Anda di halaman 1dari 9

JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL.

III, NO 4, hal 245 – 252


ISSN 1410-5004

METODE ALTERNATING DIRECT IMPLICIT (ADI)


DALAM PENYELESAIAN PERSOALAN PERPINDAHAN PANAS
KONDUKSI DUA DIMENSI DALAM KEADAAN TUNAK

PK Purwadi

Abstrak
Untuk penyelesaian kasus perpindahan panas 2 dimensi keadaan tunak, metode ADI
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode Jacobi, Point Gauss Seidel , Line
Gauss Seidel , maupun Point Successive Over Relaxation dalam hal banyaknya iterasi yang
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang konvergen. Tulisan ini akan memaparkan metode
Alternating Direct Implicit (ADI) yang dipergunakan dalam penyelesaian perpindahan
panas konduksi 2 dimensi dalam keadaan tunak yang dinyatakan dengan persamaan
Laplace . Dua cara akan ditinjau, cara I dengan mempergunakan persamaan yang
dirumuskan dalam buku karangan Klaus A Hoffman dan cara II yang dirumuskan dalam
buku karangan Chung Yau Lam. Dari pengujian diperoleh hasil bahwa cara I lebih efektif,
karena mampu memberikan jumlah iterasi yang lebih sedikit dibanding cara II.

1. PENDAHULUAN
Adanya kasus pada persoalan perpindahan panas konduksi dua dimensi keadaan
tunak yang dengan penyelesaian metode yang ada belum mampu menyelesaikan atau
prosedur penyelesaiannya belum memuaskan, mendorong untuk menciptakan metode
baru yang mampu mengatasi persoalan tersebut dan dengan prosedur yang dapat
menghasilkan efisiensi yang tinggi. Adanya metode beda hingga, dan adanya
perkembangan komputer yang cepat berubah menjadikan metode analitis tidak banyak
berguna, meskipun cara analitis merupakan medan penerapan kemampuan matematika.
Perkembangan juga terjadi pada metode beda hingga itu sendiri, segala usaha dilakukan
untuk mendapatkan metode yang mampu mempunyai efisiensi yang tinggi, waktu yang
diperlukan singkat dan memberikan hasil yang memuaskan dan menjangkau semua
persoalan.
Beberapa metode iterasi dari beda hingga yang mampu menyelesaikan
persoalan, adalah metode Jacobi, Point Gauss Seidel (PGS), Line Gauss Seidel (LGS),
Point Successive Over Relaxation (PSOR), Line Successive Over Relaxation (LSOR)
dan metode Alternating Direct Implicit (ADI). Tabel 1, memperlihatkan jumlah iterasi
yang diperlukan masing masing metode untuk mendapatkan hasil yang konvergen, yaitu
mencapai harga suhu 100,00 C (dengan dua angka dibelakang koma) dengan nilai awal
temperatur perhitungan sebesar 70 C . Tabel tersebut dihasilkan untuk kasus dua
dimensi keadaan tunak dan tanpa adanya pembangkitan kalor (persamaan Laplace),
bentuk penampang siku empat dengan kondisi batas Dirichlet untuk semua sisi, dan
semua sisi dipertahankan pada temperatur 100 C (T a=Tb= Tc = Td) , dengan x = y
(lihat Gambar 1). Dari semua metode yang ada, untuk kasus yang ditinjau, nampak
untuk semua ukuran imax x jmax, metode ADI (dengan mengikutkan harga parameter
relaksasi ), lebih unggul dari metode yang lainnya.
246 PK Purwadi

Tabel 1 : Jumlah Iterasi masing masing metode


Imax Metode
No X PSOR LSOR ADI
Jmax JAC PGS LGS
  =1 
1 6x6 42 23 13 1.33 11 1.09 7 7 1.25 4
2 7x7 63 33 18 1.35 11 1.12 9 10 1.25 5
3 8x8 87 45 24 1.41 13 1.14 10 13 1.25 6
4 9x9 115 59 31 1.46 17 1.16 13 17 1.25 6
5 10x10 146 75 39 1.50 19 1.17 13 21 1.25 7
6 10x12 176 90 47 1.54 21 1.19 16 25 1.25 8
7 10x14 199 101 53 1.56 22 1.21 16 30 1.25 9
8 10x16 217 110 58 1.57 24 1.24 21 35 1.25 9

