Anda di halaman 1dari 18

+

Integritas dan Semangat


Anti-Korupsi
Oleh
Zainal Arifin Mochtar
+
Definisi Korupsi

 Aristoteles (De Generatione et Corruptione) = Degradasi;

 Lord Acton (Power Tend to Corrupt, Absolut Power Corrupts


Absolutly) = Kekuasaan yang sewenang-wenang;

 Pramoedya Ananta Toer (Korupsi) = Uang

 Korupsi: Penyalahgunaan kewenangan yang bertujuan untuk


memperkaya diri atau orang lain.

 Serta banyak pengertian lainnya


+
Artinya

 Tindakan koruptif itu sangat luas. Apapun tindakan yang


“berbau busuk”, menyalahgunakan kewenangan, tidak
berimbang (tanpa tujuan), tidak mengenakkan, dan berbagai
hal lainnya merupakan tindakan koruptif.

 Meskipun tidak semua tindakan koruptif diancam dengan


ancaman pidana.

 Dalam konteks hukum Indonesia hanya sekitar 30 jenis


pidana korupsi. Masih banyak yang perlu dikembangkan
dan didetailkan, semisal korupsi swasta dan beberapa jenis
tindak korupsi yang ada di dalam UU Ratifikasi UNCAC.
+
Dasar Hukum Pemberantasan
Korupsi
1. UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
2. UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
3. UU No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme
+ Pengertian Korupsi
(13 buah pasal dalam UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001)

1. Menyebabkan kerugian terhadap Keuangan Negara (Pasal 2


dan 3)

2. Suap-menyuap (Pasal 5 (1) huruf a dan b, 5 (2), 6 (1) huruf a dan


b, 11, 12 huruf a, b, c, dan d, serta 13)

3. Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, 9, 10 huruf a, b, dan c)

4. Pemerasan (Pasal 12 huruf e, f, dan g)

5. Perbuatan curang (Pasal 7 (1) huruf a, b, c, dan d, 7 (2), serta 12


huruf h)

6. Benturan Kepentingan dalam pengadaan (Pasal 12 huruf i)

7. Gratifikasi (Pasal 12B jo. 12C)


+ Tindak
Korupsi
Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana

(UU No. 31/1999 jo. UU No. 20/2001)


1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi (Pasal 21)
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang
tidak benar (Pasal 22 jo. Pasal 28)
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
(Pasal 22 jo. Pasal 29)
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan palsu (Pasal 22 jo. Pasal 33)
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan atau memberikan keterangan palsu (Pasal 22 jo.
Pasal 36)
6. Saksi yang membuka identitas pelapor (Pasal 24 jo. Pasal 31)
+DAMPAK KORUPSI

Mengancam eksistensi Mendistorsi penyusunan


pemerintah kebijakan
Morris, S.D.; Klesner, J.L. 2010.
Corruption and Trust: Theoretical Rose-Ackerman, S. Corruption
Considerations and Evidence and Government: Causes,
from Mexico. Comparative Consequences and Reform.
Political Studies 43: 1258. 2010 Cambridge: CUP. 1999.

Menyuburkan terorisme Menghambat


dan ekstremis pertumbuhan ekonomi
Chayes, S. 2015. Thieves of Mauro, P. Corruption and Growth.
State: Why Corruption Threatens The Quarterly Journal of
Global Security. New York: Economics 110(3): 681-712.
W.W. Norton. 1995.

Meningkatkan Mendorong kerusakan


ketimpangan ekonomi lingkungan
Hongyi Li, Lixin Colin Xu, Heng- Morse, S. Is Corruption Bad for
fu Zou. Corruption, Income Environmental Stability?
Distribution, and Growth. Ecology and Society 11(1): 22.
Economics and Politics, volume 2006.
12, No. 2, July 2000, p. 155-181.

Menghambat
implementasi kebijakan Menyuburkan budaya
egois dan tidak jujur
Olken, B.; Barron, P. The Simple
Economics of Extortion: Barr, Abigail and Serra, Danila.
Evidence from Trucking in Aceh. Corruption and Culture: An
Journal of Political Economy experimental analysis. CSAE
117(3): 417-452. 2009. University of Oxford. 2008.

