Anda di halaman 1dari 12

RILIS SIKAP:

EVALUASI 2 TAHUN PEMERINTAHAN JOKO WIDODO-MA’RUF AMIN

Pada tanggal 20 Oktober 2019, Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin resmi dilantik
menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2019--2024. Selama masa
kampanye, Jokowi dan Ma’ruf Amin pernah mengeluarkan beberapa janji kampanye, di antaranya
misi untuk mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan, penegakan sistem hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya, perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga, dan pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya
(Hasibuan, 2019). Sudah dua tahun berlalu sejak Jokowi-Ma’ruf resmi dilantik, namun masih
terdapat permasalahan di berbagai sektor yang gagal diselesaikan oleh Pemerintahan Jokowi-
Ma’ruf.
Pertama, di sektor korupsi, janji Jokowi-Ma’ruf dalam memperkuat posisi Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), justru kontradiktif ketika Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU KPK) disahkan. Bukan tanpa sebab, substansi revisi
UU KPK yang melemahkan kinerja KPK, ditambah dengan penyusunannya yang hanya memakan
waktu 13 hari dan enggannya Jokowi untuk menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang (Perppu) yang dapat membatalkan UU KPK kendati mendapat desakan dari berbagai
elemen masyarakat, membuat pengesahan revisi UU KPK sangat problematik. Alhasil, kinerja
KPK pun menurun pascarevisi UU KPK. Hal ini bisa dilihat dari menurunnya indeks persepsi
korupsi (IPK) di Indonesia, penurunan angka operasi tangkap tangan (OTT) dari tahun ke tahun,
rendahnya tingkat kepercayaan publik terhadap KPK, adanya kewenangan KPK dalam
menerbitkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3), dan polemik tes wawasan kebangsaan
(TWK) (BEM FIA UI, 2021; Garnesia, I., 2021). Tidak hanya itu, KPK yang dipimpin oleh Firli
Bahuri dan jajarannya juga tercatat beberapa kali melanggar kode etik dan hanya diganjar dengan
hukuman yang ringan dari Dewan Pengawas KPK (Dewi, R., 2020). Hal ini menunjukkan
kegagalan Firli Bahuri dan jajarannya dalam melakukan pemberantasan korupsi yang baik di
Indonesia
Kemudian, terdapat masalah terkait kebebasan berekspresi dan berpendapat. Sejatinya, hak
atas kebebasan berekspresi dan berpendapat merupakan hak yang dijamin dan dilindungi
pelaksanaannya dalam sejumlah instrumen hukum. Dalam kovenan hukum internasional melalui
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) dan International Covenant on Civil and Political
Rights (ICCPR) sebagaimana telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005
tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights, telah dinyatakan bahwa
terdapat jaminan dan perlindungan hukum atas hak kebebasan berekspresi dan berpendapat.
Selanjutnya, jaminan dan perlindungan hukum tersebut juga termaktub dalam Pasal 28E Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Negara Republik Indonesia (UUD 1945) ayat (2)
dan (3). Sayangnya, jaminan dan perlindungan atas hak kebebasan berekspresi dan berpendapat

nampak hanya tertuang pada selembar kertas. Pada kenyataannya, pembungkaman terhadap hak
atas kebebasan berekspresi dan berpendapat masih kerap ditemukan. Fenomena penghapusan
mural dan serangkaian tindakan represif yang dilakukan aparat dalam penanganan massa aksi,
seperti penarikan secara paksa yang disertai pemukulan pada aksi hari buruh dan hari pendidikan
2021, menjadi bukti nyata bagaimana kebebasan berekspresi dan berpendapat dikerdilkan di
negara yang berlandaskan hukum demokrasi. Tidak hanya itu, secara sistematis, pemerintah
melalui Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) juga seakan terus
melakukan upaya pembungkaman terhadap masyarakatnya. Revisi UU ITE yang semestinya
melindungi hak kebebasan berpendapat masyarakat di ruang digital, sampai dengan hari ini masih
problematik karena masih juga mengandung pasal multitafsir yang rawan disalahgunakan untuk
mengkriminalisasi korban (BEM FH UI & BEM UI, 2021). Pada 15 Februari 2021 dalam rapat
pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Presiden
Joko Widodo telah memberikan arahan untuk merevisi UU ITE yang dinilai masih bermasalah
(Kominfo, 2021). Namun, pada 23 Juni 2021, alih-alih melakukan revisi, pemerintah justru
menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri terkait Pedoman Implementasi UU ITE.
Penerbitan SKB 3 Menteri ini menjadi aktualisasi dari wacana pembentukan pedoman interpretasi
UU ITE yang hanya berisikan penjelasan mengenai Pasal 27, 28, 29, dan 30 UU ITE (BEM FH
UI & BEM UI, 2021). . Hal ini menunjukkan kegagalan Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Prof. Yasonna
Hamonangan Laoly, S.H., M.Sc., Ph.D dalam memberikan jaminan dan perlindungan hukum atas
hak kebebasan berekspresi dan berpendapat. Selain itu, hal ini juga menjadi suatu peringatan bagi
Kepala Pimpinan Kepolisian RI Listyo Sigit untuk mempercepat transformasi dan reformasi
Kepolisian Negara Republik Indonesia demi memastikan terjaminnya hak kebebasan berekspresi
dan berpendapat setiap orang.
Permasalahan lainnya dapat ditemukan dalam bidang lingkungan hidup. Janji Jokowi-
Ma’ruf dalam masa kampanyenya untuk mewujudkan prinsip hijau dan keberlanjutan dalam
pengelolaan lingkungan hidup, malah bertolak belakang ketika Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) dan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU CK) beserta peraturan turunannya yang disahkan.
Pengesahan kedua produk hukum ini merupakan sebuah karpet merah untuk oligarki melalui
pelonggaran dan deregulasi yang jelas merampas hak warga atas lingkungan yang bersih dan sehat
sesuai dengan Pasal 28H ayat (1) UUD 1945 (BEM FH UI & BEM FMIPA UI, 2020; BEM UI &
BEM FMIPA UI, 2020; BEM UI et al, 2021a). Terbukti, adanya konflik kepentingan antara
oligarki, pemerintah, dan masyarakat sipil telah mengakibatkan tindakan represif dan kriminalisasi
terhadap warga yang memperjuangkan lingkungannya, seperti yang terjadi di Wadas (Wawan,
2021). Lebih lanjut, rencana pembangunan proyek food estate yang problematik menambah
permasalahan seperti akan berpotensi menggantungkan nasib pangan Indonesia ke korporasi besar
dan berpotensi berkurangnya daerah kawasan hutan untuk keperluan proyek food estate (BEM UI
& BEM FMIPA UI, 2021). Permasalahan lingkungan selanjutnya datang dari sektor energi. Meski