Waktu per iterasi untuk setiap metode memang berbeda, misalnya waktu per
iterasi metode PSOR lebih cepat daripada metode ADI, tetapi untuk jumlah grid
point/node yang sangat besar total waktu yang diperlukan metode ADI untuk
menyelesaikan persoalan ternyata lebih singkat dari metode yang lainnya. Hal ini bisa
terjadi karena jumlah iterasi yang diperlukan metode ADI secara keseluruhan lebih
sedikit dari metode yang lain.
Perpindahan panas konduksi dua dimensi untuk keadaan tunak, dengan tidak ada
sumber kalor yang dibangkitkan dari dalam sistem, dengan harga konduktifitas tetap
(tidak merupakan fungsi temperatur), dan massa jenis serta kapasitas panas tetap, dapat
dinyatakan dengan persamaan Laplace berikut ini :

2 2
∂T ∂ T
+ =0
∂ x2 ∂ y2 ………………..……………………………………………..(1)

Sebagai kasus uji akan ditinjau sebuah penampang segi empat dengan lebar W dan
tinggi H, dengan temperatur masing masing sisi Ta, Tb , Tc, dan Td, yang dipertahankan
tetap atau kondisi batas Dirichlet (Gambar 1). Dengan mengambil harga x = y , atau
harga  = 1 dan dengan pengambilan nilai awal suhu perhitungan tertentu, akan dilihat
jumlah iterasi minimum yang dapat dihasilkan oleh setiap metode ADI (Cara I dan Cara
II) untuk ukuran grid imax x jmax yang sama dan dengan kondisi batas yang sama pula.
Dari beberapa buku atau jurnal, diperoleh macam persamaan dari metode ADI
yang dipergunakan dalam penyelesaikan persamaan (1). Pada tulisan ini akan
dibandingkan 2 macam persamaan penyelesaian dengan metode ADI, persamaan I
(sebut cara 1 ) yang tertulis dalam buku karangan Klaus A Hoffmann dan persamaan II
(sebut cara 2) yang tertulis dalam buku karangan Chung Yau Lam.
247 Metode Alternating Direct Iimplicit (ADI) dalam Penyelesaian Persoalan
Perpindahan Panas Konduksi Dua Dimensi dalam Keadaan Tunak

Tc
j =jmax

i,j+1
y I,j+1
Td
i-1,j
i-1,j i,j
I,j i+1,j
I+1,j
Tb
y
I,j-1
i,j-1

.
j =1
Ta
i =1 x i = imax
Gambar 1 x

2. TEORI DASAR
2.1. Persamaan 1 (Cara 1)
Klaus A Hoffmann dalam bukunya Computational Fluid Dynamics for
Engineers, menuliskan persamaan setara dengan persamaan (1) secara metode ADI ke
dalam dua persamaan, yaitu persamaan (2a) dan persamaan (2b) :

k +1/2 2 k +1/2 k +1/2 2 k k +1/2


T i−1 , j −2(1+β )T i, j +T i+1 , j =−β (T i , j+1 +T i , j−1 ) ………… ….……..…(2a).
.
β 2 T ki ,+1j−1 −2(1+β 2 )T ki,+1j +β 2 T k+1 k+1/2 k +1
i , j+1=−T i+1, j −T i−1 , j ……………..……………..(2b)

Superskrip k menyatakan jumlah iterasi, subskrip i menandakan posisi x dan subskrip j


menandakan posisi y, sedangkan  = x/y . Dalam formula ini, persamaan (2a)
diselesaikan secara implisit untuk suhu suhu yang tidak diketahui dalam arah x, dan
persamaan (2b) diselesaikan juga secara implisit untuk mencari suhu suhu yang tidak
diketahui tetapi dalam arah y (lihat Gambar 2). Pada persamaan diatas, untuk sisi
sebelah kanan tanda sama dengan , dipergunakan juga harga suhu terbaru.
Untuk mempercepat hasil yang konvergen, dapat diikutkan parameter relaksasi 
. Dengan adanya parameter relaksasi ini, persamaan (2a) menjadi persamaan (3a) dan
persamaan (2b) menjadi persamaan (3b) berikut ini :