7
+
AKAR PERMASALAHAN KORUPSI DI INDONESIA

Akuntabilitas sosial rendah Gaji pegawai negeri yang


karena level pendapatan rendah
masih rendah Henderson, J.; Kuncoro, A., 2006.
Treisman, D., 2000. The Causes of Corruption in Indonesia.
Corruption: A Cross-National study. http://www.econ.brown.edu/faculty/he
Journal of Public Economics, 76, 3, nderson/papers/corruption120704.pdf
June 2000, pp.399-457.

Warisan sistem Orde Baru Kualitas regulasi dan birokrasi


(Oligarki) yang buruk
Barter, J., (no year). The Dangers of Ferrales, M., 2006. Bureaucratic
Decentralization: Clientelism, the Corruption in Southeast Asia: A
State & Nature in a Democratic Comparative Analysis of the ASEAN 5.
Indonesia.

Desentralisasi tanpa disertai


mekanisme akuntabilitas Kutukan sumber daya alam
daerah Leite, C.; Weidemann, J., 1999. Does
Eckardt, S. 2008. Political Penegakan hukum yang Mother Nature Corrupt? Natural
Accountability, Fiscal Conditions and lemah dan tidak independen Resources, Corruption, and
Local Government Performance – Economic Growth, International
Cross-sectional evidence from UNODC, 2012. Indonesia Integrity Monetary Fund Working Paper,
Indonesia. Public Administration and and Capacity Assessment of the 99/85, July
Development 28, 1-17 (2008) Judicial Sector.: Technical
Assessment Report.

8
+
Faktor Penyebab Korupsi

Faktor Individu
Faktor Organisasi
Faktor Masyarakat
Faktor Peraturan
+
Faktor Individu dan Korupsi

 Faktor internal diri. Karenanya, korupsi bisa terbagi menjadi


corruption by needs and corruption by greeds. Korupsi
karena kebutuhan dan karena keserakahan.

 Faktor lainnya adalah gaya hidup

 Faktor lainnya adalah ketidakpedulian

 Faktor lainnya adalah cara pandang yang keliru, baik dari


segi keagamaan maupun pandangan dunia lainnya.
+
Faktor Organisasi dan Korupsi

 Ketiadaan keteladanan atau malah kepemimpinan yang juga


koruptif

 Sistem-sistem internal yang tidak memadai semisal


akuntabilitas.

 Kelemahan pengendalian manajerial

 Spirit of the corps


+
Faktor Masyarakat dan Korupsi

 Lingkungan masyarakat yang sangat permisif dan meminta


lebih.

 Kurangnya kesadaran dan kepedualian masyarakat tentang


bahaya korupsi sebagai akar dari semua masalah.

 Pragmatisme dan anggapan rame-rame sudah melakukan


maka kami juga harus melakukan.

 Permisif akibat anggapan bahwa itu sudah merupakan


bagian dari budaya.
+
Faktor Peraturan dan Korupsi

 Peraturan yang bertsifat monopolistik dan kecenderungan


melahirkan kemungkinan konflik kepentingan.

 Peraturan yang dibuat secara koruptif

 Sanksi yang terlalu ringan.

 Penjatuhan sanksi yang tidak equal dan gejala kekebalan


hukum.

 Tidak dilakukannya sinkronisasi dan harmonisasi peraturan


sehingga berkecenderungan saling bertolakbelakang dan
menimbulkan ketidakpastian hukum.
+
Pentingnya Integritas

 Banyak persoalan dan warisan persoalan membuat semakin


penting menguatkan integritas.

 Apa arti penting integritas?


+
Integrity

 Integrity is a concept of consistency of actions,


values, methods, measures, principles,
expectations and outcomes. (Webster dan
Wikipedia)
 Kemampuan dan kemauan untuk bertindak
secara konsisten menurut nilai yang benar,
metode dan prinsip yang baik sehingga
harapan dan hasilnya menjadi baik dan
terkontrol.
+
Menekan Tindakan Koruptif

By needs, melalui penaikan salary,


penguatan sanksi administratif, dan
perbaikan sistem.
By Greeds, penegakan hukum dan
etik, penguatan sanksi pidana,
pencegahan dan penguatan
pengawasan serta perbaikan sistem.
By Opportunity, penguatan
integritas.
+
Strategi Integritas

 Membangun nilai
 Membangun sistem contoh kepemimpinan,
tentunya bagian dari harapan strong
leadership.
 Membangun strategi bersama. Pencegahan
KPK. Stranas-PK
 Membangun Kultur

 Anggaran yang menunjang


+

Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai