang paling utama sudah menerima saya sebagai saudara di
perantauan ini.
11. Temen-temen kos “Pria Sejati” Roni Binsar Pasaribu, Selamet Riyadi, Faisal Hrp,
12. Bitoku, terimakasih atas doa, harapan, serta nasehat, arahan, perhatian, dan juga
waktunya buat saya karena sudah menemani selalu dalam penulisan skripsi ini, semoga
Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis
tuliskan satu persatu, semoga doa dan harapan kita semua dikabulkan oleh Allah SWT, Amin.
Jakarta 06-April-20
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….. ii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………. iv
ABSTRAK………………………………………………………………………… v
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. Vi
B. Identifikasi Masalah………………………………………… 8
E. Tinjauan Pustaka……………………………………………. 11
F. Metode Penelitian…………………………………………… 12
G. Sistematika Penulisan……………………………………….. 13
1. Al-Quran……………………………………………………. 15
2. HadistNabi…………………………………………………. 20
vi
1. Hubungan Kekerabatan……………………………………... 23
2. Hubungan Perkawinan………………………………………. 28
A. Peradilan Agama………………………………………………... 34
B. Peradilan Negeri……………………………………………….... 40
C. Kelurahan………………………………………………………… 43
1. Pengertian Lurah…………………………………………......... 43
2. Kewenangan Lurah………………………………………......... 43
vii
C. Analisis Penulis……………………………………………………. 65
BAB V PENUTUP…………………………………………………………….. 70
A. Kesimpulan………………………………………………………… 71
B. Saran-saran………………………………………………………… 72
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 74
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Hukum alam menetapkan tidak semua apa yang kita miliki saat ini akan
bertahan menjadi milik kita untuk selamanya, akan tetapi kepemilikan manusia
hanyalah bersifat sementara, selama manusia itu masih hidup. Ketika manusia sudah
meninggal harta yang ditinggalkan akan beralih kepada orang lain dengan ketentuan
Oleh karena tidak ada seorangpun yang menjamin dia akan hidup selamanya
dan pada akhirnya semua manusia akan kembali kepada Allah, maka perlu persiapan
dan aturan-aturan yang harus diperhatikan tentang hak waris, atau siapa saja sebagai
ahli waris, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan bersama. Maka sebagai
sesuatu kepada yang lain . Hal ini bertujuan untuk mencapai kesejahteraan dan
Waris adalah berbagai aturan tentang perpindahan hak milik seorang yang
telah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dalam istilah lain, waris juga disebut
1
2
dengan faraid, yang artinya bagian tertentu yang dibagi menurut agama Islam kepada
Ahli waris dalam hukum waris dibagi dalam dua kategori besar: asabah atau
keturunan melalui pihak laki-laki dan ahl al-faraid atau mereka yang berhak atas
melalui jalur laki-laki: (1) Putera dan keturunannya (2) Bapak dan kakek-kakeknya;
(3) Keturunan bapaknya; (4) Keturunan kakek dari jalur bapaknya; (5) Keturunan
buyut dari jalur bapak, dan seterusnya keatas. Seorang anggota dari kelas yang lebih
dalam lapangan hukum harta kekayaan dan orang yang mewariskan saja, fungsi dari
yang mewariskan yang bersifat pribadi atau yang bersifat hukum keluarga (misalnya
Hukum kewarisan Islam atau yang dalam kitab-kitab fiqih biasa disebut faraid
adalah hukum kewarisan yang diakui oleh umat Islam dalam usaha mereka
1
Beni Ahmad saebani, fiqih mawaris,pustaka setia Bandung, cetakan 1. Tahun 2009.h.1.
2
David S. Powers, Peralihan kekayaan dan politik kekuasaan lkis Yogyakarta, cetakan 1,
tahun 2001, h. 10
3
H,F.A. Vollamar, Pengantar studi hukum perdata, Tahun 1992, h. 375
3
beberapa negara yang berpenduduk beragama Islam faraid telah menjadi hukum
Hukum kewarisan diakui dan dijalankan oleh umat Islam seluruh dunia
terlepas dari perbedaan bangsa, negara maupun latar belakang budayanya . Pada masa
sebelum faraid atau hukum kewarisan Islam dilaksanakan, biasanya mereka telah
istiadat yang menjadi hukum tak tertulis diantara mereka. Hukum tak tertulis itu
dirancang dan disusun oleh nenek moyang mereka berdasarkan apa yang baik dan
yang adil menurut mereka dan disampaikan kepada generasi berikutnya secara lisan
Berbicara tentang waris, diantara hal penting yang perlu dibahas selain dari
pewaris dan harta peninggalan ialah ahli waris sebab, seperti yang dikemukakan para
ahli hukum Islam ada tiga unsur dalam kewarisan yaitu: ahli waris, harta peninggalan
simayit, dan sipewaris. Pewaris ialah setiap orang yang meninggal dan meninggalkan
harta kekayaan, sedangkan ahli waris ialah orang yang bernisbah (memiliki akses
hubungan) kepada simayit karena ada salah satu dari beberapa sebab yang
4
Amir Syarifuddin, hukum kewarisan islam, PRENADA MEDIA, tahun 2004, hal. 34
Pada dasarnya , tidak ada perbedaan hukum Islam dan system hukum lainnya mengenai
defenisi/ batasan tentang ahli waris, pewaris, (lihat misalnya: al-Sayyid Sabiq, op. cit. , jil . 3, hal. 606;
Surini Ahlan sjarif, inti Asari hukum waris menurut bergerjlik Wetboek, 1983, Jakarta; ghalia, hlm.
17)
4
Dalam pembagian harta waris sudah diatur demikian rupa dalam al-Quran,
tepatnya dalam surah al-Nisa (4): 7, 8, 11, 12 , 33 dan 176. Dibandingkan dengan
ayat-ayat hukum yang lain, ayat-ayat hukum waris adalah merupakan ayat-ayat
hukum al-Quran yang paling tegas dan rinci isi kandungannya. Ini pasti ada
hikmahnya mengapa al-Quran begitu tegas dalam pembahasan harta waris. karena
masalah waris yang sangat penting, dimana kebanyakan manusia yang salah faham
karena mereka tidak mengerti dengan tata cara pembagian harta waris, sehingga
Selain menentukan siapa yang berhak menjadi hak waris, berapa bagian
masing-masing ahli waris, dan berapa harta peninggalan simayyit (tirkah) boleh
memastikan jaminan keharusan kaum perempuan (terutama ibu, istri dan anak
halnya ketentuan umum dalam waris barat, namun ahli waris yang berhak menerima
hubungan darah dan hubungan perkawinan seperti halnya dalam konsep waris barat.
Dalam pasal 171 huruf c KHI ditegaskan bahwa yang disebut ahli waris adalah orang
6
Muhammad Amin Suma, Hukum keluarga Islam didunia Islam,( PT Raja Grafindo
Persada, tahun 2015,hal.118)
5
3. Beragama Islam
Selain empat criteria yang ditentukan oleh Kompilasi Hukum Islam tersebut,
sebenarnya masih ada satu hal lagi yang menimbulkan kewarisan, yaitu hubungan
antara majikan dan budak yang dimerdekakan, sesuai dengan al-Quran surah an-Nisa
(4): ayat 33. Namun demikian, dengan terhapusnya perbudakan, kondisi tersebut
Kemudian hubungan hukum waris Islam dengan hukum waris nasional juga
berkaitan tata cara pembagian harta waris dan siapa saja yang menjadi ahli waris
berbagai macam hak yang terkait wasiat yang dikeluarkan dari sepertiga harta
peninggalan tersebut mencukupi atau yang dikeluarkan dari harta pokok, yang terdiri
dari berbagai jenis. Kalau harta peninggalan tersebut mencukupi, hal-hal tersebut
yang diwasiatkan, menurut kesepakatan para ulama mazhab, dibagikan kepada ahli
7
Irma Devita Purnama Sari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Hukum
Waris, cetakan 1 bandung, tahun 2012, hal.31-32.
6
waris, akan tetapi, bila harta peninggalan tidak mencukupi, maka yang lebih penting
Di Indonesia sendiri sudah mengatur harta waris dan penetapan ahli waris
demi ketertiban administrasi, sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkam
oleh ahli waris, karena adanya surat keterangan ahli waris, maka seluruh ahli waris
lebih tenang dan tidak merasa takut lagi adanya sengketa tentang siapa yang berhak
Dan adapun yang berwenang membuat surat keteranga waris yaitu dibagi
tangan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh Lurah dan dikuatkan oleh
Camat.
8
Beni Ahmad Saebani mengutip pendapat Muhammad Jawad Mughniyah, fiqih mawaris,
cetakan 1 bandung, pustaka setia, 2009, hal.101.
7
3. Untuk WNI keturunan Timur Asing (India atau Arab) yang berwenang
Tanah No. DPT/12/63/12/69 juncto pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMN No 3/1997,
sudah jelas bahwa memilki wewenang untuk mengeluarkan surat keterangan ahli
waris. Dan pengadilan agama juga memiliki kewenangan dalam penetapan ahli waris
bagi agama yang beragama islam, itu terdapat pada pasal 49 huruf b UU No. 3
tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1998 tentang peradilan
penetapan ahli waris, maka disini ada dualisme antara pengadilan agama dan kantor
kelurahan.
dalam masalah waris tersebut karena sepengetahuan kita Lurah adalah jabatan politik,
dan tidak semua lurah mengerti tentang hukum waris. Dan akhirnya dengan
kewenangan yang dimilki Lurah tersebut menimbul konflik atau sengketa seperti
yang terjadi di kantor Kelurahan Jatirahayu No. 390 / XII / 2009 yang mana Lurah
9
Irma Devita Purnama Sari, kiat-kiat cerdas, dan bijak memahami masalah hukum waris,
cetakan 1 bandung, tahun 2012, hal. 89.
8
tersebut mengelurkan Surat Keterangan Waris yang diminta oleh suami al-marhum.
Padahal masih ada ahli waris yang tercantum dalam Keterangan Ahli Waris
tersebut.inilah masalah yang akan saya teliti dengan judul. “ KAPASTAS DAN
KETERANGAN WARIS.”