Kebijakan Energi Nasional (KEN) menargetkan kenaikan penggunaan energi baru terbarukan
menjadi 23%, nyatanya pemerintah belum bisa berpaling dari energi kotor batubara (BEM FMIPA
UI, 2020). Berikutnya, Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia terkait komitmen
penurunan emisi masih dalam jalur kenaikan suhu 3-4 derajat celcius, bertentangan dengan
Perjanjian Paris yang membatasi kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat celcius pada tahun 2015 silam
(Climate Action Tracker, 2021; BEM UI & BEM Unpad, 2020). Komitmen Indonesia dalam target
nol emisi pada tahun 2060 juga menunjukan ketidakseriusan pemerintah dalam menghadapi krisis
iklim. Sebagai perbandingan, kebanyakan negara lain menetapkan target nol emisi di tahun 2050,
bahkan negara dengan kekuatan ekonomi di bawah Indonesia (Energy & Climate Intelligence Unit,
2021). Pemerintah juga abai dalam menjamin hak atas udara bersih warga negara. Terlihat dari
Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) yang masih jauh di bawah standar WHO.Langkah Presiden
dan Menteri Lingkungan Hidup untuk mengajukan banding juga menunjukan kelalaian pemerintah
dalam menjamin kualitas udara di Indonesia.a (BEM FMIPA UI et al. 2020; Meiliana, 2021).
Dengan demikian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar beserta Menteri
Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sudah seharusnya bertanggung
jawab atas degradasi lingkungan dan realita perlindungan lingkungan hidup yang semakin
melemah selama 2 tahun berjalannya rezim Jokowi-Ma’ruf (BEM UI & BEM FMIPA UI, 2021).
Tidak hanya itu, kegagalan rezim Jokowi-Ma’ruf juga terjadi pada aspek hak yang paling
fundamental, yaitu hak asasi manusia (HAM). Masih kental dalam ingatan kita, janji politik yang
gema disuarakan pasangan calon Jokowi-Ma’ruf pada masa kampanye presiden 2019 lalu untuk
memberikan perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga
(Hasibuan, L. (2019). Sayangnya, hingga saat ini pemerintah seakan tutup telinga atas segala kasus
pelanggaran HAM yang terjadi, baik di masa lalu, seperti Tragedi Semanggi 1 dan 2, Kasus
Tanjung Priok, serta pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib, ataupun pembiaran atas
pelanggaran HAM, yang tercermin pada berbagai aksi massa yang terjadi hingga hari ini.
Serangkaian pembiaran ini secara nyata menunjukan ketidakpedulian negara dan pemerintahannya
atas rasa aman dan perlindungan terhadap warga negaranya. Bahkan, Presiden Joko Widodo
tampak menganggap tindakan represif saat aksi demonstrasi sebagai hal yang wajar (CNN
Indonesia, 2020). Hal ini terlihat dari respons Presiden dalam penanganan pengalaman aksi
demonstrasi Omnibus Law 2020, Hari Buruh 2021, dan Hari Pendidikan Nasional 2021 dimana
ditemukan banyak tindakan represif terhadap massa aksi. Alih-alih mencegah, Presiden Jokowi
melakukan pembiaran terhadap tindakan-tindakan tersebut. Bahkan, pada aksi unjuk rasa tolak
Omnibus Law, polisi menangkap 5.918 orang dimana 167 orang dinaikkan kasusnya menjadi
penyidikan (Bustomi, 2020). Belum selesai sampai disitu, pada Hari Buruh diketahui sebanyak
168 mahasiswa ditangkap bersama dengan aliansi buruh dan pemuda lainnya (BEM UI & BEM
Undip, 2021). Terkait pelanggaran HAM masa lalu, hingga saat ini pun pemerintah belum juga
menunjukan itikad baiknya untuk segera menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat yang
terjadi di masa lalu ataupun memberikan keadilan bagi keluarga korban pelanggaran HAM.
Bahkan, pada 16 Januari 2020 Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin menyatakan bahwa Peristiwa

