Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN UROLITHIASIS

Oleh:

SRI WAHYUNI

NIM. 20214663070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURABAYA

2021
A. PENGERTIAN
Batu saluran kemih adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat,
calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu
ada di dalam saluran perkemihan.  Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu
mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan
yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari
fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk
masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea,
muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner
and Suddarth, 2013).

B. Klasifikasi
Klasifikasi Batu Saluran Kemih meliputi :
a. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari
fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau
kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn” yang berada di pelvis dan
dapat masuk ke kaliks.
b. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan
karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman
pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas,
dan stapillokokus
c. Batu asam urat
Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak
mengandung purine, peminum alcohol, volume urin yang jumlahnya sedikit (<2
liter perhari) atau dehidrasi, hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/
24jam. Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat.
d. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi
pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada
anak kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia
e. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi
oksidasi xathine.

C. ETIOLOGI
Terbentuknya batu secara garis besar dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik.
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk
faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat keluarga.
1) Heriditer/Keturunan
Salah satu penyebab batu ginjal adalah faktor keturunan misalnya Asidosis
tubulus ginjal (ATG). ATG menunjukkan suatu gangguan ekskresi H+ dari
tubulus ginjal atau kehilangan HCO3 dalam air kemih, akibatnya timbul asidosis
metabolic. Riwayat batu saluran kemih bersifat keturunan, menyerang beberapa
orang dalam satu keluarga. Penyakit-penyakit heriditer yang menyebabkan batu
saluran kemih antara lain:
2) Dent’s disease yaitu terjadinya peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D
sehingga penyerapan kalsium di usus meningkat, akibat hiperkalsiuria,
proteinuria, glikosuria, aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya
mengakibatkan batu kalsium oksalat dan gagal ginjal.
3) Sindroma Barter, pada keadaan ini terjadi poliuria, berat jenis air kemih
rendah hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis.
4) Umur : Batu salutan kemih banyak terdapat pada golongan umur 30-60 tahun.
5) Jenis kelamin
Pada laki-laki lebih sering terjadi dibanding wanita 3:1. Khusus di Indonesia
angka kejadian batu saluran kemih yang sesuangguhnya belum diketahui, tetapi
diperkirakan paling tidak terdapat 170.000 kasus baru pertahun . Serum
testosteron menghasilkan peningkatan produksi oksalat endogen oleh hati.
Rendahnya serum testosteron pada wanita dan anak-anak menyebabkan
rendahnya kejadan batu saluran kemih pada wanita dan anak-anak.
a. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti
geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
1) Geografi
Prevalensi batu saluran kemih tinggi pada mereka yang tinggal di daerah
pegunungan, bukit atau daerah tropis. Letak geografi menyebabkan perbedaan
insiden batu saluran kemih di suatu tempat dengan tempat yang lain. Faktor
geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti kebiasaan makan di suatu
daerah, temperatur, kelembaban yang sangat menentukan faktor intrinsik yang
menjadi predisposisi batu saluran kemih.
2) Faktor Iklim dan cuaca
Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh secara langsung namun ditemukan
tingginya batu saluran kemih pada lingkungan bersuhu tinggi. Selama musim
panas banyak ditemukan batu saluran kemih. Temperatur yang tinggi akan
meningkatkan keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air
kemih yang meningkat akan meningkatkan pembentukan kristal air kemih. Pada
orang yang mempunyai kadar asam urat tinggi akan lebih berisiko terhadap batu
saluran kemih
3) Jumlah air yang diminum
Dua faktor yang berhubungan dengan kejadian batu saluran kemih adalah
jumlah air yang diminum dan kandungan mineral yang berada di dalam air
minum tersebut. Pembentukan batu juga dipengaruhi oleh faktor hidrasi. Pada
orang dengan dehidrasi kronik dan asupan cairan kurang memiliki risiko tinggi
terkena batu saluran kemih.
4) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran
kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi         tinggi
rendahnya jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek
signifikan dalam terjadinya batu saluran kemih.
5) Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada pegawai administrasi dan
orang-orang yang banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya karena
mengganggu proses metabolisme tubuh1.
6) Stres
Diketahui pada orang-orang yang menderita stres jangka panjang, dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. Secara pasti
mengapa stres dapat menimbulkan batu saluran kemih belum dapat ditentukan
secara pasti. Tetapi, diketahui bahwa orang-orang yang stres dapat mengalami
hipertensi, daya tahan tubuh rendah, dan kekacauan metabolisme yang
memungkinkan kenaikan terjadinya batu saluran kemih.
7) Olah raga
Secara khusus penelitian untuk mengetahui hubungan antara olah raga dan
kemungkinan timbul batu belum ada, tetapi memang telah terbukti batu saluran
kemih jarang terjadi pada orang yang bekerja secara fisik dibanding orang yang
bekerja di kantor dengan banyak duduk.
8) Kegemukan (Obesitas)
Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan peningkatan lemak tubuh baik
diseluruh tubuh maupun di bagian tertentu. Pada penelitian kasus batu kalsium
oksalat yang idiopatik didapatkan 59,2% terkena kegemukan. Hal ini
disebabkan pada orang yang gemuk pH air kemih turun, kadar asam urat,
oksalat dan kalsium naik
9) Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan stasis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
kuman pemecah urea sangat mudah menimbulkan jenis batu struvit. Selain itu
dengan adanya stasis air kemih maka dapat terjadi pengendapan kristal.
10) Tinggi rendahnya pH air kemih
Hal lain yang berpengaruh terhadap pembentukan batu adalah pH air kemih
( pH 5,2 pada batu kalsium oksalat).
D. Manifestasi Klinik
Gejala klinis dari batu saluran kemih yang dapat dirasakan adalah :
a. Rasa Nyeri
Lokasi rasa nyeri tergantung dari letak batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut,
disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral tidak jarang disertai mual dan
muntah, maka dapat disimpulkan pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal.
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut, dan
kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien yang mengalami kolik ureter
akan sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan
biasanya air kemih disertai dengan darah.
b. Demam
Demam ini dapat terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal..
c. Infeksi
Batu saluran kemih jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di
saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphylococcus.
d. Hematuria dan Kristaluria
Diagnosis adanya penyakit batu saluran kemih dapat dibantu dengan adanya
hematuria dan kristaluira. Hematuria adalah terdapatnya sel darah merah di dalam
air kemih, sedangkan kristaluria adalah air kemih yang berpasir.
e. Mual dan Muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas, ginjal dan ureter, seringkali menyebabkan
mual dan muntah.
E. Web Of Caution (WOC)