1. Identifikasi Masalah
Pendaftaran Tanah No. DPT/12/63/12/63 juncto pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMNA
No. 3/1997, dijelaskan bahwa untuk penduduk pribumi , keterangan waris cukup
dibuat dibawah tangan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh Lurah dan dikuatkan
Dari Keputusan Departemen Dalam Negeri tersebut sudah jelas bahwa Lurah
menjadi masalahnya adalah apakah Lurah memiliki kapasitas yang cukup atau
memiliki pengetahuan yang memadai dalam penetapan ahli waris, karena tidak
semua Lurah memiliki ilmu tentang kewarisan, sehingga yang penulis takutkan
2. Pembatasan masalah
tersebut sesuai dengan judul yang dimaksud. Maka penulis memberikan batasan
9
masalah dalam penelitian ini hanya terfokus pada konsep dan kapasitas Lurah sebagai
pejabat yang berwenang dalam menetapkan ahli waris dalam pembagian harta waris.
Rumusan masalah
dalam penulisan skripsi ini, maka rincian rumusan masalah skripsi adalah sebagai
berikut:
Waris ?
1. Tujuan Penelitian
Waris.
2. Manfaat Penelitian
juga diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis,
antara lain:
a. Secara Teoritis
10
hukum waris.
b. Secara Praktis
D. Tinjauan Pustaka
Berkaitan dengan tujuan pustaka mengenai judul yang hendak penulis teliti,
disini penulis menemukan sebuah tulisan yang membahas tentang waris yaitu:
Irma Devita Purnamasari, SH, M.kn, kiat-kiat cerdas, mudah, dan bijak
memahami masalah hukum waris dan diterbitkan oleh kaifa PT. Mizan pustaka. Buku
ini juga membahas masalah pengeluaran Surat Keterangan Ahli Waris yang
pasal 111 Ayat 1 huruf C point 4 PMNA No 3/1997, dibedakan siapa saja yang
2. Untuk penduduk pribumi waris cukup dibawah tangan, yang disaksikan dan
3. Untuk WNI Keturunan Timur Asing (India Arab), yang berwenang membuat
Ahli Waris.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
2. Jenis Penelitian
analisis yakni menggambarkan dan memaparkan secara sistematika tentang apa yang
a. Studi Kepustakaan
1). Data primer adalah data-data yang didapat langsung dari perpustakaan
dijadika topik skripsi. Dalam hal ini adalah undang-undang dalam penetapan
ahli waris.
2). Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dalam penelitian hukum
b. Studi Lapangan
tersebut.11
maksimal.
11
Zainal Arifin, penelitian pendidikan,(Bandung;PT Remaja Rosdakarya) h. 233.
13
Data yang diproleh baik dari penelitian kepustakaan maupun dari penelitian
penelitian bertitik tolak dari peraturan yang ada sebagai norma hukum yang positif,
sedangkan kualitatif yang dimaksud yaitu analisis yang bertitk tolak pada usaha
penemuan asas dan informasi yang bersifat Monografis atau yang berwujud kasus-
kasus (sehingga tidak dapat disususn kedalam suatu sturuktur klasifikatoris) dari
pertanyaan kepada sejumlah responden baik secara lisan maupun secara tertulis
Penulisan Skripsi Fakultas syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
tahun 2012
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menyajikan lima bab, dengan
12
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:1997), h. 269
14
Bab kedua, merupakan bab teori tentang hukum kewarisan Islam di dalamnya,
pengertian waris, Dasar hukum waris, hal-hal yang dilakukan sebelum pembagian
mengeluarkan surat keterangan ahli waris. kompetensi Lurah dalam menetapkan ahli
Bab Kelima, dalam bab penutup ini penulis memberikan kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Serta saran-
1. Pengertian Waris
Kata waris atau mawaris secara etimologi berasal dari bahasa arab, yaitu
“waritsa, yaritsu, waritsan atau wirtsan, yang berarti mempusakai”.1 Dalam literature
hukum Islam ditemui beberapa istilah untuk menamakan Hukum kewarisan Islam,
penalaran akal dan metode tertentu, sehingga diketahui ketentuan hukumnya dengan
dalil secara rinci. 2 Menurut Hazairin dalam bukunya Hukum kewarisan Bilateral
menurut Quran dan Hadist, beliau menulis fiqih adalah hasil dari pemikiran manusia
yang dapat melahirkan suatu norma yang berdaarkan kepada al-Quran dan Sunnah.
Namun karena fiqih dari hasil pemikiran manusia, tentunya mengenal batas-batas
tertentu sebagaimana ilmu-ilmu yang lain. Pemikiran itu berada dalam batas-batas
disiplinnya, yaitu dengan metode dan sumber di atas maka tidak setiap hasil
1
Mahmud Yunus, kamus arab indonesia, Cetakan, VII (Jakarta PT. Hidakarya
Agung), h. 496
2
Moh. Muhibbin, Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam sebagai
pembaharuan Hukum positif di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika 2009), Cetakan, 1,
h. 5
15
16
pemikiran manusia dapat dipahami sebagai fiqh.3 Fiqih mawaris kaang juga disebut
dengan istilah faraid. Faraid adalah masalah pembagian harta warisan. Lafazd al-
faraid yaitu sebagai jamak dari lafaz faridah , oleh para ulama faradiyun diartikan
subtansi ilmu tersebut , dalam hal waris, objek atau subtansi kajiannya adalah
peninggalan mayit.5
dan perasaan alami. Aturan-aturan yang terdapat dalam pewarisan Islam telah
telah dijalankan oleh orang-orang yang terdahulu dan oleh sebagian orang-orang
sekarang.
kewarisan Islam yaitu, tidak memberikan kebebasan secara mutlak kepada pewaris
untuk memindahkan harta peninggalannya kepada orang lain, baik melalui wasiat,
atau Hibah, seperti yang berlaku di masyarakat Kapitalis individualis, juga tidak
3
Hazairin, Hukum kewarisan Islam Menurut Al-Quran dan Hadist,
(Jakarta:Tintamas 1982), h.10
4
Fathurrahman, Ilmu Waris , (Bandung: Al-Maarif 1975), h.31
5
Komite Fakultas Syariah Universitas al-Azhar, Mesir, Hukum Waris
(Jakarta:Maret 2014), h. 14
17
(maksimalnya sepertiganya) kepada orang lain selama tidak merugikan pihak lain.6
Dasar dan sumber utama dari hukum Islam, sebagai hukum agama (Islam)
adalah nash atau teks yang terdapat dalam al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad.
Ayat-ayat al-Qur‟an dan sunnah Nabi yang secara langsung mengatur kewarisan itu
2. Ayat-ayat al-Qur‟an:
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan karib
kerabat, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-
bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah
ditetapkan.”
6
Suparman, dan Yunus Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam
(Jakarta: Gaya Media Pratama 2002), Cetakan II, H, 10.
18
Dan bagimu ( suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-
istrimu, jika mereka tidak memilki anak, jika istri-istrimu itu memilki anak, maka
kamu mendapatkan seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi
wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri
memproleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak memiliki anak,
jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memproleh seperdelapandari harta
yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah
dibayar hutang-hutangmu, jika seorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), Makan bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu deperenam harta. Tetapi jika saudara-
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga
itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya
dengan tidak memberikan mudhorat kepada ahli waris.
c) QS. al-Nisa‟(4): 13
d) QS. al-Nisa‟(4): 14
19
)e
Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul Nya dan melanggar
ketentuan-ketentua Nya, niscaya Allah akan memasukkan kedalam api neraka sedang
ia kekal didalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.
f) QS. al-Nisa‟(4):9
g) QS. an-Nisa‟(4):10
h) QS. an-Nisa‟(4):11
dipenuhi wasiat yang ia buat atau sudah dibayar utangnya. Tentang orang-orang
tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih
dekat (banyak manfaatnya bagimu) ini adalah ketetapan Allah, sesungguhnya Allah
maha mengetahui dan Maha Bijaksana.7
1. Sunnah Nabi
adalah:
صلَّى ا َس ْع ِد بْ ِن ٍ
َ - الربِي ِع بِابْ نَتَ ْي َس ْعد إِلَى النَّبِ ِّي َّ ت ْام َرأَةُ َس ْع ِد بْ ِن ْ َ َجاء:ال َ َ ق،َع ْن َجابِ ِر بْ ِن َع ْب ِد اللَّ ِه
يَا:َتْ فَ َقال،- ت َما بَِقيَاللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َ ْ َو ُخ ْذ أَن، َوأَ ْع ِط ْام َرأَتَهُ الث ُُّم َن، "أَ ْع ِط ابْ نَتَ ْي َس ْع ٍد ثُلُثَ ْي َمالِ ِه:الَ فَ َق،الربِي ِع
َّ
ِ َ وإِ َّن َع َّم ُهما أ،ك ي وم أُح ٍد ِ ٍ ِ ِ َ رس
ُ َوإِ َّن ال َْم ْرأَةَ ََل تُ ْن َك،وه َما
ح ُ ُيع َما تَ َر َك أَب
َ َخ َذ َجم َ َ ُ َ ْ َ َ قُت َل َم َع، َهاتَان ابْ نَتَا َس ْعد،ول اللَّه َُ
صلَّى ِ ُ فَ َد َعا رس،اث ِ َت آيةُ ال ِْمير َّ ِ َّ َّ َ - ت النبي ِ
َ - ول اللَّه َُ َ َ ْ َحتَّى أُنْ ِزل- صلى اللهُ َعلَْيه َو َسل َم َ س َك َ َ ف،إ ََّل َعلَى َمال َها
ِ
“ Dari Jabir bin Abdillah bin ia bercerita‟ datang istrinya Ibni said bersama
dua anak perempuannya kepada Rasulullah SAW, dia mengadu wahai Rasulullah, ini
dua orang anak perempuan Ibni said, yang mati syahid saat perang uhud saat
bersamamu, kemudian pamannya mengambil seluruh harta yang ditinggalkan oleh
said, dan perempuan itu tidak dinikahi kecuali ibnu bersama hartanya, Rasulullah
SAW terdiam sa,pai turunnya ayat tentang waris, barulah Allah memanggil istri said,
Rasulullah menjawab, berikan dua anak perempuan itu dua pertiga dari harta yang
7
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,Cetakan ke 3 jakarta,tahun
2004,hal.7-8
8
Abu Daud, Musnad Abi Daud, al-thoyalisi, (Mesir;Darul Hijr, 1999), h, 337, Juz 4
22
ditinggalkan, dan berikan jandanya satu perdelapan dan bagi saudaranya ibnu said
sisanya.9
Itu beberapa sumber hukum Islam kewarisan yang diambil dari al-Quran dan
Hadis yang sampai sekarang ini masih dijadikan sebagai pedoman dalam memahami
kewarisan Islam yang ada di Indonesia ini, namun dasar hukum kewarisan yang ada
di Indonesia ini bukan hanya dalam al-Quran saja, akan tetapi ada beberapa diambil
dari Kompilasi Hukum Islam yang merupakan sumber Hukum atau merupakan
rujukan bagi orang-orang yang beragama Islam yang ada di Indonesia, yang mana
Kompilasi hukum islam juga mengatur tentang kewarisan yang ada di indonesi
yang beragama Islam tidak terlepas dari Al-Quran dan hadist Nabi Muhammad SAW
Dalam literatur Hukum Islam atau fiqih, dinyatakan ada empat hubungan yang
menyebabkan seseorang menerima harta warisan dari seseorang yang telah mati,
sesama Islam.10
9
Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut : Darul Risalah al-„Alamiyah,
2009), h.24 Juz 4.