Semanggi I dan II tidak termasuk dalam kasus pelanggaran HAM berat (KontraS, 2020). Keluarga
korban juga telah melayangkan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta pada
Mei 2020 atas tuntutan Jaksa Agung bertindak sebagai pejabat publik yang menghalangi
kepentingan keluarga korban yang telah berusaha untuk mendapatkan keadilan atas meninggalnya
korban Peristiwa Semanggi I dan II (KontraS, 2020). Sayangnya, setelah menang di PTUN, Jaksa
Agung mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) dan
memenangkan banding atas dasar gugatan yang dilayangkan oleh keluarga korban tidak dapat
diterima karena tidak melalui banding administratif terlebih dahulu (KontraS, 2021). Serangkaian
pernyataan dan kebohongan Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin terkait penyikapannya dalam
menangani Peristiwa Semanggi I dan II tampaknya cukup menjadi gambaran bagaimana pejabat
negara mengabaikan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu. Lebih jauh, pembuatan susunan
rancangan Peraturan Presiden tentang Unit Kerja Presiden untuk Penanganan Peristiwa
Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat (UKP-PPHB) melalui mekanisme non-yudisial hanya
menjadi pintu gerbang menuju pembentukan kembali Komite Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR)
yang sudah dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi pada 2006 (Alfian, A,. 2021). Para pelaku
pelanggaran HAM masa lalu seharusnya tidak diadili melalui pengadilan negeri biasa, melainkan
melalui Pengadilan HAM sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan HAM. Padahal, ketegasan presiden untuk segera mengadili pelaku pelanggaran
HAM sangat diperlukan untuk menghindari terulang kembalinya kasus pelanggaran HAM yang
dapat memperpanjang catatan merah kegagalan negara dalam melindungi warga negaranya. Oleh
karena itu, Kementerian Hukum dan HAM dan Jaksa Agung yang bertanggung jawab secara
langsung atas penyelesaian kasus pelanggaran HAM sudah semestinya berbenah diri dan
melakukan evaluasi untuk kinerja yang lebih baik ke depan.
Selanjutnya, bidang pendidikan pun tidak luput menjadi sektor bermasalah selama dua
tahun Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Padahal, Jokowi dengan terang menjanjikan dukungan
pendidikan dalam pidato pertamanya (Agung, 2019). Pada Hari Pendidikan Nasional 2021, Jokowi
bersama Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI
(Mendikbudristek), juga mengutip bahwa pendidikan harus memiliki tujuan memerdekakan
kehidupan bangsa (Sekretariat Negara, 2021). Nyatanya, ucapan tersebut bertolak belakang
dengan realitas yang terjadi bila melihat absennya pemerintah menanggapi serangan terhadap
kebebasan akademik yang semakin marak dalam dua tahun ke belakang. Serangan-serangan ini
berupa penjatuhan sanksi akademik (drop out atau skors), kriminalisasi, pembubaran diskusi
mahasiswa, ancaman atau intimidasi, dan bentuk represi lainnya, seperti penghimbauan untuk
tidak mengikuti demonstrasi. Pada Desember 2019, empat mahasiswa Universitas Khairun Ternate
menjadi korban drop out (DO) secara sepihak karena terlibat dalam aksi demonstrasi (Fadiyah,
2020). Pemberian sanksi akademik karena menyuarakan pendapat juga terjadi kepada banyak
mahasiswa universitas lainnya, antara lain (1) 28 mahasiswa UKI Paulus Makassar yang
menggelar demonstrasi untuk mengkritisi kebijakan kampus terkait organisasi kemahasiswaan, (2)
sembilan mahasiswa Universitas Bina Insan Lubuklinggau yang menuntut keringanan biaya uang

kuliah tunggal (UKT) pada Mei 2020, (3) mahasiswa Universitas Negeri Semarang terkena sanksi
akademik setelah melaporkan rektornya ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas dugaan
korupsi, (4) tujuh mahasiswa Universitas Nasional Jakarta yang mengkritisi kebijakan kampus
terkait UKT melalui media sosial pada Juli 2020, (5) dua puluh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia Membangun yang menggelar demonstrasi penuntutan transparansi anggaran
UKT pada Januari 2021, (6) tiga mahasiswa Universitas Lancang Kuning yang kerap mengkritik
kebijakan rektor pada Februari 2021, (7) mahasiswa STAI Al-Amanah Jeneponto yang membuat
puisi berisi kritikan kepada kampus melalui status Facebook pada Juli 2021, dan (8) pengurus
Lembaga Pers Mahasiswa FISIP Universitas Sriwijaya yang diancam sanksi akademik akibat
menerbitkan karya jurnalistik berupa karikatur yang mengkritik isu UKT di kampus (Alfian, 2020;
MediaPerubahan, 2020; Fernan R., 2020; CNN Indonesia, 2020a; Ari S., 2021; Detikcom, 2021;
Redaksi, 2021; Arief B., 2021). Bentuk serangan intimidasi, pembubaran, dan bentuk represi
lainnya pun diterima oleh (1) sebelas mahasiswa Universitas Darma Persada yang diberi ancaman
skors setelah melakukan aksi damai memprotes kebijakan kampus pada November 2019, (2)
mahasiswa Universitas Bunda Mulia yang dipaksa mengundurkan diri dari kampus dan
menghapus segala unggahannya di media sosial mengenai transparansi dan keringanan biaya UKT
pada Mei 2020, (3) diskusi mahasiswa Constitutional Law School (CLS) FH UGM pada akhir Mei
2020 yang dibatalkan karena menerima berbagai teror dan ancaman pembunuhan, (4) mahasiswa
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara yang menerima ancaman DO dari pihak kampus usai
menggelar demonstrasi dengan mendatangi orang tua pada April 2021, (5) Ketua Majelis
Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa yang diberhentikan dari jabatannya oleh rektor
karena menginisiasi aksi protes mengenai UKT di tengah pandemi pada Agustus 2021, (6)
kepengurusan BEM Fakultas Hukum Universitas Bengkulu dibekukan oleh dekan setelah
melayangkan kritik birokrasi pelayanan kampus pada Agustus 2021 (Adi B., 2019; Lokataru
Foundation, 2020; CNN Indonesia, 2020b; Ahmad A., 2021; Zukhruf, 2021; Syailendra, 2021).
Menyikapi berbagai peristiwa tersebut, aliansi mahasiswa pun sudah berkali-kali melakukan
demonstrasi, membuat kajian, serta policy brief sebagai upaya mendapat perhatian pemerintah.
Akan tetapi, pemerintah, khususnya Nadiem Makarim sebagai Mendikbudristek, sama sekali tidak
menggubris aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa. Dukungan pendidikan yang dijanjikan
Jokowi nyatanya tidak meliputi dukungan terhadap hak atas pendidikan rakyatnya serta hak atas
kebebasan berpendapat di lingkungan kampus sebagai manifestasi dari hak atas pendidikan
tersebut (BEM UI et al, 2021).
Terakhir, terdapat pula berbagai permasalahan terkait penanganan pandemi Covid-19.
Memang, akhir-akhir ini penanganan pandemi sudah cukup membaik dimana Indonesia menjadi
negara terbaik di ASEAN dalam hal recovery index, menduduki peringkat ke-5 vaksinasi dunia,
mengalami penurunan positivity rate, dan berbagai pencapaian lainnya. Namun, pemerintah tidak
boleh lupa bahwa per tanggal 17 Oktober 2021, sudah tercatat ada 4.234.758 kasus terkonfirmasi
positif Covid-19, 18.388 kasus aktif Covid-19, dan 142.952 meninggal dunia karena Covid-19
(Satuan Tugas Penanganan Covid-19, 2021). Angka tersebut bukanlah data semata, melainkan

jiwa dan nyawa masyarakat Indonesia. Meskipun pemerintah sudah berhasil melewati gelombang
kedua, respon awal dan persiapan pemerintah termasuk buruk, seperti yang dapat dilihat dari
penurunan jumlah testing yang dilakukan secara sengaja, kolapsnya rumah sakit, habisnya stok
tabung gas oksigen, dan tracing yang buruk. Mengingat banyak epidemiolog sudah memprediksi
bahwa gelombang ketiga akan terjadi pada bulan Desember 2021, diperlukan perbaikan sistem
kesehatan dan persiapan regulasi agar kejadian kolaps saat gelombang kedua tidak terulang
kembali. Kemudian, meski recovery index sudah membaik dan positivity rate sudah menurun, case
fatality rate (CFR) atau tingkat fatalitas kasus masih tergolong cukup tinggi (3,4%) dibandingkan
negara-negara Asia Tenggara yang lain. Selain itu, masih terdapat beberapa permasalahan yang
belum terselesaikan. Pembelajaran tatap muka (PTM) yang dilaksanakan di tengah kondisi
rendahnya angka vaksinasi anak, 40,45% sekolah di Indonesia yang belum siap untuk menggelar
PTM, dan kepatuhan serta kesadaran warga sekolah yang rendah terhadap pelaksanaan protokol
kesehatan disinyalir menjadi penyebab timbulnya 1.303 sekolah yang menjadi klaster Covid-19
per 23 September 2021 (Harbani, R., 2021). Klarifikasi dari Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang menyatakan bahwa data tersebut
tidak valid mengindikasikan bahwa Kemendikbudristek RI tidak hanya gagal dalam memvalidasi
data yang akan diberikan kepada publik, tetapi juga tidak melakukan pemantauan yang ketat
kepada sekolah-sekolah yang rentan. Ketimpangan cakupan vaksinasi Covid-19 juga masih terjadi,
seperti yang dapat dilihat dari perbandingan antara provinsi dengan cakupan dosis vaksinasi 1
tertinggi (DKI Jakarta, 130,79%) dan terendah (Papua, 23,82%) (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2021). Terakhir, implementasi tracing melalui aplikasi PeduliLindungi pun
masih bermasalah karena ketiadaan verifikasi pemilik kartu vaksin ataupun sertifikat elektronik
maupun status kesehatannya saat memasuki ruang publik sempat menyebabkan 3.830 orang positif
Covid-19 berkeliaran (Harsono, 2021). Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, masih harus
melakukan banyak perbaikan dalam penanganan pandemi Covid-19 agar kolapsnya sistem
kesehatan pada saat gelombang kedua tidak terulang kembali.
Menanggapi permasalahan di berbagai sektor tersebut, Aliansi BEM se-UI menyatakan
sikapnya, yaitu mendesak Jokowi-Ma’ruf untuk:
1. Membatalkan seluruh upaya pelemahan pemberantasan korupsi dengan menerbitkan
Perppu KPK serta membatalkan implikasi dari Revisi UU KPK seperti hasil Tes Wawasan
Kebangsaan (TWK) dan pemberian Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) BLBI.
Mencopot Ketua KPK Firli Bahuri dan seluruh jajaran pimpinan KPK periode 2019--2023
dari jabatannya atas kemunduran pemberantasan korupsi di Indonesia.
2. Memastikan setiap orang dapat bebas menyampaikan pendapat baik di muka umum
maupun melalui media elektronik dengan melakukan revisi terhadap pasal-pasal
bermasalah UU ITE. Mencopot Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly serta Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dari jabatannya atas
kegagalannya dalam memberikan jaminan dan perlindungan hukum atas hak kebebasan