Infeksi pada ginjal

Kerusakan pada nefron ginjal

Ganggguan reabsorbsi dan kebocoran ginjal


Obat-obatan Konsumsi
air rendah
Peningkatan mineral di ginjal

Penurunan cairan ke ginjal Peningkatan konsenterasi mineral di urine

Urine menjadi pekat


Terjadi pengendapan mineral menjadi kristal

Endapan kristal membentuk nukleus dan menjdi batu

urolithiasis
Tidak mendapat Pembedahan
GGA
penanganan

Nyeri akut Resiko infeksi

Ginjal Ureter Bladder Uretra

Gangguan
mobilitas fisik
obstruksi Pemasangan Infeksi
kateter

Hambatan aliran urine

Peningkatan tekanan
hidrostatik Hidronefrosis

Distensi saluran kemih


Kencing Nyeri saat dan abdomen
sedikit/menetes berkemih

Gangguan eliminasi
Retensi urine Nyeri akut urine
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada pasien dengan urolithiasis :
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu
dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa
intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan
tertentu yang dapat merupakan bahan utama pembentuk batu (misalnya kalsium)
yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran
batu yang telah ada. Setiap pasien batu saluran kemih harus minum paling sedikit 8
gelas air sehari.
b. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan
Analgesik dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu
dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu
petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan
naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat
digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat
infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah infeksi
sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat dianalisis untuk
mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau
menghambat pembentukan batu berikutnya.
c. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini
digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
d. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya
dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih.
Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan).
e. Tindakan Operasi
1) Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
dalam ginjal
2) Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada
di ureter
3) Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di
vesica urinaria
4) Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di
uretra

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan
adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal serta serpihan, mineral, bakteri,
pus, pH urine asam.
b. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
c. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
d. Darah lengkap :
Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
Sel darah merah : biasanya normal.
Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
e. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
f. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

H. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1)  Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2) Riwayat Keperawatan
a) Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau infeksi
saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi sebelumnya

b) Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan
nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah,
hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tuntas, rasa terbakar,
penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
b. Pola Gordon
1) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a) Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik
b) Riwayat infeksi saluran kemih
c) Pajanan lingkungan: zat-zat kimia
d) Keturunan
e) Alkoholik, merokok
f) Untuk pasien wanita : jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan
kontrasepsi)
2) Pola nutrisi metabolik
a) Mual, muntah
b) Demam
c) Diet tinggi purin oksalat atau fosfat
d) Kebiasaan mengkonsumsi air minum
e) Distensi abdominal, penurunan bising usus
f) Alkoholik
3) Pola eliminasi
a) Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output
b) Hematuri
c) Rasa terbakar, dorongan berkemih
d) Riwayat obstruksi
e) Penurunan hantaran urin, kandung kemih
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Pekerjaan (banyak duduk)
b) Keterbatasan aktivitas
c) Gaya hidup (olah raga)

5) Pola tidur dan istirahat


a) Demam, menggigil
b) Gangguan tidur akibat rasa nyeri
6) Pola persepsi kognitif
a) Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
b) Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu
c) Penanganan tanda dan gejala yang muncul
7) Pola reproduksi dan seksual
Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan adanya nyeri pada
saluran kemih
8) Pola persepsi dan konsep diri
a) Perubahan gaya hidup karena penyakit
b) Cemas terhadap penyakit yang diderita
9) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
a) Adakah pasien tampak cemas
b) Bagaimana mengatasi masalah yang timbul

c. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (obstruksi)
2) Retensi urine b.d peningkatan tekanan uretra
3) Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih

Post Operasi

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (insisi pembedahan)


2) Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif
3) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
I. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Luaran Intervensi


1. Nyeri akut b.d agen Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan diharapkan Observasi
pencedera fisiologis (pre op)
tingkat nyeri menurun - Identinfikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
& Nyeri akut b.d agen intensitas nyeri
Kriteria Hasil: - Identifikasi skala nyeri
pencedera fisik (post op)
Tingkat Nyeri - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
- Keluhan nyeri menurun diberikan
- Gelisah menurun
- Perasaan takut mengalami Terapeutik
cedera berulang menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Frekuensi nadi normal (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian analgetik, jika perlu

2. Retensi urine b.d Tujuan: Setelah dilakukan Katerisasi Urine


tindakan keperawatan diharapkan Observasi:
peningkatan tekanan uretra
retensi urine dapat teratasi - Periksa kondisi pasien (kesadaran,ttv,distensi, inkontenasia,reflex
berkemih)
Kriteria Hasil: Terapeutik:
Eliminasi Urine - Siapkan peralatan
- Sensasi berkemih menigkat - Siapkan pasien
- Distensi kandung kemih - Pasang sarung tangan
menurun - Bersihkan daerah perineal / preposium
- Frekuensi BAK normal - Lakukan insersi kateter
- Karakteristik urine normal - Sambungkan kateter dengan urine bag
- Isi balon dengan NaCl
- Fiksasi selang kateter
- Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah
- Berikan label waktu pemasangan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur

3. Gangguan eliminasi urine Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urine


tindakan keperawatan diharapkan Observasi:
b.d penurunan kapasitas - Identifikasi tanda dan gejala retensi
gangguan eliminasi urine dapat
kandung kemih teratasi - Identifikasi factor penyebab retensi
- Monitor eliminasi urine
Kriteria Hasil: Terapeutik:
Eliminasi Urine - Catat waktu haluaran berkemih
- Batasi asupan cairan, jika perlu
- Sensasi berkemih menigkat - Ambil sampel urine tengah
- Distensi kandung kemih Edukasi:
menurun - Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
- Frekuensi BAK normal Kolaborasi
- Karakteristik urine normal
- Anjurkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
- Ajarkan mengambil specimen

4. Resiko infeksi b.d efek Tujuan: Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi


tindakan keperawatan diharapkan Observasi:
prosedur invasif
tingkat infeksi menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik:
Kriteria Hasil: - Batasi jumlah pengunjung
Tingkat Infeksi - Berikan perawatan kulit pada area edema
- Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Nyeri menurun - Perhatikan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
- Bengkak menurun Edukasi:
- Kultur area luka membaik - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

5. Gangguan mobilitas fisik Tujuan: Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi


tindakan keperawatan diharapkan Observasi
b.d nyeri
mobilitas fisik meningkat - Identifikasi adanya nyeri / keluhan lain
- Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Kriteria Hasil:
Mobilitas Fisik Terapeutik
- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
- Pergerakan ekstrimitas - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
meningkat pergerakan
- Kekuatan otot meningkat Edukasi
- Rentang gerak (ROM)
meningkat - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
- Anjurkan melakukan mobilisasi diri
- Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

Anda mungkin juga menyukai