10
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,Cetakan ke 3 (Jakarta,tahun
2004),h. 174
23
Agar lebih jelas lagi yang sudah dijelaskan di atas disini penulis akan lebih
menjelaskan yang mungkin ada yang kurang dimengerti maksud dari penjelasan yang
diatas karena ada suatu kalimat yang sangat asing untuk didengar dan sangat jarang
Saat ini dua hubungan terakhir, terutama hubungan wala’, hanya terdapat
dalam tawaran wacana saja. Sedangkan hubungan Islam sangat jarang terjadi,
meskipun hubungan tersebutada dalam teori. Hubungan wala’ terjadi disebabkan oleh
dengan hadist Nabi yang berbunyi;” Haka wala’ adalah untuk orang yang
memerdekakan”.
Diantara hak wala’ itu adalah hak mewarisi harta orang yang telah
Kemudian hubungan islam yang dimaksud disini terjadi bila seorang yang
meninggal tidak memilki ahli waris, maka harta warisannya itu diserahkan ke
perbendaharaan umum yang disebut baitul maal yang akan digunakan oleh umat
Islam. Dengan demikian harta orang Islam yang tidaqk memilki ahli waris itu
1. Hubungan kekerabatan
Di antara sebab beralihnya harta seseorang yang telah mati kepada yang masih
Pada tahap pertama seseorang anak menemukan hubungan kerabat dengan ibu
hubungan kerabat dengan ibu yang melahiirkannya.Hal ini bersifat alamiah. Dan
tidak ada seorang pun yang membantah hal ini karena sianak jelas keluar dari rahim
ibunya itu. memang menurut biasanya dan secara alamiah anak yang dilahirkan
seseorang ibu berasal dari bibit ibu itu yang telah berpadu dengan bibit laki-laki
yang menggaulinya; sehingga dapat dikatakan bahwa ibu yang melahirkan adalah
ibu yang punya bibit.Namun dengan adanya kasus bayi tabung dan rahim titipan,
mungkin terjadi anak yang dilahirkan seseorang ibu bukan dari bibitnya
sendiri.Dalam kasus seperti ini siapa sebenarnya ibu dari anak yang lahit itu, apakah
yang melahirkan atau yang punya bibit atau keduanya.Hal ini masih dalam lingkup
Adapun rincian ahli waris, sebagian besar telah dijelaskan Allah SWT. Dalam
al-Quran atau melalui penjelasan Nabi dalam hadist serta yang dipahami melalui
perluasan pengertian ahli waris yang terdapat dalam al- Quran tersebut. Atas dasar
ketentuan yang disebutkan di atas, maka keseluruhan ahli yang berhak menerima
Dasar kewarisan anak, baik laki-laki maupun perempuan, adalah firman Allah
dalam surah al-Nisa‟ ayat 11.Dalam ayat ini Allah mempergunakan kata al-walad
25
.kata al-walad itu baik secara arti kata atau dalam arti istilah hukum berlaku untuk
anak laki-laki dan anak perempuan.Anak laki-laki dan anak perempuan dalam
- 2/3 kalau anak perempuan ada dua atau lebih dan tidak bersama anak laki-
laki
dipahami dari perluasan kata walad atau walad dalam al-Quran. Dalam pengertian
bahasa arab, kata al-walad juga berlaku untuk keturunan garis lurus ke bawah. Hal ini
dapat dipahami dari pemakaian kata “anak Adam” bagi semua manusia; sebagaimana
terdapat dalam banyak ayat-ayat al-Quran .Begitu pula pengertian bani israil yang
berarti anak israil yang terdapat banyak dalam ayat al-Quran yang digunakan untuk
seluruh keturunan dan warga israil.Dalam pengertian sempit kata walad memang
memang berlaku untuk anak; namun dalam pengertian luas juga berlaku untuk
keturunan garis lurus kebawah.Dengan demikian kata “anak” ada yang digunakan
untuk arti sebenarnya dan adapula yanhg digunakan untuk arti sebenarnya dan ada
- 2/3 kalau ia dua orang atau lebih dan tidak bersama dengan cucu laki-laki.
2. Ayah
Ayah dalam kedudukannya sebagai ahli waris dijelaskan Allah dalam al-
Quran surah al-Nisa‟ ayat 11. Ayah sebagai ahli waris tidak dapat terhijab secara
- 1/6 dan kemudian mengambil sisa harta bila ia bersama dengan anak atau
cucu perempuan.
3. Ibu
Hak ibu dalam kewarisan dijelaskan Allah dalam al-Quran ayat 11 surah al-
Nisa.Dan seperti Ayah, ibu tidak dapat dihijab secara penuh oleh siapapun.
- 1/6 bila ia bersama dengan anak atau cucu dari pewaris bersama dua orang
- 1/3 dari sisa bila ibu tidak bersama dengan anak cucu, tetapi hanya
bersama ayah;
- 1/3 dari sisa bila ibu tidak bersama anak cucu, tetapi bersama dengan
4. Kakek
kewarisannya hanya terdapat dalam hadist Nabi yang kurang kuat, walaupun
27
pengertian kakek secara tidak langsung disebut dalam al-Quran, namun secara tidak
langsung sudah tercakup dalam pengertian Ayah dalam pengertian bahasa arab yang
- 1/6 bagian kemudian mengambil sisa harta bila ia bersama anak atau cucu
perempuan.
5. Nenek
Kewarisan nenek tidak terdapat dalam al-Quran, juga dalam hadist Nabi yang
kuat. Hak kewarisannya di samping dapat dipahami melalui perluasan pengertian ibu
dalam al-Quran, juga didasarkan pada hadist Nabi melalui mughirah bin syu‟bah dan
Muhammad bin Maslamah, yang kemudian di laksanakan oleh khalifah Abu Bakar
6. Saudara
perempuan adalah ahli waris.hak kewarisan saudara dijelaskan secara langsung dalam
al-Quran. Surah al-Nisa ayat 12 dan 176.Para ahli tafsir menjelaskan bahwa
kewarisan saudara seibu, baik laki-laki maupun perempuan diatur dalam ayat 12 dan
saudara kandung maupun seayah, baik laki-laki maupun perempuan diatur dalam ayat
176.
28
- 2/3 bila ada dua orang atau lebih dan tidak ada bersamanya saudara laki-
laki
7. Anak saudara
Anak saudara secara jelas tidak terdapat hak kewarisannya dalam al-Quran
dan juga tidak dalam hadist Nabi. Adanya hak kewarisan anak saudara itu pada
dasarnya adalah melalui perluasan pengertian dari saudara yang haknya dijelaskan
dalam al-Quran, karena bila saudara sudah tidak ada, maka kedudukannya digantikan
oleh anaknya dan anak saudara itu belum akan mendapatkan hak selama ayahnya
- ½ bila ia hanya seorang diri dan tidak ada saudara seayah laki-laki;
- 2/3 bila ada dua orang atau lebih dan tidak ada saudara laki-laki seayah;
8. Paman
Kewarisan paman tidak dijelaskan dalam al-Quran dan tidak pula dalam
9. Anak Paman
29
perluasan ini kelihtannya ulama ahli sunnah berpedoman kepada hadist tersebut
menetapkan dua macam ahli waris, yaitu ahli waris yang bagiannya telah ditentukan
secara pasti dan tertutup di dalam al-Quran maupun hadist Nabi dan ahli waris yang
2. Hubungan Perkawinan
Ahli waris yang disebabkan oleh hubungan perkawinan ialah suami atau
istri.Suami bagi ahli waris bagi istrinya dan sebaliknya istrinya adalah ahli waris bagi
suaminya.Kedudukan suami sebagai ahli waris dijelaskan Allah dalam surah al-Nisa
ayat 12.
perempuan tidak menyebabkan hak kewarisan apapun terhadap kerabat istri atau
kerabat suami.Dalam hal ini anak tiri dari suami bukanlah bukan lah ahli waris dari
suami, demikian pula dengan anak tiri dari istri bukanlah ahli waris dari istri.
11
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,Cetakan ke 3 Jakarta,tahun 2004),h. 211-220
30
Demikian lah penjelasan tentang ahli waris yang berhak menerima harta
diantara mereka.
C. Beberapa contoh
1. Jika seorang laki-laki wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdiri dari
seorang istri, seorang annak perempuan, ibu dan ayah, sedangkan harta yang
2. Jika seorang perempuan wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdiri dari
suami, ibu, seorang cucu perempuan dari anak laki-laki dan dua orang saudara
perempuan kandung dengan harta warisan sebesar 960 juta rupiah, berapakah bagian
masing-masing?
12
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam,Cetakan ke 3( Jakarta,tahun 2004),h.225-227
31
3. Jika seorang laki-laki wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdri dari
ayah, ibu, empat orang anak perempuan, dua orang anak laki-laki dan tiga orang
saudara laki-laki kandung dengan harta warisan sebesar 3000 juta rupiah. Berapakah
bagian masing-masing?
terdiri dari suami, saudara perempuan kandung, dua orang saudara laki-laki seibu,
dan seorang nenek dengan harta warisan sebesar 9.900 juta rupiah. Berapakah bagian
masing-masing?
rupiah
rupiah
rupiah
rupiah
5. Jika seorang perempuan wafat dan meninggalkan ahli waris yang terdiri
dari suami, ibu, cucu perempuan dari anak laki-lakidan dua orang saudara laki-laki
sekandung dengan harta warisan sebesar 240 juta rupiah. Berapakah bagian masing-
masing?