berekspresi dan berpendapat serta dalam melakukan penyelesaian terhadap kasus


pelanggaran HAM masa lalu.
3. Mendesak percepatan transformasi dan reformasi Kepolisian Negara Republik Indonesia
untuk memastikan terjaminnya hak kebebasan berekspresi dan berpendapat setiap orang.
4. Meningkatkan target NDC Indonesia sesuai Perjanjian Paris, menargetkan Indonesia nol
emisi di tahun 2045, melaksanakan perintah pengadilan terkait pencemaran udara,
menghentikan proyek food estate yang memperparah deforestasi, serta deklarasikan
darurat iklim. Mencopot Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar
dari jabatannya atas dasar degradasi lingkungan dan realita perlindungan lingkungan hidup
yang melemah.
5. Menerbitkan Perppu untuk mencabut revisi UU Minerba dan UU Cipta Kerja beserta
aturan turunannya, menghentikan proyek strategis nasional yang merusak lingkungan
hidup dan merampas hak warga, serta memasifkan penggunaan energi bersih terbarukan
dengan mengurangi penggunaan energi kotor batubara. Melakukan evaluasi terhadap
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan terkait kinerjanya
dalam mengkoordinasikan kementerian di bawahnya untuk melakukan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
6. Menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu dan mengadili pelakunya melalui pengadilan
HAM secara adil dan transparan. Mencopot Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin dari
jabatannya atas dasar kegagalannya dalam melakukan penyelesaian terhadap kasus
pelanggaran HAM masa lalu.
7. Memastikan terciptanya kebebasan akademik di lingkup kampus dan memastikan tidak ada
lagi mahasiswa dan dosen yang mendapat sanksi dari kampus karena menyampaikan
analisa, pendapat dan aspirasinya. Mencopot Nadiem Makarim sebagai Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang telah gagal menciptakan jaminan
kebebasan akademik di lingkungan kampus.
8. Melakukan perbaikan sistem kesehatan untuk persiapan menghadapi gelombang ketiga
pandemi Covid-19 dan melakukan evaluasi terhadap Menteri Kesehatan Budi Gunadi
Sadikin terkait kinerjanya dalam melakukan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

20 Oktober 2021
Aliansi BEM se-UI
BEM UI, BEM IKM FKUI, BEM IM FKM UI, BEM FF UI, BEM FKG UI, BEM FIK UI, BEM
Fasilkom UI, BEM FMIPA UI, BEM FT UI, BEM FIB UI, BEM FH UI, BEM FISIP UI, BEM
FIA UI, BEM FEB UI, BEM FPsi UI, BEM Vokasi UI
Narahubung: Leon (087831217771)