ωT ki−1 2 k +1/2 k +1/2 2 k 2 k k +1/2


, j −2(1+ β )T i , j +ωT i+1 , j =−(1−ω ) [ 2(1+ β ) ] T i , j −ωβ (T i, j+1 +T i, j−1 )
+1/2

…………....(3a)

ωβ 2 T ik+1 2 k+1 2 k +1 2 k +1/2 k +1/2 k +1


, j−1 −2(1+β )T i, j +ωβ T i, j+1 =−(1−ω) [ 2(1+β ) ] T i, j −ω(T i+1 , j +T i−1, j )
…………...(3b)
248 PK Purwadi

+ N+1/2

k+1/2

k
j+1
j
y j-1
i-1
i
i-1

y sweep

x x sweep

: Kondisi batas
: Nilai yang baru saja dihitung
: Nilai yang sedang dihitung
: Nilai yg sudah diketahui pada
Gambar 2
tahap iterasi sebelumnya

bila harga x = y , maka harga  = 1, dan persamaan berturut turut menjadi persamaan
(4a) menjadi (4b) :

ωT ki−1
+1/2 k +1/2 k +1/2 k k k+1/2
, j −4 T i, j +ωT i+1, j =−4(1−ω)T i, j −ω(T i , j+1 +T i , j−1 ) …………….….(4a)

k +1 k+1 k+1 k +1/2 k +1/2 k+1


ωT i, j−1 −4 i, j +ωT i, j+1 =−4(1−ω)T i, j −ω(T i+1 , j +T i−1, j ) ………………….(4b)

Pada kasus uji, persamaan yang dipakai untuk setiap node pada x-sweep maupun y-
sweep dapat ditulis dalam persamaan persamaan berikut :

x sweep :

untuk i = 2

−4T k+1/2 k+1 /2 k k k+1/2 k+1/2


i , j +ωT i+1 , j =−4(1−ω)T i, j−ω(T i , j+1 +T i, j−1 )−ωT i−1, j ……………..…(5)

untuk i = 3,4,5,…, imax-2

k +1/2 k +1/2 k +1/2 k k k+1/2


ωT i−1 , j −4 T i, j +ωT i+1, j =−4(1−ω)T i, j −ω(T i , j+1 +T i , j−1 ) …………………(6)

untuk i = imax-1
249 Metode Alternating Direct Iimplicit (ADI) dalam Penyelesaian Persoalan
Perpindahan Panas Konduksi Dua Dimensi dalam Keadaan Tunak

k +1/2 k+1/2 k k k+1/2 k +1/2


ωT i−1 , j −4 T i, j =−4 (1−ω)T i , j −ω(T i, j+1 +T i, j−1 )−ωT i+1, j ……..…………..(7)
y sweep :

untuk j = 2

ωT ki,+1j−1−4 T ki,+1j =−4(1−ω)T k+1/2 k +1/2 k +1 k +1


i , j −ω(T i+1 , j +T i−1 , j )−ωT i, j+1 ………………….(8)

untuk j = 3,4,5,…, jmax-2

k +1 k+1 k+1 k+1/2 k+1/2 k+1


ωT i, j−1 −4 T i, j +ωT i , j+1=−4 (1−ω)T i, j −ω(T i+1 , j +T i−1, j ) ………………….(9)

untuk j = jmax-1

ωT k+1 k+1 k+1/2 k+1/2 k+1 k+1


i, j−1 −4 T i, j =−4(1−ω)T i , j −ω(T i+1 , j +T i−1 , j )−ωT i, j−1 ……………..…..(10)

Dari persamaan (8), (9) dan (10), bila suhu suhu pada superkrip k+1/2 diketahui, dan
dengan mempergunakan kondisi batas yang sesuai, maka dapat diperoleh suhu suhu
pada superskrip k+1, karena persamaan (8), (9) dan (10) menghasilkan koefisien matrik
tridiagonal. Bila dilakukan perhitungan dari i = 2 sampai i = imax-1, maka akan
diperoleh suhu pada seluruh node pada superskrip k+1. Langkah x-sweep dan y-sweep
umumnya dipandang sebagai satu iterasi yang komplit, maka Ti,jk+1- Ti,jk dipakai sebagai
tes konvergensi.