33
ibu 1/6 2 4
Cucu pr dari anak lk ½ 6 12
2 saudara lk kndng „ ashabah 1 2
13
Muhammad Ali Al-Sabouni,Hukum Kewarisan, Cetakan 1, (Jakarta 2005),h.180-184
BAB III
A. Peradilan Agama
berasal dari akar kata “adil”, dengan awalan “per” dan dengan imbuhan “an”. Kata
yang dimaksud adapula yang berarti “memutuskan hukum” atau “menetapkan suatu
1
Ketiga badan peradilan tersebut, merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman
pada masa Islam klasik. Ketiganya berada di bawah; dinasti Umayyah menyebutnya
dengan nizham al-qadhai, yakni pelaksana hukum. Muhammad jalal Syaraf dan Ali
Abd al- Muth”i Muhammad, Fikr al-syasi fi al-Islam, (Iskandariyah: Dar al-Jami’at
al-Mishriyat, 1978), h. 155-157).
2
Ahmad Warson, Al-Munawwir (Kamus Arab-Indonesia), (Jakarta; M.
Jakarta, 1996),cet. Pertama, h. 1225
3
Abdul Mujib Mabruri Thallah Sapiah AM, Kamus Istilah Fikih, (Jakartta;
PT. Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ketiga, h, 258. Lihat juga Kamus Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta; Depdikbud, Balai Pustaka, 1996), cet ketujuh, h. 7
34
35
ketetapan”. Dalam dunia peradilan menurut para pakar, makna yang terakhir inilah
yang dianggap lebih signifikan. Dimana maknahukum di sini pada asalnya berarti
keadilan).
harus mengikutinya.5
Selanjutnya jika kata peradilan atau pengadilan disatukan dengan kata agama,
4
Hasby As-siddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Yogyakarta; PT. Ma’arif, 1994), h.
29.
5
Hasby As-siddieqy, Peradilan dan..., h. 30.
6
Zaini Ahmad Noeh dan Abdul Basit Adnan, Sejarah Singkat Peradilan
Agama di Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu, 1983), h. 29.
36
yang beragama Islam untuk menegakkan hukum dan keadilan”. Sedangkan Peradilan
Menurut Ramulyo, Peradilan Agama adalah tempat dimana dilakukan usaha mencari
keadilan dan kebenaran yang diridhai Tuhan Yang Maha Esa yakni melalui suatu
Kehakiman yang juga dirubah dengan UU No. 48 tahun 2009. Perubahan ini juga
Peradilan Agama sebagai institusi yang bertugas untuk menegakkan hukum dan
beragama Islam yang diajukan kepadanya dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sarana dan prasarana. Ketiga perangkat tersebut merupakan kebutuhan mutlak bagi
7
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta; Pt. Rajawali
Grafindo Persada, 1996), cet. Pertama, h. 6.
8
Moh. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah tentang Hukum Acara Perdata
Peradilan Agama, (Jakarta: Ind-Hill Co, 1991), h. 12.
37
keadilan, hal-hal yang mengaturnya asal mulanya berupa penunjukan oleh para
berlanjut pada peraturan di masa kerajaan Islam, masa kolonial yang ditandai
dengan hadirnya Stbl 1882 No. 152. Kemudian pada tahun 1937 diperbaharui
9
Taufiq Hamami, Peradilan Agama Dalam Reformasi Kekuasaan Kehakiman
di Indonesia, (Ciputat; PT. Tatanusa, 2013), h. 68.
10
Adalah pengertian bagi orang yang dianggap padanya mengerti tentang
suatu hukum, memiliki naluri keadilan yang tinggi dan dapat dipercaya. Kemudian
dipercayakan kepadanya untuk memberikan suatu keputusan terhadap suatu
permasalahan.
11
Jaelani Arifin, Peradilan Agama Dalam Bingkai..., h. 325.
38
menjadi UU No. 5 tahun 2004 yang telah diubah menjadi UU NO. 49 tahun 2009
dan UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama menjadi UU No. 3 tahun 2006
Oleh karena itu perangkat yang menjadi dasar hukum Peradilan Agama tidak
hanya sebatas yang menyangkut kelembagaan dan organisasi, akan tetapi juga
1974 tentang Perkawinan, 4) UU. No. 32 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
6) UU No. 38 tahun 2004 tentang Zakat, 7). UU No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf,
8) UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah dan UU No. 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, 9). PERMA No. 2 tahun 2003 tentang Mediasi,
10) Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 1987 tentang Wali Hakim, 11) Inpres
asas tidak boleh menolak perkara dengan alasan hukum tidak jelas, asas wajib
mendamaikan, asas sederhana, cepat dan biaya ringan, asas mengadili menurut
hukum dan persamaan hak, asas persidangan terbuka untuk umum, asas aktif
dalam Pasal 2 dan Pasal 49 UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang
telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 kemudian dirubah lagi dengan UU No.
beragama Islam mengenai perkara tertentu yang diatur dalam Undag-undang ini”.
40
syariah adalah sangat berkaitan. Hal ini karena konsep dari ekonomi syariah
adalah suatu prinsip-prinsip yang dibangun dengan pondasi dan nilai-nilai yang
Tugas dan fungsi peradilan dalam lingkungan peradilan Agama dapat dipilah
menjadi dua macam, yakni tugas yudisial yang merupakan tugas pokok dan tugas non
yudisial yang merupakan tugas tambahan, namun tidak mengurangi nilai penting
Yang dimaksud dengan tugas yudisial ialah tugas dan fungsi memberikan
keadilan kepada masyarakat pencari keadilan. Inti dari tugas ini adalah
12
Taufiq Hamami, Peradilan Agama Dalam Reformasi Kekuasaan
Kehakiman di Indonesia, (Ciputat; PT. Tatanusa, 2013), h. 160-162.
13
Purwoto S. Ganda Subrata, Dengan Etika dan Profesi Hakim Kita
Tegakkan Citra, Wibawa dan Martabat hakim Indonesia, (Jakarta; Bina Yustisia
Mahkamah Agung RI, 1994), h. 3.
41
pihak yang berperkara. Hakim harus memutus menurut hukum, baik dalam arti
harfiah maupun hukum yang sudah ditafsirkan atau dikonstruksi. Keadilan atau
kepastian yang lahir dari putusan peradilan dalam lingkungan Peradilan Agama
(hakim) adalah keadilan atau kepastian yang dibangun atas dasar dan menurut
1, Pasal 25 ayat (3). Pasal 49 UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang
telah diubah dengan UU No. 3 tahun 2006 kemudian diubah lagi dengan UU No.
50 tahun 2009 tugas penegakan hukum dan keadilan di Peradilan Agama adalah
14
Purwoto S. Ganda Subrata, Tugas dan Fungsi Hakim, (Jakarta; Bina
Yustisia Mahkamah Agung RI, 1994), h. 10
15
Bagir Manan, Tugas hakim: Antara Melaksanakan Fungsi Hukum dan
Tujuan Hukum Dalam Peradilan Agama Dalam Perspektif Ketua Mahkamah Agung,
(Jakarta; Dirjen PA, 2007), h. 122.
42
waris, wasiat, hibah, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah. Khusus untuk
Tugas non yudisial adalah tugas di luar tugas mengadili. Tugas semacam ini
diatur dalam Pasal 52 dan 52 A UU No. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU
No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diubah pula dengan UU No. 50
Tugas lain sebagaimana dimaksud pada pasal 52 ayat (2)UU No. 3 tahun 2006
tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang diubah
alat kekuasaan negara yang diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945
(UUD NRI 1945) bahwa untuk melaksanakan kekuasaan negara dalam arti yang luas,
UUD NRI 1945 menetapkan lima badan kekuasaan yang ada, yaitu; a. Kekuasaan
Kekuasaan Kehakiman.
Kekuasaan Kehakiman telah ditentukan dalam Pasal 24 UUD NRI 1945 dan untuk
a. Peradilan Umum
b. Peradilan Agama
c. Peradilan Militer,
No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang diubah
dengan UU No. 48 Tahun 2009 berdasarkan Pasal 10 Ayat 2. Mahkamah Agung juga
16
Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, cet.
Ketiga, (jakarta; PT. Sarana Bakti Semesta, 1997), h. 87 dan 89.
44
Peradilan Agama.
Indonesia, kita harus merujuk pada UUD NRI 1945 yang sekarang telah
17
Rika Delfa Yona, Eksistensi Kewenangan Peradilan Agama Dalam
Mengeksekusi Putusan Arbitrase Syariah , (Jakarta: UIN SYAHID Jakarta, 2010), h.
45.
45
Sejalan dengan maksud Pasal 24 UUD 1945 tersebut, Pasal 1 dan 2 UU No. 4
Pasal 1 dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
Dalam penjelasan pasal demi pasal yang telah dijelaskan di atas, dikatakan
bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka. Dari ketentuan
tersebut dapat dipahami bahwa kekuasaan kehakiman tidak lain merupakan salah satu
Presiden, DPR, dan lainnya yang setara, yang kemudian fungsi utamanya adalah
18
Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan, dan Acara Peradilan Agama,
(Jakarta; Pustaka Kartini, 1993), h. 88.
19
Merdeka bermaksud bahwa penyelenggara kekuasaan kehakiman yang
termasuk di dalamnya Peradilan Umum, Militer, Agama dan Tata Usaha negara
adalah sebagai lembaga peradilan yang bebas dari campur tangan dan interpensi dari
46
1989 tentang Peradilan Agama adalah sebagai upaya singkronisasi segala urusan dan
tanggung jawab organisasi, administrasi dan finansial badan Peradilan Agama dengan
ketentuan UU No. 4 tahun 2004. Dengan demikian, jika sebelumnya segala urusan
dan tanggung jawab organisasi, administrasi dan finansial badan Peradilan Agama
dimaksud berada di bawah otoritas Departemen Agama, maka pasca UU No. 3 tahun
Agung.20
Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara mempunyai kedudukan yang
sama dan sejajar yang kesemuanya berpuncak kepada Mahkamah Agung sebagai
Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan peradilan
tertentu.21
siapapun, dimanapun dan kapanpun. Bertujuan menciptakan sistem hukum yang benar-benar
berasaskan nilai-nilai ketuhanan dan keadilan demi menjamin hukum yang berkeadilan diantara
sesama pelaku hukum.