Referensi:
Kajian BEM se-UI
BEM FH UI & BEM FMIPA UI. (2020). Lumpuhnya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dalam RUU Omnibus Law Cipta Kerja. https://bem.ui.ac.id/kajian/lumpuhnya-
perlindungan-dan-pengelolaan-lingkungan-hidup-dalam-ruu-omnibus-law-cipta-kerja-2/
BEM FIA UI. (2021). Kajian Penerbitan Perppu terhadap UU KPK.
bit.ly/Kajian_PenerbitanPERPPUKPK
BEM FMIPA UI. (2020). Kajian Komprehensif: Indonesia Merdeka dari Energi Kotor Batu Bara.
https://bem.ui.ac.id/kajian/indonesia-merdeka-dari-energi-kotor-batubara/
BEM UI, BEM FH UI, BEM FISIP UI & BEM Vokasi UI. (2021). Hardiknas 2021: Absennya
Peran Pemerintah dalam Perlindungan Kebebasan Berpendapat di Ruang Lingkup
Pendidikan Tinggi. https://bem.ui.ac.id/dokumen/policy-brief/policy-brief-hardiknas-
2021%e2%80%8b/
BEM UI & BEM Undip. (2021). Kajian Hari Bhayangkara Polri ke-75: Catatan Evaluasi untuk
Kepolisian Republik Indonesia. https://bem.ui.ac.id/kajian/kajian-hari-bhayangkara-polri-
ke-75-catatan-evaluasi-untuk-kepolisian-republik-indonesia/
BEM FH UI & BEM UI. (2021). Kajian Rekomendasi UU ITE: Revisi demi Demokrasi.
https://bem.ui.ac.id/kajian/kajian-rekomendasi-uu-ite-revisi-demi-demokrasi/
BEM UI & BEM FMIPA UI. (2020). Berlanjutnya Eksploitasi Kekayaan Alam Indonesia dalam
RUU Minerba. https://bem.ui.ac.id/kajian/berlanjutnya-eksploitasi-kekayaan-alam-
indonesia-dalam-ruu-minerba/
BEM UI & BEM FMIPA UI. (2021). Muda Menggugat: Selamatkan Indonesia dari Kehancuran
Lingkungan!. https://bem.ui.ac.id/dokumen/policy-brief/policy-brief-muda-menggugat-
selamatkan-indonesia-dari-kehancuran-lingkungan%e2%80%8b/
BEM FMIPA UI, BEM UI, BEM FKM UI, BEM FK UI, & Envihsa FKM UI. (2020). Indonesia
Perlu Berbenah Memperbarui Standar Baku Mutu Udara.
https://bem.ui.ac.id/kajian/indonesia-perlu-berbenah-memperbarui-standar-baku-mutu-
udara/
BEM UI & BEM Unpad. (2020). Kajian Hari Bumi NDC Indonesia: Tanda Ketidakseriusan
Pemerintah dalam Menyelamatkan Lingkungan.
BEM UI, BEM FKM UI, BEM FMIPA UI, BEM FIA UI, BEM FT UI, IMS FT UI, IME FT UI,
IMPI FT UI, & IMM FT UI. (2021a). Problematika Pengeluaran Fly Ash dan Bottom Ash
(FABA) PLTU dari Kategori Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
https://bem.ui.ac.id/kajian/problematika-pengeluaran-fly-ash-dan-bottom-ash-faba-pltu-
dari-kategori-limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3/

Referensi Lain
Abdi, Alfian. (2020). Duduk Perkara 28 Mahasiswa UKI Paulus Makassar di-DO karena Demo.
https://tirto.id/duduk-perkara-28-mahasiswa-uki-paulus-makassar-di-do-karena-demo-

ex6n.
Abdi, Alfian. (2021). Jalan Pintas' Jokowi Selesaikan Kasus HAM Berat Tanpa Pengadilan.
https://tirto.id/jalan-pintas-jokowi-selesaikan-kasus-ham-berat-tanpa-pengadilan-gbmk
Alaidrus, Fadiyah. (2020). Di Balik Sanksi DO Mahasiswa Unkhair: Dilarang Kritis Soal Papua.
https://tirto.id/di-balik-sanksi-do-mahasiswa-unkhair-dilarang-kritis-soal-papua-eqdz.
Amali, Zakki. (2020). Dosen Unsyiah Saiful Mahdi Divonis 3 Bulan Karena Kritik Kampus.
https://tirto.id/dosen-unsyiah-saiful-mahdi-divonis-3-bulan-karena-kritik-kampus-ePZb.
Briantika, Adi. (2019). Usai Demo, 11 Mahasiswa Unsada Jaktim Kena Sanksi Rektor.
https://tirto.id/usai-demo-11-mahasiswa-unsada-jaktim-kena-sanksi-rektor-ekYx
Bustomi, M. I. (2020). Totalnya, Polisi Tangkap 5.918 Orang dalam Demo Tolak Omnibus Law
di Indonesia. https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/12/18553771/totalnya-polisi-
tangkap-5918-orang-dalam-demo-tolak-omnibus-law-di
Climate Action Tracker. (2021). Indonesia Overall Rating.
https://climateactiontracker.org/countries/indonesia/
CNN Indonesia. (2020) . Jaksa Agung: Peristiwa Semanggi Bukan Pelanggaran HAM Berat.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200116121020-32-465881/jaksa-agung-
peristiwa-semanggi-bukan-pelanggaran-ham-berat