2.2. Persamaan 2 (Cara 2)


Berbeda dengan apa yang ditulis oleh Chung Yau Lam dalam bukunya Applied
Numerical Methods For Partial Differential Equations, persamaan (1) untuk x = y ,
dibawa ke dalam 2 persamaan, persamaan (11a) dan persamaan (11b).

k+1 k+1 k+1 k k


T i−1 , j −4T i , j +T i+1, j=−(T i , j+1 +T i, j−1 ) ………………………………………...(11a)

T ik,+2j−1 −4T ik+2 k+2 k+1 k+1


, j +T i , j+1=−(T i−1 , j +T i+1, j ) …………………………………..……(11b)

Bila acceleration factor  (fungsinya hampir sama dengan parameter relaksasi)


diikutkan persamaan menjadi (12a) dan (12b)

k+1 k+1 k+1 k k k


T i−1 , j −(2+ζ )T i , j +T i+1, j=(2−ζ )T i , j−(T i , j+1 +T i, j−1 ) …………..…………..(12a)

T ik,+2j−1 −(2+ζ )T ik+2 k +2 k+1 k+1 k+1


, j +T i , j+1=(2−ζ )T i , j −(T i+1 , j +T i−1 , j ) ………………..…...(12b)
250 PK Purwadi

j+1
: Iterasi ke k , diketahui
: Iterasi ke k+1, tidak diketahui
j

j-1

Gambar 3 i-1 i i+1

j+1
: Iterasi ke k+1 , diketahui
: Iterasi ke k+2, tidak diketahui
j

j-1

Gambar 4 i-1 i i+1

Untuk kasus uji, persamaan yang dipakai untuk setiap node pada x sweep maupun y
sweep dapat dinyatakan sebagai berikut :
x- sweep :

untuk i = 2

k+1 k +1 k k k k +1
−(2+ζ )T i , j +T i+1, j =(2−ζ )T i, j−(T i , j+1 +T i , j−1 )−T i−1 , j ………….…………..(13)

untuk i = 3, 4, 5,…,imax-2

k+1 k+1 k+1 k k k


T i−1 , j −(2+ζ )T i , j +T i+1, j=(2−ζ )T i , j−(T i , j+1 +T i, j−1 ) ……………..….……..(14)

untuk i = imax-1
251 Metode Alternating Direct Iimplicit (ADI) dalam Penyelesaian Persoalan
Perpindahan Panas Konduksi Dua Dimensi dalam Keadaan Tunak

k +1 k+1 k k k k +1
T i−1 , j −(2+ζ )T i , j =(2−ζ )T i, j−(T i , j+1 +T i , j−1 )−T i+1, j ……………...…..……..(15)

Dari persamaan (13), (14) dan (15), bila suhu suhu pada superkrip k diketahui, dan
dengan mempergunakan kondisi batas yang sesuai, maka dapat diperoleh suhu suhu
pada superskrip k+1, karena persamaan (13), (14) dan (15) menghasilkan koefisien
matrik tridiagonal. Bila dilakukan perhitungan dari j = 2 sampai j = jmax-1, maka akan
diperoleh suhu pada seluruh node pada superskrip k+1.

y -sweep :

untuk j = 2

−(2+ζ )T k+2 k+2 k +1 k+1 k +1 k+2


i , j +T i , j+1 =(2−ζ )T i, j −(T i+1 , j +T i−1, j )−T i , j−1 ……….….…...……(16)

untuk j = 3,4,5,….., jmax-2

k +2 k+2 k +2 k+1 k+1 k+1


T i , j−1 −(2+ζ )T i , j +T i , j+1=(2−ζ )T i , j −(T i+1 , j +T i−1 , j ) …………...….….…...(17)

untuk j = jmax-1

T ik,+2j−1−(2+ζ )T ik+2 k +1 k +1 k +1 k +2
, j =(2−ζ )T i, j −(T i+1 , j +T i−1, j )−T i , j+1 ………………….……(18)

Dari persamaan (16), (17) dan (18), bila suhu suhu pada superkrip k+1 diketahui, dan
dengan mempergunakan kondisi batas yang sesuai, maka dapat diperoleh suhu suhu
pada superskrip k+2, karena persamaan (16), (17) dan (18) menghasilkan koefisien
matrik tridiagonal. Bila dilakukan perhitungan dari i = 2 sampai i = imax-1, maka akan
diperoleh suhu pada seluruh node pada superskrip k+2. Langkah x-sweep dan y-sweep
umumnya dipandang sebagai satu iterasi yang komplit, maka Ti,jk+2- Ti,jk dipakai sebagai
tes konvergensi.