20
Syamsuhadi Irsyad, Eksistensi Peradilan Agama Pasca Lahirnya Undang-
undang No. 3 Tahun 2006, (Makalah, 10 Juli 2006), h. 10.
21
Taufiq Hamami, Peradilan Agama..., h. 85.
47
Peradilan Agama dalam sistem tata hukum di Indonesia merupakan salah satu
pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu atau bagi golongan
rakyat atau badan hukum yang dengan sendiri menundukkan diri dengan sukarela
agama yang beragama islam, itu terdapat pada pasal 49 huruf b UU No. 3 tahun2006
Penjelasan lebih detail mengenai permasalahan waris apa saja yang diatur
dapat kita lihat pada penjelasan pasal 49 huruf b UU Peradilan Agama yang berbunyi:
Berdasarkan penjelasan diatas jelas bahwa yang berhak menetapkan atau yang
sengketa terhadap objek waris. hal ini bisa disebabkan karena adanya
ahli waris yang tidak mau membagi warisan sehingga terjadi konflik
antara ahli waris. proses akhir dari gugatan ini akan melahirkan produk
Melalui Permohonan yang diajukan para ahli waris dalam hal tidak
ditempuh dengan cara mengajukan permohonan yang ditanda tangani oleh pemohon
atau kuasanya yang sah dan ditujukan ke Ketua Pengadilan Agama yang meliputi
22
Sumber online: http:// m. hukum online.com/klinik/detail it4d9ed1f603631/ dasar hukum
Penetapan Waris-dan akta-waris, diambil pada tanggal 2 maret 2016 hari sabtu.
49
Bagi pemohon yang tidak dapat membaca dan menulis dapat mengajukan
permohonannya secara lisan dihadapan ketua Pengadilan Agama (lihat pasal 120HIR,
pasal 144 R.BG).kemudian, pemohon membayar biaya perkara (lihat pasal 121ayat
[4] HIR, 145 ayat [2] R.BG, Pasal 89 dan pasal 91AUU No. 50 tahun 2009 tentang
perubahan kedua atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama). Setelah itu
1. Foto copi KTP Pemohon da semua ahli waris 1 sebanyak I lembar folio
(tidak boleh dipotong) yang dimateraikan Rp. 6000, dan di stempel oleh
Kantor Besar.
2. Foto copi akta nikah pewaris sebanyak 1 lembar yang dimateraikan Rp.
3. Foto copi kartu keluarga pewaris 1 lembar yang dimateraikan Rp. 6000,
4. Foto copi akta kelahiran semua anak dari pewaris sebanyak 1 lembar yang
5. Foto copi Surat kematian orang tua pewaris sebanyak 1 lembar yang
8. Foto copi rekening bank sebanyak 1 lembar yang dimateraikan Rp. 6000,
B. Pengadilan Negeri
diajukan kepadanya). (Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2)).
23
http://www.pa.kotamadiun.go.id/index.php/transparansiperkara/tahap-tingkat
pertama/syarat penetapan-ahli-waris, sumber diambil pada tanggal 3 maret 2016 bertepatan pada hari
minggu sore.
51
rakyat mencari keadilan pada umumnya (Pasal 2 UU No.2 Tahun 1984). Pengadilan
No. 2 Tahun 1986). Selain menjalankan tugas pokok, pengadilan dapat diserahi tugas
Dan adapun salah satu kewengan Pengadilan Negeri dalam perdata yaitu
mengatur kewarisan, hukum waris menurut perdata yaitu waris berasal dari bahasa
Belanda Erfrechat. Pasal 830 KUH Perdata pada intinya menyebutkan bahwa hukum
Menurut KUHPer. Tidak semua ahli waris secara otomatis mewarisi segala
sendiri tidak lama, karena sifatnya yang permohonan. Namun, yang harus diingat
dalam permohonan penetapan ahli waris, seluruh ahli waris terlibat dalam
permohonan tersebut.
Beberapa bukti yang harus dilengkapi adalah kutipan akta nikah, kartu
keluarga, akta kelahiran anak, foto copy KTP seluruh pemohon, surat keterangan
kematian ahli waris dari Lurah/kepala desa setempat. Jika memungkinkan bisa
mengajukan saksi yang dapat menerangkan ikhwal perkawinan dan anak-anak yang
Negeri setempat yang berisi identitas para pemohon, alasan, permohonan, dan
petitum permohonan.
Dasar hukum penetapan ahli waris yang dikeluarkan oleh pengadilan negeri
yang berlaku bagi semua agama selain agama Islam yaitu pasal 833 KHUPerdata.
Disamping itu, Surat Keterangan waris juga dapat dibuat dibawah tangan dan
ditanda tangani oleh semua ahli waris, diketahui oleh Lurah dan dikuatkan oleh
camat.
C. Kelurahan
1. Pengertian Lurah
53
Lurah adalah Pegawai Negeri yang diangkat oleh Bupati atau Walikota atas
Urusan lain yang ditanganinya meliputi pembinaan dan ketentraman dan ketertiban
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Lurah bertanggung jawab kepada
pejabat yang mengangkatnya, namun tanggung jawab itu disalurkan melalui camat.
2. Kewenangan Lurah
kewenangannya;
hidup.
membuat surat keterangan ahli waris, namun di Indonesia sejak zaman Belanda
Pendaftaran Tanah No. DPT/12/63 juncto Pasal 111 Ayat 1 C Point 4 PMNA No
tangan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh Lurah dan dikuatkan oleh
camat setempat.
(BHP).24
24
Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Menahami Masalah Hukum
Waris,(Bandung, PT Mizan Putaka, 2012). h. 91.
55
Jadi terkhusus bagi penduduk asli Indonesia atau penduduk pribumi, memiliki
kemudahan tersendiri dalam pengurusan surat keterangan ahli waris, karena Lurah
setempat juga memiliki wewenang dalam pengeluaran surat keterangan ahli waris.
Pada tahun 1990 an, pembagian waris secara Islam dibuat oleh Pengadilan
Agama dalam bentuk Fatwa Waris. Namun demikian, pada awal 1990, ada edaran
dari Mahkamah Agung yang melarang Pengadilan Agama membuat Fatwa Waris
untuk WNI yang beragama islam dalam hal tidak terjadi sengketa waris. Sejak itulah,
keterangan waris bagi beragama Islam pun cukup dibuat dibawah tangan dengan
Lurah adalah salah satu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan di desa
setempat, dan siap memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat yang dibawah
dari Kekelurahan itu sendiri. Dan salah satu tugas Lurah dalam masyarakat yaitu
mengurus Surat Keterangan Ahli Waris bagi yang membutuhkan keterangan tersebut.
langkah yang harus diketahui dan juga harus dilalui sebelum meminta tanda tangan
25
Irma Devita Purnamasari,Kiat-Kiat cerdas…(Bandung, PT Mizan Pustaka, 2012). h. 94
56
atau meminta Surat Keterangan Waris kepada Kekelurahan. Dan langkah yang
pertama harus diketahui RT, RW setempat bahwa yang bersangkutan adalah benar-
benar ahli waris yang sah dari al-marhum, karena RT/RW adalah orang yang paling
dekat dengan warganya sendiri, sehingga dia lebih mengetahui seluk beluk keluarga
yang bersangkutan itu sendiri. Kemudian ketika sudah mendapat persetujuan atau
sudah diketahui RT/RW setempat barulah boleh diantar kekantor Kekelurahan dan
akan diperiksa di kekelurahan jika semua syarat-syarat sudah terpenuhi disitu Lurah
memiliki kewenangan untuk menanda tangani pernyataan yang sudah dibuat oleh
pemohon. Kemudian pihak kelurahan akan menyerahkan Surat Keterangan Waris itu
sebagai berikut:
7. Pengantar RT/RW
akan memberikan Surat Keterangan Waris, tanpa harus mengetahui terlebih dahulu
mencari kebenaran data yang diterima mereka. Dan ini akan berdampak kurang baik,
karena ditakutkan adanya pemalsuan atau penipuan data yang mengaku sebagai Ahli
57
kepada Kelurahan, akan tetapi juga lebih teliti lagi mencari kebenaran data yang
diberikan apakah si pemohon benar-benar Ahli Waris yang sah, yang sesuai dengan
data yang diterima. Dengan begitu seharusnya dan sewajar harus lebih mengetahui
masyarakat dapat pelayanan yang baik tanpa merugikan satu pihak saja.Bagi
masyarakat yang mengurus Surat Keterangan Ahli Waris tersebut, tidak butuh waktu
Berbicara tentang ilmu waris maka kita berbicara tentang harta peninggalan,
harta peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia sering kali menimbulkan
mendapatkan seluruh harta waris sedangkan ahli waris lainnya tidak perlu
mendapatkan bagian.
dengan harta peninggalan, oleh karena itu kita sebagai umat Islam harus mempelajari
hukum waris itu sendiri, agar tidak terjadi kesalah paham anatara saudara.Secara
umum tujuan mempelajari waris itu sendiri untuk memahami dan melaksanakan
pembagian harta waris kepda ahli waris yang berhak menerimanya sesuai dengan
ketentuan syariat Islam. Dan adapun tujuan secara khusus mempelajari ilmu waris
antara lain:
48
49
dalam fiqih mawaris ini maka tidak ada pihak-pihak yang merasa
dirugikan karena pembagian harta warisan ini dibagi sesuai dengan aturan
yang berlaku.
Akan tetapi secara hukum mempelajari ilmu faraid itu sendiri adalah fardu
kifayah, dalam arti tidak harus semua orang yang beragama Islam mengerti dengan
ilmu kewarisan itu sendiri. Akan tetapi harus ada diantara kaum muslim yang wajib
mengetahiu ilmu waris yang benar dan baik yang sesuai yang dengan syariat Islam
yang berlaku. Dan adapun Indonesia yang berkewajiban penuh dalan kewarisan ini
dan yang dituntut juga harus mengerti dan sangat paham dengan ilmu waris itu
yang berhak dan yang berwenang dalam mengurus harta waris. dan itu berdasarkan
3/1997, dibedakan siapa saja yang berhak dan berwenang membuat keterangan Waris
yaitu:
, yang disaksikan dan dibanarkan (disahkan) oleh lurah dan dikuatkan oleh
camat setempat.