CNN Indonesia. (2020). KontraS: Jokowi Wajarkan Tindakan Represif Aparat saat Demo.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201019162712-20-560178/kontras-jokowi-
wajarkan-tindakan-represif-aparat-saat-demo.
CNN Indonesia. (2019). KontraS Nilai Jokowi Gagal Tuntaskan Kasus HAM Berat.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191022042651-12-441643/kontras-nilai-
jokowi-gagal-tuntaskan-kasus-ham-berat.
CNN Indonesia. (2020a). Kronologi Sanksi DO Mahasiswa Unas Buntut Demo Biaya Kuliah.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200710142558-20-523228/kronologi-sanksi-
do-mahasiswa-unas-buntut-demo-biaya-kuliah.
CNN Indonesia. (2020b). Kronologi Teror dan Pembatalan Diskusi Mahasiswa Hukum UGM.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200530112959-20-508203/kronologi-teror-dan-
pembatalan-diskusi-mahasiswa-hukum-ugm.
CNN Indonesia. (2021). Mahasiswa UBL Dipolisikan Usai Demo Minta Pangkas Uang Kuliah.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210224110654-20-610244/mahasiswa-ubl-
dipolisikan-usai-demo-minta-pangkas-uang-kuliah.
CNN Indonesia. (2021, February 25). Pakar Ingatkan Risiko Kerusakan Lingkungan
dari Food Estate. nasional. https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210224205614-20-
610566/pakar-ingatkan-risiko-kerusakan-lingkungan-dari-food-estate
Detikcom. (2021). Duduk Perkara Kritik Kebijakan Rektor Berujung DO untuk 3 Mahasiswa.
https://news.detik.com/berita/d-5470145/duduk-perkara-kritik-kebijakan-rektor-berujung-
do-untuk-3-mahasiswa.

DetikNews. (2020). PTUN Jakarta: Pernyataan Jaksa Agung soal Kasus Semanggi Mengandung
Kebohongan. https://news.detik.com/berita/d-5243156/ptun-jakarta-pernyataan-jaksa-
agung-soal-kasus-semanggi-mengandung-kebohongan.
Dewi, R. (2020). Pelanggaran Etik Firli Bahuri, Gaya Hidup Mewah, dan Sanksi yang Dinilai
Terlalu Ringan. https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/24/203500065/pelanggaran-
etik-firli-bahuri-gaya-hidup-mewah-dan-sanksi-yang-dinilai?page=all.
DH, Agung. (2019). Teks Lengkap Pidato Jokowi Sebagai Presiden Terpilih di Sentul City.
https://tirto.id/teks-lengkap-pidato-jokowi-sebagai-presiden-terpilih-di-sentul-city-eef9.
Energy & Climate Intelligence Unit. (2021). Net Zero Emissions Race.
https://eciu.net/netzerotracker
Fatiara, N. (2021). Luhut Banggakan Nikkei Recovery Index COVID-19 RI: Lebih Baik dari
Singapura. https://kumparan.com/kumparannews/luhut-banggakan-nikkei-recovery-index-
covid-19-ri-lebih-baik-dari-singapura-1wgdVjzlDdU.
Garnesia, I. (2021). Merunut Kinerja KPK Pasca Revisi Undang-Undang. https://tirto.id/merunut-
kinerja-kpk-pasca-revisi-undang-undang-gf7e.
Harbani, R. (2021). P2G: 40,45 Persen Sekolah di Indonesia Belum Siap Tatap Muka.
https://www.detik.com/edu/sekolah/d-5751084/p2g-4045-persen-sekolah-di-indonesia-
belum-siap-tatap-muka.
Harsono, F.H. (2021). 29 Juta Orang Check-in PeduliLindungi, 3.830 Positif COVID-19
Berkeliaran. https://www.liputan6.com/health/read/4657509/29-juta-orang-check-in-
pedulilindungi-3830-positif-covid-19-berkeliaran
Hasibuan, L. (2019). Menolak Lupa! Mau Dilantik, Ini Janji Kampanye Jokowi-Amin.
https://www.cnbcindonesia.com/news/20191020094552-4-108397/menolak-lupa-mau-
dilantik-ini-janji-kampanye-jokowi-amin
Helmi, I. (2021). Menkes Sebut Banyak Daerah Sengaja Kurangi Tes Covid-19 Demi Jadi Zona
Hijau. https://www.kompas.tv/article/174999/menkes-sebut-banyak-daerah-sengaja-
kurangi-tes-covid-19-demi-jadi-zona-hijau
Johns Hopkins Coronavirus Resource Center. (2021). Mortality Analyses. Johns Hopkins
Coronavirus Resource Center. Retrieved 18 October 2021,
https://coronavirus.jhu.edu/data/mortality.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Vaksinasi Covid-19 Nasional.
https://vaksin.kemkes.go.id/#/vaccines.
Kominfo. (2021). Jaga Ruang Digital, Menkominfo Dukung Pedoman Interpretasi Resmi UU ITE.
https://kominfo.go.id/content/detail/32754/siaran-pers-no-45hmkominfo022021-tentang-
jaga-ruang-digital-menkominfo-dukung-pedoman-interpretasi-resmi-uu-ite/0/siaran_pers.
KontraS. (2020). Menggugat Jaksa Agung RI Kasus Semanggi I dan Semanggi II adalah
Pelanggaran HAM berat. https://kontras.org/2020/05/12/menguggat-jaksa-agung-ri-kasus-
semanggi-i-dan-semanggi-ii-adalah-pelanggaran-ham-berat/.