2.3. Koefisien Matrik Tridiagonal


Koefisien matriks tridiagonal dari sistem tridiagonal yang dihasilkan pada x-
sweep maupun y-sweep, menghasilkan bentuk matriks yang secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut :

B1 C1 T1 D1
A2 B2 C2 T2 D2
A3 B3 C3 T3 D3
… …. …. … = …
Ai Bi Ci Ti Di
… … … … …
An Bn Tn Dn

Elemen matriks semuanya nol, kecuali elemen matriks sepanjang tiga garis diagonal.
Program untuk mendapatkan jawaban matrik tridiagonal, umumnya dipakai sebagai
252 PK Purwadi

program bantu (program subroutine) dari program utama, dengan bahasa pemrograman
Fortran, dapat dituliskan sebagai berikut :

SUBROUTINE TRIDG (A,B,C,D,N)


DIMENSION A(N),B(N),C(N),D(N)
DO 10 I = 2,N
R = A(I)/B(I-1)
B(I) = B(I) - R * C(I-1)
D(I) = D(I) - R * D(I-1)
10 CONTINUE
D(N) = D(N)/B(N)
DO 20 I = N-1,1,-1
D(I) = D(I) - C(I) * D(I+1)) / B(I)
20 CONTINUE
RETURN
END

Bila perhitungan program subroutine sudah selesai, jawabannya tersimpan dalam arai
D(I).

3. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


Perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer dengan bahasa pemrograman
Fortran dan hasilnya terangkum dalam tabel 1, 2, Grafik 1, 2, 3 dan 4. Tabel 1 memuat
parameter relaksasi optimum yang menghasilkan jumlah iterasi minimum, sedang tabel
2 memuat faktor percepatan optimum yang juga menghasilkan jumlah iterasi minimum.
Sedang Grafik 1, 2, 3 dan 4 menampilkan perbandingan jumlah iterasi minimum cara 1
dan cara 2 untuk ukuran grid imax x jmax yang sesuai.
Dari Grafik 1, 2, 3 dan 4, dengan kondisi batas yang divariasi, nampak bahwa
metode ADI cara 1 menghasilkan jumlah iterasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan
metode ADI cara 2. Dengan demikian, laju pengerucutan metode ADI cara 1 lebih cepat
daripada cara 2. Waktu per iterasi cara 1 dan cara 2 tidak jauh berbeda, bahkan
cenderung cara 2 sedikit lebih lama (berdasarkan program yang dibuat penulis), maka
dapat disimpulkan bahwa cara 1 lebih effektif daripada cara 2 untuk kasus yang diuji.
Dalam arti, cara 1 akan lebih cepat menghasilkan penyelesaian.

4. KESIMPULAN
Metode ADI cara 1 lebih efektif dibanding metode ADI cara 2.

DAFTAR PUSTAKA

Hoffmann, K.A., 1989, Computational Fluid Dynamics for Engineers, A Publication of


Engineering Education System, Austin, Texas 78713 USA
Lam, Chung Yau, 1994, Applied Numerical Methods for Partial Differential
Equations, Prentice Hall Simon & Schuster (Asia) Pte Ltd., Singapore
Kreith F., Prijono, A., 1991, Prinsip Prinsip Perpindahan Panas, Penerbit Erlangga,
Jakarta
Holman JP, 1984, Perpindahan Kalor, Penerbit Erlangga, Jakarta
253 Metode Alternating Direct Iimplicit (ADI) dalam Penyelesaian Persoalan
Perpindahan Panas Konduksi Dua Dimensi dalam Keadaan Tunak

Purwadi PK, 1999, Metode Beda Hingga Dalam Penyelesaian Persoalan Perpindahan
Panas Konduksi Dua Dimensi Keadaan Tunak, Majalah Sains dan Teknologi
SIGMA Vol II No 2, Juli 1999, hal 1-15

Anda mungkin juga menyukai