3. Untuk WNI keturunan Timur Asing (india atau arab), yang berwenang
Itu beberapa instansi yang berwenang dalam mengurus keterangan ahli waris
yang berlaku dan memiliki kekuatan hukum. Jadi ketika masyarakat Indonesia
mendapat kesulitan maka Negara sendiri telah menyediakan lembaga untuk mengurus
masalah yang berkaitan dengan waris. tapi disini penulis hanya ingin membahas
kompetensi Lurah yang sudah memang diberi kewenangan dalam hal waris ini.
Karena ketika sudah diberi kewenangan akan suatu hal berarti sudah memiliki
kapasitas yang bagus, atau memiliki kompetensi dalam bidangnya sendiri. Ada
ilmu kewarisan, dan penelitian hanya terhadap beberapa Lurah yang di kota
Sebagian dari Kelurahan yang ada di Tangerang Selatan ini memiliki lurah
yang rata-rata sudah berusia lebih dari 40 tahunan. Ada yang sudah empat tahun
menjabat sebagai Lurah, ada yang sudah lima tahun menjabat sebagai Lurah, dan
1
Irma devita purnama sari, kiat-kiat cerdas, mudah, dan bijak memahami masalah hukum
waris, cetakan 1( Bandung, tahun 2012), hal.88-89
51
bahkan ada juga yang menjabat menjadi Lurah sampai tiga belas tahun. Dan semua
No. Identitas/Usia
15-30 30-40 40-50 50-60 60-70
1 - 1 orang 3 orang 3 orang 1
Pendidikan hal yang sangat terpenting yang harus dimiliki seorang pemimpin,
karena seorang pemimpin selain dituntut harus bijaksana juga harus pintar dan
mendapat keadilan jika dipimpin oleh pemimpin yang bodoh atau yang tidak
berpendidikan. Menurut hasil survey yang dapatkan dari sebagian kelurahan yang
ada di Tangerang Selatan ini hampir rata-rata kelurahan memiliki Lurah yang
berpendidikan setara dengan S.1, dan ada juga yang S.2 namun ada juga yang belum
Sarjana. Tapi secara keseluruhan Sebagian kelurahan yang ada di Tangerang Selatan
Pendidikan
SD SMP SMA KULIAH
- - 2 orang 6 orang
Islam, Protestan, Hindu, Katolik, agama Budha, dan Kanghucu Dan semua agama
yang ada di Indonesia ini memiliki hak masing-masing yang harus dipenuhi oleh
52
Negara tersebut, tanpa harus ada mendiskriminasikan agama yang lain. Salah satu
contoh hak semua agama yaitu dalam pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris yang
dibuat oleh Kelurahan setempat. Namun dari hasil penelitian, bahwa jumlah Agama
yang sering mengurus Surat Keterangan Ahli Waris adalah agama Islam, dan Agama
yang lainnya hanya beberapa saja. Mungkin ini dikarenakan jumlah penduduk yang
beragama Islam lebih banyak, jadi hal yang wajar jika agama Islam lebih banyak
Agama
Islam Protestan Hindu Budha Katolik
8 8 4 3 1
Waris, bagi masyarakatnya yang meminta atau yang memohon, secara otomatis
Lurah dituntut harus mengerti tentang kewarisan Islam atau kewarisan agama yang
lainnya yang ada di Indonesia ini. Karena jika Lurah atau staf lainnya tidak mengerti
tentang kewarisan maka yang akan terjadi timbulnya konflik atau masalah yang
dari penelitian terhadap sebagian Lurah yang ada di Tangerang Selatan ini, mayoritas
dari mereka hanya sekedar mengerti tentang kewarisan. Baik kewarisan Islam, Barat,
Adat, dan lain sebagainya. Dan bahkan yang sangat disayangkan ada yang tidak
Belajar Kewarisan
Pernah Tidak Pernah
6 orang 2 orang
adapun lembaga atau tempat mereka (Lurah) untuk belajar kewarisan Islam
atau kewarisan lainnya menurut hasil dari penelitian adalah sebagai baerikut: ada
yang dibangku kuliah, ada juga dibangku aliyah/ SMA. Namun mayoritas mereka
hanya pernah belajar di bimtek yang diadakan oleh seluruh kelurahan yang ada di
Tangerang Selatan.dengan adanya bimtek itulah mereka mengerti tentang ilmu waris,
baik waris Islam, barat, adat dan lainnya sebagainya. Dengan demikian mayoritas
Lurah yang saya teliti hanya sekedar mengerti tentang ilmu kewarisan.
Tangerang Selatan ini mereka hanya sekedar paham saja dan bahkan diantara
mereka ada yang tidak mengerti sama sekali tentang ilmu kewarisan, khususnya
Maka seharusnya ketika tidak mengerti dalam suatu hal, alangkah baiknya
jika bertanya kepada orang lain yang lebih mengerti agar terhindar dari kesalahan.,
seharusnya inilah yang dilakukan oleh seluruh Kelurahan atau Lurah yang ada di
Tangerang Selatan ini jika mereka tidak mengerti dengan hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu waris, baik kewarisan Islam, Barat, Adat dan lain sebagainya, agar tidak
terjadi kesalahan yang berdampak negative bagi masyarakat. Dari hasil penelitian
terhadap sebagian kelurahan yang ada di Tangerang Selatan ini kebanyakan dari
mereka berkonsultasi dengan tokoh-tokoh Agama yang ada ditempat tersebut yang
mengerti dengan ilmu kewarisan. Tapi tidak sedikit juga diantara mereka yang tidak
mau berkonsultasi dengan ulama dan para tokoh-tokoh yang mengerti tentang
kewarisan tersebut. Karena mereka beralasan itu tidak penting dan mereka juga sudah
paham
4 orang 4 orang
55
Hal yang sangat terpenting dalam mengeluarkan Surat Keterangan Ahli Waris
tersebut adalah terlebih dahulu untuk memeriksa kebenaran informasi yang didapat
atau yang diajukan oleh si pemohon tersebut.Agar tidak terjadi kesalahan dalam
mengeluarkan Surat Keterangan Ahli Waris tersebut. Dan bagi seluruh Lurah yang
ada di Tangerang Selatan ini harus benar-benar teliti akan kebenaran informasi. Dan
Ahamdulillah secara keseluruhan semua kelurahan yang sudah saya teliti mereka
8 KELURAHAN -
dalam sengketa, karena itu bukan lagi kewenangan bagi Lurah.Namun sebagian
Lurah yang ada di Tangerang Selatan ini mendapatkan sebagian penduduk yang
Tabel 9: Sengketa
SENGKETA
Ya Tidak
2 Kelurahan 6 Kelurahan
56
Ternyata didalam kelurahan yang sudah saya teliti secara keseluruhan tidak
memiliki tim khusus untuk menangani masalah kewarisan ini, atau dengan kata lain
dalam mengeluarkan Surat Keterangan Ahli Waris. Karena di Kelurahan itu hanya
ada bagian-bagian saja atau juga sering di seksi. Namun kalau untuk tim khusus
mereka sama sekali tidak ada. Jadi setiap ada masalah kewarisan maka ada seksi nya
Ada beberapa system kewarisan yang ada di Indonesia ini yang masih berlaku
sampai saat ini, diantaranya: system kewarisan Islam, Barat, Adat dan lain
sebagainya. Akan tetapi menurut dari yang saya teliti hampir rata-rata Lurah yang ada
6 orang 2 orang - -
mengatakan bahwa pembuatan Surat Keterangan Ahli Waris tersebut hanya butuh
satu hari jika semua persyaratanya sudah terpenuhi. Dan selambat-lambatnya tidak
PROSES PEMBUATAN
1-7 hari 7-14 hari 14-30 hari 30-dst
8 - - -
Kelurahan
Dan berikut ini contoh dari kasus yang terjadi sengketa akibat dari Surat
Keterangan Ahli Waris yang terjadi di bekasi dan nama yang bersangkutan kami
rahasiakan dan kami hanya kasi inisial saja kaena itu merupkan bentuk privasi.
Berikut ini adalah kasus yang bersangkutan dengan Surat Keterangan Waris yang di
Bahwa pelapor ir.S.B kenal dengan terlapor W.H karena sebagai saudara ipar
dimana kakak kandung pelapor bernama S.I.B adalah istri dari terlapor.