KontraS. (2021). Pengadilan Tinggi TUN Gagal Memberi Keadilan Substantif bagi Kasus
Semanggi I-II. https://kontras.org/2021/03/10/pengadilan-tinggi-tun-gagal-memberi-
keadilan-substantif-bagi-kasus-semanggi-i-ii/
Lokataru Fondation. (2020). Pengkerdilan Ruang Sipil di Tengah Pandemi. https://lokataru.id/wp-
content/uploads/2020/06/Untitled-3.pdf.
Lubis, Ahmad A. F. (2021). Mahasiswa UIN Sumut Ngaku Diancam DO Usai Demo Dugaan
Plagiat Rektor. https://news.detik.com/berita/d-5540748/mahasiswa-uin-sumut-ngaku-
diancam-do-usai-demo-dugaan-plagiat-rektor.
Mukti, Zukhruf. (2021). Ketua MMU-KBMUST Diberhentikan, MMU akan Menindaklanjuti.
https://lpmpendapa.com/pendapa-selintas/ketua-mmu-kbmust-diberhentikan-mmu-akan-
menindaklanjuti/.
Media Indonesia. (2021). Keluarga Korban Semanggi I dan II Tempuh Jalur Kasasi.
https://m.mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/390188/keluarga-korban-semanggi-i-
dan-ii-tempuh-jalur-kasasi.
MediaPerubahan. (2020). Aliansi Mahasiswa Minta Cabut Skorsing 9 Mahasiswa di UNIVBI
Lubuklinggau. https://mediaperubahan.com/aliansi-mahasiswa-minta-cabut-skorsing-9-
mahasiswa-di-univbi-lubuklinggau/.
Meiliana, D. (2021). Jokowi Ajukan Banding Putusan Polusi Udara, Stafsus
Mensesneg: Tim Sedang Bekerja Halaman all - Kompas.com. KOMPAS.Com.
https://nasional.kompas.com/read/2021/10/04/18572791/jokowi-ajukan-banding-putusan-
polusi-udara-stafsus-mensesneg-tim-sedang?page=all
Mutia, A. (2021). Melacak Sebaran dan Penyebab Tingginya Kematian Covid-19 di Indonesia.
https://katadata.co.id/ariayudhistira/analisisdata/610b534d02cc1/melacak-sebaran-dan-
penyebab-tingginya-kematian-covid-19-di-indonesia
Nurita, D. (2021). RS Kolaps dan Krisis Oksigen: Pemerintah Didesak Minta Maaf Gagal Atasi
Covid. https://nasional.tempo.co/read/1480570/rs-kolaps-dan-krisis-oksigen-pemerintah-
didesak-minta-maaf-gagal-atasi-covid
Persada, Syailendra. (2021). Usai Kritik Kampus, BEM Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
Dibekukan Dekan. https://nasional.tempo.co/read/1493420/usai-kritik-kampus-bem-
fakultas-hukum-universitas-bengkulu-dibekukan-dekan.
Rahadi, Fernan. (2020). BEM UNNES Kecam Sanksi terhadap Frans Napitu.
https://republika.co.id/berita/qk74o6291/bem-unnes-kecam-sanksi-terhadap-frans-napitu.
Ramadhan, Ari Syahril. (2021). Tuntut Transparansi Anggaran, 20 Mahasiswa Ini Malah
Diskorsing 2 Semester. https://jabar.suara.com/read/2021/01/17/115346/tuntut-transparansi-
anggaran-20-mahasiswa-ini-malah-diskorsing-2-semester.
Redaksi. (2021). Gegara Puisi dan Rambut Gondrong, Mahasiswa IAI Al Amanah Jeneponto
Sulsel DO. https://edunews.id/edunews/kampus/gegara-puisi-dan-rambut-gondrong-
mahasiswa-iai-al-amanah-jeneponto-sulsel-do/.
Republika. (2020). LBH-YLBHI Ungkap 13 Tindakan Represif Aparat Saat Demo.

https://republika.co.id/berita/qhxwig382/lbhylbhi-ungkap-13-tindakan-represif-aparat-saat-
demo.
Rohekan, Arief Basuki. (2021). Heboh Karikatur Soal UKT Unsri dari LPM Limas, Ini Kata
Pengamat Sumsel. https://sumsel.tribunnews.com/2021/08/12/heboh-karikatur-soal-ukt-
unsri-dari-lpm-limas-ini-kata-pengamat-sumsel.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19. (2021). Peta Sebaran. https://covid19.go.id/peta-sebaran.
Sekretariat Negara. (2021). Podcast Hardiknas 2021 Presiden Jokowi dan Mas Menteri Nadiem
Makarim, 2 Mei 2021. https://youtu.be/36Q3-BQIi4A.
Wawan, J. H. (2021, April 24). 9 Orang Luka Ricuh Tambang Purworejo, Polisi Dinilai Represif.
detiknews. https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5544931/9-orang-luka-ricuh-
tambang-purworejo-polisi-dinilai-represif?_ga=2.14928118.1901709642.1634570491-
22954807.1631979175
Yahya, A.N. (2021). SKB Pedoman UU ITE Resmi Ditandatangani, Ini Isinya.
https://nasional.kompas.com/read/2021/06/23/19085041/skb-pedoman-uu-ite-resmi-
ditandatangani-ini-isinya?page=all.

Anda mungkin juga menyukai