penggelapan, tersebut terjadi dari bulan Desember 2009 s/d bulan januari 2010 dikota
keterangan tidak benar dalam Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh
kantor kelurahan jatirahayu No. 390 / 91/ XII / 2009 tanpa tanggaldan diketahui
dan dalam Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh kantor Pengadilan Negeri
2009 di RS.Pertamina karena sakit degan bukti Surat kematian No. 474. 3 / 189 / XII
/ 2009 Tanggal 21 Desember 2009 dari kantor kelurhan jatirahayau, kec. Pondok
- Bhawa kakak pelapor atau istri terlapor (Alm, S.I.B, SH) Menikah dengan
sdr. W.H Pada tanggal 7 januari 1982 namun sampai dengan meninggalnya
Almarhum pada tanggal 5-12-2009, mereka tidak memiliki keturunan, dan setahu
pelapor bahwa suami alm. S.I.B, SH yaitu terlapor W.H Alias D. tidak memiliki
penghasilan tetap sehingga semua kehidupan Rumah tangganya dibiayai oleh kakak
sering ditinggal sendiri tanpa ada kabar padahal kakak saksi dalam keadaan sakit dan
yang terakhir sebelum kakak saksi meninggal suaminya tersebut telah meninggalkan
tanpa kabar selama setahun yaitu mulai dari tanggal 28 Oktober 2008 s/d 23 Oktober
2009 , padahal waktu itu kakak saksi dalam keadaan sakit keras (Kanker stadium 4)
- Bahwa pada tanggal 28 September 2009, kakak saksi (Alm. S.I.B, SH)
pernah mengajukan cerai ke Pengadilan Agama Bekasi, namun karena pada bulan
Oktober 2009 suaminya balik kerumah dan meminta maaf dan memohon untuk
mengurus dan berjanji dan tidak akan mempermasalahkan harta gono gini milik
Almarhum maka almarhum mau menerima dan kami keluarga besar setuju untuk
menerima suaminya (W.H) kembali sampai dengan almarhum meninggal dunia pada
59
tanggal 5 Desember, sehingga gugatan cerai almarhum tidak diproses sidang yang
kemudian tanggal 20 Juni Januari 2010 keluar penetapan Pengadilan Agama Bekasi
- Bahwa sebelum kakak saksi meninggal, kakak ipar saksi / suami almarhum
(W. H) pernah mengatakan kepada kami bahwa akan pulang ke Kediri untuk
menghadiri pernikahan ponakannya karena itu setelah kakak saya meninggal (tanggal
5-12 2009), maka pada tanggal 6-12-2009, adik ipar saya atau suaminya adik saksi
(Rawamangun) guna membicarakan Amanah dari Almarhum, karena itu pada tanggal
7-12-2009 kami sekeluarga yaitu saya dan istri saya (F), S.R Dan suaminya (E. G.,
SH) kakak ipar saya (W.H) Dan saudarra . DR. ( kakak ipar nya pak W.H) Dan pada
saat kumpul tersebut adik ipar saksi E.G SH, yang kebetulan kakak ipar saksi /
terlapor W.H bahwa setelah mbak (kakak kami almahrum S.I. B , SH ) meninggal
maka pewarisnya adalah mas D. (W.H) dan saudara kandung almarhum yaitu saksi
dan saudara kandung 4 (empat) orang lainnya dan juga meninggalkan banyak harta
warisan, namun harta warisan tersebut sudah dibagi oleh almarhum melalui surat
wasiat namun karena mba baru meninggal dunia maka pamali untuk dibicarakan
warisannya karena itu warisan almarhum akan dibicarakan setelah 40 (empat puluh)
hari almarhum) status warisan almarhum dibekukan atau tidak dibicarakan atau di
urus pembagiaannya dan waktu itu kami semua setuju dan termasuk pak W.H namun,
60
ada satu isu Surat Warisan tersebut yang tidak disetujui adalah adanya Surat Waisiat
tapi kami sepakat untuk membicarakan setelah terlapor (mas W.H) balik dari kediri
Pada tanggal 20-12-2009 pelapor dapat kabar dari adik ipar saksi (S.S) bahwa
terlapor. sudah balik dari Kediri dan sudah mengambil 3 (tiga) kartu ATM
(MANDIRI, BNI Dan BTN) yang dipegang oleh oleh adik ipar saya ( S. S)
Setelah ATM tersebut diambil oleh terlapor. dan selanjutnya kami dengar
terlapor (W.H) Sudah mencairkan dana ditabungan BNI maupun deposito milik
almarhum kakak saya tanpa kami ketahui, padahal dana ditabung dan deposito
tersebut termasuk warisan Almh S.I.B, SH sehingga dana tersebut sebagian adalah
milik kami karena kami juga sebagai pewaris dari almarhum S.I B, SH.
dalam Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh kantor Kelurahan jatirahayu
No. 390 / 91 / XII / 2009 tanpa tanggal dan diketahui oleh camat Pondok Melati
Nomor : 1 / 742 /06/PM/xii / 09 / PN. Bks tanggal 28 Desember 2009 dimana isi dari
Surat Keterangan Ahli Waris tersebut tidak benar karena menerangkan dengan
2009, S.I.B SH, telah meninggal dunia di RS. Pertamina Jakarta, selama
hidupnya menikah satu kali dengan W. H dengan demikian suami (W.H) adalah
satu-satunya ahli waris dari mendiang S.I.B SH, dan tidak ada ahli waris lain
yang berhak mewarisdan Surat Keterangan Waris tersebut dibuat untuk pengurusan
/ penutupan rekening tabungan / deposito atas nama S.I.B SH, (Almarhum). Di Bank,
Bahwa Surat Keterangan Ahli Waris tersebut digunakan oleh W.H untuk
mencairkan tabungan dan deposito Almh . S.I.B SH, di Bank BNI Cabang
Bahwa sdr. W. H tahu bahwa ada waris lain selain diri nya yaitu saksi dan 5
orang lainya sebagai saudara kandung dari istrinya karena sejak H.W menikah
dengan Almarhum pada tanggal 7 januari 1982 sampai dengan almarhum meninggal
pada tanggal 5 -12- 2009, tidak memiliki anak kandung, sehingga setahu saksi
pewaris menurut hukum Islam adalah suami nya almarhum (W.H). dan kami saudara
kandung almarhum yaitu sakti (S ir. S.B), B. A, S S SE, S.R SH dan almarhum P.H
(kelima) yang di wakili oleh ahli waris nya yaitu A.H. P dan A. A.H karena bapak
Sedangkan Ahli Waris dari kakak saya Alm. S.I.B, SH adalah suaminya sdr
karena bapak kami (Drs. S. H) sudah meninggal tanggal 21 April 1989 di Jakarta dan
ibu kami (Ny. S. H) sudah meninggal pada tanggal 14 April 2008, sehingga saudara
- Namun untuk bukti bahwa kami ( pelapor dan 4 Saudara kandungnya) adalah
pewaris dari Alm. S.I.B, SH sampai saat ini belum ada karena belum ajukan
diterbitkan oleh Lurah jatirahayu, kec. Pondok Melati kota bekasi Nomor 590/
62
91/ XII / 2009 tanpa tanggal yang menerangkan bahwa W. H adalah satu-
satunya ahli waris dari mendiang S.I.B, SH dan tidak ada ahli waris yang
berhak mewarisi.
- Bahwa selain dari Surat Keterangan Waris yang kami duga palsu ada juga
yang kami duga menerangkan tentang hilangnya buku tabungan ataupun sertifikat
deposito milik almarhum padahal setahu saksi tidak ada dokumen almarhum milik
kakak saksi yang hilang karena ada dokumen kakak saksi sebagian ada disimpan
oleh adik saksi S. R karena diberikan almarhum sebelum meninggal dan sdr. W.H
juga tahu kalau dokumen tersebut disimpan oleh adik saksi yaitu sertifikat deposito
dan sertifikat tanah dan surat keterangan Kehilangan dari Kepolisian tersebut telah
digunakan oleh W.H sebagai surat pendukung untuk mencairkan tabungan dan
Bahwa selain uang milik kakak saksi yang digelapkan oleh sdr. W.H, ia juga
menggelapkan mobil pick up tahun 1974 merek luv milik ibu saksi (almh. S) yang
sudah dijual tapi tidak memberitahu kepada kami selaku pewaris ibu S. dan ia juga
menggelapkan uang kontrakan selama empat bulan sebesar Rp. 10.000.000 atas
rumah kakak saksi yang terletak di jl. Radio dalam Kel.Gandaria utara, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan dengan SHM No. 02966 an. S.I.B, SH seluas 189 M2.
Berdasarkan kronologi diatas dan serta bukti-bukti dan fakta-fakta yang ada
sudah jelas bahwa saudara W.H selaku suami almarhum S.I.B, SH adalah benar
diatur dalam Al-quran Surah an-Nisa Ayat 12.Kemudian saudara-saudara kandung al-
marhum, yaitu Ir. S.B, B.A, S.R, SH, adalah benar sebagai ahli warisa dari almarhum
S.I.B, SH dan tidak terhalang mewarisi karena bapak kandung dan anak almarhum
yang menjadi penghalang mewarisi tidak ada. Dalam kewarisan islam diatur bahwa
sudara-saudara kandung dapat mewarisi bila tidak ada bapak dan anak dari pewaris
(almarhum).
yang sangat salah. Karena ia telah memberikan keterangan bahwa dirinya adalah ahli
waris satu-satunya yang berhak akan harta peninggalan tersebut, padahal ia juga
sudah mengetahui bahwa ada ahli waris juga yang berhak mendapat bagian dari harta
Keterangan Ahli Waris yang dikeluarkan oleh kelurahan itu sendiri.Karena pada
dasarnya Lurah itu sendiri menerut hasil penelitian bahwasanya Lurah hanya sekedar
memeriksa administrasi aja, tanpa harus lebih hati-hati ada penipuan seperti kasus
C. Analisis Penulis
Lurah adalah jabatan politik yang diberikan kewenangan oleh Wali Kota
untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat yang ada di sekitarnya, fungsi dari Lurah
itu sendiri yakni untuk melayani masyarakat, tujuananya agar masyarakat lebih
mudah untuk mengurus segala kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat itu
64
sendiri, seperti membuat Surat Keterangan Waris yang dikeluarkan oleh Luarah
setempat,.
Salah satu fungsi Lurah yaitu Membuat Surat Keterangan Waris bagi warga
Tanah No. DPT/12/63/12/69 juncto Pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMNA No. 3/1997,
dibedakan siapa saja yang membuat Surat Keterangan Waris, dan salah satunya
cukup dibuat dubawah tangan, yang disaksikan oleh Lurah dan dikuatkan oleh
Camat.2
Kelurhan menimbulkan masalah yang sangat merugikan sepihak, seperti contoh kasus
yang sudah dijelaskan diatas, itu menunjukkan banyak penipuan yang akan terjadi
karena mengaku sebagai ahli waris dan kelurahan dengan mudah memberikan Surat
Keterangan Waris yang akan disalah gunakan orang-orang yang tidak bertanggung
jawab.Dari data yang saya dapatkan dari beberapa Kelurahan yang ada di Tangerang
Selatan ini, saya mengambil kesimpulan bahwa, hanya sedikit Lurah yang mengerti
betul dengan masalah kewarisan yang ada di Indonesia ini, khususnya kewarisan
Islam. Dan ini akan menjadi masalah yang sangat serius ditengah-tengah masyarakat
khususnya yang beragama Islam. Karena masalah waris adalah masalah yang sangat
2
Irma Devita Purnamasari, kiat-kiat cerdas, mudah, dan bijak memahami masalah hukum
waris, cetakan 1 (Bandung, tahun 2012), h.89
65
tangan, yang disaksikan oleh Lurah dan dikuatkan oleh camat setempat.
tentang kewarisan, baik kewarian Islam, Barat, Adat, dan lain sebagainya. Karena
jika Lurah tidak mengerti tentang bagaimana kewarisan itu sendiri bagaimana
Dan jika Lurah hanya menjalankan tugasnya tanpa didasari ilmu pengetahuan
tentang kewarisan, takutnya banyak yang akan terdzolimi dan merugikan satu pihak
saja. Sedangkan salah satu tujuan pemerintah memberikan kewenangan kepada Lurah
3
Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat cerdas, mudah, dan bijak memahami masalah hukum
waris, cetakan 1( Bandung, tahun 2012), h. 88-89
66
kemudahan bagi penduduk pribumi itu sendiri.akan tetapi jika yang diberikan
kewenangan tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menangani masalah ini,
maka bukan kemaslahatan yang didapatkan oleh masyaratkat, akan tetapi kerugian
dan merasa terdzolimi dengan ketidak tahuan oleh pemimpin/yang berwenang itu
sendiri.
bagi pemohon yang tidak memiliki sengketa didalamnya, karena kalau ada sengketa
itu bukan lagi wilayah kewenagan Lurah akan tetapi itu sudah menjadi kewenangan
Pengadilan Agama sendiri. Lurah hanya berhak memberikan Surat Keterangan Waris
sendiri, masih ada kelurahan yang melayani masyarakat yang meminta Surat
yang sudah menjadi ketetapan. Dengan terjadinya seperti ini maka banyak pihak-
pihak yang akan dirugikan dan akhirnya menimbul konflik yang lebih parah lagi.
kepada pemohon jika dalam sengketa, karena itu sudah diluar kekuasaan Lurah.Dan
yang berhak untuk mengadili dan menangani itu dalah Pengadilan Agama. Karena itu
salah satu kompetensi absolute Peradilan Agama, yaitu kekuasaan yang berhubungan
tertentu dikalangan golongan rakyat tertentu, yaitu orang-orang yang beragama Islam.
Tahun 2006 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
- Waris
- Wasiat
- Hibah
- Wakaf
- Zakat
- Infaq
- Shadaqah
- Ekonomi Syariah
Islam.
putusan tersebut dtentukan suatu kaidah hukum acara yang menegaskan:” Apabila
dalam suatu gugatan yang menyangkut pembagian harta waris masih terkandung
sengketa hak milik maka perkara yang bersangkutan tidak termasuk Pengadilan
diatas telah dianggap dalam peraktek peradilan sebagai salah satu yurisprudensi
Kemudian jika terjadi sengketa hak milik sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) yang subjek hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek
sengketa tersebut diputus oleh Pengadilan Agama bersama perkara sebagaimana yang
Agama untuk sekaligus memutuskan sengketa milik atau keperdataan lainnya tersebut
sering dibuat oleh pihak yang merasa dirugikan dengan adanya gugatan dipengadilan
agama.
Keterangan Waris dan itu hanya bersifat sementara, dan juga merupakan alat bukti
ketika dipengadilan Agama jika terjadi sengketa . dan Surat Keterangan Waris yang
dikeluarkan oleh Lurah, belum bersifat mutlak, dan bisa saja suatu saat nanti ada
perubahan tentang keterangan waris tersebut jika terbukti bahwa yang Keterangan
Waris itu tidak benar ada kesalahan, dan digugat oleh yang bersangkutan yang merasa
dirugikan.
Keterangan Waris, akan tetapi Surat Penetapan Ahli Waris, akan tetapi Surat
69
Penetapan Ahli Waris ini, hanya didapatkan jika ada Keterangan Surat Ahli Waris
yang di keluarkan oleh Kantor Kelurahan tersebut. Dan penetapan Ahali Waris yang
dikeluarkan oleh Peradilan Agama tersebut bersifat mutlak jika sudah ditetapkan oleh
4
Sumber informasi dari hasil wawancara pada hari sabtu, tanggal 2 dengan ketua Pengadilan
Agama yang berada di Aceh.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
dalam ilm waris sangatlah minim sekali, bahkan yang lebih parahnya lagi
masih ada Lurah yang sama sekali tidak mengerti dengan ilmu kewarisan
tidak memilki latar belakang pendidikan yang berkitan dengan ilmu waris
Islam, sehingga wajar saja mereka tidak mengerti dengan ilmu kewarisan
Islam.
langkah yang harus diketahui dan juga harus dilalui sebelum meminta
Dan langkah yang pertama harus diketahui RT, RW setempat bahwa yang
karena RT/RW adalah orang yang paling dekat dengan warganya sendiri,
sehingga dia lebih mengetahui seluk beluk keluarga yang bersangkutan itu
70
71
Waris itu
sebagai berikut:
1. Fotocopi Al-marhum
2. Fotocopikartukeluarga
4. FotocopiIstri
5. fotocopiAktakelahiran
6. Fotocopisuratkematian Al-marhum
7. Pengantar RT/RW
Tapi dengan kewenangan yang di berikan kepada salah satu instansi seperti
Lurah dalam prakteknya mereka tida kmemilki kapasitas atau pengetahuan tentang
kewenangan yang sudah di berikan kepada Lurah tersebut, dan ini yang akan menjadi
Pendaftaran Tanah No. DPT/12/63/12/69 juncto Pasal 111 Ayat 1 C point 4 PMNA
No. 3/1997, dibedakan siapa saja yang berwenang membuat Keterangan Waris.
pembagiannya sebagaiberikut:
72
tangan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh Lurah dan dikuatkan oleh Camat.
Selain dari Lurah, Notaris, dan Balai Harta Peninggalan, masih ada yang
berwenang dalam pengeluaran Surat Keterangan Waris, seperti Peradilan Agama, dan
Peradilan Umum, dan untuk peradilan Agama diatur dalam pasal 49 huruf b UU No.
3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1998 tentang peradilan Agama
dibidang: b. waris
Penjelasan lebih detail mengenai permasalahan waris apa saja yang diatur dapat
kita lihat pada penjelasa npasal 49 huruf b UU Peradilan Agama yang berbunyi:
1
Irma Devita Purnamasari, Kiat-Kiat cerdas, mudah, dan bijak memahami masalah hukum
waris, cetakan 1 (Bandung, tahun 2012), h.88
73
B. Saran-saran
Sebagai penutup dari kesimpuan di atas penulis disini akan memberikan saran-
1. Jabatan Lurah merupakan jabatan politik, dan secara otomatis tidak semua
Lurah memiliki ilmu pengetahuan tentang ilmu kewarisan, oleh sebab itu penulis
menyarankan agar setiap Kelurahan memilki tim khusus atau orang-orang yang
benar-benar mengerti tentang ilmu kewarisan khususnya ilmu kewarisan Islam. Agar
tidak terjadi kesalahan dalam mengeluarkan Surat Keterangan Waris, dan tidak akan
2. Agar pihak-pihak bank yang bersangkutan dengan Ahli Waris tidak langsung
mencairkan dana yang diminta oleh ahli waris jika belum memiliki bukti yang kuat
dan sebelum ada penetapan dari Pengadilan Agama agar tidak terjadi Kesalahan dan
terjadi konflik, karena Surat Keterangan Waris dari kelurahan belum tentu benar,
alangkah baiknya pihak bank atau sejenis yang bersangkutan dengan harta
peninggalan tidak memberikan sebelum ada Surat Penetapan dari Peradilan Agama.
3. Agar Kelurahan lebih berhati-hati lagi dalam memeriksa kebenaran data yang
diterima, bukan hanya sekeda rmemeriksa syarat-syaratnya saja akan tetapi juga lebih
dan semua kebutuhan dan hak-hak masyarakat terpenuhi tanpa harus ada yang
A. Buku Referensi
Al-Quranul al-Karim
Abdul Mujib Mabruri Thallah Sapiah AM, Kamus Istilah Fikih, (Jakartta; PT.
Pustaka Firdaus, 1994), cet. Ketiga, h, 258
Abu Daud, Musnad Abi Daud, al-thoyalisi, Mesir; Darul Hijr, 1999
Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Jakarta; M. Jakarta, 1996,
cet. Pertama.
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta; Pt. Rajawali Grafindo
Persada, 1996, cet. Pertama.
Daud Muhammad, Hukum Islam dan Peradilan Agama, Jakarta; PT.Raja Grafindo
Persada, 2002
Fathurrahman, Ilmu Waris , Bandung: Al-Maarif 1975.
Hasby As-siddieqy, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Yogyakarta; PT. Ma‟arif,
1994.
Hazairin, Hukum kewarisan Islam Menurut Al-Quran dan Hadist, Jakarta; Tintamas
1982.
Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah, Beirut : Darul Risalah al-„Alamiyah, 2009.
74
Mahmud Yunus, kamus arab indonesia, Cetakan, VII Jakarta; PT. Hidakarya Agung.
Moh. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah tentang Hukum Acara Perdata Peradilan
Agama, Jakarta: Ind-Hill Co, 1991.
Purwoto S. Ganda Subrata, Tugas dan Fungsi Hakim, Jakarta; Bina Yustisia
Mahkamah Agung RI, 1994.
Saebani Beni Ahmad, fiqih Mawaris, Pustaka setia Bandung, cetakan 1. Tahun 2009
Sari Purnama Devita Irma, Kiat-Kiat Cerdas, dan bijak memahami masalah hukum
waris, cetakan 1 Bandung, Tahun 2012.
Suma Amin Muhammad, Hukum Keluarga Islam di dunia Islam, PT Raja Grafindo
Persada, Tahun 2015.
Suparman, dan Yunus Somawinata, Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam Jakarta:
Gaya Media Pratama 2002, Cetakan II.
75
Hamami, Taufiq. Kedudukan dan Eksistensi Peradilan Agama dalam sistem Tata
Hukum di Indonesia, Bandung: P. T. ALUMNI, 2003.
Zaini Ahmad Noeh dan Abdul Basit Adnan, Sejarah Singkat Peradilan Agama di
Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu, 1983.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Dasar hukum penetapan ahli waris yang dikeluarkan oleh pengadilan negeri yang
berlaku bagi semua agama selain agama Islam yaitu pasal 833 KHUPerdata.
pasal 49 huruf b UU No. 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1998
tentang peradilan Agama (“ UU Peradilan Agama”)
Surat Tanah No. DPT/12/63 junctoPasal 111 Ayat 1 C Point 4 PMNA No 3/1997,
dibedakan siapa saja yang berwenang membuat keterangan waris
76